• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN CERITA RAKYAT TANABATA DAN JAKA TARUB DILIHAT BERDASARKAN PENDEKATAN STRUKTURAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN CERITA RAKYAT TANABATA DAN JAKA TARUB DILIHAT BERDASARKAN PENDEKATAN STRUKTURAL"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN CERITA RAKYAT TANABATA DAN JAKA TARUB DILIHAT BERDASARKAN PENDEKATAN

STRUKTURAL

KOUZOUTEKI NA APUROOCHI KARA MIRU “TANABATA” TO “JAKA TARUB” TO NO MINWA NO HIKAKUTEKI NA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah satu Syarat

Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

oleh :

NINDI HERNANDA RINALDI 120708033

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

ANALISIS PERBANDINGAN CERITA RAKYAT TANABATA DAN JAKA TARUB DILIHAT BERDASARKAN PENDEKATAN

STRUKTURAL

KOUZOUTEKI NA APUROOCHI KARA MIRU “TANABATA” TO “JAKA TARUB” TO NO MINWA NO HIKAKUTEKI NA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh :

NINDI HERNANDA RINALDI 120708033

Pembimbing I, Pembimbing II,

Mhd. Pujiono, M. Hum.,Ph.D Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 19691011 2002 12 1 001 NIP. 19600822 1988 03 1 002

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(3)

Disetujui oleh :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan,

Departemen Sastra Jepanng Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 19600919 1988 03 1 001

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat beserta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini yang berjudul "Analisis Perbandingan Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub Dilihat Berdasarkan Pendekatan Struktural" ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan Fakultas Ilmu Budaya Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penyelesaian studi dan juga penyelesaian skripsi ini, mulai dari pengejuan proposal penelitian, pelaksanaan, sampai penyusunan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara sekaligus menjadi Dosen Pembimbing II, yang telah banyak menyisihkan waktu, pikiran, dan masukan-masukan selama dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Muhammad Pujiono, M.Hum, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I dan juga Dosen Pembimbing Akademik, yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.

(5)

4. Seluruh staff pengajar Departemen Sastra Jepang, yang telah memberikan penulis banyak masukan dan ilmu. Mulai dari tahun pertama hingga akhirnya dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik. Semoga semua ilmu yang diberikan dapat bermanfaat bagi banyak orang.

5. Dosen Penguji Ujian Proposal dan Penguji Ujian Skripsi, yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini.

6. Terimakasih yang sebesar-besarnya, penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang Ayahanda Hendri Rinaldi, dan Ibunda Asnani, yang sangat penulis sayangi, untuk semua kasih sayang, doa, kesabaran, moril, dukungan semangat, keringat, air mata, serta dukungan materil yang tidak terhingga, demi kebahagiaan, pendidikan, serta keberhasilan anak- anaknya. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan, rezeki, dan umur panjang sehingga senantiasa penulis akan dapat membahagiakan dan membalas semua kebaikan ayah dan ibu.

7. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada adik-adik penulis, Salsa Dilla Shelina Rinaldi dan Rio Delfi Andika Rinaldi, yang telah memberikan dukungan semangat.

8. Terimakasih penulis sampaikan kepada teman terdekat, Rio Nugraha Santoso, yang senantiasa memberi dukungan semangat baik moril maupun materil, serta selalu setia menemani dan memberi masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Terimakasih kepada sahabat yang sangat penulis sayangi, Lestari Ayu Ningsih dan Siti Nurbalkis Sinaga, yang selalu memberikan dukungan

(6)

semangat, masukan, serta kasih sayang kepada penulis. Semoga persahabatan kita tidak akan pernah putus.

10. Terimakasih kepada teman-teman sastra Jepang USU stambuk 2012:

Frilya, Surya, Maysi, Dewi, Yulia, Bella, Icha, dan Yuni, yang telah menemani penulis dalam suka dan duka selama perkuliahan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terimakasih banyak.

Penulis berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini.

Namun, masih banyak kesalahan, baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Penulis,

Nindi Hernanda Rinaldi

(7)

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.4.1. Tinjauan Pustaka ... 7

1.4.2. Kerangka Teori... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

1.5.1. Tujuan Penelitian ... 15

1.5.2 Manfaat Penelitian ... 15

1.6 MetodePenelitian... 16

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP CERITA RAKYAT TANABATA DAN JAKA TARUB 2.1 Defenisi Cerita Rakyat ... 18

2.2 Unsur-unsur Pembangun Cerita Rakyat ... 19

2.2.1 Unsur Intrinsik ... 19

2.2.2 Unsur Ekstrinsik ... 29

2.3 Kajian Struktural dalam Karya Sastra ... 29

2.4 Sastra bandingan ... 30

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN STRUKTURAL CERITA RAKYAT TANABATA DAN JAKA TARUB 3.1 Sinopsis Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub ... 32

3.2 Analisis Struktural Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub ... 36

3.2.1 Analisis Tema dalam Cerita Rakyat Tanabata ... 36

(8)

3.2.3 Analisis Penokohan dalam Cerita Rakyat Tanabata... 38

3.2.4 Analisis Penokohan dalam Cerita Rakyat Jaka Tarub... 47

3.2.5 Analisis Alur dalam Cerita Rakyat Tanabata ... 51

3.2.6 Analisis Alur Utama dalam Cerita Rakyat Jaka Tarub ... 55

3.2.7 Analisis Amanat dalam Cerita Rakyat Tanabata ... 60

3.2.8 Analisis Amanat dalam Cerita Rakyat Jaka Tarub ... 61

3.3 Analisis Perbandingan Struktural antara Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub ... 62

3.3.1 Analisis Perbandingan Tema antara Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub ... 62

3.3.2 Analisis Perbandingan Penokohan antara Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub ... 62

3.3.3 Analisis Perbandingan Alur antara Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub ... 64

3.3.4 Analisis Perbandingan Amanat antara Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub ... 65

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 68

4.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap Negara di dunia pasti memiliki sastrawan yang menciptakan karya sastranya masing-masing dengan berbagai genre. Begitu pula dengan negara Jepang dan Indonesia. Jepang dan Indonesia adalah negara yang sama-sama masih memegang teguh tradisi dan masih mempertahankan kearifan lokalnya. Oleh karena itu, dari kedua negara ini banyak terdapat cerita-cerita rakyat yang merupakan salah satu budaya dalam bentuk sastra dari kedua negara ini.

Menurut Wellek dan Warren (1995: 109) sastra adalah lembaga sosial yang memakai medium bahasa dalam menampilkan gambaran dan kehidupan itu sendiri.

Karya sastra merupakan suatu karya manusia baik lisan maupun non lisan (tulisan) yang menggunakan bahasa sebagai media penghantar dan memiliki nilai estetik (keindahan bahasa yang dominan). Menurut Pradopo (2002: 47) karya sastra adalah karya yang mediumnya sudah bersifat tanda dan mempunyai arti yaitu bahasa. Bahasa merupakan sebagai sistem tanda menyediakan perlengkapan konseptual bagi dasar pemahaman dunia nyata dan sekaligus merupakan dasar komunikasi antar anggota masyarakat.

Pada umumnya karya sastra bersifat fiksi dan nonfiksi. Karya sastra fiksi berupa novel, cerpen, essei, dan cerita rakyat. Sedangkan nonfiksi meliputi puisi, drama, dan lagu. Fiksi menurut Aminuddin (2000:66) adalah kisahan atau cerita

(10)

yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.

