• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI CV SARANA SUMBER SEJAHTERA GRIYA II MARTUBUNG MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR. TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI CV SARANA SUMBER SEJAHTERA GRIYA II MARTUBUNG MEDAN"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI CV

SARANA SUMBER SEJAHTERA GRIYA II MARTUBUNG MEDAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : ELISABETH GULTOM

NIM : 132600096

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan berkat kelimpahan rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan dan keselamatan serta pengetahuan, kemampuan dan senantiasa memberikan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Tata Cara Pemungutan/Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Pegawai CV Sarana Sumber Sejahtera Griya II Martubung Medan”

ini dengan baik guna memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaikan tugas akhir ini Penulis telah banyak menerima bantuan moril, spiritual, dorongan serta bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak yang sangat berperan aktif mulai dari tahap awal sehingga selesainya tugas akhir ini untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Sematera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(3)

3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Henri Sibarani,SE. Ak, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dari awal hingga selesai.

5. Ibu Martalena Purba, SE selaku Direktur CV Sarana Sumber Sejahtera yang telah mengizinkan penulis dalam pengambilan data pada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dari awal hingga selesai.

6. Bapak Firman Gultom yang telah mengarahkan dan membantu dalam pengambilan data pada penulisan Tugas Akhir di CV Sarana Sumber Sejahtera.

7. Teristimewa kepada Ibunda tercinta Rensi Sitohang dan Richard Gultom, yang tidak pernah lelah menyayangi, mengasihi, dan selalu mendoakan anak-anaknya.

8. Teristimewa kepada abang-abangku dan kakak-kakakku yang selalu memberi arahan, kasih sayang, nasihat, serta mendoakan. dan Keluarga Besarku, terima kasih atas dukungan dan kasih sayangnya.

9. Buat teman-teman sepergaulan “Ciwi-Ciwi Gemesh” ( Chelsea marpaung, Chyntia Nainggolan, Hotris Sihombing, Jesica Rajagukguk, Lawren Rajagukguk, Magdalena Batubara, Maria Pakpahan, dan Putri Simatupang, Yanti Damanik), terima kasih untuk suka duka, dan kekeluargaan selama tiga tahun ini. Serta teman-teman sekelasku Tax B 2013, terima kasih atas kekeluargaan yang kita

(4)

jalani selama kuliah di D III Administrasi Perpajakan Fisip USU. Semoga kita sukses semua dan tetap bersahabat sampai kapanpun.

10. Buat seluruh Pegawai CV Sarana Sumber Sejahtera terimakasih atas dukungan dan dengan tangan terbuka mampu menerima penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian serta ilmu pengetahuan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini Penulis Menyadari Kekurangan dan Kelemahan baik dalam teknik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi pembaca.

Medan, Juni 2016

Penulis

Elisabeth Gultom

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 5

1.2.1 Tujuan ... 5

1.2.2 Manfaat ... 5

1.3 Uraian Teoritis ... 7

1.3.1 Pengertian Pajak ... 7

1.3.2 Pengertian PPh Pasal 21 dan Pegawai Tetap ... 8

1.3.3 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 9

1.3.4 Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 10

1.4 Ruang Lingkup ... 12

1.5 Metode Penulisan ... 12

1.5.1 Tahap Persiapan... 12

1.5.2 Studi Literatur ... 13

1.5.3 Observasi Lapangan ... 13

1.5.4 Pengumpulan Data ... 13

1.6 Metode Pengumpulan Data ... 14

1.6.1 Metode Observasi ... 14

1.6.2 Metode Wawancara ... 14

(6)

1.6.3 Metode Dokumentasi ... 14

1.7 Sistematika Penulisan Laporan ... 15

BAB II GAMBARAN UMUM CV SARANA SUMBER SEJAHTERA ... 17

2.1 Sejarah Singkat CV Sarana Sumber Sejahtera ... 17

2.2 Tujuan Perusahaan ... 18

2.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 18

2.4 Struktur Organisasi ... 19

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Posisi Jabatan ... 20

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ... 23

3.1 Pengertian Pajak ... 23

3.2 Pengertian PPh Pasal 21 dan Pegawai Tetap ... 24

3.3 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 24

3.4 Pemungutan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 26

3.5 Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 26

3.6 Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak serta Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak ... 28

3.7 Objek dan Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 29

3.7.1 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 29

3.7.2 Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 30

3.8 Pengurangan yang diperoleh dalam menghitung PPh Pasal 21 bagi Karyawan Tetap ... 30

3.8.1 Biaya Jabatan ... 30

3.8.2 Biaya Pensiun ... 31

(7)

3.9 Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam rangka pemotongan PPh Pasal 21 31

3.10 Tarif Pajak Penghasilan ... 32

3.11 Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 33

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 36

4.1 Prosedur Pemungutan/Pemotongan Pajak Penghasilan terhadap pegawai CV Sarana Sumber Sejahtera ... 36

4.2 Objek dan Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap pegawai tetap CV Sarana Sumber Sejahtera... 36

4.2.1 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 36

4.2.2. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 36

4.3 Prosedur Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap pegawai tetap CV Sarana Sumber Sejahtera ... 36

BAB V PENUTUP ... 44

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran... 45 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Tabel 3.1 ... 32

Tabel 3.2 ... 32

Tabel 4.3 ... 38

Tabel 4.4 ... 41

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang didunia.

Sebagai negara berkembang, Indonesia berusaha untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut diperlukan biaya yang besar dan salah satunya bersumber dari Penerimaan Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan setiap tahunnya.

Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Dalam pemenuhan kebutuhan keuangan pemerintah guna membiayai pembangunan Nasional diperlukan sumber dana guna pemenuhan tersebut. Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia dahulu kala lebih mengandalkan sektor migas untuk mendapatkan dana, akan tetapi sejalan dengan waktu migas adalah sumber pendapatan Negara yang semakin hari semakin habis, oleh karena itu pemerintah perlu menggali sumber-sumber keuangan Negara yang baru, salah satunya adalah pajak. Pajak merupakan sektor potensial bagi Negara guna mendapatkan dana demi berlangsungnya pembangunan Nasional yang berguna untuk kepentingan bersama.

