• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN KONDISI BATANG ATAS TERHADAP TINGKAT

KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN GRAFTING JAMBU METE

Agus Ruhnayat1) dan Muhammad Syakir2)

1)

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 2)

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

ruhnayat@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu cara untuk memperbanyak tanaman jambu mete adalah dengan cara vegetatif melalui penyambungan (grafting). Selama ini batang bawah yang digunakan telah berumur 3-4 bulan, dan perlu pemeliharaan lebih lama. Oleh karena itu perlu diperoleh teknik grafting jambu mete yang lebih cepat dan efisien dengan menggunakan batang bawah yang berumur lebih muda. Selain itu kualitas batang atas juga perlu diperhatikan dan memenuhi standar yang telah ditentukan. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan umur batang bawah dan kondisi batang atas optimal yang dapat meningkatkan keberhasilan dan pertumbuhan grafting jambu mete. Penelitian dilakukan di rumah kaca Balittro Bogor sejak Agustus sampai Desember 2014. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah petak terbagi (Split Plot) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah umur batang bawah (5, 10, 20, dan 30 hari) dan anak petak adalah kondisi batang atas (hijau muda, hijau tua dan hijau kecoklatan). Teknik penyambungan dilakukan dengan cara epicotyl grafting untuk batang bawah umur 5 dan 10 hari dan soft wood grafting untuk batang bawah umur 20 dan 30 hari. Peubah yang diamati adalah tingkat keberhasilan sambungan, waktu pertumbuhan tunas, panjang tunas, diameter tunas dan jumlah daun pada batang atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan batang bawah umur 30 hari dengan kondisi batang atas berwarna hijau kecoklatan menghasilkan tingkat keberhasilan grafting tertinggi (80,00%), waktu pertumbuhan tunas tercepat (14 HSG) dan dapat meningkatkankan panjang tunas (29,78%) dan jumlah daun (30,95%) tertinggi. Penggunaan batang atas dengan kondisi berwarna hijau tua tidak berbeda nyata dibandingkan dengan yang berwarna hijau kecoklatan terhadap tingkat keberhasilan grafting (73,33%).

Kata kunci: Jambu mete, epicotyl grafting, soft wood grafting, umur batang bawah, kondisi batang atas

PENDAHULUAN

Produktivitas jambu mete (Anacardium occidentale L.) di Indonesia masih rendah, hanya mencapai 256 kg gelondong ha-1 tahun-2 (Ditjenbun, 2006). Produktivitas tersebut masih jauh dari potensi produksi sembilan varietas jambu mete yang sudah dilepas oleh Balittro yaitu 5,90-37,44 kg gelondong pohon-1 tahun-2 atau setara dengan 590-3744 kg gelondongha-1 tahun-2. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman jambu mete karena sebagian besar masih menggunakan benih asalan dan diperbanyak secara generatif (biji).

Oleh karena itu diperlukan benih jambu mete unggul dalam produksi untuk pengembangan-nya. Saat ini benih jambu mete unggul tersebut masih sulit diperoleh petani. Hal tersebut karena masih terbatasnya informasi mengenai teknik perbanyakan dan belum berkembang-nya industri benih di sentra produksi.

Salah satu cara untuk mendapatkan benih unggul produksi tinggi adalah melalui perbanyakan vegetatif. Pada perbanyakan vegetatif tersebut akan diperoleh tanaman yang mempunyai sifat-sifat yang sama seperti induknya dengan pertumbuhan dan produksi relatif seragam dan tinggi. Perbanyakan secara

(2)

182

vegetatif pada tanaman jambu mete yang terbaik adalah dengan cara sambung pucuk (grafting). Saat ini di Indonesia perbanyakan benih jambu mete melalui grafting dilakukan dengan menggunakan batang bawah yang telah berumur lebih kurang 3 bulan, berdaun 13-15 helai dengan tinggi benih 40-50 cm dan diameter batang 7-10 mm (BSN, 2006; Hadad et al., 2007). Beberapa hasil penelitian ada juga yang menggunakan batang bawah berumur 4 bulan (Ferry dan Sefudin, 2011; Supriadi dan Heryana, 2012). Sedangkan di India grafting jambu mete dianjurkan menggunakan batang bawah umur 40-50 hari (Salam dan Peter, 2010).