Salah satu karya sastra fiksi adalah cerita rakyat. Menurut Djamaris dalam http://olmanperidianxxx.blogspot.co.id/2011/12/pengertian_cerita_rakyat.html cerita rakyat adalah golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun- temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Menurut Sugono (2003: 57) cerita rakyat, selain merupakan hiburan, juga merupakan sarana untuk mengetahui asal-usul nenek moyang, jasa atau teladan kehidupan para pendahulu kita, hubungan kekerabatan (silsilah), asal mula tempat, adat-istiadat, dan sejarah benda pusaka. Cerita rakyat juga bisa berperan sebagai penghubung kebudayaan masa silam dengan kebudayaan yang akan datang. Dalam arti luas, sastra lisan dapat pula berperan sebagai sarana untuk menanamkan benih-benih kesadaran tentang keagungan budaya yang menjadi penunjang kehidupan suatu bangsa.

Dalam sebuah tugas mengapresiasikan, baik dalam karya sastra maupun tulisan ilmiah biasanya dijumpai masalah-masalah yang mendasari dalam pembuatan tugas tersebut. Pada karya sastra cerita rakyat, masalah-masalah yang muncul biasanya berdasarkan unsur-unsur yang ada didalamnya, yaitu unsur- unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Yang termasuk bagian dari unsur instrinsik yaitu : tema, alur, latar, penokohan, gaya bahasa, dan sudut pandang.

Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang

(11)

terdapat diluar karya sastra tetapi sangat berpengaruh terhadap isi karya sastra tersebut. Unsur-unsur ekstrinsik meliputi pendekatan biografi, psikologi, dan sosial (masyarakat). Dalam penulisan ini, penulis ingin membandingkan antara cerita rakyat Jepang dan cerita rakyat Indonesia yang berjudul Tanabata dan Jaka Tarub.

Tanabata merupakan cerita rakyat dari Jepang yang bercerita tentang seorang pemuda yang bernama Keisuke yang mencuri pakaian bidadari yang bernama Tanabata ketika Tanabata sedang mandi di danau. Keisuke pun berbohong dan mengaku tidak mencuri pakaian sang bidadari. Keisuke menyembunyikan pakaian Tanabata di atap rumahnya. Tanabata pun tidak bisa pulang ke kahyangan tanpa pakaiannya. Akhirnya, Tanabata menikah dengan Keisuke dan mereka hidup bersama-sama dan memiliki anak. Namun, akhirnya mereka harus berpisah karena kebohongan Keisuke sudah diketahui oleh Tanabata.

Jaka Tarub merupakan cerita rakyat dari Indonesia yang bercerita tentang seorang pemuda benama Jaka Tarub yang mencuri selendang bidadari yang bernama Nawang Wulan ketika Nawang Wulan sedang mandi di danau. Jaka Tarub menyembunyikan selendang Nawang Wulan di lumbung padi. Tanpa selendang itu, Nawang Wulan tidak akan bisa pulang ke kahyangan. Ketita Jaka Tarub melihat Nawang Wulan sedang kesusahan mencari selendangnya, Jaka Tarub pun datang dan menawarkan Nawang Wulan untuk ikut tinggal bersamanya. Akhirnya Nawang Wulan menikah dengan Jaka Tarub dan mereka hidup bersama-sama dan memiliki anak. Namun, akhirnya mereka berpisah

(12)

Adapun latar belakang penulis ingin membahas kedua Cerita Rakyat ini sebagai skripsi adalah dikarenakan Tanabata dan Jaka Tarub adalah dua cerita rakyat yang berasal dari negara yang berbeda namun memiliki struktur cerita yang hampir sama. Kedua cerita rakyat ini menceritakan tokoh utama yang merupakan pemuda biasa, namun mendapatkan seorang istri yang merupakan seorang bidadari dari kahyangan. Tetapi pada akhirnya sang pemuda harus kehilangan sang istri karena kebohongannya sudah diketahui oleh sang istri.Walaupun banyak kesamaan dari kedua cerita rakyat tersebut, tetapi pasti ada perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam kedua cerita rakyat tersebut yang menarik untuk dibandingkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tema, alur, dan penokohan dalam cerita rakyat dari dua negara yang berbeda yang berjudul Tanabata dan Jaka Tarub. Untuk itu penulis akan membahasnya dalam skripsi dengan judul “Analisis Perbandingan Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub dilihat Berdasarkan Pendekatan Struktural”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan isi cerita pada kedua cerita rakyat yang berjudul Tanabata dan Jaka Tarub tersebut, pada kedua cerita rakyat ini memiliki tema yang menceritakan tentang seorang pemuda biasa yang mendapatkan istri seorang bidadari. Penokohan yang terdapat dalam kedua cerita rakyat ini adalah penggambaran tentang tokoh utama yang memiliki karakter pembohong dan

(13)

gegabah dalam kepribadiannya. Alur dalam novel ini adalah memiliki susunan alur maju.

Walaupun banyak terdapat persamaan dalam kedua cerita rakyat yang berjudul Tanabata dan Jaka Tarub, tetapi pasti juga terdapat perbedaan-perbedaan di dalam unsur-unsur yang membangun kedua cerita rakyat tersebut. Misalnya, adanya perbedaan alur cerita yang terjadi antara cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub yang terlihat pada akhir cerita. Ada juga perbedaan tokoh-tokoh yang terdapat dalam kedua cerita rakyat tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin mengetahui sebagai berikut:

1. Bagaimana tema, penokohan, alur cerita, dan amanat dalam kedua cerita rakyat yang berasal dari Jepang dan Indonesia yang berjudul Tanabata dan Jaka Tarub ?

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan unsur intrinsik dalam kedua cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub ?

(14)

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Agar masalah yang akan dibahas lebih terarah, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan, sehingga dapat memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan.

Penulis hanya memfokuskan pembahasan mengenai tema, penokohan, alur, dan amanat yang terjadi di dalam cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub.

Kemudian membandingkan unsur instrinsik dari kedua cerita rakyat yang berjudul Tanabata dan Jaka Tarub. Cerita rakyat Tanabata ditulis dalam bahasa Indonesia oleh Ari Wulandari. Diterbitkan oleh Nyo-nyo dalam seri Cerita Rakyat Dunia:

Cerita Rakyat Jepang pada tahun 2013. Kemudian cerita rakyat Jaka Tarub ditulis dalam bahasa Indonesia oleh Lintang Pandu. Diterbitkan oleh Gramedia dalam Kumpulan Cerita Klasik Indonesia pada tahun 2015.

Di dalam penelitian ini, sesuai dengan judul skripsi yaitu “Analisis Perbandingan Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub dilihat Berdasarkan Pendekatan Struktural” maka pada penelitian ini penulis menganalisis unsur-unsur di dalamnya seperti tema, penokohan, dan alur saja. Setelah meneliti unsur-unsur tersebut, kemudian menerangkan bagaimana perbandingan antara cerita rakyat asal Jepang yang berjudul Tanabata dengan cerita rakyat asal Indonesia yang berjudul Jaka Tarub. Untuk mendukung pembahasan, maka penulis dalam Bab II akan menjelaskan Pengertian cerita rakyat, Unsur Pembangun cerita rakyat yang meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik, Kajian Struktural dalam kajian sastra, dan Teori Sastra Bandingan.

