IR. SATYA WIDYA YUDHA, M.SC
ANGGOTA KOMISI VII F-PG DPR RI
MELIHAT 10 TAHUN PERJALANAN UU MIGAS DIKAITKAN DENGAN INISIATIF
RUU MIGAS
Perjalanan UU Migas di Indonesia
Landasan Pemikiran
Permasalahan Tata Kelola Migas Nasional
Perubahan Mendasar Tata Kelola Migas
Proses Penyusunan RUU Migas
Sistematika RUU Migas
Pelaksana Kuasa Pertambangan
Perbedaan Prinsip UU Migas 22/2001 dgn RUU Migas
Privilage BUMN
Penerimaan Negara
Daerah penghasil Migas
Kegiatan usaha Hulu & Hilir
Badan Pengusahaan & Kelembagaan Badan
AGENDA
Rapat Koordinasi Hukum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali
UU No. 8 /1971
UU No. 22 / 2001
11 THN 30 THN 10 THN - sekarang UU Kolonial
Indische Mijn Wet 1899
UU No.
44/Prp/ 1960
UU No. 15 /1962 Sebelum
Merdeka
TANTANGAN EKONOMI
SITUASI POLITIK
KEPENTINGAN NASIONAL
???
UUD 1945, Pasal 33
PERJALANAN UU MIGAS DI INDONESIA
Landasan filosofis:
Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam strategis tidak terbarukan merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan pengelolaannya untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Landasan sosiologis:
Saat ini kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi cenderung mengarah kepada liberalisasi, sehingga pengaturan mengenai Minyak dan Gas Bumi diarahkan kepada kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi yang berwawasan kebangsaan.
Landasan yuridis:
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 002/PUU-I/2003 (21 Desember 2004) yang menyatakan adanya beberapa ketentuan yang bertentangan dengan UUD Negara RI Tahun 1945
Keputusan DPR RI Nomor 21A/DPR RI/I/2009-2010 tanggal 28 September 2009 tentang Persetujuan Hasil Panitia Angket DPR RI Terhadap Kebijakan Pemerintah Menaikkan Harga BBM “mendesak Pemerintah dan/atau DPR RI untuk segera mengajukan RUU Migas yang baru menggantikan UU No. 22 tahun 2001 beserta peraturan pelaksanaannya...”
LANDASAN PEMIKIRAN
Rapat Koordinasi Hukum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali
PERMASALAHAN TATA KELOLA MIGAS NASIONAL
Tumpang tindih fungsi kelembagaan
Liberalisasi migas yang menjadi esensi UU No. 22 Tahun 2001
Sektor Migas TIDAK hanya sebagai sumber pendapatan negara, tapi harus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional
Masih rancunya aturan mengenai Kontrak Kerja Sama (KKS)
Bea masuk masa eksplorasi ada
dalam UU No 22 thn 2001,tapi diikuti dg KMK yg menghilangkan bea tsb.
Didalam PP 79/2010 dihilangkan, di
UUAPBNP 2011 dihilangkan, tetapi
tdk ada KMK yg dikeluarkan.
PERUBAHAN MENDASAR TATA KELOLA MIGAS
Pembagian Fungsi Harus Dipertegas
Pemerintah sebagai regulator, BP Migas dan BPH Migas sebagai pelaksana pengawasan, dan perusahaan migas
sebagai operator. Pemerintah (Kementerian ESDM) mestinya konsisten tidak terlibat dalam teknis operasional dan
kontraktual yang sudah dijalankan oleh pengawas.
Liberalisasi Murni ke Liberasilasi Berwawasan Kebangsaan Perusahaan Negara dan Swasta Nasional diberikan
kesempatan pertama (1st priority) dalam setiap perpanjangan kontrak.
Penerapan Asas Lex Specialist
Dalam hal ini, klausul dalam kontrak kerja sama merupakan rujukan utama hukum, termasuk soal pajak.
