PENINGKATAN KUALITAS MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KELAS X MIPA SMA NEGERI 1 PAKEM
DENGAN METODE “THINK-PAIR-SHARE “ Kusmarmi, S.Pd.
Guru di SMA Negeri 1 Pakem Abstrak
Best practice ini bertujuan untuk memaparkan cara peningkatan kualitas menulis teks laporan hasil observasi kelas X MIPA SMA Negeri 1 Pakem. Hal ini didasari bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 semua materi berbasis teks. Selain itu, tulisan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru bahasa Indonesia untuk senantiasa mencoba berbagai metode pembelajaran kooperatif dan menyenangkan. Dengan demikian, pelajaran bahasa Indonesia dapat dikuasi peserta didik dengan baik, terutama kualitas menulis berbagai teks.
Penulisan best practice ini menggunakan model deskriptifuntuk memamparkan bagaimana implementasi peningkatan kualitas menulis teks laporan hasil observasi kelas X SMA Negeri 1 Pakem dengan metode “Think-Pair-Share”. Dalam tulisan ini dipaparkan cara pelaksanaan, hambatan, dan keberhasilan penerapan metode
“Think-Pair-Share” dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi kelas X.
Hasil dari implementasi tersebut meliputimeningkatnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dan meningkatnya kerja sama peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, kualitas hasil belajar juga meningkat. Peningkatan tersebut meliputi: (a) meningkatnya kepuasan dan kebanggaan pada diri peserta didik, (b) meningkatnya kompetensi peserta didik dalam menulis teks laporan hasil observasi terutama peningkatan penguasaan kebahasaan (diksi dan struktur kalimat). Selain itu, peserta didik mengalami peningkatan dalam hal karakter, yaitu timbulnya rasa penghargaan terhadap teman, karya orang lain, dan penghargaan akan ilmu pengetahuan.
Kata kunci: menulis teks laporan hasil observasi, metode think-pair-share Pendahuluan
Pelajaran bahasa Indonesia dalam Kuri- kulum 2013 yang berbasis teks menuntut peserta didik untuk lebih aktif menggunakan penalarannya dalam belajar. Peserta didik yang terjangkiti penyakit malas membaca, akan semakin kesulitan di dalam memahami isi bacaan. Hal ini juga mempengaruhi peserta didik dalam kemampuan menulis karena keterampilan menulis membutuhkan penguasaan materi-materi pendukung seba- gai modal dasar, semisal penguasaan ko-
sakata, diksi, penyusunan kalimat, pemben- tukan paragraf, pemahaman secara aplikatif tentang ejaan dan tanda baca, logika, serta struktur berpikir yang runtut. Kesemuanya ini baru dapat terlaksana dengan baik jika peserta didik rajin membaca.
Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksana- kan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan; (2) penggunaan bahasa
merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna;
(3) bahasa bersifat fungsional, yaitu peng- gunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk ba- hasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya; dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip itu, perlu disadari bahwa setiap teks memiliki struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. (Buku Guru Edisi Revisi 2014: vii)
Selain itu, dalam Kurikulum 2013 pe- serta didik dituntut untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang ditekankan pada perkembangan zaman dan bertumpu pada penguatan penalaran, bukan hafalan semata. Selain itu, keluaran (output) yang diharapkan adalah insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif mela- lui penguatan sikap (tahu mengapa), kete- rampilan (tahu bagaimana), dan pengeta- huan (tahu apa) yang terintegrasi. Guru dituntut untuk lebih bergairah dalam men- gajar.
Dalam hal ini dibutuhkan pengetahuan yang luas dan kemampuan mengolah kata serta kalimat secara baik. Selain itu, latihan secara rutin terus menerus, penggunaan metode pembelajaran yang tepat, media pembelajaran yang menarik dan teknik pembelajaran yang tepat akan mempen- garuhi proses menulis peserta didik dalam mengembangkan potensinya yang ber- hubungan dengan kompetensi memproduksi sebuah teks.
