• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINAT MAHASISWA JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARANISLAM DIFAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH IAIN BATUSANGKARTERHADAP PROFESI DA I SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MINAT MAHASISWA JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARANISLAM DIFAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH IAIN BATUSANGKARTERHADAP PROFESI DA I SKRIPSI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

DAKWAH

IAIN BATUSANGKARTERHADAP PROFESI DA’I”

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah

Oleh:

REZKI KURNIAWAN NIM. 15301600023

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2021 M / 1442 H

(2)

i ABSTRAK

REZKI KURNIAWAN. NIM 15301600023 judul skripsi “Minat Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Batusangkar terhadap Profesi Da’i”.

Program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Pokok permasalahan dalam SKRIPSI ini adalah penulis melihat adanya misi dari Jurusan KPI sebagai salah satu wadah pendidikan dakwah adalah mencetak calon da’i, jurnalis, publik figur yang mampu menyiarkan Islam dan tanggap terhadap persoalan keislaman dalam skala lokal, berwawasan global, dan mengedepankan akhlakul karimah sedangkan minat mahsiswa KPI untuk menjadi seorang Da’i sangat rendah.

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui observasi, dokumetasi dan wawancara. Pengelolaan data yang dilakukan secara deskriptif kualitatif.

Dari penelitian yang penulis lakukan dilapangan dapat disimpulkan bahwaMahasiswa KPI angkatan 2017 tidak berminat menjadi seorang da’i. Hal ini diketahui dari sepuluh informan, tujuh diantaranya tidak berminat untuk menjadi seorang da’i. Tidak ada faktor yang mendorong mereka untuk menjadi seorang da’i. Hal tersebut ditunjukan dari wawancara terkait faktor dorongan dalam diri, motif sosial, dan motif emosi. Tiga orang mahasiswa yang berminat menjadi seorang da’i didorong oleh faktor dari dalam dirinya sendiri karena dia senang menyampaikan hal-hal yang baik dan dia ingin menjadi seorang da’i

Kata Kunci: Minat, Profesi, Dakwah, Da’i

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt.

yang melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad Saw.

Selaku penutup segala Nabi dan Rasul yang diutus dengan sebaik-baik agama, sebagai rahmat untuk seluruh manusia, sebagai personifikasi yang utuh dari ajaran Islam dan sebagai tumpuan harapan pemberi cahaya syari’at di akhirat kelak.

Penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi syarat-syarat dan tugas untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam dan Negeri (IAIN) Batusangkar.

Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, serta motivasi, dari berbagai pihak, baik moril maupun materil yang penulis terima. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada ayahanda tercinta (ALM) Syamsul Bahri, Ibunda Siti Adrias, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan serta semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu, pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc, selaku Rektor IAIN Batusangkar.

2. Bapak Dr. Akhyar Hanif, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah.

3. Ibu Romi Maimori, S.Ag., MPd, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Ibu Rini Anita, M. Pd., selaku Dosen Penasehat Akademik.

5. Bapak Drs. H. Ali Nupiah, MA selaku Pembimbing I, yang telah memberikan nasehat dan bimbingan dan memperjuangkan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Riki RikarnoS.Sn, M.Sn selaku Penguji I, dalam sidang

munaqasyah/skripsi.

(4)

iii

7. Ibu Oktri Permata Lani, S.I.Kom, M.I.Kom selaku penguji II dalam sidang munaqasah/skripsi.

8. Pimpinan perpustakaan beserta staff perpustakaan yang teah menyediakan sarana prasarana yang penulis butuhkan.

9. Seluruh bapak/ibu staff dan karyawan IAIN Batusangkar khususnya Fakultas Ushuluddin Adab dan dakwah.

10. Sahabat seperjuangan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2015 yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terakhir penulis mohon maaf, jika dalam penulisan skripsi ini ada kekhilafan dan kekeliruan, baik teknis maupun isinya. Kritik yang konstruktif dan nasehat sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini.

Batusangkar, September 2020

REZKI KURNIAWAN

NIM. 15301600023

(5)

iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

ABSTRAK ... I KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... IV DAFTAR TABEL... VI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 3

C. Sub Fokus Penelitian ... 3

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Minat ... 6

2. Profesi ... 12

3. Dakwah ... 16

4. Da’i ... 24

B. Penelitian Yang Relevan ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Latar dan Waktu Penelitian ... 30

C. Instrumen Penelitian ... 31

D. Sumber Data ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 36

(6)

v

1. Sejarah Singkat Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN

Batusangkar ... 36

2. Visi, Misi dan TujuanFakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Batusangkar ... 38

B. Temuan Hasil Penelitian ... 39

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 46

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan... 50

B. Saran ... 50 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Bagaimana minat mahasiswa KPI untuk menjadi seorang da’i ? ... 40 Tabel 4. 2 faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan dakwah IAIN

Batusangkar untuk menjadi seorang da’i... 43

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Posisi dakwah dalam kehidupan sosial merupakan hal utama yang harusada dalam masyarakat. Bagaimana tidak, aktivitas yang biasa dikenal pula dengan amar maruf nahi munkar ini adalah upaya untuk muwujudkan keharmonisan yang berorientasi pada kehidupan dunia dan kebahagiaan di akhirat. Artinya dengan Islam sebagai rahmatan lil alamin dapatlah menjadi alasan perlunya menyebarkan ajaran Islam serta pengamalannya.

Terlebih pada era globalisasi seperti sekarang ini, di mana informasi sedemikian meluas. Bahkan hampir-hampir tak ada jarak dan waktu yang memisahkan. Globalisasi ini tentunya dipahami sebagai dua mata pisau yang memiliki dampak positif dan negatif. Maka dari itu perlu adanya benteng keimanan dan penghayatan keagamaan bagi para insan global yang tujuannya mencari manfaat, bukan malah terperosok pada jurang kenistaan.

Menanggapi perkembangan jaman ini, seorang da’i harus berperan aktif dan mampu untuk berimprovisasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Seorang da’i mesti mampu menjawab kebingungan masyarakat akibat dari berbagai informasi yang sifatnya bertentangan.

Hal berikutnya yang menjadi permasalahan bagi da’i adalah

sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Sholikhin (2013: 203) bahwa

sampai saat ini masih sering terjadi dalam masyarakat bentuk sosialisasi

dakwah yang “monoton” (jumud) yakni proses dakwah dengan segala

loyalitas “ananiyah”nya masih berandai-andai dengan konteks masa lalu

yang sebenarnya sudah kurang begitu relevan dengan perkembangan

zaman yang berlangsung saat ini, apalagi di masa mendatang.

(9)

Hal ini dapat diantisipasi dengan upaya memperluas cakrawala pengetahuan para ulama dan cendekiawan. Karena problem yang ada selama ini, masih banyak madzhab da‟i yang terjebak dalam kondisi berfikir ala madzhabi yang berakibat dakwahnya terkesan sangat ekslusifistik dan sektarianis (Anas, 2006:112).

