• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi manusia (UUD 1945, pasal 28 ayat 1 dan UU Kes. No. 36 Tahun 2010) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi AKI di suatu negara, maka dapat dipastikan bahwa derajat kesehatan negara tersebut buruk. Begitu juga sebaliknya, jika AKI di sutau negara rendah, maka derajat kesehatan masyarakat di negara tersebut baik.

Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia diantaranya adalah tingginya AKI dan angka kematian bayi (AKB).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia,

antara lain peningkatan program KIA melalui peningkatan pelayanan antenatal di

semua fasilitas pelayanan kesehatan dengan mutu baik serta menjangkau semua

kelompok sasaran, peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional secara

(2)

berangsur dan melaksanakan sistem rujukan serta peningkatan pelayanan neonatal dengan mutu yang baik (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan penelitian WHO (2007) di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar l0

.

WHO (2007) memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi, maka

kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi 5.600.000 jiwa per tahun. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2007), penyebaran kematian ibu di Indonesia masih berkisar antara 307/100.000 persalinan hidup, sedangkan kematian bayi berkisar 35/1000 persalinan hidup.

juta jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi di negara berkembang sebesar 99%. walaupun jumlahnya sangat besar tetapi jarang menjadi perhatian, oleh karena kejadiannya tersebar (sporadis), berbeda dengan kematian yang terjadi akibat bencana alam atau korban kecelakaan.

Indonesia menempati urutan keempat tertinggi AKI pada tahun 2005 jika

dilihat dari negara-negara berkembang dunia, yaitu 390 per 100.000 penduduk setelah

Nepal (865 per 100.000 penduduk) dan Buthan (710 per 100.000 penduduk) dan

India (630 per 100.000 penduduk) (WHO, 2007). Keadaan ini menunjukkan bahwa

permasalahan kesehatan ibu di Indonesia masih sangat memprihatinkan, hal ini

terlihat dari status kesehatan ibu dan anak serta tingginya angka kematian ibu akibat

persalinan, rendahnya cakupan antenatal care dan permasalahan yang paling utama

adalah pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga berlatar belakang non medis

(dukun bayi).

(3)

Tingginya cakupan persalinan oleh dukun bayi, meyebabkan masih banyak ditemukan persalianan yang tiba-tiba mengalami komplikasi dan memerlukan penanganan secara profesional, namun tidak ditangani secara memadai dengan tepat waktu oleh tenaga kesehatan, sehingga mengakibatkan kematian. Hal ini juga yang melatarbelakangi tingginya AKI di Indonesia. Fenomena dukun bayi terlatih merupakan salah satu bagian yang cukup besar pengaruhnya dalam menentukan status kesehatan ibu dan bayi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (1997) sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi. Keadaan ini makin diperparah karena umumnya dukun bayi yang menolong persalinan tersebut bukan dukun yang terlatih. Keadaan ini terjadi diperdesaan yang belum mampu terjangkau oleh pelayanan kesehatan dari pemerintah secara memadai (Manuaba, 2004).

Pertolongan persalinan oleh dukun bayi di seluruh dunia masih tinggi sekitar 70% sampai 80% di pedesaan, sedangkan pertolongan persalinan di pedesaan oleh dukun bayi di Indonesia diperkirakan Departemen Kesehatan RI sekitar 80%

(Manuaba, 2004).

Departemen Kesehatan RI pada tahun 1971 mengupayakan program pelatihan

dukun bayi, diharapkan setelah mengikuti pelatihan pertolongan persalinan dukun

bayi yang dilatih akan memiliki kemampuan yang cukup baik dalam melakukan

tindakkan pertolongan persalinan. Namun setelah bertahun-tahun dilatih kemampuan

dukun bayi yang sudah terlatih belum seperti yang diharapkan bahkan kembali

kecara-cara yang lama (Manuaba, 2004).

(4)

Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup. Untuk mencapai sasaran ditetapkan 4 strategi utama dan azas-azas pedoman operasionalisasi strategi, antara lain bahwa MPS (Making pregnancy safer) memusatkan perhatiannya pada pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang baku, cost effective, dan berdasarkan bukti, pada semua tingkat dan rujukan kesehatan, baik di sektor pemerintah maupun swasta (Depkes RI, 2005).