(15)

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka

Sastra atau kesusasteraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia, seperti yang diungkapkan oleh Esten (1978:9).Sastra juga memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan cara yang khas.

Sastra adalah sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan suatu tes dialektika (dialog komunikasi sehari-hari) antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan sejarah dialektika yang dikembangkan dalam karya sastra (Endraswara, 2008: 78)

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan. Disini sastra tidak banyak berhubungan dengan yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori sastra adalah:

a. Novel

b.Cerita rakyat/cerpen (tertulis/lisan) c.Syair

d. Pantun

e. Sandiwara/drama f. Lukisan/kaligrafi

(16)

Semi (1988: 8) mengatakan sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai medianya.

Dengan menganalisis, maka makna karya sastra dapat ditafsirkan dengan lebih jelas. Ada bermacam-macam analisis dalam mengkritik karya sastra.

Didalam analisi berikut dipergunakan tafsiran dari salah satu sudut pandang, yaitu sudut pandang objektif yang sifatnya struktural.

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom. pendekatan struktural dinamakan juga pendekatan objektif. strukturalisme berpandangan bahwa untuk menanggapi karya sastra secara objektif haruslah berdasarkan pemahaman terhadap teks karya sastra itu sendiri (Semi, 1993: 67)

Teeuw (1984: 135) menyatakan, pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrisik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom yang terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra, Satoto (1993: 32)

Struktur karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur-unsur alur, penokohan, tema, latar, dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (fiksi), Sumardjo (1997: 54)

(17)

Unsur-unsur karya sastra yang akan ditelaah di dalam cerita rakyat ini adalah tema, penokohan, alur, dan amanat. Sudjiman (1992: 52) mengatakan bahwa tema merupakan gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra.

Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Tokoh cerita (character) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kausalitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 165)

Selain penokohan dan perwatakan, yang termasuk di dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra yang lainnya adalah alur atau plot. Menurut Kenny dalam Nurgiyantoro (1995: 165) plot / alur sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.

Kemudian, Amanat juga merupakan unsur intrinsik yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Nurgiyantoro ( 1995: 322) mengatakan, Amanat dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.

1.4.2. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kajian sastra bandingan bersifat komparatif. Kajian ini terutama dititikberatkan pada penelaahan teks karya-karya sastra yang dibandingkan .

(18)

Menurut Nada dalam http://www.academia.edu/4608714/sastra_bandingan _dengan_sebuah_pengantar_ringkas sastra bandingan adalah suatu studi atau kajian sastra suatu bangsa yang mempunyai kaitan kesejarahan dengan sastra bangsa lain, bagaimana terjalin proses saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.

Kasim (1996: 28-29) menjelaskan berdasarkan sifat kajiannya, kajian sastra bandingan dibagi atas empat kelompok. Keempat sifat tersebut adalah kajian bersifat komparatif, kajian bersifat historis, kajian bersifat teoritis, dan kajian bersifat antar-disiplin. Kajian bersifat komparatif menitikberatkan pada penelaahan teks karya sastra yang dibandingkan. Kajian bersifat komparatif merupakan titik awal munculnya sastra bandingan. Kajian ini dipandang sebagai kajian terpenting dalam karya sastra bandingan. Kajian bersifat komparatif dapat berbentuk kajian pengauh maupun kajian kesamaan. Kajian yang bersifat komparatif juga dapat mencakup kajian mengenai tema maupun kajian genre.

Sifat yang mendasari kajian ini adalah melihat persamaan dan perbedaan karya sastra yang dibandingkan.

Menurut teori sastra bandingan yang bersifat komparatif yang sudah dikemukakan sebelumnya, penulis berpendapat bahwa dengan pendekatan perbandingan sastra, penulis dapat lebih mudah membandingkan dua cerita rakyat yang memiliki jalan cerita yang hampir sama namun berasal dari negara yang berbeda, sehingga dapat diketahui apa persamaan dan perbedaan-perbedaan dari kedua cerita rakyat tersebut.

Penulis juga menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-

(19)

unsur yang membangun karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada diluar karya sastra (Satoto, 1993: 32).

Menurut Teeuw (1984: 135) pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 1995:23). Unsur instrinsik yang dimaksud dalam unsur- unsur intrinsik dalam karya sastra itu sendiri adalah sebagai berikut:

a. Tema

b. Plot atau Alur

c. Perwatakan atau Penokohan d. Latar atau Setting

e. Sudut Pandang Pengarang f. Gaya

g. Amanat

Menurut Staton dalam Nurgiyantoro (1995:67) Tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Kemudian, Scharbach dalam Aminuddin (2000:

91), mengatakan bahwa seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka telah selesai memahami unur- unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut.

Alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan- tahapan peristiwa sehingga terjalin sebuah cerita yang dibentuk oleh tahapan-

(20)

tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan para pelaku dalam sebuah cerita. Adapun struktur dramatik yang merupakan bagian dari plot menurut Aristoteles dalam http://senjapradestiaputri.blogspot.co.id/2012/05/

struktur-dramatik-menurut-aristoteles.html adalah sebagai berikut:

a. Eksposisi, yaitu bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra. Bagian ini memberikan penjelasan atau keterangan mengenai berbagai hal yang diperlukan untuk dapat memahami peristiwa berikutnya dalam cerita, seperti tokoh cerita, masalah, tempat dan waktu, dan sebagainya.

b. Komplikasi, yaitu lanjutan dari eksposisi dan merupakan peningkatan dari eksposisi. Dalam bagian ini salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakarsa untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi hasil dari prakarsa itu tidak pasti sehingga timbullah kegawatan.

c. Klimaks, Dalam bagian ini pihak-pihak yang berlawanan, berhadapan untuk melakukan perhitungan terakhit yang menentukan nasib tokoh dalam cerita d. Resolusi, Dalam resolusi semua masalah yang ditimbulkan oleh prakarsa

tokoh terpecahkan.

e. Konklusi, Dalam bagian ini nasib tokoh cerita sudah pasti. Konklusi merupakan bagian akhir cerita

Tokoh berkaitan dengan orang atau seseorang sehingga perlu menggambarkan yang jelas tentang tokoh tersebut. Nurgiyantoro (1995: 173-174), jenis-jenis tokoh dapat dibagi sebagai berikut:

1. Berdasarkan Segi Peranan atau Tingkat Pentingnya

a. Tokoh Utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa dan sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.

(21)

b. Tokoh Tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung.

2. Berdasarkan Segi Fungsi Penampilan Tokoh

a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh utama yang merupakan pembawa nilai- nilai yang ideal bagi pembaca.

b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995 : 216) setting atau latar disebut juga sebagai landas tumpu, mengarah pada pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Unsur latar setting atau dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu: (1) Latar tempat adalah menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. (2) Latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan masalah

“kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. (3) Latar sosial adalah latar yang menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 1995 : 227-233).

Kemudian, menurut Aminuddin (2000: 76) menerangkan bahwa gaya bahasa adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya lewat media bahasa yang indah dan harmonis meliputi aspek-aspek : (1) pengarang, (2) ekspresi, (3) gaya bahasa. Sebab itulah ada pendapat yang menjelaskan bahwa gaya adalah orangnya atau pengarangnya karena lewat gaya kita dapat mengenal bagaimana sikap dan endapan pengetahuan, pengalaman dan gagasan pengarannya. Gaya erat kaitannya dengan ekspresi karena jika gaya adalah cara

(22)

dan alat seorang pengarang untuk mewujudkan gagasannya, maka ekspresi adalah proses atau kegiatan perwujuadan itu sendiri. Sebab itulah gaya dapat juga disebut sebagai cara, teknik maupun bentuk pengekspresian suatu gagasan.

