• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU MORAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU MORAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU MORAL

Yosephine Priscilia Putri Rosari1, A. A. Gede Agung2, Didith Pramunditya Ambara3

1,3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: priscilia_rosari@yahoo.com; agung2056@yahoo.co.id;

didithambara@gmail.com

Abstrak

Permasalahan yang terjadi di TK Kecubung Desa Patas adalah menurunnya perilaku moral pada anak.

Ini terlihat dari rerata perkembangan moral selama dua tahun terakhir adalah 2,636% yang berada pada kategori rendah. Rendahnya rata-rata perkembangan tersebut disebabkan karena kebebasan anak dalam menonton televisi tanpa ada pengawasan dari orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan perilaku moral pada anak kelompok B di TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak melalui metode bercerita berbantuan media buku cerita bergambar. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Subjek pada penelitian ini berjumlah 11 orang anak yang terdiri dari 6 anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Variabel pada penelitian ini adalah perkembangan perilaku moral dan untuk mengumpulkan data tentang variabel tersebut digunakan metode observasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan perilaku moral melalui kegiatan bercerita pada anak kelompok B TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak Tahun ajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari rata-rata persen kemampuan nilai-nilai moral pada siklus I sebesar 63,60% yang berada pada kategori rendah. Rata-rata kemampuan nilai-nilai moral pada siklus II meningkat menjadi 83,60% yang berada pada kategori tinggi, ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,00%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa melalui metode bercerita berbantuan dengan media buku cerita bergambar dapat meningkatkan perilaku moral pada anak usia dini.

Kata kunci: perilaku moral, buku cerita bergambar.

Abstract

The problems that occur in kindergarten Amethyst Patas village is declining moral behavior in children.

This is evident from the mean moral development during the last two years is 2.636% which is in the low category. The low average is due to the development of the child the freedom to watch television without any parental supervision. This study aims to determine the increase in the development of moral behavior in children in the kindergarten group B Amethyst Patas village Gerokgak through storytelling media aided picture books. The design of this study is action research by using two cycles. Subjects in this study a total of 11 children consisting of 6 girls and 5 boys. Variable in this study is the development of moral behavior and to collect data on the variables used observational methods using instruments observation sheet. Collected data were analyzed with descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results showed that an increase in moral behavior through storytelling activities for children kindergarten Amethyst group B Gerokgak Patas village school year 2013/2014. This can be seen from the average percent capability of moral values in the first cycle of 63.60% which is at

(2)

the low category. The average ability of moral values in the second cycle increased to 83.60% which is at the high category, this indicates an increase from cycle I to cycle II of 20.00%. It can be concluded that through storytelling aided by the media picture books can improve moral behavior in early childhood.

Keywords: moral behavior, picture books.

PENDAHULUAN

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan paling mendasar dan menempati posisi yang paling strategis dalam perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Tidaklah mengherankan apabila banyak negara-negara yang menaruh perhatian sangat besar terhadap penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Negara Indonesia memiliki komitmen yang sangat jelas sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 28 yang menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini sejajar dengan bentuk, jenis, dan jenjang pendidikan lainnya.

Pendidikan anak usia dini menjadi sangat strategis, sebab masa ini merupakan masa yang penting, baik untuk meletakkan dasar yang kokoh bagi perkembangan mental, emosional, akhlak dan potensi otak anak. Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak, masa yang penting bagi anak untuk memperoleh pendidikan. Piaget (1978:527) mejelaskan bahwa masyarakat sekarang banyak anak-anak yang kurang mendapat pendampingan dari orang tuanya dalam masa perkembangannya.