Sikap tertutup dan eksklusif inilah yang bertentangan dengan era global yang serba terbuka. Sikap keras dan merasa paling benar akan menimbulkan pertentangan bahkan pertikaian antar golongan. Alih-alih mengajarkan kedamaian, malah menyulut permusuhan. Bukan sekedar cakrawala dan pengetahuan saja, pelaksana dakwah dituntut untuk memiliki keahlian dan kualitas ilmu yang mendalam.

Bukan hanya Cakrawala dan Ilmu pengetahuan saja, Pelaksanaan dakwah dituntut untuk memiliki ilmu yang mendalam. Maka dari itu salah satu misi dari jurusan Komunikasi dan PenyiaranIslam di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Batusangkar sebagai salah satu wadah pendidikan dakwah adalah, mencetak calon da’i , jurnalis, publik figur yang mampu menyiarkan islam dan tanggap terhadap persoalan keislaman dalam skala lokal, berwawasan global, dan mengedepankan akhlakul karimah.

Di jurusan KPI ini mahasiswa sudah dibekali dengan mata kuliah dakwah dan juga praktek dakwah sebagai penunjang minat yang ada di dalam diri mahasiswa tersebut agar menjadi seorang da’i. Secara struktur kurikulum, porsi mata kuliah yang membekali mahasiswa untuk menjadi seorang da’isebenarnya sangat memadai, apalagi porsi mata kuliah yang menyiapakan untuk menjadi seorang da’i memiliki integritas yang tinggi.

Dari hasil wawancara awal penulis dengan beberapa mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran islam menyebutkan bahwa “ Sudah ada kegiatan yang mengarah kepada kegiatan dakwah, namun hanya beberapa kegiatan saja, itupun karena berhubungan dengan mata kuliah praktek dakwah.

Adapun kegiatan dakwah lainnya itupun diikuti oleh beberapa mahasiswa

KPI saja yaitu kegiatan rihlah dakwah” (wawancara dengan beberapa

mahasiswa KPI, pada bulan Januari 2020).

(10)

Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan pada mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Batusangkar, kebanyakan dari mahasiswa tersebut lebih tertarik dalam bidang penyiaran dan jurnalistik dari pada menjadi da’i.

Penulis merasa penting mengangkat masalah ini dikarenakan penulis melihat adanya misi yang sangat bagus yang diterapkan oleh Jurusan KPI dalam mengembangkan serta menyiarkan syariat Islam. Pada era modern sekarang ini, penyebaran Islam sedikit demi sedikit mulai berkurang, misi Jurusan KPI ini diharapkan dapat meningkatkan kembali penyebaran Islam serta menarik minat para mahasiswa untuk selalu menyebarkan Syariat Islam.

Maka berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, penulis mencoba untuk menjadikan mahasiswa jurusan KPI angkatan 2017 sebagai objek penelitian. Adapun yang menjadi sorotan berikutnya minat yang dimiliki para mahasiswa, sebab dari minat ini akan berpengaruh dalam proses belajar mahasiswa. Maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian yang berjudul “Minat Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Batusangkar Terhadap Profesi Da’I”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian ini Minat Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN BatusangkarTerhadap Profesi Da’I.

C. Sub Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang peneliti identifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana minat mahasiswa KPI angkatan 17 untuk menjadi seorang da’i

?

2. Apa saja faktor yang mendorong minat mahasiswa KPI angkatan 17

untuk menjadi seorang da’i ?

(11)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang diharapkan yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui minat mahasiswa KPI angkatan ke-17 untuk menjadi seorang da’i.

2. Untuk mengetahui faktor yang mendorong minat mahasiswa KPI angkatan ke-17 untuk menjadi seorang da’i.

E. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Secara Teoritis

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu dakwah.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan manfaaat bagi mahasiswa dalam terjun sebagai da’i yang profesional.

b. Menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan dalam pengembangan mata kuliah guna meningkatkan kualitas calon da’i.

3. Definisi Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemahaman pada peneliti ini, maka peneliti menjelaskan hal-hal berikut:

a. Minat

Minat ialah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran,benda,dan orang.Minat berhubungan dengan aspek kognitif,afektif,dan motorik dan merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan.

Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan

dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya.kesenagan merupakan minat

yang sifatnya sementara adapun minat yang bersifat tetap (persistent)

dan ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan

kepuasan.Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan semakin

(12)

kuat minat tersebut,sebaliknya minat akan menjadi pupus kalau tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya.

b. Profesi

Pengertian profesi secara etimologis profesional diambil dari kata profesi. Berasal dari bahasa Inggris “profession” atau dalam bahasa Latin “profeeus” berarti mengakui, pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan. Profesi adalah pekerjaan yang dilandasi pendidikan, keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Secara terminologis, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersayatkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksud adalah pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan (Saerozi, dkk, 2012:72).

c. Da’i

Da’i sebagai profesi adalah dakwah yang menekankan pada profesionalisme. Dalam pengertian ini dakwah dipandang sebagai kegiatan yang memerlukan keahlian serta memerlukan pengetahuan.

Selain itu, orang yang berprofesi da’i dituntut untuk memiliki

kualifikasi da’i, persyaratan akademik dan empirik (Nurfuadi, 2008:61)

(13)

6 BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori 1. Minat

a. Pengertian Minat

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan pada suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crow and Crow mengatakan bahwa berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.Jadi, minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.Minat tidak di bawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian (Djaali, 2008:121).

Minat ialah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang.minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan motoric dan merupakan sumber motivvasi untuk melakukan apa yang diinginkan.

Minat berhubungan dengan sesuatu yanga meguntungkan dan dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya.Kesenangan merupakan minat yang sifatnya sementara.Adapun minat bersifat tetap (persistent) dan ada unsurmemenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan.

Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan akan semakin kuat

minata tersebut, sebaliknya minat akan mejadi pupus kalua tidak ada

kesempatan untuk mengekspresikannya (jahja, 2011:62)

(14)

Minat juga dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi uang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa dalam minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha (untuk mendekati, mengetahui, memiliki, menguasai, berhubungan) dari subjek yang dilakukan dengan perasaan senang dan ada daya penarik dari objek (Shaleh& Wahab, 2004:262-263).

Di samping itu, dari beberapa pengertian di atas dapat diambil beberapa pengertian berikut ini:

1) Perasaan sadar dari individu terhadap suatu objek atau aktivitas, karena adanya anggapan bahwa objek dan aktivitas tersebut bermanfaat bagi dirinya.

2) Perasaan senang terhadap subjek atau objek ataupun juga aktivitas.

3) Perasaan sadar dan suka tersebut pada gilirannya akan menimbulkan rasa untuk memperhatikan suatu objek, subjek atau aktivitas.

4) Dorongan tersebut akan berlangsung secara terus menerus untuk selalu melakukan aktivitas yang berhubungan dengan objek atau subjek yang diminati.

