• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Konseptual

Deskripsi konseptual ini akan menguraikan mengenai (1) Kampus Mengajar (2) Literasi (3) Numerasi

2.1.1 Merdeka Belajar

Gagasan Merdeka Belajar merupakan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bapak Nadiem Makarim dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dengan mengutamakan implementasi nilai- nilai karakter yang dapat mengembangkan pola pikir dan kreativitas. Merdeka belajar merupakan proses pembelajaran secara alami untuk mencapai kemerdekaan. Karena dengan merdeka belajar akan mengurangi rasa kurang merdeka, dan hal-hal yang membelenggu dan ruang gerak yang sempit untuk merdeka. Merdeka Belajar sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pada pasal 18 disebutkan bahwa pemenuhan masa dan beban belajar bagi mahasiswa program sarjana atau sarjana terapan dapat dilaksanakan : 1) Mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam program studi pada perguruan tinggi sesuai masa dan beban belajar; dan 2) mengikuti proses pembelajaran di dalam program studi untuk memenuhi sebagian masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses pembelajaran di luar program studi.

Esensi Merdeka belajar adalah menggali potensi dari guru dan siswa untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan secara mandiri. Mandiri berarti tidak hanya mengikuti birokrasi pendidikan melainkan benar-benar inovasi pendidikan (Prayoga, 2020). Dengan adanya merdeka belajar dengan keterlibatan siswa maka pembelajaran akan meningkat. Pendidikan merdeka belajar mendukung kecerdasan melalui berbagai peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses serta relevansi dalam penerpaan teknologi sehingga

(2)

mampu mewujudkan pendidikan kelas dunia berdasarkan ketrampilan kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan kreatif (Sherly, dkk. 2020).

Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menambahkan fakta baru bahwa alam kurun waktu kurang dari 10 tahun terakhir, Indonesia telah melakukan tiga kali pembaharuan dan perbaikan kurikulum. Hal tersebut bertujuan untuk menjawab kebutuhan pendidikan Indonesia yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman, baik secara Ekstern maupun intern. Hal ini diharapkan mampu menciptakan peserta didik yang unggul dan memiliki daya saing di masa yang akan mendatang (Suhartoyo dkk, 2020). Langkah-langkah yang perlu disiapkan dalam mengimplementasikan merdeka belajar, diantaranya : a) Kepala sekolah;

menerapkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan merdeka belajar. b) Guru;

menjadi sosok yang terbuka dan menciptakan suasana proses pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif. c) Peserta didik; hendaknya memiliki rasa semangat belajar serta mampu terbiasa dengan sikap berpikir kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta mampu menjawab pertanyaaan analisis terbuka. d) wali murid dan lingkungan; dilibatkan secara aktif dalam melakukan pemantauan hasil belajar peserta didik dan mendukung kesinambungan anatara lingkungan,rumah, dan sekolah. e) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan; menyediakan pelatihalan dalam meningkatkan kompetensi guru dan menyiapkan saat pelaksanakan merdeka belajar (Mendikbud, 2020)

2.1.2 Kampus Mengajar

Istilah belajar mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda, akan tetapi keduanya terdapat suatu hubungan yang sangat erat sekali. Bahkan keduanya terjadi kaitan dan interaksi satu sama lain. Sehingga kedua hubungan memiliki pengaruh dan menunjang satu sama lain. Menurut Maswan dan Khoirul Muslimin (2011: 219) mengajar merupakan memberi pelajaran kepada seseorang (peserta didik) dengan cara melatih dan memberi petunjuk agar mereka

(3)

memperoleh sejumlah pengalaman. Menurut Oemar Hamalik , mengajar memiliki beberapa definisi penting antara lain :

a) Mengajar ialah menyampaikan kepada peserta didik atau murid sekolah b) Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui

lembaga sekolah

c) Mengajar adalah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa

d) Mengajar adalah membimbing belajar kepada murid

e) Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan sehari-hari

Dari pendapat para ahli dapat peneliti simpulkan bahwa mengajar adalah penyampaian pengetahuan kepada peserta didik untuk memperoleh pemahaman dalam membantu kehihudapan sehari-hari.

Kampus mengajar merupakan salah satu implementasi Merdeka Belajar- Kmpus Merdeka yang berupa asistensi mengajar untuk memberdayakan mahasiswa untuk membantu proses pembelajaran di sekolah dasar. dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas diluar kelas perkuliahan. Dalam program kampus mengajar, mahasiswa akan ditempatkan di sekolah dasar yang berdekatan sesuai dengan domisili mahasiswa di seluruh Indonesia dan mengajar siswa-siswi sekolah dasar di wilayah yang termasuk 3 T (terdepan, tertinggal, dan terluar). Peran mahasiswa yaitu membantu proses belajar mengajar disekolah, membantu administrasi dan membantu adaptasi teknologi (Kemendikbud, 2021: 3).

Menurut (Aji, 2020) mengungkapkan bahwa kampus mengajar merupakan salah satu bentuk kepedulian mahasiswa untuk pendidikan siswa SD baik di desa maupun kota, yang saat ini mengalami kondisi yang sangat tidak nyaman. Peneliti menyimpulkan bahwa kampus mengajar merupakan salah satu implementasi program merdeka belajar-kampus merdeka dengan melibatkan mahasiswa melakukan pembelajaran diluar jam perkuliahan tentunya akan menjadi bekal

(4)

menjadi mahasiswa lulusan dengan memiliki softskill dan hardskill, sasaran dari program kampus mengajar yaitu sekolah dasar di Indonesia yang masih terakreditasi B atau C. Dalam melaksanakan kegiatan mengajar, tentunya perlu adanya keterampilan dan kompetensi dalam mengajar.

2.1.2.1 Keterampilan Mengajar

2.1.2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar

Guru merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempengaruhi tercapai tidaknya tujuan pendidikan (Andhika, 2013). Keterampilan merupakan aspek penting yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan perannya sebagai pengelola proses pembelajaran. Menurut Turney (dalam Mulyatun, 2014), keterampilan mengajar merupakan keterampilan yang harus dimilki oleh guru untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai kepada siswa dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar.

