7 BAB II
LANDASAN TEORI 2.1 Simpang
2.1.1. Pengertian Simpang
Simpangan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu sistem jaringan jalan yang secara umum memiliki kapasitas persimpangan yang dapat dikontrol dengan mengendalikan volume lalu lintas dalam system jaringan tersebut.
Kemudian prinsip persimpangan adalah pertemuan antara dua atau lebih jaringan jalan (Alamsyah, 2008).
Persimpangan ialah titik temu dua atau lebih sudut jalan, biasanya terjadi pertemuan kendaraan satu dengan kendaraan lain. Dimana situasi ini menyebabkan kemacetan jalan dan menyebabkan keterlambatan kendaraan pada persimpangan.
Kepadatan ini juga diakibatkan banyak faktor seperti tidak baiknya manajemen lalu lintas pada persimpangan tersebut (Tamin, 2000).
A. Kapasitas Simpang
Kapasitas simpang yaitu kondisi lalu lintas dan geometri jalan mempengaruhi arus maksimum kendaraan yang dapat melewati suatu persimpangan, beberapa kontrol yang berlaku untuk kapasitas persimpangan yang akan diperiksa. Faktor- faktor yang sangat mempengaruhi kapasitas dan pelayanan simpang, contohnya seperti kondisi fisik simpang itu sendiri dan pengoperasiannya, kondisi lingkungan sekitar simpang, karakteristik arus lalu lintas di simpang tersebut dan jumlah kendaraan yang melewati persimpangan tersebut. (Oglesby dan Hick, 1982).
B. Jenis Simpang
Seumumnya simpang terbagi atas dua bagian yaitu : simpang sebidang dan simpang tidak sebidang. (Alamsyah, 2008).
1. Simpang Sebidang (At Grade Intersection)
Simpang yang dimaksud adalah titik temu satu area antara dua jalur atau lebih jalur di jalan raya. Untuk persimpangan jalan dengan semua pergerakan belokan untuk menyederhanakan perencanaan dan pengoperasian maka
8 jumlah persimpangan tidak boleh melebihi empat lengan. Ini mengurangi titik konflik dan membantu pengemudi dalam mengawasi situasi yang ada. Bentuk simpangan sebidang terbagi atas empat bentuk, yaitu :
• Simpang tiga
• Simpang empat
• Simpang banyak
• Simpang bergeser (Prasetyo, 2013)
Simpang sebidang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
• persimpangan dengan sinyal
• persimpangan tanpa sinyal. (Risdiyanto, 2018)
2. Simpang Bersinyal (Signalized Intersection)
Simpang bersinyal yaitu simpang yang diatur dan diatur menggunakan tiga aspek lampu lalu lintas yang berwarna merah, kuning dan hijau yang biasanya disebut dengan lampu pengatur sinyal lalu lintas (Traffic Light).
Selain mengatur lalu lintas kendaraan, lampu lalu lintas juga mempunyai tugas untuk mengarahkan pengendara sepeda dan juga pejalan kaki sebagai pengguna jalan tersebut. (Oglesby dan Hick, 1982).
Alasan umum sinyal lalu lintas dipergunakan menurut (Departemen Pekerjaan Umum, 1997) adalah :
• Untuk menghindari kemacetan akibat terjadinya konflik pada arus lalu lintas dan juga terjaminnya suatu kapasitas yang dapat dipertahankan pada jam-jam puncak.
• Untuk memberikan kesempatan kepada pejalan kaki dan beberapa pengguna kendaraan lainnya untuk dapat memotong jalan utama pada suatu jalan.
• Untuk memangkas jumlah kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas yang datang dari arah lainnya.
9 Suatu simpang dapat dikatakan perlu bahkan harus dipasang lampu pengatur sinyal lalu lintas (Traffic Light) menurut APILL yaitu :
• Minimal arus lalu lintas yang terjadi di suatu simpang rata-rata adalah 750 kendaraan/jam yang terjadi secara kontinus selama 8 jam perhari.
