• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM LITERASI SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM LITERASI SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Oleh:

Nurasiah Hasanah NIM. 13220011

Pembimbing : Muhsin Kalida, S.Ag., MA.

NIP. 19700403 200312 1 001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2017

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

Skripsi ini penulis persembahkan

Kepada kedua orang tua tercinta

Arilah dan Makmun Hasan Shadiqien

(7)

vi Artinya:

“1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. 4) yang mengajar (manusia) dengan pena. 5)Dia mengajarkan

manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S Al-‘Alaq 1-5)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul ‘Ali, (Bandung: J- ART, 2005) , hal 598.

(8)

vii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh ummatnya.

Penulis bersyukur kepada Allah SWT, karena telah diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. Selama proses penyusunan skripsi ini tentunya banyak pihak yang terlibat dan bekerjasama membantu baik informasi, saran, kritik, dan dukungan. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik meskipun masih jauh dari kata sempurna. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini:

1. Prof. Drs. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., selaku rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Dr. Nurjannah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

3. A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si selaku ketua program studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

(9)

viii

Terima kasih atas segala waktu dan ilmu yang telah diberikan.

5. Seluruh dosen prodi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang senantiasa memberikan dukungan dan berbagi ilmunya selama masa perkuliahan.

6. Seluruh staf TU prodi dan staf TU fakultas yang telah mempermudah proses administrasi bagi penulis selama perkuliahan sampai akhir studi.

7. Drs. Munjid Nur Alamsyah, MM., selaku kepala sekolah SMA Negeri 8 Yogyakarta.

8. Suwinarni, MM., (mom win) selaku ketua tim pendamping literasi SMA Negeri 8 Yogyakarta.

9. RR Yulfitri, S.Pd., Wulandari dan Edi, S.Pd selaku guru BK SMA Negeri 8 Yogyakarta yang telah bersedia menemani dan memberikan dukungan serta ilmunya.

10. Seluruh siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta yang telah memperlancar penulis selama penelitian.

11. Kakak dan adik tersayang, Arif Rahman Shadiqien, Yudi Sudiyanto, Ajat Sudrajat, Mira Efendi, Annisa Rahayu, Yovi Carendra, Kharisma Adinda, dan Muhammad Abdi Robbi yang selalu memberikan dukungan dan nasihat- nasihat baik demi kebaikanku.

(10)

ix

13. Kedua orang tua Angkatku, Ibu Sudilah dan Bapak Sulis, Simbok dan Bapak Mugi serta Mbak Rutini dan Om Supri yang selalu menyemangatiku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

14. Eva Nur Falah, kakak, teman, sahabat, dan keluarga, partner dari kecil berjuang bersama untuk menyelesaikan studi S1 ini.

15. Nur Azizah Zain dan Nurrahmah Lailatul M beserta keluarga yang senantiasa menasihati dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

16. Devi Oktaviani Asyari, partner hidup selama 3 tahun ini, sekaligus adek kesayangan yang selalu mendengarkan keluh kesah dan menguatkanku dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Seluruh keluarga yogyakarta. Ibu, bapak, Mbak Meta, Bagas, Ang Aef, Mbak Dewi dan Keponakan-keponakan kecilku yang selalu mendoakan dan menjagaku selama di jogja.

18. Seluruh keluarga Wintaos, simbok-simbokku, bapak-bapakku ,mbak dan omku yang selalu memberikan nasihat dan dukungan.

19. Teman-teman KKN sekaligus partner hidup selama satu bulan yang selalu menguatkan untuk memperjuangkan masa depan.

20. Teman-teman PPL SMA Negeri 8 Yogyakarta yang sudah berbagi ilmu dan pengalaman.

(11)

x

depan.terima kasih atas hal paling berharga yang tak mungkin bisa dibayar dengan apapun, yaitu waktu selama 4 tahun ini.

23. Anak-anak didikku, TPA Wintaos dan TPA Salak yang ada di Gunung Kidul terima kasih karena bertemu kalian bisa mengurangi penatku menghadapi skripsi ini. Terus belajar mengaji.

24. Organisasi BSM (Barisan Shiratalmustaqim) yang sudah bersedia berbagi ilmu dan waktu untuk membangun regenerasi muda-mudi dan memberikan support dalam penyelesaian skripsi ini.

Serta semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu-satu. Semoga kebaikan, jasa dan rasa yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya untuk seluruh pembaca. Aamiin

Yogyakarta, 10 Agustus 2017

Nurasiah Hasanah (13220011)

(12)

xi Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan subyek penelitian adalah guru bimbingan dan konseling, tim pendamping literasi dan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta. Sedangkan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah jenis-jenis program literasisekolah dan upaya guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang jenis-jenis program literasi sekolah dan upaya guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, serta dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu data yang telah terkumpul disusun dan diklasifikasikan sehingga dapat menjawab dari rumusan masalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis program literasi sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta terbagi dua yaitu, membaca yang meliputi membaca nonpelajaran dan membaca kitab suci, dan menulis yang meliputi menulis rangkuman dan menulis esai. Sedangkan untuk upaya guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta meliputi literasi menulis esai, bvimbingan dan konseling, dan home visit. Semua jenis kegiatan dilaksanakan di pagi hari sehingga menuntut siswa datang lebih awal. Hal inilah yang meminimalisir siswa datang terlambat pada jam pelajaran dimulai, ditambah terpenuhinya semua unsur kegiatan yang terdiri dari orang yang mengikuti kegiatan, metode, tempat, waktu dan materi kegiatan yang mendukung berhasilnya kegiatan literasi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Terdapat perubahan yang signifikan dengan adanya kegiatan literasi dan terpenuhinya semua unsur kegiatan literasi, siswa lebih disiplin dalam membaca dan menulis, serta siswa juga lebih tepat waktu datang ke sekolah.

Kata Kunci: Program Literasi Sekolah, Kedisiplinan siswa.

(13)

xii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

MOTTO ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI...xii

BAB I PENDAHULUAN... ...1

A. Penegasan Judul ...1

B. Latar Belakang ...4

C. Rumusan Masalah ...9

D. Tujuan Penelitian ...9

E. Manfaat Penelitian...10

F. Kajian Pusataka ...10

G. Kerangka Teori ...16

H. Metode Penelitian...47

I. Sistematika Pembahasan ...54

(14)

xiii

B. Sejarah Singkat ...58

C. Makna Filosofis Lambang, Visi dan Misi SMA Negeri 8 Yogyakarta ...59

D. Struktur Organisasi, Administrasi dan Supervisi Sekolah ..60

E. Kegiatan Ekstrakurikuler...68

F. Bimbingan dan Konseling ...69

G. Gambaran Umum Program Literasi Sekolah dan Kedisiplinan Siswa ...70

BAB III JENIS-JENIS PROGRAM LITERASI SEKOLAH DAN UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA...76

A. Jenis-jenis Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta ...77

B. Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kedisiplin Siswa Kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta...97

BAB IV PENUTUP...101

A. Kesimpulan...101

B. Saran ...101

C. Kata Penutup ...102

DAFTAR PUSTAKA ...104

LAMPIRAN ...107

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul

Skripsi yang berjudul “Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta” ditegaskan dengan beberapa istilah supaya tidak terjadi kesalahpahaman, yakni sebagai berikut:

1. Program Literasi Sekolah

Program adalah rancangan mengenai kegiatan serta usaha-usaha yang dijalankan.1Dalam hal ini program yang dimaksud adalah kegiatan literasi sekolah yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Yogyakarta.