Penggunaan batang bawah yang berumur lebih tua (3-4 bulan) memerlukan masa tunggu siap grafting dan benih hasil grafting siap tanam lebih lama. Semakin tua umur batang bawah semakin lama masa tunggu dan pemeliharaannya seperti penyiraman, pengendalian hama, penyakit dan gulma sehingga memerlukan tenaga dan biaya lebih banyak. Selain itu tingkat keberhasilannya masih bervariasi yaitu sebesar 40-89,3% (Hadad et al., 2007; Zaubin dan Suryadi, 2002; Djazuli et al., 2005, Ferry dan Saefudin, 2011). Oleh karena itu diperlukan teknik grafting yang lebih cepat dan efisien dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

Perbanyakan jambu mete secara vegetatif melalui grafting dengan mengguna-kan batang bawah yang relatif masih muda belum pernah di laporkan di Indonesia. Di negara lain seperti India pernah dilaporkan dengan tingkat keberhasilan yang beragam. Hasil penelitian Bhandary et al. (1974) menunjukkan bahwa perbanyakan jambu mete dengan menggunakan batang bawah berumur tujuh hari yang dilakukan secara epicotyl grafting tingkat keberhasilannya sebesar 20-62%. Hasil penelitian Sawke (1983) menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan grafting dipengaruhi oleh musim dan umur

batang bawah. Penyambungan yang dilakukan pada Pebruari sampai Mei dengan menggunakan batang bawah umur 10 hari tingkat keberhasilan sebesar 62,4-67,7%. Sedangkan dengan menggunakan batang bawah umur 20-30 hari diperoleh tingkat keberhasilan yang lebih rendah.

Hasil penelitian Nagabhushanam (1983) dengan menggunakan batang bawah berumur 15 hari menunjukkan bahwa penyambungan yang dilakukan pada Juni sampai Agustus diperoleh tingkat keberhasilan sebesar 60-68% dan yang dilakukan pada bulan November sebesar 45-47%. Hasil penelitian Aravindakshan et al. (1984) dengan mengguna-kan batang bawah 10 hari menunjukmengguna-kan bahwa tingkat keberhasilan grafting pada bulan Maret adalah sebesar 56,70%, April sebesar 62,33% dan Mei sebesar 69,00%. Sedangkan hasil penelitian Gowda dan Melanta (1991) dengan menggunakan batang bawah umur 15 hari yang dilakukan pada bulan Juni-Juli hanya memperoleh keberhasilan sebesar 23,3%, bulan September sampai Oktober sebesar 3,3%, bulan Desember sampai Januari dan Maret sampai April sebesar 0%.

Perbanyakan benih jambu mete secara grafting dalam skala masal memerlukan batang atas (entres) yang banyak. Standard Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan batang atas untuk grafting jambu mete adalah yang bagian bawahnya berwarna hijau kecoklatan (BSN, 2006). Persyaratan tersebut akan membatasi jumlah batang atas yang dapat diambil dari satu pohon induk. Hasil observasi di Kebun Percobaan Balittro di Cikampek Jawa Barat menunjukkan bahwa batang atas yang memenuhi persyaratan SNI pada pohon induk jambu mete hasil grafting umur 7 tahun hanya diperoleh lebih kurang 300 batang atas per tahun. Pada pohon induk jambu mete tersebut terdapat pula cabang-cabang lainnya diluar kriteria yang disyaratkan, yaitu yang berwarna hijau muda dan hijau tua namun telah

(3)

mempunyai tunas tidur. Diduga cabang-cabang tersebut dapat digunakan untuk sumber batang atas.