Masalah pemanfaatan pertolongan persalinan dan masalah kesehatan ibu dan

anak juga masih menjadi masalah di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam (NAD).

Berdasarkan profil kesehatan NAD tahun 2007, proporsi bidan desa di Provinsi NAD sebersar 58,77 per 100.000 penduduk dan proporsi bidan di desa 71,6 per 100.000 penduduk, hal ini menunjukkan bahwa jumlah bidan di Provinsi NAD masih rendah bila dibandingkan dengan standar bidan desa yang diharapkan yaitu 100/100.000 penduduk.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Utara tahun 2007 dapat dilihat

bahwa AKI di Kabupaten Aceh Utara tahun 2007 adalah 14 kasus dari total jumlah

9.979 persalinan, kematian bayi adalah 121 kasus. Beberapa determinan terhadap

kematian ibu disebabkan oleh pendarahan (5 kasus), Jantung (4 kasus), Eklamsi (3

kasus) dan akibat infeksi (2 kasus). Keadaan ini menunjukkan bahwa penyebab

(5)

terjadinya kematian ibu akibat pendarahan dan disebabkan oleh pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak professional dan bukan berlatar belakang pendidikan formal, dan umumnya dilakukan oleh dukun bayi (Dinkes Kab.

Aceh Utara, 2007).

Kecamatan Baktya di Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai cakupan pertolongan persalinan oleh bidan desa yang terendah yaitu 47,6%, dari seluruh persalinan berjumlah 707 ibu yang melahirkan tahun 2007 apabila dibandingkan dengan Kecamatan lain dalam Kabupaten Aceh Utara, seperti Kecamatan Lhok Sukon yaitu 68,9%, sedangkan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi di Kecamatan Baktya sebanyak 41,1%, dan 11,3% pesalinan ditolong oleh bidan dan dukun bayi dari luar daerah Kecamatan Baktya. Hal ini disebabkan karena belum ada penempatan tenaga bidan kedesa-desa yang merata.

Pada 57 desa yang ada dalam Kecamatan Baktya hanya terdapat 30 bidan yang ditempatkan pada 30 desa, selain itu juga masih banyak dukun bayi yang melakukan pertolongan persalinan di Kecamatan Baktya keseluruhannya berjumlah 43 orang dukun bayi yang terdiri dari 13 orang dukun terlatih dan 30 orang dukun yang belum terlatih, sehingga berpontensi terhadap kematian ibu dan bayi, apa lagi dukun bayi tersebut belum terlatih dan tidak mengunakan peralatan medis yang steril (Profil Puskesmas Baktya, 2007).

Dilihat dari aspek tenaga penolong persalinan, sebahagian besar masyarakat

(6)

menganggap dukun bayi adalah bagian dari masyarakat jadi bagi masyarakat tidak marasa asing lagi untuk meminta pertolongan saat mau melahirkan dan sebaliknya masyarakat menganggap bahwa tenaga kesehatan atau bidan cendrung belum berpengalaman, karena rata-rata usia bidan yang ditempatkan di desa umumnya masih muda, sehingga masyarakat kurang percaya terhadap tindakan persalinan yang dilakukan oleh bidan tersebut.

Hasil penelitian Bungsu (2001) di Bengkulu, bahwa keputusan masyarakat memilih pertolongan oleh dukun bayi cendrung dipengaruhi oleh kemudahan mendapatkan pelayanan dukun bayi, selain itu pelayanan yang diberikan oleh dukun bayi bersifat “all in” yaitu pertolongan persalinan, membantu ibu hamil pada hari persalinannya, memandikan bayi dan bersedia merawat bayi hingga tali pusat dan kondisi ibu pulih.

Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara, ibu yang melahirkan berjumlah 707 orang, yang ditolong oleh dukun bayi 280 orang ibu melahirkan, akibat petolong persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi, dijumpai kasus kematian ibu 3 kasus serta kematian bayi dijumpai 7 kasus. Jika dibandingkan dengan proporsi penduduk, maka jumlah kematian ibu dan bayi tersebut cenderung merupakan permasalahan yang utama. (Laporan Puskesmas Baktya, 2007)

Penyebab tingginya angka kematian ibu dan anak di Kecamatan Baktiya

Kabupaten Aceh Utara disebabkan oleh karena minimnya sarana fasilitas pertolongan

persalinan, tenaga penolong persalinan yang kurang dibandingkan dengan jumlah

desa di Kecamatan Baktiya dimana jumlah desa adalah 57, kurangnya ketrampilan

(7)

dan pelatihan pada petugas penolong persalinan, banyaknya dukun kampung yang belum terlatih melakukan persalinan yang tidak aman, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara kurang tanggap dalam penempatan tenaga kesehatan dan mengalokasikan dana untuk menunjang program kesehatan ibu dan anak serta rendahnya pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap masalah persalinan.

Sesuai dengan permasalahan kesehatan di Kecamatan Baktya kita perlu menurunkan kasus kematian ibu dan anak di wilayah Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini penolong persalinan yang profesional dan dukun bayi yang masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama di desa, perlu ditingkatkan pengetahuannya, agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam menolong persalinan yang semestinya tidak terjadi, misalnya seorang dukun bayi tidak bekerja secara steril, pemotongan tali pusat yang salah, tidak tahunya tanda-tanda gawat janin dan sebagainya.

Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dengan memberikan pendidikan tambahan terhadap dukun bayi tentang pertolongan persalinan perlu di evaluasi kembali, apakah sudah mencapai sasaran yang diharapkan. Masih tingginya angka kematian ibu pada waktu persalinan dan angka kematian bayi dapat menjadi suatu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat di kecamatan Baktiya.

Survei yang dipusatkan di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara

sasarannya adalah semua dukun yang berada di wilayah tersebut, sehingga peneliti

dapat mengetahui dan memperoleh informasi sampai sejauh mana tingkat

(8)

pengetahuan dan sikap seorang dukun bayi tersebut dalam melakukan tindakan pertolongan persalinan yang sesuai dengan prosedur kesehatan.

1.2 Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah masih tingginya persalinan yang ditolong atau ditangani oleh dukun bayi. Selain itu masih banyak masyarakat yang lebih memilih bersalin ditolong oleh dukun bayi dibandingkan oleh tenaga kesehatan terlatih di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap dukun bayi terhadap tindakan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pengetahuan dan sikap dukun bayi terhadap tindakan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Baktiya dalam meningkatkan

pengawasan terhadap tindakan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi, serta

meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga

(9)

kesehatan untuk melakukan pertolongan persalinan.

b. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dalam menyusun perencanaan pembinaan bagi dukun bayi yang ada di wilayahnya, misalnya pelatihan bagi dukun bayi mengenai persalinan yang aman dan sehat.

c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kontribusi untuk memperkaya khasanah

keilmuan berkaitan dengan ilmu kesehatan masyarakat serta menjadi dasar

pemikiran bagi penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Jika Anda baru pertamakali membuat blog di Blogger, maka Anda harus memilih profl akun Google yang akan digunakan.. Anda bisa menggunakan akun

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai pH, daya mengikat air, susut masak, keempukan, warna daging, warna lemak, lemak marbling dan tebal lemak dari

bagaimana  saya  dapat  mengaplikasikan  kedalam  hidup

Untuk menentukan batas tegangan output (Vpp) yaitu dengan cara memberikan data pada prototipe sebesar 255 untuk tegangan maksimal (Vmax) dan 0 untuk tegangan minimal (Vmin) maka

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian rasio amelioran yang berbeda menghasilkan jumlah anakan maksimum dan anakan produktif berbeda tidak nyata baik dengan pemberian

Pada penelitian ini akan dirancang suatu implementasi jaringan smarthome berbentuk prototype miniatur rumah modelsmarthome yang bekerja secara otomatis dengan menggunakan modul

36 BAHTIAR 25/01/1985 PETUGAS AVSEC BANDARA SLTA UMUM / SEDERAJAT BANDARA KELAS III MAU HAU / UMBU MEHANG KUNDA - WAINGAPU 37 BAMBANG ANDRIANA REJA 18/10/1982 PETUGAS AVSEC BANDARA

-- Ciri-ciri : fase gas, warna kuning kehijauan, larut dalam air, mudah bereaksi Ciri-ciri : fase gas, warna kuning kehijauan, larut dalam air, mudah bereaksi -- Klorin terkandung