(10)

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat (23) dikatakan bahwa

’’Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang’’, sehingga menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lain harus berdasarkan pada Undang-Undang.

Masalah pajak merupakan masalah yang dihadapi pemerintah sebagai pihak yang memungut pajak dengan rakyat sebagai pihak yang berkewajiban membayar pajak. Masing-masing pihak memiliki kepentingan yang saling ketergantungan.

Tentang besarnya beban pajak, masyarakat wajib pajak mengharapkan adanya pemungutan pajak yang adil, artinya besarnya pajak yang terutang sesuai dengan kemampuan wajib pajak, sedangkan harapan pemerintah sebagai pemungut pajak mengharapkan adanya pelunasan pajak yang tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.

Sejalan dengan perkembangan yang ada, disadari banyak masalah yang ternyata tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada sehingga menuntut perlunya penyempurnaan terhadap Undang-Undang perpajakan tersebut. Sistem perpajakan yang lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, baik dari segi kegotong-royongan Nasional maupun dari laju pembangunan Nasional yang telah dicapai. Oleh karena itu pemerintah menciptakan sistem perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya Undang-Undang perpajakan yang baru, yang terdiri atas : UU No. 16 Tahun 1983

(11)

Jo. UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan, UU No.

7 Tahun 1983 Jo. UU No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Panghasilan dan UU No. 8 Tahun 1983 Jo. UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, UU No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan UU No. 13 tahun 1985 tentang Bea Materai.

Pada tahun 2013 realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 1.072,1 triliun dari target yang tercatat sebesar Rp 1.148,4 triliun, pada tahun 2014 mencapai Rp 1.143,3 triliun dari target yang tercatat sebesar Rp 1.246,1 triliun pada tahun 2015 mencapai Rp 1.060 triliun dari target yang tercatat sebesar Rp 1.294 triliun dan untuk tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 1.360,2 triliun.

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan penerimaan Negara yang sangat penting yang akan digunakan untuk melaksanakan pembangunan dan lain-lain.

Pembayaran pajak ini bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tetapi untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat diberikan kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajaknya yang harus dibayarkan (self assessment).

Objek pajak Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan komisaris atau anggota pengawas), premi bulanan, tunjangan istri, tunjangan anak,

(12)

tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Griya II Martubung Medan merupakan suatu perusahaan komanditer yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Setiap pegawai kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Griya II Martubung Medan dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang langsung dipotong oleh bendahara kantor. Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong lalu disetorkan oleh bendahara kantor atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan dari suatu pemberi kerja atau merupakan pelunasan untuk tahun pajak yang bersangkutan sehingga pada akhir tahun pajak pegawai tersebut di wajibkan untuk menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) Tahunan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menyusun Laporan Tugas Akhir dengan judul “Tata Cara Pemungutan/Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai CV Sarana Sumber Sejahtera Griya II Martubung Medan” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(13)

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penulis adalah sebagai berikut :

a. Untuk Mengetahui tata cara pengadministrasian pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Griya II Martubung Medan

b. Untuk memperoleh dan melihat secara langsung data mengenai tata cara pengadministrasian pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang dilakukan oleh Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Griya II Martubung Medan.

c. Untuk mengetahui kendala dalam pemungutan/pemotongan PPh Pasal 21 terhadap pegawai kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Griya II Martubung Medan.

1.2.2 Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis kedepannya adalah:

1. Bagi Mahasiswa :

a. Mengaplikasikan disiplin yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan penelitian di

(14)

b. Sebagai referensi penulisan tugas akhir untuk selanjutnya yang ingin mengkaji lebih dalam proses pemungutan/pemotongan pajak pegawai di perusahaan tersebut.

2. Bagi Perusahaan CV Sarana Sumber Sejahtera :

a. Mendapatkan masukan dan saran terhadap pelaksanaan administrasi serta sistem dan prosedur pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

b. Membina hubungan baik antara kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Griya II Martubung Medan dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Agar perusahaan ini lebih dikenal oleh khalayak ramai dan instansi lainnya.

3. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU : a. Untuk referensi bahan penelitian mahasiswa/i program studi ini

atau instansi yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Agar mahasiswa/i mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari hasil penelitian yang dilakukan di perusahaan terkait.

1.3 Uraian Teoritis

(15)

1.3.1 Pengertian Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Beberapa ahli perpajakan juga mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Adapun beberapa pengertian pajak menurut para ahli adalah :

a. Prof. Dr. Rochmad Soemitro, SH. Dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan menyatakan : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”(Suandy,2011:9).

b. Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo (1991: 2) menyatakan : “ Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

(16)

adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”

(Waluyo, 2013:2).

1.3.2 Pengertian Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 21, dan Pegawai Tetap

Menurut Pasal 4 UU No 17 Tahun 2000, yang dimaksud Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak.

Pajak Penghasilan tergolong pajak subjektif yaitu pajak yang mempertimbangkan keadaan diri wajib pajak sebagai faktor utama dalam pengenaan pajak, yang tercermin pada kemampuan untuk membayar pajaknya.

Penentuan daya pikul seseorang sangat subjektif sifatnya karena daya pikulnya dapat ditentukan dengan berbagai faktor seperti jumlah kekayaan, jumlah tanggungan keluarga, dan sebagainya.

Menurut Dimsky. K. Judiseno Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau penghasilan yang diterimanya dalam satu tahun pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Jadi pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah Pajak yang dikenakan atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa

(17)

gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

1.3.3 Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Setiap pemungutan atau pemotongan yang dilakukan oleh Negara tentu ada dasar hukumnya, yang menjadi dasar hukum pemungutan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah :

a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007.

b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyeroran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.

(18)

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang penetapan bagian penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan.

e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26.