Literasi sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai kegiatan ataupun aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan atau berbicara.2 Dalam hal ini literasi yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai kegiatan terutama dalam hal membaca dan menulis. Membaca meliputi membaca nonpelajaran dan membaca kitab suci, sedangkan menulis meliputi menulis rangkuman dan menulis esai.

Program literasi sekolah yang dimaksud disini adalah kegiatan yang ditujukan untuk mengasah kemampuan siswa kelas X dan XI di

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 702.

2Sutrianto, dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, (Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hal. 2.

(16)

SMA Negeri 8 Yogyakarta dalam mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui suatu kegiatan atau aktivitas membaca yang meliputi membaca nonpelajaran dan membaca kitab suci, sedangkan menulis meliputi menulis rangkuman dan menulis esai.

2. Meningkatkan Kedisiplinan

Meningkatkan adalah menaikkan, mempertinggi, memperhebat, dan atau mengangkat diri.3 Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan meningkatkan adalah suatu cara untuk menaikkan ketaatan dan kepatuhan siswa terhadap tata tertib atau peraturan sekolah.

Disiplin adalah ketaatan siswa kepada peraturan atau tata tertib.4 Dalam hal ini disiplin yang dimaksud adalah ketaatan siswa dalam melaksanakan peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dalam tata tertib yang ada di SMA Negeri 8 Yogyakarta.

Meningkatkan kedisiplinan adalah suatu cara untuk menaikkan ketaatan dan kepatuhan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta terhadap tata tertib atau peraturan membaca dan menulis serta datang tepat waktu ke sekolah.

3 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 1198.

4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 208.

(17)

3. Siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta

Siswa adalah murid.5 Maksud siswa disini adalah siswa kelas X dan kelas XI yang mengikuti kegiatan program literasi sekolah di SMA Negeri 8 Yogyakarta.

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Yogyakarta adalah sebuah lembaga pendidikan formal di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang terletak di Jalan Sidobali No.1 Muja- Muju Yogyakarta, 55165 dengan nomor telepon (0274) 513493.

Berdasarkan istilah-istilah di atas maka yang dimaksud dengan judul “Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta” adalah kegiatan sekolah ditujukan untuk mengasah kemampuan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta dalam mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui suatu kegiatan atau aktivitas membaca yang meliputi membaca nonpelajaran dan membaca kitab suci, sedangkan menulis meliputi menulis rangkuman dan menulis esai. kegiatan membaca dan menulis tersebut diharapkan dapat menaikkan ketaatan dan kepatuhan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta terhadap tata tertib atau peraturan membaca dan menulis serta datang tepat waktu ke sekolah.

5Ibid, hal. 849.

(18)

B. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan sumber daya manusia dan taraf kehidupan bangsa. Seperti tercantum dalam tujuan Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung Jawab”.6

Semakin baik pendidikan di suatu bangsa, maka semakin baik pula kualitas bangsa itu, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Secara faktual pendidikan menggambarkan kegiatan sekelompok orang seperti kepala sekolah , guru, dan siswa yang di dalamnya terjadi interaksi dalam melaksanakan pendidikan dan bekerjasama dengan orang-orang berkepentingan. Secara perspektif pendidikan ialah arahan, muatan, dan pilihan yang tepat sebagai wahana pengembangan masa depan anak didik yang tidak terlepas dari kontrol manusia sebagai pendidik. Salah satu hal yang paling berpengaruh dalam pendidikan adalah tingkat kemampuan dan kemauan membaca siswa.

Minat membaca siswa di Indonesia sangatlah rendah. Dalam panduan gerakan literasi untuk SMA dijelaskan bahwa pada tingkat sekolah menengah (usia 15 tahun ke atas) pemahaman membaca peserta didik di Indonesia (selain matematika dan sains) diuji oleh organisasi untuk kerja sama dan

6Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(19)

pembangunan ekonomi (OECD-Organization for Economic Cooperation and Development) dalam (PISA-Programme for International Student Assessment). Hasil uji menunjukkan bahwa praktik pendidikan sekolah di Indonesia belum menunjukkan fungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan warganya menjadi terampil membaca untuk mendukung mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Membaca merupakan jendela dunia, dengan membaca semua orang dapat mengelilingi dunia secara gratis, namun tidak banyak orang yang mempunyai kebiasaan membaca yang teratur. Tingkat minat membaca di Indonesia pun sangat rendah. Dalam menyikapi keprihatinan ini, maka ditetapkannya Gerakan Literasi Sekolah, seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 23 tahun 2015. Dalam peraturan ini gerakan literasi sekolah dilaksanakan supaya siswa dapat menumbuhkan budi pekerti luhur. Bagian dari gerakan ini yaitu membaca buku nonpelajaran selama 15 menit sebelum mulai waktu belajar. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca siswa, bahan bacaan yang diberikan pada siswa pun yang berisi untuk menumbuhkan budi pekerti, kearifan lokal, nasional, maupun global sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Kegiatan ini juga membutuhkan dukungan tidak hanya dari pihak sekolah saja, melainkan peran serta orang tua pun sangat berpengaruh dalam keberhasilan gerakan ini.

Dalam panduan gerakan literasi sekolah di sekolah menengah atas, menjelaskan bahwa literasi informasi terbagi dalam lima tahap yaitu literasi

(20)

dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.7

Penulis juga termotivasi oleh suatu buku yang ditulis oleh tiga puluh penggerak literasi yang menjelaskan bahwa pentingnya membaca bagi siswa untuk menumbuh kembangkan kehidupan bangsa ini agar lebih maju. Tiga puluh penggerak ini juga akan membudayakan membaca bagi siswa dimanapun mereka berada, baik itu di rumah, lingkungan bermain, dan sekolah yang tentunya dibantu dengan dukungan dari pihak-pihak terkait seperti guru, orang tua, dan jam belajar masyarakat.8 Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk mencapai dua ratus empat puluh juta jiwa, tetapi hanya menerbitkan tiga ribu buku dalam setiap tahunnya dan rata-rata cetak hanya tiga ribu eksemplar per judul, berarti satu buku hanya dibaca oleh tiga sampai empat orang saja. Hal ini sangat jauh dari yang distandarkan oleh UNESCO, yaitu setiap individu itu idealnya membaca tujuh judul buku berbeda setiap tahunnya. Rendahnya minat baca di Indonesia juga ditunjukkan oleh hasil Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2012 yang membuktikan Indonesia berada pada urutan ke 61 dari 65 negara. Oleh karena itu, Penulis dalam buku ini sangat menggagas sekali sekolah-sekolah untuk membudayakan membaca kepada setiap siswanya.9

7Sutrianto, dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, (Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hal 5-6.

8Moh. Mursyid, dkk, Membumikan Gerakan Literasi Di Sekolah, (Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata, 2016), hal 3-28.

9Ibid, hal 29-40.

(21)

Selain itu, ada buku gerakan literasi mencerdaskan negeri yang sama juga memotivasi penulis untuk melakukan penelitian skripsi tentang literasi yang ingin membumikan budaya baca, namun bedanya dengan buku yang tadi buku ini menjelaskan tentang literasi yang berada di luar sekolah atau non formal. Buku ini berisi tentang pentingnya literasi dengan membudayaan membaca dan menulis untuk mengubah kualitas hidup, dan taman bacaan masyarakat adalah wadah untuk menumbuh kembangkannya.10

Skripsi tentang program literasi sekolah masih sangatlah minim dan jarang, terutama literasi dasar yang seperti penulis lakukan belum penulis temukan. Hal ini membuat penulis tertarik untuk menggali data tentang literasi sekolah apalagi dikaitkan dengan meningkatkan kedisiplinan siswa.

