• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DEWAN KOMISARIS, DAN LEVERAGE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DEWAN KOMISARIS, DAN LEVERAGE"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DEWAN KOMISARIS, DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2011-2013

Rina Hafriyanti 1501205196

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dewan komisaris, dan leverage terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Objek penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2011-2013. Penelitian ini menggunakan metode regregresi berganda. Variabel independen dari penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, Dewan Komisaris, dan leverage. Pengungkapan CSR sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel Ukuran Perusahaa dan Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Variabel Likuiditas dan Dewan Komisaris berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, sedangkan variabel Leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. Seluruh variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.

Kata kunci ; Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, Dewan Komisaris, Leverage, Pengungkapan Corporate Social Responsibility

(2)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan dunia industri yang semakin modern, setiap perusahaan akan berlomba-lomba untuk meningkatkan keberhasilan perusahaan baik dibidang industri maupun bidang perdagangan. Pada awalnya tujuan setiap perusahaan hanya mencari laba yang sebesar-besarnya, tapi dengan perkembangan zaman tujuan tersebut mengalami pergeseran. Sekarang perusahaan dituntut tidak hanya mencari keuntungan (profit oriented), tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial di masyarakat yang berguna untuk menjaga kelangsungan perusahaan itu sendiri. Perusahaan juga harus memikirkan dampak yang mungkin terjadi pada lingkungan dan manusia di sekitar area perusahaan.

Di Indonesia semakin banyak perusahaan yang sudah mulai menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR). Saat ini CSR bukan hanya sebagai kegiatan sukarela yang harus dilakukan perusahaan, tapi ketentuan mengenai CSR telah diatur pemerintah untuk perusahaan yang ada di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menjelaskan bahwa CSR adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan yang berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Undang- undang ini mewajibkan perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sejak dikeluarkannya undang-undang tersebut, banyak perseroan terbatas di Indonesia mulai mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan ataupun dibuat terpisah yang disebut sustainability report yang di keluarkan oleh perusahaan tersebut. Adanya laporan tahunan, para investor, dan juga stakeholder dapat mengetahui secara transparan tanggungjawab sosial apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan, terutama perusahaan yang bidang usahanya berkaitan langsung dengan lingkungan.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 1 (revisi 2009) paragraf 09 menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial yaitu “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti

(3)

laporan mengenai lingkungan hidup laporan nilai tambah, khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.

Walaupun telah diatur dalam undang-undang, banyaknya kasus-kasus pelanggaran CSR tetap terjadi. Salah satunya yang terjadi daerah Papua yang disebabkan oleh PT Freeport Indonesia, yang melakukan eksploitasi sumber daya alam sehingga menimbulkan permasalahn sosial dan lingkungan dengan masyarkat sekitar. PT Freeport sudah membuang limbah bebatuan sisa pertambangan sekitar 1,87 miliar ton yang dialirkan ke Sungai Aghawagon, Otomona dan Ajkwa. Data- data tersebut mengungkapkan bahwa akibat pencemaran itu, lahan pangan yang tercemar seluas 13.000 hektar dan hutan bakau sekitar 3.600 hektar. Kerusakan yang ditimbulkan oleh PT Freeport Indonesia sudah tergolong besar. Banjir, tanah longsor hingga para pekerja meniggal karena tertimbun longsoran tanah. Dalam hal ini, perusahaan yang bergerak dalam sektor pertambangan baik dalam pengolahan bahan tambang dan eksplorasi memiliki dampak negatif yang cukup besar bagi kelestarian lingkungan karena limbah yang dihasilkan dalam kegiatan pertambangan yang sulit untuk diolah kembali dan limbah tersebut berdampak buruk pada kesehatan pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan. Dampak buruk yang timbul disebabkan oleh aktivitas penambangan, pengolahan, dan aktivitas lainnya yang berhubungan dengan pertambangan yang berdampak secara global, sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Perusahaan yang telah menerapkan CSR akan bertanggung jawab atas kegiatan perusahaan secara internal dan eksternal. Penerapan CSR oleh perusahaan secara berkelanjutan juga memberikan citra positif untuk perusahaan di masyarakat.

Adanya citra positif terhadap perusahaan, maka perusahaan dapat terus mengembangkan bisnis perusahaan dan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.

Investor akan tertarik pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat, karena loyalitas konsumen akan semakin meningkat dan dalam jangka waktu tertentu penjualan perusahaan akan meningkat sehingga memberikan dampak positif untuk keuntungan perusahaan.

(4)

Perusahaan tidak hanya ditekankan aspek keuangan (single bottom line), tetapi perusahaan juga memperhatikan aspek lingkungan dan sosial (triple bottom line) agar tercipta keseimbangan dalam pelaksanaannya. Perusahaan dapat mengimplementasikan konsep triple bottom line ke dalam tiga aspek, yaitu keuntungan, perusahaan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan (Purwanto A. , 2011).

Sudah banyak perusahaan telah mengungkapkan CSR dalam laporan tahunannya. Dalam proses pelaporan, ada beberapa standar yang sudah dikenal untuk menunjukkan kinerja perusahaan dalam mengimplementasikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang bekerja ke arah ekonomi global yang berkelanjutan dengan memberikan panduan pelaporan berkelanjutan. GRI merekomendasikan Sustainability Reporting yang berfokus pada ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, produk, sosial, dan hak asasi manusia. Tipe laporan ini diharapkan dapat menghasilkan hubungan yang positif antara CSR dengan profitabilitas perusahaan dan apakah hal tersebut lebih mengarah kepada profitabilitas dalam jangka pendek atau jangka panjang (Khasanah,2014).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi CSR, adapun variabel-varibel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dewan komisaris, dan leverage. Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Secara umum perusahaan besar memiliki kelengkapan informasi yang lebih luas dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk melaksanakan aktivitas tanggung jawab sosial dan lingkungan. Berbagai penelitian yang berhasil membuktikan hubungan positif antara variabel ukuran perusahaan dan pengungkapan CSR antara lain dilakukan (Nur & Priantinah, 2012).