1.3.4 Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 Tentang PPh sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 17 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong Pajak Penghasilan (PPh) 21 antara lain :

a. Pemberi kerja yang terdiri dari Orang Pribadi dan Badan termasuk BUT, badan, organisasi internasional yang tidak dikecualikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.

b. Bendaharawan Pemerintah termasuk bendaharawan pusat maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga Negara yang lain dan kedutaan besar Indonesia di luar negeri.

c. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan lain yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua.

(19)

d. Perusahaan, Badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan atas kegiatan dan jasa.

e. Perusahaan, Badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan atas kegiatan dan jasa yang dilakukan Orang Pribadi dengan status sebagai Wajib Pajak Luar Negeri.

f. Yayasan (termasuk bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan) lembaga kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi massa, organisasi politik dan organisasi lainnya.

g. Perusahaan, badan dan BUT yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.

h. Penyelenggara kegiatan yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

1.4 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup yang dilaksanakan di kantor CV Sarana Sumber Sejahtera mencakup beberapa aspek yang terdiri dari :

1. Tata cara pelaksanaan pemungutan/pemotongan pajak bagi para pegawai kantor CV Sarana Sumber Sejahtera.

(20)

2. Faktor penghambat tata cara pemungutan/pemotongan pajak bagi para pegawai pada kantor CV Sarana Sumber Sejahtera.

3. Cara penyelesaian masalah dalam tata cara pemungutan/pemotongan pajak bagi para pegawai pada kantor CV Sarana Sumber Sejahtera.

1.5 Metode Penulisan

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan adalah :

1.5.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini, penulis mengajukan judul tugas akhirnya. Penentuan dan pengesahan judul oleh Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. Kemudian mencari bahan untuk pembuatan proposal, revisi proposal, pengesahan proposal, penunjukan dosen pembimbing, permohonan surat izin riset dari fakultas, serta berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

1.5.2 Studi Literatur

Pengumpulan data-data menyangkut masalah yang akan dibahas melalui buku-buku ilmiah atau sumber-sumber bacaan lainnya, Undang-Undang Perpajakan, dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan pada Perusahaan tersebut.

(21)

1.5.3 Observasi Lapangan

Pengamatan dilakukan secara langsung untuk memperoleh data-data yang ada pada perusahaan yang bersangkutan mengenai tata cara pemungutan/pemotongan pajak pada pegawai di perusahaan tersebut.

1.5.4 Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari topik yang dibahas, dalam hal ini data-data bersumber dari CV Sarana Sumber Sejahtera :

a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang telah mengetahui dan memahami tentang objek penelitian tersebut.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi ilmiah, seperti buku perpajakan, dan Undang-Undang Perpajakan.

1.5.5 Analisis Data dan Evaluasi

Penulis melakukan analisis dan evaluasi data mengenai tata cara pemungutan/pemotongan pajak pada pegawai di perusahaan tersebut.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Setelah data dan informasi yang diperoleh, maka penulis akan menyimpulkan hasil dari data yang didapat, dengan menggunakan Metode Pengumpulan Data sebagai berikut :

1.6.1 Metode Observasi (Observation Guide)

(22)

Melakukan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk pembahasan masalah.

1.6.2 Metode Wawancara (Interview Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara langsung dengan menyiapkan daftar pertanyaan kepada pegawai yang terkait dengan penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, yang dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu proses penyusunan laporan.

1.6.3 Metode Dokumentasi (Optional)

Pengumpulan data dengan cara membuat daftar dokumentasi yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Penulis juga melakukan pengamatan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan Buku Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak, Keputusan Menteri Keuangan dan sumber lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika penulisan adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam menyusun

(23)

laporan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode penelitian serta sistematika penulisan laporan.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI

Pada bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai gambaran umum dari CV Sarana Sumber Sejahtera meliputi sejarah singkat berdirinya perusahaan tersebut serta struktur organisasi dan uraian-uraian tugas pokok.

BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA

PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN PAJAK

Pada bab ini penulis menguraikan secara singkat tentang tata cara pemungutan/pemotongan pajak penghasilan pasal 21 terhadap pegawai tetap.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini berisi analisis dan pembahasan mengenai tata cara pemungutan/pemotongan pajak penghasilan pasal 21 terhadap pegawai tetap

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(24)

Pada bab ini penulis akan mengemukakan rangkuman tentang hal-hal yang dibahas dan juga mengemukakan saran berdasar atas data dan informasi yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM

CV SARANA SUMBER SEJAHTERA 2.1 Sejarah Singkat CV Sarana Sumber Sejahtera

CV Sarana Sumber Sejahtera merupakan sebuah Comanditaire Venootschap yang didirikan di Medan pada bulan Juli tahun 2010 oleh Ibu Martalena Purba dihadapan Notaris Abidin Soaduon, SH. Walaupun tidak termasuk ukuran perusahaan besar, namun perusahaan ini dapat berkembang dengan cepat. CV Sarana Sumber Sejahtera ini layaknya sebuah ruko yang besar yang memiliki kantor dan gudang secara bersamaan, yang berlokasi di daerah Griya II Martubung Medan. Tujuan didirikannya CV Sarana Sumber Sejahtera ini adalah untuk mendistribusikan produk-produk konsumsi seperti makanan dan minuman ringan serta produk untuk anak seperti baby diapers kepada seluruh pusat perbelanjaan di daerah kota Medan maupun di luar kota Medan yang tidak terjangkau dengan baik oleh agen sebelumnya.