Sebagai orang tua yang memiliki aktivitas ataupun kegiatan di luar rumah, terkadang kegiatan tersebut menyita waktu sehingga beberapa orang tua tidak punya cukup waktu untuk keluarga, terutama kepada anak, sehingga yang terjadi kegiatan yang dilakukan anak berjalan tanpa pengawasan dari orang tua yaitu oarang yang dapat dijadikan model bergaul yang baik. Banyak orang tua murid yang berkonsultasi dengan guru tentang terbatasnya waktu mereka dalam mendampingi putra putrinya. Berdasarkan wawancara dengan guru di TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak, terungkap bahwa masalah yang sering dihadapi pada anak usia dini adalah ketika

anak-anak bebas menonton televisi setiap saat tanpa adanya pengawasan dari orang tua di rumah terhadap acara ataupun program televisi yang sesuai untuk anak tersebut. Banyak orang tua murid yang resah karena akhir-akhir ini anak-anak suka menonton acara yang isinya mengandung unsur kekerasan, kata-kata kasar, perkelahian, dan sebagainya. Hal ini juga ditemukan pada anak-anak TK Kecubung di Desa Patas Kecamatan Gerokgak. Sebagian dari anak-anak kelompok B TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak memiliki masalah, dimana anak-anak cenderung menghabiskan waktunya menonton film yang tidak sesuai untuk usia anak tersebut.

Kondisi ini menjadikan anak-anak teringat akan tontonan favorit mereka, Hal ini berdampak pada prilakunya di sekolah.

Terkadang anak sering berbicara tidak sopan dengan guru ataupun teman sebayanya, anak tidak pernah mengucapkan terimakasih jika memperoleh sesuatu, tidak mau meminta maaf ketika anak melakukan kesalahan, dan anak selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik saat bermain. Beberapa anak sering kali bercerita yang kurang sesuai antar temannya terkait film yang ditontonnya dari televisi tersebut.

Kebebasan anak dalam menonton acara televisi dapat mempengaruhi sikap, nilai, perilaku, dan cara berbicara karena pada dasarnya anak cenderung suka meniru apa yang disimaknya. Mereka merasa bahwa apa yang disajikan dalam acara televisi merupakan cara yang dapat diterima dalam bersikap sehari-hari. Dengan keadaan tersebut, kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas pada TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak menjadi terhambat.

Dari data yang didapat, perkembangan moral di TK Kecubung kelompok B mengalami penurunan dan termasuk dalam kategori rendah dibandingkan dengan aspek perkembangan lainnya.

(3)

Kegiatan belajar-mengajar dalam kelas seharusnya membutuhkan suasana yang kondusif, agar anak-anak dapat belajar semaksimal mungkin, namun pendidik sering menghadapi sikap dan perilaku yang berlawanan dengan yang seharusnya, seperti anak belum bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, tidak sabar saat menunggu giliran, tidak peduli dengan teman, tidak mau memberi dan meminta maaf, dan tidak terbiasa mengucapkan terima kasih ketika telah dibantu. Akibatnya kegiatan menjadi terganggu dan waktu habis tersita untuk menghadapi masalah itu. Penelitian yang dilakukan tentang metode penanaman nilai moral untuk anak usia dini.

Mukhamad Murdiono menyebutkan bahwa pendidikan moral itu perlu diperhatikan secara khusus pada anak diusia dini karena jika adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, dan akhlak anak itu dididik baik sejak dini maka akan sangat berpengaruh dimasa yang akan datang yaitu ketika anak tumbuh dewasa. Hasil penelitian yang dilakukannya memberikan gambaran metode penanaman nilai moral yaitu melalui bercerita, bermain, karyawisata, bernyanyi, outbond, pembiasaan, teladan, syair, dan diskusi. Dari beberapa metode yang digunakan tersebut yang paling sering digunakan adalah bercerita dan pembiasaan.

Metode penanaman nilai moral bercerita dan pembiasaan ternyata dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku anak dari yang tidak baik menjadi baik. Pendidik sering mengalami kesulitan menentukan strategi dalam memberikan pendidikan moral karena anak cenderung bertindak semaunya dan tidak mendengarkan ketika dinasehati.

Mencermati permasalahan yang ada di kelas, guru perlu melakukan perbaikan proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran bisa berlangsung efektif.

Salah satu jalan keluar yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki perilaku anak adalah dengan memberikan suatu kegiatan bercerita dengan menggunakan buku cerita bergambar.