Menurut Zainal (2012), Keterampilan dasar mengajar sangat diperlukan, dalam membentuk guru yang baik diperlukan suatu keterampilan dasar.

Keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai guru. Keterampilan guru mengajar adalah ketarampilan yang harus dikuasai seorang guru. Menurut Mulyasa (2013: 69) ketarampilan mengajar ialah kompetensi professional yang cukup menyeluruh.

Dari beberapa pendapat ahli peneliti menyipulkan bahwa keterampilan guru merupakan suatu aspek yang harus dimiliki seorang pendidik (guru) dengan adanya keterampilan maka suatu proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(5)

2.1.2.1.2 Aspek-aspek Keterampilan Mengajar

Menurut Usman (2013), komponen keterampilan mengajar guru yaitu : a. Keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya dari calon seorang guru sangat diperlukan, karena dengan adanya guru yang mahir bertanya. Dengan adanya guru yang mampu membuat pertanyaan maka, guru dapat menggiatkan dan mengikut sertakan siswa untuk atif dalam proses pembelajaran. Bertanya merupakan ucapan verban yang meminta respons kepada seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil dari pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus. Jadi keterampulan bertanya merupakan seorang calon guru yang mampu memberikan pertanyaan dan siswa mampu menjawab dari pertanyaan sehingga siswa menjadi aktif dalam suatu proses pembelajaran.

Adapun dampak positif dari pemberian pertanyaan dalam proses pembelajaran : 1. Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran

2. Meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang dihadapi 3. Menuntun proses berpikir siswa sehingga mampu memberikan ide atau

gagasan

4. Memusatkan perhatian kepada siswa terhadap masalah yang dihadapi b. Keterampilan memberikan penguatan

Penguatan (reinforcement) merupakan segala bentuk respons, apakah bersifat verbal maupun non verbal. Penguatan sendiri merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan umpan bailik terhadap siswa sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatnya kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

Penguatan memeliki pengaruh positif bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan bertujuan atara lain :

(6)

1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran 2. Meningkatkan minat belajar siswa

3. Meningkatkan kegiatan belajar dan tingkah laku siswa yang produktif c. Keterampilan mengadakan variasi

Tentunya dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar terdapat titik kebosanan siswa, faktor dari kebosanan tersebut akan mengakibatkan siswa menjadi tingkat motivasi, perhatian, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru dan sekolah akan menjadi menurun. Variasi stimulus merupakan suatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untukmengatasi kebosanan siswa. Jadi ketarampilan variasi adalah metode mengajar guru, variasi penggunaan media dan bahan ajar dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.

Tujuan dari keterampilan mengadakan variasi antara lain :

1. Meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang relevan 2. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat siswa

3. Memupuk tingkah laku siswa yang positif terhadap guru dan sekolah 4. Memberikan rasa puas dan senang dalam menerima pelajaran.

d. Keterampilan Menjelaskan

Usman (2013), mengungkapkan bahwa ketrampilan menjelaskan dalam pembelajaran, merupakan penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menujukkan adanya hbungan antara satu dengan yang lain, misalnya sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau sesuatu yang sebelumnya belum diketahui.

Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupak ciri utam dari kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan bagian dari aspek guru dalam hubungan interaksi terhdap siswa di dalam kelas. Biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan berpengaruh langsung, misalnya dalam memberikan ide atau gagasan dan pendapat. Oleh sebab itu, perlu peningkatan keefektifan agar tercapainya hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan seorang guru sehingga bermakna

(7)

bagi siswa. Oleh karena itu Usman (2013) mengungkapkan tujuan dari keterampilan menjelaskan :

1. Membimbing siswa untuk memperoleh dan memhami hokum, dalil fakta dan definisi, data prinsip secara objektif dan bernalar

2. Siswa terlibat dalam memecahkan suatu permasalahan

3. Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka

e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Yang dimaksud dengan set induction merupakan usaha yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar-mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental dan perhatian dapat terpusat pada pelajaran yang dipelajarinya, usaha tersebut dapat memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar-mengajar.

Dengan kata lain, kegiatan dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal yang akan dipelajarinya.

Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya diperlukan pada saat awal pelajaran, namun juga dilakukan setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan pasa saat jam perlajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian siswa, memberikan acuan, terkait dengan materi pelajaran yang tidak dikuasai oleh siswa. Sedangkan menutup pelajaran (closure) merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar-mengajar. Usaha menutup pelajaran bertujuan untuk memberi gambaran secara menyeluruh tentang apa saja yang dipelajari oleh siswa. Selain itu untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dan guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar dikelas.

Adapun komponen keterapilan membuka dan menutup pelajaran : 1. Menarik perhatian siswa

2. Menumbuhkan motivasi belajar siswa 3. Memberikan acuan melalui berbagai usaha

(8)

4. Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum pelajaran dan membuat ringkasan

5. Memberikan evaluasi yang dilakukan oleh guru dengan mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru, mengeksplorasi pendapat siswa, memberikan soal-soal tertulis.

f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar, akan tetapi tidak setiap guru mampu membimbing siswa untuk berdiskusi tanpa melalui latihan. Oleh karena itu, keterampilan ini dipelukan agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.

Menurut Usaman (2013) Diskusi kelompok kecil merupakan proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, dan pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut maka diskusi kelompok kecil yaitu siswa berdiskusi secara berkelompok yang dipimpin oleh temannya maupun guru untuk bertukar informasi untuk memcahkan suatu permasalahan dan berlangsung secara terbuka.

g. Keterampilan Mengelola Kelas

Suatu kelas dapat terkondisi secara optimal, apabila seorang guru mampu mengendalikan seluruh kegiatan proses pembelajaran yang ada didalam kelas menjadi susasana yang menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Syarat dari keberhasilan pengelolaan kelas yaitu hubungan interpersonal yang baik anatara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa yang lain.

Pengelolaan kelas yang efektif merupakan syarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

Keterampilan pengelolaan kelas dari definisi diatas pada dasarnya merupakan suatu tindakan atas pemeliharaan situasi dan kondisi yang kondusif yang mengarah pada pelaksanaan proses belajar mengajar yang efektif dan optimal.

