161
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Bangunan sekolah dasar dirancang dengan berbagai lay out yang tersusun dari konfigurasi ruang kelas. Tiga jenis lay out yang lazim dipakai pada perancangan bangunan sekolah adalah bentuk L menghadap jalan, U menghadap jalan dan L membelakangi jalan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tipologi lay out bangunan mempengaruhi nilai reduksi bising dalam ruang. Dari ketiga jenis lay out bangunan dengan posisi/letak yang berbeda terhadap jalan mempunyai nilai Background Noise Level (BNL) dalam ruang kelas yang berbeda pula. Semakin jauh jarak bangunan terhadap sumber bising, maka akan semakin tinggi nilai reduksi bisingnya atau semakin rendah nilai BNL-nya.
Pemilihan material akustik juga mempengaruhi nilai reduksi bising.
Material yang berkoefisien serap tinggi mampu mengurangi intensitas bising dan dapat menurunkan nilai Reverberation Time (RT).
a. Pengaruh Jarak dan Lay Out Bangunan pada Pereduksian Bising
Tipologi lay out bangunan sekolah dasar di ketiga lay out sangat mempengaruhi nilai reduksi bising dalam kelas. Bunyi pantul dan bunyi langsung menjadi kontribusi tingginya nilai BNL ruang kelas. Hasil pengukuran lapangan dapat disimpulkan bahwa bentuk yang terbuka seperti bentuk U menghadap jalan mempunyai lengan bangunan terpanjang di kedua sisinya, sehingga bidang inilah yang akan memantulkan bunyi datang hingga intensitas bunyi bertambah sampai masuk ke dalam bangunan.
Hal ini juga terjadi pada hasil simulasi eksperimen didapat bahwa nilai reduksi terbaik terjadi pada bangunan dengan bentuk lay out L membelakangi jalan. Kondisi ini diakibatkan oleh jarak ruang kelasnya jauh dari sumber bising dan jajaran kelas yang berada di depan mampu menjadi barrier. Nilai reduksi terburuk terjadi pada bangunan dengan bentuk lay out U menghadap ke jalan yang diakibatkan oleh pantulan dari kedua lengan terpanjang bangunan, sehingga bising
162
semakin bertambah. Kesimpulan ini menjadi pernyataan yang mendukung teori yang dikemukakan Egan, 1972 tentang pengaruh lay out bangunan terhadap penyebaran bunyi.
b. Pengaruh Kombinasi Material Elemen Bangunan pada Pereduksian Bising Kombinasi material yang digunakan pada elemen bangunan mempengaruhi nilai reduksi bising dalam kelas. Material yang kurang mampu membantu mereduksi bising jalan dengan baik adalah material yang mempunyai koefisien serap rendah. Material ini akan meneruskan atau memantulkan bunyi, sehingga kebisingan akan semakin meningkat. Dalam penelitian lapangan hal ini terjadi pada bangunan dengan tipe lay out U menghadap jalan, karena material yang digunakan pada dinding luar dan beberapa dinding dalam adalah material bata plaster lapis keramik.
Nilai reduksi terbaik dalam proses simulasi eksperimen terjadi pada bangunan dengan bentuk lay out L membelakangi jalan yang menggunakan material a2b1c1. Pemilihan material dengan koefisien serap tinggi pada dinding mampu mengurangi bising yang masuk ke dalam kelas, karena dinding adalah bidang frontal yang berhadapan langsung dengan sumber bising. Nilai reduksi terburuk terjadi pada bangunan dengan bentuk lay out L menghadap ke jalan yang menggunakan material a1b2c1. Pemilihan kombinasi material ini kurang bisa mereduksi bising karena elemen dinding masih menggunakan material dengan nilai koefisien serap rendah.
Pemilihan material dengan koefisien serap tinggi dapat memperbaiki kualitas akustik pada tipe lay out yang kurang tepat, sehingga kebisingan akan dapat teratasi dengan baik.
c. Pengaruh penggunaan Material Terbaik pada Nilai Reverberation Time (RT) Material dalam kelas mempengaruhi kondisi karakteristik akustiknya. Di semua ruang kelas ketiga lay out bangunan mempunyai nilai RT dan TTB yang hampir sama karena kombinasi dan penggunaan material yang juga hampir sama.
Nilainya mendekati standar untuk aktivitas belajar di ruang kelas. Tidak ada
163
perbedaan yang signifikan dari ketiga bentuk lay out bangunan, maka didapat kesimpulan bahwa bentuk lay out dan jarak bangunan tidak berpengaruh terhadap nilai RT maupun nilai TTB. Karena variabel yang mempengaruhi dari parameternya adalah volume ruang, luas permukaan bahan dan nilai koefisien serap bahan. Setelah dilakukan seluruh kelompok eksperimen melalui metode simulasi, maka dihasilkan bahwa nilai reduksi bising akan mencapai kondisi akustik yang optimal dengan nilai RT yang masih bisa ditoleransi apabila pemilihan lay out bangunan menggunakan bentuk L membelakangi jalan dengan material a2b1c1.