Zainab (2012) pada penelitiannya yang berjudul “pengingkatan perkembangan moral anak melalui metode cerita bergambar di TK lembah sari agam” menyebutkan bahwa TK merupakan pendidikan anak usia dini

berumur 5-6 tahun, yang merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan pembiasaan salah satunya peningkatan moral anak, pendidikan moral yang baik harus di tanamkan dalam setiap kehidupan anak agar dapat menjadi kepribadian kelak, disamping itu moral juga akan menjadi karakter yang akan membentuk sifat anak hingga mereka dewasa.

Metode yang diterapkan dalam penelitian untuk mengajarkan nilai-nilai moral adalah melalui metode cerita bergambar yang berisikan pesan tentang nilai-nilai moral yang baik. Metode ini sangat berguna untuk meningkatkan perkembangan moral anak usia dini. Kegiatan bercerita di TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak biasanya hanya menonton, karena guru tidak menggunakan media dalam bercerita sehingga anak kurang tertarik dalam mendengarkan cerita.

Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan mencoba menggunakan metode bercerita melalui media buku cerita bergambar agar dapat mengatasi problem- problem moral anak. Bercerita melalui media buku cerita bergambar dipilih karena anak senang dengan gambar-gambar seperti tokoh-tokoh kepahlawanan, binatang, dan tokoh dalam film-film kartun yang anak-anak sukai. Dalam penelitian ini peneliti akan memasukkan pesan moral agar segala permasalahan moral anak kelompok B TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak dapat teratasi dengan baik. Sehingga anak tidak lagi melakukan perbuatan yang negatif saat pembelajaran di sekolah.

“Moral berasal dari kata latin yaitu mores yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial.

Perilaku tak bermoral ialah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

Perilaku demikian bukan disebabkan ketidakacuhan atau harapan masyarakat, melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Perilaku amoral lebih disebabkan ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial daripada pelanggaran sengaja terhadap standar kelompok. Perilaku anak kecil lebih pada amoral daripada tak bermoral” (Rosmala, 2005). Menurut Hurlock

(4)

(1978:75) pengertian moralitas adalah perilaku yang sesuai dengan standar sosial dan dilaksanakan dengan sukarela yang muncul bersamaan dengan peralihan kekuasaan eksternal ke internal yang terdiri atas tingkah laku yang diatur dari dalam dan disertai perasaan tanggung jawab pribadi untuk tindakan masing-masing. Berdasarkan pengertian moral diatas dapat disimpulkan bahwa anak-anak bermoral itu anak yang berperilaku sesuai dengan adat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai yang tidak terlepas dari perilaku baik dan buruk dalam menjalani kehidupan dalam lingkungannya. Menurut Piaget, “perkembangan moral terjadi dalam dua tahapan yang jelas. Tahap pertama disebut tahap realisme moral atau moralitas oleh pembatasan. Tahap kedua disebutnya tahap moralitas otonomi atau moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik.”

Dalam tahap pertama, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otonomi terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian.

Mereka menganggap orang tua dan semua orang dewasa yang berwenang sebagai maha kuasa dan mengikuti peraturan yang diberikan pada mereka tanpa mempertanyakan kebenarannya. Dalam tahap perkembangan moral ini, anak menilai tindakan sbagai “benar” atau “salah” atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan sama sekali mengabaikan tujuan tindakan tersebut.

Tahap kedua perkembangan moral ini bertepatan dengan “tahapan operasi formal”

dari Piaget dalam perkembangan kognitif, tatkala anak mampu mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu dan dapat bernalar atas dasar hipotesis dan dalil. Ini memungkinkan anak untuk melihat masalahnnya dari berbagai sudut pandangan dan mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkannya. Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa tahap-tahap perkembangan moral adalah suatu tahapan yang dicapai oleh setiap anak dimana anak mulai belajar patuh pada aturan yang berlaku. Melalui kegiatan bercerita dengan media buku cerita bergambar diharapkan perilaku moral dapat diterapkan pada penyajian isi cerita yang disampaikan kepada anak. Menurut Hurlock (1978:75)

“perilaku moral adalah perilaku yang sesuai

dengan kode moral kelompok sosial yang dikendalikan konsep-konsep moral.

Peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya yang menentukan perilaku sesuai harapan seluruh anggota kelompok.” Bentuk bentuk perilaku moral anak usia dini adalah yang pertama konsep benar dan salah, yang kedua mau memberi dan meminta maaf, yang ketiga mau mengucapkan terima kasih, yang keempat dapat menunjukkan simpati, yang kelima berbicara sopan, yang keenam peduli dan mau menolong.

Hurlock (1978:106) menyatakan bahwa “dasar perilaku moral itu diletakkan pada awal hidup. Perilaku moral ialah perilaku yang memenuhi standar kelompok, tempat individu diidentifikasi”. Dari perilaku moral diatas, yang akan diteliti adalah bentuk perilaku dari Hurlock, seperti anak dapat membedakan tentang benar dan salah, mau memberi dan meminta maaf, mau mengucapkan terima kasih, sabar menunggu giliran, dapat berbicara sopan, peduli dan mau menolong orang lain. Dalam bentuk perilaku ini membahass tentang peraturan perilaku yang disetujia dalam anggota kelompok.

Bentuk perilaku tersebut sangat cocok dalam penelitian ini, yang berisi tentang sikap benar dan salah akibat proses dari sosialisasi anak dengan kelompoknya.

Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda tentang pengertian belajar dengan pandangan yang mereka anut. Menurut Ausubel (Asri, 2003:44) bahwa “proses belajar terjadi jika seorang mampu menganalisis menyatukan pengetahuan baru yang terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan dengan memperhatikan stimulus, memahami stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami”.

Piaget (Dimyati dan mudjiono, 1994:13) berpendapat “belajar adalah kegiatan individu dalam melakukan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan, sehingga anak memperoleh pengetahuan dan mengalami perubahan serta perkembangan fungsi inteleknya.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam berinteraksi aktif

(5)

dengan lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitarnya yang menghasilkan perubahan dan mendapat pengalaman tentang pengetahuan, pengalaman, keterampilan serta nilai sikap.

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik.

Penelitian Dwiantari (2012) mengatakan

“sebagian dari cerita-cerita yang ada, meliputi beberapa unsur yang negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita tersebut tidak mengindahkan estetika dan norma”.

Tentunya hal tersebut tidak boleh terjadi pada pembelajaran bahasa di Taman Kanak- Kanak karena akan berdampak buruk pada anak didik Taman Kanak-Kanak, mungkin dengan cerita tersebut si anak akan melakukan hal-hal buruk karena semua informasi dan peristiwa yang tercakup dalam sebuah cerita akan berdampak sekali dalam pembentukan akal dan moral seorang anak, baik dari segi budaya, imajinasi maupun bahasa kesehariannya.

Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi. Kegiatan bercerita dapat merangsang anak mengkonstruksi nilai-nilai serta pesan positif yang dianut dalam masyarakat dan pembelajaran moral bagi anak.

Beberapa manfaat metode bercerita bagi anak usia dini di TK diantaranya yang pertama melatih daya serap atau daya tangkap anak TK, artinya anak usia TK dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan, yang kedua melatih daya pikir anak. Untuk terlatih memehami proses cerita, mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan-hubungan sebab-akibatnya, yang ketiga melatih daya konsentrasi anak TK, untuk merumuskan perhatiannya kepada keseluruhan cerita, karena dengan perumusan perhatian

tersebut anak dapat melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam cerita, yang keempat mengembangkan daya imajinasi anak, artinya dengan bercerita anak dengan fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berada di luar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya. Ini berarti membantu menambah wawasan anak serta dapat meningkatkan kognitif pada anak usia dini khususnya, dan yang kelima membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien, sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.

