• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI

DI KABUPATEN KEPAHIANG (

Penelitian Tindakan Kelas

)

OLEH :

Susi Susanti NPM : A1I111185

PROGRAM SARJANA KEPENDIDIKAN(S1) BAGI GURU DALAM JABATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2014

(2)

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA

MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG

SUSI SUSANTI

ABSTRAK

Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode eksperimen berbantuan media alam dapat meningkatkan kecerdasan logika matematika anak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan logika matematika anak usia dini melalui kegiatan mengukur media alam. Penelitian ini merupakanPenelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan subjek penelitian anak kelompok B1 PAUD Srikandi Kabupaten Kepahiang tahun ajaran 2014-2015 berjumlah 16 anak. Pada pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dimana setiap siklus terdapat 4 tahapan terdiri dari (1) Perencanaan (2) Pelaksanaan Tindakan (3) Observasi (4) Refleksi. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan diolah melalui persentase ketuntasan belajar secara klasikal. Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan dapat disimpulkan penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kecerdasan logika matematika anak di PAUD Srikandi Kabupaten Kepahiang, dengan pencapaian ketuntasan atau keberhasilan belajar mencapai 87,5%. Disarankan pada guru PAUD agar menggunakan metode eksperimen berbantuan media alam untuk meningkatkan kecerdasan logika matematika anak usia dini.

Kata Kunci : Kecerdasan, logika matematika, Eksperimen, Alam

(3)

PENDAHULUAN

Masa anak-anak adalah masa yang paling tepat untuk meningkatkan kecerdasan. Pada masa ini sering disebut golden age karena pada masa ini anak sangat peka untuk menerima rangsangan-rangsangan dari lingkungan sekitarnya, baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual, sosial, emosional maupun bahasa.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, dan tuntutan peningkatan kualitas proses dan hasil belajar di PAUD SRIKANDI, diantaranya sering dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen lagi dapat meningkatkan kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotor anak. Peningkatan kemampuan kognitif anak bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir untuk dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematikanya dan pengetahuan tentang ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah- milah, mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti (Nugraha, 2007:5.20).

Anak adalah ilmuwan alamiah. Melalui panca inderanya, anak mampu mengamati fenomena alam di sekelilingnya (Yuliani (2004:12.1).

Permasalahan dalam merangsang kecerdasan logika matematika anak usia

(4)

dini sering terjadi pada anak-anak di sekolah. Contohnya anak tidak mampu membedakan besar-kecil, tinggi-rendah, banyak-sedikit dan panjang-pendek.

Untuk mendorong hal ini banyak cara yang dapat dilakukan pendidik dalam membantu anak agar dapat tumbuh menjadi ilmuwan muda yang kreatif dan inovatif melalui metode pembelajaran yang tepat bagi anak.

Metode yang digunakan haruslah menyenangkan dan efektif bagi pengembangan kemampuan kognitif anak. Salah satunya adalah metode eksperimen (sederhana). Dengan metode eksperimen anak dapat mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya, melatih cara berpikir ilmiah, anak didik lebih aktif berpikir dan berbuat, serta menemukan bukti kebenaran dari sebuah teori yang dipelajari (Djamarah 2000:59) yang bermanfaat bagi perkembangan kognitif anak.

Pada kenyataannya di PAUD, pembelajaran dengan metode eksperimen masih jarang sekali digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Khususnya anak-anak di kelas B1 metode eksperimen dilakukan satu kali dalam sebulan karena metode ini tidak dapat digunakan pada setiap tema pembelajaran. Selama ini pendidik selalu menggunakan metode penugasan dalam mengembangkan kecerdasan logika matematika anak.