Banyak orang berpandangan literasi itu hanya berkaitan dengan perpustakaan saja.

Salah satu sekolah yang sudah menerapkan kegiatan literasi sekolah adalah SMA Negeri 8 Yogyakarta. Sekolah ini terletak di Jalan Sidobali No.1 Muja-Muju Yogyakarta, 55165 dengan nomor telepon (0274) 513493.

Sekolah ini juga merupakan salah satu sekolah unggulan di Yogyakarta.

Penulis mengetahui bahwasannya SMA Negeri 8 Yogyakarta telah menerapkan kegiatan literasi sekolah ketika penulis melakukan kegiatan PPL di sekolah tersebut.

Tingkat kedisiplinan siswa di SMA Negeri 8 Yogyakarta memang sudah terhitung baik, prestasi belajarnya pun tidak diragukan lagi, SMA

10Muhsin Kalida dan Moh. Mursyid, Gerakan Literasi Mencerdasan Negeri, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hal.

(22)

Negeri 8 Yogyakarta selalu masuk dalam tiga peringkat teratas untuk sekolah berprestasi di Yogyakarta. Namun meskipun demikian, masih ada beberapa siswa yang melanggar tata tertib dan peraturan sekolah seperti terlambat datang ke sekolah. Beberapa siswa memang masih sering terlambat datang ke sekolah dengan berbagai alasan, untuk mengatasi hal tersebut maka guru BK bekerjasama dengan pihak sekolah menghukum siswa yang datang terlambat.

Hukuman yang diberikan yaitu berupa kegiatan literasi yang dapat mendidik siswa supaya lebih disiplin.

Kegiatan literasi sekolah yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Yogyakarta berupa membaca dan menulis. Kegiatan membaca yang dilaksanakan di sana ada dua macam, yaitu membaca buku non pelajaran selama lima belas menit dan membaca kitab suci selama lima belas menit sebelum dimulai pelajaran. Menulis yang dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan literasi sekolah merupakan hukuman bagi siswa yang datang terlambat ke sekolah. Kegiatan menulis ini mengharuskan siswa menulis esai dengan tema yang sudah ditentukan oleh tim pendamping. Kegiatan literasi sekolah ini cukup berpengaruh dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

Kegiatan ini bertujuan supaya siswa dapat terbiasa dengan buku, apabila sudah terbiasa maka akan meningkatkan minat membaca siswa dan siswa akan disiplin baik dalam membaca maupun disiplin terhadap peraturan, karena buku yang siswa baca merupakan buku non pelajaran yang muatannya mengandung segi-segi fungsional dan budaya. Selain itu menulis esai dapat

(23)

menjadi shok terapi bagi siswa yang datang terlambat ke sekolah dan itu cukup efektif untuk membuat siswa jera.

Selanjutnya, dengan dilaksanakannya program literasi sekolah sebagai cara meningkatkan kedisiplinan siswa, maka skripsi ini menggali data dan informasi mengenai jenis-jenis program literasi sekolah yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Yogyakarta dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana jenis-jenis program literasi sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta?

2. Bagaimana upaya-upaya guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini untuk:

1. Mengetahui dan mendeskripsikan jenis-jenis program literasi sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta.

2. Mengetahui dan mendeskripsikan upaya-upaya guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta.

(24)

E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan, terutama pada ilmu Bimbingan dan Konseling terkait meningkatkan kedisiplinan siswa melalui program literasi sekolah.

2. Secara Praktis a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini siswa diharapkan mampu memahami manfaat dari jenis-jenis program literasi sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan.

b. Bagi Guru BK

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan evaluasi bagi guru BK SMA Negeri 8 Yogyakarta dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

c. Bagi Penulis dan Peneliti Lain

Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman dan menambah wawasan. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

F. Kajian Pustaka

Berdasarkan kajian pustaka yang penulis lakukan terhadap skripsi sebelumnya, penulis belum menemukan skripsi tentang “Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 8

(25)

Yogyakarta”. Tetapi skripsi yang berkaitan dengan literasi dan meningkatkan kedisiplinan siswa memang telah dilakukan, di antaranya :

1. Skripsi yang ditulis oleh Yunitha Fajarwati, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi tahun 2012, yang berjudul ”Pengaruh Kemampuan Literasi Informasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMAN 1 Depok”.11

Skripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Hasil penelitian dari skripsi ini menunjukkan ada pengaruh linier antara kemampuan literasi informasi terhadap prestasi belajar siswa. Apabila literasi informasi kurang maka prestasi belajar juga akan berkurang, apabila literasi informasi cukup maka prestasi belajar pun cukup, apabila literasi informasi baik maka prestasi belajar juga baik, dan apabila literasi informasi sangat baik maka prestasi belajar juga menjadi sangat baik. Meskipun ada beberapa yang tidak linear, misal literasi informasi sudah sangat baik tetapi masih ada saja yang prestasi belajarnya tidak baik begitupun sebaliknya ketika literasi informasi buruk tetapi prestasi belajarnya tetap baik.

2. Skripsi yang ditulis oleh Yuyu Yulianingsih, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Ilmu Perpustakaan tahun 2011 yang berjudul ”Upaya

11Yunitha Fajarwati, Pengaruh Kemampuan Literasi Informasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMAN 1 Depok, Skripsi, (Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2012). http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20297394-S1886- Yunitha%20Fajarwati.pdfdi akses pada tanggal 21 februari 2017 pukul 13:00.

(26)

Perpustakaan Al-Izhar Pondok Labu dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa”.12

Skripsi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu penulis mengumpulkan berbagai data dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun dari hasil penelitian didapatkan upaya-upaya yang dilakukan perpustakaan Al-Izhar Pondok Labu dalam meningkatkan literasi informasi adalah melaksanakan berbagai macam program kegiatan. Program kegiatan tersebut dibagi menjadi empat kegiatan yaitu orientasi perpustakaan, membuat sinopsis, buku menarik dan unik, serta pameran dan workshop filateli. Semua kegiatan tersebut sudah memenuhi lima standar literasi informasi.

Dari kedua kajian pustaka menunjukkan bahwa sudah ada yang melakukan penelitian tentang literasi, yaitu penelitian yang berjudul pengaruh kemampuan literasi informasi terhadap prestasi belajar dan penelitian yang berjudul upaya perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi. Dari kedua telaah pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa belum ada yang meneliti “Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta”.

3. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Azizun, Fakultas Dakwah dan komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam tahun 2015 yang

12Yuyu Yulianingsih, Upaya Perpustakaan Al-Izhar Pondok Labu dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa, Skripsi, (Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, 2011). http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/473/1/103005- YUYU%20YULIANINGSIH-FAH.PDFdiakses pada tanggal 25 januari 2017 pukul 13.00 WIB.

(27)

berjudul “Bimbingan Kelompok dalam Mengatasi Kenakalan Siswa MAN Lab. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”.13

Skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yakni setelah data terkumpul kemudian data dikelompokkan menurut kategori masing- masing dan selanjutnya diinterpretasikan melalui kalimat dengan kerangka berpikir teoritik.