Sebagai salah satu distributor, CV Sarana Sumber Sejahtera memperoleh produk-produk konsumsi makanan ringan dari produsen lokal. Produk-produk yang termasuk berasal dari produsen lokal seperti biscuit, vetoz, malkist, milkuat, cracker sayur dari Malaysia juga, Funtime, Teh Pucuk Harum, Floridina, susu Clevo, Garry Chocolatos, Beng-beng, dan lain-lain. Biasanya produk-produk ini akan di tawarkan atau di jual kembali ke supermarket di setiap daerah yang berada

(26)

dalam jangkauan CV tersebut. Adapun tujuan berdirinya perusahaan ini selain untuk mencari laba, juga menciptakan lapangan pekerjaan. Pada saat ini, perusahaan telah mempekerjakan tenaga kerja sejumlah kurang lebih 16 orang yang terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian. Selain itu perusahaan juga memiliki sumber daya untuk mendukung kegiatan operasionalnya, yakni :

a. Kekuatan penjualan yang kuat.

b. 4 (empat) buah kendaraan pengangkut.

c. Lokasi yang strategis.

d. Tim kerja yang kuat.

e. Pengalaman 2.2 Tujuan Perusahaan

Adapun tujuan kami dalam mendirikan perusahaan ini adalah:

1. Mendistribusikan produk-produk yang terbaik yang dapat menghasilkan keuntungan bagi pelanggan perusahaan tersebut.

2. Memberikan kesejahteraan kepada para pekerja perusahaan tersebut.

2.3 Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi :

Ingin menjadi sebuah perusahaan distribusi yang kuat dan dapat diandalkan.

2. Misi :

a. Memberikan produk yang berkualitas untuk pelanggan.

(27)

b. Berupaya menjadi perusahaan yang terbaik di banding perusahaan yang lainnya.

c. Berupaya menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

d. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

Perusahaan memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi integritas professional dan melaksanakan tata nilai yang berbasis pada :

a. Team-work : Selalu mengutamakan kerja sama tim, agar mampu menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.

b. Innovation : Selalu menghargai kreatifitas dan menghasilkan inovasi dalam metode baru dan produk baru.

c. Exelllence : Selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi kerja.

2.4 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi pada CV Sarana Sumber Sejahtera berbentuk organisasi garis, dimana dalam organisasinya terdapat hubungan wewenang yang mengali dari atas ke bawah yang memperlihatkan bahwa seorang atasan dapat memberikan perintah langsung kepada bawahan, sehingga para bawahan mengetahui dengan pasti dari siapa perintah tersebut dan kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan pekerjaannya tersebut.

(28)

Struktur organisasi dari CV Sarana Sumber Sejahtera meliputi tiga bagian pengelompokan tugas, yakni Bagian Penjualan, Bagian Operasional serta Bagian Akuntansi dan Keuangan. Bagian bagan dapat dilihat di bagian Lampiran I

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Posisi Jabatan

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing posisi jabatan manajerial CV Sarana Sumber Sejahtera dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Direktur

a. Mengawasi kelancaran seluruh kegiatan perusahaan sesuai tujuan,kebijaksanaan, dan prosedur yang telah digariskan.

b. Mengawasi kinerja dan menerima laporan pertanggung jawaban dari masing-masing manajer.

2. Manajer Penjualan

a. Mengawasi kinerja dari Bagian Penjualan

b. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target penjualan dan melakukan pendistribusian secara maksimal.

c. Mempertanggung jawabkan hasil kerja divisi kepada Direktur.

3. Manajer Operasional

a. Bertanggung jawab terhadap pengiriman dan penyediaan barang b. Merumuskan kebijaka-kebijakan yang dianggap perlu untuk

meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.

c. Mempertanggung jawabkan hasil kerja divisi kepada Direktur.

4. Manajer Keuangan dan Akuntansi :

(29)

a. Bertanggung jawab terhadap laporan keuangan perusahaan yang up- to-date setiap bulan.

b. Mempertanggung jawabkan hasil kerja divisi kepada Direktur.

5. Supervisor :

a. Bertanggung jawab mengontrol seluruh kegiatan penjualan.

b. Mempertanggung jawabkan kinerja para salesman kepada Manajer Penjualan.

6. Bagian Pengiriman :

a. Bertanggung jawab untuk memberikan barang yang dipesan kepada Driver TO dan Driver Kanvas untuk dikirimkan ke pembeli.

7. Bagian Entry Data :

a. Bertanggung jawab untuk meng-entry data pesanan pembeli.

b. Mencetak Invoice atay Surat jalan untuk pembeli.

8. Bagian Administrasi :

a. Bertugas untuk membuat Laporan Penjualan.

b. Bertugas untuk membuat Proposal barang untuk dibagikan ke pembeli.

9. Bagian Gudang :

a. Bertugas mengecek persediaan barang di gudang.

b. Bertanggung jawab untuk meng-update persediaan barang perusahaan.

(30)

a. Bertugas untuk menerima pesanan, kemudian memberikan Form Pemesanan kepada Data Entry.

11. Kanvas (KS) :

a. Bertugas untuk menjual barang secara langsung dengan menggunakan mobil boks, serta menerima pembayaran secara tunai langsung.

b. Bertanggung jawab untuk mengirimkan barang pesanan sampai ke tangan pembeli

c. Hanya melayani penjualan partai.

12. Task Force (TF)

a. Bertugas menjual barang dengan menggunakan motor, dan langsung dibayar tunai.

b. Hanya melayani penjualan satuan.

(31)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 3.1 Pengertian Pajak

Adapun pengertian pajak menurut para ahli antara lain :

1. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah “kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

2. Menurut Prof. Dr. Rahmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat kontra prestasi secara langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

3. Menurut P.J.A Adriani, SH Pajak adalah iuran kas Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintah.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa cirri yang melekat pada pengertian pajak adalah, pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta

(32)

pajak tidak adanya kontra prestasi langsung, pajak dipungut oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, pajak diperuntukkan untuk pengeluaran umum.

3.2 Pengertian Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 21, dan Pegawai Tetap

Menurut Pasal 4 UU No 17 Tahun 2000, yang dimaksud Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun Luar Negeri yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.

Pajak Penghasilan tergolong pajak subjektif yaitu pajak yang mempertimbangkan keadaan diri Wajib Pajak sebagai faktor utama dalam pengenaan pajak, yang tercermin pada kemampuan Wajib Pajak untuk membayar pajaknya.

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak yabg dikenakan atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak Orang Prribadi dalam Negeri.

