1
BAB I
GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) merupakan salah satu kegiatan khusus dari Universitas Udayana yang diselenggarakan berdasarkan UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional juncto Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Terdapat beberapa macam program KKN PPM, diantaranya program pokok, program pokok tambahan dan program bantu. Program pokok adalah program yang harus dilaksanakan oleh setiap mahasiswa KKN PPM.
Mahasiswa yang bersangkutan bertangungjawab penuh atas program tersebut, baik secara ilmiah maupun operasional. Program pokok terdiri dari dua jenis yaitu program pokok tema dan non tema.
Program Keluarga Dampingan merupakan salah satu program wajib bersifat non–tema yang diadakan pada Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Universitas Udayana. Program ini merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa peserta KKN PPM yang bersifat individu untuk mendampingi salah satu keluarga yang termasuk dalam keluarga RTM (Rumah Tangga Miskin) yang tersebar dalam beberapa dusun. Program ini bertujuan untuk menggali potensi yang dimiliki keluarga RTM tersebut dengan melihat dan menganalisa permasalahan yang dihadapi serta menyelesaikan permasalahannya. Di sini mahasiswa akan berperan dalam mengidentifikasi masalah dan memecahkan atau mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi oleh keluarga dampingan melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki.
Pelaksanaan Program Keluarga Dampingan dilaksanakan di beberapa keluarga
yang terdapat di Banjar Jelijih, Desa Jelijih Punggang, Kecamatan Pupuan, Kabupaten
Tabanan dengan mengambil beberapa KK yang dikategorikan miskin/kurang
mampu/pra-sejahtera. Pada KKN PPM XIII 2016, penulis mendapatkan kesempatan
untuk mendampingi satu KK yang bertempat tinggal di Banjar Jelijih, dimana pemilihan
KK dampingan ini atas rekomendasi dari perbekel dan ketua dusun agar KK dampingan
ini lebih tepat sasaran, sehingga tujuan dari KK dampingan ini dapat tercapai. Keluarga
2
yang penulis dampingi yaitu keluarga I Nengah Cangkir yang merupakan kepala keluarga dari keluarga sangat sederhana.
1.1 Profil Keluarga Dampingan
Adapun Profil keluarga dampingan yang penulis dampingi adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Data Keluarga Dampingan
No Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan Ket
1. I Nengah Cangkir
Menikah 54 tahun Tamat SD/Sederajat
Petani/ Pekebun Kepala Keluarga 2. Ni Made Polih Menikah 52 tahun Tamat
SD/Sederajat
Petani/Pembuat jajan
Istri
3 Ni Luh De Anita Belum Menikah
8 tahun Sekolah Dasar Belum/Tidak Bekerja
Cucu
Keluarga Bapak I Nengah Cangkir atau yang sering dipanggil dengan Bapak Cangkir, merupakan salah satu keluarga yang tergolong kurang mampu/pra-sejahtera yang bertempat tinggal di Banjar Jelijih, Desa jelijih Punggang. Bapak Cangkir tinggal bersama istri dan seorang cucu. Pak Cangkir memiliki satu penjaga rumah yaitu seekor anjing yang setia menjaga rumah agar aman. Mereka tinggal di atas lahan seluas ±1 are yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, dan lahan kecil untuk menjemur kopi, cengkeh dan coklat. Rumah yang ditempati merupakan rumah milik sendiri yang berdiri ditanah milik sendiri pula. Kondisi rumah dari Bapak Cangkir masih terbilang kurang layak untuk di huni, karena terdapat beberapa genteng yang bocor dan kondisi dapur yang masih menggunakan tungku kayu bakar untuk memasak.
Bapak Cangkir bekerja sebagai buruh tani yang bekerja dengan orang lain, mulai
dari menanam, merawat hingga musim panen. Kebun yang dirawat oleh Bapak Cangkir
terdiri dari kebun kopi, cengkeh, kelapa, dan coklat. Apabila musim panen Bapak
Cangkir bekerja mulai dari pukul 08.00-17.00 wita, sedangkan jika tidak musim panen
Bapak Cangkir bekerja mulai pukul 12.00-15.00 wita. Kebun yang dirawat oleh Bapak
Cangkir terletak di desa Glunggang. Sebelum berkebun, Bapak Cangkir mengantar
Anita (cucu) pergi bersekolah pukul 06.30 wita kemudian menjemput pada pukul 12.15
3
wita. Istri dari Bapak Cangkir yaitu Ibu Polih yang sehari-hari bekerja membuat canang dan jajan untuk dijual. Terkadang Ibu Polih juga membantu Bapak Cangkir dikebun atau mengepik cengkeh di rumah. Bapak Cangkir dan Ibu Polih dikarunia dua orang anak laki-laki yang sudah nyentana (menikah keluar) keluar desa. Anak pertama mereka bernama Wayan Sumara Yanto yang nyentana ke desa Belimbing dan anak kedua bernama Made Jayantika yang nyentana ke desa Kebon Anyar. Anita merupakan cucu dari anak kedua Bapak Cangkir, dikarenakan anak kedua menikah lagi, maka Anita di rawat oleh kakek dan neneknya. Anita adalah seorang murid kelas 2 di SD Negeri 1 Jelijih Punggang.