Berdasarkan hasil pengamatan dalam proses belajar mengajar di kelas, terdapat 12 anak (80%) dari 16 anak yang kecerdasan logika matematikanya belum meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa anak merasa jenuh, terlihat malas mengerjakan perintah guru. Hanya 4 anak (20%) dari 16 orang anak

(5)

yang terlihat antusias belajar dan kecerdasan logika matematikanya sudah meningkat. Akibatnya anak susah menyerap pembelajaran yang diberikan sehingga keberhasilan pembelajaran belum maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis ingin memperbaiki kualitas pembelajaran anak kelas B1 di PAUD Srikandi Kabupaten Kepahiang terutama dalam upaya meningkatkan kecerdasan logika matematika anak melalui metode eksperimen. Dengan penerapan metode eksperimen ini diharapkan memberikan penyegaran serta pengalaman baru bagi anak sehingga menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan serta tujuan pembelajaran yaitu peningkatan kecerdasan logika matematika anak dapat tercapai.

Berdasarkan uraian masalah, peneliti mengadakan penelitian dengan judul Penerapan metode eksperimen berbantuan media alam untuk meningkatkan kecerdasan logika matematika anak kelas B1 Paud Srikandi di Kabupaten Kepahiang.

(6)

KAJIAN PUSTAKA

Kecerdasan merupakan kemampuan tertinggi yang dimiliki oleh manusia, dan menunjukkan ungkapan dari kemampuan berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas dalam belajar (Gardner dalam Sujiono (2010:48).

Gardner seorang professor bidang pendidikan di Harvard University, tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor semata dan bukan sesuatu yang dapat dilihat atau dihitung, melainkan dengan ukuran kemampuan yang diuraikan sebagai berikut. (1) Kemampuan menyelesaikan masalah; (2) Kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru untuk dipecahkan; (3) Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan untuk budaya seseorang.

Kecerdasan manusia bersifat satuan dan bahwa setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur (Campbel, dan Dickinson, 2002:3). Sedangkan dalam kecerdasan jamak sebagai berikut: (1) Setiap manusia memiliki delapan (kemudian ditambahkan dua menjadi sepuluh walaupun masih bersifat hipotesis). (2) Setiap orang dapat mengembangkan kesemua kecerdasan sampai mencapai suatu tingkat yang memadai. (3) Setiap kecerdasan bekerja sama satu sama lain secara kompleks karena dalam setiap kecerdasan ada berbagai cara untuk menumbuhkan salah satu aspeknya.

(7)

Setiap kecerdasan didasarkan pada potensi biologis, yang kemudian diekspresikan sebagai hasil dari faktor-faktor genetik dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Secara umum, individu normal mampu menunjukkan bauran beberapa kecerdasan. Kecerdasan tidak pernah dijumpai dalam bentuk murni. Sebaliknya, kecerdasan tertanam dalam berbagai sistem simbol matematika (Gardner dalam Musfiroh, (2005:49). Sedangkan menurut Amstrong (dalam Sujiono, 2010:58) kecerdasan adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika. Kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat.

Kecerdasan logika matematika menurut Musfiroh (2005 : 60) adalah kemampuan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika.

Anak-anak yang mempunyai kelebihan dalam kecerdasan logika matematika tertarik memanipulasi lingkungan serta cenderung suka menerapkan strategi coba-ralat. Mereka suka menduga-duga sesuatu. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang peristiwa di sekitarnya. Anak-anak yang cerdas dalam logika matematika, cenderung mudah menerima dan memahami penjelasan sebab akibat. Mereka juga suka menyusun sesuatu dalam kategori atau hierarki seperti menghitung, dan mengurutkan pola. Sedangkan kecerdasan matematika menurut Bredekamp dan Copple (dalam Musfiroh, 2008 : 68) adalah kemampuan berpikir sistematis, menggunakan angka, menghitung, menemukan hubungan sebab akibat, dan membuat klasifikasi.

Menurut Gardner dalam Musfiroh (2005 : 61), kecerdasan logika matematika

(8)

bersemayam di otak depan sebelah kiri dan parietal anak. Kecerdasan ini dilambangkan dengan simbol, terutama angka-angka dan lambang matematika lain. Kecerdasan ini memuncak pada masa remaja dan masa awal dewasa. Beberapa kemampuan matematika tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun. Kecerdasan logika matematika dikatagorikan sebagai kecerdasan akademik, karena dukungannya yang tinggi dalam keberhasilan studi seseorang. Dalam tes IQ, kecerdasan logika matematika sangat diutamakan.