3.3 Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Setiap pemungutan atau pemotongan yang dilakukan oleh Negara tentu ada dasar hukumnya, yang menjadi dasar hokum pemungutan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah :

(33)

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketetntuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang No. 28 Tahun 2007

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

3. Peraturan Pemerintah No. 149 Tahun 2000 Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusa, pension, dan tunjangan hari tua.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26.

6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,Penyetoran,dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.

7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 tentang

(34)

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

3.4 Pemungutan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21

Pemungutan dan pemotongan pajak penghasilan adalah suatu mekanisme yang memberikan penugasan dan tanggung jawab kepada pihak ketiga untuk melakukan pemotongan atau pemungutan atas pajak penghasilan yang terutang pada suatu transaksi yang dikenakan pajak. Keunggulan dalam mekanisme pemotongan dan pemungutan pajak adalah waktu yang tepat dalam pemungutan pajak. Dalam mekanisme withholding tax, pajak dipotong atau dipungut ketika penghasilan diterima oleh subjek pajak. Prinsip “pay as your earn” pajak dikenakan ketika penghasilan tersebut diterima atau diperoleh.

Pelaksanaannya mekanisme withholding tax system, melibatkan pihak ketiga yang ditunjuk sebagai pemotong dan pemungut pajak. Pihak ketiga yang ditunjuk diberikan kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak yang terutang disebut sebagai pemotong pajak. Pihak ketiga yang ditunjuk dan diberi kewajiban untuk melakukan pemungutan pajak disebut sebagai pemungut pajak.

3.5 Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 Tentang PPh sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 17 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 antara lain :

(35)

1. Pemberi kerja yang terdiri dari Orang Pribadi dan Badan termasuk BUT, badan, organisasi internasional yang tidak dikecualikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.

2. Bendaharawan Pemerinta termasuk bendaharawan pusat maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga Negara yang lain dan kedutaan nesar Indonesia di Luar Negeri.

3. Dana pension, badan penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan lain yang membayar uang pension dan Tabungan Hari Tua.

4. Perusahaan, Badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan atas kegiatan dan jasa.

5. Perusahaan, Badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan atas kegiatan dan jasa yang dilakukan Orang Pribadi dengan status sebagai Wajib Pajak Luar Negeri.

6. Yayasan (termasuk bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian,olahraga, kebudayaan) lembaga kepantiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi massa, organisasi politik dan organisasi lainnya.

7. Perusahaan, badan, dan BUT yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan.

8. Penyelenggaraan kegiatan yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

(36)

3.6 Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak serta Penerima Penghasilan yang dipotong Pajak

1. Pemotong pajak berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran PPh Pasal 21 dalam satu bulan takwim dengan PPh 21 yang terutang pada bulan berikutnya dalam tahun takwim yang bersangkutan.

2. Pemotong Pajak berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran pada SPT Tahunan dengan PPh 21 yang terutang untuk bulan pada waktu dilakukan perhitungan tahunan dan jika masih ada sisa kelebihan, maka diperhitungkan untuk bulan-bulan lainnya dalam tahun berikutnya.

3. Pemotong PPh Pasal 21 dan Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke KPP sesuai dengan ketetentuan yang berlaku.

4. Pegawai, Penerima Pensiun berskala, serta bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) wajib membuat surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada akhir tahun kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya kepada pemotong pajak pada saat mulai bekerja atau mulai pension.

5. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga pegawai, penerima pension berskala dan bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkan kepada Pemotong PPh Pasal 21 paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya.

(37)

6. Pemotong PPh Pasal 21 wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan kalender.

7. Dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh Pasal 21 yang terutang, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21.

8. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 dan memberikan bukti pemotongan tersbut kepada penerima penghasilan yang dipotong pajak.

3.7 Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 3.7.1 Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, yang termasuk objek pajak penghasilan :

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pension, honorarium, premi bulanan, uang lembur, premi asuransi, hadiah, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun.

b. Penghasilan yang diterima secara tidak teratur berupa tunjangan hari raya, tantien, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan lainnya yang bersifat tidak tetap.

c. Upah harian, mingguan, satuan, dan upah borongan.

(38)

d. Uang tebusan pensiun, pesangon, tabungan hari tua, dan pembayaran lain yang sejenis.

e. Honorarium, hadiah, penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

3.7.2 Subjek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

Adapun yang menjadi subjek pajak penghasilan yang dipotong PPh 21 adalah Orang Pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan :

a. Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis.

b. Pegawai tetap adalah Orang Pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau dewan komisaris atau anggota dewan yang mengelola perusahaan secara langsung.

c. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri yang memperoleh gaji, honorarium, dan atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan jasa atau kegiatan.

3.8 Pengurangan yang diperoleh dalam menghitung PPh Pasal 21 bagi karyawan tetap

3.8.1 Biaya Jabatan

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 3 UU No 7 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No 10 tahun 1994 dan diubah

(39)

kembali menjadi UU No 36 tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% dikali dengan penghasilan Bruto.

Di dalam peraturan Menteri Keuangan RI No 250/PMK.03/2008 di dalam Pasal 1 ayat 1 memutuskan bahwa hasil perhitungan antara penghasilan bruto dengan ketentuan tariff yang ditetapkan, biaya jabatan setinggi- tingginya Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp. 500.000,00 sebulan.

3.8.2 Biaya Pensiun

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 3 UU No 7 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No 10 tahun 1994 dan diubah kembali menjadi UU No 36 tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% dikali dengan penghasilan Bruto.

Didalam Peraturan Menteri Keuangan RI No. 250/PMK.03/2008 di dalam Pasal 1 ayat 2 memutuskan bahwa perhitungan antara penghasilan bruto dengan tariff yang ditetapkan, biaya pensiun setinggi-tingginya Rp 2.400.000,00 setahun atau Rp 200.000,00 sebulan.