Dalam penelitian Dwiantari (2012) berpendapat “kegiatan bercerita adalah penting, agar bercerita menjadi lebih menarik maka perlu dilakukan melalui tahap-tahap tertentu yaitu yang pertama memilah dan memilih materi cerita, yang kedua memahami dan menghafal isi cerita, yang ketiga menghayati karakter peran tokoh, yang keempat latihan dan introspeksi”.

Langkah-langkah bercerita dengan media buku cerita bergambar berasal dari Pedoman Pembelajaran Bidang

Pengembangan Bahasa di Taman Kanak-Kanak (2007) sebagai berikut. Yang pertama anak mempersiapkan diri untuk menyimak penjelasan guru, yang kedua anak memperhatikan gambar dan mengetahui judul cerita, yang ketiga anak menyimak cerita guru sambil memperhatikan buku cerita bergambar, yang keempat anak menyimak pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru, yang kelima anak menceritakan kembali isi cerita yang sudah diceritakan oleh guru”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan kualitas bercerita yang baik dan menarik, maka perlu menetapkan tujuan, tema cerita, dan bentuk cerita yang dipilih serta melakukan langkah- langkah yang tepat diantaranya guru mengatur tempat duduk anak, guru memulai dengan pembukaan kegiatan bercerita, guru mengembangkan cerita yang dituturkan, memahami dan menghafal cerita serta dapat berimprovisasi dengan baik agar dapat menarik perhatian anak dalam mengkomunikasikan isi cerita kepada anak.

Sehingga dapat senang dan tertarik untuk

(6)

mrendengarkan cerita yang dibawakan oleh guru jika guru membawakan cerita dengan ekspresi yang bagus.

Dalam penelitian Dwiantari (2012) menyatakan bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan teks. Keduanya saling menjalin baik gambar maupun teks secara sendiri belum cukup untuk mengungkapkan cerita secara lebih mengesankan, dan keduanya saling membutuhkan untuk saling mengisi dan melengkapi. Dalam buku cerita bergambar pemahaman kata-kata benda dalam konteks cerita dapat berupa satu gambar, dua gambar, tiga gambar, atau empat gambar dengan ukuran tertentu. Dapat juga berupa gambar lepas atau gambar seri yang terdiri 2-4 gambar yang meluruskan jalan cerita.

Penelitian yang dilakukan tentang buku cerita bergambar untuk menanamkan nilai moral menggunakan pendekatan cerita rakyat untuk usia 6-10 tahun.

Oentardjo (2012) mengatakan bahwa anak sekarang tidak memiliki nilai moral yang seharusnya mereka miliki. Orang tua yang bekerja tidak memiliki banyak waktu dan pengawasan untuk menemani anak- anaknya belajar bertindak dengan benar.

Banyak anak tidak tahu bagaimana cara bertindak dengan benar, hanya meniru dari apa yang mereka lihat atau baca. Mereka ingin tahu banyak hal, tapi tidak ada yang mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan pada mereka bagaimana bertindak. Oleh karena itu buku cerita bergambar untuk peningkatan moral anak-anak dengan pendekatan cerita rakyat ini bertujuan untuk membantu anak yang kedua orang tuanya bekerja, sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarkan tentang moral, dalam mengenalkan nilai moral.

Christianti (2008) pada penelitiannya yang berjudul “Penanaman Nilai-nilai Moral Anak Usia Dini melalui Kegiatan Bercerita Bertema Cerita Rakyat Budaya Lokal”

mengatakan bahwa pendidikan karakter berisi nilai-nilai moral untuk anak sangat penting untuk dikenalkan sejak usia dini karena potensi kemampuan anak yang luar biasa untuk menyerap segala hal disekitarnya. Salah satu strategi yang dapat digunakan pendidik untuk menanamkan nilai tersebut adalah dengan bercerita. Pendidik dapat menggunakan cerita-cerita rakyat yang

ada di lingkungannya untuk mengenalkan nilai-nilai moral dan sekaligus sebagai bentuk pelestarian budaya terhadap nilai- nilai positif yang ada dalam masyarakat.