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan umur batang bawah dan kondisi batang atas yang optimal yang dapat meningkatkan keberhasilan grafting jambu mete.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di rumah kaca Balittro Bogor Jawa Barat (228 m dpl., 6.576834o S, 106.78713o E) dari Agustus sampai Desember 2014. Varietas jambu mete yang digunakan untuk batang bawah adalah BO-2. Biji disemai pada polibag ukuran 20 x 30 cm dengan media tanam campuran tanah dan pupuk pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2:1. Batang atas diambil dari pohon induk jambu mete varietas BO-2 umur 7 tahun di Kebun Percobaan Cikampek Jawa Barat. Panjang batang atas adalah 12 cm. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah petak terbagi (Split Plot) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah umur batang bawah (5, 10, 20, dan 30 hari) dan anak petak adalah kondisi batang atas ((hijau muda, hijau tua dan hijau kecoklatan). Teknik penyambungan yang digunakan pada perlakuan umur batang bawah 5 dan 10 hari adalah epicotyl grafting, yaitu penyambungan dilakukan lebih kurang 5 cm di atas kotiledon. Sedangkan pada perlakuan umur batang bawah 20 dan 30 hari adalah soft wood grafting, yaitu penyambungan dilakukan pada batang yang masih muda lebih kurang 5 cm di atas sepasang daun pertama keluar. Jumlah tanaman untuk setiap perlakuan adalah 20 tanaman. Peubah yang diamati adalah tingkat keberhasilan sambungan, waktu pertumbuhan tunas, panjang tunas, diameter tunas dan jumlah daun pada batang atas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat keberhasilan sambungan

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara umur batang bawah dengan kondisi batang atas terhadap persentase tingkat keberhasilan sambungan 3 bulan setelah grafting/BSG (Tabel 1). Interaksi antara batang bawah umur 30 hari dengan kondisi batang atas berwarna hijau kecoklatan dapat meningkatkan keberhasilan sambungan sebesar 80%. Namun perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan batang bawah umur 20 hari dengan kondisi batang atas berwarna hijau kecoklatan (tingkat keberhasilan sambungan 75%), dan perlakuan batang bawah umur 30 hari dengan kondisi batang atas berwarna hijau tua (tingkat keberhasilan sambungan 73,33%). Hal tersebut disebabkan karena pada batang bawah yang berumur 20 dan 30 hari terdapat sepasang daun tempat berlangsungnya fotosintesa dan kotiledonnya masih ada walaupun sudah agak keriput, sehingga cukup tersedia cadangan

makanan untuk pembentukan dan

perkembangan kalus pada sambungan, dengan demikian pertautan cepat terjadi (Gambar 1a). Asante et al. (2002) mengemukakan bahwa proses penyambungan diawali dengan keluarnya cairan resin dari kedua permukaan penyambungan. Pada penyambungan yang berhasil, akan terjadi pembentukan dan pengembangan sel baru yang disebut kalus diantara permukaan penyambungan. Menurut Nahansyah (1990) bahwa keberhasilan sambungan dipengaruhi oleh stadia pertumbuhan batang bawah. Batang bawah yang lebih muda lebih mempercepat proses penyatuan antara batang bawah dan batang atas. Sel-sel kambium tanaman yang berada dalam keadaan aktif membelah diri. Proses pembentukan kalus dan proses penyembuhan luka berlangsung dengan cepat, sehingga keberhasilan sambungan tinggi.

(4)

184

Pada penelitian ini penggunaan batang bawah umur 20 dan 30 hari adalah yang terbaik, penggunaan batang bawah yang lebih muda yaitu umur 5 dan 10 hari tingkat keberhasilan sambungan lebih rendah yaitu sebesar 6,67-58,33%. Hal ini disebabkan karena cadangan makanan untuk pembentukan dan

perkembangan kalus pada sambungan hanya berasal dari kotiledon saja sehingga tidak cukup untuk terjadinya pertautan yang lebih baik (Gambar 1b). Selain itu rendahnya tingkat keberhasilan sambungan pada perlakuan batang bawah umur 5 dan 10 hari disebabkan juga oleh kematian batang bawah sebelum dan