Menurut Booth dalam Nurgiyantoro (1995: 249) sudut pandang merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca. Sedangkan menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:248) Point of view adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Sedangkan amanat menurut Kenny dalam Nurgiyantoro (1995: 322) adalah dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.

Unsur-unsur karya sastra yang akan ditelaah di dalam kedua cerita ini adalah tema, penokohan, alur, dan amanat. Sedangkan latar, sudut pandang pengarang, dan gaya bahasa tidak penulis paparkan dalam penelitian ini karena unsur-unsur tersebut tidak ditampilkan secara jelas pada kedua cerita yang akan dianalisis dan bukan merupakan fokus pembahasan.

Dengan menggunakan teori pendekatan struktural atau objektif tersebut, penulis menganalisis karakteristik penokohan dari kedua cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub, tema yang mendasari pemaparan cerita, tahapan-tahapan alur yang membentuk cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub dan memaparkan amanat yang terdapat didalam kedua cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub. Sehingga

(23)

dapat dijelaskan hubungan unsur-unsur yang ada didalam cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub, keutuhan serta kepaduan ceritanya yang dibangun melalui unsur intrinsik.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memiliki tujuan seperti berikut : 1. Untuk mendeskripsikan tema, penokohan, dan alur cerita dalam cerita

rakyat dari Jepang dan Indonesia yang berjudul Tanabata dan Jaka Tarub.

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pada unsur intrinsik dalam dua cerita rakyat yang berjudul Tanabata dan Jaka Tarub.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memiliki manfaat seperti berikut : 1. Untuk memperkaya pengkajian dan mengapresiasikan karya sastra,

khususnya terhadap cerita rakyat Jepang dan Indonesia.

2. Untuk dapat menambah wawasan dan gambaran bagi pembaca mengenai unsur-unsur pembentuk di dalam cerita rakyat asal Jepang yang berjudul Tanabata dan cerita rakyat asal Indonesia yang berjudul Jaka Tarub.

3. Untuk mengetahui tentang tema, penokohan dan latar dalam sebuah karya sastra berdasarkan pendekatan struktural dalam cerita rakyat asal Jepang yang berjudul Tanabata dan cerita rakyat asal Indonesia yang berjudul Jaka Tarub.

(24)

4. Untuk mengetahui perbandingan tema, penokohan, dan alur dalam cerita rakyat asal Jepang yang berjudul Tanabata dan cerita rakyat asal Indonesia yang berjudul Jaka Tarub.

1.6. Metode Penelitian

Sebuah penelitian membutuhkan suatu metode untuk mendukung proses didalam penelitian tersebut. Metode penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji masalah yang dihadapi.

Menurut Subagyo dalam Fauzan (2014: 15) metode meupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.

Metode yang penulis gunakan adalah metode Kualitatif. Menurut Ratna (2004: 46) metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data dengan hubungannya dengan konteks kebenarannya. Cara-cara inilah yang mendorong kualitatif dianggap sebagai multi metode sebab pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan.

Penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan. Menurut Nazir (1988: 111) Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan- catatan, dan laporan-laporan yang ada hubunannya dengan masalah yang dipecahkan.

Disamping iu, penulis juga memperoleh data-data dari media online yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

(25)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membaca cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub.

2. Mencari data yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu mencari data tentang kajian pendekatan struktural, teori sastra bandingan, dan teori-teori lain yang diperlukan untuk melengkapi penelitian ini.

3. Mengumpulkan data-data tersebut kemudian menganalisis data berdasarkan pendekatan struktural dan mengungkapkan persamaan dan perbedaan unsur intrinsik seperti tema, penokohan, dan alur yang terdapat dalam cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub.

4. Menyusun seluruh data tersebut menjadi sebuah laporan berbentuk proposal skripsi.

(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP CERITA RAKYAT TANABATA DAN JAKA TARUB

2.1 Definisi Cerita Rakyat

Sastra tradisional, dalam hal ini cerita rakyat, terdapat di semua suku di Indonesia. Isinya berupa gambaran cerita pemiliknya, yang tidak hanya mengungkapkan hal-hal yang bersifat permukaan, tetapi juga sendi-sendi kehidupan secara lebih mendalam. Kehadirannya sering merupakan jawaban dari teka-teki alam yang terdapat di seputar kita.

Menurut Sugono (2003: 57) cerita rakyat, selain merupakan hiburan, juga merupakan sarana untuk mengetahui asal-usul nenek moyang, jasa atau teladan kehidupan para pendahulu kita, hubungan kekerabatan (silsilah), asal mula tempat, adat-istiadat, dan sejarah benda pusaka. Cerita rakyat juga bisa berperan sebagai penghubung kebudayaan masa silam dengan kebudayaan yang akan datang. Dalam arti luas, sastra lisan dapat pula berperan sebagai sarana untuk menanamkan benih-benih kesadaran tentang keagungan budaya yang menjadi penunjang kehidupan suatu bangsa.

Sementara itu, menurut Sisyono dalam http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id

/2016/01/pengertian-cerita-rakyat-menurut-para.html, cerita rakyat merupakan salah satu karya sastra yaitu berupa cerita yang lahir, hidup, dan berkembang pada beberapa generasi dalam masyarakat tradisional, baik masyarakat itu telah mengenal huruf atau belum, disebarkan secara lisan, mengandung survival,

(27)

bersifat anonim, serta disebarkan diantara kolektif tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama.

Cerita rakyat merupakan salah satu (genre) folklore. Folklore itu sendiri adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun- temurun diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Danandjaja, 1997: 2)

Setiap karya sastra fiksi (cerita rakyat) mempunyai unsur-unsur yang medukung, baik unsur dari dalam karya sastra itu sendiri (unsur intrinsik) ataupun unsur dari luar (unsur ekstrinsik) yang secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra.

2.2 Unsur-Unsur Pembangun Cerita Rakyat

Cerita rakyat merupakan karya sastra hiburan bagi masyarakat yang totalitas, suatu panduan bersifat artistik. Sebagai sebuah karya sastra yang totalitas, cerita rakyat mempunyai bagian-bagian atau unsur yang berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menguntungkan. Sehingga dengan unsur- unsur tersebut keterpaduan sebuah cerita rakyat akan terwujud. Unsur-unsur yang terkandung dalam cerita rakyat adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

2.2.1 Unsur Intrinsik

Nurgiyantoro (1995: 23) mengemukakan bahwa unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang

(28)

faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah cerita rakyat adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuahcerita rakyat berwujud. Unsur intrinsik yang dimaksud tersebut ialah tema, penokohan, plot/alur, sudut pandang, gaya bahasa, latar, dan amanat.

a. Tema

Stanton dalam Nurgiyantoro (1995: 67) mengatakan bahwa tema merupakan makna yang dikandung oleh sebuah cerita.

Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminuddin (2000: 91) berasal dari bahasa latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Sebab itu penyikapan terhadap tema yang diberikan pengarangnya dengan pembaca umumnya terbalik. Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka telah selesai memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut.

Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat mengikat, kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik, situasi tertentu termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin

(29)

disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu.

Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema, walaupun sulit ditentukan secara pasti, ia bukanlah makna yang disembunyikan, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak secara sengaja disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun, tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan tersembunyi di balik cerita yang mendukungnya.

Pertimbangan penentuan tema utama juga didasarkan pada pengertian tema menurut Stanton dalam Nurgiyantoro(1995: 70) yaitu yang mengartikan tema sebagai makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama dan tujuan utama.

Dalam upaya memahami tema, pembaca perlu memperhatikan langkah- langkah berikut secara cermat :

a. Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.

b. Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca.

c. Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca.

(30)

d. Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.

e. Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.

f. Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkannya.

g. Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.

h. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar dalam sebuah cerita.

Dalam cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub ini mengangkat tema tentang kisah cinta dua insan yang berbeda dunia yang harus berakhir karena diawali oleh sebuah kebohongan.

b. Plot / Alur Cerita

Salah satu elemen terpenting dalam membentuk karya fiksi adalah plot.

Dalam analisis cerita plot sering juga disebut dengan alur. Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 113-114) mengemukakan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur dari peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.

(31)

Stanton dalam Nurgiyantoro (1995: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.

Aristoteles dalam http://senjapradestiaputri.blogspot.co.id/2012/05/

struktur-dramatik-menurut-aristoteles.html membedakan tahapan plot menjadi lima tahapan, tahapan itu adalah sebagai berikut:

f. Eksposisi, yaitu bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra. Bagian ini memberikan penjelasan atau keterangan mengenai berbagai hal yang diperlukan untuk dapat memahami peristiwa berikutnya dalam cerita, seperti tokoh cerita, masalah, tempat dan waktu, dan sebagainya.

g. Komplikasi, yaitu lanjutan dari eksposisi dan merupakan peningkatan dari eksposisi. Dalam bagian ini salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakarsa untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi hasil dari prakarsa itu tidak pasti sehingga timbullah kegawatan.

h. Klimaks, Dalam bagian ini pihak-pihak yang berlawanan, berhadapan untuk melakukan perhitungan terakhit yang menentukan nasib tokoh dalam cerita i. Resolusi, Dalam resolusi semua masalah yang ditimbulkan oleh prakarsa

tokoh terpecahkan.

j. Konklusi, Dalam bagian ini nasib tokoh cerita sudah pasti. Konklusi merupakan bagian akhir cerita.

Menurut susunannya, plot/ alur terdiri atas tiga jenis yaitu

a. Alur maju, yaitu alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya sampai cerita itu berakhir

(32)

b. Alur mundur, yaitu alur yang dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali kepada peristiwa pertama.

c. Alur campuran, yaitu alur yang dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali ke peristiwa pertama, kedua dan seterusnya sampai akhirnya kembali ke peristiwa terakhir.

Dilihat dari susunannya, jenis alur yang digunakan dalam kedua cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub adalah alur maju.

c. Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan (Aminuddin dalam Siswanto, 2008: 142)

Tokoh cerita (character), menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:

165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut juga dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dalam penerimaan pembaca. Dalam hal ini, khususnya dari pandangan teori resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti semuanya. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal).

Pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik.

(33)

Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah seorang tokoh yang hidup secara wajar, sewajar sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging., yang mempunyai pikiran dan perasaan. Masalah kewajaran tokoh cerita sering dikaitkan dengan kenyataan kehidupan manusia sehari-hari. Seorang tokoh cerita dikatakan wajar, relevan jika mencerminkan dan mempunyai kemiripan dengan kehidupan manusia sesungguhnya.

Menurut Aminuddin dalam Siswanto (2008: 145), ada beberapa cara memahami watak tokoh. cara itu adalah:

a. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.

b. Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian.

c. Menunjukkan bagaimana perilakunya.

d. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri.

e. Memahami bagaimana jalan fikirannya.

f. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya.

g. Melihat tokoh lain berbincang dengannya.

h. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberi reaksi terhadapnya.

i. Melihat tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain.

Dalam cerita rakyat Tanabata, tokoh utama ialah Keisuke yang diceritakan sebagai seorang pemuda biasa yang mendapatkan istri seorang bidadari. Awalnya

(34)

Keisuke menemukan pakaian Orihime yang merupakan bidadari dari kahyangan.

Tanpa pakaian itu Orihime tidak akan bisa kembali ke kahyangan. Namun, Keisuke yang menemukan pakaian Orihime malah membohongi Orihime dan berkata kalau pakaian yang dibawanya bukanlah pakaian Orihime. Dapat pula diketahui bahwa Keisuke memiliki sifat yang pembohong, penyayang, tulus, berfikiran pendek, tidak menjaga amanah, dan bertanggung jawab. Adapula tokoh tambahan dalam cerita rakyat Tanabata yaitu Orihime dan Nobita. Orihime adalah bidadari dari kahyangan yang sekaligus menjadi istri Keisuke dan Nobita adalah ayah dari Orihime.

Dalam cerita rakyat Jaka Tarub, tokoh utama ialah Jaka Tarub yang diceritakan sebagai pemuda biasa yang memiliki istri seorang bidadari karena ia mencuri selendang bidadari tersebut sehingga bidadari itu tidak dapat pulang ke kahyangan. Dapat pula dilihat bahwa Jaka Tarub berwatah pembohong, tidak menjaga amanah, dan setia. Adapula tokoh tambahan dalam cerita rakyat Jaka Tarub ini adalah Nawang Wulan, yaitu seorang bidadari dari kahyangan yang menjadi istri Jaka Tarub.

d. Latar/ Setting

Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 216), latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Setting sebagai latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis, Aminuddin dalam Siswanto (2008: 149). Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan

(35)

jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.

d. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah tempat sastrawan memandang ceritanya. Dari tempat itulah sastrawan bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu, dengan gayanya sendiri.

Sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca, Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 248).

Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya. Ada empat macam sudut pandang, yaitu :

1. Omniscient point of view (susut pandang yang berkuasa)

Disini pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya, pengarang juga berkuasa untuk menghapus dan menciptakan tokohnya, mengatur jalan pikiran tokoh, hingga mengomentari kelakuan para pelaku.

2. Objective Point of view

Hampir sama dengan omniscient hanya saja pengarang tidak memberikan komentar apapun mengenai kelakuan tokohnya.

3. Sudut pandang orang pertama

(36)

Teknik ini ditandai dengan menggunakan kata "aku" dalam penceritaannya, persis seperti mencritakan pengalaman sendiri.

4. Sudut pandang peninjau

Dalam teknik ini pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Sudut pandang peninjau ini lebih dikenal dengan sudut pandang orang ketiga.

Dengan demikian, sudut pandang pengarang dalam cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub ialah Objective point of view dimana pengarang bertindak sebagai yang berkuasa dalam terciptanya jalan cerita tanpa memberi komentar didalamnya.

e. Gaya Bahasa

Aminuddin dalam siswanto (2008: 158-159) gaya bahasa adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu manuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.

f. Amanat

Amanat menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro 1995: 322) adalah dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.

Di dalam kedua cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub memiliki amanat yang sama yaitu dalam memulai sebuah hubungan, janganlah diawali dengan

(37)

sebuah kebohongan. Karena sebuah kebohongan hanya dapat menyelamatkan dirimu sesaat dan akhirnya akan menghancurkanmu selamanya.

