• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

53

EVALUASI DAN PEMBAHASAN

4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa

Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan negara mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan penerimaan. Dalam meningkatkan penerimaan pajak perlu dilakukan langkah-langkah yang tepat dalam pengoptimalan potensi pajak. Dalam rangka menggali potensi pajak yang dimiliki oleh wilayah kerja masing-masing KPP berusahan mencari langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar. Salah satunya adalah dengan melaksanakan suatu program pemerintah yang saat ini sedang digalakan yaitu kebijakan keharusan dalam kepemilikan NPWP.

Dalam rangka mendorong Wajib Pajak mendaftarkan diri, maka NPWP dijadikan sebagai salah satu syarat untuk mengajukan izin usaha atau fasilitas.

Kewajiban mendaftarkan diri atau usaha dilakukan di KPP yang berada di wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan. Secara teoritis hal ini dimaksudkan untuk menjaring Wajib Pajak semaksimal mungkin dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Dengan adanya program pemerintah tersebut membuat masyarakat semakin mengerti dan memahami pentingnya NPWP. Hal ini dapat dilihat dan dibuktikan dari penelitian yang dilakukan penulis pada KPP Pratama Tigaraksa Tangerang. Pada KPP Pratama Tigaraksa Tangerang berdasarkan penelitian lapangan penulis kepada sejumlah responden melalui wawancara bahwa masyarakat khususnya Wajib Pajak di wilayah kerja KPP Pratama Tigaraksa Tangerang sebagian besar telah mengerti dan memahami pentingnya NPWP.

Tingkat kesadaran dan pemahaman Wajib Pajak tentang kewajiban mendaftarkan diri ke KPP Pratama Tigaraksa Tangerang dari tahun ke tahun juga dapat dikatakan sudah mulai cukup baik walaupun kenaikannya belum terlalu signifikan, hal ini dapat terlihat dari jumlah Wajib Pajak terdaftar yang semakin

(2)

meningkat setiap tahunnya. berikut ini pada tabel 4.1 akan diperlihatkan perbandingan antara jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang terdaftar dari tahun 2011, 2012, dan 2013.

Tabel 4.1

Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan Tahun 2011, 2012, dan 2013

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Tahun Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar

Pertumbuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib Pajak Badan Terdaftar

Pertumbuhan Wajib Pajak

Badan

2011 233.270 - 10.859 -

2012 268.445 15,08% 12.427 14,44%

2013 296.328 10,39% 14.070 13,22%

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Dari tabel 4.1 dapat terlihat bahwa jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Tigaraksa Tangerang dari tahun 2011, 2012, dan 2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar sebesar 233.270 dan untuk Wajib Pajak Badan yang terdaftar sebesar 10.859. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dengan kenaikan sebesar 15,08% atau sebesar 35.175 Wajib Pajak sehingga menjadi 268.445 Wajib Pajak Orang Pribadi. Sedangkan untuk Wajib Pajak Badan yang terdaftar juga mengalami peningkatan pada tahun 2012 yaitu dengan kenaikan sebesar 14,44% atau sebesar 1.568 Wajib Pajak sehingga menjadi 12.427 Wajib Pajak Badan. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan kembali dari tahun sebelumnya untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar yaitu dengan kenaikan 10,39% atau sebesar 27.883 sehingga menjadi 296.328 Wajib Pajak Orang Pribadi. Sedangkan untuk Wajib Pajak Badan pada tahun 2013 juga terjadi peningkatan kembali dari tahun sebelumnya yaitu dengan kenaikan sebesar 13,22% atau sebesar 1.643 sehingga menjadi 14.070 Wajib Pajak Badan. Dari ilustrasi tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak untuk memiliki NPWP dan juga mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Dengan kondisi

(3)

diatas, seharusnya KPP Pratama Tigaraksa Tangerang masih bisa menjaring Wajib Pajak dengan jumlah yang lebih besar lagi.