5) Kuatnya kecenderungan individu untuk memberikan perhatian terhadap objek, subjek atau aktivitas yang memuaskan dan bermanfaat bagi ibjek, subjek atau aktivitas tersebut.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, minat yang berbentuk perhatian yang intens merupakan suatu reaksi organisme, baik yang tampak nyata maupun yang imajiner, yang disebabkan karena rasa suka objek tertentu. Minat ini merupakan kecenderungan yang mempengaruhi perilaku individudalam aktivitas tertentu.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa minat dalam diri individu sangat penting artinya bagi kesukseksan yang akan dicapai.

Individu yang mempunyai terhadap suatu objek atau aktivitas berarti ia

(15)

telah menetapkan tujuan yang berguna bagi dirinya sehingga ia akan cenderung menyukainya. Dari sana kemudian segala tingkah lakunya menjadi terarah dengan baik dan tujuan pun akan tercapai (Kutipan skripsi Orizanti Nurul S, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah Produk Simpanan Mudharabah (Studi Kasus pada KJKS BMT Muamalat Rowosari, Kendal), Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Jurusan Ekonomi Islam:18-21).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis dapat simpulkan bahwa minat adalah dorongan atau keinginan dalam diri seseorang pada objek tertentu. Minat juga berkaitan dengan sesuatu yang dipelajari dan apa yang dilihat serta digemari.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat pada seseorang akan suatu objek atau hal tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu.

Minat dapat timbul pada diri sesorang melalui proses. Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang akan hal tertentu.

Crow and Crow yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh dan Abdul Wahab, ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:

1) Dorongan dari dalam diri, misalnya dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan minat terhadap produksi makanan dan lain-lain.

2) Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan dan penerimaan dan perhatian orang lain.

3) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan

emosi. Bila seseorang mendapatkan keseuksesan pada aktivitas akan

menimbulkan perasaan senang dan hal tersebut akan memperkuat

(16)

minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.

Karena kepribadian manusia bersifat kompleks, maka sering ketiga faktor tersebut tidak berdiri sendiri dalam menyebabkan timbulnya minat, melainkan merupakan perpaduan dari ketiga faktor tersebut. Sehingga menjadi agak sulit untuk menentukan faktor manakah yang menjadi awal penyebab timbulnya minat (Shaleh&

Wahab, 2004:264-265).

c. Macam-Macam Minat

Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam. Hal ini sangat tergantung pada sudut pandang dan secara penggolongan, misalnya berdasarkan timbulnya minat, berdasarkan arahnya minat, danberdasarkan cara mendapatkan atau mengungkapkan minat itu sendiri.

1) Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi:

a) Minat primitif, adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktifitas.

b) Minat sosial, adalah minat yang timblnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita.

Sebagai contoh keinginan untuk memiliki mobil, kekayaan, pakaian mewah, dengan memiliki hal-hal tersebut secara tidak langsung akan menganggap kedudukan atau harga diri bagi orang yang agak istimewa pada orang-orang yang punya mobil, kaya dan lainnya (Shaleh& Wahab, 2004:265).

2) Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi:

a) Minat instrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan

aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar

atau minat asli. Contohnya seseorang belajar karena memang

pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca.

(17)

b) Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Contohnya seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas, setelah menjadi juara kelas minat belajarnya menjadi turun (Shaleh& Wahab, 2004:266).

3) Berdasarkan cara mengungkapkan, minat dapat dibedakan menjadi:

a) Expressed interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subjek untuk menyatakan atau menuliskankegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi.

b) Manifest interest, adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya.

c) Tested interest, adalah minat yang diungkapkan cara mrnyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan.

d) Inventoried interesti, adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandarisasikan, dimana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek yang ditanyakan (Shaleh& Wahab, 2004:267-268).

d. Proses Munculnya Minat

Narcis Ach seorang sarjana Jerman, membagikan momen dalam proses munculnya minat, yaitu:

1) Saat penerimaan, mula-mula orang menerima perangsang dari luar dirinnya. Dengan perangsang ini, orang akan menentukansikap yang terwujud pada tingkah lakunya (gejala jasmaniah).

2) Saat objektif, saat orang menyadari apa yang terjadi dalam dirinya

yang mengakibatkan adanya bayangan titik tujuan yang akan

(18)

dicapai, maka ia akan mulai mengadakan pertimbangan dan mencari jalan keluar seta memperhitungkan segala kemungkinan yang akan datang.

3) Saat subjektif, setelah tujuan tersebut benar-benar disadari, maka pada saar ini orang sudah matang menimbang dan selanjutnya mengadakan tindakan pelaksanaan sehingga terbentuklah kehendak.

Namun demikian, tidak setiap keputusan dilaksanakan dengan segera dan umumnya orang semakin memperkuat dan memperjelas arah yang akan dicapainya. Setiap langkah yang akan dilalui tidak lepas dan segala kemungkinan sebagai akibat dari perbuatan yang telah dikerjakan (Baharuddin, 2010:159).

e. Minat Dalam Islam

Dalam Al-Qur’an yang membicarakan tentang minat, terdapat dalam surat yang pertamaturun. Pada ayat pertama dari surat tersebut turun perintah yang mana agar umat manusia membaca. Membaca yang dimaksud bukan hanya membaca buku atau dalam artian tekstual, akan tetapi juga semua aspek. Apakah itu tuntutan untuk membaca cakrawala jagad yang merupakan tanda kebesaran-Nya, serta membaca potensi diri, sehingga dengan-Nya umat manusia dapat memahami apa yang sebenarnyahal menarik minat dalam kehidupan ini (Shaleh& Wahab, 2004:272-273).



Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari

segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha

Pemurah.” (Q.S. Al-Alaq:1-3)

(19)

2. Profesi

a. Pengertian Profesi

Ada beberapa pengertian mengenai profesi yang telah disampaikan oleh para pakar, diantaranya sebagai berikut (Mardani, 2017: 87–88)

1) Menurut Hebeyb, profesi adalah profesi adalah pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mata pencaharian hidup.

2) Munurut Komaruddin, profesi atau profession adalah jenis pekerjaan yang menuntut pengetahuan tinggi khusus dan latihan istimewa.

Professional job adalah suatu jenis tugas, peerjaan, dan jabatan yang memerlukan standard kualifikasi keahlian dan perilaku tertentu.

3) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi adalah pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya.

4) Menurut Muhammad Nuh, profesi adalah suatu kegiatan tertentu untuk memperoleh nafkah yang diharapkan berdasarkan suatu keahlian, berkaitan dengan cara dan hasil karya bermutu tinggi.

Keahlian dalam profesi dapat diperoleh melalui pengalaman, proses belajar di lembaga pendidikan tertentu, latihan-latihan secara intensif, atau perpaduan dari ketiganya.