Hasil dari penelitiaan ini menunjukkan bahwa kenakalan siswa terbagi dalam tiga bagian yaitu pelanggaran kedisiplinan meliputi datang terlambat ke sekolah dan membolos sekolah. Pelanggaran kerapian siswa yaitu seragam tidak dimasukkan, dan yang terakhir pelanggaran perilaku yaitu merokok. Penyebab dari kenakalan siswa terbagi dari beberapa faktor, di antaranya faktor keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Dengan adanya kenakalan siswa tersebut, untuk mengatasinya maka guru BK menerapkan bimbingan kelompok dengan menggunakan teaching group, yaitu pembinaan keagamaan, pembinaan belajar, training menejemen waktu, dan lifeskill yang dilaksanakan di sekolah. Dari hasil bimbingan kelompok tersebut belum bisa sepenuhnya dapat mengatasi kenakalan siswa karena bimbingan kelompok yang dilaksanakan lebih bersifat preventif.

4. Skripsi yang ditulis oleh Dewi Nur Fatimah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam tahun 2016 yang

13Ahmad Azizun, Bimbingan Kelompok dalam Mengatasi Kenakalan Siswa MAN Lab.

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Skripsi, (Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2015).

(28)

berjudul “Layanan Bimbingan Klasikal dalam Meningkatkan Self Control Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta”.14

Skripsi ini membahas tentang motivasi-motivasi dalam meningkatkan kontrol diri melalui layanan bimbingan klasikal, dan materi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Hasil penelitian dari skripsi ini berupa tahap-tahap bimbingan klasikal yang meliputi, tahap- tahap dan metode pelaksanaan bimbingan klasikal. Tahap-tahap bimbingan klasikal yaitu: pelaksanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Sedangkan untuk metode bimbingan klasikal, kegiatan klasikal tidak hanya dilakukan didalam kelas, melainkan bisa di ruangan- ruangan besar yang berkapasitas besar pula dan materi yang disampaikan disesuaikan dengan RPL yang telah disusun oleh guru BK.

5. Skripsi yang ditulis oleh Jamilatun, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2011 yang berjudul

“Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui Hukuman Berjenjang di SMK Ma’arif 1 Wates”.15

Skripsi ini menggunakan metode penelitan deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hukuman berjenjang berdampak positf bagi perkembangan psikologis siswa, diantaranya:

bertambahnya pengetahuan siswa, mempunyai rasa menyesal, serta dapat

14 Dewi Nur Fatimah, Layanan Bimbingan Klasikal dalam Meningkatkan Self Control Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta, Skripsi, (Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan komunikasi, 2016).

15Jamilatun, Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa melalui Hukuman Berjenjang di SMK Ma’arif 1 Wates, Skripsi, (Jurusan Pendidikan Agama islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2011).

(29)

menanamkan rasa percaya diri terhadap siswa. Hal ini juga terbukti dengan adanya laporan dari guru BK, bahwa pelanggaran yang dilakukan siswa semakin berkurang.

6. Skripsi yang ditulis oleh Yuyun Wijayanti, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2008 yang berjudul

“Model Hukuman dalam Upaya Membentuk Kedisiplinan Siswa di Madrasah Salafiyah III (Masaga)”.16

Skripsi ini membahas tentang model hukuman dalam pembentukan kedisiplinan dan substansi materi tata tertib di pondok pesantren dan beberapa metode hukuman bagi pelanggaran yang dilakukan oleh santri.

Dari beberapa kajian pustaka dapat dilihat bahwa banyak penelitian tentang meningkatkan kedisiplinan siswa, ada yang menggunakan bimbingan kelompok, layanan klasikal dan ada pula yang menggunakan hukuman. Tetapi belum ada yang meneliti tentang

“Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta” yang membahas tentang kegiatan membaca dan menulis sebagai kegiatan yang dapat meningkatkan kedisiplinan dan hukuman bagi siswa yang melanggar tata tertib atau peraturan sekolah.

16 Yuyun Wijayanti, Model Hukuman dalam Upaya Membentuk Kedisiplinan Siswa di Madrasah Salafiyah III (Masaga), Skripsi, (Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2008).

(30)

G. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Program Literasi Sekolah a. Pengertian Program Literasi Sekolah

Secara harfiah, literasi bermakna melek huruf sedangkan secara istilah, literasi mencakup semua kemampuan yang diperlukan seseorang atau sebuah komunitas untuk ambil bagian dalam semua aktivitas atau kegiatan yang berkaitan dengan teks dan wacana.17

Literasi tidaklah semata-mata hanya sebatas membaca dan menulis saja, melainkan bergandengan pula dengan aspek lain seperti ekonomi, politik, hukum, dan pendidikan.18 Awal mulanya diartikan sebagai kemelek-hurufan, kemelek-hurufan hanya menyangkut kemampuan orang dalam hal membaca dan menulis, namun seiring berjalannya waktu kemelek-hurufan diganti menjadi keberaksaraan.

Keberaksaraan ini melingkupi segi-segi fungsional dan budaya.

Pengertian literasi dalam panduan gerakan literasi sekolah di sekolah menengah atas adalah kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas yang siswa lakukan, baik itu membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara.

Program literasi sekolah yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kegiatan yang ditujukan untuk mengasah kemampuan siswa dalam mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas

17 Gol A Gong & Agus M. Irkham, Gempa Literasi dari Kampung untuk Nusantara, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012), hal. 51.

18Ibid, hal. 48.

(31)

melalui suatu kegiatan atau aktivitas membaca dan menulis. Literasi dalam lingkup sekolah merupakan kemampuan seorang siswa mengembangkan apa yang siswa peroleh dari membaca dan menulis supaya siswa menjadi lebih kreatif, produktif, berdaya saing, berkarakter, dan nasionalis serta menumbuhkan budi pekerti yang baik bagi siswa. Selain itu juga dengan membaca dan menulis siswa dapat menaikkan ketaatan dan kepatuhan terhadap tata tertib dan peraturan sekolah.

Dalam panduan gerakan literasi sekolah di sekolah menengah atas Gerakan Literasi Sekolah atau yang biasa disingkat mejadi GLS merupakan suatu upaya pemerintah untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

GLS dikembangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015 yaitu tentang penumbuhan budi pekerti dengan membiasakan siswa membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan minat membaca siswa, dan membiasakan siswa dengan buku serta memperbaiki kemampuan siswa dalam membaca agar menjadikan siswa yang berbudi pekerti luhur.

Program literasi sekolah ini sangat membantu pihak sekolah karena dapat membantu siswa-siswa di sekolah mempunyai kebiasaan membaca yang teratur yang kemudian dikembangkan menjadi tulisan

(32)

yang bermanfaat. Selain membiasakan dan membudayakan membaca dan menulis di sekolah, kegiatan ini juga dapat mendisiplinkan siswa dalam mematuhi tata tertib dan peraturan sekolah.

b. Tujuan Program Literasi Sekolah

Tujuan dari program literasi sekolah adalah supaya sekolah menjadi tempat menumbuh kembangkan budi pekerti siswa. Selain itu tujuan dari program literasi sekolah juga sebagai wadah untuk menghadirkan berbagai macam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. Supaya sekolah menjadi taman belajar yang menyenangkan serta menjadikannya tempat yang menumbuh kembangkan budaya literasi.