Keterampilan pengelolaan memiliki komponen-komponen yang harus

(9)

diperhatikan oleh seorang guru, dengan ujuan memudahkan pengaturan situasi kelas.

h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap siswa seta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa yang lain. Pengajaran ini memungkinkan siswa lebih aktif , memberikan rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan siswa. Pada dasarnya, bentuk pengajaran ini, dikerjakan dengan membagi kelompok kecil . Hakikat dari sitem pengajaran ini adalah terjalin hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa, siswa belajar sesua dengan kecepata dan kemampuan masing-masing sesuai dengan kebutuhannya.

Peranan guru sebagai Organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (narasumber), motivator bagi siswa, pembimbing kegiatan belajar siswa dan sebagai peserta kegiatan belajar.

2.1.2.2 Kompetensi Mengajar

Keberhasilan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah tentunya tidak terlepas dari factor kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi menurut Daryanto (2015: 163) mengungkapkan bahwa kopetensi merupakan kemampuan dan kecakapan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan baik.

Emron, Yohny, Imas (2017, P.140) mengungkapkan kompetensi merupakan kemampuan individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan benar dan memiliki keunggulan yang didasarkan pada hal-hal yang menyangkut pengetahuan, keahlian, dan sikap. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No.

14 Tahun 2005 dijelaskan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampulan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang

(10)

pendidik dalam melaksankan keprofesionalnya. Dari beberapa pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki seorang pendidik dalam melaksanakan keprofesionalnya.

2.1.2.2.1 Macam-Macam Kompetensi Guru

Undang-Undang Guru dan Dosen serta PP No. 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogic/metodologis, profesionalisme, sosial dan kepribadian, berikut penjababaran berbagai macam kompetensi Guru :

a. Kompetensi Pedagogik

Dalam Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “ Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Kompetensi ini dilihat dari kemampuan seorang dalam merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, kemampuan melakukan penilaian. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lainkemampuan dalam memahami peserta didik secara mendalam dan penyelengggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, untuk pembelajaran yang mendidik antara lain kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

(11)

b. Kompetensi Professional

Kompetensi Profesional merupakan kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan.

Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan disubstansi keilmuan yang menaungi materinya. Serta penguasaan terhadap structural dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial.

Subkompetensi professional adalah menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi dengan memiliki indicator esensial, memahami materi ajar yang ada didalam kurikulum sekolah, memahami structural, konsep dan metode keilmuan, memiliki indicator essensial, menguasai langkah-langkah penelitian, dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik untuk berkounikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, masyrakat sekitar. Peran yang dibawa pendidik dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap pendidik pun berbeda da nada kekhususan, terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan didaerah tempat tinggal.

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan pendidik sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi : (1) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional (2) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi- fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan; (3) kemampuan untuk menjalin kerjasama secara individual maupun secara berkelompok.

(12)

d. Kompetensi Kepribadian

Tugas utama seorang guru sebagai tenaga pendidik adalah mengajar. Memiliki karakteristik kepribadian sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan menjadi teladan terhadap peserta didik maupun masyarakatnya.

Dengan demikian , pendidik akan tampil lebih menjadi sosok patut “digugu”

(ditaati nasihat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya).

2.1.3 Literasi

2.1.3.1 Pengertian Literasi

Literasi yang dalam bahasa inggrisnya Literacy berasal dari bahasa latin yaitu litera (huruf) sering diartikan sebagai keaksaraan. Jika dilihat dari makna hurufiah literasi berarti kemampuan seseirang dalam membaca dan menulis.

Orang yang bisa membaca dan menulis biasa disebut dengan literat, sedangkan untuk orang yang tidak bisa membaca atau menulis disebut dengan iliterat atau buta aksara. Menurut Harvey J. Graff mengemukakan bahwa yang mengartikan bahwa literasi merupakan kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis.

Setidaknya dengan kedua hal tersebut masyarakat menjadi melek akan pengetahuan. Romdhoni (2013: 90) mengungkapkan bahwa literasi merupakan peristiwa sosial yang melibatkan keterampilan-keterampilan tertentu, yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi-informasi dalam bentuk tulisan .

Menurut Indarto (2017: 12) literasi merupakan kegiatan memahami dan mengakses melalui berbagai aktivitas yang dilakukan seperti membaca, menulis dan melakukan kegiatan praktik yang disesuaikan dengan pengetahuan dan hubungan sosial. Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa literasi merupakan sebuah konsep untuk mengembangkan secara kompleks dalam memahami dan menyampaikan informasi melalui aktivitas yang mencakup pengetahuan dan keterampilan. Penerapan literasi tidak hanya ditujukan kepada siswa sekolah melainkan masyarakat umum.

(13)

2.1.3.2 Jenis Literasi

Menurut Ibnu Adji Setyawan (2018: 1) Istilah literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas tetapi tetap menunjuk pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi yakni kemampuan membaca dan menulis. Intinya, hal terpenting dalam literasi yaitu bebas buta aksara agar mudah dalam memhami semua konsep secara fungsional, sedangkan cara untuk emmeperoleh kemampuan literasi melalui pendidikan. Terdapat 9 macam literasi antara lain :

1. Literasi Kesehatan merupakan kemampuan untuk memperoleh , mengolah, serta memahami informasi terkait dengan kesehatan serta layanan-layanan apa saja yang diperlukan didalam membuat keputusan kesehatan yang tepat.

2. Literasi Finansial merupakan kemampuan didalam membuat penilaian terhadap informasi serta keputusan yang efektif pada penggunaan dan juga pengelolaan uang, hal ini terkait dengan bidang keuangan.

3. Literasi Digital merupakan kemampuan dasar secara teknis dapat menggunakan computer serta menjalankan internet, dapat melakukan evaluasi terhdap media digital dan dapat merancang media komunikasi.

4. Literasi Data merupakan kemampuan untuk mendapatkan informasi dari data. Lebih tepatnya dalam memahami kompleks analisis data.

5. Literasi Kritikal merupakan suatu pendekatan intruksional menganjurkan untuk adopsi perspektif secara kritis terhadap teks, atau dengan kata lain, jenis literasi yang satu ini sebagai kemampuan untuk mendorong pembaca supaya lebih aktif menganalisis teks dan menjadi argumentasi untuk menyampaikan pesan.