Tabel 1. Pengaruh interaksi antara umur batang bawah dan kondisi batang atas terhadap persentase tingkat keberhasilan grafting dan waktu pertumbuhan tunas

Perlakuan Tingkat keberhasilan

(%)

Waktu pertumbuhan tunas (hari)

5 hari x hijau muda 6,67 e 40 a

5 hari x hijau tua 8,33 e 30 bc

5 hari x hijau kecoklatan 40,00 c 28 c

10 hari x hijau muda 5,00 e 35 ab

10 hari x hijau tua 21,67 d 29 c

10 hari x hijau kecoklatan 58,33 b 22 d

20 hari x hijau muda 5,00 e 32 bc

20 hari x hijau tua 25,00 d 29 c

20 hari x hijau kecoklatan 75,00 q 18 de

30 hari x hijau muda 6,67 e 30 bc

30 hari x hijau tua 73,33 a 17 de

30 hari x hijau kecoklatan 80,00 a 14 e

KK (%) 13,85 11,85

Keterangan : Angka yang diiikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT

Gambar 1. Benih jambu mete hasil mikro grafting dengan menggunakan batang bawah umur 20 dan 30 hari (a) dan umur 5 dan 10 hari (b)

b

a

a

a

(5)

185 setelah terjadi pertautan karena kehabisan

cadangan makanan.

Waktu pertumbuhan tunas

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara umur batang bawah dengan kondisi batang atas terhadap waktu pertumbuhan tunas (Tabel 1). Interaksi antara batang bawah umur 30 hari dengan kondisi batang atas berwarna hijau kecoklatan dapat mempercepat pertumbuhan tunas tidur yaitu pada umur 14 hari setelah grafting (HSG). Namun perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan batang bawah umur 20 hari dengan kondisi batang atas berwarna hijau kecoklatan (18 HSG) dan perlakuan batang bawah umur 30 hari dengan kondisi batang atas berwarna hijau tua (17 HSG). Hal tersebut berkaitan dengan cadangan makan yang terdapat pada daun dan kotiledon yang ada pada batang bawah yang berumur 20 dan 30 hari.

Pertumbuhan batang atas

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara umur batang bawah dengan kondisi batang atas terhadap

pertumbuhan batang atas (panjang tunas dan jumlah daun) pada umur 3 bulan setelah grafting (BSG) (Tabel 2). Pengaruh antar perlakuan terhadap diameter tunas tidak berbeda nyata. Interaksi antara batang bawah umur 30 hari dengan kondisi batang atas berwarna hijau kecoklatan adalah yang terbaik terhadap panjang tunas dan jumlah daun. Perlakuan tersebut dapat meningkatkan panjang tunas dan jumlah daun masing-masing sebesar 29,78 dan 30,95% dibandingkan dengan perlakuan batang bawah umur 20 hari dengan kondisi batang atas yang sama.

KESIMPULAN

Penggunaan batang bawah umur 30 hari dengan kondisi batang atas berwarna hijau kecoklatan menghasilkan tingkat keberhasilan grafting tertinggi (80,00%), waktu pertumbuh-an tunas tercepat (14 HSG) dpertumbuh-an dapat meningkatkan panjang tunas (29,78%) dan jumlah daun (30,95%) tertinggi. Penggunaan batang atas dengan kondisi berwarna hijau tua tidak berbeda nyata dibandingkan dengan yang berwarna hijau kecoklatan terhadap tingkat keberhasilan grafting (73,33%).