4.2 Perbandingan Kepemilikan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Berikut ini adalah perbandingan kepemilikan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan tahun 2011, 2012, dan 2013 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Tabel 4.2

Perbandingan Kepemilikan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan Tahun 2011, 2012, dan 2013

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Tahun Wajib Pajak Orang Pribadi

Terdaftar

Jumlah Kepemilikan Wajib Pajak Orang

Pribadi

Wajib Pajak Badan Terdaftar

Jumlah Kepemilikan Wajib

Pajak Badan

2011 233.270 38.569 10.859 1.227

2012 268.445 35.175 12.427 1.568

2013 296.328 27.883 14.070 1.643

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Berdasarkan sumber yang didapat, bahwa terdapat peningkatan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan di KPP Pratama Tigaraksa Tangerang, dimana peningkatan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2011 adalah sebesar 38.569 (Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2011 sebesar 233.270 dikurangi Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2010 sebesar 194.611 maka hasil peningkatannya adalah sebesar 38.569). Lalu pada tahun 2012, juga mengalami peningkatan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2012 adalah sebesar 35.175 (Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2012 sebesar 268.445 dikurangi Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2011 sebesar 233.270 maka hasil peningkatannya adalah sebesar 35.175). Dan pada tahun 2013, juga mengalami peningkatan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2013 adalah sebesar 27.883 (Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2013

(4)

sebesar 296.328 dikurangi Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2012 sebesar 268.445 maka hasil peningkatannya adalah sebesar 27.883).

Selain itu, untuk NPWP Wajib Pajak Badan juga mengalami peningkatan.

Dimana peningkatan NPWP Wajib Pajak Badan pada tahun 2011 adalah sebesar 1.227 (Wajib Pajak Badan pada tahun 2011 sebesar 10.859 dikurangi Wajib Pajak Badan pada tahun 2010 sebesar 9.632 maka hasil peningkatannya adalah sebesar 1.227). Lalu pada tahun 2012, juga mengalami peningkatan NPWP Wajib Pajak Badan pada tahun 2012 adalah sebesar 1.568 (Wajib Pajak Badan pada tahun 2012 sebesar 12.427 dikurangi Wajib Pajak Badan pada tahun 2011 sebesar 10.859 maka hasil peningkatannya adalah sebesar 1.568). Dan pada tahun 2013, juga mengalami peningkatan NPWP Wajib Pajak Badan pada tahun 2013 adalah sebesar 1.643 (Wajib Pajak Badan pada tahun 2013 sebesar 14.070 dikurangi Wajib Pajak Orang Badan pada tahun 2012 sebesar 12.427 maka hasil peningkatannya adalah sebesar 1.643).

4.3 Evaluasi Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Pajak Penghasilan merupakan penerimaan pajak terbesar, oleh karena itu pemerintah terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dari Pajak Penghasilan tersebut dengan melalui perubahan Undang-Undang, kebijakan, dan juga program-program pemerintah untuk menggapai penerimaan Pajak Penghasilan yang lebih besar dari tahun ke tahun. KPP Pratama Tigaraksa Tangerang mempunyai wilayah kerja yang cukup potensial untuk mendapatkan penerimaan Pajak Penghasilan yang besar. Oleh karena itu KPP Pratama Tigaraksa Tangerang terus melakukan evaluasi terhadap penerimaan pajaknya khususnya Pajak Penghasilan karena dianggap cukup potensial. Berikut ini adalah tabel 4.3 yang menggambarkan besarnya realisasi penerimaan Pajak Penghasilan tahun 2011, 2012, dan 2013.

(5)

Tabel 4.3

Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2011, 2012, dan 2013

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Pajak Pengasilan

Realisasi Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

1.490.236.395.721 1.722.805.959.097 2.328.815.135.056

Pertumbuhan 38,71% 15,60% 35,17%

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Dari tabel 4.3 tersebut, dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan Pajak Penghasilan yang terdiri dari dari PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 22 Impor, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi, PPh Pasal 25/29 Badan, PPh Pasal 26, dan PPh Pasal 4 (2) pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 1.490.236.395.721 dengan persentase pertumbuhan 38,71% dari tahun 2010 ke tahun 2011. Pada tahun 2012, realisasi peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan naik menjadi Rp 1.722.805.959.097 dengan persentase pertumbuhan sebesar 15,60 % dari tahun 2011 ke tahun 2012. Dan untuk tahun 2013 realisasi penerimaan Pajak Penghasilan sebesar Rp 2.328.815.135.056 dengan persentase pertumbuhan sebesar 35,17% dari tahun 2012 ke tahun 2013.

Melihat rencana penerimaan Pajak Penghasilan pada KPP Pratama Tigaraksa Tangerang yang setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan sehingga pencapaian realisasinya membutuhkan kerja keras dari pegawai KPP Pratama Tigaraksa Tangerang bahwa dapat direalisasikan melebihi perencanaan yang telah ditetapkan.

