• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PEMBERIAN OPINI DALAM AUDIT REKANAN TERHADAP KEKUATAN HUKUM PENGAWASAN MEKANISME AKUNTAN PUBLIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PEMBERIAN OPINI DALAM AUDIT REKANAN TERHADAP KEKUATAN HUKUM PENGAWASAN MEKANISME AKUNTAN PUBLIK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Indonusa Conference on Technology and Social Science 2019 ISBN: 978-623-92318-1-1

266 INCONTECSS, Politeknik Indonusa Surakarta, 16 November 2019

KAJIAN PEMBERIAN OPINI DALAM AUDIT REKANAN TERHADAP KEKUATAN HUKUM PENGAWASAN

MEKANISME AKUNTAN PUBLIK

Desi Syamsiah

1

, Wahjoe Mawardiningsih

2

, Heru Prasetyo

3

1

Sfaf Pengajar, Program Studi Ilmu Hukum,

desisyamsiah759@gmail.com

2

Sfaf Pengajar, Program Studi Ilmu Komunikasi,

Wahyu.mawar@gmail.com

3

Karyawan dan Peneliti Swasta mustheru@gmail.com

Abstrak

Laporan keuangan menjadi sumber informasi keuangan yang penting bagi investor dan kreditur. Salah satu unsur laporan keuangan yang sering diperhatikan adalah laporan laba rugi di mana informasi mengenai laba akan dilaporkan. Namun pelaporan laba tersebut belum tentu menunjukkan laba yang sesungguhnya, karena laba tersebut mungkin mengandung unsur akrual yang dapat menjadi risiko informasi akibat manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Auditor dituntut untuk menilai kewajaran penyajian laba tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah pemeriksaan mekanisme akuntan publik dalam memberikan opini memiliki kekuatan hukum secara simultan serta signifikan terhadap audit rekanan. Sampel penelitian adalah Penelitian ini mengambil objek auditor yang bertugas di Kantor Akuntan Publik (KAP) Kota Solo dan sekitarnya. Metode sampling yang digunakan adalah menggunakan convenience sampling dengan responden terdiri dari 3 akuntan publik (auditor) berkantor menetap, yang masing-masing memiliki minimal 5 rekanan institusi/perusahaan pada tahun penelitian (2016-2018).

Pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, sehingga penulis mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah. Metode penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dimana analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan analisis data. Hasil penelitian bervariabel independen secara bersama-sama (simultan) diketahui bahwa pemeriksaan akuntan publik tidak memiliki kekuatan hukum dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit.

Kata kunci: mekanisme, hukum, KAP, audit rekanan.

Abstract

Financial reports are an important source of financial information for investors and creditors. One element of financial statements that is often considered is the income statement in which information about earnings will be reported. However, the reporting of earnings does not necessarily indicate actual earnings, because the profits may contain an accrual element that can be a risk of information due to earnings management by the company. The auditor is required to assess the fairness of the earnings presentation. This study aims to determine whether the examination of the mechanism of public accountants in providing opinions has the power of law simultaneously and significantly to partner audits. The research sample is this study taking the object of auditors who served in the Public Accounting Firm (KAP), Solo City and surrounding areas.

The sampling method used is to use convenience sampling with respondents consisting of 3 public accountants (auditors) with permanent offices, each of whom have at least 5 partner institutions / companies in the study year (2016-2018). Sample selection is based on convenience, so the writer has the freedom to choose the sample that is the fastest and easiest. The research method is quantitative descriptive where data analysis uses descriptive statistics, data quality tests, classic assumption tests and data analysis. The results of the independent variable study together (simultaneously) note that the examination of public accountants has no legal power and does not significantly influence the accuracy of the giving of audit opinion.

Keywords: mechanism, law, KAP, partner audit.

(2)

267

tercapainya cita-cita suatu institusi/lembaga (Manullang, 1982). Pemeriksaan pada intinya mengawasi seluruh aspek-aspek yang telah direncanakan, diorganisasikan serta dilaksanakan sehingga mencapai efektivitas kinerja dan tujuan tertentu institusi. Secara umum materi yang diawasi terdiri kombinasi tiga (3) hal yaitu uang, barang dan orang serta masing-masing memerlukan penanganan secara berlainan. Tiga hal tersebut yang lebih mudah diawasi uang dan barang karena umumnya dalam keadaan konstan, sedangkan pemeriksaan terhadap orang relative lebih sulit karena selalu ada perbedaan spesifikasi atau karakter dan kapabilitas terhadap masing-masing individu.

Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bahkan perusahaan swasta dalam bentuk barang dan jasa. Beberapa contoh pelayanan publik yang strategis di Indonesia seperti air bersih, listrik, telepon, minyak dan gas, serta beberapa jasa transportasi seperti kereta api bus kota, kapal udara dan sebagainya. Sedangkan bentuk pelayanan bersifat orientasi keuangan (profit oriented) antara lain dunia perbankkan dan perusahaan. Pemeriksaan terhadap mekanisme operasionalnya umumnya telah diatur dalam tata kelola institusi terkait, baik secara terorganisasi dari pusat sampai daerah atau secara independen.

Pemeriksaan menyeluruh terhadap institusi umumnya dititikberatkan sektor keuangan dengan melibatkan pihak luar dalam hal ini akuntan publik. Sudah barang tentu terhadap mekanismenya akan terkait dengan mekanisme kinerja standar (SOP) yang berlaku.

Kasus lain terjadi terkadang yang dihadapi oleh auditor, jika menghadapi pihak rekanan yang dengan dalih kondisi usahanya, membuat kebijakan sehingga tidak memberikan informasi, instrument yang nyata saat diaudit. Akibatnya akan berdampak pada mekanisme pemeriksaan dan bagi auditor gamang untuk melaksanakan pemeriksaan perusahaan tersebut. Karena itu pemeriksaan mekanisme audit, otomatis dimulai dari pemeriksaan SDM rekanan.

Akuntansi publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri

keuangan untuk memberikan jasa akuntansi publik. Ketentuan mengenai akuntan atau

akuntasi publik di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Setiap akuntan atau akuntasi publik wajib

menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui

oleh Pemerintah. Fungsi umum akuntansi publik menghadirkan informasi bagi para

pengambil keputusan tentang kejadian-kejadian ekonomi yang penting dan mendasar

serta menyajikan atau membantu mempersiapkan informasi tentang bagaimana cara

mereka mengalokasikan sumber-sumber yang serba terbatas, seperti modal, tenaga kerja,

tanah dan bahan baku guna mencapai tujuan yang diinginkan oleh pemerintah. Fungsi

khususnya adalah 1. Membuat perhitungan tentang layanan yang dicapai oleh pemerintah

kemudian menilai apakah pimpinan pemerintah telah melaksanakan tugas-tugas dan

kewajiban yang telah ditugaskan kepadanya oleh para pemilik, 2. Membantu

mengamankan dan mengawasi semua hak dan kewajiban pemerintah, terlebih lagi dari

segi ukuran financial, 3. Menyediakan informasi yang sangat berguna kepada para pihak

yang berkepentingan seperti pertumbuhan ekonomi suatu wilayah pertumbuhan

pendidikan, pertumbuhan pendapatan per-kapita dan lain sebagainya, 4. Melihat

efektivitas dan efisiensi kinerja ekseklusif di dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya.

(3)

Indonusa Conference on Technology and Social Science 2019 ISBN: 978-623-92318-1-1

268 INCONTECSS, Politeknik Indonusa Surakarta, 16 November 2019

Walaupun telah mempunyai fungsi dan peranan profesional mengikat bagi akuntan publik terhadap audit rekanannya, tetapi masih banyak celah bagi rekanan tersebut untuk negoisasi (membuat kebijakan karena keadaan usahanya) terhadap akuntan publik yang ditunjuk dalam pembuatan laporan audit. Akibatnya memungkinkan laporan audit akuntan publik tidak subyektif dan memicu pihat terkait rekanan melakukan korupsi.

Perlunya penelitian ini dititikberatkan seberapa efektifkah pemeriksaan mekanisme oleh akuntan publik terhadap pengendalian audit rekanannya dilihat dari sisi hukum. Potensi dan independensinya saat melakukan audit rekanan, idealnya dilakukan seoptimal mungkin agar menghasilkan opini yang sesuai, karena itu reputasi auditor juga ikut dipertaruhkan ketika opini ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.

