11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Reviu Penelitian Terdahulu
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Brata et al., 2017) pada WPOP yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas di kota samarinda, Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa kesadaran wajib pajak, dan sanksi pajak berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan pelayanan fiskus memberikan pengaruh tidak signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Penelitian oleh Anam et al. (2018) di KPP Pratama Salatiga Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kesadaran wajib pajak maka semakin meningkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran pajak. Pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini berarti bahwa semakin baik pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak maka dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Sanksi pajak berpengaruh tidak langsung terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi sanksi yang di berikan tidak berpengaruh langsung terhadap kepatuhan seorang Wajib Pajak.
Penelitian (Afwan, 2019) pada 106 responden bebas yang merupakan wajib pajak, memberikan hasil bahwa variabel kesadaran dan etika wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, sedangkan variabel lainnya: kemudahan sistem pajak, transparansi, pelayanan kantor pajak, sosialisasi atas peraturan, sistem dan kebijakan dan supremasi hukum tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Nugroho et al. (2016) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran perpajakan secara parsial tidak terdapat pengaruh terhadap pemenuhan kewajiban membayar pajak orang pribadi. Pengetahuan perpajakan secara parsial
12 berpengaruh terhadap pemenuhan angka kepatuhan perpajakan. Kesadaran perpajakan, dan pengetahuan perpajakan secara simultan berpengaruh terhadap angka kepatuhan perpajakan wajib pajak.
Indrawan dan Binekas (2018) Berdasarkan pembahasan diketahui variabel pemahaman pajak wajib pajak UMKM di Kota Cimahi secara keseluruhan memiliki kategori baik. Dari empat belas Indikator yang digunakan, dua indikator terkategori cukup baik dan harus ditingkatkan oleh wajib pajak UMKM di Kota Cimahi yaitu Pemahaman peraturan PP No 46 tahun 2013 dan PP No 23 tahun 2018.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif variabel pemahaman dan pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di Kota Cimahi.
Tinjauan Pustaka
1. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang diartikan sebagai taat atau patuh terhadap aturan-aturan yang diterapkan. Dengan demikian, kepatuhan pajak dapat diartikan sebagai kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan semua kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan (Misra, 2019). Kepatuhan pajak menurut (Roth et al., 1989) merupakan situasi dimana wajib pajak membayar semua pajak yang diwajibkan pada waktu yang tepat dan melaporkan secara akurat sesuai dengan aturan, undang-undang dan keputusan pengadilan yang berlaku pada saat melaporkan surat pemberitahuan pajak. Definisi tersebut sejalan dengan pendefinisian kepatuhan perpajakan menurut (Nurmantu, 2003) yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Menurut Barbuta-Misu (2011) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak, yaitu :
1) Faktor Ekonomi yang terdiri dari sanksi pajak, tax audit, tax benefit, tax rate, level of actual income, dan fines.
2) Faktor Non-Ekonomi yang terdiri dari attitude towards taxes, personal, sosial, norma sosial, dan perceived faimess of tax system.
13 Menurut (Nurmantu, 2003) menjelaskan tingkat kepauthan ada dua macam kepatuhan, yaitu :
a. Kepatuhan Formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang perpajakan. Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan. Apabila wajib pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum batas waktu maka dapat dikatakan bahwa wajib pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material.
b. Kepatuhan Material
Kepatuhan material yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Wajib pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir.
(Kirchler et al., 2008) menjelaskan bahwa perbedaan kepatuhan pajak menjadi dua, yaitu :
a. Kepatuhan Pajak Sukarela (Voluntary Tax Compliance)
Kepatuhan pajak sukarela merupakan keyakinan atau prinsip bahwa wajib pajak akan membayar pajak sesuai peraturan dan melaporkan penghasilan dan biaya dengan jujur. Wajib pajak termotivasi untuk membayar pajak dengan benar dan tidak ada keinginan untuk melakukan kecurangan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.
b. Kepatuhan Pajak Dipaksakan (Enforced Tax Compliance)
Kepatuhan pajak dipaksakan adalah kepatuhan yang timbul dari ketakutan terhadap pengawasan, pemeriksaan dan denda atau hukuman yang sangat berat bila tidak bekerjasama. Perbedaan antara kepatuhan pajak sukarela dan dipaksakan tercermin dalam motivasi untuk patuh terhadap kewajiban perpajakan.
14 Kepatuhan perpajakan menurrut (Nowak, 1970) sebagai “suatu iklim”
kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin dalam situasi berikut :
a. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
d. Membayar pajak yang terutang tepat waktu.
Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, pajak merupakan kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Wajib pajak menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009 adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
(Arisandy, 2017) menuturkan bahwa, pajak dipungut berdasarkan norma- norma hukum untuk menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Penolakan untuk membayar, penghindaran, atau perlawanan terhadap pajak pada umumnya termasuk pelanggaran hukum. Pajak terdiri dari pajak langsung dan pajak tidak langsung dan dapat di bayarkan dengan uang ataupun kerja yang nilainya setara. Terdapat dua fungsi pokok pajak menurut (Rahayu, 2010) yakni sebagai berikut :
1) Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiscal (fiscal function), yaitu suatu fungsi dalam pajak digunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Berdasarkan fungsi inilah pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan dengan cara memungut pajak dai penduduknya.
15 2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Merupakan fungsi lain dari pajak sebagai fungsi budgetair. Disamping usaha untuk memasukkan uang untuk kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta.
Kepatuhan Wajib pajak
Kepatuhan wajib pajak menurut (Pebrina dan Hidayatulloh, 2020) merupakan kesadaran diri wajib pajak untuk melaporkan dan menyetorkan pajak terutangnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. (Mir’atusholihah dan Ismono, 2014) mendefinisikan kepatuhan wajib pajak sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Suryadi (2006) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dibentuk oleh dimensi pemeriksaan wajib pajak, penegak hukum, dan kompensasi pajak.
Berdasarkan (peraturan menteri keuangan nomor 192/PMK.03 tahun 2007 pasal 1 (PMK-RI, 2007) menyatakan wajib pajak dikatakan patuh ketika memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Wajib pajak tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan
b. Wajib pajak tidak memiliki tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
c. Laporan keuangan di audit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 tahun berturut-turut.
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.
Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran menurut (Fitria, 2017) merupakan suatu keadaan mengerti atau mengetahui. Kesadaran wajib pajak menurut (Anggarini et al., 2019) adalah
16 keadaan dimana wajib pajak mengetahui dan mengerti perihal pajak. Dalam hal ini, kesadaran wajib pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak mengerti atau mengetahui hak dan kewajiban perpajakannya. Menurut arisandy (2017) kesadaran wajib pajak akan perpajakan adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela.
Kesadaran wajib pajak di bentuk oleh dimensi persepsi wajib pajak, pengetahuan wajib pajak, karakteristik wajib pajak, dan penyuluhan perpajakan (Suryadi, 2006).
Menurut (Anggarini et al., 2019), kesadaran wajib pajak sangat diperlukan, apabila wajib pajak telah sadar untuk membayar pajak maka kepatuhan wajib pajak akan terpenuhi.
(Muliari dan Ery Setiawan, 2011) mengatakan wajib pajak memiliki kesadaran apabila telah sesuai dengan hal-hal berikut :
a. Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan.
b. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
c. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
e. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela.
f. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.
(Irianto dan Jurdi, 2005) menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak untuk membayar pajak, yakni :
(1) Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan.
(2) Kesadaran bahwa penundaan pembayaran dan pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat menghambat pembangunan negara.
17 (3) Kesadaran bahwa wajib pajak ditetapkan denga UU dan dapat dipaksakan.
Wajib pajak akan membayar karena pembayaran pajak didasari landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap warga negara.
Pemahaman Wajib Pajak
(Resmi, 2014) mengatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak.
Pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan yang dimaksud adalah mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang yang meliputi tentang bagaimana cara menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembayaran, tempat pembayaran, denda dan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT.
Berdasarkan konsep tersebut, terdapat beberapa indikator wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan menurut (Resmi, 2014) yaitu :
a) Pengetahuan mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
Ketentuan umum perpajakan dan tata cara perpajakan sudah diatur dalam UU No. 16 tahun 2009 yang pada prinsipnya di berlakukan bagi undang-undang pajak material.
b) Pengetahuan mengenai sistem perpajakan di indonesia.
Sistem perpajakan di indonesia saat ini adalah self assessment system yaitu pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab pada wajib pajak untuk menghitung, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c) Pengetahuan mengenai fungsi perpajakan.
Terdapat 2 fungsi perpajakan yaitu :
1. Fungsi penerimaan (Budgetair) pajak berfungsi sebagai sumber dana yang di peruntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi mengatur (Regulerend) pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kewajiban di bidang ekonomi dan sosial.
Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan menurut (Asterina dan Septiani, 2019) merupakan peberian sanksi bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan
18 ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku. Menurut (Mardiasmo, 2011), sanksi perpajakan adalah jaminan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti. Atau dengan kata lain, sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi perpajakan menurut Undang- Undang perpajakan dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi menurut (Mardiasmo, 2011) adalah pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa denda, bunga dan kenaikan.
2) Sanksi Pidana Sanksi pidana
menurut (Mardiasmo, 2011) yaitu sanksi yang berupa siksaan atau penderitaan yang merupakan alat terakhir atau benteng yang digunakan fiskus agar norma perpajakan di patuhi.
Menurut (Mardiasmo, 2011) sanksi perpajakan dikenakan pada wajib pajak yang diantaranya sebagi berikut :
a) Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Sanksi Perpajakan.