4.4 Penerimaan Pajak Penghasilan Setelah Adanya Pertumbuhan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa

Berikut ini merupakan penerimaan Pajak Penghasilan setelah adanya pertumbuhan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan Tahun 2011, 2012, dan 2013 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

(6)

Tabel 4.4

Penerimaan Pajak Penghasilan Setelah Adanya Pertumbuhan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan Tahun 2011, 2012, dan 2013

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari KPP Pratama Tigaraksa Tangerang, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan setelah adanya pertumbuhan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan mengalami peningkatan yang sangat baik pada setiap tahunnya. Dimana jumlah penerimaan Pajak Penghasilan Badan pada tahun 2011 yaitu sebesar 192.462.016.540, lalu pada tahun 2012 jumlah penerimaan Pajak Penghasilannya mengalami peningkatan dengan jumlah 363.382.510.582, dan pada tahun 2013 jumlah penerimaan Pajak Penghasilannya juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 836.739.100.540.

Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan pada setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Dimana jumlah penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 18.156.672.867, lalu

Jenis Pajak

Tahun

Daftar 2009 2010 2011 2012 2013

Grand Total Badan 2009 6.645.351.377 48.586.435.341 127.351.895.146 143.613.270.138 379.815.990.186 706.012.942.188

2010 30.863.734.752 61.972.326.963 72.288.594.213 135.138.740.597 300.263.396.525

2011 3.137.794.431 17.306.365.380 43.480.692.280 63.924.852.091

2012 130.174.280.851 253.808.010.661 383.982.291.512

2013 24.495.666.816 24.495.666.816

Total Wajib Pajak

Badan 6.645.351.377 79.450.170.093 192.462.016.540 363.382.510.582 836.739.100.540 1.478.679.149.132 OP 2009 6.673.957.037 4.903.464.623 5.207.526.114 8.473.852.599 8.494.148.183 33.752.948.556

2010 6.757.959.960 3.946.206.732 3.691.551.887 4.050.026.127 18.445.744.706

2011 9.002.940.021 4.886.220.712 3.693.423.602 17.582.584.335

2012 10.769.384.955 3.975.857.663 14.745.242.618

2013 9.821.319.844 9.821.319.844

Total Wajib Pajak Orang

Pribadi 6.673.957.037 11.661.424.583 18.156.672.867 27.821.010.153 30.034.775.419 94.347.840.059

(7)

pada tahun 2012 jumlah penerimaan Pajak Penghasilannya mengalami peningkatan dengan jumlah 27.821.010.153, dan pada tahun 2013 jumlah penerimaan Pajak Penghasilannya juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 30.034.775.419.

4.5 Evaluasi Terhadap Jumlah NPWP yang Terdaftar Bila Dikaitkan Dengan Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Peningkatan penerimaan pajak tidak semata-mata dipengaruhi oleh jumlah Wajib Pajak terdaftar, namun banyak faktor yang dapat mempengaruhinya seperti kondisi perekonomian negara, tingkat pendapatan, tingkat kepatuhan Wajib Pajak, tarif pajak, kebijakan pemerintah di bidang perpajakan dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut salah satunya adalah dalam hubungannya dengan pelaksanaan kebijakan pemerintah berupa keharusan kepemilikan NPWP bagi setiap masyarakat guna menjadi Wajib Pajak. Penulis mencoba menganalisa dengan sederhana hubungan yang terjadi antara jumlah NPWP yang terdaftar bila dikaitkan dengan peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Tigaraksa Tangerang. Untuk itu dalam tabel 4.3 yang telah disajikan mengenai jumlah Waajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang terdaftar dan juga data realisasi penerimaan Pajak Penghasilan tahun 2011, 2012, dan 2013.