Selain pengertian oleh para pakar di atas, ada juga pengertian lain berdasarkan etimologis dan terminologis. Secara etimologis profesional diambil dari kata profesi. Berasal dari bahasa Inggris

“profession” atau dalam bahasa Latin “profeeus” berarti mengakui,

pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan

pekerjaan. Profesi adalah pekerjaan yang dilandasi pendidikan, keahlian

(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Secara terminologis,

profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersayatkan

pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan

mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksud

(20)

adalah pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan. E-Jurnal: ( aziz nur ihsan, 2018: 21).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka peneliti dapat simpulkan bahwa profesi merupakan sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus.

b. Ciri-Ciri Profesi dan Seorang Profesional

Menurut Liliana Tedjosaputro, suatu lapangan kerja dikategorikan sebagai profesi diperlukan (Mardani, 2017: 90):

1) Pengetahuan

2) Penerapan keahlian (competentence application).

3) Tanggung jawab sosial (social responsibility) 4) Pengendalian diri (Self control)

5) Pengakuan oleh masyarakat

Menurut Brandels, untuk dapat disebut profesi pekerjaan itu harus mendapat dukungan berupa (Mardani, 2017: 90-91):

1) Ciri-ciripengetahuan (intelectual character) 2) Diabdikan untuk kepentingan orang lain.

3) Keberhasilan tersebut bukan didasarkan untuk keuntungan finansial.

4) Keberhasilan tersebut antara lain menentukan berbagai ketentuan yang merupakan kode etik, serta tanggung jawab dalam memajukan dan penyebaran profesi yang bersangkutan.

5) Ditentukan adanya standar kualifikasi.

6) Adanya pengakuan dari masyarakat Agar dapat disebut sebagai seorang profesional.

Menurut Dardji Darodiharjo dan Shidarta sebagaimana dikuti oleh Mardani (2017: 91), maka orang tersebut harus memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Landasan intelektual, misalnya telah memiliki pendidikan dan pelatihan tertentu.

2) Standar kualifikasi, misalkan kualifikasi sarjana S1/S2/S3.

(21)

3) Pengabdian masyarakat, misalnya penghormatan lahir (honorarium) dan penghormatan batin.

4) Memiliki organisasi.

Selain itu, seorang yang disebut profesional harus memiliki kepribadian sebagaimana menurut Wawan Setiatan, yaitu sebagai beriku (Mardani, 2017: 91-92):

1) Bertanggung jawab atas semua tindakan.

2) Berusaha selalu meningkatkan ilmu pengetahuannya.

3) Menyumbangkan pikiran untuk memajukan keterampilan / kemahiran dan keahlian serta pengetahuan profesi.

4) Menjunjung tinggi kepercayaan orang lain terhadap dirinya

5) Menggunakan saluran yang baik dan legal serta halal untuk menyalurkan ketidakpuasannya.

6) Kesediaan bekerja untuk kepentiangan asosiasi organisasi dan memenuhi tanggung jawab terhadapnya.

7) Mampu bekerja tanpa pengarahan terperinci.

8) Tidak mengorbankan orang/pihak lain demi kemajuan diri semata.

9) Setia pada profesi dan rekan seprofesi.

10) Mampu menghindari desas-desus.Merasa bangga pada profesinya.

11) Memiliki motivasi penuh untuk lebih mengutamakan kepentingan masyarakat yang dilayani.

12) Jujur, tahu akan kewajiban dan gmenghormati hak orang lain.

13) Segala pengalaman senantiasa diniati dengan iktikat, tujuan, dan tata cara yang baik.

c. Kode Etik Profesi

Ada kaidah-kaidah pokok dalam profesi yang perlu diperhatikan. Kaidah tersebut menurut Keiser yang dikutip Mardani (2017: 93) adalah:

1) Profesi harus dihayati sebagai suatu pelayanan tanpa pamrih

(disinterestedness), yaitu pertimbangan yang diambil mmerupakan

(22)

kepentingan klien dan bersifat umum, bukan kepentingan pribadi dari pengemban profesi.

2) Pelayanan profesi mendahulukan kepentingan klien yang mengacu kepada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai manusia dalam mengatasi sikap dan tindakan.

3) Pengemban profesi harus berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan.

4) Pengemban profesii harus mengembangkan semangat solidaritas sesama rekan seprofesi.

Adapun standard etika profesi adalah sebagai berikut (Mardani, 2017: 93):

1) Menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab kepada klien, lembaga serta masyarakat pada umumnya.

2) Membantu tenaga ahli profesional menentukan apa yang harus diperbuat dalam menghadapi dilema berkaitan dengan etika profesi.

3) Menjaga reputasi atau nama dan fungsi profesi dalamm masyarakat melawan kelakuan jahat dari anggota-anggota tertentu.

4) Mencerminkan penghargaan moral dari komunitas.

5) Merupakan dasar untuk menjaga perilaku dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli tersebut.

Dalam menjalani profesi, seseorang perlu memiliki dasar-dasar atau prinsip sebagai berikut (Mardani, 2017: 92):

1) Prinsip tanggung jawab. Seorang yang memiliki profesi harus mampu bertanggung jawab atas dampak dari profesi dari profesi tersebut, khususnya bagi orang-orang sekitarnya.

2) Prinsip keadilan. Prinsip ini menuntut agar seseorang mampu menjalankan profesinya tanpa merugikan orang lain, khususnya orang yang bersangkutan.

3) Prinsip otonomi. Prinsip ini didasari kebutuhan pelaku profesi untuk

diberikan kebebasan dalam menjalankan profesinya.

(23)

4) Prinsip integritas moral. Seorang profesional juga dituntut untuk memiliki komitmen pribadi dalam menjaga kepentingan profesi, dirinya, dan masyarakat.

Berkaitan prinsip moral ini, Fraz Magnis Suseno berpendapat ada tiga nila moral yang harus dimiliki oleh seorang profesional (Mardani, 2017: 95):

1) Berani berbuat untuk memenuhi tuntutan profesi.

2) Menyadari kewajiban yang harus dipenuhi selama menjalankan profesi.

3) Idealisme sebagai perwujudan makna organisasi profesi.

3. Dakwah

a. Defenisi Dakwah

Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad’u (fi’il mudhari’) dan da’a (fi’il madli) yang artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan memohon (to prray).

Selain kata “dakwah”, al-Qur’an juga menyebutkan kata yang memiliki pengertian yang hampir sama dengan “dakwah”, yakni kata “tabligh”

yang berarti penyampaian, dan “bayan” yang berarti penjelasan.

(Pimay, 2006: 2)

Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi dapat dilihat dari pendapat beberapa ahli antara lain:

1) Samsul Munir Amin (2009: 6) menyebutkan bahwa dakwah merupakan bagian yang sangat esensial dalam kehidupan seorang muslim, dimana esensinya berada pada ajakan dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama Islam dengan penuh kesadaran demi keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan pengajaknya.

2) Wahidin Saputra (2011: 2) menyebutkan dakwah adalah menjadikan

perilaku muslim dalam menjalankan Islam sebagaiagama rahmatan

lil alamin yang harus didakwahkan kepada seluruh manusia.