Profitabilitas merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui penjualan, total aktiva dan ekuitas.

Semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan (Ardian, 2013). Beberapa penelitian yang telah

(5)

dilakukan menunjukkan adanya hubungan yang positif antara pengungkapan CSR perusahaan dengan profitabilitas (Indraswari & Astika, 2015). Penelitian lainnya menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan CSR (Nur & Priantinah, 2012).

Likuiditas merupakan salah satu kinerja yang sering dijadikan tolak ukur investor dalam menilai perusahaan. Ketika likuiditas yang dihasilkan rendah, perusahaan akan cenderung melakukan pengungkapan CSR makin banyak (Putri &

Christiawan, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh (Putri & Christiawan, 2014) menunjukan bahwa likuiditas tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Dewan komisaris merupakan salah satu elemen penting bagi tata kelola perusahaan yang bertugas mengawasi pelaksanaan aktivitas perusahaan sehingga dikelola dengan semestinya. Dewan komisaris bertugas untuk mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen. Dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen untuk mengungkapkan CSR. Sehingga perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan lebih banyak mengungkapkan CSR. Penelitian yang dilakukan oleh (Nur & Priantinah, 2012) menyatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pengungkapan CSR.

Leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.

menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap pengungkapan CSR. Perusahaan yang memiliki rasio leverage tinggi akan lebih sedikit mengungkapkan CSR supaya dapat melaporkan laba sekarang yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh (Nur & Priantinah, 2012) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap pengungkapan CSR, sedangkan penelitian dilakukan oleh (Anugerah, Hutabarat, & Faradilla, 2010) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu, pada penelitian ini perusahaan yang digunakan sebagai sampel adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor pertambangan baik dalam pengolahan bahan tambang dan eksplorasi diwajibkan oleh pemerintah untuk menerapkan CSR. Karena memiliki dampak negatif yang cukup

(6)

besar bagi kelestarian lingkungan karena limbah yang dihasilkan dalam kegiatan pertambangan yang sulit untuk diolah kembali dan limbah tersebut berdampak buruk pada kesehatan pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini menggunakan perusahaan perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan dewan komisari. Penelitian ini mengadopsi indikator standar GRI G3.1 pada pengungkapan CSR perusahaan. Sehingga judul penelitian ini adalah “PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DEWAN KOMISARIS, DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA INDUSTRI PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pembahasan tersebut permasalah utama penelitian ini memfokuskan pada pengungkapan CSR karena tanggungjawab sosial perusahaan merupakan suatu bentuk tanggungjawab yang dilakukan perusahaan di dalam untuk memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas-aktivitas operasional yang dilakukan oleh perusahaan, maka masalah-masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013?

3. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013?

(7)

4. Apakah dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013?

5. Apakah leverage berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013?

6. Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dewan komisaris, dan leverage berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013. Penelitian ini akan difokuskan pada pengujian pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dewan komisaris, dan leverage terhadap pengungkapan CSR. Penelitian ini menggunakan GRI G3.1 dengan 84 item standar pengungkapan, dan tidak menambahkan indikator (MM) yang seharusnya dimasukan dalam pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013.

2. Mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013.

3. Mengetahui pengaruh likuiditas terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013.

(8)

4. Mengetahui pengaruh dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013.

5. Mengetahui pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013.

6. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dewan komisaris, dan leverage terhadap pengungkapan Corporate Sosial Responsibility pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013?

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi Investor dan Calon Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran lapora tahunan dan laporan CSR sebagai pertimbangan keputusan berinvestasi di suatu perusahaan bagi investor dan calon investor.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dan sebagai tambahan informasi dalam pengembangan penelitian yang akan dilakukan.

3. Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan sumber informasi terkait kegiatan CSR yang telah dilakukan perusahaan dan mengetahui sejauh mana kegiatan CSR telah dilakukan oleh perusahaan serta dengan adanya kegiatan CSR tersebut hak-hak stakeholder dapat terpenuhi.

(9)

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri pertambangan yang terdaftar pada BEI pada tahun 2011-2013. Pemilihan tersebut dilakukan untuk melihat apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan industri pertambangan serta melihat apakah penerapan GRI telah sepenuhnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut dan apakah ada perbedaan yang signifikan antara perusahaan industri pertambangan dalam melakukan pengungkapan CSR.

3.2. Desain Penelitian

3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013 perusahaan sampel. Data tersebut diperoleh melalui website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) atau melalui website perusahaan bersangkutan yang berupa laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan (financial report), pada perusahaan dalam industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data sekunder lainnya yaitu berupa referensi atau literatur dari berbagai buku, jurnal atau media.