• Digunakan juga oleh 175 rata-rata pejalan kaki secara kontinus selama 8 jam perhari.
• Sering terjadinya kecelakaan lalu lintas pada simpang tersebut.
• Hambatan waktu tunggu terjadi lebih dari 30 detik.
Jenis simpang bersinyal yang memiliki empat lengan dan simpang tiga lengan yang terlampir dalam gambar berikut :
Gambar 2. 1 Simpang Bersinyal Empat Lengan (Sumber : MKJI, 1997)
Gambar 2. 2 Simpang Bersinyal Tiga Lengan (Sumber : MKJI, 1997)
10 3. Simpang Tak Bersinyal (Unsignalised Intersection)
Simpang tak bersinyal yaitu simpang yang tidak menggunakan lampu pengatur sinyal lalu lintas (Traffic Light) sehingga simpang dengan jenis ini biasanya dapat dijumpai di daerah dengan pemukimaan perkotaan dan juga daerah pedesaan yang tidak memiliki banyak jalan minor serta jalan perbelokan yang sedikit sehingga pengguna jalan simpang itu sendiri yang akan menilai apakah aman ketika melintas di simpang tersebut (Departemen Pekerjaan Umum, 1997).
Gambar 2. 3 Contoh Persimpangan Sebidang (Sumber : Khisty dan Lall, 2003)
4. Simpang Tidak Sebidang (Interchange)
Simpangan tidak sebidang yaitu simpang yang memiliki fungsi untuk memisahkan jalur kendaraan sesuai dengan jenis persimpangannya, contohnya saat kendaraan hendak bergabung atau berpisah pada satu laju jalur yang sama (Morlok, 1987).
11 Simpang tidak sebidang ini membutuhkan tikungan yang besar dan sulit sehingga menyebabkan biaya konstruksi yang begitu mahal serta membutuhkan penempatan dan tata guna lahan yang sangat luas juga.
Contohnya bundaran layang atas, pertigaan yang membentuk Y dan pertigaan membentuk T yang dimodifikasi membentuk tiga jembatan (Hobbs, 1979).
Gambar 2. 4 Contoh Persimpangan Tidak Sebidang (Sumber : Khisty dan Lall, 2003)
2.1.2. Peta Lokasi
Peta lokasi penelitian simpang berada di Jl. Kelapa 2 - Jl. Hamadi Pante, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan jalan utama yang dilalui untuk menuju jalan alternatif dan juga merupakan kawasan komersial yang dimana terdapat banyak pertokoan, tempat wisata, perkantoran dan juga karena tingginya tingkat volume mobilitas lalu lintas yang melewati simpang tersebut.
12 2.1.3. Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Jayapura pada tahun 2021 tersaji dalam tabel sebagai berikut :
Kecamatan Luas Wilayah
1 2
Jayapura Utara 51,00
Jayapura Selatan 61,00
Abepura 201,44
Muara Tami 626,56
Total 940,00
Tabel 2. 1 Luas Wilayah (Sumber : BPS Kota Jayapura)
2.1.4. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Jayapura pada tahun 2021 tersaji dalam tabel sebagai berikut :
Kecamatan Jumlah Penduduk
1 2
Jayapura Utara 86,925
Jayapura Selatan 84,435
Abepura 60,505
Muara Tami 8,476
Total 240,341
Tabel 2. 2 Jumlah Penduduk (Sumber : BPS Kota Jayapura)
2.2 Lalu Lintas
2.2.1. Pengertian Lalu Lintas
Lalu lintas merupakan berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal perjalanan di jalan atau sebagainya yang berhubungan antara satu tempat ke tempat lainnya.
13 Lalu lintas juga bisa disebut sebagai ruang lalu lintas. Ruang lalu lintas adalah prasarana penunjang yang diperuntukan untuk kendaraan bergerak maupun berpindah bagi manusia dan barang juga. Di dalam lalu lintas ada 3 komponen sistem yang saling berkaitan yaitu manusia, kendaraan dan jalan yang dimana saling berinteraksi dalam pergerakan mobilitas kendaraan dan juga lalu lintas. (UU No.