Rapat Koordinasi Hukum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali
PROSES PENYUSUNAN RUU MIGAS
NASKAH AKADEMIK & DRAFT RUU PERUBAHAN UU MIGAS , TELAH DISUSUN SEJAK AWAL 2010 O TIM PUU SETJEN DPR RI ATAS
PENUGASAN DARI KOMISI VII
SELANJUTNYA FINALISASI DRAFT RUU & DISERAHKAN KE BALEG U/ HARMONISASI & SINKRONISASI, SERTA DITETAPKAN DALAN
RAPAT PARIPURNA SBG RUU PRAKARSA/INISIATIF DPR RI
SAAT INI KOMISI VII TLH MEMBENTUK PANJA UNTUK MELAKUKAN PEMBAHASAN SECARA INTENSIF& MENGUNDANG PAKAR UNTUK
MEMBERI MASUKAN
SAAT INI FRAKSI-FRAKSI MENYUSUN TANGGAPAN/MASUKAN
ATAS DRAFT RUU
UU NO. 22 TAHUN 2001 DRAFT RUU BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II ASAS DAN TUJUAN BAB III PENGUASAAN DAN
PENGUSAHAAN
BAB IV KEGIATAN USAHA HULU BAB V KEGIATAN USAHA HILIR BAB VI PENERIMAAN NEGARA
BAB I KETENTUAN UMUM BAB II ASAS DAN TUJUAN BAB III PENGUASAAN DAN
PENGUSAHAAN
BAB IV KEGIATAN USAHA HULU BAB V KEGIATAN USAHA HILIR BAB VI PENERIMAAN NEGARA BAB VII BADAN PENGUSAHAAN
MINYAK DAN GAS BUMI
SISTEMATIKA RUU MIGAS
Rapat Koordinasi Hukum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali
UU NO. 22 TAHUN 2001 DRAFT RUU BAB VII HUBUNGAN KEGIATAN
USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN HAK ATAS TANAH
BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
BAB IX BADAN PELAKSANA DAN BADAN PENGATUR
BAB X PENYIDIKAN
BAB XI KETENTUAN PIDANA BAB XII KETENTUAN PERALIHAN BAB XIII KETENTUAN LAIN
BAB XIV KETENTUAN PENUTUP
BAB IX HUBUNGAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN HAK ATAS TANAH
BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN BAB XI LARANGAN BAB XII PENYIDIKAN
BAB XIII KETENTUAN PIDANA BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN
BAB XV KETENTUAN PENUTUP
LANJUTAN …
Negara adalah pemegang kuasa pertambangan .
Kuasa pertambangan
diberikan Negara kepada Pemerintah.
Dalam menyelenggarakan kuasa pertambangan,
Pemerintah membentuk Badan Pengusahaan.
PELAKSANA KUASA PERTAMBANGAN
Rapat Koordinasi Hukum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali
UU MIGAS NO 22 TAHUN 2001 DRAFT RUU
BU atau BUT diberi wewenang melakukan kegiatan usaha
Eksplorasi dan Eksploitasi pada Wilayah Kerja. (pasal 12 ayat (3))
Harga BBM dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar (Pasal 28 ayat (2))
DMO paling banyak 25% (Pasal 22 ayat (1))
(Pasal-pasal tsb telah dibatalkan oleh Putusan MK No. 002/PUU-I/2003)
• Badan Usaha (BU) dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) hanya dapat melakukan kegiatan usaha hulu pada wilayah kerja berdasarkan kontrak kerja sama dengan Badan Pengusahaan. (Pasal 11)
• Harga BBM dan harga Gas bumi yang dipasarkan di dalam negeri
ditetapkan Pemerintah dengan persetujuan DPR RI.
• DMO ditetapkan paling sedikit 25%.
PERBEDAAN PRINSIP UU MIGAS 22/2001 DENGAN RUU MIGAS
UU MIGAS NO 22 TAHUN 2001 DRAFT RUU
• Penjualan produksi migas bagian negara dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh BP Migas.
• BU dan BUT dapat mengajukan perpanjangan Kontrak Kerja Sama
• Penjualan produksi migas bagian negara dilakukan oleh Badan Pengusahaan (BP Migas dengan bentuk baru).
• Badan Usaha (BU) dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) dapat
mengajukan perpanjangan Kontrak Kerja Sama, setelah mendapatkan persetujuan dari DPR RI. Namun diutamakan perpanjangan oleh BUMN.
LANJUTAN …
Rapat Koordinasi Hkum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali
BUMN mendapatkan
prioritas pengusahaan pada wilayah kerja baru dan
wilayah kerja yang jangka waktu Kontrak Kerja Sama- nya sudah berakhir.
Dalam hal BUMN tidak dapat mengusahakan wilayah kerja baru yang ditawarkan, BUMN berhak mendapatkan 25%
participating interest.
PRIVILAGE BUMN MIGAS
Penerimaan negara
berupa pajak dan bukan pajak wajib dibayarkan oleh badan usaha atau bentuk usaha tetap yang sudah menghasilkan
produksi minyak bumi dan/atau gas bumi.
PENERIMAAN NEGARA
Rapat Koordinasi Hukum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali
Badan usaha atau bentuk usaha tetap yang melakukan pengusahaan lebih lanjut atas perpanjangan kontrak kerja sama, menawarkan participating interest 10% kepada Badan Usaha Milik Daerah.
Daerah penghasil berhak mendapatkan jumlah prosentase
tertentu dari bagian produksi migas kotor (bruto) yang diterima oleh Pemerintah sebelum produksi (lifting) migas
dibagihasilkan (prosentase dari First Tranche Petroleum).
Daerah penghasil berhak mendapatkan jumlah prosentase
tertentu dari bonus penandatangan kontrak (signature bonus) yang diterima oleh Negara.
BAGIAN DAERAH PENGHASIL MIGAS
Pemerintah Daerah penghasil migas berkewajiban:
mendukung kelancaran dan kelangsungan kegiatan hulu migas di daerahnya.
mengalokasikan atau menggunakan bagian produksi migas miliknya untuk pembangunan infrastruktur daerah, pengelolaan lingkungan hidup, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan.