Tabel 4.5

Perbandingan Realisasi Penerimaan & Persentase Pertumbuhan Pajak Penghasilan dan Wajib Pajak Terdaftar & Persentase Pertumbuhan Wajib Pajak Terdaftar Tahun

2011, 2012, dan 2013

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Uraian 2011 2012 2013

Penerimaan PPh 1.490.236.395.721 1.722.805.959.097 2.328.815.135.056

Pertumbuhan PPh 38,71% 15,60% 35,17%

Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar

233.270 268.445 296.328

Wajib Pajak Badan Terdaftar

10.859 12.427 14.070

(8)

Total (Wajib Pajak Orang Pribadi + Wajib Pajak Badan)

244.129 280.872 310.398

Pertumbuhan Wajib Pajak

19.53% 15.05% 10.51%

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang

Dari tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan pada tahun 2011 meningkat baik dari jumlah Wajib Pajak terdaftar dari Orang Pribadi dan Badan dengan jumlah 244.129 Wajib Pajak dengan persentase pertumbuhan 19,53%

maupun dari penerimaan Pajak Penghasilan sebesar Rp 1.490.236.395.721 dibanding penerimaan Pajak Penghasilan tahun 2010 yang hanya sebesar Rp 1.074.384.592.257 dengan persentase pertumbuhan tahun 2011 38,71%. Kenaikan terjadi pada tahun 2012 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan menjadi 280.872 Wajib Pajak dengan persentase pertumbuhan 15,05% dan untuk penerimaan Pajak Penghasilan juga mengalami peningkatan sebesar Rp 1.722.805.959.097 dengan nilai pertumbuhan sebesar 15,60%. Dan pada tahun 2013 Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan juga mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu dengan jumlah sebesar 310.398 Wajib Pajak dengan persentase pertumbuhan sebesar 10,51% dan penerimaan Pajak Penghasilan untuk tahun 2013 mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp 2.328.815.135.056 dengan nilai pertumbuhan sebesar 35,17%.

Berdasarkan ilustrasi data tabel 4.5 tersebut dapat dikatakan bahwa perbandingan antara jumlah Wajib Pajak terdaftar bila dikaitkan dengan penerimaan Pajak Penghasilan adalah berbanding lurus karena kenaikan Wajib Pajak terdaftar juga diiringi dengan peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan dari tahun ke tahun pada KPP Pratama Tigaraksa Tangerang. Pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak yang cukup baik yang dilakukan oleh Seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Tigaraksa Tangerang telah berhasil menambah jumlah Wajib Pajak terdaftar setiap tahunnya, terlebih lagi pada tahun 2011 setelah diberlakukannya kebijakan berupa keharusan dalam kepemilikan NPWP bagi setiap masyarakat dan juga adanya fasilitas berupa e- Regristration yang berhasil menjaring masyarakat untuk ikut serta mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak yang nantinya diharapkan dapat juga meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan pada KPP Pratama Tigaraksa Tangerang.

(9)

Selain itu persentase pertumbuhan Pajak Penghasilan mengalami penurunan pada tahun 2012 dan kemudian mengalami peningkatan di tahun 2013 karena pada tahun 2012 ada peraturan baru bahwa seluruh Pajak Penghasilan kontraktor menjadi Final. Adapun aturannya menurut pajak.go.id adalah sebagai berikut:

1. Pada tahun 2012 adanya peraturan baru bahwa seluruh Pajak Penghasilan kontraktor menjadi Final. adapun aturannya adalah sebagai berikut:

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi Orang Pribadi;

b. Penghasilan berupa hadiah undian;

c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

A. Pomotong PPh Pasal 4 ayat (2)

a. Koperasi;

b. Penyelenggara kegiatan;

c. Otoritas bursa; dan

d. Bendaharawan.

B. Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 4 ayat (2)

(10)

a. Penerima bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi Orang Pribadi;

b. Penerima hadiah undian;

c. Penjual saham dan sekuritas lainnya; dan

d. Pemilik properti berupa tanah dan/atau bangunan.

C. Lain-lain

a. Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah bersifat Final;

b. Karena bersifat Final, maka pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dapat dikreditkan;

c. Omset transaksi yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dimasukkan dalam omset usaha, namun dimasukkan dalam omset penghasilan yang telah dipotong PPh Final.

2. Selain itu kalau dia bersifat Final, pada awalnya dia membayar PPh Pasal 25. Dan kalau PPh Pasal 25 tersebut hilang lalu masuk ke PPh Final, maka otomatis PPh Pasal 25 tersebut turun.

3. Dan pada Juli 2013 makin turun karena adanya PP 46, dan omset dibawah Rp 4.800.000.000 setorannya tidak memakai PPh Pasal 25 tetapi memakai PP 46 dan hal tersebut menyebabkan PPh Pasal 25 perusahaan menjadi turun. Dan dengan adanya peraturan tersebut yang tadinya dimana bersifat tidak Final menjadi Final.