3.9 Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam rangka pemotongan PPh Pasal 21 Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan RI PMK.122/PMK.010/2015 . Besaran PTKP yang diberlakukan sebagai dasar perhitungan PPh orang pribadi untuk tahun pajak 2015 sejak tanggal 1 Januari 2015 adalah :

(40)

Tabel 3.1

PTKP Setahun Sebulan

Wajib Pajak Orang Pribadi Rp. 36.000.000,00 Rp. 3.000.000,00 Tambahan untuk WP Kawin Rp. 3.000.000,00 Rp. 250.000,00 Tambahan untuk tanggungan Rp. 3.000.000,00 Rp. 250.000,00 Tambahan apabila penghasilan

istri digabung dengan suami

Rp. 36.000.000,00 Rp. 3.000.000,00

3.10 Tarif Pajak Penghasilan

Tarif PPh Pasal 21 dijelaskan pada pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015. Tarif PPh 21 berikut ini berlaku pada Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Tabel 3.2

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Penghasilan sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5%

Penghasilan diatas Rp. 50.000.000,00 s/d Rp. 250.000.000,00 15%

Penghasilan diatas Rp. 250.000.000,00 s/d Rp.

500.000.000,00

25%

Penghasilan diatas Rp. 500.000.000,00 30%

(41)

3.11 Cara Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Cara menghitung pajak penghasilan pasal 21 atas penghasilan teratur pegawai tetap :

1. Penghasilan netto sebulan dicari dengan mengurangkan penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pensiun, tunjangan hari tua, kemudian disetahunkan.

2. Apabila Wajib Pajak mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan netto disetahunkan dengan mengalihkan penghasilan netto sebulan dengan banyaknya bulan sejak Wajib Pajak mulai bekerja sama sampai dengan Desember.

3. Penghasilan netto disetahunkan selanjutnya dikurangi PTKP untuk memperoleh PKP kemudian menghtiung PPh 21 setahun, dengan mengalikan PKP dengan tarif.

4. Untuk memperoleh PPh 21 sebulan atas penghasilan, jumlah PPh 21 setahun dibagi dengan banyaknya bulan wajib pajak bekerja.

5. Tarif yang ditetapkan adalah tarif pasal 17 UU PPh tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 36 tahun 2008.

Berikut ini adalah contoh penghitungan PPh 21 terhadap pegawai tetap : Tuan Richard Status menikah dengan satu anak (K/1) bekerja pada PT.

Anugerah Abadi dengan memperoleh gaji perbulan Rp. 4.500.000, PT.

Anugerah Abadi masuk program Jamsostek, Premi asuransi kecelakaan

(42)

dan Rp. 60.000 disamping penanggung kerja menanggungiuran pensiun yang dibayarkan ke yayasan dan iuran THT masing-masing Rp. 30.000 dan Rp. 20.000.

Penghitungan PPh Pasal 21 Tuan Richard berdasarkan PTKP 2015

Gaji Sebulan : Rp. 4.500.000

Premi Asuransi Kecelakaan Kerja : Rp. 150.000 Premi Asuransi Kematian : Rp. 60.000+

Penghasilan Bruto : Rp. 4.710.000 Pengurangan :

1. Biaya Jabatan :

5% x Rp. 4.710.000 = Rp 235.500 2. Iuran Pensiun = Rp 30.000 3. Iuran THT = Rp 20.000+

Rp. 285.500- Penghasilan Netto sebulan Rp. 4.424.500 Penghasilan Netto setahun 12 x Rp. 4.424.500 = Rp. 53.094.000 PTKP :

a. Untuk WP sendiri : Rp. 36.000.000 b. Untuk WP kawin : Rp. 3.000.000 c. Tambahan 1 anak : Rp. 3.000.000+

Rp. 42.000.000- Penghasilan Kena Pajak Rp. 11.094.000

(43)

PPh Pasal 21 Terutang setahun : 5% x Rp. 11.094.000 = Rp. 554.700

Rp. 554.700/12 bln = Rp. 46.225/per bulan.

(44)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

4.1 Prosedur Pemungutan/Pemotongan dan Pelaporan Pajak Pengasilan (PPh) Pasal 21 terhadap pegawai tetap CV Sarana Sumber Sejahtera . Adapun pemungutan/pemotongan dan pelaporan PPh pasal 21 terhadap pegawai tetap CV Sarana Sumber Sejahtera adalah :

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan undang-undang Nomor 16 Tahun 2009

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

3. Keputusan Menteri Keuangan RI No.521/KMK.04/1998 yang berubah menjadi Keputusan Menteri Keuangan RI No.250/PMK.03/2008 Tentang biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

4. Keputusan Menteri Keuangan RI No.541/KMK.04/2000 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, tempat pembayaran pajak, tata cara pembayaran,penyetoran dan pelaporan pajak serta tata cara angsuran dan penundaan pajak.

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak

(45)

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan,jasa,dan kegiatan Orang Pribadi.

4.2 Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera.

4.2.1 Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

Objek pajak penghasilan PPh Pasal 21 terhadap pegawai kantor CV Sarana Sumber Sejahtera adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh baik penghasilan secara teratur maupun penghasilan yang diterima secara tidak tetap antara lain bonus dan tunjangan hari raya.

4.2.2 Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

Subjek pajak penghasilan pasal 21 terhadap CV Sarana Sumber Sejahtera adalah karyawan tetap kantor CV tersebut yang melakukan pekerjaan berdasarkan surat ketetapan yang ditentukan pimpinan dengan menerima atau memperoleh gaji yang telah ditentukan berdasarkan jabatan dan golongan karyawan.

4.3 Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terhadap pegawai tetap CV Sarana Sumber Sejahtera.

Dalam menghitung pajak PPh Pasal 21 pegawai kantor CV Sarana Sumber Sejahtera masih menggunakan system manual yang dilakukan bagian keuangan kantor dengan penyelesaian secara komputerisasi oleh pegawainya untuk kelengkapan administrasinya. Dari interview yang dilakukan selama penelitian

(46)

tetap yang menerima gaji tunjangan umum,tunjangan jabatan,tunjangan hari raya,dan tunjangan lainnya.

Cara pemungutan PPh Pasal 21 terhadap pegawai Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera adalah :

1. Melalui gaji pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan tersebut maka dapat diperoleh penghasilan bruto selama sebulan.

