1 BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab I ini, peneliti memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan istilah. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
A. Latar Belakang
Menempatkan siswa di sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan belajarnya merupakan bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia saat ini. Salah satunya dengan menempatkan siswa pada sekolah dengan sistem pendidikan inklusif. Pendidikan Inklusif adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta mengakomodasikan semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu (Kustiawan, 2012:8). Pendidikan inklusif yang menghargai keberagaman antara siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan siswa non ABK tanpa diskriminasi.
Pendidikan inklusif diberikan sejak siswa berada di Sekolah Dasar dan merupakan bekal untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Peran guru kelaspun sangat begitu penting, mengingat siswa yang akan dibelajarkan di kelas reguler memiliki karakteristik yang beranekaragam. Sehingga selain guru kelas dalam memenuhi kebutuhan belajar dan pelayanan secara khusus dibutuhkan peran Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK memiliki peran yang sama dengan guru kelas yaitu membimbing, mengajar, menilai, dan mengevaluasi
siswa ABK yang mengalami kesulitan pemahaman, pengetahuan, sikap dan gerakan, seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Siswa ABK yang mengikuti pembelajaran di kelas reguler bersama siswa non ABK harus benar-benar memperoleh hak yang sama dan sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Siswa ABK tidak hanya datang, duduk, diam melihat pembelajaran diberikan guru kelas untuk siswa non ABK karena kelemahan yang dimilikinya, tetapi siswa ABK juga harus terlibat secara aktif di dalam kelas.
Siswa ABK tidak disertai dengan hambatan intelektual tetap menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan, tetapi siswa ABK disertai dengan hambatan intelektual menggunakan kurikulum standar yang ditetapkan oleh satuan pendidikan, yang disebut dengan kurikulum modifikasi (USAID, 2012:23).
Kurikulum modifikasi disesuaikan dengan kemampuan siswa ABK berdasarkan kondisi yang dimilikinya terlihat dalam silabus dan Rancangan Proses Pembelajaran (RPP).
Ketika tidak memungkinkan kurikulum modifikasi dilakukan di kelas reguler maka dapat diberikan di ruang sumber berupa Program Pembelajaran Individual (PPI). PPI merupakan bentuk pembelajaran yang lebih mengfokuskan kepada kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta didik (Delphien, 2006:5).
Prinsipnya PPI diberikan sesuai dengan kebutuhan belajar setiap individu bukan kebutuhan seluruh individu.
Setiap individu memiliki kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Tujuan PPI adalah untuk membantu siswa yang bermasalah dalam belajarnya karena keterbatasan dalam penglihatan, pendengaran, intelegensi, motoriknya maupun perilaku. Siswa sering tidak dapat menyerap materi belajar yang diberikan secara
klasikal sehingga membutuhkan layanan pembelajaran yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya (Poerwanti, 2011:39). Pelayanan pembelajaran yang berbeda dapat menggunakan metode disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa ABK secara individual.
Kebutuhan belajar siswa ABK secara individual tersebut tertuang dalam komponen PPI yaitu tujuan jangka panjang merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai pada akhir tahun dan tujuan jangka pendek merupakan pengembangan dari tujuan jangka panjang yang dipecah-pecah sehingga menjadi lebih spesifik (Poerwanti, 2011:10). Tujuan-tujuan tersebut menjadikan pembelajaran yang akan dilakukan GPK lebih jelas dan terarah sehingga diharapkan secara terus menerus minat, bakat, dan potensinya yang dimiliki siswa ABK dapat berkembang dan kekurangannya terminimalkan.
Tahun 2007 Kabupaten Tuban melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga telah menunjuk secara langsung lima sekolah model yang masing- masing tersebar di lima wilayah Kecamatan, salah satunya di Kecamatan Tuban yaitu SDN Sidorejo 02 Tuban. SDN Sidorejo 02 Tuban disetiap kelas reguler terdapat siswa ABK yang dilayani oleh tiga GPK, setiap GPK bertugas memberikan pelayanan pendidikan secara inklusif di ruang sumber kepada siswa ABK yang berada pada dua kelas reguler. Seperti GPK yang bertugas melayani siswa ABK kelas VI dan kelas II, yang sekaligus merupakan seorang pelatih dalam pengembangan pendidikan inklusif di beberapa kota besar, seperti Surabaya dan Tuban. Sehingga penelitian dilakukan di kelas II, diharapkan data yang didapat dari penelitian ini memiliki makna yang mendalam tentang pelayanan pendidikan inklusif yang dilakukan di SDN Sidorejo 02 Tuban.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II dan GPK pada bulan Januari 2014 di SDN Sidorejo 02 Tuban, diketahui bahwa GPK setiap hari telah menyusun PPI, kemudian dua minggu sekali dirundingkan dengan guru kelas dan kepala sekolah sebagai pedoman GPK untuk mengajar siswa ABK di ruang sumber. GPK mengajar siswa ABK kelas VI dan kelas II secara bergantian sesuai jadwal yang telah dibuat oleh GPK. Pelaksanaan PPI di kelas II menyesuaikan kebutuhan belajar siswa ABK. GPK juga mengadakan evaluasi pembelajaran.