Menurut Anggraeni (2012:30) metode eksperimen adalah suatu cara penyajian materi pelajaran dimana anak secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang sedang dipelajari. Melalui

metode ini, anak secara total dilibatkan dalam melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan ataupun proses.

Djamarah (2000:95) menjelaskan bahwa metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak usia dini perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Sedangkan Winataputra (2005:42) menjelaskan bahwa metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau penambahan materinya melalui percobaan atau mencoba sesuatu serta mengamati suatuhasil proses tersebut.

(9)

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa yang sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002: 6).

Menurut Sadiman (2002: 16), media pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Pengertian media sangatlah luas, demikian juga fungsi dan penerapannya jika kita kaitkan dan terapkan dalam pendidikan yang membantu terjadinya proses belajar dan mengajar antara siswa dan guru di dalam kelas. Media merupakan alat komunikasi untuk mendapatkan proses belajar yang lebih efektif. Media juga berfungsi sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pengajaran dengan tepat.

Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Gagne:1979), sedangkan menurut pendapat yang lain media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Briggs:1977). Maka dengan memperhatikan Gagne dan Briggs tersebut dapat disimpulkan bahwa media

(10)

merupakan alat dan bahan fisik yang terdapat di lingkungan siswa untuk menyajikan pesan kegiatan pembelajaran sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2009: 16). Terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. .

a. Aksi atau Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ini merupakan implementasi dari semua rencana yang dibuat, kegiatan yang dilakukan di luar kelas adalah melaksanakan tindakan yaitu pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen berbantuan media alam. Dalam pelaksanaan penelitian ini pengamat dibantu oleh dua orang kolaborator yang bertugas untuk mengamati jalannya proses pembelajaran.

b. Pengamatan/Observasi (Observing)

Pengamatan dilakukan di kelas bersama dengan pelaksanaan tindakan kelas. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan pada tahap ini adalah data kualitatif dan dan data kuantitatif. Data kualitatif dikumpulkan melalui observasi dan

(11)

mengambil tafsiran dengan benar. Sedangkan data kuantitatif yaitu data yang dianalisis dengan menggunakan persentase.

c. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan tahap untuk memproses data yang didapat saat diilakukan pengamatan (observasi). Dari data yang didapat didiskusikan kelemahan dan kelebihan dari proses penerapan metode eksperimen berbantuan media alam kemudian ditafsirkan dan dianalisis hasilnya. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi, apakah diperlukan siklus selanjutnya. Apabila hasil yang dicapai belum mencapai hipotesis tujuan maka akan dilakukan kedua atau siklus berikutnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan tahap untuk memproses data yang didapat saat diilakukan pengamatan (observasi). Dari data yang didapat didiskusikan kelemahan dan kelebihan dari proses penerapan metode eksperimen berbantuan media alam kemudian ditafsirkan dan dianalisis hasilnya. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi, apakah diperlukan siklus selanjutnya. Apabila hasil yang dicapai belum mencapai hipotesis tujuan maka akan dilakukan kedua atau siklus berikutnya.

(12)

Hasil Penelitian

Kecerdasan logika matematika anak sudah mulai berkembang hal ini dapat dilihat dari anak dapat mengeksplorasi berbagai benda yang ada disekitar, yaitu anak memanipulasi alat dan bahan dalam kegiatan mengukur untuk mengetahui fungsinya, melakukan percobaan mengukur dengan teliti kemudian mengkomunikasikan apa yang telah diamati dan diteliti. Secara keseluruhan anak sudah terlihat nyaman dan lebih tertantang melakukan kegiatan eksperimen karena anak bisa menemukan, mengamati dan menyelidiki sendiri apa yang diteliti, anak-anak juga mampu dan merasa senang dalam menyelesaikan tugas lain yang diberikan setelah kegiatan eksperimen.

Anak sudah terlihat aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan, hanya beberapa anak yang masih memerlukan bantuan guru dalam mengerjakan tugasnya.