Banyaknya kasus terkait kesalahan auditor dalam menjalankan perannya, menyebabkan para pengguna laporan keuangan memiliki penilaian skeptis terhadap auditor. Salah satunya adalah pendapat bahwa kantor akuntan publik berukuran besar atau biasanya disebut dengan Big 4, tidak menjamin laporan keuangan yang diaudit tidak mengandung kesalahan yang material. Penilaian skeptis tersebut didukung dengan adanya penelitian Francis & Yu (2009), yang memberikan bukti empiris ketidakseragaman kualitas audit.

2. Tinjauan Pustaka

Menurut Teguh Pudjo Mujono (1999:28) menyatakan bahwa pengawasan intern meliputi susunan organisasi dan semua cara-cara dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan atau perusahaan untuk menjaga dan mengamankan harta miliknya, memeriksa kecermatan dan kebenaran data administrasi, memajukan efisiensi kerja dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh top managemen.

Pengawasan intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan pimpinan (Indra Bastian, 2003:203).

Menurut Ernie Tisnawati Sule (2005:328) menyatakan bahwa pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan secara mandiri oleh setiap pekerja terhadap tugas yang dibebankan terhadapnya.

Menurut Ihsan Kusumah (2008), bahwa audit eksternal bermanfaat dalam pencegahan kecurangan (fraud). Dalam rangka mencegah terjadinya fraud pada suatu perusahaan, hendaknya audit dilaksanakan secara kontinyu dan berkesinambungan meninjau dan melakukan tindak lanjut suatu usaha, untuk memastikan apakah tindakan perbaikan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam audit sudah dilaksanakan oleh manajemen. Selain itu, auditor memahami dan mengerti kegiatan auditee, dalam hal mengevaluasi sistem pengendalian ekstern, sehingga kegiatan pemeriksaan dapat dioptimalkan dan kecurangan dapat dihindarkan.

Cristina Palfi (2007) dalam sebuah penelitiannya menyimpulkan, bahwa fungsi

auditor dalam suatu instansi yang terorganisir memfasilitasi kerjasama antara pengawas

otoritas, internal dan eksternal auditor, yang bertujuan untuk membuat proses

pengawasan lebih efisien dan efektif. Menurut Agung Kurniawan, (2005:109) dalam

bukunya Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas, adalah

kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada

suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara

pelaksanaannya.

(4)

269

diperlukan untuk pengawasan dan pengarahan atas aktifitas yang dilakukan oleh audit eksternal dengan maksud untuk memperoleh efisiensi dan efektifitas hasil audit (Mulyadi, 1998:82).

Pengendalian eksternal menurut Mulyadi (1998;171) adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, personel satuan usaha lainnya, yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan hukum yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi.

3. Metode Penelitian

Metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, sehingga peneliti mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah dengan responden terdiri dari 3 akuntan publik (auditor) berkantor menetap di Surakarta yang masing-masing memiliki minimal 5 rekanan pada tahun penelitian (2016-2018). Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah menggunakan data primer dan sumber data penelitian diperoleh langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Pengumpulan data dilakukan menggunakan pendekatan teknik kualitatif melalui metode survei dengan kuesioner.

Kuesioner yang dikirimkan kepada para auditor Kantor Akuntan Publik yang tersebar di wilayah Kota Solo dan sekitarnya. Pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung.

Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan analisis data. Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP di Kota Solo dan sekitarnya.

4. Hasil Pembahasan

Pada dasarnya kekuatan hukum pengawasan mekanisme akuntan publik melekat dan mengikat kepada auditor, tetapi saat menghadapi rekanan, data primer yang dibutuhkan kurang sesuai dengan kaidah mekanisme pemeriksaan, sehingga auditor dituntut untuk mengedepankan etika dan profesionalisme. Parameter dua hal tersebut biasanya akan tumbuh subur pada auditor karena pengalaman mengaudit. Karena itu titik tolak kekuatan hukum pengawasan mekanisme akuntan publik lebih kepada kemampuan auditor beretika dan profesionalisme.