Tabel 2. Pengaruh interaksi antara umur batang bawah dan kondisi batang atas terhadap pertumbuhan batang atas (panjang tunas dan jumlah daun) 3 BSG

Perlakuan Panjang tunas

(cm)

Jumlah daun (helai)

5 hari x hijau muda 2,27 e 2,33 e

5 hari x hijau tua 2,00 e 3,33 cd

5 hari x hijau kecoklatan 3,20 d 2,67 de

10 hari x hijau muda 3,70 bcd 2,00 e

10 hari x hijau tua 2,17 e 2,67 de

10 hari x hijau kecoklatan 4,27 b 3,67 bc

20 hari x hijau muda 2,17 e 2,33 e

20 hari x hijau tua 3,20 d 3,33 cd

20 hari x hijau kecoklatan 4,03 bc 4,33 b

30 hari x hijau muda 2,37 e 2,00 e

30 hari x hijau tua 3,33 cd 4,33 b

30 hari x hijau kecoklatan 5,23 a 5,67 a

KK (%) 13,77 13,18

(6)

186

DAFTAR PUSTAKA

Aravindakshan K, TE George, RG Veeraraghavan and S Balakrishnan. 1984. Studies on epicotyl grafting in cashew (Anacardium occidentale L.). Cashew Causerie, 6(4): 3-5.

Asante AK, JR Barnett and PD Caligari. 2002. Graft studies on cashew genortypes. Ghana Journal Agric. Sci. 35: 33-39.

Bhandary KR, KPV Shetty and Shet M. 1974, Propagation of cashew by wedge grafting. J. Plantation Crops., 2 (1): 37.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia 2004−2006. Jambu mete. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.

Gowda BJ and KR Melanta. 1991. A note on the mikro grafting of cashew. Cur. Sci., 20 (6): 119-120.

Hadad EA, Daras dan A Wahyudi. 2007. Teknologi Unggulan Jambu Meta.. Perbenihan dan Budidaya Pendukung Varietas Unggul. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 38 hlm.

Manjunatha D. 2001. Effect of nutrients (NPK) supplied through irrigation water on growth of rootstocks and grafts of cashew. The Cashew, 15: 13-18.

Nagabhushanam S. 1983. A study on epicotyl grafting in cashew (Anacardium occidentale L.). Indian Cashew J., 15(1): 13-16.

Nahansyah H. 1990. Tingkat Kompatibilitas Okulasi pada Beberapa Kultivar Durian Bibit Unggul. Fakultas`Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Hlm. 7-15.

Sawke DP. 1983. Effect of season and rootstock on success of epicotyl grating in Cashew. Cashew Causerie, 5(20): 16-17.

Gambar

Gambar 1. Benih jambu mete hasil mikro grafting dengan menggunakan batang  bawah umur 20 dan 30 hari (a)  dan umur 5 dan 10 hari (b)
Tabel 2. Pengaruh interaksi antara umur batang bawah dan kondisi batang atas terhadap pertumbuhan batang  atas (panjang tunas dan jumlah daun) 3 BSG

Referensi

Dokumen terkait

(2014) dengan judul Hubungan Baik Dengan Orang yang Signifikan dan Kontribusinya Terhadap Kebahagiaan Remaja Indonesia. Responden penelitian ini adalah 411 orang

Berdasarkan perhitungan, simulasi, dan uji coba pada penelitian pengaruh beban dan filter pada penyearah AC-DC terkendali untuk rangkaian pengisi Li-ion berbasis

Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Alali dan Foote (2012) yang menunjukkan bahwa informasi akuntansi yang dihasilkan dalam periode setelah adopsi IFRS

Indikator alami merupakan bahan alam yang dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya kelopak bunga, akar, batang dan daun. Beberapa bahan alam yang bisa

Acuan Proporsi dan Siluet Acuan proporsi untuk tokoh Kumba berdasarkan tridimensional karakter menggambarkan visual proporsi sosok raksasa, penulis mencari acuan/referensi tokoh

Praktek kerja magang merupakan salah satu mata kuliah pada semester tujuh di Universitas Multimedia Nusantara UMN Ucapan syukur dan terima kasih penulis diberikan kepada

Pembentuan usaha syariah pada koperasi, maka menurut Permen kop dan UKM No.16 tahun 2015 tidak boleh dibentuk oleh KSP (KSU Bina Mandiri), sehingga UJKS harus

Sedangkan faktor eksternal yaitu lambannya pemulihan ekonomi pemerintah berakibat kesejahteraan anggota Polri belum dirasakan, memicu tumbuhnya tindakan hukum melanggar hukum