10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Literasi
Secara etimologis, literasi berasal dari bahasa latin litera yang memiliki pengertian sistem tulisan yang menyertainya. Literasi adalah hak asasi manusia yang fundamental dan pondasi untuk belajar sepanjang hayat. Berdasarakan pengertian tersebut, literasi merupakan keahlian yang dimiliki oleh invidu untuk membaca, menulis, menghitung, selain itu kemampuan invidu yang lain yaitu memiliki keterampilan untuk memcahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan kemampuan yang dimiliki sepanjang hayat. Hal ini sependapat dengan Albert (dalam Malawi, 2017: 8) menjelaskan bahwa literasi bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis, namun menambah pengetahuan dan keterampilan dan pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat orang memeliki kemampuan berfikir kritis mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efektif dan mampu mengembangkan potensi serta berpartisipasi aktif dalam berkihidupan bermasyarakat. Kebijakan Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti melaksanakan program literasi untuk menumbuhkan budi pekerti dan menumbuhkan individu yang literat.
Literasi saat ini tidak hanya kemampuan membaca dan menulis, tapi saat ini banyak sekali kemapuan dan keterampilan literasi yang
dikembangkan untuk menambah pengetahuan dalam berkihudupan bermasyarakat maupun berpendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim, dkk (dalam Astuti, 2018 : 16) sebagai berikut :
1) Literasi baca dan tulis
Literasi baca dan tulis menurut Ibrahim, dkk (dalam Astuti, 2018:16) dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan dalam hal mencari, membaca, menelusuri, memahami, menulis, dan mengolah informasi untuk menanggapi, menganalisis dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, berpartisipasi di lingkungan social serta mengembangkan potensi dan pemahaman.
2) Literasi Numerasi
Literasi numerasi menurut pendapat Ibrahim, dkk (dalam Astuti, 2018:16) adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) dapat memperoleh, menggunakan menginterpretasikan dan mengomunikasikan angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah praktis yang ada dalam konteks kehidupan sehari-hari; (b) dapat menganalisis berbagai informasi yang ditampilkan dalam bentuk (grafik, bagan, tabel, dsb.) untuk menentukan keputusan.
3) Literasi Sains
Literasi sains menurut Ibrahim,dkk (dalam Astuti, 2018 : 16) diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan yang ilmiah agar memperoleh pengetahuan baru, mampu mengidentifikasi pertanyaan, dapat menjelaskan fenomena ilmiah, intelektual dan budaya, dapat memberikan kesimpulan berdasarkan fakta, kesadaran tentang ilmu
sains dan teknologi yang membentuk lingkungan alam, memahami karakteristik sains, serta kemauan untuk peduli dan terlibat dalam isu yang berhubungan dengan sains.
4) Literasi Digital
Literasi digital berdasarkan pengertian Ibrahim,dkk (dalam Astuti, 2018:16) adalah pengetahuan serta kecakapan dalam menggunakan berbagai media digital, jaringan dalam menemukan informasi, menggunakan alat-alat komunikasi, kemampuan dalam menggunakan, mengevaluasi, membuat informasi dan memanfaatkan media dengan cerdas, sehat, cermat, bijak, tepat dan patuh terhadap hukum yang berlaku dalam rangka membina interaksi dan komunikasi yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
5) Literasi Finansial
Literasi finansial menurut Ibrahim,dkk (dalam Astuti, 2018 : 16) adalah pengetahuan serta kecakapan dalam mengaplikasikan pemahaman terkait dengan risiko dan konsep, keterampilan dan motivasi serta pemahaman yang diperlukan membuat keputusan yang efektif sesuai dengan konteks agar dapat meningkatkan kesejahteraan finansial bagi individu maupun sosial dan dapat berpartisipasi aktif di lingkungan masyarakat.