(10)

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI 2011-2013

No Kode Saham Nama Perusahaan

1 ADRO Adaro Energy Tbk 2 ARII Atlas Resources Tbk 3 ATPK ATPK Resources Tbk

4 BORN Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk 5 BRAU Berau Coal Energy Tbk

6 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 7 BUMI Bumi Resources Tbk

8 BYAN Bayan Resources Tbk

9 CPDW Indo Setu Bara Resources Tbk

10 DEWA Darma Henwa Tbk

11 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 12 GEMS Golden Energy Mines Tbk 13 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk 14 HRUM Harum Energy Tbk

15 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 16 KKGI Resources Alam Indonesia Tbk 17 MYOH Samindo Resources Tbk 18 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk

19 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk 20 PTRO Petrosea Tbk

21 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk 22 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk

23 BIPI Benakat Petroleum Energy Tbk

24 ELSA Elnusa Tbk

25 ENRG Energi Mega Persada Tbk 26 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk

27 MEDC Medco Energy International Tbk 28 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk 29 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 30 CITA Cita Mineral Investindo Tbk 31 DKFT Central Omega Resources Tbk 32 INCO Vale Indonesia Tbk

33 PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk

34 SMRU SMR Utama Tbk

35 TINS Timah (Persero) Tbk

36 CNKO Exploitasi Energi Indonesia Tbk 37 CTTH Citatah Industri Marmer Tbk 38 MITI Mitra Investindo Tbk

Sumber: Bursa Efek Indonesia

(11)

Adapun daftar nama perusahaan yang menjadi sampel sebagai berikut : Tabel 3.2

Nama Sampel Perusahaan Industri Pertambangan Peiode 2011-2013

No Kode Daftar Nama Perusahaan

1. ADRO Adaro Energy Tbk

2. ARII Atlas Resources Tbk

3. CITA Cita Mineral Investindo Tbk

4. BORN Borneo Lumbung Energy dan Metal Tbk

5. BRAU Berau Coal Energy Tbk

6. BUMI Bumi Resource Tbk

7. BYAN Bayan Resources Tbk

8. DEWA Darma Henwa Tbk

9. DOID Delta Dunia Makmur Tbk

10. GEMS Golden Energy Mines Tbk

11. GTBO Garda Tujuh Buana Tbk

12. HRUM Harum Energy Tbk

13. INDY Indika Energy Tbk

14. ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 15. KKGI Resource Alam Indonesia Tbk

16. MYOH Samindo Resources Tbk

17. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

18. PTRO Petrosea Tbk

19. APEX Apexindo Pratama Duta Tbk

20. BIPI Benakat Integra Tbk

21. ELSA Elnusa Tbk

(12)

Nama Sampel Perusahaan Industri Pertambangan Peiode 2011-2013

No Kode Daftar Nama Perusahaan

22 ENRG Energi Mega Persada

23. MEDC Medco Energy Tbk

24. RUIS Radian Utama Interisco Tbk

25. ANTM Aneka Tambang Tbk

26 DKFT Central Omega Resource Tbk

27. INCO Vale Indonesia Tbk

28. TINS Timah Tbk

29. CTTH Citatah Tbk

30. MITI Mitra Investindo Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesia

3.2.2 Metode Penentuan Sampel

Metode pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk dijadikan sampel penelitian. Teknik ini digunakan karena tidak semua sampel memiliki kriteria-kriteria yang sesuai dengan maksud penelitian.

Adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk dijadikan penentuan jumlah sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan merupakan perusahaan industri pertambangan yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

2. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan (annual report) secara konsisten dari tahun 2011-2013.

3.3 Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini ada lima variabel independen yakni ukuran perusahaan, profitabilitas (ROA), likuiditas, dewan komisaris, dan leverage (DER) serta satu variabel dependen yaitu pengungkapan

(13)

CSR. Berikut ini penjelasan mengenai operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini.

3.3.1 Variabel Dependen A. Pengungkapan CSR (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama untuk penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan menjelaskan variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah pengungkapan CSR dengan menggunakan indikator dari Global Reporting Initiative (GRI) dengan jumlah 84 pengungkapan yang meliputi: economic (EC), environment (EN), human rights (HR), labor practices (LP), product responsibility (PR) dan society (SO).Kemudian check list dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam dimensi economic (EC), environment (EN), human rights (HR), labor practices (LP), product responsibility (PR) dan society (SO). Kemudian dilakukan penghitungan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial. (Nur & Priantinah, 2012)

Keterangan :

CSRDI: Corporate Social Responsibility Disclosure Index Perusahaan

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen umumnya diduga sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif atau negatif.Variabel independen adalah variabel yang dapat berdiri sendiri dan nilainya dapat mempengaruhi suatu pokok bahasan (Sekaran, 2010). Variabel independen dalam penelitian ini, yaitu: ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan dewan komisaris.

A. Variabel Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan, total penjualan dan kapitalisasi pasar (Ekowati & Wulandari, 2011).

(14)

Pada penelitian ini ukuran perusahaan dilambangkan dengan log natural total asset (Ln). Tujuannya agar mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan besar dan ukuran perusahaan kecil sehingga data total aset dapat terdistribusi normal.

Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

SIZE: Ukuran Perusahaan Log natural = Logaritma natural

Total asset = Total asset yang dimiliki perusahaan

B. Variabel Profitabilitas (X2)

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Tingkat profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan rasio Return On Total Asset (ROA). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu (Ekowati &

Wulandari, 2011). Profitabilitas dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

ROA: Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada.

Net Income: Selisih positif atas penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak.

Average Total Assets: Rata-rata total keseluruhan aset setahun.

C. Variabel Likuiditas (X3)

Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Ekowati & Wulandari, 2011) . Mengukur tingkat

ROA =

Net Income Average total Assets SIZE = log natural (nilai total aset)

(15)

likuiditas dalam penelitian ini dengan rasio lancar current ratio. Likuiditas dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

Current Ratio: Membandingkan total aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Current Assets: Pos-pos aset yang berumur 1 tahun atau < 1 tahun Current Liabilities: Kewajiban pembayaran dalam satu 1 tahun.