Lalu persentase pertumbuhan PPh pada tahun 2012 mengalami penurunan dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan karena disebabkan perbedaan tarif.

Misalnya: sebelumnya kita menghitung PPh Pasal 25 kemudian adanya peraturan baru, kita menghitung PP 46 yang tarifnya 1%. Karena angka 1% tersebut jauh lebih rendah apabila kita menghitung tarif dengan menggunakan PPh Pasal 17, adapun tarif yang ada di PPh Pasal 17 adalah sebagai beikut:

Tarif pajak yang diterapkan atas Pengahasilan Kena Pajak bagi:

a. Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

(11)

Tabel 4.6

Tarif Progresif (PPh Pasal 17)

Wajib Pajak Orang Pribadi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

Sampai dengan Rp 50.000.000 5%

Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 15%

Di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 25%

Di atas Rp 500.000.000 30%

b. Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebesar 28%.

Jadi dengan adanya persentase yang meningkat atau menurun karena disebabkan adanya tarif, selain itu PPh Final tarifnya lebih kecil yaitu sebesar 1,5% , 2% , dan 4%.

4. Kalau persentasenya naik atau turun karena adanya perbedaan tarif, yang sebelumnya tarif progresif (PPh Pasal 17) menjadi tarif 1% (PPh Pasal 4 ayat (2)) dan penerimaan sudah turun karena adanya tuntutan dari kementerian koperasi untuk memudahkan UKM yang diterima oleh KPP.

Persentase pertumbuhan Wajib Pajak mengalami penurunan karena disebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pada tahun 2009, orang yang ke luar negeri dan mempunyai NPWP maka ia bebas fiskal. Dan pada tahun 2009 dan 2010 banyak orang yang mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak untuk membuat NPWP karena daripada ke luar negeri dan tidak memiliki NPWP tetapi akan dikenakan fiskal, maka lebih baik memiliki NPWP tetapi tidak dikenakan fiskal.

2. Lalu ada aturan bahwa apabila tidak memiliki NPWP maka akan dikenakan tarif lebih tinggi yaitu sebesar 20%, oleh karena itu masyarakat berbondong-bondong untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Lalu apabila semua masyarakat memiliki NPWP, maka pertumbuhannya tidak selalu meningkat dan pasti akan

(12)

mengalami penurunan. Karena jumlah penduduk Indonesia yang bekerja jumlahnya tetap.

3. Karena adanya pengaruh ekonomi global.

4.6 Evaluasi Terhadap Hambatan-Hambatan yang Ditemukan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang Dalam Meningkatkan Jumlah NPWP

Di KPP Pratama Tigaraksa Tangerang tidak adanya hambatan-hambatan yang ditemukan dalam meningkatkan jumlah NPWP karena jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP tersebut selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Lalu adanya kendala yang ditemukan di KPP Pratama Tigaraksa Tangerang yaitu masyarakat harus mendaftarkan sendiri. Oleh karena itu KPP Pratama Tigaraksa Tangerang memfasilitasi e-Regristration dan pendaftaran NPWP melalui internet untuk memudahkan masyarakat dalam mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP.

Adapun definisi e-Registration itu sendiri adalah sistem aplikasi bagian dari sistem informasi perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak. Sistem ini terbagi dua bagian, yaitu sistem yang dipergunakan oleh Wajib Pajak yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajib Pajak secara online dan sistem yang dipergunakan oleh fiskus (petugas pajak) yang berfungsi untuk memproses pendaftaran Wajib Pajak.

Adanya hambatan yang dialami oleh KPP Pratama Tigaraksa Tangerang dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajaknya adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat kurang antusias dalam menanggapi penyuluhan yang dilakukan oleh fiskus (petugas pajak) sehingga sosialisasi ketentuan perpajakan tidak atau kurang dapat dilaksanakan dengan baik. Seharusnya penyuluhan mengenai perpajakan disampaikan dengan hal-hal yang menarik, misalnya keuntungan-keuntungan apa saja yang akan didapat oleh masyarakat apabila masyarakat mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak.

