• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMPANAN KARBON DAN PERBANDINGAN KARBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SIMPANAN KARBON DAN PERBANDINGAN KARBON"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SIMPANAN KARBON

DAN PERBANDINGAN KARBON PADA KELAS DIAMETER POHON

DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

Abdulah Sayyid Ayyash, Irsyad Hanafi, Shandy Destiadi, Muhammad Adi Rini, Ayu Azrina Rachman, Adinda Syeila Putri

Ekologi Hutan Tropika Program Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung

Abstrak: Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, memiliki kawasan Hutan primer dataran rendah yang cukup luas di daerah Kabupaten Tanggamus, diduga Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki simpanan karbon total sebesar 332,42 ton/ha. Apabila diasumsikan simpanan karbon sebesar 332,42 ton/ha, maka seluruh kawasan TNBBS diperkirakan memiliki simpanan karbon sebesar 118.607.456 ton. Hutan di

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki diameter pohon yang beragam sehingga kandungan simpanan karbon pada setiap kelas diameter pohon berbeda.

PENDAHULUAN

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) memiliki luas sekitar 356.800 hektar, terletak di Kabupaten tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung dan Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu (TNBBS, 2015). Pada tahun 1935 asal mula kawasan TNBBS adalah Kawasan Suaka Margasatwa yang ditetapkan melalui Besluit van der Gouvernour-Generat van Nederlandseh Indie No 48 stbl. 1935, dengan nama SSI (Sumatra Selatan I) (TNBBS, 2015). Pada tanggal 14 Oktober 1982 Kawasan Suaka Margasatwa Sumatera Selatan I dinyatakan sebagai kawasan TNBBS melalui Surat Pernyataan (SP) Menteri Pertanian No. 736/Mentan/ X/1982. Pada tahun 2004, TNBBS di tetapkan oleh UNESCO pada sidang komisi warisan dunia sebagai Situs Warisan Gugusan Pegunungan Hutan Hujan Tropis Sumatra (Cluster Mountainous Tropical Rainforest Herritage Site of Sumatera) bersama dengan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNBBS, 2015).

Tumbuhan yang menjadi ciri khas TNBBS adalah bunga bangkai jangkung (Amorphophallus decus-silvae), bunga bangkai raksasa (A. titanum) dan anggrek raksasa/tebu (Grammatophylum speciosum) (TNBBS, 2015). Tinggi bunga bangkai jangkung dapat mencapai lebih dari 2 meter (TNBBS, 2015). TNBBS merupakan habitat

dari beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), tapir (Tapirus indicus), ungko (Hylobates agilis), siamang (H. syndactylus syndactylus), simpai (Presbytis melalophos fuscamurina), kancil (Tragulus javanicus), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) (TNBBS, 2015). Keanekaragaman Tumbuhan dan Kawasan Hutan Hujan Tropis yang terdapat pada TNBBS berpengaruh terhadap cadangan karbon yang dimiliki TNBBS. Dengan wilayah 356.800 hektar menjadikan TNBBS berfungsi sebagai daerah penyimpan Karbon di Indonesia. Salah satu aspek yang dapat kita teliti adalah besarnya cadangan karbon yang terdapat pada TNBBS, sehingga kita mengetahui seberapa besar potensi carbon yang dimiliki TNBBS. Seperti yang kita tahu perdagangan karbon sedang menjadi Trend di mata International, maka kita bisa mendapatkan keuntungan materi dari hutan tanpa merusak hutan.

Penilitian ini dilakukan untuk mengetahui simpanan karbon di TNBBS dan kita bandingkan dengan cadangan karbon di tempat lain, serta untuk mengetahui daya simpan karbon pada pohon berdasarkan kelas diameter.