2.2.2 Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian didalamnya. Unsur tersebut meliputi latar belakangpengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi, dan pengetahuan agama. Unsur ekstrinsik untuk tiap karya sastra sama, unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat cerita dan tema. Selain unsur-unsur yang datangnya dari luar pengarang, hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya sastra.

2.3 Kajian Struktural dalam Kajian Sastra

Dalam menganalisis sebuah karya sastra tentunya diperlukan suatu teori agar menjadi acuan dalam proses penganalisisan terhadap sebuah karya sastra. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan struktural atau yang biasa disebut pendekatan objektif.

Pendekatan struktural pada dasarnya juga dapat dipandang sebagai cara berfikir tentang dunia kesastraan yang lebih merupakan susunan hubungan daripada susunan benda. Dengan demikian , kodrat setiap unsur dalam bagian

(38)

sistem struktur itu baru mempunyai makna setelah berada dalam hubungannya dengan unsur-unsur yang lain yang terkandung didalamnya, Hawkes dalam Nurgiyantoro (1995: 37)

Analisis struktural dapat berupa kajian yang menyangkut relasi unsur- unsur dalam mikroteks, satu keseluruhan wacana, dan relasi intertekstual, Hartoko dan Rahmanto dalam Nurgiyantoro (1995: 38). Analisis struktural dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.

Dengan menggunakan teori pendekatan struktural, penulis dapat melakukan penganalisisan terhadap tema, tokoh, alur, dan unsur-unsur yang lainnya. Agar unsur-unsur di dalam cerita rakyat Tanabata dan Jaka Tarub dapat memiliki hubungan keselarasan yang baik.

2.4 Sastra Bandingan

Sastra bandingan bertujuan untuk menghapus pandangan sempit sastra nasional dan untuk menghilangkan anggapan bahwa suatu karya sastra lebih baik dari satu karya sastra lainnya. Selain itu, sastra bandingan juga bertujuan untuk meluaskan wawasan seseorang mengenai hasil budaya berbagai bangsa dan menambah pemahaman tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam karya- karya tersebut.

(39)

Kasim (1996: 28-29) menjelaskan berdasarkan sifat kajiannya, kajian sastra bandingan dibagi atas empat kelompok. Keempat sifat tersebut adalah kajian bersifat komparatif, kajian bersifat historis, kajian bersifat teoritis, dan kajian bersifat antar-disiplin. Kajian bersifat komparatif menitikberatkan pada penelaahan teks karya sastra yang dibandingkan. Kajian bersifat komparatif merupakan titik awal munculnya sastra bandingan. Kajian ini dipandang sebagai kajian terpenting dalam karya sastra bandingan. Kajian bersifat komparatif dapat berbentuk kajian pengaruh maupun kajian kesamaan. Kajian yang bersifat komparatif juga dapat mencakup kajian mengenai tema maupun kajian genre.

Sifat yang mendasari kajian ini adalah melihat persamaan dan perbedaan karya sastra yang dibandingkan.

Menurut teori sastra bandingan yang bersifat komparatif yang sudah dikemukakan sebelumnya, penulis berpendapat bahwa dengan pendekatan perbandingan sastra, penulis dapat lebih mudah membandingkan dua cerita rakyat yang memiliki jalan cerita yang hampir sama namun berasal dari negara yang berbeda, sehingga dapat diketahui apa persamaan dan perbedaan-perbedaan dari kedua cerita rakyat tersebut.

(40)

BAB III

ANALISIS PERBANDINGAN STRUKTURAL CERITA RAKYAT TANABATA DAN JAKA TARUB

3.1 Sinopsis Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub a. Sinopsis Cerita Rakyat Tanabata

Seorang pemuda bernama Keisuke sehari-harinya kerja sebagai peladang.

Suatu hari ketika sedang beristirahat di tepi danau, ia melihat sesuatu yang sangat indah. Ia pun mendekat dan menemukan seperangkat pakaian perempuan. Ia sangat suka melihat pakaian itu. Kemudian ia pun memasukkan pakaian tersebut ke dalam keranjangnya. Ia pun bersiap untuk pulang.

Ketika ia berjalan, lalu muncullah kepala seorang bidadari yang bernama Orihime dari dasar danau. Wajahnya sangat cantik dan rambutnya panjang hitam dan lebat. Saat keisuke berbalik badan dan hendak pulang, pakaian bidadari yang dibawanya terlihat oleh Orihime.

Orihime pun berteriak meminta agar pakaiannya dikembalikan. Karena tanpa pakaian tersebut Orihime tidak akan bisa kembali ke kahyangan. Ketika diminta, Keisuke mengelak dan mengatakan bahwa pakaian yang berada dikeranjangnya itu adalah pakaian yang ia bawa dari rumah. Putri Orihime pun percaya dengan Keisuke.

Kemudian Keisuke menawarkan Orihime untuk ikut tinggal dirumahnya.

Karena tidak ada pilihan lain, Orihime pun menyetujui ajakan Keisuke. Setelah itu mereka menikah dan mempunyai anak.

Ketika Orihime sedang menyusui anaknya, dilihatnya seekor merpati sedang mematuki retakan balok langit-langit rumah. Kemudian merpati itu

(41)

menarik keluar suatu benda. Ternyata benda itu adalah pakaian Orihime yang selama ini dicarinya.

Orihime pun sudah mengetahui bahwa selama ini suaminyalah yang menyembunyikan pakaiannya. Orihime pun memutuskan untuk kembali ke kahyangan. Keisuke menahan Orihime pergi. Namun jika Keisuke ingin bertemu Orihime, Orihime memberikan syarat yaitu anyamlah seribu pasang sandal jerami dan kuburkan di sekitar pohon bambu.

Setelah itu, sepanjang hari keisuke pun menganyam sandal jerami dan menguburnya di pohon bambu. setelah genap seribu sandal, ia pun memanjat bambu yang menjulang tinggi dengan menggendong anaknya. Ternyata anyamanya masih 999 pasang saja. Keisuke pun berteriak memanggil Orihime.

Orihime pun mendengar dan menjulurkan tangannya untuk menjangkau keisuke.

Mereka pun saling melepas rindu. Namun, tiba-tiba datanglah ayah Orihime. Ayah Orihime tidak menyetujui anaknya menikah dengan laki-laki dari dunia bawah. Ia bermaksud memisahkan keduanya. Nobita pun menyuruh keisuke menaburkan biji-biji di ladang dalam tiga hari. kalau Keisuke bisa memenuhinya, maka Nobita akan merestui hubungan Orihime dan Keisuke.

Keisuke pun langsung berusaha. Namun, Orihime mengetahui kesulitan suaminya dan ingin membantu. Orihime meminta bantuan sekumpulan merpati untuk menaburkan biji-biji itu dari atas.

Nobita pun kesal dengan keberhasilan keisuke. Ia pun meminta pekerjaan yang lebih sulit. Nobita meminta keisuke menjaga ladang melon selama tiga hari tiga malam tanpa boleh memakan apapun termasuk melon yang dijaganya.

(42)

Pada hai ketiga, Keisuke tidak tahan menahan haus, akhirnya keisuke pun memakan satu buah melon. Tiba-tiba air tumpah dari melon yang dibuka seperti air bah. Air itu segera membentuk danau luas dan dalam. Danau itulah yang memisahkan Orihime dan Keisuke.

Orihime dan Keisuke saling memanggil dari tempat yang berjauhan.

Keduanya kemudian mati dan menjelma menjadi bintang Altair dan Vega.