22, 2009).
2.2.2. Geometrik Lalu Lintas
Kondisi geometric memberikan informasi serta gambaran tentang lebar jalan, lebar bahu jalan dan juga lebar median jalan dengan petunjuk arah jalan di setiap lengan simpang yang dapat dilihat serta digambarkan dalam bentuk sketsa agar dapat menjelaskan lebar ukuran dan tipe simpang. (Departemen Pekerjaan Umum, 1997).
a. Pengukuran Lebar Pendekat Efektif
Pengukuran lebar pendekat efektif mendefinisikan hasil dan lebar efektif (We) berdasarkan lebar pendekat (WA) dan lebar keluar (WKELUAR). Prosedur pengukuran lebar pendekat efektir terbagi atas 2, yaitu :
• Prosedur untuk tipe pendekat tanpa belok kiri langsung.
• Prosedur untuk pendekat dengan belok kiri langsung.
(Departemen Pekerjaan Umum, 1997) b. Lebar Masuk
Lebar masuk adalah lebar bagian pendekat yang diperkeras, diukur pada garis henti (m).
c. Lebar Keluar
Lebar keluar adalah lebar bagian pendekat yang diperkeras yang digunakan oleh lalu lintas berangkat setelah melewati persimpangan jalan (m).
14
Gambar 2. 5 Pendekat dengan dan tanpa pulau lalu lintas (Sumber : MKJI,1997)
d. Gambar Penampang Melintang
Gambar 2. 6 Penampang Melintang Pendekat Arah Barat
Gambar 2. 7 Penampang Melintang Pendekat Arah Timur
Gambar 2. 8 Penampang Melintang Pendekat Arah Selatan
15 2.2.3. Waktu Sinyal lalu lintas
Penentuan waktu sinyal lalu lintas ditinjau dari segi tipe tipe pendekat.
Memahami tipe pendekat (approach) beserta tipe pendekat terlindungi (protected)
= P dan terlawan (opposed) = O berdasarkan tabel penentuan tipe pendekat.
(Departemen Pekerjaan Umum, 1997).
Gambar 2. 9 Penentuan Tipe Pendekat (Sumber : MKJI,1997)
2.2.4. Arus Lalu Lintas
Berdasarkan kelasnya jenis-jenis kendaraan terbagi atas kendaraan ringan (LV), kendaraan Berat (HV), dan sepeda motor (MC) yang kemudian akan dianalisis dalam periode per satuan jam untuk mengetahui kondisi jam puncaknya yang akan dibagi setiap lengan pergerakannya. Nilai ekivalen dapat dinyatakan dalam smp/jam dalam kend/jam pada data arus lalu lintas.
16 2.2.5. Kondisi Lingkungan Sekitar
Kondisi lingkungan sekitar simpang diambil untuk menentukan tipe lingkungan sebagai lahan pemukiman, komersil dan daerah akses terbatas.
a. Pemukiman
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaam maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat mendukung kehidupan. (UU No. 22, 2009)
b. Komersial
Daerah komersial merupakan bangunan yang direncanakan dan dirancang untuk mendatangkan keuntungan bagi pemiik maupun pengguna dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Memiliki fungsi utama sebagai kawasan pusat perniagaan/usaha kota. (Koswara, 2017).