(13)

2. Tidak atau kurangnya pemahaman dan kesadaran Wajib Pajak yang baru dan yang akan mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP akan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan. Seharusnya calon Wajib Pajak mendapatkan informasi yang detail dari fiskus (petugas pajak) pada saat mendaftarakan diri sebagai Wajib Pajak agar Wajib Pajak dapat mengetahui apa saja hak dan kewajibannya sebagai Wajib Pajak dan dengan adanya pemahaman tersebut, Wajib Pajak sadar apa saja yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai Wajib Pajak.

3. Alamat Wajib Pajak yang kurang jelas sehingga membuat hubungan antara Wajib Pajak dengan aparat pajak terputus dan hal tersebut menyebabkan adanya SPT yang kembali ke KPP dan fiskus (petugas pajak) tidak dapat menemukan keberadaan Wajib Pajak tersebut. Seharusnya KPP Pratama Tigaraksa Tangerang bekerja sama dengan instansi terkait yang berhubungan dengan alamat Wajib Pajak seperti kelurahan dan kecamatan agar mendapatkan data-data Wajib Pajak yang lengkap dan benar.

4. Kurangnya kerjasama dengan pihak terkait, KPP sebagai unit terkecil dari Direktorat Jenderal Pajak yang secara langsung berhadapan dengan Wajib Pajak.

Karena selain memerlukan dukungan dan program yang terarah dari kantor pusat, KPP juga memerlukan kerjasama dengan instansi maupun organisasi yang terkait.

Hal tersebut dilakukan karena sebagian Wajib Pajak yang tidak terjaring secara langsung oleh KPP biasanya memiliki keterkaitan dengan instansi lain. Oleh karena itu KPP perlu melakukan kerjasama.

5. Banyaknya Wajib Pajak yang belum mengerti bahwa walaupun SSP-nya nihil (SPT Masa Pasal 25), Wajib Pajak tetap wajib melaporkannya ke KPP. Biasanya Wajib Pajak akan melaporkan SSP-nya apabila ada pembayaran pajak. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi dari Wajib Pajak terkait dengan ketentuan pelaporan SPT Masa. Oleh karena itu seharusnya KPP Pratama Tigaraksa memberikan informasi kepada Wajib Pajak mengenai pelaporan SPT Masa.

6. Terbatasnya jumlah Sumber Daya Manusia di KPP Pratama Tigaraksa Tangerang, yaitu jumlah pegawai yang tidak seimbang dibandingkan jumlah Wajib Pajak yang harus dijaring dengan cakupan wilayah kerja yang cukup luas membuat kurang maksimalnya kinerja petugas pajak. Dan seharusnya KPP Pratama

(14)

Tigaraksa menambahkan jumlah pegawai yang lebih banyak lagi agar seimbang dengan jumlah Wajib Pajak yang ada.

4.7 Upaya-Upaya yang Telah Dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang Untuk Meningkatkan Jumlah NPWP

Untuk mencapai kepatuhan yang tinggi dari masyarakat untuk mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak, harus dimulai dengan kesadaran masyarakat itu sendiri.

Masyarakat harus sadar bahwa negara membutuhkan dana yang sangat besar untuk membiayai pembangunan dan juga harus tersedia setiap saat untuk membiayai pembangunan dan juga harus tersedia setiap saat untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran negara seperti menyediakan fasilitas-fasilitas umum. Oleh karena itu dibutuhkannya masyarakat untuk turut serta dalam mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Berdasarkan hal tersebut, berikut upaya-upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Tigaraksa Tangerang untuk meningkatkan jumlah NPWP adalah sebagai berikut:

1. Memperluas Tax Ratio seperti yang diatur oleh Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : PER – 20/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak yaitu sebagai berikut:

(1) Wajib Pajak telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP di wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, dan kepada Wajib Pajak diberikan NPWP.

(2) Tempat tinggal atau tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tempat tinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan yang sebenarnya.

(3) Wajib Pajak yang wajib mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

(15)

a. Wajib Pajak Orang Pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenal pajak secara terpisah karena:

1) Hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;

2) Menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta;

3) Memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak;

b. Wajib Pajak Orang Pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena:

1) Hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;

2) Menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta;

3) Memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

c. Wajib Pajak Badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Bentuk Usaha Tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi;

d. Wajib Pajak Badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, termasuk bentuk kerjasama operasi (Joint Operation);

dan

e. Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(16)

(4) Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, selain Wajib Pajak mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga Wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

(5) Wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari suami dan anak yang belum dewasa, harus melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan NPWP suami atau kepala keluarga.