Program literasi sekolah juga dapat meningkatkan kedisiplinan siswa. Dengan memanfaatkan kegiatan-kegiatan dari literasi sekolah sebagai motivasi, kebiasaan, dan hukuman bagi siswa yang melaksanakan tata tertib ataupun bagi yang melanggarnya.

c. Tahap-tahap Literasi

Dalam panduan gerakan literasi sekolah di sekolah menengah atas menjelaskan bahwa literasi informasi terbagi dalam lima macam yaitu:

1) Literasi Dasar (Basic Literacy)

Literasi dasar adalah kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung yang berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan, mempersepsikan informasi, mengomunikasikan, serta

(33)

menggambarkan informasi berdasarkan suatu pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.

2) Literasi Perpustakaan (Library Literacy)

Literasi perpustakaan adalah memberikan pemahaman cara membedakan bacaan yang fiksi dan bacaan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog yang disediakan perpustakaan dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penulisan, pekerjaan, atau mengatasi masalah.

3) Literasi Media (Media Literacy)

Literasi media merupakan suatu kemampuan untuk mengetahui berbagai macam bentuk media yang berbeda-beda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami bagaimana tujuan penggunaannya.

4) Literasi Teknologi (Technology Literacy)

Literasi teknologi ini merupakan kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi yaitu seperti perangkat keras dan perangkat lunak, serta etika dan etiket dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi.

(34)

5) Literasi Visual (Visual Literacy)

Literasi ini merupakan pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio visual secara kritis dan bermartabat. Penafsiran terhadap materi visual sangatlah perlu dikelola dengan baik, karena di dalamnya termuat banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan, baik itu visual berbentuk cetak, auditori, maupun digital.19

d. Jenis-jenis Program Literasi Sekolah

Jenis-jenis kegiatan atau macam-macam kegiatan dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan apabila memenuhi lima kriteria, pertama, harus ada orang yang mengikuti kegiatan. Kedua, metode atau cara apa yang diberikan dalam kegiatan. Ketiga, tempat dilaksanakannya kegiatan. Keempat, waktu pelaksanaan yang diberikan, dan kelima, materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan.20

Program literasi merupakan suatu kegiatan yang diadakan di sekolah, literasi terbagi kedalam beberapa tahapan, diantaranya ada literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Dalam hal ini penulis menjelaskan tentang jenis-

19Sutrianto, dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, (Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hal. 5-6.

20Mustofa Kamil, Model Pendidikan dan Pelatihan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 14- 15.

(35)

jenis kegiatan literasi sekolah yang termasuk ke dalam literasi dasar, yaitu membaca dan menulis.

1) Membaca

a) Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu kegiatan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, baik itu dilisankan ataupun hanya diucapkan dalam hati.21 Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses berfikir yang berupaya untuk memahami teks yang terdapat dalam tulisan.22Membaca adalah suatu proses atau kegiatan berfikir yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melaui kata-kata atau tulisan. Membaca merupakan jantung pendidikan yaitu orang yang sering membaca tentu pendidikannya akan maju dan ia pun akan memiliki wawasan yang sangat luas.

b) Tujuan Membaca

Tujuan membaca meliputi beberapa hal, yaitu untuk tujuan studi, kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara menganalisis karya-karya ilmiah. Tujuan membaca untuk menangkap garis besar bacaan, yaitu menemukan pokok permasalahan dari bacaan.

Membaca dengan tujuan menikmati karya-karya sastra. Membaca dengan tujuan untuk mengisi kekosongan waktu atau mengisi

21Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1989), hal. 62.

22Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 5.

(36)

waktu luang dan membaca dengan bertujuan untuk mencari keterangan dari suatu istilah.23

Tujuan membaca memang bermacam-macam, selain itu inti tujuan membaca adalah memahami isi yang disampaikan oleh penulis. Dengan membaca, pembaca juga akan mengetahui berbagai hal termasuk peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh pembaca agar hidup si pembaca menjadi lebih teratur dan disiplin, tanpa menyalahi aturan ataupun melanggar norma-norma yang berlaku di lingkungannya.

c) Jenis-jenis Membaca

Membaca nyaring dan membaca senyap (dalam hati).

Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan menyuarakan tulisan yang dibaca dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap isi dari yang disampaikan penulis dalam bacaan.24 Kegiatan membaca nyaring bertujuan untuk mengasah kemampuan seseorang untuk menggunakan artikulasi dan intonasi yang tepat, ucapan yang tepat jelas, dan tidak terbata-bata.

Sedangkan membaca senyap adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibaca.25 Membaca senyap (dalam hati) lebih melatih ketelitian,

23Ibid, hal. 12.

24Ibid., hal. 63.

25Ibid., hal. 67.

(37)

kecepatan gerakan mata dan kemampuan memahami isi bacaan dengan cepat dan cermat yang hanya menggunakan media visual.

d) Kegiatan Membaca

Membaca aktif adalah suatu kegiatan untuk memahami isi bacaan atau tulisan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca dengan menggerakkan mata dan pikiran.26 Semakin aktif seseorang membaca maka semakin baik pula kemampuan membacanya.

Membaca dapat dilakukan sendirian ataupun secara bersama.

Membaca bersama adalah suatu kegiatan membaca yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam kondisi dan tempat tertentu. Misal kegiatan membaca yang dilaksanakan di kelas dan dilakukan secara bersama-sama dengan materi bacaan yang sama atau berbeda. Dengan membaca bersama akan memotivasi siswa lain untuk ikut membaca, dan menjadikannya sebuah kebiasaan yang kemudian menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari.

e) Pemahaman dalam Membaca

Pemahaman dalam membaca dibagi menjadi empat tahap yaitu, pemahaman literal, pemahaman interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif.27

26 Mortimer J. Adler, Charles Van Doren, How to Read A Book: Cara Jitu Mencapai Puncak Tujuan Membaca, (Indonesia Publishing, 2007) penerjemah: A. Santoso dan Ajeng AP, hal. 5-6.

27Dalman, Keterampilan Membaca..., hal. 87.

(38)

Membaca literal adalah membaca yang terdiri atas huruf- huruf dan kalimat-kalimat seperti membaca buku termasuk kitab suci dan sejenisnya. Membaca literal ini hanya memahami dari isi teks yang ada atau dengan kata lain pembaca dituntut memahami makna yang tersurat dari teks bacaan tanpa melihat makna yang ada di luar teks atau isi umum dari bacaan.

Membaca interpretatif adalah kegiatan membaca yang bertujuan agar siswa mampu menginterpretasikan atau menafsirkan yang dimaksud oleh pengarang atau penulis. Apakah karangan itu fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa dan bahasa kias, serta dampak-dampak cerita tersebut terhadap pembacanya. Dalam membaca interpretatif pembaca dituntut memahami makna yang tersirat dari bacaan.

Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis, kemudian pembaca menilainya. Pembaca dituntut untuk menilai bacaan yang dibaca, mempunyai nilai manfaat atau tidak untuk dibaca, memiliki kelayakan untuk disebar luaskan atau tidak, namun jika tidak maka cukup pembaca yang tahu tentang bacaan tersebut. Membaca kritis bukan berarti tidak menerima suatu gagasan dari sang penulis.