Sanksi perpajakan dapat dikenakan terhadap pelanggar yang berkaitan dengan kewajiban pelaporan, sanksi dapat dikenakan terhadap pelanggar yang berkaitan dengan kewajiban pembayaran pajak, sanksi yang di berikan terhadap pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur dalam ketentuan material penerapan sanksi ini dimaksudakan agar wajib pajak tidak melalaikan kewajiban untuk mentaati peraturan perundang-undangan perpajakan.
b) Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Sanksi Perpajakan.
Wajib pajak akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikan. Semakin bnayak tunggakan pajak yang harus dibayar wajib pajak maka akan semakin berat bagi wajib pajak untuk melunasinya. Maka sikap atau pandangan wajib pajak terhadap perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Menurut (Lubis, 2010) adapula sanksi-sanksi perpajakan bagi wajib pajak orang pribadi, yaitu :
19 (1) Rp. 100.000 apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Masa tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu, misalnya paling lambat 20hari seteah akhir masa pajak.
(2) Sanksi bunga untuk Pajak Penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi, yaitu sebesar 2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan atas jumlah pajak yang terutang atau kurang dibayar.
(3) Sanksi pidana bagi wajib pajak orang pribadi yang karena kealpaannya.
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Kesadaran menurut (Fitria, 2017) merupakan suatu keadaan mengerti atau mengetahui. Kesadaran wajib pajak menurut (Anggarini et al., 2019) adalah keadaan dimana wajib pajak mengetahui dan mengerti perihal pajak. Dalam hal ini kesadaran wajib pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak mengerti atau mengetahui hak dan kewajiban perpajakannya.
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Brata et al., 2017) pada WPOP yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas di kota samarinda, Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa kesadaran wajib pajak, dan sanksi pajak berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Menurut (Anggarini et al., 2019), kesadaran wajib pajak sangat diperlukan. Apabila wajib pajak telah sadar untuk membayar pajak maka kepatuhan wajib pajak akan terpenuhi.
kesadaran wajib pajak akan pentingnya membayar pajak demi bangsa akan membantu meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak secara benar, lengkap dan tepat waktu (Mahdi dan Ardiati, 2017). Kesadaran pajak ini dapat ditingkatkan dengan pemahaman wajib pajak akan peraturan perpajakan dan undang-undang perpajakan yang mencantumkan tata cara perpajakan yang akan membantu wajib pajak untuk mengetahui bagaimana cara memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan meningkatkan kesadaran wajib pajak akan pentingnya memenuhi kewajiban pajaknya, kepatuhan wajib pajak juga akan meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mahdi dan Ardiati, 2017) dan
20 (Anggarini et al., 2019). Dengan mendasarkan hasil riset terdahulu dan argumentasi yang telah dipaparkan maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
2. Pengaruh Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi UMKM
Resmi (2014) mengatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak.
Pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan yang dimaksud adalah mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan. pemahaman akan peraturan perpajakan yang baik akan membantu dan mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dengan adanya pemahaman terhadap peraturan perpajakan akan memberikan pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. karena semakin tinggi tingkat pemahaman wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak juga akan semakin meningkat.
Fitria dan Supriyono (2019) menunjukkan bahwa pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Berdasarkan hasil penelitian Fitria dan Supriyono (2019) pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. menyatakan bahwa peningkatan pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan harus dilakukan oleh seluruh pihak-pihak yang terkait baik wajib p ajak maupun aparat pajak sehingga kepatuhan wajib pajak akan semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fitria dan Supriyono, 2019) dan (Zahrani dan Mildawati, 2019). Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Pemahaman perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM
3. Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
21 Sanksi perpajakan merupakan sebuah sanksi yang diberikan kepada wajib pajak yang melanggar karena pemungutan pajak bersifat memaksa (Asterina dan Septiani, 2019). Sanksi perpajakan menurut (Mardiasmo, 2011) adalah jaminan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dituruti, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. dengan adanya sanksi pajak ini dimaksudkan untuk memberikan efek jera terhadap wajib pajak yang melanggar norma agar tercipta kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Brata et al., 2017) pada WPOP yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas di kota samarinda, Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa kesadaran wajib pajak, dan sanksi pajak berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan positif terhadap kepatuhan wajib pajak. menurut (Asterina dan Septiani, 2019) sanksi pajak yang tegas akan memberikan kerugian lebih kepada wajib pajak sehingga dapat menjadi pertimbangan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. sehingga saat sanksi pajak semakin tegas maka wajib pajak akan lebih patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Asterina dan Septiani, 2019) dan (Brata et al., 2017). Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
22
D. Kerangka Pemikiran
H1 H2
H3 KESADARAN WAJIB
PAJAK (X1) PEMAHAMAN PERPAJAKAN (X2)
SANKSI PERPAJAKAN (X3)
KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Y)