2. Untuk mendapatkan penghasilan netto dapat dicari dengan cara memperhitungkan gaji pokok, tunjangan anak istri,tunjangan jabatan, serta tunjangan lainnya.

3. Kemudian dipotong dengan biaya jabatan yang diperbolehkan, Iuran pensiun, dan iuran lain-lain kemudian didapatkan penghasilan sebulannya.

4. Untuk mengetahui berapa jumlah penghasilan netto pegawai setahun, penghasilan netto sebulan dikalikan dengan 12 bulan.

5. Kemudian penghasilan netto pegawai tetap setahun dikurangi dengan PTKP yang sesuai dengan status dan tanggungan pribadi tersebut maka diketahuilah PKP yang merupakan dasar perhitungan PPh Pasal 21 terhadap pegawai kantor CV Sarana Sumber Sejahtera dan seterusnya dikalikan dengan tarif UU No. 17 Tahun 2000 yang telah mengalami perubahan sehingga diketahuilah seberapa besar jumlah PPh Pasal 21 setahun ataupun perbulannya dengan membagi dengan 12 bulan.

(47)

Dari pengamatan yang penulis lakukan selama menjalani masa penelitian di perusahaan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa pemungutan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Perpajakan. Kantor sebagai pemungut melakukan setiap bulannya terhadap gaji karyawan tetapnya.

Perhitungan pajak penghasilan pasal 21 pegawai kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Bulan Januari 2015

CV SARANA SUMBER SEJAHTERA (NPWP : 74.294.990.2- 112.000) mempunyai 12 Pegawai tetap, pada Januari 2015 membayar gaji dengan rincian sebagi berikut :

Tabel 4.3 No

. NPWP Nama Gaji Status

1 73.507.847.9-112.000 Firman Gultom 5.000.000 K/2 2 73.474.807.9-112.000 Lidya Purba 4.000.000 K/- 3 73.527.707.8-112.000 Jefri Susanto 4.000.000 K/- 4 72.337.887.9-112.000 Joko Susilo 3.500.000 K/1 5 70.111.990.9-112.000 Agung Handoko 3.500.000 TK/- 6 71.330.847.9-112.000 Agus Ginting 3.500.000 TK/- 7 73.509.847.9-112.000 Robert Parapat 3.500.000 TK/- 8 66.307.947.9-112.000 Rendra Sijabat 3.250.000 TK/- 9 70.109.556.8-112.000 Bambang Putra 3.250.000 TK/- 10 71.205.880.8-112.000 Rosa Sinaga 3.250.000 TK/- 11 71.207.770.8-112.000 Samsul 3.250.000 TK/- 12 73.200.657.9-112.000 Ahmad 3.250.000 TK/-

(48)

Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji tersebut di atas adalah sebagai berikut : Penghitungan

Pajak Terutang 1

. Firman Gultom a. Gaji

5.000.0 00

b. Pengurang –

Biaya Jabatan 5% x Rp 5.000.000,- =

250.0 00

c.

Penghasilan netto sebulan

4.750.0 00

d.

Penghasilan netto setahun

Rp 4.750.000,- x 12

57.000.0 00

e. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) –

untuk diri

sendiri =

36.000.0 00

tambahan

WP Kawin =

3.000.0 00

– tanggungan 3

2 x Rp 3.000.000,- =

6.000.0 00

45.000.0 00

(49)

f.

Penghasilan Kena Pajak Setahun

12.000.0 00

g.

PPh Pasal

21Terutang Setahun

5% x Rp 12.000.000,

- 600.000

h.

PPh Pasal

21Terutang Sebulan –

Rp 600.000 ,- : 12

50.00 0

2

. Lidya Purba

a. Gaji

4.000.0 00

b. Pengurang –

Biaya Jabatan 5% x Rp 4.000.000,- =

200.0 00

c.

Penghasilan netto sebulan

3.800.0 00

d.

Penghasilan netto setahun

Rp 3.800.000,- x 12

45.600.0 00

e. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

(50)

untuk diri

sendiri =

36.000.0 00

tambahan

WP Kawin =

3.000.0 00

39.000.0 00

f.

Penghasilan Kena Pajak Setahun

6.600.00 0

g.

PPh Pasal

21Terutang Setahun

5% x Rp

6.600.000,- 330.000

h.

PPh Pasal

21Terutang Sebulan

Rp 330.000, - : 12

27.50 0

Dst.

.

CV SARANA SUMBER SEJAHTERA (NPWP : 74.294.990.2-112.000) mempunyai 4 pegawai tidak tetap atau menerima upah harian :

(51)

Tabel 4.4

No Nama

Upah Harian 1 Marudut Tambunan 125.000 2 Bagas Sijabat 125.000 3 Ricky Siregar 125.000

4 Jhansen 125.000

Penghitungan PPh Pasal 21 terhadap pegawai tidak tetap atau menerima upah harian

Marudut Tambunan dengan status belum menikah pada bulan Januari 2015 bekerja sebagai buruh harian CV Sarana Sumber Sejahtera . Ia bekerja selama 11 hari dan menerima upah harian sebesar Rp. 125.000,00. Status Marudut belum menikah dan tidak memiliki tanggungan.

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:

Upah Sehari Rp. 125.000 x 11 hari Rp. 1.375.000,00

PTKP Sebulan Rp. 3.000.000,00-

PKP Rp. 0,00

(52)

PPh Pasal 21 Sehari NIHIL

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 telah ditetapkan bahwa PTKP Sebulan adalah Rp. 3.000.000 sehingga jika di lihat dari situasi diatas, bapak Marudut Tambunan tidak dibebankan PPh Pasal 21 sehari karena PTKP yang ditetapkan lebih besar dibandingkan upah sehari Marudut.