(24)

3) Sayid Muhammad Nuh (2011: 4) menyebutkan dakwah adalah bukan hanya terbatas pada penjelasan dan penyampaian semata, namun juga meliputi pembinaan dan takwin (pembentukan) pribadi, keluarga, dan masyarakat.

4) M. Munir dan Wahyu Ilaihi (2006: 17) menyebutkan dakwah adalah aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.

5) M.Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

(Munir Amin, 2009: 4)

6) Thoha Yahya Omar mengartikan dakwah sebagai usaha mengajak Manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.Sedangkan menurut peneliti dakwah merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dengan mengajak orang lain kejalan yang benar, yaitu berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkarDari beberapa pengertian dakwah tersebut diatas, dapat dipahami bahwa pada prinsip dakwah merupakan upaya mengajak, menganjurkan atau menyerukan manusia agar mau menerima kebaikan dan petunjunk yang termuat dalam Islam. Atau dengan kata lain, agar mereka mau menerima Islam sehingga mereka mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. (Safrodin, 2008: 32)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka peneliti dapat

simpulkan bahwa dakwah merupakan kegiatan yang bersifat menyeru,

mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada ajaran

Allah SWT.

(25)

b. Tujuan Dakwah

Tujuan merupakan sesuatu yang dicapai melalui tindakan, perbuatan atau usaha.Dalam kaitannya dengan dakwah, maka tujuan dakwah sebagaimana dikatakan Ahmad Ghasully adalah membimbing manusia untuk mencapai kebaikan dalam rangka merealisir kebahagiaan. Sementara itu, Ra’uf Syalaby mengatakan bahwa tujuan dakwah adalah meng-Esakan Allah SWT, membuat manusia tunduk kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dan intropeksi terhadap apa yang telah diperbuat. (Pimay, 2006: 9)

Tujuan dakwah sebagaimana dikatakan Ahmad Ghasully dan Ra’uf Syalaby tersebut dapat dirumuskan ke dalam tiga bentuk yaitu:

1) Tujuan Praktis

Tujuan praktis dalam berdakwah merupakan tujuan tahap awal untuk menyalamatkan umat manusia dari lembah kegelapan dan membawanya ke tempat yang terang-benderang, dari jalan yang sesat kepada jalan yang lurus, dari lembah kemusyrikan dengan segala bentuk kesengsaraan menuju kepada tauhid yang satu.

2) Tujuan Realistis

Tujuan realistis adalah tujuan antara, yakni berupa terlaksananyaajaran Islam secara keseluruhan dengan cara yang benar dan berdasarkan keimanan, sehingga terwujud masyarakat yang menjunjung tinggi kehidupan beragama dengan merealisasikan ajaran Islam secara penuh dan menyeluruh.

3) Tujuan Idealistis

Tujuan idealistis adalah tujuan akhir pelaksanaan dakwah, yaitu terwujudnya masyarakat muslim yang diidam-idamkan dalam suatu tatanan hidup berbangsa dan bernegara, adil, makmur, damai dan sejahtera di bawah limpahan rahmat, karunia dan ampunan Allah SWT. (Pimay, 2005: 35-38)

Namun secara umum tujuan dakwah menurut Moh. Ali Aziz

(2004: 60-63) dalam bukunya Ilmu Dakwah yaitu:

(26)

1) Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati.

2) Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari Allah.

3) Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

4) Untuk menegakkan agama dan tidak pecah belah.

5) Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus.

6) Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat allah ke dalam lubuk hati masyarakat.

c. Dasar Hukum Dakwah

Keberadaan dakwah sangat urgen dalam Islam.Antara dakwah dan Islam tidakdapat dipisahkan yang satu dengan yang lainnya.Sebagaimana diketahui, dakwah merupakan suatu usaha untuk mengajak, menyeru, dan mempengaruhi manusia agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Usaha mengajak dan mempengaruhi manusia agar pindah dari suatu situasi ke situasi yang lain, yaitu dari situasi yang jauh dari ajaran Allah menuju situasi yang sesuai dengan petunjuk dan ajaran-Nya (Munir, 2009: 50). Setiap muslim diwajibkan menyampaikan dakwah Islam kepada seluruh umat manusia, sehingga mereka dapat merasakan ketentraman dan kedamaian (Pimay, 2006: 14).

d. Unsur-unsur Dakwah

Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponen- komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah (Aziz, 2004:

75 ).

e. Subjek Dakwah

Secara teoritis, subjek dakwah atau yang lebih dikenal dengan

sebutan da’i adalah orang yang menyampaikan pesan atau

menyebarluaskan ajaran agama kepada masyarakat umum

(publik).Sedangkan secara praktis, subjek dakwah (da’i) dapat dipahami

dalam dua pengertian. Pertama, da’i adalah setiap muslim atau

muslimat yang melakukan aktifitas dakwah sebagai kewajiban yang

(27)

melekat dan tak terpisahkan dari missi sebagai penganut Islam sesuai dengan perintah “balligu „anni walau ayat”. Kedua, da’i dilamarkan kepada mereka yang memiliki keahlian tertentu dalam bidang dakwah Islam dan mempraktekkan keahlian tersebut dalam menyampaikan pesan-pesan agama dengan segenap kemampuannya baik dari segi penguasaan konsep, teori, maupun metode tertentu dalam berdakwah (Pimay, 2006: 21-22).

Subjek dakwah merupakan unsur terpenting dalam pelaksanaan dakwah, karena sebagaimana di dalam pepatah dikatakan: “The man behind the gun” (Manusia itu di belakang senjata). Maksudnya manusia sebagai pelaku adalah unsur yang paling penting dan menentukan.Suksesnya usaha dakwah tergantung juga kepada kepribadian da’i yang bersangkutan. Apabila da’i mempunyai kepribadian yang menarik insyallah dakwahnya akan berhasildengan baik, dan sebaliknya jika da’i tidak mempunyai kepribadian yang baik atau tidak mempunyai daya tarik, maka usaha itu akan mengalami kegagalan (Anshari, 1993: 107)

f. Objek Dakwah

Objek dakwah yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah.Masyarakat baik individu maupun kelompok, sebagai objek dakwah, memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda. Dalam hal ini seorang da’i dalam aktivitas dakwahnya, hendaklah memahami karakter dan siapa yang akan diajak bicara atau siapa yang akan menerima pesan-pesan dakwahnya. Da’i dalam menyampaikan pesan- pesan dakwahnya, perlu mengetahui klasifikasi dan karakter objek dakwah, hal ini penting agar pesan-pesan dakwah bisa diterima dengan baik oleh mad’u (Amin, 2009: 15).

g. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah pesan (message) yang dibawakan oleh

subyek dakwah untuk diberikan atau disampaikan kepada obyek

dakwah.Materi dakwah yang biasa disebut juga dengan ideologi

(28)

dakwah, ialah ajaran Islam itu sendiri yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah (Rofiah, 2010: 26).