Berdasarkan pemikiran di atas, diharap- kan adanya inovasi baru yang dilaksanakan oleh guru sebagai fasilitator dan proses be- lajar mengajar dapat berjalan dengan baik serta efektif. Prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran bahasa Indonesia akan mengalami perbaikan, utamanya keterampi- lan menulis. Selain itu, guru memperoleh pengalaman profesional dalam menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
Hal ini sejalan dengan pemikiran Gagne dan Harold Spears (dalam Agus Suprijono, 2012: 2) yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemam- puan yang dicapai seseorang melalui ak- tivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbu- han seseorang secara alamiah, melainkan dari proses mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengi- kuti arah tertentu. Permendiknas (2007: 15) pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber be- lajar pada suatu lingkungan belajar serta usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk peserta didik), dapat mem- peroleh pengalaman yang bermakna.Usaha ini merupakan kegiatan yang berpu sat pada kepentingan peserta didik.
Gordon (2000: 87-89) menyatakan bahwa untuk mencapai standar kompetensi tersebut diperlukan sinergi antara guru dan peserta didik. Guru sebagai manajer terlatih yang mengelola pusat belajar harus dapat mengganti dan menggunakan metode pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip ilmu kognitif modern, termasuk penemuan, pemahaman, keterlibatan penuh dan pen- gujian, dengan demikian kecintaan akan belajar secara terus menerus akan tumbuh dalam diri peserta didik. Peserta didik harus
mengenali potensi dirinya dalam hal gaya belajar dan bekerja.
Pengembangan Kurikulum 2013 ber- tujuan untuk mendorong peserta didik untuk mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan meng- omunikasikan apa yang di per oleh atau diketahui setelah peserta didik menerima semua materi pembelaj aran, tidak terkecuali bahasa Indonesia. Melalui pendekatan itu di harapkan peserta didik memiliki kom- petensi sikap, keterampilan, dan pengeta- huan yang jauh lebih baik.Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 menekankan peserta didik untuk dapat men- gonversi berbagai tulisan ke dalam bentuk lain dan memproduksinya.
Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang efektif agar peserta didik mudah dalam menalar dan mengembangkan potensinya dalam hal menulis. Salah satu metodenya adalah Think-Pair-Share. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan orang lain dan mengomunikasikan pemikirannya sehingga meringankan dan membantu peserta didik yang tidak mampu menjadi mampu, tentunya dengan bimbin- gan dari guru.
Pembelajaran Menulis Hakikat dan Fungsi Menulis
Menulis merupakan salah satu kete- rampilan berbahasa yang paling sulit di- kuasai. Dibutuhkan waktu yang lama dan latihan terus-menurus sehingga dapat meng- hasilkan tulisan yang tersusun dengan baik dan mudah dipahami. Kejelasan tulisan bergantung dari cara berpikir, penyusunan kata yang tepat, dan struktur kalimat yang baik (Hasani, 2005:2). Keterampilan menu- lis merupakan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pelajar, setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan
membaca (Nurgiyantoro, 2001:296). Hal ini dikarenakan kompetensi menulis mengha- ruskan seseorang menguasai berbagai unsur kebahasaan di luar bahasa itu sendiri yang menjadi bagian dari isi karangan.
Tarigan (2008:30) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif. Keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya atau otomatis, tetapi melalui latihan dan praktik secara teratur. Senada dengan itu, Nurgiyantoro (2001:168) juga menyatakan bahwa “se- cara parsial kegiatan menulis tidak berbeda dengan kegiatan berbicara, kegiatan meng- hasilkan bahasa dan mengumunikasikan pikiran secara tertulis”. Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disim- pulkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan yang dipraktikkan secara terus-menerus, agar gagasan yang dimiliki dapat dipahami orang lain melalui media kata yang disusun secara tepat dan struktur kalimat yang baik.
Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan menulis. Manfaat paling utama adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung antara penulis dengan pembaca.
Menurut Enre (1988:8), menulis memiliki manfaat: (1) membantu untuk mengingat- ingat kembali apa yang pernah kita ketahui, (2) mampu menghasilkan ide-ide baru, (3) membantu mengorganisasikan pikiran dan menempatkan dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri, (4) membuat pikiran ses- eorang siap untuk dilihat dan dievaluasi, (5) membantu menyerap dan menguasai informasi, dan (6) membantu kita dalam memecahkan masalah.
Teks Laporan Hasil Observasi
Teks laporan juga disebut teks klasi- fikasi karena teks tersebut memuat klasi- fikasi mengenai jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Teks laporan bersifat
global dan universal, serta menekankan pada pengelompokan berbagai hal ke dalam jenis sesuai dengan ciri setiap jenis pada umumnya. Teks laporan berkaitan dengan hubungan berjenjang antara sebuah kelas dan subkelas yang ada di dalamnya.