Hasil uji hipotesis dengan variabel etika mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,090. Hal ini berarti menolak H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel etika tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel etika lebih besar 0,1. Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh Etika Profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia, agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Dengan menjunjung tinggi Etika Profesi diharapkan tidak terjadi kecurangan diantara para akuntan publik, sehingga dapat memberikan pendapat auditan yang benar-benar sesuai dengan laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan (Mayasari, 2011).

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Gusti dan Ali

(2008) dan Suraida (2005) yang menyatakan bahwa etika mempunyai hubungan yang

tidak signifikan dengan ketepatan pemberian opini akuntan publik. Seorang auditor

diharapkan akan lebih beretika professional dalam melakukan proses audit. Hal ini

(5)

Indonusa Conference on Technology and Social Science 2019 ISBN: 978-623-92318-1-1

270 INCONTECSS, Politeknik Indonusa Surakarta, 16 November 2019

mengindikasikan bahwa auditor yang beretika maka akan cenderung lebih bersikap skeptic dibandingkan dengan auditor yang tidak beretika namun hal ini tidak menentukan keputusan pemberian opini auditor akan lebih baik. Hal ini disebabkan karena ada faktor lain yang mempengaruhi sikap auditor diantaranya adalah fee audit.

Ketika kenyataan laporan keuangan disajikan tidak wajar namun klien memberikan fee audit yang tinggi, maka auditor cenderung mengikuti keinginan klien dalam memberikan opini (Gusti dan Ali, 2008).

Berbeda dengan hasil penelitian Herawaty dan Susanto (2009) dan Kusuma (2012) yang menyatakan bahwa etika berpengaruh signifikan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dimana berarti berpengaruh dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.

Hasil Uji Hipotesis 2:

Pengaruh profesionalisme terhadap ketepatan pemberian opini

Hasil uji hipotesis 2 dengan variabel profesionalisme mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,003. Hal ini berarti menerima H2, maka dapat disimpulkan bahwa variabel profesionalisme berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel profesionalisme lebih kecil dari 0,04. Karena itu semakin tinggi profesionalisme auditor maka semakin tinggi juga ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2011) dan Gunawan (2012) yang menyatakan bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit oleh auditor. Hal ini dapat disebabkan karena auditor yang professional memiliki tanggung jawab yang penuh atas pekerjaannya dalam memberikan opini suatu laporan audit. Semakin professional seorang auditor maka semakin tinggi pula rasa tanggung jawabnya terhadap klien, pemerintah dan masyarakat sehingga pemberian opini audit akan lebih tepat.

Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan (2007) dan Herawaty dan Susanto (2009) yang menyatakan bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dimana berarti berpengaruh dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.

Hasil Uji Hipotesis 3:

Pengaruh pengalaman audit terhadap ketepatan pemberian opini

Hasil uji hipotesis 3 dengan variabel pengetahuan akuntansi dan auditing mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,003. Hal ini berarti menerima H3, maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman audit berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pengalaman audit lebih kecil dari 0,04.

Hasil ini menunjukkan pengaruh yang positif. Jadi, semakin tinggi tingkat pengalaman auditor maka semakin besar ketepatan pemberian opini audit, sesuai dengan teorinya bahwa semakin banyak pengalaman auditor maka semakin tepat dalam memberikan penjelasan dari berbagai macam temuan audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2011) dan Suraida (2005) yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan aspek penting dalam pemberian opini audit.

Pengalaman seorang auditor dalam melakukan audit dipengaruhi baik dari segi waktu

maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Libby and Frederick (1990)

dan Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin

(6)

271

maka Ha diterima dan menolak H0. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha (Ghozali, 2009). Pada pada uji tersebut menunjukkan bahwa variabel ketepatan pemberian opini berpengaruh dalam etika, profesionalisme dan pengalaman audit, sehingga dari F test didapat nilai F hitung sebesar 11,19 dengan tingkat signifikansi 0,000. Probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi ketepatan pemberian opini atau dapat dikatakan etika, profesionalisme dan pengalaman audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini.

Hasil Uji Hipotesis 4:

Pengaruh etika, profesionalisme dan pengalaman audit terhadap ketepatan pemberian opini audit.