Keseluruhan ajaran Islam, yang ada di Kitabullah maupun Sunnah Rasul Nya, yang pada pokoknya mengandung tiga prinsip 1) Aqidah

Aqidah yang menyangkut sistem keimanan atau kepercayaan terhadap Allah SWT. Dan ini menjadi landasan yang fondamental dalam keseluruhan aktivitas seorang muslim, baik yang menyangkut sikap mental maupun sikap lakunya, dan sifat-sifat yang dimiliki.

2) Syariat

Syariat yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut aktivitas manusia muslim di dalam semua aspek hidup dan kehidupannya, mana yang boleh dilakukan, dan yang tidak boleh, mana yang halal dan haram, mana yang mubah dan sebagainya. Dan ini juga menyangkut hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablun minallah dan hablun minan nas).

3) Akhlaq

Akhlaq yaitu menyangkut tata cara berhubungan baik secara vertikal dengan Allah SWT. maupun secara horizontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk-makhluk Allah (Anshari, 1993: 146).

Islam mengajarkan etika paripurna yang memiliki sifat antisipatif jauh ke depan dengan dua ciri utama. Pertama, akhlak Islam sebagaimana jati diri ajaran Islam itu sendiri tidak menentang fitrah manusia.Kedua, akhlak Islam bersifat rasional.Karena keduanya bersifat demikian akhlak Islam tidak terdistorsi oleh perjalanan sejarah (Aziz, 2004: 120).

h. Media Dakwah

Media dakwah adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan

dakwah. Penggunaan media dakwah yang tepat akan menghasilkan

dakwah yang efektif. Penggunaan media-media dan alat-alat modern

(29)

bagi pengembangan dakwah adalah suatu keharusan untuk mencapai efektivitas dakwah (Amin, 2009: 14).

Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu:

1) Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini dapat berbentuk pidato, ceramh, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

2) Tulisan, buku majalah, surat kabar, surat menyurat (korespodensi), spanduk dan sebagainya.

3) Lukisan, gambar, karikatur, dan sebgainya.

4) Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, televisi, slide, internet dan sebagaian nya.

5) Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad’u (Aziz, 2004:

120).

i. Metode Dakwah

Metode dakwah yaitu cara-cara penyampaian dakwah, baik individu, kelompok, maupun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah tersebut mudah diterima.Metode dakwah hendaklah menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan-pesan dakwah.Sudah selayaknya penerapan metode dakwah mendapat perhatian yang serius dari para penyampai dakwah.

Berbagai pendekatan dakwah baik dakwah bi al-lisan, dakwah

bi al-qalam (dakwah melaui tulisan, media cetak), maupun dakwah bi

al-hal (dakwah dengan amal nyata, keteladan) perlu dimodifikasi

sedemikian rupa sesuai dengan tuntutan modernitas. Demikian pula

penggunaan metode dakwah dengan Hikmah, Mau‟idzah Hasanah, dan

Mujadalah(Amin, 2009: 13).

(30)

j. Efek Dakwah

Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Demikian jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah, wasilah, thariqah tertentu maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad’u, (mitra atau penerima dakwah). Atsar itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang berarti bekasan, sisa, atau tanda.

Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering kali dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i.Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan maka selesailah dakwah.Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.

Tanpa menganalisis atsar dakwah maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat maka kesalahan strategis dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya (corrective action) demikian juga strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-unsur dakwah yang dianggap baik dapat ditingkatkan. (Aziz, 2004: 138)

Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara radikal dakomprehansif, artinya tidak secara parsial atau setengah-setengah.Seluruh komponen sistem (unsure-unsur) dakwah harus dievaluasi secara komprehensif.Sebaliknya, evaluasi itu dilakukan oleh beberapa da’i harus memiliki jiwa inklusif untuk pembaruan dan perubahan di samping bekerja dengan menggunakan pembaruan dan perubahan di samping bekerja dengan menggunakan ilmu.

Jika proses evaluasi ini telah menghasilkan beberapa konklusi

dan keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective

action). Kalau yang demikian dapat terlaksana dengan baik, maka

terciptalah suatu mekanisme perjuangan dalam dalam bidanh

dakwah.Dalam bahasa agama inilah sesungguhnya disebut dengan ihtiar

(31)

insani. Bersama dengan itu haruslah diiringi dengan doa mohon taufik dan hidayah Allah untuk kesuksesan dakwah. Aziz: 2004: 139)

4. Da’i

a. Defenisi Da’i

Kata dai berasal dari bahasa arab yang berarti orang yang mengajak. Dalam istilah komunikasi disebut dengan komunikator.

Dalam pengertian khusus (pengertian islam), dai adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung denga katakata,perbuatan atau tingkah laku kearah kondisi yang lebih baik atau menurut syariat alquran dan as-sunah.Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dai adalah orang yang menyampaiakan pesan dakwh kepada mad’u untuk mengajak kepada kondisi yang lebih baik sesuai dengan syariat islam.

Tugas dan fungsi da’i adalah merealisasikan ajaran-ajaran al- quran dan as-sunah ditengah masyarakat sehingga al-quran dan assunah dijadikan pedoman hidup dan penuntun hidupnya. Kehidupan da’Idalam masyarakat luas mempunyai fungsi yang cukup menentukan.

1. Meluruskan akidah

2. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar.

3. Menegakan amar ma’ruf nahi munkar.

Disamping fungsi diatas, seorang da’I dalam penyampaian komunikasi persuasive kepada mad’unya mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Menguatkan dan mengkokohkan keimanan.

2) Memberikan harapan.

3) Menumbuhkan semangat untuk beramal dan menghilangkan sifat- sifat keraguan.

Tujuan tujuan diatas diharapkan menjadiTujuan tujuan diatas

diharapkan menjadi sebuah motivasi dalam melaksanakan ajaran-ajaran

agama.

(32)

Kriteria da’i untuk menjadi seorang da’i yang baik tentu ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang da’i jika dakwahnya ingin berhasil antara lain sebagai berikut:

1) Seorang da’i hendaknya memahami kondisi orang-orang yang didakwahi. Karena objek dakwah itu bermacam-macam keadaannya.

Di antara mereka ada yang memiliki ilmu sehingga da’i membutuhkan kekuatan ilmu dalam debat dan diskusi. Diantara mereka ada yang tidak berilmu. Di antara merekaada yang keras kepala, dan ada pula yang tidak keras kepala. Intinya keadaan mereka berbeda-beda, bahkan penerapan hukumnya juga akan berbeda karena perbedaan kondisinya.

2) Dai harus memiki wawasan yang luas, baik yang terkait dengan ajaran Islam itu sendiri yang memang menjadi tema utama dalam dakwah yang dilakukan maupun wawasan kekinian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa menjadi penunjang dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah.