Membaca kreatif adalah proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifkasi ide-ide yang menonjol atau mengombinaskan

(39)

pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan dengan isi dari bacaan. Pembaca kreatif tidak akan berhenti sampai menutup buku, melainkan ia akan memahami isi dari bacaan yang dibaca, mencocokkan dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungannya dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan membaca kreatif seseorang akan memiliki kebiasaan membaca, dan menjadikannya sebagai kebutuhan yang harus selalu terpenuhi. Selain mendisiplinkan dan membuat hidupnya lebih teratur kebiasaan membaca kreatif juga akan menjadikan seseorang ini disiplin dalam membaca. Maksud dari disiplin dalam membaca adalah, seseorang itu akan memiliki waktu setiap harinya untuk membaca. Membaca kreatif ini sangat bagus apabila diterapkan pada siswa, selain memiliki waktu untuk selalu membaca setiap harinya, siswa juga lebih disiplin dalam menata kehidupannya baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.

2) Menulis

a) Pengertian Menulis

Menulis adalah suatu kegiatan merangkai huruf ataupun angka dengan menggunakan pena yang melahirkan pikiran atau perasaan dengan melalui sebuah tulisan.28 Menulis adalah suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan atau informasi

28 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1989), hal. 968.

(40)

secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya, menulis juga merupakan sebuah proses kreatif dalam menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan dengan bertujuan untuk memberitahu, meyakinkan ataupun menghibur.29

Menulis adalah suatu kegiatan merangkai huruf ataupun angka guna menyampaikan pesan ataupun informasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya.

b) Tujuan Menulis

Tujuan menulis dilihat dari sudut kepentingan pengarang yaitu sebagai tujuan penugasan yang pada umumnya siswa menulis sebuah karangan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru ataupun pihak sekolah maupun lembaga lainnya. Bentuk tulisan yang biasa ditulis siswa berupa makalah, laporan ataupun karangan bebas lainnya.

Tujuan menulis sebagai tujuan estetis, pada umumnya sastrawan menulis dengan bertujuan untuk menciptakan sebuah keindahan (estetis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel.

Tujuan menulis sebagai tujuan penerangan adalah memberi informasi kepada pembaca. Dalam hal ini penulis harus mampu memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan pembaca.

29Dalman, Keterampilan Menulis, hal. 3.

(41)

Tujuan menulis dalam hal ini yaitu tujuan pernyataan diri yang menegaskan tentang apa yang telah diperbuat. Bentuk dari tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan.

Tujuan menulis kreatif yaitu mengembangkan daya imajinasi secara maksimal.

Tujuan konsumtif ini hanya untuk konsumsi pribadi saja, demi kepuasan pada diri penulis.30

Dari berbagai macam tujuan menulis, tujuan pernyataan diri dan tujuan penugasan termasuk dalam kegiatan literasi sekolah yang dapat mendisiplinkan siswa, tujuan menulis ini menjadi hukuman yang mendidik bagi siswa yang melanggar tata tertib dan peraturan sekolah. Dengan adanya tujuan pernyataan diri maka siswa yang melanggar tata tertib dan peraturan sekolah diwajibkan untuk membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi. Sedangkan untuk tujuan penugasan, guru BK atau tim pendamping dapat memberikan tugas kepada siswa untuk membuat sebuah tulisan berupa esai sebagai hukuman atas pelanggaran yang dilakukan siswa.

c) Manfaat Menulis

Manfaat menulis dalam kehidupan adalah dapat meningkatkan kecerdasan, sebagai sarana mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian, menulis juga

30Ibid, hal. 13-14.

(42)

sebagai pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.31

Manfaat menulis sangatlah banyak terutama untuk siswa, dengan menulis siswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menuangkan pemikiran-pemikiran hebatnya, serta menumbuhkan keberanian untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Sehingga akan mengasah otak dan meningkatkan kecerdasan mereka. Meskipun kegiatan menulis ini dijadikan sebagai hukuman. Tetapi hukuman dengan menulis tidak akan menyakiti siswa melainkan akan mendisiplinkan dan mengembangkan kemampuan dan potensi-potensi yang ada dalam diri siswa.

2. Tinjauan Tentang Meningkatkan Kedisiplinan Siswa a. Pengertian Disiplin Siswa

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia istilah disiplin adalah aturan yang ketat, tata tertib yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.32 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata disiplin berarti tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya), ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan, tata tertib, dan sebagainya.33

31Ibid., hal. 6.

32 J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 349.

33 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1989), hal. 208.

(43)

Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan, peraturan yang dimaksud dapat ditetapkan oleh seseorang yang bersangkutan maupun yang berasal dari luar.34

Disiplin merupakan pengendalian diri individu terhadap suatu aturan yang berupa suatu tindakan nyata dalam mengendalikan dirinya sesuai dengan norma atau aturan yang telah ditetapkan oleh lingkungannya, sehingga individu tersebut dapat hidup dan beraktifitas sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

b. Fungsi Penegakkan Disiplin

Disiplin sangatlah penting untuk diterapkan pada siswa, selain untuk mencapai belajar yang optimal, disiplin juga akan menumbuhkan pribadi dan budi pekerti yang baik bagi siswa yang melaksanakannya.

Fungsi disiplin untuk siswa : 1) Menata Kehidupan Bersama

Disiplin bermanfaat untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai serta menghormati orang lain dengan cara mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan ada pihak yang dirugikan dan hubungan dengan orang lain pun menjadi baik.

34 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1990), hal. 114.

(44)

2) Membangun Kepribadian

Lingkungan sangatlah mempengaruhi kepribadian seseorang. Disiplin yang diterapkan dalam suatu lingkungan akan menumbuhkan kepribadian yang baik bagi yang menjalankannya.

Dengan diterapkannya disiplin dalam lingkungan maka seseorang itu akan terbiasa menjalankannya dan kemudian akan menjadi kebiasaan yang masuk ke dalam dirinya sehingga akan membangun kepribadian yang baik.

3) Melatih Kepribadian Positif

Disiplin juga mempunyai fungsi sebagai pelatih bagi kepribadian yang positif. Perilaku tertib, teratur, dan patuh semua hal itu memerlukan latihan agar menjadi pola-pola kehidupan yang baik.

4) Sebagai Alat Pemaksaan

Kepatuhan siswa dapat didapatkan dengan cara menerapkan kedisiplinan. Disiplin terjadi karena adanya paksaan, karena apabila seorang siswa masuk ke suatu sekolah yang mewajibkan siswanya disiplin baik dan mematuhi tata tertib, maka mau tidak mau siswa tersebut terpaksa harus mengikuti peraturan sekolah tersebut.

5) Sebagai Hukuman

Disiplin juga berfungsi sebagai hukuman atau sanksi bagi siswa. Siswa yang tidak mematuhi tata tertib biasanya akan

(45)

mendapatkan hukuman, karena biasanya setiap tata tertib selain berisi peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan, juga berisi hukuman bagi yang melanggarnya.

Hukuman bagi siswa tidak harus selalu berupa pukulan ataupun siksaan yang dapat melanggar hak siswa. Hukuman pun bisa berupa hukuman yang mendidik.