Cerita rakyat menggunakan latar belakang budaya yang dekat dengan anak, memudahkan anak untuk memahami cerita dan mengimplementasi cerita tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Cerita rakyat agar dapat dipahami oleh anak dapat dimodifikasi oleh pendidik dengan menyederhanakan alur cerita, mengajak anak menuju lokasi yang sesungguhnya, menggunakan gambar- gambar sebagai simbol untuk memudahkan anak, dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan pemahamannya terhadap cerita dengan menggambar bebas dan menceritakan kembali cerita tersebut.

METODE

Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak pada kelas B. Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Kecubung Patas.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak yang berjumlah 11 orang dengan 5 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. Siswa ini dipilih menjadi subjek penelitian mengingat di kelompok B TK Kecubung Patas, ditemukan permasalahan-permasalahan seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang.

Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan perilaku moral pada siswa kelompok B TK Kecubung Patas.

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK) Menurut Agung (2012:24) menyatakan “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profisional. Tujuan dari PTK adalah untuk pengembangan

(7)

keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dalam pemecahan masalah secara langsung pada program pembelajaran yang sedang berjalan.” Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan tindakan- tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di dalam kelas secara lebih profesional.

Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan evaluasi begitupun dengan siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi target penelitian.

Rencana kegiatan yang dilakukan pada penilitian ini guna meningkatkan perilaku moral pada anak kelompok B TK Kecubung Desa Patas diantaranya yaitu : menyamakan persepsi dengan guru mengenai moral pada anak usia dini, membuat perencanaan pembelajaran yang kemudian dituangkan dalam peta konsep, rkm Rencana Kegiatan Harian (RKH), mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu media buku cerita bergambar, dan menyiapkan instrumen penelitian.

Adapun upaya yang dilakukan oleh guru/peneliti untuk melakukan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini adalah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dipersiapkan.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar format observasi. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana anak didik dalam melakukan kegiatan tersebut.

Observasi dilakukan bekerjasama dengan pendidik lain yang berperan sebagai kolaborasi.

Data yang telah diperoleh dari lembar observasi didiskusikan bersama dengan pendidik maupun pengasuh. Refleksi barupa diskusi yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.

Evaluasi meliputi proses pembelajaran,

masalaha yang muncul, respon anak terhadap pembelajaran melalui metode bercerita berbantuan media cerita bergambar dan pengaruh pembelajaran pada perilaku anak. Jika hasil evaluasi masih menunjukkan beberapa kekurangan, maka siklus akan dimulai lagi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama variabel bebas yang berisikan metode bercerita berbantuan media buku cerita bergamba dan yang kedua variabel terikat yang berisikan kemampuan perilaku moral pada anak kelompok B TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak

Instrumen yang digunakan adalah berupa lembar observasi kegiatan bercerita berbantuan media cerita bergambar. Adapun aspek-aspek penilaian meliputi proses pembelajaran menggunakan metode bercerita, keterlibatan anak dan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sangatlah diamati oleh pendidik. Aspek penilaian tersebut adalah berbicara dengan sopan, selalu mengucapkan terima kasih jika memperoleh sesuatu, mau memohon dan memberi maaf, menyebutkan perbuatan-perbuatan yang benar dan yang salah, melakukan perbuatan-perbuatan yang baik saat bermain.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif.

Dalam buku metodologi penelitian dinyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis statistik yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Dalam hubungan ini Agung (2010:70) menyatakan bahwa:

Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakkan dengan jalan menerapan teknik dan rumus- rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan Modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Dalam penerapan metode analisis statistik dekskriptif ini, data yang diperoleh

(8)

dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung median, d) menghitung modus,

Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenal keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2010:76).

Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan perilaku moral pada anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Tingkatan perilaku moral siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan di kelompok B TK Kecubung Patas dengan jumlah siswa 11 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana siklus I terdiri dari 8 kali pertemuan, yaitu 7 kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi penilaian, sedangkan pada siklus II terdiri 7 kali pertemuan, yaitu 6 kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi penilaian. Siklus I, pertemuan satu sampai dua tujuh menerapkan RKH, dan pertemuan kelapan diadakan evaluasi penilaian siklus I.