3) Seorang da’i juga harus mempunyai kemampuan atau keterampilan (skill) dakwah sehingga bila ia berdakwah dengan cara berkhotbah atau berceramah, khotbah dan ceramahnya itu menarik, enak di dengar dan jamaah antusias untuk mendengarkannya, karena memang mudah dipahami.

4) Hendaknya seoarang da’i memiliki akhlak yang baik dalam perkataan, perbuatan, dan penampilan yang baik. Maksudnya penampilan yang baik adalah penampilan yang layak untuk seorang da’i. Juga perbuatannya dan perkataannya layak untuk seorang da’i.

Yaitu hendaknya ia berhati-hati dan tenang dalam berkata dan

berbuat, memiliki pandangan yang mendalam. Sehingga ia tidak

mengesankan bahwa agama itu sulit, selama masih bisa untuk

dihindari kesan tersebut. Dan hendaknya ia tidak mengambil sikap

yang keras selama masih bisa berlemah lembut.

(33)

5) Seorang da’i haruslah memiliki sifat sabar dalam berdakwah, jangan sampai ia berhenti atau jenuh, namun ia harus tetap terus berdakwah di jalan Allah dengan segenap kemampuannya. Karena seseorang telah dihinggapi kejenuhan maka ia akan letih dan meninggalkan (dakwah). Akan tetapi, apabila ia menetapi kesabaran diatas dakwahnya, maka ia akan meraih pahala sebagai orang-orang yang sabar disatu sisi, dan disisi lain ia akan mendapatkan kesudahan yang baik.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka peneliti dapat simpulkan bahwa da’i adalah sebutan bagi orang yang mengajak dan mendorong orang lain untuk mengikuti dan mengamalkan ajaran islam.

b. Syarat-Syarat Menjadi Da’i

Da’i ilallah (yang mengajak ke jalan Allah) Subhanahu wa ta’ala mereka mengerjakan salah satu aktifitas yang paling terbaik.

Allah ta’ala berfirman:





“siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:

"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

Namun untuk menjadi seorang da’i harus memenuhi beberapa hal:

1) Hendaknya ia mengilmu apa yang ia dakwahkan. Yaitu ia

memiliki ilmu tentang syariat Allah hingga ia tidak

mendakwahkan orang kepada kesesatan dalam keadaan tidak

menyadarinya atau tidak mengetahuinya. Maka seorang da’i itu

harus belajar terlebih dahulu mengenai apa-apa yang hendak ia

dakwahkan dan mempelajari amalan-amalan yang akan ia

dakwahkan, mempelajari pendapat-pendapat yang akan ia

(34)

dakwahkan, mempelajari apa saja amalan-amalan yang dilarang agama, dan semisalnya.

2) Hendaknya ia memahami kondisi orang-orang yang didakwahi.

Karena objek dakwah itu bermacam-macam keadaannya. Di antara mereka ada yang memiliki ilmu sehingga da’i membutuhkan kekuatan ilmu dalam debat dan diskusi. Di antara mereka ada yang tidak berilmu. Di antara mereka ada yang keras kepala, dan ada pula yang tidak keras kepala. Intinya keadaan mereka berbeda- beda, bahkan penerapan hukumnya juga akan berbeda karena perbedaan kondisinya.

3) Hendaknya bersikap hikmah dalam dakwahnya. Yaitu ia menyikapi orang yang didakwahi dengan sikap yang sesuai dan menyikapi setiap persoalan dengan sikap yang sesuai pula.

Kemudian ia memulai dakwahnya dari hal yang paling urgen baru setelah itu hal yang urgensinya dibawahnya.

4) Hendaknya da’i memiliki akhlak yang baik dalam perkataan, perbuatan, dan penampilan yang baik. Maksudnya penampilan yang baik adalah penampilan yang layak untuk seorang da’i. Juga perbuatannya dan perkataannya layak untuk seorang da’i. Yaitu hendaknya ia berhati-hati dan tenang dalam berkata dan berbuat, memiliki pandangan yang mendalam. Sehingga ia tidak mengesankan bahwa agama itu sulit, selama masih bisa untuk dihindari kesan tersebut. Dan hendaknya ia tidak mengambil sikap yang keras selama masih bisa berlemah lembut.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian mengenai minat mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Batusangkar

terhadap profesi da’i. Berdasarkan eksplorasi penulis, ditemukan beberapa

tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.

(35)

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Aziz Nur Ihsan tentang minat mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Wali Songo Semarang terhadap profesi Da’i. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Sumber data penelitiannya yaitu sumber data primer yang didapat melalui sumber utama yaitu institusi terkait dengan Jurusan KPI.

Teknik analisis data meliputi: (1) Reduksi data. (2) Penyajian data. (3) Penyimpulan.. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana minat mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi terhadap untuk menjadi da’i profesional.

Korelasi antara penelitian penulis dengan penelitian ini adalah

sama-sama menilik pada tiga aspek. Aspek kognisi ditemukan sebagian

besar informan tidak berminat terhadap profesi da’i. Hal ini dikarenakan

ketakutan akan hilangnya keikhlasan dalam dakwah. Yang ke dua aspek

kemanfaatan dan nilai positif dakwah. Dalam proses belajar memiliki

motif untuk meperkaya ilmu pengetahuan dakwah tuntutan kewajiban dan

mendapat nilai. Dalam belajar, mahasiswa memiliki kendala yaitu, kurang

percaya diri,membagi waktu, referensi kurang. Ke tiga aspek konasi

mahasiswa aktif dalam memenuhi minatnya melalui organisasi, pelatihan,

perlombaan, dan partisipasi dalam kegiatan jurnalistik dan broadcasting. .

Dimana pada penelitian ini disebutkan bahwa aspek emosinya adalah, pada

dasarnya mahasiswa menunjukkan minat yang tinggi terhadap dunia

dakwah. Akan tetapi ketika mendengar kata profesi, minat tersebut tampak

menurun. Ketertarikan itu karena kewajiban, pahala, kebanggaan,

membantu menjaga diri, untuk mewujudkan masyarakat lebih baik,

merupakan profesi yang sangat bermanfaat dan bermakna, serta

mendapatkan pengalaman dan ilmu. Sedangkan ketidak tertarikan

disebabkan oleh terlalu formal untuk kewajiban setiap umat,

ketergantungan profesi bisa merusak nilai ikhlas dalam dakwah, kurang

(36)

percaya diri, tanggung jawab yang besar, dan yang utama adalah karena da’i bukan profesi.

Adapun perbedaan antara penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian ini adalah penelitian yang akan peneliti lakukan lebih menekankan kepada aspek emosi dari mahasiswa terhadap profesi dakwah, yang mana dalam observasi awal penulis menemukan bahwa mahasiswa jurusan KPI IAIN Batusangkar, memang sangat kurang tertarik untuk menjadi seorang da’i.