6. Literasi Visual adalah kemampuan untuk menafsirkan, menciptakan dan mengorganisasikan makna dari informasi yang berbentuk gambar visual.

Literasi visual juga dapat diartikan sebagai kemampuan dasar didalam menginterpretasikan teks tertulis ,emjadi interpretasi dengan produk desain visual berups gambar atau video.

(14)

7. Literasi Teknologi adalah kemampuan seseorang untuk bekerja secara independen maupun bekerja sama dengan orang lain secara efektif. Penuh dengan rasa tanggung jawab dan tepat dalam menggunakan instrument teknologi untuk mendapat, mengelola, menintegrasikan, mengevaluasi, membuat serta mengkomunikasikan informasi.

8. Literasi Statistik adalah kemampuan untuk memahami statistic.

Pemahaman mengenai memang diperlukan masyarakat supaya bisa lebih memahami materi yang dipublikasikan oleh media.

9. Literasi informasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang didalam mengenali kapankah suatu informasi diperlukan dan kemampuan untuk menemukan serta mengevaluasi, kemudian menggunakannya secara efektif dan mampu mengkomunikasikan informasi yang dimaksud dalam berbagai format yang jelas dan mudah dipahami.

Sedangkan menurut Waskim (2017: 1) dijelaskan bahwa jenis-jenis literasi meliputi :

1. Literasi Dasar (Basic teracy), literasi jenis ini bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan dalam mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting ) terkait dengan analisis untuk memperhitungkan (calculating) , mempersepsikan informasi (perceiving), mengkomunikasikan serta menggambarkan informasi (drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.

2. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), lebih lanjut, setelah memiliki kemampuan dasar maka literasi perpustakaan untuk mengoptimalkan literasi perpustakaan yang ada, dengan maksud pemahaman tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi.

Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan non fiksi.

3. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media cetak, media elektronik (media radio, media televise) media digital (media internet). Dan memahami tujuan

(15)

penggunaanya. Secara gambling saat ini bisa dilihat masyarakat bahwa media lebih tertuju sebagai hiburan saja. Media belum dijadikan sebagai alat pemenuhan informasi tenatang pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan.

4. Literasi Teknologi ( Teknologi Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti perangkat keras (hardware) perangkat lunak (software) serta etka dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya dapat memahami teknologi untuk mencetak.

Menginterprestasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan computer (Computer literacy) yang didalamnya mencakup cara menghidupkan dan mematikan computer. Menyimpan dan mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak, sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi yang semakin berkembang .

5. Literasi Visual (Visual Literacy) merupakan pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio visual secara kritis dan bermartabat. Banyak informasi yang disampaikan melalui internet dan televise, yang didalamnya terdapat banyak hiburan dan manipulasi yang perlu kita saring berdasarkan etika dan kepatutan.

Berdasarkan urain tersebut penelii menyimpulkan bahwa jenis literasi sekolah mencakup aspek kesehatan, teknologi, visual, literature akdemik dan lainnya. Untuk itu perlu mengembangkan potensi individu melalui pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran.

2.1.3.3 Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan literasi sekolah dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan literasi yang terjadi di unit pendidikan yang paling mendasar, yaitu tigkat sekolah. di tingkat sekolah, literasi dimulai sejak awal siswa masuk gerbang hingga menyelesaikan seluruh kegiatan yang ada disekolah. Pernyataan ini sesuai dengan

(16)

pendapat Koesomo, dkk (2017:5). Pendapat lain juga disampaikan oleh Susilo dan Veronika (2016:9) mengemukakan bahwa gerakan literasi sekolah merupakan program yang wajib dan dilaksankan oleh setiap satuan pendidikan yang ada terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Menurut Wiedarti dkk (2017:7) gerakan literasi sekolah merupakan sebagai bentuk usaha atau partisipasif dengan melibatkkan seluruh warga sekolah, akademisi, media massa, penerbit, masyarakat (tokoh yang mempresentasikan keteladanan dalam dunia usaha, dll.) dan sebagai pemangku kepentingan yang berda dibawah naungan Koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut beberapa pendapat ahli peneliti menyimpulkan bahwa gerakan literasi sekolah merupakan upaya pelakanan program literasi yang diterapkan di satuan pendidikan dengan melibatkan seluruh warga sekolah untuk bekerja sama dalam mewujudkan gerakan literasi sekolah.

2.1.3.4 Ciri-Ciri Sekolah Literasi

Sekolah literasi dan sekolah yang tidak menerapkan literasi tentunya memiliki perbedaan. Oleh karena itu, sekolah literasi memiliki ciri-ciri yang menjadi pembeda dengan sekolah pada umumnya. Menurut Abidin, dkk (2017:285:288) sekolah literasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Bervisi literasi, memiliki visi dan misi menjadi pendukung dalam memnuhi kebijakan program literasi untuk menciptakan sekolah literasi dengan menentukan tujuan, strategi pencapaian dan sasaran program literasi tercapai dengan jelas.

2. Memiliki sumber daya manusia yang peduli dengan adanya literasi.

Sumber daya manusia yaitu seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, karyawan maupun pihak lain yang bersangkutan dengan sekolah).

3. Memiliki sarana berliterasi. Sarana literasi meliputi pajangan media, lingkungan belajar, sudut baca/pojok baca, sarana publikasi terhadap hasil

(17)

karya siswa, majalah dinding dan bahan bacaan serta ruang kelas yang memotivasi dan meningkatkan minat siswa dalam kegiatan literasi.

4. Memiliki program literasi. Program literasi merupakan kunci bagi terbentuknya sekolah yang berbudaya luhur dengan berbasis moral dan berlandaskan etika. Program literasi hendaknya bersifat berkelanjutan, fleksibel dan komprehensif.