D . Variabel Dewan Komisaris (X4)

Dewan Komisaris (DK) adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Dewan komisaris merupakan wakil shareholder dalam entitas bisnis yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajeme. Dewan Komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen agar mengungkapkan informasi CSR lebih banyak, sehingga dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan lebih banyak mengungkapkan CSR (Putra, 2011). Pengukuran dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

DK: Dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur Perseroan terbatas (PT).

Σ: Total penjumlahan keseluruhan dewan komisaris.

E. Variabel Leverage (X5)

Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang (Purnasiwi, 2011). Indikator yang digunakan untuk

CR =

Current Assets Current Liabilities

Dewan Komisaris = Σ Dewan Komisaris Perusahaan

(16)

mengukur tingkat leverage adalah Debt To Equity Ratio (DER). Leverage dirumuskan sebagai berikut:

DER = Total Liabilities Equity

Keterangan:

DER: Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.

Total Liabilities: Total Keseluruhan kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.

Equity: Hak pemilik atas aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan bersih.

3.4 Metode Penyajian Data

Dalam metode penyajian data dalam penelitian ini akan digunakan dalam bentuk tabel yang berisi hasil penelitian. Tujuan dari penggunaan tabel untuk mempermudah penelitian ini dalam melakukan perbandingan data-data yang ada. Isi tabel merupakan angka-angka yang disusun menurut kategori-kategori tertentu. Data- data yang dimasukkan dalam tabel merupakan data dari tiga periode yakni tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Di mana tabel tersebut akan disajikan secara deskriptif dengan menjelaskan secara detail-detailnya mengenai hasil penelitian yang dilakukan.

3.5. Metode Analisis Data 3.5.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi yang bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan data variabel seperti modus, median, nilai tengah (mean), nilai maksimal dan nilai minimum (Latan & Temalagi, 2013:27) Untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata data sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian dapat di analisis tanpa bertujuan untuk mengambil kesimpulan secara generalisasi. Menurut Sanusi (2011), statistik deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagai mana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi yang termasuk dalam statistik deskriptif antara lain

(17)

adalah penyajian data dengan tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean dan standar devias.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis dengan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan. Pengujian ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi analisis dasar dalam regresi yang meliputi asumsi bahwa seluruh variabel terdistribusi normal, tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi multikolinearitas, dan tidak terjadi heterokedastisitas. Menurut Latan & Temalagi (2013:56), pengujian terhadap regresi linear bertujuan untuk menghindari munculnya bias dalam analisis data serta untuk menghindari kesalahan sepesifikasi model regresi yang digunakan. Adapun pengujian terhadap asumsi-asumsi regresi linear atau disebut juga uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Terdapat 4 jenis uji asumsi klasik yang digunakan, antara lain:

3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual data berdistribusi normal atau tidak yaitu melihat grafik normal probability plot. Apabila pada grafik normal probability plot tampak bahwa titik-titik menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti garis diagonal maka hal ini dapat disimpulkan bahwa residual data memiliki distribusi normal, atau data memenuhi asumsi klasik normalitas. Selain itu menggunakan uji statistik One-Sample Kolmogorov - Smirnov Test. Apabila nilai signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal (Latan & Temalagi, 2013:56)

3.5.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Uji asumsi klasik multikolinearitas hanya dapat dilakukan jika terdapat lebih dari satu variabel dependen dalam model regresi. Cara umum yang digunakan oleh peneliti untuk

(18)

mendeteksi ada tidaknya multikolonearitas pada model regresi adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance Influence Factor). Nilai yang direkomendasikan untuk menunjukan tidak adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance harus > 0,10 dan nilai VIF < 10 (Hair et al. 2010 dalam Latan & Temalagi, 2013).

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan mengetahui apakah variance dari residual data satu observasi ke observasi lainnya berbeda ataukah tetap. Jika variance dari residual data sama disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang kita inginkan adalah homokedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Latan & Temalagi,2013). Ada beberapa cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas pada model regresi salah satunya dengan menggunakan uji Speaman’s rho. Jika signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas, tetapi jika signifikansi < 0,05 maka terjadi masalah heteroskedastisitas.

3.5.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada data observasi satu pengamatan ke pengamatan lainnya dalam model regresi linear. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi korelasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam model regresi yaitu dengan melakukan uji statistik Durbin- Watson. Uji statistik Durbin – Watson dilakukan dengan membandingkan hasil DW statistik dengan DW tabel. Jika DW statistik > DW tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi (Latan & Temalagi, 2013).

3.5.2.5 Analisis Regresi

Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda. Analisis regresi pada dasarnya merupakan suatu studi untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat (Latan & Temalagi, 2013). Hubungan antara ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dewan komisaris, dan leverage dengan luas pengungkapan Corporate Social Responsibility.

(19)

Model persamaan regesi dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Keterangan:

Y = Luas pengungkapan CSR

a = Konstanta

b1b2b3b4b5 = Koefisien regresi X1 = Ukuran perusahaan

X2 = ROA

X3 = CR

X4 = DK

X5 = DER

e = Eror

3.6 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan yaitu:

3.6.1. Uji simultan (Uji F)

Uji simultan F bertujuan untuk mengatahui apakah semua variabel independen yang dimaksudkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara simultan (bersama – sama) terhadap variabel dependen atau tidak. Jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji F P < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Cara lain untuk menguji signifikansi uji F adalah dengan membandingkan F statistik dengan F tabel. Jika F statistik > F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Latan & Temalagi, 2013).