Pada Uji F-test didapat nilai F- hitung sebesar 11,195 dengan tingkat signifikansi 0,000. Probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Ketepatan Pemberian Opini Audit atau dapat dikatakan etika, profesionalisme dan pengalaman audit berpengaruh terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit dimana mekanisme serta SDM akuntan publik terhadap optimalisasi kerjanya memiliki kekuatan hukum dan mempunyai pengaruh secara simultan serta signifikan terhadap efektifitas pengendalian audit rekanan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suraida (2005), Mayasari (2011), Gunawan (2012), serta Sabrina dan Januarti (2012).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan model regresi berganda, dapat disimpulkan bahwa mekanisme audit oleh akuntan publik tidak memiliki kekuatan hukum dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses pemeriksaanya.

Mekanisme akuntan publik dalam pemeriksaan laporan keuangan terhadap rekanan lebih fokus pada opini audit dengan mendasarkan etika, profesionalisme dan pengalaman audit.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, K., (2005),Transformasi Pelayanan Publik, Pembaharuan, Yogyakarta

Bota-Avram Cristina and Palfi Cristina. (2011), Measuring and Assessment of Internal Audit’s Effectiveness. Journal of Accounting Research

Erni T.S., dan Kurniawan Saefullah, (2005), Pengantar Manajemen, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Prenada Media, Jakarta

Francis, J.R., & Yu, D.M. (2009). Big 4 Office Size and Audit Quality. The ccounting Review,84, 1521-1552.

Ghozali, Imam, (2009), Aplikasi Analisis Multivariance Dengan Program SPSS, Universitas Diponegoro, Semarang

Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasi. Bandung:

Alfabeta.

(7)

Indonusa Conference on Technology and Social Science 2019 ISBN: 978-623-92318-1-1

272 INCONTECSS, Politeknik Indonusa Surakarta, 16 November 2019

Gusti dan Ali, (2008), Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor Dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman Serta Keahlian Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi Padang, Vol.8.

Herawaty, Arleen dan Yulius K. Susanto (2009). Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 11, No. 1

Ihsan, K., (2008), Peranan Internal dalam Pencegahan Kecurangan (Fraud): Studi Kasus pada Kantor PT. Bank Jabar Banten Cabang Utama, Bandung, Skripsi, Universitas Widyatama, Bandung

Ikhsan, Budi R.(2007). Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib. Pajak Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP) Indra. B., (2003), Sistem Akuntansi Sektor Publik: Konsep Untuk Pemerintah Daerah,

Salemba Empat, Jakarta

Manullang,(1982), Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia Mulyadi, (2002), Auditing", Edisi ketujuh, Salemba Empat, Jakarta

Mulyadi, dan Kanaka Puradiredja. (1998). Auditing. Edisi Ke-5. Jakarta. Salemba Empat.

Sabrina dan Januarti, (2012), Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, Dan Gender Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Melalui Skeptisisme Profesional Auditor (Studi Kasus Pada KAP Big Four Di Jakarta), Jurnal Sistem Informasi, Etika Dan Auditing SNA XV.

Suraida, Ida, (2005), Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Risiko Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor Dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik, Sosiohumaniora, Vol.7, No.3.

Teguh, P.M., (1999), Bank Auditing (Petunjuk Pemeriksaan Bank), cetakan 5,

Djambatan, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sampel dari penelitian ini ditentukan secara purposive sampling yaitu dengan kriteria terdapat tanah hak guna bangunan yang diindikasikan terlantar atau telah ditetapkan

 Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok Bahan Makanan sebesar 0,36 persen, kelompok Makanan jadi, minuman, rokok dan

Hal ini sebagai akibat dari ketentuan yang terkandung dalam Pasal huruf a yang menyatakan, bahwa dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria den- gan seorang

Taman Cerdas Soekarno – Hatta Kecamatan Jebres merupakan salah satu pilihan wisata baru yang ada di Kota Surakarta, wisata edukasi menjadi tujuan utama didirikannya

Bedasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disampaikan beberapa saran terkait dengan peranan modal sosial dalam pengelolaan Perusahaan Air

Dari hasil penelitian terhadap prinsip kerja sama dalam berinteraksi di lingkungan SMPN 11 Kota Jambi, ditemukan bentuk tuturan yang mematuhi dan melanggar maksim dari

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pada Saluran Pencernaan Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) Melalui Uji Gram dan Uji Metil