Menurut Ibnu Khaldun yang dikutip oleh ‘Athiyah Al- Abrasyi, beliau mengatakan sebagai berikut:

“siapa yang biasa dididik dengan kekerasan diantara siswa- siswa atau pembantu-pembantu dan pelayan ia akan selalu dipengaruhi oleh kekerasan, akan selalu merasa sempit hati, akan kekurangan kegiatan bekerja, dan akan bersifat pemalas, akan menyebabkan ia berdusta serta melakukan yang buruk-buruk”.35

Hukuman yang mendidik adalah hukuman yang diberikan kepada siswa yang melanggar tata tertib atau peraturan sekolah tetapi dapat mengembangkan kemampuannya, seperti yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Yogyakarta, yaitu hukuman bagi siswa yang datang terlambat, mereka akan diberi hukuman berupa menulis esai. Selain sebagai efek jera bagi siswa hukuman tersebut juga tidak melanggar hak-hak siswa, akan tetapi mengembangkan kemampuan siswa.

6) Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Disiplin juga berfungsi sebagai pendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan dengan lancar dan

35M. ‘Athiyah Al-Abrasi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa Bustami A.

Gani dan Djohar Bahry L.I.S, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hal. 157.

(46)

memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran dan pembentukan karakter siswa.36

c. Elemen-elemen Pokok Disiplin

Kedisiplinan tidak akan tumbuh dengan sendirinya, melainkan memerlukan kesadaran diri yang tinggi, latihan, kebiasaan dan juga perlu adanya hukuman. Oleh karena itu, dalam membentuk kedisiplinan siswa, perlu adanya pemahaman terhadap unsur-unsur yang ada dalam kedisiplinan. Unsur-unsur ini merupakan elemen pokok yang menentukan kedisiplinan siswa. Empat unsur dominan dalam disiplin, yaitu:

1) Kesadaran Diri

Kesadaran diri bahwa memahami disiplin itu sangat penting dalam kehidupan seseorang itu akan memudahkan dirinya menjadi seseorang yang disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri juga akan sangat kuat pengaruhnya dibandingkan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.

2) Ketaatan

Ketaatan merupakan bentuk atau langkah selanjutnya dari kesadaran diri dalam memahami disiplin. Ketaatan merupakan kelanjutan dari kesadaran diri berupa kemauan dan kemampuan diri yang kuat.

36 Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hal. 38-44.

(47)

3) Alat Pendidikan (Menekan/Mendidik)

Mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

4) Hukuman

Seseorang yang menaati peraturan, biasanya didorong oleh dua faktor, yang pertama merupakan kesadaran dirinya sendiri dan yang kedua merupakan paksaan karena adanya hukuman.

Hukuman yang akan mendorong seseorang menaati peraturan yang berlaku, kemudian akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah. Sehingga seseorang akan kembali pada perilaku yang diharapkan.37

Adapun syarat-syarat hukuman yang pedagogis itu diantaranya :

a) Setiap hukuman hendaknya dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam memberikan hukuman tidak boleh sewenang-wenang.

b) Hukuman itu sedapat-dapatnya harus bersifat memperbaiki, bahwa hukuman itu harus mempunyai nilai mendidik (normatif) bagi si terhukum, memperbaiki kelakuan dan moral siswa.

c) Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam dari perseorangan.

37Ibid., hal. 48-49.

(48)

d) Tidak boleh menghukum ketika sedang marah, karena kemungkinan hukuman itu akan tidak adil.

e) Setiap hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah diperhitungkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.

f) Bagi si terhukum (siswa), hukuman haruslah dirasakan sendiri sebagai penderitaan yang sebenarnya.

g) Tidak boleh melakukan hukuman fisik, karena pada hakikatnya hukuman fisik itu dilarang oleh negara dan tidak sesuai dengan perikemanusiaan serta merupakan penganiayaan terhadap sesama makhluk. Lagian hukuman fisik tidak akan menjamin siswa menjadi jera, akan tetapi malah menimbulkan trauma dan rasa dendam.

h) Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara pendidik dan anak didiknya.

i) Harus adanya kesanggupan pemberian maaf dari si pendidik untuk anak didiknya, sesudah menjatuhkan hukuman.38

Setiap hukuman yang diberikan terutama yang diberikan kepada siswa harus dapat dipertanggung Jawabkan dan bersifat mendidik dan dapat mengembangkan kemampuan dan potensi-potensi yang ada pada diri siswa. Hukuman juga tidak boleh meninggalkan trauma pada siswanya melainkan

38M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 191-192.

(49)

hanya boleh membuat efek jera agar siswa tidak mengulangi kesalahannya lagi .

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin 1) Adanya Teladan

Teladan merupakan guru terbaik bagi siswa dibandingkan dengan hanya menasehatinya.

2) Lingkungan Berdisiplin

Lingkungan sangatlah kuat pengaruhnya bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, lingkungan disiplin sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan kedisiplinan siswa.

3) Latihan Berdisiplin

Disiplin dapat dicapai dengan terus berlatih dan membiasakan diri hidup disiplin.

4) Metode/ Cara Berdisiplin

Memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya peraturan-peraturan dibuat, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya sendiri apabila peraturan itu tidak adil baginya.39

e. Karakteristik Siswa yang Memiliki Disiplin yang Baik :

1) Melaksanakan tata tertib dengan baik, baik guru maupun siswa harus menaati dan melaksanakan tata tertib karena ini merupakan

39Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, hal. 49-50.

(50)

ketentuan yang harus ditaati. Karakter pertama ini meliputi beberapa hal :

a) Patuh terhadap aturan sekolah atau lembaga pendidikan. Siswa wajib mengikuti peraturan yang dibuat oleh sekolah atau lembaga pendidikan terkait.

b) Siswa dapat mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku di sekolah.

c) Siswa tidak membangkang pada peraturan yang berlaku dan menaatinya.

d) Tidak berbohong, siswa senantiasa jujur dalam kesehariannya dan mengatakan apapun sesuai dengan yang sedang dijalani dan dialami.

e) Siswa selalu menampilkan tingkah laku yang menyenangkan.

f) Siswa harus rajin dalam belajar.

g) Siswa tidak bermalas-malasan ketika belajar.

h) Siswa tidak menyuruh orang lain untuk mengerjakan tugasnya.

i) Tepat waktu dalam belajar.

j) Tidak pernah keluar dari kelas seenaknya ketika belajar.

k) Tidak pernah membolos atau selalu masuk sekolah dan ijin apabila ada keperluan yang mengharuskan siswa pergi dari sekolah.

2) Taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku, di antaranya:

(51)

a) Siswa dapat menerima, menganalisis dan mengkaji pembaruan pendidikan demi kelancaran proses belajarnya.

b) Siswa dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi pendidikan yang ada.

c) Siswa dapat patuh dengan peraturan dan tidak ribut di dalam kelas.

d) Siswa dapat mengerjakan tugas-tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

e) Siswa dapat membantu dirinya dan membantu guru dalam terlaksananya kegiatan belajar mengajar.

3) Siswa dapat menguasai dirinya sendiri dan dapat mengintrospeksi dirinya sendiri agar lebih baik lagi serta dapat mematuhi dan melaksanakan peraturan di sekolah sehingga mutu pendidikan siswa pun akan meningkat.40

f. Ciri Kedisiplinan yang Ada di Sekolah dan Lembaga Pendidikan : 1) Siswa patuh terhadap peraturan sekolah, dan bagi yang

melanggarnya harus mengikuti hukuman yang berlaku di sekolah.

2) Siswa melaksanakan tugasnya yaitu belajar dan menaati tata tertib sekolah.

3) Siswa teratur masuk sekolah, sesuai dengan jam yang sudah ditentukan oleh sekolah.

