INDUSTRI
No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi
-Pemenuhan CPOB
-Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi
-Peraturan dan persyaratan legal industri farmasi -Overview industri farmasi
-Permasalahan industri farmasi
Viddy A R
II Selasa, 5 September 2017
Produksi -Tugas dan kewajiban manajer dan supervisor produksi -Flowchart dari perencanaan ke produksi
-Alur proses produksi -Aliran barang/bahan
Viddy A R
III Selasa, 12 September 2017
Quality Management System -Ruang lingkup -Struktur organisasi
-Tugas dan tanggung jawab QA manager -Tugas bagian QC
-Inspeksi diri
-Penanganan keluhan, penarikan kembali.
-Dokumentasi
-Quality Risk Management
Viddy A R
IV-V Selasa, 19,26 September 2017
HVAC System -Faktor kritis lingkungan
-Klasifikasi udara di ruang produksi -HVAC
-Validasi HVAC
Eka Deddy I
VI Selasa, 3 Oktober 2017 Sanitasi dan higiene perorangan -pakaian pelindung
-tata cara berganti pakaian
-pemeriksaan kesehatan karyawan produksi -sanitasi peralatan
-validasi kebersihan
Eka Deddy I
No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan
Substansi materi Dosen VII Selasa, 10 Oktober
2017
Bangunan industri farmasi -Persyaratan bangunan -Fasilitas penunjang -Lay out bangunan -Gudang
Lusia Oktora
VIII Selasa, 31 Oktober 2017
Air untuk industri farmasi -Klasifikasi air
-water pre-treatment system -water first-treatment system -water final-treatment system -piping loaping
Lusia Oktora
IX-X Selasa, 7 & 14 November 2017
Validasi dan kualifikasi -Pengertian validasi dan kualifikasi -Validasi metode analisa
-Validasi proses produksi -Protokol validasi
-Penentuan parameter kritis dan test pengujian -Interpretasi hasil
Lestyo Wulandari
XI Selasa, 21 November 2017
Registrasi obat jadi -Registrasi baru -Registrasi variasi
-Tahap dan prosedur registrasi
Dwi Koko P
XII Selasa, 28 November 2017
Pengelolaan limbah -Pengertian dampak lingkungan -Dokumen amdal
-Limbah industri farmasi -Pengelolaan limbah
Dwi Koko P
+ Praktisi : kuliah tamu setara 2 pertemuan
Bobot Penilaian :
Diskusi / tugas : 20%
Ujian Tengah Semester : 40%
Ujian Akhir Semester : 40%
Konversi Nilai :
A jika nilai 80
75≤ AB <80
70≤ B <75
65≤ BC <70
60≤ C <65
55≤ CD <60
50≤ D <55
45 ≤ DE <50
E <45
Pengenalan dan Pendahuluan
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk
melakukan kegiatan pembuatan
obat atau bahan obat
Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi: pengadaan bahan awal dan
bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk
didistribusikan.
*)PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI
pembuatan obat dan/atau bahan obat;
pendidikan dan pelatihan;
penelitian dan pengembangan.
Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi.
CPOB
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat melakukan proses pembuatan obat untuk keperluan pelaksanaan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang bersangkutan.
Semua dan/atau
sebagian tahapan
Industri Farmasi dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat dan/atau bahan obat wajib menerapkan Pedoman CPOB
cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar
mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya
PRINSIP
CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa
standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai.