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1 Pendapatan Keluarga
Keluarga I Nengah Cangkir merupakan keluarga yang tergolong berekonomi rendah, karena hasil pendapatan yang di dapat tidak menentu bergantung pada hasil panen musiman. Kebun yang dirawat oleh pak Cangkir terdapat tanaman kopi, cengkeh, dan kelapa. Pada saat musim panen kelapa, setiap 3 bulan pak Cangkir dapat meraup Rp. 700.000, sedangkan untuk panen kopi dan cengkeh pertahunnya biasanya pak Cangkir mendapat Rp.5.000.000. Pekerjaan Bapak Cangkir apabila tidak ada panen yaitu merawat kebun dari bosnya, sehingga pendapatan menjadi tak menentu, namun rata-rata penghasilan perhari yaitu ± Rp. 60.000. Ibu Polih juga bekerja untuk membantu perekonomian. Setiap harinya bu Polih membuat canang sari untuk di jual, biasanya canang yang dibuat sudah dipesan terlebih dahulu. 1 bungkus canang dihargai sebesar Rp. 5.000/15 biji. Tidak hanya canang sari saja, mendekati hari raya bu Polih juga menerima pesanan jaitan sampian dan jajan banten seperti jajan sirat dan jajan matahari. Jajan sirat dijual Rp.1000/3 biji dan jajan matahari dijual Rp.1000/biji.
1.1.1 Pengeluaran Keluarga
Keluarga Bapak Cangkir tergolong dalam keluarga yang sederhana, pemenuhan kebutuhannya terbatas pada pemenuhan kebutuhan pokok ataupun kebutuhan primer saja, seperti : untuk konsumsi, kesehatan, kerohanian, pendidikan, dan sosial.
A. Kebutuhan Sehari-hari
Kebutuhan pokok keluarga bapak Cangkir yaitu memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Pengeluaran sehari-hari digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
berupa lauk pauk dan sayur mayur. Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga
4
bapak Cangkir menghabiskan uang rata-rata sebesar ± Rp 30.000. Selain memenuhi kebutuhan konsumsi di dapur, pak Cangkir juga mengelurkan biaya untuk keperluan mandi (MCK) seperti sabun mandi, pasta gigi, shampoo, sabun cuci piring, dan detergen dengan anggaran sebesar ± Rp. 50.000. Biaya perbulan yang dikeluarkan oleh keluarga pak Cangkir yaitu biaya listrik dan air dengan jumlah ± Rp. 55.000. Adapun perincian untuk kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak Cangkir dalam sebulan adalah sebagai berikut :
Keperluan konsumsi : Rp 30.000 x 30 hari = Rp 900.000
Keperluan MCK = Rp 50.000
Keperluan listrik dan air = Rp 55.000 + Rp 1.005.000 B. Kesehatan
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Ibu Polih memiliki penyakit asma sejak kecil, biasanya asma bu Polih kumat apabila kelelahan dan suhu udara yang terlalu dingin.
Anita juga memiliki penyakit asma sama seperti neneknya, sedangkan untuk pak Cangkir tidak memiliki riwayat penyakit. Apabila penyakit bu Polih atau Anita kumat, biasanya mereka pergi berobat ke Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terdapat di desa Jelijih Punggang untuk mendapatkan pertolongan pertama, namun jika tidak sembuh maka mereka melakukan pengobatan di Rumah Sakit Tabanan yang terletak di Kota Tabanan atau langsung menuju Rumah Sakit Sanglah di Kota Denpasar. Keluarga Bapak Cangkir memiliki jaminan kesehatan JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara), sehingga untuk biaya kesehatan jadi terasa lebih ringan.
C. Kerohanian
Keluarga Bapak Cangkir merupakan keluarga yang menganut agama Hindu.
Keperluan kerohanian untuk sehari-hari tidak terlalu mejadi beban untuk keluarga pak Cangkir, karena seperti canang dan segehan dapat dibuat dengan sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang didapat dari kebun. Namun untuk dupa dan wewangian biasanya pak Cangkir berhutang dulu di warung.
Pada hari raya Galungan, Kuningan, dan karya agung di pura, keluarga pak
5