3.6.2 Uji parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui secara individual pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji t P

< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Cara lain untuk menguji signifikansi uji t adalah dengan membandingkan t statistik dengan t tabel. Jika t

(20)

statistik > t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa secara pasial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Latan & Temalagi, 2013)

3.6.3. Uji coefficient determination (R-Squares)

Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R-squares 0,75, 0,50 dan 0,25 menunjukan bahwa model kuat, sedang dan lemah. Kelemahan mendasar menggunakan R-squares adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel dependen, maka nilai R-squares akan meningkat. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R-squares dalam mengevaluasi model regresi, dimana nilainya dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Latan & Temalagi, 2013).

(21)

ANALISIS DAN BAHASAN

4.1. Gambaran Umum Sampel Penelitian

Penelitian ini akan menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dewan komisaris, dan leverage terhadap pengungkapan (CSR). Objek dalam penelitian menggunakan perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2013. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling Adapun criteria-kriteria yang digunakan dalam proses penentuan sampel, yaitu:

1. Perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2011-2013 2. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan (annual report) tahun 2011-2013.

3. Perusahaan menyediakan informasi pengungkapan CSR di laporan tahunan (annual report ) tahun 2011-2013

Berikut ini merupakan proses pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian :

Tabel 4.1

Proses Pemilihan Sampel

No Kriteria Jumlah

1. Perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013

38

2. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan (annual report) tahun 2011-2013

(7)

3. Perusahaan yang tidak menyediakan informasi pengungkapan CSR di laporan tahuan (annual report ) tahun 2011-2013

(2)

Total Perusahaan Sampel Per Tahun 30

Total Perusahaan Sampel Tahun 2011-2013 90

Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dijelaskan tersebut, maka total perusahaan yang memenuhi kriteria dan digunakan sebagai sampel selama setahun sebanyak 30 perusahaan. Jadi total keseuluruhan sampel selama tiga tahun sebanyak 84 perusahaan periode 2011-2013.

4.2. Analisis Statistik Deskriptif

(22)

Analisis statistik deskriptif akan menggambarkan atau mendeskripsikan data masing-masing variabel yang dianalisis dari nilai minimum, maksimum, mean (rata- rata), dan standar deviasi. Statistik deskriptif yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dewan komisaris dan pengungkapan CSR. Hasil analisis deskriptif adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimu

m

Maximum Mean Std.

Deviatio n Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error

Statistic

SIZE 90 19,86 25,66 22,7743 ,13337 1,26527

ROA 90 -,49 ,58 ,0853 ,01672 ,15860

Likuiditas 90 ,16 10,60 2,4313 ,22236 2,10945 Dewan_Komisar

is 90 2,00 13,00 5,2000 ,22635 2,14738

Leverage 90 -24,12 122,00 6,0099 2,1384

9

20,2874 8

CSR 90 ,33 1,00 ,7168 ,02005 ,19022

Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan uji statistik deskriptif dari tabel 4.2 dapat diketahui hasil statistik deskriptif dari masing-masing variabel. Jumlah data (N) yang ada dalam penelitian yaitu 90. Perhitungan mengenai CSR memiliki nilai minimum sebesar 0,33 dan nilai maksimum sebesar 1.00. Semakin besar nilai indeks CSR berarti semakin banyak jumlah indikator yang diungkapkan perusahaan. Nilai rata-rata sebesar 0,7168 dan standar deviasi sebesar 0,19022.

Pada variabel ukuran perusahaan (size) dari uji analisis statistik deskriptif ini memiliki nilai minimum sebesar 19,86 dan nilai maksimum sebesar 25,66. Nilai rata- rata sebesar 22,7743 dan nilai standar deviasi sebesar 1,2652. Data tersebut menunjukan bahwa semakin besar nilai dari variabel ukuran perusahaan maka

(23)

perusahaan tersebut semakin besar karena mempunyai jumlah aset yang lebih banyak.

Pada variabel ROA memiliki nilai minimum sebesar -0,49 dan nilai maksimum sebesar 0,58. Nilai rata-rata sebesar 0,0853 dan nilai standar devisi sebesar 0,15860. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai dari variabel ROA maka semakin besar juga kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dimasa mendatang.

Pada variabel likuiditas memiliki nilai minimum sebesar 0,16 dan nilai maksimum sebesar 10,60. Nilai rata-rata yang dimiliki sebesar 2,431 dan nilai standar deviasi sebesar 2,109. Data tersebut menunjukan semakin besar nilai dari variabel likuiditas maka akan semakin besar juga kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Pada variabel dewan komisaris memiliki nilai minimum sebesar 2,0 dan nilai maksimu sebesar 13,00. Nilai rata-rata sebesar 5,200 dan nilai standar deviasi sebesar 2,147. Data tersebut menunjukan banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan.

Pada variabel leverage memiliki nilai minimun sebesar -24,12 dan nilai maksimum sebesar 122,00. Nilai rata-rata sebasar 6,0099 dan standar deviasi sebesar 20,187. Data tersebut menunjukan semakin besar nilai leverage perusahaan maka nilai perbandingan hutang terhadap ekuitas semakin besar.

4.3. Analisis Pengujian Asumsi Klasik

Berikut ini adalah hasil dari pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Tujuan dilakukan pengujian ini untuk memperoleh model penelitian yang valid dan dapat digunakan untuk melakukan estimasi.