Kewajiban Bendahara/Manajer Keuangan atas pajak terutang tersebut adalah : 1. memotong PPh Pasal 21 terutang

2. menyetorkan ke bank/kantor pos paling lama tanggal 10 bulan berikutnya

3. melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 paling lama tanggal 20 bulan berikutnya

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Medan dilakukan dengan cara mengumpulkan semua penghasilan yaitu gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan beras, bonus dan lain-lain dikurangkan dengan pengurangan yang diperkenankan antara lain iuran pensiun, biaya jabatan dan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang kemudian diperoleh Penghasilan Kena Pajak.

2. Pegawai Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Medan bagian keuangan setelah melakukan perhitungan dan pemungutan/pemotongan PPh Pasal 21 maka akan selanjutnya akan disetorkan Ke Bank.

3. Pegawai Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Medan bagian Keuangan telah melakukan prosedur perpajakannya dengan baik sehingga mampu menghindari dari upaya-upaya pelanggaran hukum, dalam hal ini Undang- Undang Perpajakan.

4. Kesalahan yang mungkin dilakukan oleh Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Medan telah dapat diatasi atau diantisipasi oleh pihak Pegawai Perusahaan tersebut, contohnya kesalahan yang sering terjadi yaitu pegawai yang berstatus kawin, maka Pegawai Administrasi benar memperhatikan keadaan karyawan dan benar-benar mengetahui peraturan perundang-

(54)

46

5. Prosedur pelaporan PPh Pasal 21 oleh Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Medan adalah setelah seluruh PPh Pasal 21 atas Pegawai dihitung, selanjutnya melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Kantor Perusahaan tersebut terdaftar dengan menggunakan SPT (Surat Pemberitahuan), dimana untuk menghitung dan pembayaran masa pajak tertentu dilaporkan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajaknya berakhir.

5.2 Saran

1. Mengingat peraturan perundang-undangan perpajakan di Indonesia ini sering mengalami perubahan, diharapkan kepada pihak Pegawai Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Medan akan dapat menghitung Pajak Penghasilannya atas PPh Pasal 21 dengan benar tanpa mengalami kesalahan-kesalahan yang melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Diharapkan pihak Pegawai Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Medan agar dapat meningkatkan ketelitian dan pengawasan dalam penghitungan, pemungutan/pemotongan, penyetoran serta pelaporan PPh Pasal 21 berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku sehingga nantinya tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti sanksi berupa denda dan sebagainya.

3. Diharapkan lagi Pegawai Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Medan untuk meningkatkan lagi fasilitas penunjang dalam melaksanakan prosedur

(55)

47

pemungutan dengan teknologi otomatis seperti proses komputerisasi dalam pemotongan gaji karyawan/pegawai sehingga meminimalisasikan kesalahan dibanding secara manual oleh pihak yang berwenang.

4. Sebaiknya Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Medan khususnya di Bagian Administrasi agar memperhatikan status perkawinan karyawan/pegawai dalam menetapkan PTKP, apakah pegawai tersebut berstatus kawin atau tidak atau mempunyai tanggungan atau tidak sehingga karyawan/pegawai tidak dirugikan dalam pengenaan pajaknya.

5. Dengan dikeluarkannya Pasal 21 UU PPh Tahun 2008, maka sangat baik apabila Kantor CV Sarana Sumber Sejahtera Medan menghimbau kepada pegawainya atas pentingnya Nomor Poko Wajib Pajak(NPWP), hal ini dikarenakan apabila seorang pegawai tidak memiliki NPWP maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa tarif pajak sebesar 20% setahunnya.

(56)

48

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Swandy, Erly. 2013. Hukum Pajak Edisi V,Salemba Empat, Jakarta

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007, tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Sihaloho, Cyrus, 2006, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soemitro, Rochmat, Dasar-dasar Hukum Pajak Pendapatan 1994, PT Eresco, Bandung, 1992

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilam (PPh).

Keputusan Menteri Keuangan RI No. 521/PMK/2008 Tentang Jabatan dan Dana Pensiun.

Peraturan Menteri Keuangan RI No. 250/PMK/2008 Tentang Biaya Jabatan dan Dana Pensiun.

Peraturan Menteri Keuangan No. 122/PMK.010/2015 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.

(57)

LAMPIRAN I

STRUKTUR ORGANISASI CV SARANA SUMBER SEJAHTERA

Supervisior Supervisior

Gudang Direktur

Administrasi

Manajer Keuangan Akuntansi Manajer

Operasional

& Logistik Manajer

Penjualan

Taking Order

Task Force Kanvas

Pengiriman

Driver TO

Driver Kanvas

Entry Data

Staff Staff Staff

(58)

LAMPIRAN II

Daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber :

1. Dapatkah anda jelaskan mengenai sejarah dan latar belakang berdirinya perusahaan tersebut?

2. Apakah visi dan misi perusahaan tersebut?

3. Dalam bidang apa perusahaan ini bergerak dan produk apa yang ditawarkan

?

4. Bagaimana tata cara pemungutan/pemotongan pajak penghasilan pasal 21 terhadap pegawai tetap perusahaan tersebut?

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) pemilihan lokasi gudang dengan menggunakan metode Brown Gibson ini memberikan hasil, yaitu alternatif akan menjadi prioritas tertinggi

Audit harus menyatakan opini tidak wajar ketika auditor setelah melakukan pemeriksaan memperoleh bukti yang cukup dan tepat kemudian menyimpulkan bahwa ada kesalahan penyajian,

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran (size) perusahaan dan waktu penutupan akhir tahun buku secara statistik berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu

Selain itu dapat juga dilakukan dengan menggunakan perhitungan dengan persamaan sebagai berikut : KVA = I x kV (2.24) maka : kV KVA I = (2.25) Drop tegangan akan

Hasil tersebut memperlihatkan juga bahwa, meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan pada karakteristik keterampilan berpikir kreatif secara umum antara subjek

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dan media audio visual pada materi struktur dan

Tujuan kajian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara motivasi, persekitaran kerja, kerja berpasukan dan kepimpinan terhadap kepuasan pekerja di kalangan pekerja

yang paling bertanggung jawab dalam penyediaan pelayanan pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah, pembiayaan, dan penyediaan