Teks laporan hasil obeservasi adalah teks yang berisi penjabaran umum/melapor- kan sesuatu berupa hasil dari pengamatan.
Jenis teks ini mendeskripsikan atau meng- gambarkan bentuk, ciri, atau sifat umum (general) seperti benda, hewan, tumbuh- tumbuhan, manusia, atau peristiwa yang terjadi di alam semesta.
Ciri dari teks laporan ini terletak pada struktur dan kaidahnya. Struktur laporan teks hasil observasi ini terdiri dari pernyataan umum atau disebut klasifikasi dan aspek yang dilaporkan yang terdiri dari sub-sub kelas di bawahnya. Sedangkan kaidah kebahasaannya didominasi penggunaan konjungsi temporal, kata kerja material dan tingkah laku, serta kata benda. Ciri lain yang menonjol adalah menggunakan kalimat definisi.
Implementasi Model Pembelajaran Ko- operatif Tipe Think-Pair-Share
Metode pembelajaran kooperatif memi- liki berbagai macam tipe. Salah satunya adalah tipe think-pair-share yang dikem- bangkan oleh Spencer Kagan. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berpikir- berpasangan-berempat. Tipe think-pair- share memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan orang lain dan mengomunikasikan pemikiran- nya. Metode pembelajaran kooperatif tipe ini dilaksanakan dalam tiga tahap inti yaitu think atau tahap berpikir, pair atau tahap berpasangan, share atau tahap kelompok berempat. Secara rinci ketiga tahapan terse- but dapat diuraian sesuai dengan pemikiran (Lie, 2008:58), sebagai berikut.
1. Pendahuluan (pemodelan teks)
a. Peserta didik membagi kelompok, satu kelompok terdiri dari 4 orang, satu orang ditunjuk menjadi ketua.
b. Setiap kelompok diberi tugas untuk membaca contoh teks laporan hasil observasi
c. Setiap kelompok mengidentifikasi struktur, kaidah bahasa, dan karak- teristiknya.
d. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang struktur dan kaidah teks laporan hasil observasi.
2. Kegiatan Inti (pertemuan pertama) a. Peserta didik bersama guru menyim-
pulkan hasil identifikasi struktur dan kaidah yang membangun teks lapo- ran hasil observasi yang dibaca.
b. Guru menentukan tempat-tempat yang akan dijadikan sebagai ob- jek observasi, yaitu di lingkungan sekolah (kantin, kopsis, masjid, dan perpustakaan)
c. Setiap kelompok mengambil undian tempat yang akan dijadikan objek observasi sesuai ketentuan.
d. Setelah mendapat undian tempat, setiap kelompok mulai membagi peran/tugas masing-masing indi- vidu.
e. Peserta didik dalam satu kelompok mendiskusikan objek yang akan diamati/diobservasi sesuai undian.
f. Peserta didik secara individu meng- gali ide untuk melakukan obeser- vasi.
g. Peserta didik berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya mengenai masalah-masalah yang akan diungkapkan dalam laporan hasil observasi.
h. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Peserta
didik membagikan hasil kerjanya dalam kelompok tersebut dan men- diskusikannya.
3. Kegiatan Inti (pertemuan kedua) a. Guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan tugas diskusi pada pertemuan sebelumnya.
b. Peserta didik dan guru melakukan tanya jawab tentang kesulitan- kesulitan yang dihadapi.
c. Masing-masing kelompok melaku- kan observasi di luar kelas sesuai dengan perolehan undian.
d. Guru mengamati secara bergantian di tempat-tempat peserta didik me- lakukan observasi.
e. Selesai melakukan observasi peserta didik kembali ke dalam kelas.
f. Masing-masing kelompok kembali berdiskusi dan menukar pekerjaan- nya dengan teman sebangku untuk diberi masukan-masukan.
g. Setelah selesai diskusi, masing-mas- ing peserta didik mulai mengem- bangkan ide menjadi sebuah teks laporan hasil observasi.
h. Guru memberikan masukan-masu- kan seputar permasalahan yang belum diungkapkan oleh peserta didik.
i. Peserta didik memikirkan kembali masukan dari guru.
j. Peserta didik melanjutkan kembali menulis teks laporan hasil observasi sampai menjadi teks laporan hasil observasi.
k. Setelah selesai membuat teks lapo- ran hasil observasi selanjutnya peserta didik melakukan kegiatan revisi dengan cara menukarkan pekerjaan dengan teman satu kel- ompok.
l. Setelah direvisi oleh temannya ke- mudian peserta didik melanjutkan
kembali menyempurnakan tulisan- nya agar menjadi teks laporan hasil observasi sesuai dengan struktur dan kaidah teks laporan hasil observasi yang baik.
m. Tahap editing menempatkan tulisan ke dalam bentuk akhirnya dengan mengoreksi bacaan untuk menemu- kan kesalahan dan memperbaikinya.
