• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Hatta Rajasa (2013) mengatakan bahwa, Globalisasi ekonomi yang tidak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Hatta Rajasa (2013) mengatakan bahwa, Globalisasi ekonomi yang tidak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Hatta Rajasa (2013) mengatakan bahwa, “Globalisasi ekonomi yang tidak dapat dicegah membuat kompetisi semakin ketat, semua itu memberi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia”. Ekonomi masa depan akan ditandai fenomena teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin menunjukan intervensinya terhadap perekonomian. Negara yang tidak mempunyai inovasi dalam pembangunan ekonomi, maka dia tidak akan mampu mengembangkan daya saing produk dalam negerinya (Hatta Rajasa, 2013). Kunci persaingan dalam pasar global adalah kualitas total yang mencakup penekanan-penekanan pada kualitas produk, kualitas biaya atau harga, kualitas pelayanan, kualitas penyerahan tepat waktu, kualitas estetika dan bentuk-bentuk kualitas lain yang terus berkembang guna memberikan kepuasan terus menerus kepada pelanggan agar tercipta pelanggan yang loyal (Hansen dan Mowen, 1999: 59).

Industri manufaktur menjadi salah satu sektor yang mendapatkan

perhatian lebih dari pemerintah pusat untuk dapat ditingkatkan kualitasnya agar

mampu bersaing dengan industri dari negara lainnya ditengah persaingan yang

semakin ketat (Buwono, 2014). Ketatnya persaingan dapat dilihat dari jumlah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode

ke periodenya semakin bertambah. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia sampai

(2)

31 Desember 2014, tercatat ada 141 perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Kemudian dari perusahaan-perusahaan tersebut dibagi menjadi tiga kelompok/sektor yang terdiri dari industri dasar dan kimia, industri barang konsumsi, dan aneka industri (www.idx.co.id).

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah persediaan bahan baku menjadi barang jadi atau disebut dengan kegiatan produksi (Hermawan, 2008: 157). Witjaksono (2006: 21) menjelaskan bahwa:

“Kegiatan atau proses menghasilkan barang jadi jelas membutuhkan sejumlah sumber daya ekonomi yang secara garis besar dapat dibagi atas;

tenaga kerja, bahan baku, dan sumber daya lainnya yang kerap disebut sebagai overhead”.

Proses produksi merupakan porsi terbesar sekaligus proses utama dari aktivitas penyediaan barang, maka perusahaan yang berorientasi pada laba menyakinkan bahwa produk yang dijual memperoleh imbalan yang lebih tinggi dari pengorbanan penyediaan barang jadi tersebut (Witjaksono, 2006: 21). Karena pada umumnya, menurut Soeharno (2007: 1),

“Tujuan didirikannya perusahaan ialah mencari keuntungan dan memaksimumkan laba, dengan memaksimumkan laba selama beroperasi tujuan perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan akan tercapai”.

Penurunan laba yang disebabkan oleh naiknya harga pokok penjualan menunjukan bagian produksi telah bekerja secara tidak efisien (Munawir, 2010:

217). Munawir menambahkan, kenaikan ini kemungkinkan disebabkan oleh faktor

eksternal, misalnya adanya kenaikan harga bahan, tingkat upah dan kenaikan

harga secara umum yang tidak dapat dikendalikan perusahaan, atau mungkin

(3)

disebabkan oleh faktor internal yaitu adanya inefisiensi atau pemborosan- pemborosan.

Fenomena yang terjadi pada PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), mencatatkan laba periode berjalan turun 38,46% pada semester I 2015 dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Menurut CEO PT Vale Indonesia, Nico Kanter (2015), PT Vale Indonesia Tbk. telah melakukan upaya efisiensi biaya produksi dengan mengurangi konsumsi bahan bakar dan pelumas, serta menurunkan komponen biaya lainnya, termasuk biaya persediaan dan karyawan juga memberikan kontribusi terhadap penurunan beban pokok pendapatan. Perusahaan senantiasa berupaya meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya‐biaya namun tetap saja laba bersih yang dihasilkan mengalami penurunan. Penyebab dari menurunnya laba tersebut didorong dari pendapatan yang melemah 15,09% pada semester I 2015 dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Melemahnya pendapatan tersebut dikarenakan penjualan turun.

Hal serupa terjadi pada PT Betonjaya Manunggal Tbk. (BTON).

Perusahaan yang bergerak dibidang industri besi beton ini mengalami penurunan

laba bersih menjadi Rp 3,02 miliar pada semester pertaman tahun 2014 dari tahun

sebelumnya sebesar Rp 9,01 miliar. Menurut Saiful (2014), sekertaris BTON,

perusahaan telah menurunkan biaya produksi menjadi Rp 48,76 miliar dari biaya

produksi tahun sebelumnya Rp 49,27 miliar. Menurunnya laba perusahaan

disebabkan oleh penjualan yang mengalami penurunan sebesar 6,61% dari

penjualan tahun sebelumnya.