(2)

Penelitian dilakukan di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang terletak di provinsi Provinsi Lampung dan Bengkulu. Kawasan ini membentang di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat yang ada di provinsi Lampung serta Kaur yang ada di Provinsi Bengkulu dengan luas total 356.800 Ha, yang secara geografis berada pada 4o29’-5o57’ LS dan

103o24’-104o44’ BT (TNBBS, 2014). Tipe

ekosistem penyusun Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dibedakan menjadi hutan pantai, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan bukit, hutan hujan pegunungan bawah, hutan hujan pegunungan tinggi dan cagar alam laut;Ekosistem hutan hujan dataran rendah > 40 % nya mendominasi kawasan TNBBS dan merupakan luasan tertinggi (TFCA, 2014). Kawasan ini memiliki curah hujan per tahunnya adalah 2903 mm (MarkSim, 2015) dan rata-rata suhu harian 26,14 oC, intensitas

cahaya 377,75 lux, kelembaban udara 82,5 %, pH tanah 6,36, kelembaban tanah 61,75 %, suhu tanah 23,84 oC, kandungan organik tanah

24,31 %, kandungan mineral tanah 75,69 % dan bobot isi sebesar 0,4 gram/cm3.

Pengambilan data dilakukan di Hutan Primer dataran rendah dengan metode plot sebanyak 8 plot besar berbeda yang masing-masing berukuran 20m x 20m untuk stok karbon pohon dan tanah serta 16 plot kecil berbeda yang masing-masing berukuran 1m x 1m dimana setiap plot besar terdapat 2 plot kecil untuk stok karbon tumbuhan bawah termasuk serasah dalam hutan TNBBS.

Gambar 1. Taman Nasional Bukit barisan Selatan menggunakan citra satelit.

Pengambilan data stok karbon pohon, destruktif dan tanah.

Data stok karbon pohon diambil dengan metode non-destruktif, mengambil data DBH atau diameter setingggi dada pada pohon yang kemudian digunakan untuk allometrik biomassa. DBH pohon yang diambil berada pada plot berukuran 20 m x 20 m dengan jumlah 8 pada tempat yang berbeda-beda. Pengukuran DBH pohon dilakukan dengan pita ukur yang kemudian dililitkan pada batang utama dan dilihat angkanya sehingga didapatkan nilai keliling yang kemudian kita bisa mendapatkan data DBH dengan rumus keliling lingkaran.

Gambar 2. Pengukuran DBH abnormal. (A) Jika pohon berada dikemiringan tertentu, DBH diukur pada 1,3 m sisi tertinggi (B) Jika 1,3 m batang bercabang diukur keduanya dan dijumlahkan (C) jika ditemui kelainan batang pada 1,3 m, DBH diukur 0,5 m di atas kelainan batang (D) dan (E) jika struktur akar melebihi 1,3 m, DBH diukur 0,5 m di atas batas akar (Weyerhaeuser dan Tennigkeit, 2000).

Jika pohon mempunyai banir yang besar, maka pengukuran DBH diatas banir dengan memanjat terlebih dahulu banir pohon menggunakan tangga (Tennent, 2009).

Data stok karbon tanah diambil dengan mencuplik tanah di dalam plot 20m x 20m sebanyak 1 kali di masing-masing 8 plot menggunakan alat core sampler yang memunyai diameter 7,6 cm dan tinggi 3,7 cm. Sampel tanah yang telah diambil kemudian ditimbang berat segar tanah, lalu sampel dioven dengan suhu 105 oC dan kemudian

(3)

berukuran 1m x 1m yang terletak di dalam plot besar, kemudian setiap tumbuhan dan serasah yang ada di dalam plot kecil diambil secara destruktif dan dimasukkan ke dalam kantung. Sampel yang telah diambil, ditimbang berat segarnya, kemudian dioven dan ditimbang berat keringnya.

Gambar 3. Pohon dengan banir yang tinggi (Tennent, 2009)

Mikrokilmat dan Edafik

Pada setiap plot besar dilakukan pengambilan data mikroklimat dan edafik sebanyak 2 kali pengulangan kecuali untuk pencuplikan tanah core sampler . Data mikroklimat dan edafik yang diambil melingkupi intensitas cahaya (Lux Meter), kelembaban serta suhu udara (Sling Psycrometer), pH tanah serta kelembaban tanah (soil tester), dan suhu tanah (Weksler), bobot isi tanah (core sampler), kandungan oranik dan mineral tanah (auger). Pengolahan Data

Estimasi biomassa pohon dapat menggunakan persamaan alometrik umum yang dapat digunakan untuk berbagai spesies. Data yang diperoleh adalah DBH dan wood density yang berdasarkan database ICRAF yang kemudian digunakan untuk alometrik biomassa. Menurut Katterings et. al. (2000), alometrik yang digunakan untuk menghitung biomassa sebagai berikut.