4.3.1.Uji Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel yang diuji mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan One Sample Kolmogronov-Smirnov. Pada uji normalitas dengan One Sample Kolmogronov- Smirnov, nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan bahawa data terdistribusi secara normal. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara

(24)

normal. Hasil pengujian menggunakan One Sample Kolmogronov-Smirnov dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data sekunder yang diolah

Berdasarkan hasil pengujian tabel 4.3 (One Sample Kolmogronov-Smirnov) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,671. Karena nilai signifikansi 0,671 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan terdistribusi secara normal.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.

4.3.2.Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada model regresi dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance > 0,10 dan VIF

< 10, maka tidak ada multikoleniaritas sedangkan jika nilai Tolerance < 0,1 dan VIF

> 10, maka terjadi multikolinearitas. Berikut merupakan tabel dari hasil pengujian multikolinearitas, yaitu:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 90

Kolmogorov-Smirnov Z ,724

Asymp. Sig. (2-tailed) ,671

(25)

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji multikolonieritas, semua variabel independen yang digunakan memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Variabel SIZE dengan VIF sebesar 1,256, variabel ROA dengan VIF sebesar 1,137, variabel Likuiditas dengan VIF sebesar 1,120, variabel Dewan Komisaris dengan VIF sebesar 1,203 dan variable Leverage dengan VIF sebesar 1,042. Hal ini menunjukkan bahwa data memenuhi uji asumsi klasik multikolonieritas dan model regresi terhindar dari masalah multikolinearitas.

4.3.3.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah varian dari residual data satu observasi ke observasi lainnya berbeda atau tetap. untuk semua pengamatan model regresi. Jika varian dari residual data sama disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas terjadi karena residual tidak memiliki variabel yang konstan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Spearman’s rho. Heterokedastisitas terjadi apabila nilai signifikansi < 0.05. Jika nilai signifikansi > 0.05 maka tidak terjadi masalah

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

SIZE ,796 1,256

ROA ,879 1,137

Likuiditas ,893 1,120

Dewan_Komisari

s ,831 1,203

Leverage ,960 1,042

Sumber: Data sekunder yang diolah

(26)

heterokedastisitas. Berikut merupakan tabel dari hasil pengujian heteroskedatisitas, yaitu:

Tabel 4.5

Hasil Uji Spearman rho

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh nilai yang signifikan untuk semua variabel >

0,05. Variabel SIZE dengan signifikansi sebesar 0,900, variabel ROA dengan signifikansi sebesar 0,670, variabel Likuiditas dengan signifikansi sebesar 0,800, variabel Dewan komisaris dengan signifikansi sebesar 0,759, dan variabel Leverage dengan signifikansi sebesar 0,216. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi di atas tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

4.3.4.Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada data observasi satu pengamatan ke pengamatan lainnya dalam model regresi linear. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung autokorelasi. Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah autokorelasi yaitu dengan melakukan uji statistik Durbin Watson (DW). Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil DW statistik dan DW tabel. Jika DW statistik > DW tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi. Berikut merupakan tabel dari hasil pengujian Durbin Watson, yaitu : Correlations

SIZE ROA Likuidita s

Komisari s

Leverage Unstand ardized Residua l

Spearm a n's rho

Unstanda rdized Residual

Sig. (2-

tailed) ,900 ,670 ,800 ,759 ,216 .

N 90 90 90 90 90 90

Sumber: Data sekunder yang diolah

(27)

Tabel 4.6 Uji Durbin Watson

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai statitistik Durbin-Watson sebesar 1,907.

Model regresi dikatakan tidak memiliki autokorelasi jika nilai statistik DW > DW tabel. Jumlah variabel yang digunakan ada lima (k = 5) dengan sampel n = 30 Berdasarkan tabel di atas, nilai batas bawah (dL) yang diketahui dari tabel Durbin Watson untuk n = 90 dan k = 5 pada tingkat signifikan 5% adalah 1,542 dan nilai batas atas (dU) adalah 1,776. Nilai statistik DW 1,907 > 1,776 nilai DW tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi pada model regresi yang digunakan.

4.4. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, multikolineritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas yang telah dilakukan dengan model regresi linier berganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi liniar tersebut tidak memenuhi syarat normalitas, terjadi autokorelasi, bebas multikolinieritas, dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Oleh karena itu, model regresi linier berganda layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan melakukan analisis linear berganda untuk mengetahui pengaruh variable-variabel independen terhadap variabel dependen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dewan komisaris dan leverage terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Pengujian hipotesis dilakukan dengan meregresikan model regresi linear berganda, sebagai berikut:

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1,907

Sumber: Data Sekunder yang diolah

(28)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan:

Y = Luas pengungkapan CSR a = Konstanta

b1b2b3b4b5= Koefisien regresi X1 = Ukuran perusahaan X2 = Profitabilitas X3 = Likuiditas X4 = Dewan komisaris X5 = Leverage

e = Eror

4.4.1. Interpretasi Model Regresi 4.4.1.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determination (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang jelas dan menjelaskan seberapa besar suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan pada variabel yang lain.

Nilai koefisien 0,75, 0,50, dan 0,25 menunjukkan bahwa model kuat, sedang dan lemah. Jika hasil koefisien mendekati angka 1 maka model regresi akan semakin baik. Berikut merupakan tabel dari hasil pengujian R2, yaitu :

Tabel 4.7

Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,384a ,148 ,097 ,18075

a. Predictors: (Constant), Leverage, Dewan_Komisaris, ROA, Likuiditas, SIZE

b. Dependent Variable: CSR

Sumber : Data sekunder yang diolah

(29)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa koefisien determinasi bernilai positif yaitu 0.097. Akan tetapi nilai tersebut masih jauh dari angka 1 sehingga menunjukkan bahwa nilai variabel independen yang digunakan (ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dewan komisaris, leverage) hanya mampu mejelaskan variasi dari variabel dependen (Corporate Social Responsibility) sebesar 9,7%.