Kesalahan ini berkisar pada penggu- naan tanda baca, ejaan, penggunaan huruf kapital, penulisan kata istilah dan sebagainya.
4. Penutup
a. Setiap kelompok mempersentasikan di depan kelas.
b. Guru dan kelompok lain yang belum presentasi pelakukan penilaian.
c. Setelah semua kelompok melakukan presentasi guru memberikan ulasan dan menyimpulkan hasil presen- tasi.
Peningkatan Kualitas Menulis Teks Laporan Hasil Observasi dengan Metode
“Think-Pair-Share”
Menulis merupakan kegiatan pembe- lajaran bahasa Indonesia yang tingkatnya paling tinggi diantara keempat keterampilan berbahasa yang lain. Untuk itu diperlukan suatu sinergi antara guru dan peserta didik agar tercapai pembelajaran yang efektif dan efisien. Bentuk pembelajaran yang dapat di- laksanakan salah satunya adalah kooperatif learning karena bentuk pembelajaran ini melibatkan peserta didik untuk senantiasa aktif, berpikir kreatif, dan inovatif.
Dalam best practice ini akan dipaparkan bagaimana melaksanakan salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model “think- pair-share” pada kompetensi memahami teks laporan hasil observasi secara lisan maupun tulisan dan memproduksi teks laporan hasil observasi yang koheren sesuai
dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini khususnya untuk menulis teks laporan hasil observasi yang dilakukan oleh peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 1 Pakem.
Hal ini disebabkan oleh sulitnya penguasaan peserta didik mengembangkan keterampi- lan menulis. Dari pengalaman itu, maka dipilih satu model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi yaitu
“Think-Pair-Share “ .
Adapun pelaksanaannya dijabarkan melalui enam tahap, yakni tahap pemo- delan teks, penggalian ide, diskusi, obser- vasi, penulisan laporan, dan presentasi.
Tahap pemodelan teks peserta didik terlihat antusias membaca contoh Teks Laporan Ha- sil Observasi dan mengidentifikasi struktur serta kaidah yang membangun teks yang telah dibaca. Hal ini terlihat dari pertanyaan- pertanyaan yang diajukan perserta didik kepada guru saat menemukan kesulitan.
Tahap penggalian ide merupakan tahap penentuan tema. Dalam tahap ini peserta didik yang suka membaca dan wawasan- nya luas akan cepat menemukan ide dan menyetorkan pada ketua kelompok.
Kegiatan diskusi merupakan tahap penting bagi setiap kelompok, karena setiap ide yang dimiliki oleh anggota kelompok didiskusikan untuk mencapai kesepakatan.
Dalam kegiatan ini terlihat adu argumentasi yang cukup seru karena masing-masing individu berusaha mempertahankan ide/
gagasan yang diperolehnya. Jika belum mencapai kesepakatan, ketua kelompoknya akan mengambil keputusan ide siapa yang paling baik, mudah dilaksanakan, dan tentu saja didukung oleh anggota lainnya akan terpilih menjadi tema. Pada akhirnya, pem- belajaran kooperatif dapat tercapai dengan baik, karena keputusan yang dimunculkan atas dasar musyawarah.
Langkah selanjutnya adalah observasi, kegiatan ini merupakan hal yang paling menyenangkan bagi peserta didik, karena proses pembelajaran berlangsung di luar kelas dalam suasana santai. Setiap individu dalam kelompok melakukan pengamatan sesuai bagiannya. Ada yang kebagaian melakukan wawancara, sebagai observa- tor, sekretris, dan ketua. Dalam kegiatan ini dimunculkan pendidikan karakter bagi pe- serta didik. Karena masing-masing anggota memiliki tugas yang berbeda sebagai bentuk tanggung jawab yang harus diselesaikan.