6) Literasi Budaya dan Kewarganegaraan
Literasi Budaya dan Kewargaan Literasi budaya memiliki pengertian sebagai pengetahuan serta kecakapan untuk memahami dan memiliki sikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas
bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan merupakan pengetahuan dan kecakapan agar dapat memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat. Pernyataan tersebut berdasarkan pendapat Ibrahim,dkk (dalam Astuti (2018 : 16) ). Manfaat literasi menurut Jariah dan Marjani ( 2019 :1) adalah Menambah kosa-kata, mengoptimalkan kerja otak, menambah wawasan dan informasi baru, meningkatkan kemampuan interpersonal, mempertajam diri dalam menangkap makna dari suatu informasi yang sedang dibaca.
2. Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan literasi sekolah atau GLS merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua warga sekolah untuk dijadikan sebagai proses pembelajaran hingga sepanjang hayat. Hal sependapat dengan Faiza dkk, (2016: 2) mengatakan bahwa GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Gerakan ini di landasi dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang mana gerakan literasi sekolah dilakukan 15 menit sebelum proses belajar mengajar dilakukan.
Tujuan secara umum dari GLS adalah menjadikan seluruh warga sekolah menajdi invidu yang literat dan sebagai wujud mencerdaskan bangsa untuk sekarang maupun mendatang. Tujuan ini sesuai dengan pendapat Faiza dkk, (2016: 2) Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan
Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kemudian tujuan khusus dari Gerakan Literasi Sekolah menurut Faiza dkk, ( 2016: 2) yaitu :
a. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat. c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Prinsip Gerakan Literasi Sekolah menurut Kemendikbud (2016 : 9) terdapat enam prinsip yaitu :
a. Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya.
b. Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan peserta didik
c. Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum. d. Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan.
e. Melibatkan kecakapan berkomunikasi lisan. f. Mempertimbangkan keberagaman
Target pencapaian dari pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yaitu menciptakan agar dapat cakap berkomunikasi serta saling bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, hal ini sesuai dengan pendapat Faiza dkk, ( 2016: 2) GLS di SD menciptakan ekosistem pendidikan di SD yang literat. Ekosistem pendidikan yang literat adalah lingkungan yang:
a. menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan semangat warganya dalam belajar;
b. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama dalam menciptakan ekosistem pindidikan literat;
c. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
d. memotivasi warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya; dan
e. mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan eksternal SD.
Pelaksanaan Gerakan Literasi sekolah melalui 3 tahapan yang dilakukan agar keberlangsungan dari pelaksanaan ini berjalan dengan baik dan jangka panjang dalam pelaksanaan. Menurut Faiza dkk, ( 2016: 6) mengatakan bahwa keberlangsungannya dalam jangka panjang, GLS SD dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Tiga tahapan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap Pembiasaan a. Kecakapan literasi
Pada kelas rendah dalam kegiatan kecakapan literasi yaitu siswa mengkomunikasikan empati watak tokoh cerita kemudian siswa berpikir kritis untuk memisahakan cerita fiksi dan nyata. . Sedangakan dalam kelas tinggi siswa mempresentasikan cerita dengan efektif kemudian mengetahui jenis tulis dalam media dan tujuannya.
b. Fokus dan prinsip tahap pembiasaan
Fokus kegaiatan dalam kelas rendah yaitu siswa membaca dengan nyaring dengan teks pendek dalam bentuk fiksi atau nonfiksi, kemudian menyimak cerita yang dibacakan untuk menumbuhakan rasa empati. Dalam kegaiatan kelas tinggi siswa melakukan fokus kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, kemudian menyimak untuk memahami isi bacaan.
c. Langkah-langkah kegiatan dalam tahap pembiasaan
1) Membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai dengan membaca nyaring, membaca dalam hati buku yang disedikakan
2) Menata sarana dan lingkungan kaya literasi, sarana literasi mencakup perpustakaan sekolah, Sudut Baca Kelas, dan area baca. Perpustakaan berfungsi sebagai pusat pembelajaran di SD. Pengembangan dan penataan perpustakaan menjadi bagian penting dari pelaksanaan gerakan literasi SD dan pengelolaan pengetahuan yang berbasis pada bacaan. Perpustakaan yang dikelola dengan baik mampu meningkatkan minat baca warga SD dan menjadikan mereka pembelajar sepanjang hayat. Perpustakaan SD idealnya berperan dalam mengkoordinasi pengelolaan Sudut Baca Kelas, area baca, dan prasarana literasi lain di SD.