5. Menerapkan pembelajaran literasi. Penerapan pembelajaran literasi ditandai dengan penggunaan model. Metode pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran literasi dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Kemdikbud, 2016) ciri-ciri sekolah literasi sebagai berikut :

1. Menyenangkan dan ramah anak sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar

2. Semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama 3. Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan

4. Memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi pada lingkungan sosialnya

5. Mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal Peneliti menyimpulkan bahwa sekolah literasi memiliki 5 ciri-ciri yaitu bervisi literasi, memiliki sumber daya manusia yang peduli literasi, memiliki sarana berliterasi, memiliki program literasi, memiliki pembelajaran literasi. Dari ciri-ciri tersebut yang membedakan sekolah literasi dengan sekolah pada umunya.

Program literasi dapat membuat siswa menjadi lebih menyenangkan dan menumbuhkan rasa semangat belajar.

2.1.3.5 Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Tujuan dari gerakan literasi sekolah dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) tujuan literasi antara lain :

(18)

1) Tujuan Umum

Menumbuhkembangkan budi pekerti siswa melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah supaya mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2) Tujuan Khusus

a. Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan

ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam

buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Berdasarkan uraian tentang tujuan gerakan literasi sekolah peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari gerakan literasi sekolah yaitu sekolah berorientasi dalam menumbuhkembangkan budaya budi pekerti siswa melalui pembudayaan literasi sebagai sarana belajar sepanjang hayat dan sebagai lading informasi pengetahuan yang dapat menunjang siswa dalam belajar. Tujuan dalam pelaksanaan gerakan literasi disekolah dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan program literasi agar lebih terarah dan jelas.

2.1.3.6 Tahap Gerakan Literasi di Sekolah Dasar

Gerakan literasi di sekolah dasar terdiri dari 3 tahapan pelaksanaan, tahapan yang dilakukan di sekolah dasar menurut Faizah, dkk (2016:5) sebagai berikut :

1) Tahap Pembiasaan

a. Kecakapan Literasi Pada Tahap Pembiasaan

Tahap pembiasaan pada kecakapan literasi pada jenjang kelas tinggi berfokus pada kemampuan mempresentasikan cerita dengan efektif dan kemampuan mengetahui jenis tulisan dalam media dan tujuannya

b. Fokus dan Prinsip Kegiatan Pada Tahap Pembiasaan

Fokus dan prinsip kegiatan pada kelas tinggi berpusat pada kemampuan menyimak untuk memahami isi bacaan, memahami bacaan dengan

(19)

berbagai strategi, membaca berbagai jenis buku dengan nyaring dan dalam hati.

c. Prinsip-Prinsip Kegiatan Membaca Pada Tahap Pembiasaan

Prinsip-prinsip kegiatan membaca dalam pelaksanaan gerakan literasi disekolah yaitu buku bacaan sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan bagi siswa. Kegiatan membaca tidak disertai dengan tugas dan diikuti dengan diskusi tanpa adanya penilaian, serta terjalin komunikasi yang baik antara guru dengan siswa.

d. Kegiatan Membaca dan Penataan Lingkungan Kaya Literasi

Kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi, yaitu membaca buku selama 15 menit, memperkaya koleksi buku, memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah, keterlibatan pihak luar, memilih buku bacaan yang baik sesuai dengan karakter dan kemampuan berpikir siswa.

2) Tahap Perkembangan

a. Kecakapan Literasi Pada Tahap Pengembangan

Kemampuan yang telah ditumbuhkan pada tahap pembiasaan, akan dijadikan sebagai bentuk pengalaman yang lebih kompleks dalam meningkatkan kemampuan literasi

b. Fokus Kegiatan Literasi Pada Tahap Pengembangan

Fokus kegiatan literasi pada tahap pengembangan pada kelas tinggi, meliputi kegiatan membaca buku bacaan yang beraneka ragam yang dilakukan secara mandiri, menanggapi bacaan dan menulis tanggapan/kesan dengan kalimat sederhana.

c. Prinsip-prinsip Kegiatan Pada Tahap Pengembangan

Prinsip-prinsip kegiatan pada tahap pengembangan sama dengan tahap pembiasaan, namun kegiatan membaca/membacakan buku dapat diikuti dengan tugas dan tanggapan siswa terhadap bacaan bersifat penilaian non- akademik serta berfokus pada penilaian sikap.

d. Kegiatan Pada Tahap Pengembangan

Kegiatan pada tahap pengembangan meliputi kegiatan, membacakan nyaring interaktif, membaca terpadu, bersama dan mandiri, memilih buku

(20)

pengayaan fiksi dan nonfiksi, kegiatan mendiskusikan cerita memberikan/menunjukkan catatan.

e. Pemanfaatan Perpustakaan dan Sudut Baca di Sekolah

Tujuan dari pemanfaatan perpustakaan dan sudut baca di sekolah adalah meningkatkan kecakapan literasi perpustakaan bagi siswa meliputi pengetahuan terkait fungsi perpustakaan. Kemampuan dalam memilih buku-buku bahan pustaka, pengetahuan terkait bahan pustaka dan pengetahuan tentang etika dalam meminjam buku.

3) Tahap Pembelajaran

a. Kecakapan Literasi Pada Tahap Pembelajaran

Tahap pembelajaran pada aspek literasi telah sampai pada tingakat kemampuan yang kompeleks sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.

b. Fokus Kegiatan Pada Tahap Pembelajaran

Kegiartan pada tahap pembelajaran berfokus pada metode rencana pelaksanaan pembelajaran, media, bahan ajar dan strategi pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar.

c. Prinsip-Prinsip Pada Tahap Pembelajaran

Prinsip-prinsip kegiatan literasi, meliputi kegiatan membaca yang dilakukan secara bervariasi disesuaikan dengan kemampuan, memanfaatkan buku-buku pengayaan fiksi dan nonfiksi, pembelajaran berfokus pada proses bukan pada hasil, kegiatan menanggapi teks bacaan dilakukan dengan mempertimbangkan kecerdasan dan keragaman gaya belajar siswa, guru melakukan pemodelan dan pendampingan.

d. Langkah-Langkah Kegiatan Pada Tahap Pembelajaran

Langkah-langkah pada tahap pembelajaran meliputi kegiatan membaca dengan cara atau strategi, memilih buku pengayaan sesuai dengan jenjang, tujuan dan materi pembelajaran, serta menggunakan buku pengayaan untuk kegiatan menulis kreatif.

e. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah dan Sudut Baca Untuk Pembelajaran Pemanfaatan perpustakaan dan bahan pustaka yang ada disekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapan siswa

(21)

dalam literasi informasi yang mencakup kemampuan menggunakan fitur isi bacaan, kemampuan dalam menganalisis dan mengkelompokkan informasi, kemampuan dan membedakan fakta serta fiksi, memiliki pemahaman terhadap hak cipta dan kemampuan dalam mengelola serta dalam menggunakan informasi.