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil akhir dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus di PAUD Srikandi Kabupaten Kepahiang, yang dimulai pada tanggal 23 September (Siklus 1) dan 26 September 2014

(Siklus 2) dengan indikator yang ingin dicapai sebagai berikut :

(13)

1. Kemampuan anak menggunakan alat yang ada dalam kegiatan eksperimen mengukur mengadakan berbagai percobaan, yaitu

anak dapat melakukan percobaan mengukur dengan teliti.

2. Kemampuan anak mengukur bahan dengan takaran yang tepat.

3. Kemampuan anak melakukan percobaan dengan teliti.

4. Kemampuan anak menceritakan kembali hasil eksperimen mengukur biji kopi dan biji jagung.

Kesimpulan

Terbukti keberhasilan ini dapat dilihat dari kecerdasan logika matematika anak yang meningkat setelah penerapan metode eksperimen mengukur pada siklus satu pada aspek kemampuan anak menggunakan alat yang ada dalam kegiatan eksperimen mengukur memperoleh hasil 62,5%

pada siklus dua meningkat menjadi 75%. Pada siklus satu aspek kemampuan anak mengukur bahan dengan takaran yang tepat memperoleh hasil 62,5% pada siklus dua meningkat menjadi 75%. Pada siklus satu aspek kemampuan anak melakukan percobaan dengan teliti memperoleh hasil 75%, pada siklus dua meningkat menjadi 81,25%. Pada siklus satu aspek kemampuan anak menceritakan kembali hasil eksperimen memperoleh hasil 68,75%, dan meningkat menjadi 87,5% pada siklus dua.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni Yuli. (2012): Skripsi : Penerapan Metode Eksperimen untuk meningkatkan Kesadaran Lingkungan Anak TK. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia

Arikunto Suharsimi, Suharjono, Supardi (2009) Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta: Bumi AKSARA

Briggs (1977) Pengertian media pendidikan Suhartono. (2005) Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta:

Depdiknas

Djamarah: Bahri,Syaiful. (2000): Guru dan Anak didik dan interaksi edukatif.

Jakarta: Rineka Cipta

Gagne (1979) Pengertian media pendidikan Suhartono. (2005) Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta:

Depdiknas

Musfiroh Takdiroatun (2005). Bermain Sambil Belajar Dan Mengasah Kecerdasan, Jakarta: Depdiknas

Nugraha & Dina. (2008): Dasar-dasar Matematika dan Sains.Jakarta:

Universitas Terbuka

Sujiono & Yuliani Nurani, 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta:Indeks

Sadiman A.s. (2007). Media Pendidikan pengertian pengembangan dan pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom dan Rajawa

Winataputra, Udin S. (2005): Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Risiko kesehatan: manusia terkena penyakit tertentu Teknik pengukuran: probabilitas terkena penyakit2. dengan menggunakan

The objectives of this research are to find out the types of requests used by the main characters, to examine the strategies of requests used by the main

 Bila ketiga penyebab tidak terjadi pada tempat dan waktu yang bersamaan, maka sendok tersebut tidak akan jatuh, bila:. Peristiwa terjadi ditempat tanpa gravitasi (

penghasil enzim protease, seleksi sumber protease dari bakteri, papain dan bromelin, penetapan aktivitas protease, pengujian inhibitor protease, produksi lateks DPNR menggunakan

Kuadrat Dokter Muda Serba Salah” Karya Ferdiriva Hamzah. Mendeskripsikan fungsi onomatope dalamNovel “Cado-Cado. Kuadrat Dokter Muda Serba Salah” Karya Ferdiriva

orange emulsion flavor, tahap II adalah analisis umur simpan dengan parameter yang sudah ditentukan pada tahap I, tahap III adalah penentuan umur simpan orange emulsion

Berdasarkan pada latar nelakang pang telah dipaparkan di atas, serta nerdasarkan data penelitian pendahuluan pang telah dilakukan peneliti senelumnpa pang

(2) menemukan definisi umum jenis fungsi dari contoh yang diberikan (3) bagaimana membuat mahasiswa dapat menggambar grafik fungsinya. Hasil diskusi adalah dengan