Dari penelitian tentang pengurangan bunyi dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai reduksi pada hasil pengukuran lapangan dan simulasi eksperimen akan membedakan nilai Background Noise Level (BNL) di dalam ruang kelas.
Ruang kelas di setiap bangunan sekolah memiliki kondisi akustik yang spesifik.
Posisi kelas terhadap sumber bising merupakan faktor utama yang mempengaruhi nilai reduksi, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:
Di lay out L menghadap jalan nilai reduksi terbaik berada pada ruang kelas C, hal ini disebabkan oleh posisi kelas ini terletak di lantai 2 (jarak diagonal) dan yang terburuk adalah kelas A yang disebabkan kelas ini berada di lantai 1
Di lay out U menghadap jalan, nilai reduksi terbaik berada pada ruang kelas D, hal ini disebabkan oleh posisi kelas ini di lantai 2 (jarak diagonal) dan yang terburuk adalah kelas A karena letak kelas ini selain di lantai 1 juga berada di tengah lay out sehingga akan menjadi pusat pengumpul bunyi pantul
Di lay out L membelakangi jalan nilai reduksi terbaik terletak pada ruang kelas C, hal ini disebabkan oleh letak kelas C yang berada di belakang dan yang terburuk adalah kelas A yang terletak di depan
Dari kesimpulan di atas mendukung teori hukum invers kuadrat yang disebutkan oleh Doelle, 1986 semakin jauh jarak, bunyi akan semakin melemah. Kelas yang terletak pada lantai 2 mempunyai jarak lebih jauh daripada kelas di lantai 1.
164 6.1. Saran
a. Dari segi teori ilmu akustik
Aspek perambdatan bunyi langsung dengan media udara dan aspek penyebaran bunyi akibat bunyi pantul dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai berikut:
Khusus memperhatikan bunyi pantul, kondisi eksisting bangunan yang selalu dilingkupi pagar pada tapaknya, diduga identifikasi tipe lay out bangunan perlu dipertegas lagi, karena faktor pagar dapat menyebabkan tipe lay out menjadi tidak identik. Tipe lay out L akan menjadi seolah-olah seperti tipe lay out U karena pagar dapat berperan sebagai dinding pemantul seperti
lengan yang ada pada tipe lay out U.
Panjang lengan U masih perlu diperhatikan, sejauh mana akan mempengaruhi bunyi pantul yang dihasilkan.
Mengingat perambatan bising yang dapat diakibatkan bukaan untuk penghawaan alami, perlu dilakukan penelitian lanjutan yang memperhatikan sejauh mana performa akustik ruang efektif untuk kedua aspek, yaitu aspek akustik dan penghawaan.
Penelitian lanjutan pada bangunan tipe lay out lain mempunyai kecenderungan berbeda dari ketiga obyek penelitian.
Optimasi untuk kondisi termal dan pencahayaan di ruang kelas
b. Dari segi praktis
Dalam proses penelitian, masih terdapat beberapa faktor yang ditoleransi ketidaksesuaiannya, sehingga penelitian akan lebih mendekati sempurna apabila:
Dalam metode pengukuran lapangan benar-benar dipastikan area bebas dari suara tambahan (hanya ada suara bising kendaraan) karena penelitian ini difokuskan pada reduksi bising lalu lintas yang mempengaruhi bangunan pendidikan sekolah dasar.
Dalam metode pemilihan sampel, populasi sampel mempunyai satu varian tipe lay out dengan perbandingan lengan bangunan satu terhadap sisi lainnya yang sama, sehingga sampel akan benar-benar valid.
165
Penggambaran obyek simulasi pada software Ecotect 5.5 dapat dilakukan secara detail dan sesuai dengan kondisi aslinya, misalnya penggambaran hiasan dinding, bentuk dan volume pohon yang sesuai aslinya atau obyek manusia. Material software Ecotect 5.5. merupakan material yang dikonversikan pada material yang berada di pasaran.
Dari hasil penelitian ketiga lay out bangunan sebagai saran untuk memperbaiki kualitas pendidikan khususnya kualitas akustik ruang kelas sekolah dasar, sebaiknya:
bangunan sekolah dasar di Surabaya lebih memilih bangunan dengan tipologi lay out bentuk L membelakangi jalan.
Akan lebih baik lagi apabila jarak ruang kelas terhadap sumber bising jalan raya lebih jauh serta ruangan yang terletak di depan difungsikan sebagai ruang adminisitrasi bukan sebagai ruang kelas.
Jarak terjauh yang dapat mengurangi kebisingan secara optimal adalah 8 meter.
Selain itu juga material yang berkoefisien serap tinggi akan lebih baik dalam mengurangi bising jalan raya.
166
“Halaman ini sengaja dikosongkan”