Keduanya mendapat izin dari Nobita bertemu sekali dalam setahun, yaitu pada malam hari tanggal 7 juli.

b. Sinopsis Cerita Rakyat Jaka Tarub

Seorang pemuda bernama Jaka Tarub sedang berburu di hutan dekat danau. Kemudian ia mendengar suara berisik dari arah danau. Ia pun mengintip ke arah danau. Ia melihat ada & gadis cantik yang sedang mandi. Tak sengaja Jaka Tarub melihat selendang para bidadari itu. Ia pun mengambil salah satu selendang dan menyembunyikannya di lumbung padinya.

Kemudian, Jak Tarub kembali lagi ke danau. Dilihatnya seorang bidadari yang sedang kebingungan mencari selendangnya. Karena tanpa selendang itu ia tidak akan bisa kembali ke kahyangan. Bidadari itu adalah bidadari termolek diantara yang lainya. Bibirnya semerah darah dan kulitnya putih bersinar.

Bidadari itu ditinggalkan oleh bidadari yang lainnya pulag ke kahyangan.

Melihat Bidadari itu kebingungan, Jaka Tarub pun menghampirinya.

Nama Bidadari itu adalah Nawang Wulan. Jaka Tarub pun menawarinya untuk pulang ke rumahnya. Karena tidak ada pilihan lain, Nawang Wulan pun menerima ajakan Jaka Tarub. Mereka pun menika dan mempunyai anak.

(43)

Semenjak kehadiran Nawang Wulan, Jak Tarub merasa hidupnya semakin mudah dan tidak perlu lagi bekerja keras disawah. Nawang Wulan selalu mengingatkan Jaka Tarub supaya tidak membuka penutup kukusan nasi ketika ia memasak.

Suatu hari ketika Nawang wulan mandi disungai, ia menitipkan nasi yang dimasaknya kepada suaminya. Namun, karena Jaka Tarub penasaran, ia pun membuka kukusan nasi yang dimasak oleh Nawang Wulan. Ternyata Nawang Wulan selama ini hanya memasak sebulir padi.

Karena Jaka Tarub Sudah mengintip isi kukusan nasi yang dimasak Nawang Wulan, maka kesaktiannya pun hilang. Sekarang mereka harus bekerja keras diladang untuk menanam dan menumbuk padi setiap hari.

Semakin lama persediaan beras mereka semakin sedikit. Dan ketika Nawang Wulan mengambil persediaan beras yang terakhir, dilihatnya ada sesuatu di lumbung. Ternyata itu adalah selendangnya yang selama ini ia cari. Ia pun mengetahui bahwa suaminya telah berbohong kepadanya selama ini. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kahyangan.

Ketika pulang dari sawah, Jaka Tarub melihat Istrinya sudah memakai selendangnya. Jaka Tarub mencoba untuk menahan Nawang Wulan dan meminta maaf berulang kali. Namun semuanya sudah percuma. Jaka Tarub pun harus merelakan kepergian Nawang Wulan. Ini akibat kesalahannya sendiri. Sudah takdir Nawang Wulan untuk kembali ke kahyangan. "Kenanglah aku ketita melihat bulan. Aku akan menghiburmu dari atas sana," kata Nawang Wulan. Ia pun kemudian terbang ke langit menuju khayangan, meninggalkan Jaka Tarub yang nangis dalam penyesalan.

(44)

3.2 Analisis Struktural Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub 3.2.1 Analisis Tema dalam Cerita Rakyat Tanabata

Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok di dalam sebuah karya sastra yang berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.

Di dalam cerita rakyat Tanabata, tema yang mendasari cerita yang menceritakan tentang kisah cinta seorang tokoh utama yang harus berakhir.

Diawali dengan seorang pemuda yang bernama keisuke yang bekerja sebagai peladang. Suatu hari, ketika ia sedang beristirahat di tepi danau, ia melihat sesuatu yang sangat indah. Ia pun mendekat dan menemukan seperangkat pakaian perempuan. Ketika ia hendak pulang membawa pakaiannya, lalu muncullah seorang bidadari Orihime dari dasar danau. Kemudian Orihime melihat pakaiannya berada di keranjang keisuke. Ketika Orihime meminta pakaiannya kembali, namun Keisuke mengelak dan mengatakakan itu pakaian yang dibawanya dari rumah. Kemudian Keisuke menawarkan putri Orihime untuk tinggal dirumahnya. Karena tidak ada pilihan lain, putri Orihime pun menerimanya. Mereka pun menikah dan mempunyai anak. Kemudian, suatu ketika ada seekor merpati mematuki retakan balok dilangit-langit rumah. Merpati itu menarik keluar suatu benda. Ternyata benda itu adalah pakaian Orihime.

Orihime pun mengetahui bahwa selama ini suaminya telah membohongi dirinya.

Kemudian Orihime pun kembali ke kahyangan. Maka penulis dapat menyimpulkan tema pada cerita rakyat ini adalah cerita tentang kisah cinta dua insan yang berbeda dunia yang harus berakhir dengan perpisahan satu sama lain karena diawali oleh sebuah kebohongan.

(45)

3.2.2 Analisis Tema dalam Cerita Rakyat Jaka Tarub

Di dalam cerita rakyat Jaka Tarub, tema yang mendasari cerita yang menceritakan tentang kisah cinta seorang tokoh utama yang harus berakhir.

diawali oleh seorang pemuda yang bernama Jaka Tarub. Suatu hari, ketika ia sedang berburu di hutan di dekat danau, ia mendengar suara berisik diarah danau.

Karena penasaran, Jaka Tarub pun mengintip kearah danau. Dilihatnya ada tujuh gadis cantik. Kemudian Jaka Tarub melihat ada selendang. Terlintas difikirannya untuk mengambil salah satu selendang itu. Ketika tujuh bidadari tersebut selesai mandi, mereka pun bersiap untuk pergi ke kahyangan. Namun, salah satu bidadari tidak bisa pulang ke kahyangan karena selendangnya tidak ditemukan. Bidadari tersebut berama Nawang Wulan. Jaka Tarub menghampiri Nawang Wulan yang sedang bersedih. Jaka Tarub menawari Nawang Wulan untuk ikut dengannya dan tinggal bersamanya. Karena tidak ada pilihan lain, Nawang Wulan pun ikut dengan Jaka Tarub. Mereka pun menikah dan mempunyai anak. Suatu ketika, ketika Nawang Wulan hendak memasak nasi dan mengambil beras di lumbung, dilihatnya ada sehelai kain. Dan ternyata itu adalah selendangnya yang hilang.

Nawang Wulan pun megetahui bahwa selama ini suaminya telah membohongi dirinya. Nawang Wulan pun kembali ke kahyangan. Maka penulis dapat menyimpulkan tema pada cerita rakyat ini adalah cerita tentang kisah cinta dua insan yang berbeda dunia yang harus berakhir dengan perpisahan satu sama lain karena diawali oleh sebuah kebohongan.

(46)

3.2.3 Analisis Penokohan dalam Cerita Rakyat Tanabata a. Analisis Tokoh Utama : Keisuke

1. Cuplikan (halaman 37)

"Alangkah indahnya pakaian ini!" seru Keisuke. Ia belum pernah melihat pakaian seperti itu. Ia belum pernah melihat pakaian seperti itu. Kemudian ia pun memasukkan pakaian tersebut ke dalam keranjangnya. Ia pun bersiap pulang kerumah.