(4)

Fenomena di atas terjadi pula pada perusahaan kabel, PT KMI Wire and Cable Tbk. (KBLI). KBLI membukukan laba bersih sebesar Rp 45,26 miliar dalam sembilan bulan di tahun 2014. Perolehan laba bersih ini menurun dari laba bersih di periode sama tahun 2013 yang mencapai Rp 58,08 miliar. Menurut Sujana (2014) Direktur KBLI, perusahaan telah melakukan efisiensi pada biaya produksi yang menghasilkan penurun biaya sebesar 1,49 triliun dari Rp 1,71 triliun pada tahun sebelumnya. Menurutnya laba bersih turun seiring dengan adanya penurunan pada penjualan bersih di periode yang sama yaitu dari Rp 1,93 triliun menjadi Rp 1,64 triliun karena permintaan yang berkurang dan pengetatan anggaran pemerintah serta melemahnya nilai rupiah.

Fenomena yang terjadi di atas sepertinya tidak sesuai dengan pendapat dari Rangkuti (2000: 197) yang mengatakan bahwa, “Biaya produksi yang meningkat akan menyebabkan penurunan pada laba perusahaan dan sebaliknya, apabila biaya produksi menurun laba pada perusahaan akan meningkat. Rangkuti (2000: 196) juga menjelaskan, jika biaya produksi meningkat maka harga jual pun juga meningkat dan dengan demikian akan mengakibatkan menurunnya permintaan dan penurunan pada laba, sebaliknya penurunan biaya produksi akan menurunkan harga jual yang mengakibatkan naiknya permintaan sehingga laba pun ikut naik. Ketika biaya produksi mengalami kenaikan lebih besar dibanding kenaikan penjualannya, maka profit perusahaan akan mengalami penurunan (Prastowo dan Julianty, 2002: 174).

Hubungan antara biaya produksi dengan laba telah diteliti sebelumnya

oleh Sayyida (2014), hasil pengujian menunjukkan bahwa secara simultan, biaya

(5)

bahan baku, upah tenaga kerja langsung dan overhead pabrik berpengaruh terhadap laba perusahaan dengan pengaruh yang negatif. Pengaruh yang negatif dimaksudkan di sini bahwa, semakin tinggi biaya produksi maka semakin rendah laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Variabel yang paling kuat mempengaruhi laba perusahaan adalah biaya bahan baku.

Penelitian telah dilakukan juga oleh Oktaviani dan Rizal (2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara parsial biaya produksi variabel berpengaruh signifikan terhadap margin kontribusi. Sementara itu hasil analisis secara parsial lainnya yaitu efisiensi operasi berpengaruh signifikan terhadap margin kontribusi. Hasil penelitian menunjukkan, analisis secara simultan biaya produksi variabel dan efisiensi operasi berpengaruh signifikan terhadap margin kontribusi. Margin kontribusi (contribution margin) ,atau laba marjinal (marginal income), adalah selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel.

Margin kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel, baik untuk biaya produksi maupun nonproduksi, dari penjualan (Carter, 2009: 269).

Sedangkan hasil penelitian sebelumnya, tentang hubungan antara

pengendalian biaya produksi terhadap laba yang diteliti oleh Saputra (2013),

menunjukkan bahwa pengendalian biaya produksi memiliki hubungan yang kuat

dan berpengaruh secara signifikan terhadap laba usaha, artinya perubahan

pengendalian biaya produksi akan disertai dengan perubahan laba usaha. Dari

hasil penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa biaya

produksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laba suatu perusahaan.

(6)

Berdasarkan paparan yang telah disampaikan sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai biaya produksi dan laba bersih. Oleh karena itu, penelitian ini penulis tuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul :

“Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang pemilihan judul yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu seberapa besar biaya produksi berpengaruh terhadap laba bersih pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan mengenai biaya produksi dan laba bersih pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh biaya produksi terhadap laba bersih pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sedangkan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa

besar biaya produksi berpengaruh terhadap laba bersih pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(7)

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan, antara lain :

1. Kegunaan Pengembangan Ilmu

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan, kemampuan, dan pengetahuan, serta membandingkan antara teori dengan kondisi sebenarnya, mengenai biaya produksi yang berpengaruh terhadap laba bersih.

2. Kegunaan Operasional

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan sehubungan dengan penggunaan biaya dalam proses produksi pada perusahaan. Sebagai informasi yang digunakan manajemen mengenai pentingnya pengelolaan biaya produksi dalam upaya meningkatan laba perusahaan.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi ini, penulis mengambil data di situs www.idx.co.id, berupa

laporan keuangan selama 5 periode yaitu periode 2010-2014. Adapun waktu

penelitian yang dilakukan dimulai dari bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan

November 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terlihat hasil survey, dari 57 negara di dunia Indonesia hanya menduduki urutan ke-37 (The World Economic Forum Swedia Report, 2000). Predikat Indonesia pun hanya

Selain dapat membuka wacana diskusi dalam rangka meningkatkan kreatifitas dan prestasi mahasiswa, Untuk jangka panjangnya saat institusi melakukan suatu kesalahan mereka

Masalah penelitian dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain dilihat dari sisi waktu, biaya, kemampuan si peneliti maupun kontribusi yang akan diberikan oleh

Tidak mengherankan jika tempat ini menjadi salah satu tempat yang sering diucapkan oleh para informan dalam menjelaskan informasinya mengenai citra cekungan Bandung, karena

Tujuan utama penelitian ini adalah menyusun rumusan metode pengaturan hasil hutan tanaman eucalyptus yang dapat memberikan panenan hasil yang sama setiap tahun berdasarkan

KEDUA : Indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU, merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh Badan Penanggulangan Bencana

1) Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.. yang terpenting adalah pada saat