Berdasarkan uraian terkait dengan tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap tahapan memiliki tujuan dengan tingkat penguasaan keterampilan yang berbeda. Pada tahap pembiasaan bertujuan untuk menumbuhkan kecakapan dasar yang berfokus pembiasaan kecakapan yang ingin ditumbuhkan, ditunjang dengan langkah-langkah kegiatan dan penataan lingkungan kaya akan literasi. Tahapan pengembangan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dasar dengan budaya literasi. Didukung dengan pemberian tugas-tugas sederhana untuk meningkatkan kemampuan literasi.

Sedangkan, tahap pembelajaran bertujuan untuk menyediakan pembelajaran terpadu berbasis literasi , menata kelas berbasis literasi, memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana literasi dan melaksankan kegiatan pembelajaran literasi.

2.4 Numerasi

2.1.4.1 Pengertian Literasi Numerasi

Salah satu literasi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari adalah numerasi. Numerasi merupakan pengetahuan dan kecakapan (1) menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari (2) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dan sebagainya, (3) menggunakan interpretasi tersebut untuk memprediksi dari mengambil keputusan (OECD, 2016). Definisi numerasi yang dikutip dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud 2020 adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia. Menurut (Maulidhina, 2019) Kemampuan

(22)

numerasi merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penerapan suatu konsep bilangan serta ketrampilan dalam berhitung seperti melakukan operasi hitung bilangan dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa pendapat ahli peneliti menyimpulkan numerasi merupakan kemampuan berpikir menggunakan konsep, produk fakta dan alat matematika yang bertujuan untuk menyelesaikam permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan literasi terlihat seperti matematika, akan tetapi numerasi mencakup hal yang luas, karena numerasi merupakan ketrampilan dalam mengaplikasikan konsep matematika dalam situasi dan kondisi nyata dalam menyelesaikan permasalahan dan bahkan mungkin berhubungan dengan faktor non matematis.

2.1.4.2 Komponen Literasi Numerasi

Komponen literasi numerasi tidak hanya dapat ditemui pada mata pelajaran matematika saja akan tetapi juga dapat ditemui dalam pelajaran lain.

(Murtiyasa, 2015:32-33) mengungkapkan bahwa TIMMS mengembangkan domain isi dan kognitif dalam penilaian matematika yaitu grade 4 meliputi (bilangan, bentuk geometri, pengukuran, dan penyiapan data) dan grade 8 meliputi (bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang). Sementara Han dkk (2017: 6) membagi komponen yang terdapat pada liyerasi numersi disesuaikan dengan cakupan materi pada kurikulum 2013. Seperti tabel berikut ini :

Tabel 1. Komponen Literasi Numerasi dalam Cakupan Matematika Kurikulum 2013

Komponen Literasi Numerasi Cakupan Matematika Kurikulum Mengestimasi dan menghitung dengan

blangan bulat

Bilangan

Menggunakan pecahan, decimal, persen, dan perbandingan

Bilangan

Mengenali dan menggunakan pola dan relasi

Bilangan dan Aljabar

(23)

Menggunakan penalaran spasial Geometri dan Pengukuran Menggunakan pengukuran Geometri dan Pengukuran Menginterpretasikan statistik Pengolahan Data

(Sumber : Han dkk, 2017:6)

Berdasarkan keterangan diatas, bahwa numerasi tidaklah sama dengan

matematika, akan tetapi didalam numerasi terdapat cakupan matematika yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Dalam penerapannya, numerasi menerapkan matematika dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

2.1.4.3 Indikator Literasi Numerasi di Sekolah

Literasi numerasi yang dilakukan di sekolah mencakup tiga indicator penting yang harus diperhatikan. Indikator literasi numerasi di sekolah menurut Han, dkk (2017:6-7) antara lain :

1. Berbasis Kelas

Indikator literasi numerasi berbasis kelas mencakup komponen penting dalam melaksankan literasi didalam kelas. Indikator literasi numerasi berbasis kelas terdiri dari jumlah pelatihan guru matematika yang ada disekolah dan jumlah pelatihan guru nonmatematika sebagai bentuk upaya dalam meningkatkan kemampuan guru dalam melaksankan literasi numerasi, jumlah pembelajaran matematika yang berbasis permasalahan dan pembelajaran matematika berbasis proyek, jumlah pembelajaran nonmatematika pada jenjang kelas yang melibatkan unsur literasi numerasi, nilai matematika siswa selama mengikuti pembelajaranpada saat melaksankan kegiatan literasi numerasi dan nilai matematika pada siswa yang dilihat berdasarkan PTSA/TIMSS INAP.

2. Basis Budaya Sekolah

Indikator literasi numerasi pada basis budaya sekolah melibatkan rangkaian kegiatan literasi yang kompeleks dilingkungan sekolah. Indikator pada basis budaya terbagi menjadi dua yaitu jumlah dan variasi buku literasi

(24)

numerasi yang disediakan di perpustakaan maupun sudut baca kelas.

Frekuensi jumlah peminjaman buku literasi numerasi, jumlah penyajian berbagai informasi dengan bentuk presentasi numerasi, ketersediaan akses situs daring yang berkaitan dengan program literasi numerasi, jumlah kegiatan bulan literasi dan numerasi yang diadakan oleh pihak sekolah, alokasi penggunaan dana dalam melaksankan program literasi numerasi, terbentuknya tim literasi sekolah yang memiliki peran aktif dalam melaksankan program literasi numerasi, terbentuknya tim literasi sekolah yang memiliki peran aktif dalam penerapan program literasi numerasi dan munculnya kebijakan sekolah terkait dengan pelaksanaan literasi numerasi.