Lalu muncullah kepala seorang bidadari Orihime dari dasar danau.

Wajahnya sangat cantik dan rambutnya panjang hitam dan lebat. Saat itu Keisukesudah berbalik arah hendak pulang. Pakaian bidadari yang dibawanya dikeranjangnya terlihat oleh Orihime.

"Heii, kamu! kembalikan bajuku!" Teriak Orihime memanggil-manggil.

Mendengar itu, Keisuke berbalik arah. "Kamu memanggilku ?" tanyanya sesaat sambil menatap kagum pada bidadari yang cantik jelita tersebut.

"Betul. Kembalikan baju bidadari saya!"

"Baju bidadari ?" tanya Keisuke heran.

"Iya, baju yang kamu bawa di keranjang itu! tanpa baju itu saya tidak bisa kembali ke kahyangan!"

"Oooh bukan," kata Keisuke mulai mengerti. "Ini bukan baju kamu. Itu baju yang saya bawa dari rumah!"

(47)

Analisis

Dari cuplikan diatas terdapat kalimat "Alangkah indahnya pakaian ini!"

seru Keisuke. Ia belum pernah melihat pakaian seperti itu. Ia belum pernah melihat pakaian seperti itu. Kemudian ia pun memasukkan pakaian tersebut ke dalam keranjangnya. Ia pun bersiap pulang kerumah." "Oooh bukan," kata Keisuke mulai mengerti. "Ini bukan baju kamu. Itu baju yang saya bawa dari rumah!". Dari kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa Keisuke mempunyai sifat yang pembohong. Hal ini dapat terlihat ketika Orihime meminta seperangkat baju yang ia bawa di dalam keranjangnya. Yang sebenarnya itu adalah baju Orihime, Tetapi ia berbohong dan mengatakan bahwa pakaian itu adalah pakaian yang ia bawa dari rumah. Ia terkesima dengan kecantikan Orihime dan terpaksa berbohong agar Orihime bisa bersamanya.

2. Cuplikan (halaman 38)

Saat Keisuke pulang, ia heran melihat Orihime telah memakai baju bidadari.

"Suamiku, aku harus kembali ke kahyangan! Jagalah anak kita baik-baik!"

Seru Orihime. Setelah itu, ia melesat terbang ke langit.

Keisuke berusaha menahannya, "Kembalilah, Orihime! Bagaimana nasib anak kita? Aku sangat mencintaimu. Aku menyembunyikan bajumu karena aku tak mau kehilangan kamu!"

(48)

Analisis

Dari cuplikan diatas terdapat kalimat "Keisuke berusaha menahannya,

"Kembalilah, Orihime! Bagaimana nasib anak kita? Aku sangat mencintaimu.

Aku menyembunyikan bajumu karena aku tak mau kehilangan kamu!".

Dari kalimat di atas, dapat kita ketahui bahwa sosok Keisuke mempunyai sifat yang penyayang dan tulus. Selama ini ia berbohong karena ia tidak ingin kehilangan istri yang ia cintai. Ia sangat mencintai Orihime sangat tulus.

Kebohongan yang ia buat selama ini semata-mata agar Orihime tetap berada di bumi bersamanya dan tidak kembali lagi ke kahyangan selamanya. Dari segi penokohan, Walaupun Keisuke tergambar menjadi seseorang yang pembohong, tetapi ia merupakan tokoh protagonis yang memiliki sifat penyayang dan tulus.

3. Cuplikan (halaman 39)

"Suamiku, kalau kamu cinta padaku, anyamlah seribu pasang sandal jerami dan kuburkan di sekitar pohon bambu. Dengan demikian, kita pasti akan bisa bertemu lagi. Tolong..., lakukanlah...aku akan menunggu."

Setelah berkata begitu, Orihime pun melayang semakin tinggi, lalu kembali ke langit. Keisuke sangat sedih. Sambil mengasuh anaknya, ia pun mulai membuat sandal jerami. Ia terus-menerus menganyamnya sepanjang hari. Setiap kali menghitung sandal jerami yang dianyam, ia selalu berkata "belum cukup".

Sandal yang dibuatnya belum mencapai seribu.

(49)

Begitulah yang dilakukan oleh Keisuke setiap hari sejak ditinggalkan Orihime. Akhirnya genap juga seribu sandal jerami yang dibuatnya. Ia pun segera mengubur sandal-sandal jerami itu disekitar bambu.

Analisis

Pada cuplikan di atas terdapat kalimat "....Sambil mengasuh anaknya, ia pun mulai membuat sandal jerami. Ia terus-menerus menganyamnya sepanjang hari. Setiap kali menghitung sandal jerami yang dianyam, ia selalu berkata

"belum cukup". Sandal yang dibuatnya belum mencapai seribu". "Begitulah yang dilakukan oleh Keisuke setiap hari sejak ditinggalkan Orihime. Akhirnya genap juga seribu sandal jerami yang dibuatnya. Ia pun segera mengubur sandal-sandal jerami itu disekitar bambu".

Dari kalimat diatas diketahui bahwa sosok Keisuke adalah seseorang yang mempunyai sifat bertanggung jawab dan pekerja keras. Ia terus bekerja keras sepanjang hari untuk membuat seribu pasang sandal jerami untuk memenuhi persyaratan agar ia bisa menemui istrinya kembali. Ia pantang menyerah, ia tidak berhenti bekerja sepanjang hari sebelum sandal jerami genap menjadi seribu pasang. Selain itu, ia juga memiliki sifat bertanggung jawab. Ia tetap mengasuh anaknya sambil bekerja menganyam seribu pasang sandal jerami yang diperintahkan oleh Orihime istrinya. Ini menunjukkan sosok Keisuke sebagai tokoh utama bisa dibilang memiliki karakter protagonis.

4. Cuplikan (halaman 41)

Nobita sangat kesal. Ia tidak senang dengan keberhasilan Keisuke. Ia pun

Gambar

Tabel Lampiran Perbandingan Cerita Rakyat Tanabata dan Jaka Tarub

Referensi

Dokumen terkait

rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi berjudul “ ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM CERITA RAKYAT REOG

Peneliti sebagai putra daerah merasa tertarik untuk melestarikan cerita rakyat dan budaya “Jaka Poleng Pendapa Kabupaten Brebes”, dengan tujuan untuk melakukan

Tujuan penelitian ini adalah. 2) Mendeskripsikan distribusi fungsi pelaku. 3) Mendeskripsikan bentuk skema cerita. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Data yang

Sementara itu, pada cerita rakyat “Si Kelingking” dari Bangka Belitung, di akhir cerita tokoh utama meraih kebahagian karena kedua orang tuanya menerima dirinya

Sementara itu, pada cerita rakyat “Si Kelingking” dari Bangka Belitung, di akhir cerita tokoh utama meraih kebahagian karena kedua orang tuanya menerima dirinya

Tujuan penelitian ini adalah. 2) Mendeskripsikan distribusi fungsi pelaku. 3) Mendeskripsikan bentuk skema cerita. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Data yang

Salah satu penyebab permusuhan di antara kedua kerajaan tersebut adalah penolakan lamaran dari raja Wonosegara kepada Condrowati yang sudah menjadi permaisuri Damarmaya,

Salah satu penyebab permusuhan di antara kedua kerajaan tersebut adalah penolakan lamaran dari raja Wonosegara kepada Condrowati yang sudah menjadi permaisuri Damarmaya,