c. Daerah akses terbatas
Lahan tanpa jalan masuk langsung atau sangat terbatas. Misalnya karena adanya penghalang fisik maka dari itu harus melalui jalan samping. (UU No. 22, 2009)
2.3 Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal
Evaluasi kinerja simpang bersinyal ini dilakukan untuk memperoleh tingkat kinerja simpang tiga bersinyal Jl. Kelapa 2 – Jl. Hamadi Pante pada tahun 2021 yang mengacu pada metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga dengan melakukan perhitungan yang terdiri atas :
a. Kapasitas (C)
b. Derajat Kejenuhan (DS) c. Panjang Antrian (QL) d. Tundaan (D)
17 2.4 Analisa Perbaikan Kinerja Simpang Bersinyal Dalam Lima Tahun
Mendatang
Analisa kinerja simpang tiga dalam lima tahun yang akan datang tentunya memiliki tujuan agar dapat diketahui bagaimana kinerja simpang selanjutnya di lima tahun mendatang. Apakah masih layak untuk dilalui dibarengi dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya. Mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI,1997) dapat dihitung estimasi kinerja simpang melalu formulir sebagai berikut :
a. FORM SIG I = Membahas hal terkait dengan kondisi geometrik, pengaturan lalu lintas dan kondisi lingkungan di sekitar simpang.
b. FORM SIG II = Membahas tentang arus lalu lintas.
c. FORM SIG III = Menjelaskan tentang pencatatan waktu antar hijau dan waktu hilang.
d. FORM SIG IV = Menentukan nilai suatu waktu sinyal, kapasitas persimpangan dan derajat kejenuhan.
e. FORM SIG V = Menghitung panjangnya antrian kendaraan, jumlah kendaraan, serta nilai suatu tundaan kendaraan.
2.5 Peningkatan Kinerja Simpang Tiga Bersinyal
Sesudah dilakukan pengambilan dan pengolahan data maka didapatkan hasil untuk peningkatan kinerja simpang tiga bersinyal yaitu :
a. Mengetahui nilai penentu tingkat kinerja simpang yaitu derajat kejenuhan.
b. Memprediksi kinerja simpang tiga bersinyal pada tahun 2026.
c. Menentukan alternative pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada simpang penelitian.
18 2.6 Penelitian Terdahulu
N
o Peneliti Tah
un Lokasi
Hasil yang Dikaji
Permasala
han Penyelesaian Perbandi ngan
1
Chu Cong, MINH Kazushi SANO
2013
Persimpan gan Kota Hanoi dan Kota Bangkok, Thailand.
Analisis Pengaruh sepeda motor terhadap laju aliran saturasi pada persimpa ngan bersinyal di negara berkemba ng.
Menyelidik i dan menganalisi s efek sepeda motor pada lalu lintas heterogen dan mobil penumpang di
persimpang an
bersinyal.
Setelah dilakukan analisis lalu lintas heterogen, didapatkan bahwa pengaruh sepeda motor terhadap laju aliran saturasi sangat tinggi, sehingga menghambat moda transportasi lainnya. Oleh karena itu harus diambil perhitungan dalam desain geometrik dan pengoperasian simpang bersinyal.
Persamaa n : Penelitian yang diambil berkaitan dengan evaluasi kinerja simpang bersinyal.
Perbedaa n : Selain perbedaan pada wilayah, penelitian ini juga mengguna kan metode yang berbeda yaitu dengan analisis regresi.
Dan juga kutipan referensi yang berbeda.
2 M.J.
Paransa, Lintong Elisabeth
2014
Simpang Bersinyal Jalan 17 Agustus - Jalan Babe Palar Kota Manado
Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal Jalan 17 Agustus- Jalan Babe Palar Kota Manado
Jenis simpang yang merupakan empat ruas jalan dengan simpangan tiga ganda (senjang) dengan pengaturan siklus yang sama mempengar uhi kelancaran
Setelah dilakukan analisis dengan kondisi eksisting dan pada kondisi desain menggunakan metode MKJI, maka
diperlukanann ya perubahan geometrik (Pelebaran Jalan) dengan menambah
Persamaa n : Penelitian yang diambil berkaitan dengan evaluasi kinerja simpang bersinyal dan mengguna kan sumber referensi MKJI
19
N
o Peneliti Tah
un Lokasi
Hasil yang Dikaji
Permasala
han Penyelesaian Perbandi ngan arus lalu
lintas di persimpang an tersebut sehingga membutuhk an waktu yang cukup lama untuk keluar dari persimpang an tersebut.
rambu lalu lintas.