Bagi peserta didik yang memperoleh tempat pengamatan di katin sangat senang karena mereka ada yang mencuri-curi kesempatan untuk jajan.
Kegiatan selanjutnya adalah penulisan laporan. Penulisan ini didasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Dalam kegiatan ini kegiatan diskusi dilakukan kembali un- tuk menyatukan hasil kerja masing-masing individu. Setelah menemukan kesamaan persepsi sekretaris kelompok akan menulis menjadi bentuk laporan hasil observasi.
Jika sudah ditulis dalam bentuk teks, maka kegiatan dilanjutkan membaca ulang, mengindentifikasi struktur dan kaidah sebuah teks laporan hasil observasi. Bila ditemukan beberapa kesalahan maka ang- gota kelompok lainnya akan mengoreksi.
Kegiatan ini berlangsung cukup seru karena adu argumentasi masing-masing anggota untuk mempertahankan pendapat berdasar- kan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah mencapai kesepakatan revisi, akhirnya sektretaris kembali menulis dan membuat power point.
Langkah terakhir adalah presentasi, se- tiap kelompok secara bergiliran melakukan presentasi di depan kelas. Kelompok lain yang belum presentasi diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi serta
melakukan penilaian. Dalam pelekasanaan kegiatan ini terlihat keaktifan kelompok lain untuk mengajukan pertanyaan maupun sanggahan. Di sini akan terlihat keunggulan dalam hal adu argumentasi. Jika dalam satu kelompok tidak dapat menjawab pertanyaan, maka kelompok lain boleh menanggapi.
Biasanya kesulitan ini dalam hal tata tulis (EYD). Bila masih menemukan kesulitan guru akan membantu menjelaskan. Di akhir pembelajaran guru memberikan ulasan dan kesimpulan untuk semua kelompok yang telah melakukan presentasi.
Dapat disimpulkan bahwa metode
“Think-Pair-Share” pada pembelajaran menulis teks Laporan Hasil Observasi di kelas X MIPA SMA Negeri 1 Pakem dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Peningkatan tersebut meliputi: (a) me- ningkatnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran (b) meningkatnya kerja sama peserta didik dalam proses pembela- jaran. Secara umum, peningkatan kualitas proses belajar peserta didik tampak pada munculnya antusiasme dalam mengikuti pembelajaran.
Kualitas hasil belajar juga meningkat.
Peningkatan tersebut meliputi: pertama meningkatnya kepuasan dan kebanggaan pada diri peserta didik. Hal ini tergambar saat kelompok mereka melakukan pre- sentasi di depan kelas dan mendapatkan apresiasi yang baik dari kelompok lain maupun guru.
Kedua, meningkatnya kompetensi pe- serta didik dalam menulis teks laporan hasil observasi terutama peningkatan penguasaan kebahasaan (diksi dan struktur kalimat).
Kompetensi ini terlihat dalam tulisan yang berupa teks laporan hasil observasi yang dikumpulkan kepada guru. Selain itu, pe- serta didik mengalami peningkatan dalam hal karakter, yaitu timbulnya rasa penghar-
gaan terhadap teman, karya orang lain, dan penghargaan akan ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka
Asma, Nur. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depertemen Pen- didikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketena- gaan.
Diknas. (2007). Permendiknas Nomor 41 tentang Standar Proses. Jakarta: Dik- Dryan, Gordon dan Vos, Jean Netta. (2000). nas.
Revolusi Cara Belajar, The Learning Revolution. Bandung: Kaifa.
Enre, Fachruddin Ambo. (1988). Dasar- dasar Keterampilan Menulis. Jakarta:
Depdikbud.
Gie, The Liang. (1995). Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta: Lib- erty.
Jantiningsih, Sri. (2011). “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share dalam Meningkat- kan Keterampilan Menulis Eksposisi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Godean”.
Kemendikbud. (2014). Buku Guru (edisi UNY.
revisi) Bahasa Indonesia Ekspresi Diri.
Jakarta: Kemendikbud.
Keraf, Gorys. (1981). Eksposisi dan Deskripsi. Ende: Nusa Indah.
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning:
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gras- indo.
Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra (edisi ketiga). Yogyakarta: Gadjah Mada Uni- versity Press.
Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning Teori Aplikasi Paikem. Yog- yakarta: Pustaka Pelajar.