3) Menciptakan lingkungan kaya teks untuk menumbuhkan budaya literasi di lingkungan sekolah, ruang kelas perlu diperkaya dengan bahan-bahan kaya teks.
5) Pelibatan Publik dalam mempersiapkan sarana dan prasarana dalam kegiatan literasi
2. Tahap Pengembangan
a. Kecakapan Literasi Pada Tahap Pengembangan
Dalam jenjang kelas rendah tahap pengembangan memiliki 5 kecakapan yaitu menyimak, membaca, menulis, berbicara, serta mimilih informasi. Aspek tersebut bertujuan agar menubuhkan rasa emapati dalam menyimak, kemudian membaca unutk memahami kata dalam teks dan alur cerita, siswa juga dapat menceritakan melalui gambar, serta menjawab seputar cerita dan mengidentifikasi para tokokh cerita.
Untuk jenjang kelas tinggi memiliki kecakapan yang sama dengan kelas rendah hanya saja perbedaan dalam tujuan kecakapan. Keckapan menyimak sama dengan kecakapan kelas rendah tetapi dalam kelas tinggi siswa membaca dengan fasih, menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri, kemudian menulis tanggapan terhadap tokoh cerita kemudian mengidentifikasi elemen fakta dan fiksi
b. Fokus Kegiatan Literasi Pada Tahap Pengembangan
Fokus kegaiatan dalam kelas rendah yaitu guru masih membacakan buku atau cerita kepada siswa kemudian siswa menulis tanggapan tokoh dalam cerita yang telah di bacakan, sedangkan pada kelas tinggi siswa sudah membaca dengan mandiri dan menulis tanggapan tentang tokoh atau cerita dengan kalimat sederhana secara mandiri.
c. Prinsip-Prinsip Kegiatan Pada Tahap Pengembangan
Prinsip dari kegiatan tahap pengembangan yaitu dengan membaca bacaan yang diminati anak selain buku pelajaran kemudian ada kegiatan-kegiatan yang membuat suatu karya seni yang dinilai dengan non akademik yang berfita menyenangkan dalam kegiatannya.
d. Kegiatan Pada Tahap Pengembangan
Kegaiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan meliputi kegiatan membacakan nyaring interaktif, membaca terpadu, bersama dan mandiri, memilih buku pengayaan fiksi dan fakta, kegiatan mendiskusikan cerita atau bacaan , memberikan/menunjukkan catatan.
e. Pemanfaatan Perpustakaan Dan Sudut Baca di Sekolah
Pemanfaatan perpustakaan dan sudut baca sekolah bertujuan untuk meningkatkan kecakapan literasi perpustakaan peserta didik. Kecakapan literasi perpustakaan meliputi:
1) pengetahuan tentang fungsi perpustakaan sebagai sumber pengetahuan dan koleksi informasi yang bermanfaat dan menghibur;
2) kemampuan memilih bahan pustaka yang sesuai jenjang dan minat secara mandiri;
3) pengetahuan tentang bahan pustaka sebagai produk karya penulisan yang diciptakan melalui proses kreatif; dan
4) pengetahuan tentang etika meminjam bahan pustaka dan berkegiatan di perpustakaan.