Sedangkan siklus II untuk pertemuan pertama sampai 6 menerapkan RKH , dan pertemuan ketujuh diadakan evaluasi penilaian siklus II. Data yang dikumpulkan adalah mengenai hasil belajar anak terhadap kemampuan perilaku moral dengan menggunakan media buku cerita bergamabar. Selanjutnya data yang telah didapat tersebut dianalisis dengan menggunakan metode-metode yang diterapkan sebelumnya.

Siklus I dilaksanakan selama delapan kali pertemuan yaitu tujuh kali pertemuaan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi penilaian perilaku moral anak kelompok B yang berjumlah 11 orang.

Data hasil belajar anak pada perilaku moral disajikan dalam bentuk grafik polygon.

Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada

saat penerapan perilaku moral anak menggunakan media buku cerita bergambar dengan menggunakan lima indikator, dan masing-masing indikator yang muncul dalam pembelajaran akan diberi skor. Data yang didapat disajikan kedalam grafik polygon pada hasil belajar perilaku moral pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik sebagai berikut.

Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat M < Md = Mo (9,54 <

10,00 = 10,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar perilaku moral pada siklus I dapat di interpretasikan skor moral pada anak Kelompok B TK Kecubung Desa Patas rendah.

Nilai M% = 56 % yang dikonvesikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 63,60 % yang berarti bahwa hasil belajar perilaku moral siklus I berada pada kriteria rendah.

Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil belajar anak masih berada pada kriteria rendah, maka masih perlu ditingkatkan pada siklus II.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I adalah yang pertama perkembangan perilaku moral melalui bercerita menggunakan buku cerita bergambar masih belum maksimal, ada perlakuan anak sudah bermoral, serta ada beberapa anak yang perlakuannya belum bermoral dan kurang merespon kegiatan pembelajaran saat

0 2 4

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Md = 10 Mo =10 M= 9,54

(9)

proses pembelajaran berlangsung, dan yang kedua beberapa anak belum senang menerima kegiatan bercerita menggunakan buku cerita bergambar karena ceritanya kurang menarik untuk anak.

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah kegiatan bercerita lebih difokuskan pada keterlibatan anak melalui interaktif atau peneliti mengajak anak untuk aktif dalam kegiatan bercerita dan peneliti akan mengulas setiap judul cerita dengan kata- kata yang jelas sehingga anak bisa memahaminya dengan mudah dan menarik pada peran dari tokoh-tokoh cerita yang berkaitan dengan sikap dan perilaku moral anak dalam perkembangan perilaku moralnya.

Siklus II dilaksanakan selama lima kali pertemuan, empat kali untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali untuk evaluasi penilaian perilaku moral. Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keempat pada siklus II yaitu menerapkan RKH dan pertemuan kelima mengadakan evaluasi penilaian siklus II.

Data hasil belajar perilaku moral yang diperoleh oleh anak disajikan dalam bentuk grafik polygon pada hasil belajar perilaku moral pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5

8 9 10 11 12 13 14 15

Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat M < Me < Mo (12,54

< 13,00 < 14,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar perilaku moral pada siklus II cenderung tinggi. Melalui perbaikan peroses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan

siklus I maka pada pelaksaaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah yang pertama secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan memuaskan, yang kedua anak yang awal kemampuannya bercerita berbantuan media buku cerita bergambar kurang dalam proses pembelajaran menjadi baik, dan yang ketiga peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberi motivasi pada anak apabila ada anak yang belum bisa berperilaku moral sesuai dengan yang diharapkan

Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan media menggunakan buku cerita bergambar untuk meningkatkan perilaku moral sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata- rata prsentase (M%) hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil analisis memberikan gambaran bahwa dengan penerapan media dengan berbantuan buku cerita bergambar untuk meningkatkan perilaku moral anak diperoleh rata-rata hasil belajar kemampuan moral anak pada siklus I sebesar 63,60%

dan rata-rata hasil belajar perilaku moral anak pada siklus II sebesar 83,60%. Ini menunjukan adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar anak dari siklus I ke siklus II sebesar 20,00%.

Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukan bahawa penerapan media buku cerita bergambar untuk meningkatkan perilaku moral anak ternyata sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan media buku cerita bergambar untuk meningkatkan perilaku moral anak secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan hasil belajar para anak didik.

M = 12,54

Mo = 14

Me = 13

(10)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam bab IV di depan, maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan perkembangan perilaku moral anak setelah penerapan media buku bergambar kelompok B semester II TK Kecubung Desa Patas tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini terlihat dari rata-rata persen perilaku moral pada siklus I sebesar 63,60% yang berada pada kategori rendah, meningkat pada siklus II menjadi 83,60%

yang berada pada kategori tinggi. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 20,00%.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran yang pertama kepada siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan moralnya melalui pesan-pesan yang positif dari cerita yang sudah diberikan oleh guru, yang kedua kepada guru diharapkan agar para Guru Taman Kanak- kanak dapat menggunakan model (cara, metode) bercerita dengan media buku cerita bergambar dalam mengembangkan moral anak seperti yang telah penulis lakukan di atas, dengan menyesuaikan karakteristik anak masing-masing kelas. Diharapkan guru tidak pernah bosan untuk belajar menguasai teknik dalam bercerita, yang ketiga kepada Orang Tua, pembelajaran moral anak melalui metode bercerita dengan menggunakan buku cerita bergambar dapat menjadi solusi bagi para orang tua agar digunakan dirumah untuk meningkatkan perilaku moral putra dan putrinya supaya menjadi lebih baik. Orang tua dan guru dapat bekerja sama mengembangkan perilaku moral anak, yang keempat kepada peneliti lain, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan dari kemampuan nilai-nilai moral dengan mengembangkan metode bercerita menggunakan media buku cerita bergambar pada anak didik di TK Kecubung Desa Patas.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2005. Konsep dan Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: FIP Undiksha.

---, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Pengantar.

Singaraja: FIP Undiksha.

Budianingsih, Asri. 2012. Belajar &

Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

---, 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta:

PT Asdi Mahastya.

Christianti, Martha. 2008. Penanaman Nilai Moral Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bercerita Bertema Cerita Rakyat Budaya Lokal. Jurnal Ilmiah Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai Masalah

Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati & Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Dwiantari, Ani. 2012. Upaya Meningkatkan Perkembangan Moral Anak Usia Dini Menggunakan Metode Bercerita. Jurnal Ilmiah.

Hurlock B, Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Muridiono, Metode Penanaman Nilai Moral Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah.

Oentardjo, Jane. 2012. Buku Cerita Bergambar Untuk Menanamkan Nilai Moral Menggunakan Pendekatan Cerita Rakyat Untuk Usia 6-10 Tahun. Jurnal Ilmiah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD.

Zainab. 2012. Peningkatan Perkembangan Moral Anak Melalui Metode Cerita Bergambar TK Lembah Sari Agam.

Jurnal Ilmiah.

Referensi

Dokumen terkait

maka mereka akan lebih bisa menontrol dirinaya sendiri, sehingga mereka dapat meningkat hasil belajar mereka. Sedangkan seseorang yang memiliki minat belajar

Sebagai balasan bagi Perkara-Perkara yang tersebut di dalam Lampiran Perjanjian Pinjaman Pendidikan / Pinjaman Semula Pendidikan, PERBADANAN dengan ini bersetuju untuk

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aplikasi Pengundian Arisan

11119 Tujuan dari adanya Program Literasi Digital adalah meningkatkan semangat literasi Masyarakat Desa Pekauman Kulon dengan upaya membuatkan Blog yang berisi

Namun jika dilihat dari jumlah penambahan bioetanol yang digunakan, campuran solar dan bioetanol 10% masih menunjukkan performa yang cukup baik jika

Semakin tinggi rasio lancar maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan semakin rendah karena rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar

Hal itu di sebabkan karena rongga udara yang besar menambah tekanan udara untuk mendorong air menuju titik yang lebih tinggi, dorongan air dari pipa inlet yang