KEWAJIBAN DAERAH PENGHASIL MIGAS
Rapat Koordinasi Hukum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali
Kegiatan Usaha Hulu dilaksanakan oleh Badan Usaha (BU) atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) berdasarkan kontrak kerja sama
dengan Badan Pengusahaan.
Kontrak kerja sama dapat diperpanjang setelah mendapat persetujuan dari DPR RI.
BUT hanya dapat melakukan kegiatan usaha hulu.
Menteri menyiapkan wilayah kerja yang akan ditawarkan kepada BU dan BUT
Batas dan syarat wilayah kerja ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri setelah berkonsultasi dengan DPR RI dan pemerintah
daerah yang bersangkutan.
KEGIATAN USAHA HULU
Badan khusus berbadan hukum publik berdasarkan ketentuan dalam Undang- Undang ini.
Menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan usaha hulu di bidang migas.
Tidak melakukan kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Migas.
BADAN PENGUSAHAAN
Rapat Koordinasi Hukum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali
a. menyelenggarakan pengusahaan minyak dan gas bumi;
b. memberikan pertimbangan kepada Menteri dalam hal penyiapan wilayah kerja;
c. menentukan syarat dan ketentuan kontrak kerja sama;
d. menandatangani kontrak kerja sama;
e. memberikan persetujuan rencana pengembangan lapangan;
f. memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran BUMN, BU, dan BUT yang sudah menandatangani kontrak kerja sama;
g. melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Presiden mengenai pelaksanaan kontrak kerja sama;
h. menjual minyak dan/atau gas bumi bagian negara;
i. membeli dan/atau mengimpor migas untuk menjaga cadangan migas dalam negeri; dan
j. mengoordinasikan BUMN migas dalam proses kegiatan hulu.
TUGAS BADAN PENGUSAHAAN
Organ Badan Pengusahaan terdiri atas
a.
Dewan Pimpinan; dan
b.
Dewan Pengawas.
Dewan Pimpinan terdiri atas:
a.
Kepala Badan;
b.
Wakil Kepala Badan; dan
c.
Deputi.
Kepala Badan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR RI.
Wakil Kepala Badan dan Deputi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Kepala Badan.
Dewan Pengawas terdiri atas Menteri ESDM (Ketua), Menteri Keuangan, Menteri Kehutanan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Negara Lingkungan hidup, dan Menteri Perhubungan, Kepala Badan
Pertanahan Nasional.
Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
KELEMBAGAAN BADAN
Rapat Koordinasi Hukum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali
1. Prinsip kegiatan usaha hilir dilakukan berdasarkan Izin Usaha.
2. Kewenangan mengeluarkan Izin Usaha dimiliki oleh Pemerintah.
3. Tugas dan fungsi Badan Pengatur dialihkan kepada Pemerintah/
Kementerian ESDM cq Ditjen Migas.
4. BUT tidak dapat melakukan kegiatan usaha hilir.
5. BU yang melakukan kegiatan usaha hulu dapat melakukan kegiatan usaha hilir dengan membentuk badan hukum terpisah.
6. Kegiatan usaha hilir diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan, kecuali dalam penetapan harga BBM dan gas bumi yang dipasarkan di dalam negeri.
7. Harga BBM dan gas bumi yang dipasarkan di dalam negeri ditetapkan Pemerintah atas persetujuan DPR RI
8. Pengolahan minyak mentah untuk menghasilkan BBM, diutamakan dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
KEGIATAN USAHA HILIR
Rekomendasi dari Panitia Angket BBM 2009
2009
Tercatat di Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2009- 2014
2010 June
Rapat Gabungan antara komisi 4,5,6, dan 7 dari DPR dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri perindustrian,
Menteri Perdagangan, dan Menteri BUMN, telah menyetujui untuk segera merevisi UU No 22 / 2001 tentang minyak dan gas alam
Persiapan draft UU:
• Naskah Akademik
• Pandangan Fraksi
IPA IATMI IGA IAGI Kurtubi ESDM
BPMIGAS BPHMIGAS
PERTAMINA KADIN
FKDPM Prof Wijayono
TN Manmud
2011
AGENDA PEMBAHASAN REVISI UU MIGAS DI DPR
Juli Mei
Konsinyering Draft RUU Migas oleh PUU tim, Sekjen DPR RI dan Komisi VII
Draft RUU Diserahkan ke Komisi VII
Diajukan ke Rapat Paripurna DPR RI untuk mendapat persetujuan dari Draft RUU Migas
Juli
Diskusi Draft RUU Migas di Komsii VII
Diskusi Draft RUU Migas di Komsii VII
Sep
Ketua Gabungan Serikat Pekerja Pupuk PLN, Krakatau Steel
DR. Anggito Abimanyu, Suyitno Padmosukismo
Okt
Pertamina Medco BPMigas BPHMigas
Awal Persidangan
2012
Rapat Koordinasi Hukum Hulu Minyak dan gas Bumi BPMigas –KKKS 2011, 26-28 Oktober 2011, Nusa Dua, bali