3. Tahap Pembelajaran
a. Kecakapan Literasi Pada Tahap Pembelajaran
Pada tahap pembelajaran meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif (membaca dan menyimak) dan aktif (berbicara dan menulis) yang dijelaskan secara rinci dalam konteks dua kegiatan utama di tahap ini, yaitu membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis dijenjangkan agar peningkatan kecakapan di empat area berbahasa tersebut (membaca, menyimak, berbicara, dan menulis) dapat dilakukan secara terukur dan berkelanjutan
b. Fokus Kegiatan Pada Tahap Pembelajaran
Kegiatan yang dapat dilakukan di tahap pembelajaran yaitu Guru mencari metode pengajaran yang efektif dalam mengembangkan kemampuan literasi peserta didik. Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar. Melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi pembelajaran. Guru menerapkan berbagai strategi membaca (membacakan buku dengan nyaring, membaca terpandu, membaca bersama) untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.
c. Prinsip-Prinsip Kegiatan Pada Tahap Pembelajaran
Prinsip kegiatan dengan melakukan kegiatan membaca bervariasi dari membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca terpandu, hingga membaca bersama-sama, kemudian pemanfaatan dari buku bacaan dari bacaan fiksi
atau nonfiksi yang disertai menulis tanggapan dari cerita secara mandiri sesuai jenjang siswa
d. Langkah-Langkah Kegiatan Pada Tahap Pembelajaran
Langakah yang awal dilakukan yaitu dengan membaca dengan berbagai cara, kemudian memilih buku pengayaan untuk pembelajaran sesuai kelas dan jenjang siswa. Menggunakan buku pengayaan untuk kegaiatan menulis kreatif bagi kelas tinggi agar siswa cenderung kreatif dan percaya diri dalam kegiatan menulis, dalam kegaiatan menulis siswa membaca kemudian guru menyiapkan petunjuk agar siswa menaggapi cerita yang dibaca atau dibacakan.
3. Literasi Numerasi
Literasi numeris atau matematis sama pentingnya dengan membaca dan menulis. Literasi numeris merupakan literasi yang mampu menjadikan individu literat yang dapat memecahkan masalah sehari-hari dengan bahasa matematis. Berdasarkan penyataan tersebt sesuai dengan Abidin dkk (2017:104) mengatakan bahwa literasi matematis mampu menjadikan kita seorang literat yang mampu memprakirakan dan menafsirkan informasi, memecahkan masalah dengan memberikan alasan melalui grafik, tabel serta berkomunikasi dengan mengunakan matematika.
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) kemudian
menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan, Kemendikbud (2017:4). Pengertian tersebut mengartikan literasi numerasi sebagai kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu untuk memecahkan masalah yang disajikan dengan simbol matetimatika dalam kehidupan sehari-hari.
Numerasi tidak sama dengan matematika sebab numerasi menerapkan simbol-simbol perhitungan dalam sehari-hari untuk menyelesaikan suatu masalah. Kemendikubud (2017:4) mengatakan bahwa numerasi mencakup mengaplikasikan konsep dan kaidah matematika dalam situasi dalam sehari-hari, jika permasalahannya sering kali tidak terstruktur, memiliki banyak cara dalam penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan faktor nonmatematis.
Indikator gerakan literasi di sekolah meliputi basis kelas, basis budaya sekolah, serta basis masyrakat. Berikut merupakan Indikator gerakan literasi di sekolah menurut Kemendikbud :
1. Basis Kelas
a. Meningkatnya jumlah pelatihan guru matematika dan nonmatematika b. Meningkatnya intensitas pemanfaatan dan penerapan numerasi dalam
pembelajaran;
c. Meningkatnya jumlah pembelajaran matematika berbasis
permasalahan dan pembelajaran matematika berbasis proyek
d. Meningkatnya jumlah pembelajaran nonmatematika yang melibatkan unsur literasi numerasi.
2. Basis Budaya Sekolah
a. Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi b. Meningkatnya frekuensi peminjaman bahan bacaan literasi numerasi c. Meningkatnya jumlah kegiatan literasi numerasi di sekolah;
d. Meningkatnya jumlah penyajian informasi dalam bentuk presentasi numerasi
e. Adanya kebijakan sekolah mengenai literasi numerasi
f. Meningkatnya akses situs daring yang berhubungan dengan literasi numerasi
g. Tersedianya alokasi dana untuk literasi numerasi h. Tersedianya tim literasi sekolah.
3. Basis Masyarakat
a. Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana yang mendukung Mliterasi numerasi di sekolah; dan
b. Meningkatnya keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan literasi numerasi di sekolah.
4. Matematika
Menurut kamus besar bahasa Indonesia matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika menurut Ruseffendi (Indri, 2014) mendifinisikan matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya dalil.
B. Peneitian Relevan
Tabel 2. 1 Penelitian Relevan
No. Judul Hasil Persamaan Perbedaan
1. Yuni Puji Astuti pada tahun 2018 yang berjudul “Program Literasi Numerasi di SD Muhammadiyah 1 Kota Malang” Penerapan program literasi numerasi di SD Muhammadiyah 1 Kota Malang terlaksana dengan baik mulai dari sarana dan prasana yang cukup memeadai, pembelajaran literasi dilakukan dengan menghubungkan kegaiatan sehari-hari siswa a) Membahas gerakan literasi numerasi di sekolah dasar b) Menggunakan metode kualitatif c) Menggunakan model Miles dan Huberman a) Penelitian yang dilakukan di kelas IV b) Penelitian yang diteliti membahas gerakan literasi dalam pembelajaran matematika. c) Menggunakan validasi data dengan sumber
2. Ika Fajar Rini pada tahun 2018 dengan judul “Penerapan Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta” Penerapan gerakan literasi di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta mampu mendorong budaya membaca dan implementasinya yang dilakukan 15 menit sebelum pembelajaran, kegaitan literasi tidak hanya pada pembelajaran umum namun ada beberapa kegiatan keagamaan untuk menumbuhakan sikap relegius siswa a) Menggunakan metode kualitatif b) Objek penelitian di sekolah dasar c) Menggunakan model Miles and Huberman d) Menggunakan validasi data dengan sumber a) Penelitian yang dilakukan di kelas IV b) Penelitian yang diteliti membahas gerakan literasi dalam pembelajaran matematika. c) Membahas salah satu gerakan literasi sekolah yaitu literasi Numerasi
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Sumber: Olahan Peneliti
Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah SD Muhammadiyah 5 Kota Malang
Kondisi Ideal
1. Pelaksanaan program literasi numerasi dengan terjadwal
2. Tersedianya buku refrensi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
3. Sarana pendukung dari program literasi numerasi yang memadai
4. Keterampilan guru dalam
melaksanakan program literasi numerasi
5. Tersedianya sudut baca untuk siswa
Kondisi di Lapangan
1. Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung
2. Waktu pelaksanaan literasi numerasi yang terbatas
3. Kurangnya tenaga ahli guru lterasi 4. Buku refrensi tidak sesuai dengan
kemampuan siswa
5. Tidak tersedia sudut baca bagi siswa
6. Kurangnya motivasi dalam gerakan literasi numerasi
1. Bagaimana implementasi program literasi numerasi dalam pembelajaran matematika kelas IV di SD Muhammadiyah 5 Kota Malang ?
2. Apa faktor penghambat dan pendukung implementasi program literasi numerasi dalam pembelajaran matematika kelas IV di SD Muhammadiyah 5 Kota Malang ?
3. Bagimana upaya yang dilakukan mengatasi masalah implementasi program literasi numerasi dalam pembelajaran matematika kelas IV di SD Muhammadiyah 5 Kota Malang ?
Metode : Penelitian kualitatif deskripstif
Teknik pengumpulan data : wawancara, observasi,
dokumentasi
Sumber data:
Siswa kelas IV, guru matematika kelas IV, guru literasi
Analisi data :
1. Reduksi data
2. Trianggulasi data
3. Member check Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Implementasi Gerakan Literasi Numerasi Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV di Sekolah SD Muhammadiyah 5 Kota Malang