Perbedaa n : Selain perbedaan pada wilayah, penelitian ini mengkaji tentang analisis dengan metode desain.
3 B.
Ramkuma r, B.Adinara yana Mane Sr Rohith
2016 PCU- Balapur- TKR, India
Analisis Persimpa ngan Tak Bersinyal
Lalu lintas yang bertabrakan ,
penyebrang an untuk pejalan kaki yang sembaranga n, dan kendaraan angkutan umum yang berhenti mendadak sehingga menimbulk an antrian kendaraan.
Dibuatkan sinyal pengaturan lalu lintas, dibuatkan penyebrangan pejalan kaki, zebra cross harus dipasang di persimpangan dan parkir kendaraan harus ditentukan pada
persimpangan atau dilarang sama sekali.
Persamaa n : Penelitian yang diambil berkaitan dengan evaluasi kinerja simpang, menentuka n fase kuning dan pembagian waktu hijau.
Perbedaa n : Selain perbedaan pada wilayah, penelitian ini juga meneliti tentang studi parkir dan studi kecelakaa n.
Referensi yang digunakan juga berbeda.
20
N
o Peneliti Tah
un Lokasi
Hasil yang Dikaji
Permasala
han Penyelesaian Perbandi ngan
4 Zulfhazli,
Abdullah 2017
Simpang Selat Malaka, Kota Lhokseum awe
Evaluasi Simpang Tiga Tak Bersinyal
Merupakan titik bertemu nya ruas jalan yang merupakan pintu keluar dan masuk dan juga terletak pada kawasan campuran yaitu perindustria n,
perdaganga n,
perkantoran , dan pemukiman padat penduduk
Pembangunan sarana dan prasarana yang
mendukungter utama peningkatan serta manajemen lalu lintas yang tertata dengan baik.
Persamaa n : Penelitian yang diambil berkaitan dengan evaluasi kinerja simpang tiga bersinyal dan mengguna kan sumber referensi MKJI Perbedaa n : Selain perbedaan pada wilayah, penelitian ini juga terletak pada simpang tiga tak bersinyal.
Dan juga mengguna kan alat bantu Highway Capacity Software (HCS) 2000.
5
Reza, Torang, Amelia
2017
Simpamg Bundara Kalibante ng, Semarang
Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal dan Flyover di Bundaran Kalibante ng
Merupakan simpul utama pertemuan enam ruas jalan yang mobilitas kendaraan tinggi sehingga kendaraan besar masih memenuhi
Setelah dibuat analisis 4 skenario dipilih yaitu jalan flyover dibuat
menjadi 2 arah namun masih perlu dikaji lebih dalam mengenai biaya dan
Persamaa n : Penelitian yang diambil berkaitan dengan evaluasi kinerja simpang bersinyal dan mengguna
21
N
o Peneliti Tah
un Lokasi
Hasil yang Dikaji
Permasala
han Penyelesaian Perbandi ngan jalur utama
sehinggan membebani bundaran Kalibanten g flyover.
tingkat efektif dan efisien.
kan sumber referensi MKJI.
Perbedaa n : Selain perbedaan pada wilayah, penelitian ini membuat skenario pemindaha n arah jalan sebagai salah satu alternatif dan juga mengkaji tentang flyover.
6 Tommy,
Dicki 2018
Simpang Tiga Jl.
Raya Duri Kosambi, DKI Jakarta
Evaluasi Simpang Tak Bersinyal
Merupakan simpang yang menghubun gkan antara ruas jalan akses tol lingkar luar Jakarta sehingga membuat pola pengaturan lalu lintas di simpang tersebut belum teratur sehingga menyebabk an
kemacetan berupa antrian panjang dan resiko kecelakaan yang lebih tinggi pada
Diberikan sinyal lalu lintas simpang pada tiap jalan mayor maupun minor, kemudian memberikan pelebaran jalan mayor dan minor
Persamaa n : Penelitian yang diambil berkaitan dengan evaluasi kinerja simpang tiga bersinyal dan mengguna kan sumber referensi MKJI dan mengutip buku Alamsyah, A., Rekayasa Lalu lintas.