(6) Wajib Pajak Orang Pribadi selain Wajib Pajak dimaksud pada ayat (3) dapat memilih untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.

2. Melakukan penagihan aktif mulai dari diberikannya Surat Himbauan kepada Wajib Pajak kemudian diterbitkannya Surat Tagihan Pajak (STP) sampai dengan Surat Sita dan dilanjutkan dengan Lelang.

3. Melakukan Extra Effort yaitu menghimbau kepada Wajib Pajak melalui pembetulan SPT apabila terdapat kesalahan dalam penulisan atau kekeliruan dalam penghitungan jumlah pajak yang terutang dan juga ekualisasi omset dan sebagainya.

4. Melakukan pelayanan kepada masyarakat yang akan mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak, seperti memberikan 8 layanan unggulan DJP yaitu dalam hal pemberian NPWP yang bisa diperoleh Wajib Pajak dalam waktu singkat tanpa menunggu selama 1 hari.

5. Melakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak atas pajak yang kurang atau lebih bayar dan memberikan sanksi kepada Wajib Pajak apabila terlambat menyetorkan kekurangan pajak tersebut.

6. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya kepada Wajib Pajak seperti tax road dari Pelayanan Penyuluhan dan Humas yaitu melakukan kunjungan-kunjungan ke sekolah, universitas, memasnag iklan-iklan di pinggir jalan, mengadakan seminar dan pojok pajak agar masyarakat sadar akan pentingnya penerimaan pajak bagi negara. Selain itu

(17)

memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang berbagai manfaat memiliki NPWP.

7. Mengadakan kerjasama dengan Pemda setempat untuk penyisiran pajak, seperti apabila di suatu kelurahan Tigaraksa terdapat perusahaan dan banyaknya jumlah karyawan di perusahaan tersebut maka kelurahan tersebut harus melaporkan kepada KPP Pratama Tigaraksa Tangerang untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak.

8. Pemanfaatan data internal yaitu untuk mengatasi hambatan dalam perolehan data dari pihak eksternal, KPP memanfaatkan data-data yang telah ada. Karena pemanfaatan data yang paling efektif dan efisien yaitu dengan menggunakan data intern yang telah diperoleh KPP melalui SPT yang dimasukkan oleh Wajib Pajak. Data yang terdapat di dalam SPT tersebut diolah di Seksi Pengolahan Data dan Informasi yang kemudian diteliti kembali untuk dicari apakah masih ada nama-nama yang telah memenuhi syarat dan potensial untuk dikenakan pajak namun belum memiliki syarat dan potensial untuk dikenakan pajak namun belum memiliki NPWP. Selain itu untuk mengoptimalkan penggunaan data internal perlu dilakukan pembaruan data sesuai dengan data dan alamat terakhir sehingga data yang direkam benar-benar akurat.

9. Mengajak masyarakat untuk segera mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak.

10. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, untuk mengatasi masalah kekurangan SDM yang dialami oleh KPP Pratama Tigaraksa Tangerang.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Upaya percepat an diversif ikasi konsumsi pangan menuj u t ahun 2015 memerlukan dukungan dan f asilit asi pej abat sebagai pemangku kepent ingan mulai dari t ingkat pusat ,

Sementara itu, jika dilihat dari nilai cross loading hubungan antara kinerja karyawan (KK) terhadap kinerja organisasi (KO) terdapat nilai kuesioner dengan 3

Berdasarkan hasil survei expert pertama , didapat tiga variable yang akan digunakan dengan alasan memiliki faktor-faktor yang sama dan pemilihan komponen tersebut

Liberti Pandiangan Susanti (2012) membahas mengenai pengaruh penerapan ekstensifikasi wajib pajak terhadap peningkatan penerimaan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama

Dimana kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau PKP dengan menemui calon wajib pajak dengan menunjukkan surat

Dengan berbagai upaya yang telah dijalankan oleh KPP Pratama Kebon Jeruk I melalui kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, diharapkan pertumbuhan

Diduga kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak guna menambah jumlah wajib pajak orang pribadi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan membuat konsep rencana kerja termasuk didalamnya petunjuk dan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk pelaksanaan pembinaan, edukasi