3. Basis Masyarakat

Indikator pada basis masyarakat lebih bersifat umum dan luas. Artinya membuka peluang terjadinya komunikais dan kerjasama pihak luar dalam mewujudkan sekolah literasi. Indikator dari basis masyarakat terdiri jumlah ruang publik yang ada dilingkungan sekolah dalam melaksankan program literasi numerasi, jumlah keterlibatan orang tua sebagai tim literasi di sekolah dan jumlah kegiatan sharing session yang dilakukan publik dalam melaksankan kegiatan literasi numeras yang telah diselenggarakan pihak sekolah.

Berdasarkan uraian terkait dengan indikator literasi numerasi dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat tiga indikator yaitu basis kelas, basis budaya sekolah dan basis masyarakat. Setiap indikator memiliki aspek yang berbeda dalam mewujudkan program literasi numerasi dengan tujuan mewujudkan gerakan literasi disekolah.

2.1 Kajian Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian Anugrah (2021) dengan judul “Implementasi Pelaksanaan Program Kampus Mengajar Angkatan 1 Terdampak Pandemi

(25)

Covid-19” menunjukan bahwa program pertama yang diimplementasikan yaitu pelatihan adaptasi teknologi pembelajaran daring kepada siswa-siswi SDS ABC Jakarta Utara berjalan dengan baik, dan membantu administrasi sekolah dan guru metode proses pembelajaran SDS ABC menggunakan metode pembelajaran SDS ABC menggunakan metode pembelajaran daring dan luring.

Media pembelajaran yang digunakan berupa RPP yang disebar di grup WhatsaApp dan buku tema (buku pelajaran). Penggunaan aplikasi video conference seperti zoom atau Gmeet, hanya dilakukan dua minggu sekali atau sebulan sekali. Pembelajaran luring yang dilakukan satu kali dalam satu minggu. Persaman penelitian yang dilakukan Tengku Muhamad Fajar Anugrah mengkaji tentang implementasi kampus mengajar di sekolah dasar dan perbedaan dengan yang akan peneliti lakukan adalah peneliti Anugrah menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan dokumentasi sedangkan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

2. Berdasarkan penelitian Khasanah, dkk (2021) dengan judul “ Pendampingan Adaptasi Teknologi Serta Pemanfaatan Dalam Menanamkan Literasi dan Numerasi di SD 3T” menunjukkan bahwa kegiatan dilakukan secara luring dengan menerapkan protokol kesehatan di 3 SD sasaran yaitu UPT SD Negeri 1 Pujodadi, UPT SD Negeri 2 Podomoro dan UPT SD Negeri 4 Sendangmulyo. Kegiatan ini bertujuan untuk : 1) membantu guru dan siswa dalam memanfaatkan teknologi pada pembelajaran daring. 2) meningkatkan keterampilan guru dan siswa dalam penggunaan aplikasi daring. 3) memberikan informasi kepada guru dan siswa mengenai pentingnya peranan literasi dan numerasi sejak dini serta pemanfaatan media digital sebagai sarana menanamkan literasi dan numerasi. Persamaan penelitian yang dilakukan Khasanah, dkk yaitu saling mengkaji tentang kegiatan mahasiswa kampus mengajar dalam menanamkan literasi dan numerasi di sekolah dasar. Untuk perbedaaanya yaitu obyek penelitian dilakukan di tiga tempat yaitu di UPT SD Negeri 1 Pujodadi, UPT SD Negeri 2 Podomoro dan UPT SD Negeri 4

(26)

Sendangmulyo sedangkan peneliti melakukan penelitian di satu tempat yaitu di SD Negeri Baturejo 02.

3. Berdasarkan penelitian Shabrina (2022) dengan judul “ Kegiatan Kampus Mengajar Dalam Meningkatkan Keterampilan Literasi dan Numerasi Siswa Sekolah Dasar” menunjukkan bahwa siswa kelas II sangat tertarik dengan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran, dan metode pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok membuat pembelajaran sangat efektif sehingga perkembangan keterampilan dan numerasi terdapat peningkatan pada kelompok siswa belum fasih membaca dan semakin baik pada kelompok siswa yang sudah fasih membaca. Persamaan penelitian yang dilakukan shabrina yaitu saling mengkaji tentang kegiatan mahasiswa kampus mengajar dalam menanamkan literasi dan numerasi di sekolah dasar.

Perbedaan penelitian yang dilakukan Shabrina adalah subyek penelitian yang digunakan siswa kelas II sedangkan subyek yang digunakan peneliti adalah siswa kelas V.

4. Berdasarkan penelitian Khusnul Fatonah, dkk (2021) dengan judul

“Implementasi Program Kampus Mengajar di Sekolah Dasar Swasta Nurani Jakarta” menunjukan bahwa implementasi program kampus mengajar di SDS Nurani berjalan dengan baik, hal ini ditinjau berdasarkan aspek kesesuaian program dengan sasaran, program dengan sasaran sudah tepat. Kegiatan literasi yang dilakukan mahasiswa adalah membantu membaca dan menulis. Dalam bidang numerasi, mahasiswa mengajari siswa siswa beragam bentuk perhitungan matematika dan cara penyelesaiannya. Adaptasi teknologi yang dilakukan mahasiswa di SDS Nurani adalah membantu guru membuat media pembelajaran yang menarik dan membantu penggunaan berbagai aplikasi daring untuk pembelajaran. Dalam hal administrasi, mahasiswa membantu para guru untuk mengoreksi hasil jawaban tugas dan mengawasi ujian siswa kelas 6 serta membantu mengisi 2-raport. Persamaan penelitian yang dilakukan Khusnul Fatonah, dkk yaitu saling mengkaji tentangimplementasi mahasiswa kampus mengajar di sekolah dasar dan perbedaan penelitian yang dilakukan Khusnul Fatonah, dkk dengan peneliti adalah subjek penelitian yaitu Siswa

(27)

SDS Nurani sedangkan subjek peneliti yaitu siswa kelas 5 SD Negeri Baturejo 02.