Sedangkan sisanya sebesar 90,3% adalah variasi dari variabel independen lain yang mempengaruhi CSR tetapi tidak dimasukkan dalam model.

4.4.1.2.Uji F (Pengujian Signifikansi F)

Pengujian F merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama- sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji F < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berikut merupakan tabel dari hasilpengujian simultan (F), yaitu :

Tabel 4.8

Hasil Uji F (Pengujian Signifikansi F)

Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,018.

Nilai signifikansi 0,018 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen yaitu ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA) , dewan komisaris, dan leverage secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh terhadap

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression ,476 5 ,095 2,913 ,018b

Residual 2,744 84 ,033

Total 3,220 89

a. Dependent Variable: CSR

b. Predictors: (Constant), Leverage, Dewan_Komisaris, ROA, Likuiditas, SIZE Sumber: Data sekunder yang diolah

(30)

4.4.1.3. Uji t (Pengujian Pasial)

Pengujian t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara individual dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% (ɑ=0.05). Jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji t P < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji t P > 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 4.9

Hasil Uji t Corporate Social Responsibility

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients t

B

1

(Constant) -,213 -,571

SIZE ,036 2,148

ROA ,023 2,412

Likuiditas ,0,182 1,412

Dewan_Komisaris ,006 ,654

Leverage -,001 -,875

a. Dependent Variable: CSR Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa model regresi linear berganda adalah Y = -0,213 + 0,036SIZE + 0,023ROA + 0,182Likuiditas + 0,006Dewan Komisaris – 0,001Leverage.

Pada variabel SIZE didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,035. Nilai signifikansi 0,035 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H1 dapat diterima karena nilai variabel SIZE berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Varibel SIZE memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,242, jadi setiap ada peningkatan nilai pada varibel SIZE maka akan ada peningkatan pengungkapan CSR sebesar 2,148,

(31)

begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa SIZE berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Pada variabel ROA didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,018. Nilai signifikansi 0,018 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H2 dapat diterima karena nilai variabel ROA berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Variabel ROA memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,257, jadi setiap ada peningkatan nilai pada variabel ROA maka akan terjadi peningkatan pengungkapan CSR sebesar 2,412, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Pada variabel LIKUIDITAS didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,162.

Nilai signifikansi 0,162 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak karena nilai variabel LIKUIDITAS tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Varibel LIKUIDITAS memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,152, jadi setiap ada peningkatan nilai pada varibel LIKUIDITAS maka akan ada peningkatan pengungkapan CSR sebesar 1,412, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa LIKUIDITAS berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Pada variabel DEWAN KOMISARIS didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,515. Nilai signifikansi 0,515 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak karena nilai variabel DEWAN KOMISARIS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Variabel DEWAN KOMISARIS memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,072, jadi setiap ada peningkatan nilai pada variabel ROA maka akan ada penurunan pengungkapan CSR sebesar 0,654, begitu juga sebaliknya.

Hal ini menunjukan bahwa DEWAN KOMISARIS berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Pada variabel LEVERAGE didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,384. Nilai signifikansi 0,384 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak karena nilai varibel LEVERAGE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Variabel LEVERAGE memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,090, jadi setiap ada peningkatan nilai pada variabel LEVERAGE maka akan ada penurunan pengungkapan CSR sebesar -0,875, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukan bahwa LEVERAGE berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR

(32)

4.5. Analisis Hasil Penelitian

4.5.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Tabel 4.10

Hipotesis Pertama

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR H1

Ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility

H0 Ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.

Hasil peneitian berdasarkan tabel 4.10 meunujukan bahwa variabel SIZE mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,035. Nilai signifikansi 0,035 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H1 dapat diterima karena nilai variabel SIZE berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Varibel SIZE memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,242, jadi setiap ada peningkatan nilai pada varibel SIZE maka akan ada peningkatan pengungkapan CSR sebesar 2,148, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa SIZE berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Tabel 4.11 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Penelitian Terdahulu

Variabel SIZE mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,035. Nilai signifikansi 0,035 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H1 dapat diterima karena nilai variabel SIZE berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Penelitian yang dilakukan oleh Hutabarat dan Faradilla (2010), dan Purwanto (2011) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutabarat dan Faradilla (2010), dan Purwanto (2011) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan berusaha untuk melakukan

(33)

pengungkapan sosial yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan perusahaan yang berskala besar merupakan emiten yang banyak dilihat dan masyarakat cenderung memiliki keinginan untuk mengetahui informasi mengenai perusahaan berskala dibandingkan dengan perusahaan berskala kecil.

4.5.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Tabel 4.12

Hipotesis Kedua

Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan CSR H2

Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.

H0 Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility

Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.12 menunjukan bahwa ROA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,018. Nilai signifikansi 0,018 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H2 dapat diterima karena nilai variabel ROAberpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Variabel ROA memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,257, jadi setiap ada peningkatan nilai pada variabel ROA maka akan terjadi peningkatan pengungkapan CSR sebesar 2,412, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Tabel 4.13 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Penelitian Terdahulu

ROA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,018. Nilai signifikansi 0,018 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H2 dapat diterima karena nilai variabel ROA berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR..

Rita, Hutabarat dan Faradilla (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR

(34)

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita, Hutabarat dan Faradilla (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan semakin besar juga kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, sehingga perusahaan mampu untuk meningkatkan aktivitas dan mengungkapkan CSR dalam laporan tahunan dengan lebih luas, sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marzuly dan Priantinah (2012), dan Purwanto (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR.