B

=

0,11

ρ D

2+0,62 Persamaan 1 B adalah biomassa (kg/pohon), ρ adalah wood density (gram/cm3), dan D adalah DBH (cm).

Biomassa tumbuhan bawah (termasuk serasah) pada luas area tertentu dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (Subedi dkk., 2010): karbon pada setiap vegetasi diperoleh melalui konversi biomassa yang dikalikan dengan angka IPCC, yaitu 0,47 (Subedi dkk., 2010).Sementara itu, kandungan karbon organik tanah (SOC) dapat diperoleh dari persamaan berikut (Subedi dkk., 2010).

SOC

=

BD x d x %C

Persamaan 3

Dengan BD adalah bobot isi tanah (g/cm3), d

adalah kedalaman pencuplikan tanah (cm) dan % C adalah konsentrasi karbon (%) = 58 % materi organik tanah

Simpanan karbon total pada suatu ekosistem dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut (Subedi dkk., 2010).

C

T

=

C

p

+

C

TB

+

SOC

Persamaan 4

Dengan CT adalah simpanan karbon total (ton/

ha), Cp adalah simpanan karbon pohon (ton/ha)

(4)

ha maka seluruh kawasan TNBBS ditaksir memiliki simpanan karbon sebesar 118.607.456 ton. Apabila kita asumsikan harga karbon sebesar Rp. 60.000/ton berdasarkan harga carbon menurut Forest Trends Ecosystem Market Place (2014) dalam Kossoy (2014), Dapat disimpulkan bahwa harga karbon di TNBBS ditaksirkan Rp. 19.945.200 /ha. Jika Indonesia dapat memanfaatkan potensi karbon yang tersimpan dalam hutan, Indonesia dapat menjaga hutan tetap lestari dan konservasi di hutan di Indonesia berjalan lancar.

Menurut Rahayu, et al. (2007) Nilai simpanan karbon pada suatu lahan dipengaruhi oleh faktor vegetasi yang terbentuk pada lahan itu sendiri, untuk melihat faktor vegetasi pada suatu lahan kita dapat melihat deskripsi rona lingkungan pada setiap plot. sehingga dapat menyebabkan perbedaan simpanan karbon .

Tabel 1. Deskripsi Rona Lingkungan Area Pengamatan

No.

Plot Deskripsi rona lingkungan 1 Tajuk cukup rapat, hanya dibeberapa

tempat yang tembus sinar matahari 2

Kerapatan naungan tinggi, pohon-pohon didominasi oleh pohon tinggi, bagian bawah terdapat banyak serasah 3 Kerapatan tajuk tinggi, banyak serasah

bawah, tidak banyak pancang dan tiang

4

Area didominasi oleh tumbuhan pohon yang memiliki tajuk yang tebal dan rapat, tutupan lahan banyak ditumbuhi oleh semai dan serasah. Beberapa pohon di lingkupi oleh liana, area cukup ternaungi. 5

Tajuk rapat, serasah dipenuhi biji

dipterocarpaceae, terdapat nekromass yang belum terdekomposisi

6

Area hutan tertutup didominasi oleh pohon tinggi dengan liana dan lantai hutan dipenuhi oleh semai dan herba

7

Tertutup, tajuk cukup rapat tp cahaya matahari sedikit dapat masuk, lantai hutan tdk didominasi oleh rerumputan tetapi oleh semai & serasah.

8

Tajuk rapat, serasah di lantai hutan. Matahari tidak terlalu maksimal menembus kanopi hutan.

Berdasarkan deskripsi rona lingkungan pada setiap plot, dapat diambil kesimpulan bahwa Area Hutan pada plot pengamatan didominasi oleh tumbuhan Pohon yang tinggi dan memiliki tajuk yang rapat, maka dari itu sinar matahari tidak dapat menembus lantai hutan secara maksimal. Lantai hutan tidak didominasi oleh rerumputan tetapi oleh semai & serasah.