Sehingga serangkainan kegiatan pembelajaran dapat terimplementasikan dengan cukup maksimal. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Pembelajaran Individual di Kelas II Pada Pendidikan Inklusif SDN Sidorejo 02 Tuban”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat memgfokuskan penelitian sebagai berikut :
1. Penyusunan PPI. Penyusunan PPI berdasarkan karakteristik dan kebutuhan siswa ABK di kelas II yang sebelumnya telah diketahui melalui identifikasi dan asesmen. PPI merupakan suatu kurikulum atau suatu program belajar yang didasarkan kepada gaya, kekuatan dan kebutuhan-kebutuhan khusus siswa ABK dalam belajar (Lynch, dalam Rochyadi, 2005:34). Bentuk PPI yang disusun memang betul-betul berdasarkan karakteristik siswa ABK dan diberikan pada satu individu saja, bukan untuk seluruh siswa ABK.
2. Pelaksanaan PPI. PPI menunjuk kepada suatu program pengajaran dimana siswa bekerja dengan tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi dan motivasinya (Marcer and Mercer, dalam Endang Rochyadi, 2005:34). Program yang
diberikan secara individual dalam pelaksanaannya bukan hanya merujuk kepada kondisi siswa di kelas II saja, tetapi juga menekankan pada motivasinya.
3. Evaluasi PPI. Evaluasi adalah tahap setelah pelaksanaan PPI yang mendapatkan rujukan dari tim asesmen dengan tujuan evaluasi formal untuk mengetahui tingkat kebutuhan siswa ABK di berbagai aspek dan untuk menentukan jenis dan tingkat penyimpangan (Sunardi, dalam Poerwanti, 2011:23). Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan PPI dapat mempertemukan kebutuhan-kebutuhan khas siswa ABK dan dapat meminimalkan kekurangan serta mengoptimalkan kemampuannya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dijelaskan di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penyusunan PPI di kelas II pada pendidikan Inklusif SDN Sidorejo 02 Tuban?
2. Bagaimana pelaksanaan PPI di kelas II pada pendidikan Inklusif SDN Sidorejo 02 Tuban?
3. Bagaimana evaluasi PPI di kelas II pada pendidikan Inklusif SDN Sidorejo II Tuban?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis penyusunan PPI di kelas II pada pendididkan inklusif SDN Sidorejo 02 Tuban.
2. Mengatahui, mendeskripsikan, dan menganalisis pelaksanaan PPI di kelas II pada pendididkan inklusif SDN Sidorejo 02 Tuban.
3. Mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis evaluasi PPI di kelas II pada pendididkan inklusif SDN Sidorejo 02 Tuban.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dan praktis yang diperoleh penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif untuk mengupayakan peningkatan kualitas layanan pendidikan inklusif pada siswa ABK sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
b. Memberikan wawasan kepada masyarakat untuk mengetahui tentang pembelajaran secara individual pada sekolah inklusif.
c. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian penelitian yang relevan untuk melakukan penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana penyusunan PPI, pelaksanaan PPI, dan evaluasi PPI yang digunakan untuk siswa ABK di kelas II sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Kemudian sebagai refrensi awal pendidikan yang diberikan, selanjutnya dapat dijadikan sebagai tindakan untuk peningkatan mutu pendidikan khususnya strategi pendampingan secara
individual mengingat penelitipun merupakan calon seorang pendidik di Sekolah Dasar dalam seting sekolah pendidikan iklusif.
b. Bagi Sekolah
Memberikan wawasan mengenai pelaksanaan PPI di kelas II dengan mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan pendampingan belajar siswa ABK.
c. Bagi Guru
Memberikan strategi pendampingan belajar secara individual yang terlebih dahulu dilakukan dengan identifikasi dan asesmen yang selanjutnya dapat diberikan layanan dengan PPI secara tepat dan berkala.
d. Bagi Siswa
Memperoleh strategi pendampingan belajar menggunakan PPI yang bermutu sesuai dengan karakteristiknya, yaitu sesuai dengan kelainan, kebutuhan, kemampuan, minat dan bakatnya.
F. Penegasan Istilah
Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti memberikan penjelasan terhadap istilah-istilah yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Pendidikan Inklusif adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta mengakomodasikan semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu (Kustiawan, 2012:8).
2. Program Pembejaran Individual (PPI) adalah bentuk pembelajaran yang lebih mengfokuskan pada kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta didik (Delphie, 2006:5).