ASPEK/BAB pedoman CPOB:
1. MANAJEMEN MUTU
2. PERSONALIA
3. BANGUNAN DAN FASILITAS
4. PERALATAN
5. SANITASI DAN HIGIENE
6. P R O D U K S I
7. PENGAWASAN MUTU
8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN PEMASOK
9. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN KEMBALI PRODUK
10. DOKUMENTASI
11. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI
ANEKS CPOB:
1. ANEKS PEMBUATAN PRODUK STERIL
2. PEMBUATAN OBAT PRODUK BIOLOGI
3. PEMBUATAN GAS MEDISINAL
4. PEMBUATAN INHALASI DOSIS TERUKUR BERTEKANAN (AEROSOL)
5. PEMBUATAN PRODUK DARI DARAH ATAU PLASMA MANUSIA
6. PEMBUATAN OBAT INVESTIGASI UNTUK UJI KLINIS
7. SISTEM KOMPUTERISASI
8. CARA PEMBUATAN BAHAN BAKU AKTIF OBAT YANG BAIK
9. PEMBUATAN RADIOFARMAKA
10. PENGGUNAAN RADIASI PENGION DALAM PEMBUATAN OBAT
11. SAMPEL PEMBANDING DAN SAMPEL PERTINGGAL
12. CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT YANG BAIK
13. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN KEMBALI PRODUK
14. MANAJEMEN RISIKO MUTU
1. Industri riset farmasi
Menghasilkan obat dan bahan baku obat hasil penelitian sendiri, memperoleh hak paten selama periode/waktu tertentu
2. Industri Sintesis farmasi
Menghasilkan bahan aktif obat atau bahan baku lainnya, baik yg dalam masa paten atau sudah lewat masa patennya
3. Industri Manufaktur Farmasi
Menghasilkan obat jadi dari bahan baku yg dihasilkan industri riset farmasi dan atau industri sintesis
4. Industri Jasa farmasi
Memberikan jasa penelitian, sintesis dan atau formulasi, studi pasar,
kebijakan, dll
Mempunyai aspek sosial dan ekonomi
Diatur secara ketat (paten, registrasi obat, CPOB, distribusi dan perdagangan produk)
Merupakan salah satu industri berisiko tinggi
Berbasis riset yang selalu memerlukan inovasi
Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas:
1. berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
2. memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
3. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
4. memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu;
5. komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip
Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan kepala dinas kesehatan provinsi
Sebelum pengajuan permohonan persetujuan,
pemohon wajib mengajukan permohonan persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala
Badan
fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
fotokopi Kartu Tanda Penduduk/identitas direksi dan komisaris perusahaan;
susunan direksi dan komisaris;
pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;
fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah;
fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO);
fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan ;
fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi;
persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan;
rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing–
masing apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker
penanggung jawab pemastian mutu;
fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker
penanggung jawab dari pimpinan perusahaan.
Dalam hal permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan
persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang selama 1 tahun
Pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap
persetujuan prinsip dapat mengajukan permohonan
izin industri farmasi.
Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan sebagai berikut:
1. fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi;
2. surat Persetujuan Penanaman Modal untuk Industri Farmasi dalam rangka Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri;
3. daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;
4. jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya;
5. fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
6. rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari kepala dinas kesehatan provinsi;
7. rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan;
8. daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir;
9. asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker penanggung jawab
10.fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab dari pimpinan perusahaan;
11.fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-masing apoteker penanggung jawab
12.Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Izin industri farmasi berlaku
untuk seterusnya selama Industri Farmasi yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi
ketentuan peraturan perundang-
undangan
Industri Farmasi yang menghasilkan obat dapat mendistribusikan atau menyalurkan
hasil produksinya langsung kepada pedagang besar farmasi, apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat,
klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Industri Farmasi yang menghasilkan bahan
obat dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang
besar bahan baku farmasi, dan instalasi
farmasi rumah sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Industri Farmasi wajib menyampaikan laporan
industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya:
a) sekali dalam 6 (enam) bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan (disampaikan paling lambat tanggal 15 Januari dan tanggal 15 Juli)
b) sekali dalam 1 (satu) tahun untuk laporan
lengkapnya (disampaikan paling lambat tanggal 15
Januari)
a)
peringatan secara tertulis;
b)
larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau ahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu;
c)
perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu;
d)
penghentian sementara kegiatan;
e)
pembekuan izin industri farmasi; atau
f)
pencabutan izin industri farmasi.
Ka BPOM
Dirjen
Mulai berkembang 1966 Liberalisasi pasar membolehkan industri farmasi multinasional untuk masuk ke Indonesia harus menggandeng industri lokal
Hingga 1970 an perusahaan asing masih mendominasi hingga hampir 80%
Tahun 1980 an Pemerintah memulai usaha untuk memperbaiki iklim industri farmasi melalui regulasi yg bertujuan untuk
menuju standard internasional