2. Penelitian yang dilakukan oleh putriany dkk dengan judul “pengaruh

kompetensi terhadap minat mahasiswa IAIN BONE dalam mengikuti

kegiatan dakwah”. Penelitian tersebut membahas tentang pengaruh

kompetensi dan popularitas dai terhadap minat mahasiswa IAIN Bone

dalam mengikuti kegiatan dakwah, dengan tujuan untuk mengetahui

pengaruh variabel kompetensi dai (x1) dan popularitas dai (x2), secara

parsial dan simultan terhadap minat mahasiswa IAIN Bone dalam

mengikuti kegiatan dakwah (y). Jenis penelitian ini termasuk penelitian

kuantitatif ( survei) denagn pendekatan secara metodologis (positivistik-

kuantitatif) dan keilmuan (dakwah dan komunikasi).populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa IAIN Bone, khusunya di Fakultas

Dakwah dan Ushuluddin angakatan 2018 dan 2019, sebanyak 293 orang

dengan sampel 169 orang menggunakan teknik simple random sampling.

(37)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan secara alamiah sesuai dengan kondisi yang terjadi dilapangan tanpa adanya rekayasa. Penelitian deskriptif kualitatif memiliki tujuan untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisa, dan menginterpretasikan suatu keadaan yang sekarang sedang terjadi dengan sebenarnya. Dapat dikatakan bertujuan untuk memperoleh informasi- informasi mengenai keadaan yang ada. Menurut Sugiyono (2013: 9) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafah postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang ilmiah.

Menurut Bog dan dan Taylor dalam Moleong (2006: 4) mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat di amati. Menurut Moleong (2006: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Tujuan penelitan deskriptif ini untuk memberikan gambaran, mendeskripsikan, dan mengungkapkan gambaran dengan melihat minat jurusan KPI terhadap profesi Da’i.

B. Latar dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian peneliti terletak di Kampus Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Batusangkar yang dimulai sejak bulan Mei 2020 sampai

selesai.

(38)

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen kunci penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2013: 22) instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun setelah fokusnya jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti mengungkap data secara lebih mendalam menggunakan pedoman wawancara dan panduan studi dokumen, camera phone dan alat perekam suara.

D. Sumber Data

Sumber data yang peneliti gunakan disini adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang berasal dari observasi dan juga wawancara, dalam penelitian ini data primer diperoleh peneliti dari Minat Mahasiswa KPI Angkatan 2017 Broadcasting dan Jurnalis sebanyak 53 orang dengan informan sebanyak 10 orang dalam berdakwah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada jenis teknik observasi, dokumentasi dan wawancara.

1. Observasi

Gall dkk (2003: 254) observasi sebagai salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan lingkungan (sosial dan atau material) individu yang sedang diamati. Gibson, R.L. & mitchell.

M.H (1995: 260) memandang observasi sebagai teknik yang bisa dimanfaatkan untuk memilah-milah derajat dalam membuat koklusi tentang orang lain, meskipun diakui bahwa pengunaan observasi juga perlu dilengkapi dengan metode lain dalam penilaian manusia (Anwar Sutoyo, 2009: 73).

Adapun observasi dilakukan melalui pengamatan secara langsung

untuk memperoleh data berkaitan dengan Minat Mahasiswa Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ushuluddin Adab dan

Dakwah IAIN Batusangkar Terhadap Profesi Da’I.

(39)

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung kepada informan. Melalui wawancara, peneliti akan mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan peneliti mampu terus menggali informasi dari informan tersebut sampai si peneliti merasa data yang diperlukan cukup. Penelitian ini, menggunakan teknik wawancara mendalam atauin-depth interview. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh informasi dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka langsung antara peneliti dengan informan. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada hal yang berkaitan dengan Minat Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Komunikasi Penyiaran Islam di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Batusangkar Terhadap Profesi Da’i.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data yang diperoleh dalam bentuk tulisan, buku, arsip, gambar maupun dokumen perusahaan ataupun dokumen resmi yang berkaitan dengan penelitian. Dokumentasi merupakan instrumen pendukung yang mampu mendukung data maupun hasil penelitian. Teknik documenter disebut juga teknik dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data penelitian melalui sejumlah dokumen (informasi yang didokumentasikan) berupa dokumen tertulis maupun dokumen terekam. Adapun teknik dokumenter dilakukan melalui pengambilan dokumen berupa photo.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013: 245) analisa data dalam penelitian kualitatif

dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan, selama peneliti berada di

lapangan, dan setelah peneliti berada di lapangan. Dikatakan juga bahwa

analisa data sebelum memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi

(40)

pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.

Sedangkan Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013: 246), aktivitas analisis data yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/ verification.

1. Reduksi data

Disini peneliti mengumpulkan, merangkum, memilih informasi- informasi yang pokok, memfokuskan pada informasi yang penting, dicari tema dan polanya. Peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah itu, peneliti melakukan proses reduksi data dengan melakukan terjemahan hasil wawancara ke dalam bentuk tulisan atau transkip maupun menarasikam hasil observasi dan dokumentasi dengan demikian apa yang direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Komunikasi Penyiaran Islam di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Batusangkar Terhadap Profesi Da’i.

2. Penyajian data

Penyajian hasil penelitian ini di paparkan deskriptif berdasarkan temuan di lapangan dengan bahasa khas dan pandangan emik informan agar mudah dipahami oleh pembaca. Melakukan interprestasi data yaitu menginterprestasikan apa yang telah diinterprestasi oleh informan terhadap masalah yang diteliti.

3. Penarikan kesimpulan

Pada tahap ini peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan konteks permasalahan dari tujuan peneliti. Dari interprestasi yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam jawaban rumusan masalah.

Tahap penarikan kesimpulan ini diharap mampu memberikan hasil

penelitian secara keseluruhan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan ketentuan tersebut, hakim adalah pelaku kekuasaan negara yang bebas dari intervensi dalam bentuk apapun untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat antiinflamasi pasca biopsi eksisi penyakit jaringan lunak rongga mulut oleh Dokter Gigi di Kota

Pada jalur utama pemipaan dipasang 12 buah katup motor untuk mengatur aliran air pendingin dan 4 buah katup motor isolasi untuk mengisolasi air pendingin pada kolam reaktor,

Walaupun bahasa inggris digunakan sebagai bahasa komunitas secara global,akan tetapi menurut Naisbii(1991)dalam bukunya yang berjudul Global paradox,bahwa

NDLC dijadikan metode yang digunakan sebagai acuan (secara keseluruhan atau secara garis besar) pada proses pengembangan dan perancangan sistem jaringan komputer

keluar/masuk ke kolam pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar yang cukup atau sesuai dengan draft kapal sehingga dapat dilalui kapal-kapal

Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah meningkatkan nilai deskripsi variabel yang dinilai rendah diantaranya adalah menyelesaikan

Bentuk Perubahan Sosial pada Kalangan Remaja Suku Bajo di Kabupaten Wakatobi Penelitian ini menunjukan bahwa remaja mengalami proses isolasi sosial dimana lingkup