5. Berdasarkan penelitian Aan Widiyono, dkk (2021) dengan judul “Implementasi Merdeka Belajar Melalui Kampus Mengajar Perintis di Sekolah Dasar”

menunjukan bahwa implementasi kampus mengajar perintis dilaksanakan di SDN 01 Sowan Lor terbukti dapat memberikan dampak positif bagi peserta didik seperti meningkatkan minat belajar, meningkatnya kemampuan literasi terpadu dan numerasi. Selain itu, manfaat bagi para mahasiswa diantaranya dapat memberikan pengalaman mengajar secara langsung sehingga dapat mengembangkan kemampuan interpersonal dan kepemimpinan yang dimiliki.

Persamaan peneliti dengan penelitian yang dilakukan Aan Widiyono, dkk yaitu objek penelitian yang digunakan adalah sekolah dasar dengan akreditasi B dan perbedaan peneliti dengan penelitian yang dilakukan Aan Widiyono,dkk jenis metode penelitian adalah kajian literatur, sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif.

2.2 Kerangka Berpikir

Seiring dengan perkembangan zaman menuntut dunia pendidikan untuk melakukan inovasi untuk menjawab tantangan yang komplek, untuk itu pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim melucurkan program “Merdeka Belajar” dengan tujuan untuk merespon kebutuhan dunia pendidikan di era revolusi industry 4.0.

Program merdeka belajar-kampus mengajar merupakan salah satu sebagai trobosan bidang pendidikan era revolusi 4.0 dalam mencapai penugasan terhadap materi literasi dan numerasi. Dengan adanya program ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi lulusan mahasiswa, baik softkill

& hardskill. Selain itu dengan adanya program kampus merdeka-merdeka belajar menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul, bermoral, dan beretika ( Suhartoyo dkk., 2020)

(28)

Kampus mengajar merupakan bagian dari program kampus merdeka-merdeka belajar yang tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas diluar perkuliahan. Sasaran dari program kampus mengajar merupakan sekolah dasar diseluruh Indonesia dengan akreditasi B atau C dimana mahasiswa membantu proses belajar mengajar disekolah, membantu administrasi sekolah dan adaptasi teknologi (Kemendikbud, 2021:3). Dengan adanya program kampus mengajar pendidikan sekolah dasar di seluruh Indonesia menerima pendidikan secara merata dan mampu berpengaruh positif guru dan siswa selama proses pembelajaran. Salah satu program dari mahasiswa kampus mengajar yaitu literasi dan numerasi. Berdasarkan observasi dan wawancara di SD Negeri Baturejo 02 terdapat permasalahan terkait dengan pelaksanaan literasi dan numerasi yaitu siswa masih masih belum memahami tentang konsep matematika, inovasi yang tidak didukung, rendahnya motivasi siswa dalam kegiatan literasi, terbatasnya pelatihan guru, kurangnya buku bacaan yang memadai.

Penelitian deskriptif kulitatif digunakan untuk mengetahui mahasiswa kampus mengajar dalam menanamkan literasi dan numerasi pada siswa kelas V SD Negeri Baturejo 02, peneliti ingin meneliti lebih dalam apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan literasi dan numerasi, sehingga dapat mengetahui upaya untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan literasi dan numerasi.

(29)

2.1 Kerangka Berpikir

Kampus Mengajar

Program Literasi dan Numerasi

Kondisi Ideal :

1. Melaksankan program literasi dan numerasi

2. Menyediakan sudut baca dan perpustakaan

3. Menambah koleksi buku bacaan 4. Memfasilitasi belajar dengan

menggunakan model dan metode 5. Meningkatkan keterampilan guru

dalam literasi dan numerasi

Kondisi di lapangan :

1. Kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika

2. Inovasi yang tidak didukung 3. Rendahnya motivasi siswa dalam

kegiatan literasi

4. Terbatasnya pelatihan guru 5. Minimnya literature

6. Koleksi buku-buku bacaan yang kurang memadai

Rancangan Program

literasi numerasi

Pelaksanaan Literasi numerasi

Upaya yang dilakukan

dalam mengatasi kendala literasi

numerasi

Faktor pendukung pelaksanan

literasi numerasi

Faktor Penghambat pelaksanaan

literasi numerasi

Metode penelitian Kualitatif pendekatan Deskriptif

Pengumpulan data : Observasi, wawancara , dokumentasi

Analisis Data : Model Miles and

Huberman

Hasil :

1. Perencanaan program literasi dan numerasi 2. Pelaksanaan program literasi dan numerasi

3. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelaksanaan program literasi dan numerasi

4. Faktor pendukung pelaksanaan program literasi dan numerasi 5. Faktor penghambat pelaksanaan program literasi numerasi

Gambar

Tabel 1. Komponen Literasi Numerasi dalam Cakupan   Matematika Kurikulum 2013

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan yang ada pada siswa kelas I Sekolah Dasar yang telah diuraikan di muka, maka dalam upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa guru

Kepala Sekolah memprogram kegiatan yang mampu meningkatkan kecakapan multiliterasi siswa, seperti literasi membaca dan menulis, literasi numerasi, literasi sains,

Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang ada, peneliti akan melakukan penelitian di sekolah tersebut dengan judul proposal Upaya Meningkatkan Sikap Peduli Lingkungan dan

Simpulan dalam penelitian ini adalah mengajar geometri di Sekolah Dasar yang memperhatikan tingkat berpikir geometri siswa akan lebih mempermudah siswa dalam

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diterapkan pada sebuah kelas di sekolah dasar untuk meningkatkan prestasi belajar dan rasa ingin tahu siswa pada mata

Kegiatan Program Kampus Mengajar ini telah dilaksanakan sesuai dengan rencana awal yaitu mendidik siswa secara aktif dalam pelajaran literasi, numerasi dan adaptasi teknologi di sekolah

Analisis Pelaksanaan Program a Literasi dan Numerasi Analisis hasil pelaksanaan Program Kampus Mengajar Angkatan 4 dalam bidang literasi dan numerasi yang telah dilaksanakan oleh

Kegiatan Literasi dan Numerasi Kampus Mengajar Angkatan 4 di SDN Kincang 03 Kec.Jiwan NO Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu Pelaksanaan 1 Pemanfaatan Sudut Baca di setiap Kelas