4.5.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Tabel 4.14 Hipotesis Ketiga

Pengaruh Likuiditas terhadap Pengungkapan CSR H3

Likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate social Responsibility.

H0

Likuiditas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate social Responsibility.

Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.14 menunjukan bahwa LIKUIDITAS mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,162. Nilai signifikansi 0,162 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak karena nilai variabel LIKUIDITAS tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Varibel LIKUIDITAS memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,152, jadi setiap ada peningkatan nilai pada varibel LIKUIDITAS maka akan ada peningkatan pengungkapan CSR sebesar 1,412, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa LIKUIDITAS berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

(35)

Tabel 4.15 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Penelitian Terdahulu

LIKUIDITAS mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,162. Nilai signifikansi 0,162 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak karena nilai variabel LIKUIDITAS tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Kartika (2010) yang menyatakan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2010) yang menyatakan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Karena semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka pengungkapan tanggung jawab sosial akan semakin sedikit. Likuiditas merupakan salah satu kinerja yang sering dijadikan tolok ukur investor dalam menilai perusahaan. Kondisi keuangan yang likuid akan memudahkan perusahaan menjalankan operasionalnya sehari-hari. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi akan mencerminkan perusahaan tersebut juga memiliki modal kerja yang cukup, sehingga informasi yang diungkapkan perusahan juga lebih sedikit. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya hutang perusahaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan tidak mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab social. Semakin kuatnya keuangan suatu perusahaan, maka perusahaan akan cenderung memberikan informasi lebih luas daripada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang lemah.

(36)

4.5.4.Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Tabel 4.16 Hipotesis Keempat

Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan CSR H4

Dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility

H0 Dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility

Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.16 menunjukan bahwa DEWAN KOMISARIS mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,515. Nilai signifikansi 0,515 >

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak karena nilai variabel DEWAN KOMISARIS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Variabel DEWAN KOMISARIS memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,072, jadi setiap ada peningkatan nilai pada variabel ROA maka akan ada penurunan pengungkapan CSR sebesar 0,654, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukan bahwa DEWAN KOMISARIS berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Tabel 4.17 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Penelitian Terdahulu DEWAN KOMISARIS mempunyai nilai

signifikansi sebesar 0,515. Nilai signifikansi 0,515 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak karena nilai variabel DEWAN KOMISARIS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Lucyanda dan Siagian (2012), dan Jannah (2013) yang menyatakan bahwa variabel dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR.

(37)

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucyanda dan Siagian (2012), dan Jannah (2013) yang menyatakan bahwa variabel dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR, karena biasanya pihak manajemen lebih mementingkan kepentingan pemegang saham daripada tujuan perusahaan yang berdampak tidak maksimalnya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Tetapi hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marzully dan Priantinah (2012) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.

4.5.5. Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Tabel 4.18 Hipotesis Kelima

Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan CSR H5

Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.

H0

Leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility

Hasill penelitian berdasarkan tabel 4.18 menunjukan bahwa LEVERAGE memiliki nilai signifikansi sebesar 0,384. Nilai signifikansi 0,384 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak karena nilai varibel LEVERAGE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Variabel LEVERAGE memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,090, jadi setiap ada peningkatan nilai pada variabel LEVERAGE maka akan ada penurunan pengungkapan CSR sebesar -0,875, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukan bahwa LEVERAGE berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR

Tabel 4.18 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Penelitian Terdahulu

LEVERAGE memiliki nilai signifikansi Rita, Hutabarat, dan Faradilla (2010)

(38)

sebesar 0,384. Nilai signifikansi 0,384 >

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H5

ditolak karena nilai varibel LEVERAGE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR

yang menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita, Hutabarat, dan Faradilla (2010) yang menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. Leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Semakin tinggi leverage kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba dimasa depan. Perusahaan yang memiliki rasio leverage tinggi akan lebih sedikit mengungkapkan CSR supaya dapat melaporkan laba sekarang yag lebih tinggi Hal ini menunjukkan semakin rendah tingkat leverage perusahaan, maka pengungkapan CSR perusahaan semakin luas. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marzully dan Priantinah (2012) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Gambar

Tabel 4.3  Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.4  Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 4.6  Uji Durbin Watson
Tabel 4.11  Hasil Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

bentuk persegi panjang dengan panjang 10 meter dan lebar 8 meter serta tinggi dari permukaan jalan didepannya kurang lebih sebesar 0,5 meter. Analisis nilai pasar berdasarkan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran khususnya materi mengidentifikasi hak anggota keluarga melalui model

Pada wilayah timur laut terlihat paling berbeda dengan wilayah lain akibat persentase terumbu karang hidup sangat sedikit dan terumbu karang yang sudah mati sangat banyak..

Saya yakin dengan kemampuan saya untuk mengerjakan tugas yang orang lain tidak mampu

Berdasarkan sifat-sifat fenotif yang diamati secara kualitatif dan kuantitatif pada tanaman Jeruk Besar (Citrus maxima Merr.) faktor lingkungan dan pemeliharaan tanaman

Moralitas dapat dibentuk melalui proses sosialisasi.Proses belajar seorang anak atau individu tidak hanya dilakukan dalam lingkungan keluarga secara non formal melainkan juga

Hasil penelitian ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Lamalewa dkk (2015) yang meneliti pengaruh kompensasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan melalui

Berdasarkan keprihatinan pentingnya sikap, maka kajian ini dijalankan bagi menganalisis sikap pelajar kolej matrikulasi terhadap pembelajaran fizik dan seterusnya