Karena lingkungan plot pengamatan sendiri didominasi oleh vegetasi berupa pohon, dari deskripsi rona lingkungan itulah dapat dikaitkan mengapa simpanan karbon dari biomassa pohon lebih besar dari simpanan karbon tanah dan biomassa tumbuhan bawah. Untuk National Green House Inventory Studies, Intergovernmental Panel of Climate Change (IPCC) merekomendasikan batas minimal stok karbon untuk hutan lembab di asia sebesar 138 ton/ha (Asri et. al, 2009) . Nilai dugaan karbon yang tersimpan di TNBBS masih berada diatas batas nilai rekomendasi batas minimal stok karbon yang dikemukakan oleh IPCC.

(5)

Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Cadangan Karbon di beberapa Tipe Hutan

Cadangan Karbon diatas permukaan tanah di hutan primer dataran rendah TNBBS berkisar antara 278.18 ton/ha. Dari perbandingan diagram batang diatas, diperoleh data kelompok dari penelitian cadangan karbon hutan primer dataran rendah TNBBS memiliki nilai terbesar. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa factor seperti perbedaan vegetasi yang ada di dalam hutan dataran rendah TNBBS. Selain itu pertambahan diameter akan menentukan jumlah karbon yang dikandung suatu vegetasi. Pertambahan diameter merupakan hasil dari fotosintesis untuk pertumbuhan ke arah horisontal. Haygreen dan Bowyer (1996) menyatakan bahwa seiring bertambahnya umur melalui pembentukan dan pembesaran sel-sel yang membelah berulang-ulang membentuk sel-sel baru yang meristematik. Selama pohon tumbuh, pohon

menambah kayu baru sehingga memperbesar diameter batang, cabang serta memperbanyak jumlah bagian-bagian pohon lainnya dimana karbon yang berasal dari CO2 tersebut diambil oleh tanaman dan disimpan dalam bentuk biomassa. Dengan bertambahnya diameter pohon maka kemampuan pohon menyimpan karbon bebas dari udara semakin tinggi. Pohon dengan diameter yang masih kecil terjadi peningkatan karbon biomassa yang relatif lambat yang selanjutnya akan semakin cepat seiring bertambahnya diameter seperti yang disajikan pada Lampiran B Tabel 6.

Perbandingan cadangan karbon dari Data Hasil Penelitian di TNBBS dengan beberapa tipe hutan

Dari gambar 4 dapat dilihat data cadangan karbon di beberapa tipe hutan di Indonesia yang sangat beragam. Hasil cadangan karbon terbesar terdapat pada hutan alam primer dataran rendah dan yang terendah pada hutan sekunder bekas kebakaran hutan. Hal ini sesuai dengan Rahayu et al. (2007) yang menyatakan bahwa perbedaan perolehan cadangan karbon di hutan alam primer dataran rendah dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi, keragaman ukuran diameternya dan sebaran berat jenis vegetasinya, dimana penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, total cadangan karbonnya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah.

Perbandingan Karbon Pohon Berdasarkan Kelas Diameter

Simpanan karbon yang terdapat pada pohon di plot penelitian diduga terdapat 80923,08 kg karbon yang tersimpan dari 81 pohon. Untuk mengetahui distribusi simpanan karbon pada setiap pohon berdasarkan kelas diameter, maka dilakukan perhitungan karbon berdasarkan kelas diameter. Untuk mengetahui perbandingan distribusi simpanan karbon pada kelas diameter dapat dilihat pada Gambar .

Perbandingan Cadangan Karbon diatas Permukaan Tanah

Hutan Alam DipterokarpaHutan Lindung Hutan Sekunder

(6)

0.00

Gambar 5. Diagram Karbon Pohon Untuk Setiap Kelas Diameter

Gambar 6. Diagram Jumlah Pohon

Dari grafik diatas didapatkan bahwa simpanan karbon yang terdapat pada kelas diameter 0 – 30 cm adalah 7092,84 karbon kg dengan jumlah pohon 46, pada kelas diameter 30 – 60 cm adalah 18.554,62 karbon kgdengan jumlah pohon 27, pada kelas diameter 60 – 90 cm adalah 12.055,44 karbon kg dengan jumlah pohon 5 , pada kelas diameter 90 -120 adalah 7.832,01 karbon kg dengan jumlah pohon 2, dan pada kelas diameter lebih dari 120 cm adalah 32.765,00 karbon kg dengan jumlah pohon 1. Kelas diameter lebih dari 120 cm mempunyai simpanan karbon yang sangat tinggi dibandingkan dengan kelas diameter lainnya, padahal pada kelas diameter ini hanya terdiri dari satu pohon yang berdiameter 203 cm, sesuai dengan pernyataan Afiati (2013) bahwa semakin besar dbh semakin besar pula nilai biomassa suatu pohon.

Kesimpulan

Karbon yang diduga tersimpan di TNBBS berkisar 332,42 ton/ha, maka seluruh kawasan

TNBBS ditaksir memiliki simpanan karbon sebesar 118.607.456 ton. Distribusi simpanan karbon berdasarkan kelas diameter didapatkan bahwa kelas diameter lebih dari 120 cm mempunyai simpanan karbon yang sangat tinggi dibandingkan dengan kelas diameter lainnya, padahal pada kelas diameter ini hanya terdiri dari satu pohon yang berdiameter 203 cm.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih ini ditujukan kepada Dr. Endah Sulistyawati dan Dr. Yoyo Suhaya beserta jajaran dosen dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Pengelola Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Tanggamus.

Daftar Pustaka

Haygreen, J.G. dan Bowyer. 1997. HasilHutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Hadikusumo SA, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Forest Product and Science Wood Introduction.

Katterings, Quirine M., Richard Choe, Meine van Noorwidjk, Yakub Ambagau dan Cheryl A. Palm. 2000. “Reducing Uncertainty in the Use Allometric Biomass Equations for Predicting Above-Ground Tree Biomass in Mixed Secondary Forests”. Forest Ecology and Management 146(2001): 199-209. Kossoy, Alexandre et. al. 2014. State and

Trends of Carbon Pricing. The World Bank. Washington D.C., USA.

MarkSim. 2015. “MarkSim® DSSAT weather

file generator”.

http://gisweb.ciat.cgiar.org/MarkSimGC M/. (diakses tanggal 23 April 2015 pukul 13:45 WIB)

Mika, Asri et. al. Peran Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (TNBBR) Dalam Penyimpanan Karbon dan Implikasinya Bagi Pengurangan Pemanasan Global. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

(7)

atas Permukaan Tanah pada berbagai sistem Penggunaa Lahan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Bogor. World Agroforestty Centre.

Rahayu, S., B. Lusiana dan M. Van

Noordwijk. 2007. Sistem Penggunaan Lahan di Kabupeten Nunukan, Kalimantan Timur.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2014. “Keanekaragaman Flora dan Fauna di TNBBS”. tnbbs.org/web/artikel158- Keanekaragaman-Flora-dan-Fauna-di-TNBBS.html. (diakses tanggal 28 April 2015 pukul 20:10 WIB).

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2015. Sejarah dan Status. www.tnbbs.org. (Diakses pada tanggal 25 April 2015 pukul 19:20 WIB).

Tennent, Robert B. 2009. Forest Biometic Guidelines. Finland : Banana Industry Trust.

TFCA. 2014. “Bukit Barisan Selatan”. http://www.tfcasumatera.org/bukit-barisan-selatan/. (diakses tanggal 29 April 2015 pukul 18.05 WIB).

Weyerhaeuser, H. dan Tennigkeit, T. 2000. Forest inventory and monitoring manual. Chaiang Mai : HBS-ICRAF-CMU.

Subedi, B.P., S.S. Pandey, E.B. Rana, S. Bhatterai, T.R Banskota, A. Charkamar, dan R. Tamrakar. 2010. Forest Stock Measurement: Guidelines for Measuring Carbon Stocks in Community-Managed Forest. Kathmandu : International Centre for Integrated Mountain Development (ICIMOD), Federation of Community Forest Users Nepal (FCFUN), dan Asia Network for Sustaibanle Agriculture and Bioressources (ANSAB).

LAMPIRAN A

DATA MENTAH NAMA SPESIES, DBH, DAN, MASSA JENIS

PADA PLOT PENILITIAN

Tabel 1. Spesies Pohon

NO NAMA SPESIES DBH(cm) Kayu (g/cm3)Massa Jenis 1 Actinodame glabra 23,57 0,61 2 Ageratum conizoides 26,75 0,61

3 Aglaia odorathisima

24,04 0,7613 19,43 0,7613 29,94 0,7613

4 Aglaia sp, 23,88 0,7613

100,03 0,7613 5 Alangium giferti 44,90 0,6836

6

Bielschmiedia lucidula 31,20 0,535

49,36 0,535

30,25 0,535

(8)

9 Calamus sp 35,35 0,5 10 Canarium decumanum 35,45 0,4206 11 dentriculatumCanarium 34,55 0,5583 12 Canarium sp, 28,98 0,5656 13 Clema purpurea 23,88 0,61 14 Dielschmiediadiktionoa 41,38 0,583

15 Dillenia excelsa

41,97 0,72

33,12 0,72

28,50 0,72

69,74 0,72

66,87 0,72

20,70 0,72

16 Diospyros macrophylla 27,42 0,7583 46,50 0,7583 17 Dipterocarpus histrix 42,99 0,7194 18 Disoxylum couliforum 30,89 0,715 19 Dracontomelon dawo 34,17 0,6153 45,86 0,6153 20 Dysoxylum aliaceum 85,03 0,6247 21 macrophylla Dysoxylum 25,89 0,6437

22 Edenaceeae 22,62 0,7573

23 Elaeocarpaceae 33,13 0,5488

24 Endriadra rubescens 29,78 0,7

25 Ficus virens 35,51 0,441

26 Garcinia forbessi 23,88 0,7951 54,46 0,7951 27 Glochidion sp 26,59 0,6069

28 Glocidion obscurum

52,54 0,6069 22,29 0,6069 26,27 0,6069 29 Glycosmis pentaphylla 47,77 0,5895 30 Knema laurina 65,92 0,5233 27,06 0,5233 31 Lithocarpus hystrix 49,36 0,5667 32 Lithocarpus sp,(berselang) 64,66 0,7109 33 Litocarpus sp 20,70 0,7109 44,59 0,7109 34 Litocarpus sundaicus 55,67 0,554 35 Litsea diversifolia 15,92 0,52 36 Macropanax

dispermum 30,19 0,35

37 Malothus cloribundus 21,18 0,5571

(9)

39 Nephelium cuspidatum 41,40 0,8184

40 Ovalis sp, 114,60 0,61

41 Payena accuminatisma 40,76 0,587

24,04 0,587

42 Polial rumphii 31,64 0,4908 43 Pseudovaria reticulata 49,03 0,855 44 Radermarserabracteosa 0 0,5246

45 Saurauia 1 15,92 0,339

46 Saurauia 2 55,10 0,339

24,81 0,339

47 Saurauia cauliflora 44,74 0,339 48 Shorea ovalis 204,45 0,5175 49 Simplocos cerassifolia 0,00 0,56

50 Sp 2 37,89 0,61

51 Sudu daun berselang

28,30 0,41

29,68 0,41

25,80 0,41

52 Syzigium sp,(simpur) 26,27 0,6822

Tabel 2. Spesies Pancang

No Nama Spesies dbh (cm ) massa jenis kayu (gr/cm3)

1

Aglaia odorisima

4,20 0,7613

2

Aglaia sp.

14,97 0,7613

3

Alangium giferti

14,80 0,63

4 Calamus sp

6,50 0,5

5 Dillenia aurea

11,70 0,659

11,14 0,659

4,90 0,659

8

Dillenia excelsa

20,90 0,72

9 Elaeocarpus sp. 3,80 0,51 10 Glochydion obscurum 11,14 0,6 11 Laportias candns 4,20 0,33

12 Pseudovaria reticulata

12,73 0,6

(10)

13

Sp 1

3,02 0,6

14

sp 16

12,73 0,6

15 Sp 2

17,50 0,6

9,50 0,6

16 sp 30 4,40 0,6 17 sp 7 4,10 0,6

18 sp 8

4,30 0,6

Tabernaemontana spaeocarpa

15,92 0,6

LAMPIRAN B

DATA SIMPANAN KARBON

Tabel 1.

Simpanan Karbon Tanah

Simpanan Karbon Tanah

Berat Awal (g)

Berat

Akhir (g) SOC

140,30 69,15

3,68523 6 109,76 50,99

2,88304 7 197,78 121,83

5,19505 4 133,13 61,87

3,49690 3 172,03 80,25

4,51868 3 807,51 40,51

21,2108 1 144,71 53,65

3,80107 3 130,22 64,79

3,42046 7 229,43 67,88

6,02640 9 Simpanan

karbon

54,24

Tabel 2.

Simpanan Karbon Destruktif

(Metode Destruktif)

(11)

t Sega

r (g)

Subsa mpel

(g)

t Keri

ng (g)

ssa tumb

han bawa

h (ton/h

a) 2513,

00 100,00

33,9 9

42,708 44 1226,

00 100,00 40,86 25,04718

1180,

00 100,00 37,79 22,2961

1150,

61 100,00 35,04 20,15869

1480,

00 100,00 42,58 31,5092

2094,

54 100,00 33,73 35,32442

941,2

0 100,00

33,6 1

15,816 87 809,0

0 100,00 32,68 13,21906

Simpanan Karbon (ton/

8ha 206,08

Simpanan Karbon (ton/

ha 12,11

Tabel 3.

Simpanan karbon pohon

Tabel 4.

Cadangan Karbon Di Berbagai Tipe Hutan

No

.

Tipe Hutan

Cadangan Karbon

diatas Permukaan

Tanah

Sumber

1

Hutan Alam Dipterokarpa

204,92 – 264,70

Dharmawan dan Siregar

(2009);

Samsoedin

et al.

(2009)

Hutan Lindung

211,86

Noor’an (2007)

kelas diameter biomassa jumlah karbon (kg/3200m2)

0 - 30 15.091,37 7092,94

30 - 60 39.477,92 18.554,62

60- 90 25.649,87 12.055,44

90 - 120 31.226,47 14.676,44

>120 69.713 32.765,11

jumlah total karbon pohon

181.158,6

(12)

3

Hutan Sekunder bekas Kebakaran

Hutan

7,5 – 55,3

Hiratsuka

et al

. (2006)

4

Hutan Mangrove Sekunder

54,1 – 182,5

Dharmawan dan Siregar(2009),

Dharmawan dan Siregar (2008)

5

Hutan Sekunder bekas Tebangan

171,8 – 249,1

Dharmawan

et al

. (2010)

Rahayu

et al

. (2006)

6

Hutan Alam Primer Dataran Rendah

230,10 - 264,70

Samsoedin

et al

. (2009)

7

Hutan Alam Primer Dataran Tinggi

103,16

Dharmawan (2010)

8

Hutan Sekunder Dataran Tinggi

113,20

Dharmawan (2010)

9

Hutan Gambut

200

Agus (2007)

10

Hutan Alam Gambut bekas tebangan

dan sekunder

Bekas tebangan (126,01) Sekunder (83,49)

Gambar

Gambar 2. Pengukuran DBH abnormal.
Gambar 3. Pohon dengan banir yang tinggi(Tennent, 2009)
Tabel 1. Deskripsi Rona Lingkungan Area
Gambar 5.  Diagram Karbon Pohon UntukSetiap Kelas Diameter
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tanggapan proporsi partisi karbohidrat untuk jaringan akar (ak) dan pembentukan nikotin (nik) dalam akar tanaman tembakau temanggung pada pengamatan (a) 0–30 hst, (b) 30–45 hst, (c)

Keadaan ini mendorong untuk melakukan usaha pemanfaatan limbah yang ada sebagai salah satu usaha memaksimalkan penggunaan limbah industri pengergajian sebagai alternatif

(a) selepas pihak bank membuat pembayaran berkala pertama kepada pihak pemaju/ penjual, anda akan mula membayar balik ansuran bulanan (ke arah prinsipal dan faedah) dan ini

Penyakit Jantung Koroner atau penyakit jantung iskemik adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner dan

Sampel pada penelitian ini ialah 46 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 yang diambil dengan mengunakan

Menurut Pasal 6 UU Desa, jenis desa terdiri dari Desa dan Desa Adat, penyebutan Desa atau Desa Adat disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat. Desa

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Two Stage Least Square (2SLS) sedangkan pengolahan data menggunakan software e-views 4. Hasil penelitian ini

Perjanjian Kinerja SUPM Waiheru Ambon Tahun 2020 mengalami beberapa perubahan berupa penambahan Indikator Kinerja Utama pada Sasaran Strategis Tata Kelola