40 Cece Wijaya & Tabrani Rusyam, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hal. 18-19.

(52)

4) Siswa tidak membuat kegaduhan di kelas kecuali ada kaitannya dengan belajar-mengajar.

5) Siswa mengerjakan pekerjaan rumah (PR).41

g. Hubungan Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan

Kegiatan literasi sekolah adalah kegiatan yang ditujukan untuk mengasah kemampuan siswa dalam mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui suatu kegiatan atau aktivitas membaca dan menulis. Membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis.42

Seseorang yang sering membaca akan pandai menulis, karena dengan membaca akan melahirkan karya-karya baru. Ketika seseorang membaca karya orang lain, secara tidak langsung ia juga berperan sebagai penulis, karena ia akan menemukan tujuan, gagasan dan topik dari karangan tersebut.

Keahlian membaca dan menulis yang baik, serta minat akademik yang tinggi, akan membawa siswa pada pencapaian yang jauh lebih tinggi ketimbang sekedar nilai-nilai yang tinggi yang didapatkan di sekolah.43 Kegiatan membaca dan menulis memang saling melengkapi dan mendukung antara yang satu dan lainnya.

Selain dapat mengembangkan minat bakat dan menghidupkan syaraf-

41 Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), hal. 106.

42Ibid., hal. 10.

43 Hernowo, Andaikan Buku itu Sepotong Pizza: Rangsangan Baru untuk Melejitkan

“Word Smart” , (Bandung: Kaifa, 2003), hal. 49.

(53)

syaraf otak agar berjalan dengan lancar dan menunda penyakit kepikunan, membaca dan menulis juga dapat membuat siswa meningkatkan prestasi akademik maupun non akademiknya.

Semakin tinggi pemahaman siswa terhadap membaca dan menulis maka akan semakin disiplin juga siswa tersebut. Baik disiplin di sekolah dalam hal membaca, menulis dan menaati tata tertib serta peraturan sekolah. Maupun di luar sekolah, siswa dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang sesuai dengan norma-norma yang ada di lingkungannya.

3. Program Literasi Sekolah dan Kedisiplinan dalam Perspektif Islam Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia. Supaya manusia bisa hidup dengan baik dan benar, maka semua ketentuan-ketentuan Allah yang sesuai dengan perintah-Nya semua telah ditulis dalam Al-Qur’an, manusia tinggal membaca, memahami dan melaksanakan isi dari Al-Qur’an. Sebagaimana wahyu pertama Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yaitu Q.S Al-Alaq ayat 1-5 yang memerintahkan membaca, yang berbunyi:

Artinya:

Bacalah, dengan menyebut namaTuhanmu yang menciptakan (1) Dia menciptakanmanusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmu maha pemurah (3) yang mengajar (manusia) dengan

(54)

kalam (4) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5).44

Tafsir ayat:

Ayat pertama menjelaskan sesungguhnya Allah menciptakan manusia mampu membaca, sekalipun sebelum itu Nabi Muhammad tidak pernah belajar membaca. Ayat kedua menyimpulkan bahwa Allah menciptakan manusia dari segumpal darah dan membekalinya dengan kemampuan berfikir sehingga bisa menguasai seluruh makhluk di bumi.

Serta Nabi Muhammad mampu membaca sekalipun beliau tidak pernah belajar membaca dan menulis. Ayat ketiga mengulang kembali ayat pertama yaitu menyuruh membaca, karena membaca tidak akan bisa meresap kalau hanya dilakukan sekali saja, melainkan harus diulang-ulang dan dibiasakan. Allah juga maha pemurah kepada orang yang senantiasa memohon pemberian-Nya. Dalam ayat keempat Allah menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari sesuatu yang paling hina sampai manusia tersebut bisa menjadi makhluk yang paling sempurna dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu. Ayat kelima menjelaskan bahwa Dialah Allah yang megajarkan manusia tentang segala sesuatu.45

Berdasarkan Q.S Al-Alaq ayat 1-5 maka dapat diketahui bahwa manusia itu diperintahkan untuk membaca, berfikir dan menulis. Bahkan pada saat menurunkan wahyu ini malaikat Jibril sampai menyuruh Nabi Muhammad SAW membaca tiga kali berturut-turut. Kelima ayat ini

44Al-Qur’an, 96: 1-5, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul

‘Ali, (Bandung: J-ART, 2005) , hal. 598.

45Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Toha Putra Semarang, 1993) , hal. 346-348.

(55)

merupakan dalil yang menunjukkan keutamaan membaca, menulis dan ilmu pengetahuan.

Dengan membaca kita dapat membuka jendela dunia, dengan membaca pula kita akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Namun ilmu akan hilang jika tidak diamalkan dan tidak diabadikan dengan tulisan. Menurut Imam Syafi’i “ilmu itu bagaikan hasil panen/buruan di dalam karung dan menulis adalah ikatannya”. Atau seperti yang diucapkan Ali bin Abi Thalib “ikatlah ilmu dengan menulis”. membaca dan menulis dalam keilmuan tidak dapat terpisahkan.

Dengan membaca orang akan selalu bertambah wawasan dan dengan menulis akan menghasilkan sebuah karya-karya baru yang akan abadi. Meskipun sang penulis sudah tiada tetapi tulisannya akan terus ada manfaatnya. Budaya menulis pun sudah ada dari zaman dahulu, agar ilmu itu tidak hilang maka orang-orang zaman dahulu mengabadikan ilmunya dengan cara mengamalkannya dan menuangkannya dalam tulisan yang mereka tulis di atas daun, kulit, batu dan lainnya.

Segala sesuatu yang akan kita kerjakan haruslah sesuai dengan pedoman agama yang tertulis didalam Al-Qur’an, oleh karena itu kita diwajibkan untuk membaca dan memahami isi dari setiap kandungan ayat yang ada dalam Al-Qur’an, agar setiap apapun yang dilakukan sesuai dengan syari’at agama.

Dalam kegiatan literasi seseorang dituntut untuk memahami secara cerdas apapun yang mereka kerjakan, termasuk dalam hal menulis dan

Referensi

Dokumen terkait

1. Implementasi Program Literasi Sekolah dalam Pembelajaran PAI di MTs Negeri 2 Kulonprogo. Adanya literasi dapat menanamkan siswa untuk gemar membaca, sehingga

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Ekspektasi kinerja (Performance Expectancy) tidak berpengaruh terhadap minat dalam menggunakan

Di dalam komparisi ini dijelaskan dalam kualitas apa seorang menghadap pada notaris, umpamanya sebagai wali, dalam hal orang yang diwakilinya karena belum dewasa

Berdasarkan temuan dan hasil pembahasan disimpulkan bahwa: Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru dan siswa di SMA Negeri 1 Lolofitu moi

Dari semua hasil analisis dan uji hipotesis sebagaimana diuraikan di atas, menunjukkan hasil yang pada prinsipnya adalah sama, yaitu variabel bebas yang digunakan dalam

Berdasarkan penelitian Shabrina (2022) dengan judul “ Kegiatan Kampus Mengajar Dalam Meningkatkan Keterampilan Literasi dan Numerasi Siswa Sekolah Dasar” menunjukkan

ketidakberhasilan dalam proses pembangunan. Dalam rangka realisasi kebijakan penanggulangan kemiskinan Pemerintah Kabupaten Sragen melalui Unit Pelayanan Terpadu

Berdasarkan data pada tabel 5 dapat disimpulkan bahwa Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik Melalui Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di SMA Negeri 9 Yogyakarta