Perbedaa n : Selain perbedaan pada
22
N
o Peneliti Tah
un Lokasi
Hasil yang Dikaji
Permasala
han Penyelesaian Perbandi ngan jam-jam
sibuk pagi hari.
wilayah, penelitian ini hanya mengkaji sampai dengan perhitunga n DS nya saja, tidak menganali sis kinerja simpang untuk 5 tahun mendatang .
7 Iqbal, Cut 2019
Simpang Pos Kota Langsa, Aceh
Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal
Pergerakan kendaraan pada jam- jam sibuk sangat tinggi, karena merupakan akses utama ke banyak tempat
Menghitung nilai DS untuk simpang tiga pos kemudian diperoleh nilai LOS adalah C
Persamaa n : Penelitian yang diambil berkaitan dengan evaluasi kinerja simpang tiga bersinyal dan mengguna kan sumber referensi MKJI.
Perbedaa n : Selain perbedaan pada wilayah, penelitian ini hanya mengkaji sampai dengan perhitunga n DS nya saja, tidak menganali sis kinerja simpang untuk 5 tahun
23
N
o Peneliti Tah
un Lokasi
Hasil yang Dikaji
Permasala
han Penyelesaian Perbandi ngan mendatang .
8 Dwi, Aris,
Yogi 2020
Simpang Tiga Purin Kendal
Peningkat an kinerja simpang tiga bersinyal
Tundaan yang tinggi dan seringnya terjadi kecelakaan dan kondisi eksisting pada simpang belum mampu menampun g volume lalu lintas yang tegolong padat.
Dibuat pelebaran geometric jalan dan juga untuk
meningkatkan kecepatan kendaraan lebih tinggi sehingga tundaan akan menjadi lebih rendah.
Persamaa n : Penelitian yang diambil berkaitan dengan peningkata n kinerja simpang bersinyal.
Perbedaa n : Selain perbedaan pada wilayah penelitian, terdapat perbedaan pada variable perhitunga n alternatif perubahan simpang yang dikaji.
9
Meilana, Agus, Abdul
2020
Simpang Bersinyal Tugu Wisnu Surakarta
Evaluasi Rekayasa Lalu Lintas Simpang Empat Bundaran menggun akan mikrosim ulasi Vissim
Sering terjadinya kecelakaan karena adanya konflik lalu lintas di bundaran dan merupakan area padat pada jam sibuk pagi atau sore hari.
Diterapkannya 4 fase APILL dengan pergerakan lalu lintas tanpa mengelilingi Bundara.
Persamaa n : Penelitian yang diambil berkaitan dengan evaluasi kinerja simpang tiga bersinyal dan mengguna kan sumber referensi MKJI.
24
N
o Peneliti Tah
un Lokasi
Hasil yang Dikaji
Permasala
han Penyelesaian Perbandi ngan Perbedaa n : Selain perbedaan pada wilayah, penelitian ini mengkaji mengguna kan APILL yang diperoleh dari ATCS (Automati c Traffic Control System) dan mengguna kan metode CTMC (Classified Turning Moving Counting).
1 0
Firda,
Budi 2020
Simpang Dr Djundjuna n-Surya Sumantri, Bandung.
Evaluasi Operasi Simpang Dr.
Djundjun an Surya Sumantri Dengan Software Vissim
Terjadi antrian kemcetan dan tundaan yang sangat panjang pada lengan simpang 4 bersinyal
Setelah dibuatnya beberapa alternatif menggunakan bantuan software Vissim maka peneliti menyarankan untuk membangun flyover untuk mengurangi tundaan.
Persamaa n : Penelitian yang diambil berkaitan dengan evaluasi kinerja simpang bersinyal.
Perbedaa n : Selain perbedaan pada wilayah, penelitian ini mengkaji mengguna kan software Vissim.
Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu