FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN UNTUK MEMBELI SAYURAN HIDROPONIK DI KOTA
MEDAN
SKRIPSI
Oleh :
ARNOLD ARIANTO PARHUSIP 130304153
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
SKRIPSI
OLEH:
ARNOLD ARIANTO PARHUSIP 130304153
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
ABSTRAK
ARNOLD ARIANTO PARHUSIP (130304153/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen untuk Membeli Sayuran Hidroponik di Kota Medan”. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D dan Dr.Ir. Tavi Supriana,MS.
Sayuran hidroponik mucul menjadi salah satu pilihan sayuran yang lebih sehat dibandingkn dengan sayuran konvensional, terutama untuk pembeli di kota-kota besar seperti diKota Medan. Namun perkembangan produksinya relatif lambat karena minimnya informasi mengenai permintaan sayuran hidroponik tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli sayuran hidroponik di daerah penelitian. Data diperoleh dari 80 responden yang ditetapkan secara Accidental dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik biner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur konsumen secara signifikan mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli sayuran hidroponik, sedangkan tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, pengetahuan dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh signifikan.
Kata Kunci : sayuran hidroponik, faktor pengaruh, keputusan membeli
ARNOLD ARIANTO PARHUSIP (130304153 / AGRIBISNIS) with the title of the thesis "Factors Influencing Consumer Buying Decisions of Hydroponic Vegetables in Medan City". This research was guided by Ir. Diana Chalil, M.Sc., Ph.D and Dr.Ir. Tavi Supriana, MS.
Hydroponic vegetables appear to be one of the healthier choices of vegetables compared to conventional vegetables, especially for buyers in big cities such as Medan. However, the development of its production is relatively slow due to the lack of information regarding the demand for hydroponic vegetables.
This study aims to determine what factors influence consumers' decision to buy hydroponic vegetables in the study area. Data were obtained from 80 respondents who were determined accidentally and then analyzed using binary logistic regression method. The results showed that consumer age significantly influenced consumers' decision to buy hydroponic vegetables, while education level, amount of income, knowledge and number of family members had no significant effect.
Keywords: hydroponic vegetables, influence factors, decisions, consumers.
RIWAYAT HIDUP
Arnold Arianto Parhusip lahir di Medan pada tanggal 9 Juni 1996, Sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Dj. Parhusip dan Ibu M. Sinaga.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 2001 masuk Sekolah Dasar di SD RK BUDI LUHUR Medan Provinsi Sumatera Utara dan tamat tahun 2007
2. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP SUTOMO 1 Medan Provinsi Sumatera Utara dan tamat tahun 2010
3. Tahun 2010 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA SUTOMO 1 Medan dan tamat tahun 2013
4. Tahun 2013 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-PTN.
Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:
1. Selama menjadi mahasiswa penulis terlibat dalam organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) dan aktif dalam semua kepanitian yang ada .
2. Bulan Juli sampai dengan Agustus 2016 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Mangga Dua, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Tahun 2018 penulis melaksanakan penelitian di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas segala berkat yang telah dianugerahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan judul skripsi “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Untuk Membeli Sayuran Hidroponik Di Kota Medan”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
3. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.P yang telah bersedia sebagai Dosen Penguji dan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Bapak Ir. Thomson Sebayang, M.T yang telah bersedia sebagai Dosen Penguji dan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran
dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik..
5. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, serta yang telah bersedia sebagai Dosen Penguji dalam skripsi saya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Dj. Parhusip dan Ibunda M. Sinaga yang selalu mendoakan, mendukung, memberikan banyak perhatian, kasih sayang, motivasi serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan tepat waktu.
8. Sahabat saya di luar kampus Derry, Farrob, Ageng, Apep, Byan, Arip, Ata, Saprek, Jeji, Akbar, Roru, Keri, Ayes dan Alm Kibis yang selalu mensupport saya di luar kampus.
9. Kawan-kawan stambuk 2013 seperjuangan khususnya Agung, Diwan, Lala, Fira, Cabe, Viky, Bima, Imai, Bilong, Dior, Imam, Jordan, Muammar, Oscar, Gembong, Reza, Gebi, teman teman dari LOCKERSCARE, KEMAH SATU ATAP & MenongQ org LAE .
10. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta kepada seluruh staf pengajar dan seluruh staf pegawai Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pegawai yang ada di Departemen Agribisnis Kak Eva dan Kak Lisbeth yang telah membantu seluruh proses administrasi.
skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang . ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 4
1.3. Tujuan penelitian ... 4
1.4. Kegunaan Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5
2.1.1. Sayuran Hidroponik...5
2.1.2. Keunggulan Hidroponik ... 6
2.1.3. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Hdiroponik ... 7
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1 Teori Keputusan Konsumen ... 9
2.2.2 Faktor Psikologis ... 17
2.3. Penelitian Terdahulu ... 19
2.4. Kerangka Pemikiran ... 20
2.5. Hipotesis Penelitian ... 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22
3.2. Metode Penentuan Sampel ... 22
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 23
3.4. Metode Analisis Data ... 23
3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 25
3.5.1. Definisi Operasional ... 25
3.5.2. Batasan Operasional ... 26
4.1..1 Geografis ... 28
4.1.2 Tata Guna Lahan ... 29
4.1.3 Keadaan Penduduk ... 30
4.1.4.Sarana dan PraSarana ... 31
4.2. Karakteristik Sampel Penelitian ... 36
4.2.1. Umur ... 36
4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 37
4.2.3. Pendapatan Keluarga ... 38
4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga ... 39
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Membeli Sayuran Hidroponik di Kota Medan ... 38
5.1.1. Distribusi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Sayuran Hidroponik ... 39
5.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Untuk Membeli sayuran Hidroponik di Kota Medan ... 39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 47
6.2. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1.1 Jumlah Permintaan Sayuran Hidroponik Pada Beberapa Produsen .di Kota MedanTahun 2017
2 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin
26 4.2 Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Jenis Pekerjaan 27 4.3 Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan 27 4.4 Jumlah Pusat Pemberlanjaan Kota Medan dan Status Ketersediaan
Sayuran Hidroponik
28
4.5 Sarana dan Prasarana Kota Medan 29
4.6 Komposisi Sampel Berdasarkan Umur 31
4.7 Komposisi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan 31 4.8 Komposisi Sampel Berdasarkan Total Pendapatan Keluarga 32 4.9 Komposisi Sampel Berdasarkan Jumlah Aggota Keluarga 32 5.1
5.2
Distribusi Keputusan Konsumen dalam Membeli Sayuran Hidroponik
Operasional Variabel
34 35 5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam
Menggunakan Biosolar di Kota Medan
36
5.4 Hormer and Lemeshow Test 36
5.5 Uji Seluruh Variabel (Uji G) 38
No. Judul Hal
2.1 Skema Kerangka Pemikiran 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat lebih ketat terhadap pola makan untuk menjaga kesehatan, begitu juga dengan sayuran yang di konsumsi oleh masyarakat.
Sayuran hidroponik hadir menjadi pilihan masyarakat untuk menkonsumsi sayuran yang sehat.Sayuran yang dihasilkan dengan menggnakan teknologi hidroponik dipercaya memiliki kualitas lebih baik dibandingkan sayuran konvensional. Pada tahun 1994 sebuah tes pernah dilakukan oleh kelompok investigasi dari Laboratorium Teknologi Tanaman Universitas San Jose California, untuk mengetahui kandungan vitamin dan mineral yang terkandung dalam hasil tanaman hidroponik dibandingkan dengan hasil tanaman organik dan juga hasil tanaman yang dibudidayakan secara konvensional. Hasilnya menunjukkan bahwa tanaman hasil hidroponik memiliki vitamin dan mineral yang secara signifikan lebih tinggi dan sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia dibanding dengan pola konvensional maupun organik (Anonimous, 2016).
Bagi kebanyakan masyarakat mungkin belum teribiasa dengan keberadaan tanaman sayuran hidroponik sebagai bahan makanan untuk di konsumsi. Rasa asing tersebut sama halnnya seperti keberadaan hidroponik yang sebetulnya telah ada di Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu. Di kota-kota besar, memilih sayuran hidroponik sedah menjadi gaya hidup dalam menonsumsi makanan. Alasannya tentu saja, karena sayuran hidroponik lebih sehat dan
tidak mengandung pestisida yang lambat laun makin meracuni tubuh (Anonimous, 2010).
Adanya kebutuhan sayuran hidroponik yang sehat oleh masyarakat khususnya Kota Medan, dapat dilihat dari Tabel 1.1 berikut ini,
Tabel 1.1 Jumlah Permintaan Sayuran Hidroponik Pada Beberapa Produsen .di Kota MedanTahun 2017
Sumber: Sianturi, 2017
Tingginya kualitas hidroponik menyebabkan tingginya harga sayuran hidroponik tersebut dibanding dengan harga sayuran biasa, hal ini karena jumlah produksi sayuran hidroponik dalam skala kecil dan dilakukan oleh produksi rumahan, penjualan sayuran hidroponik pun masih dikatakan Produsen/
Distributor Jenis Harga/kg
Produksi / minggu/
kg
Kekurangan/
minggu/kg
Penjualan/
minggu (Retail)/bks Syifa’s
Hidroponik
Kangkung pakcoy
Basil (kemangi) Selada merah Daun mint Tomat Rukola
Rp 20.000 Rp 25.000 Rp 60.000 Rp 65.000 Rp40-60.000 Rp 25.000 Rp 65.000
5-10 7.5 3.5 6 2-3 6-7 1
5-8 4-5 2 35 20 6 Belum tersosialisasi Hailey’s
Farm
Selada(keritinghi jau,selada merah, romaine,
butterhead,lollor ossa)
Rp15-40.000 400 200
Anugerah’
s Fam
Sawi (Pakcoy, Samhong) Selada (Crishtine, Maximus,Minday Butterhead)
Rp 25 000
Rp 50-60.000
30
25
20
10
Pondok Indah Pasar Buah (Retail)
Kangkung Tomat Selada
Rp 13.000/bks Rp 15.000/bks Rp 17.500/bks
60 45 40
3
terbatas karena hanya tersedia di tempat-tempat tertentu seperti di pasar-pasar modern dan tidak tersedia di pasar tradisional
Fenomena yang muncul adalah walau sayuran hidropnik relatif lebih mahal namun ada sebagian konsumen yang lebih memilih untuk mengalihkan konsumsi sayurannya ke sayuran hidroponik. Alasan pentingnya gizi dari mengkonsusmsi sayuran hidroponik tidak semata mata tergantung dari harga maupun tingkat pendapatan tetapi juga dilihat dari faktor faktor yang lain.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa terdapat faktor faktor tertentu yang mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan konsumen sayuran hidroponik dimana faktor tersebut tidak hanya berasal dari faktor faktor yang sekedar dapat diukur dan tidak dapat dilihat secara langsung. Usaha tani sayuran hidroponik hanya bisa berkembang bila didukung oleh adanya konsumen yang mampu membelinya yang akan mendorong petani untuk semakin bergairah menanam sayuran hidroponik. Sayangnya perkembangan konsumsi sayuran organik di masyarakat masih sangat terbatas dan biasanya hanya dilakukan oleh lapisan masyarakat tertentu yang sadar akan kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup.
Dari uraian tersebut diketahui bahwa adanya permintaan akan sayuran hidroponik, perilaku konsumen yang membeli produk sayuran ini menarik untuk diteliti, tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli sayuran hidroponik di daerah penelitan Kota Medan.
1.2 Identifikasi Masalah
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli sayuran hidroponik di kota Medan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen terhadap pembelian sayuran hidroponik di kota Medan.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi konsumen serta pihak terkait mengenai konsumen hidroponik sebagai sayuran pilihan.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1
Sayuran HidroponikHidroponik (hydroponics) secara umum diartikan bertanam tanpa tanah.
Hydroponics sendiri berasal dari kata Yunani hydro, yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik sebenarnya adalah cara bertanam dengan menggunakan air sebagai media tanam. Oleh karena itu, kemudian muncul beraneka metode penanaman hidroponik. Namun, keragaman tersebut dapat dipilahkan secara sederhana menjadi dua jenis, yaitu hidroponik dengan media tanam hanya air dan hidroponik dengan media tanam air dilengkapi media lain sebagai penyangga tanaman (media tanam kombinasi) (Karsono, 2002).
Istilah hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa tanah sebagai media tanamnya. Di kalangan umum, istilah ini dikenal sebagai “bercocok tanam tanpa tanah”. Disini termasuk juga bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan poros lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun gabus putih (Lingga, 2005).
Hidroponik merupakan sebutan untuk sebuah teknologi bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Media untuk menanam digantikan dengan media tanam lain seperti rockwool, arang sekam, zeolit, dan berbagai media yang ringan dan steril untuk digunakan. Hal yang terpenting pada hidroponik adalah penggunaan air sebagai pengganti tanah untuk menghantarkan larutan hara ke dalam akar tanaman (Prihmantoro, 1998).
Di Indonesia, hidroponik yang berkembang pertama kali yaitu hidroponik substrat. Hidroponik substrat merupakan sistem hidroponik yang mempergunakan media selain tanah dan steril, misalnya arang sekam, pasir, dan serbuk sabut kelapa.Setelah hidroponik substrat, hidroponik NFT (nutrient film technique) mulai dikenal di Indonesia, kemudian berkembang pula hidroponik aeroponik yang memberdayakan udara (Sutiyoso, 2004).
2.1.2 Keunggulan Sayuran Hidroponik
Teknik hidroponik sangat memungkinkan untuk menanam semua jenis sayuran.
Sayuran yang sesuai untuk dataran rendah-sedang umunya adalah sayuran asli tropis, seperti kacang panjang, kangkung, bayam, dan sebagainya. Sementara untuk wilayah dataran tinggi umumnya lebih sesuai yang berasal dari sub tropis seperti wortel, sawi, kentang, dan sebagainya. Wilayah iklim basah umumnya sangat sesuai untuk sayuran daun seperti sawi, kangkung, bayam, dan sebagainya.
Wilayah yang iklimnya kering dan pengairan tersedia sesuai untuk cabe, bawang merah, kacang panjang, dan sebagainya.
Keuntungan bercocok tanam dengan teknologi hidroponik adalah media relatif steril, penggunaan air dan nutrisi terukur dan efisien, sanitasi lingkungan bersih, sehat, ramah, dan terkendali, waktu panen dapat lebih awal, 3K terjamin (kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas hasil) (Sudarmodjo, 2008).
Keunggulan dan kualitas yang lebih baik pada produk hidroponik ternyata menjadi pertimbangan awal bagi konsumen dalam keputusan pembelian sayuran hidroponik. Konsumen memperhatikan kebersihan, kesegaran, warna dan ukuran dari sayuran hidroponik yang lebih baik dibandingkan sayuran konvensional.
7
Aspek higienis menjadi alasan utama konsumen untuk mengkonsumsi sayuran hidroponik. Higienis seringkali menjadi pembeda utama sayuran hidroponik dengan sayuran konvensional dikarenakan sayuran hidroponik tidak ditanam pada media tanah. Disamping itu, konsumen memperhatikan kandungan gizi yang ada pada sayuran hidroponik yang dianggap lebih tinggi. Namun kandungan gizi sebenarnya tidak dapat diketahui secara langsung sehingga diragukan apakah konsumen benar-benar mengetahui tentang kandungan gizi sayuran hidroponik (Halim, 2000)
2.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Sistem Hdiroponik Keuntungan Sistem Hidroponik
(1)Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin.
(2)Perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol.(3) Pemakaian pupuk lebih hemat (efisien).(4)Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru . (5) Tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standarisasi.(6)Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak.(7)Hasil produksi lebih continue dan lebih tinggi disbanding dengan penanama ditanah. (8)Harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk non-hydroponic.(9)Beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim.(10)Tidak ada resiko kebanjiran,erosi, kekeringan, atau ketergantungan dengan kondisi alam.(11) Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas, misalnya di atap, dapur atau garasi. (Roidah, 2014)
Kelemahan Sistem Hidroponik
(1)Investasi awal yang mahal. (2) Memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia. (3) Ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit. (Roidah, 2014)
Dari segi penyakit ataupun hama, ada beberapa kendala yang sering dihadapi petani sayura hidroponik dalam bertani sayuran hidroponik itu sendiri dan beberapa permalasalah penyakit maupun hama dapat dilihat di bawah ini :
1. Tanaman tumbuh kerdil di sebabkan oleh kutu
2. Tanaman layu yang diakibatkan terserang penyakit parasite, tanaman tidak mau tegak walaupun telah disiram.
3. Tanaman rontok
4. Tanaman berubah warna yang awalnya cerah berubah menjadi kekuningan yang disebabkan karna tidak berfungsinya klorofil karena kekurangan sinar matahari, biasanya disebut Roset
5. Gejala nekrosis, terjadi karena sekelompok sel pada sau bagian tanaman yang meninggalkan berkas berwarna coklat dan dapat menyebar ke bagian lainnya.
6. Hirpertrofi, adanya parasite yang menyebabkan pembesaran di abgian tanaman tertentu melebihi batas normal
7. Untuk hama serangga sendiri biasa disebabkan oleh beberapa jenis serangga seperti ; belalang, penggorok daun, kutu kebul,tungau tanaman, thrips, lalat buah, semut dan ulat
8. Hama jamur, yang paling sering mengganggu tanaman hidroponik adalah jamur Phtyum, Verticillium, Phytophthora, dan Fusarium Phtyium. Biasanya jamur jamur tersebeut sering terjadi pada instalasi hidroponik DWC (Deep Water Culture) dan itu sangat ideal bagi pertumbuhan spora jamur untuk tumbuh. Jamur phytium tumbuh dengan cepat dan subur dilingkungan yang kurang oksigen di tambah lagi tempat nutrisi yang mengendap tanpa sirkulasi yang dapat menyebabkan penyakit busuk akar.
Secara umum penyebab tumbuhnya spora jamur phtyium di karenakan peralatan kebun yang tidak steril, air yang tidak di filter dan menggenang, akar yang kekurangan oksigen , dan sisa akar mati yang terinfeksi sebelumnnya.
9
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Keputusan
Keputusan adalah teori mengenai cara manusia memilih pilihan yang diantara pilihan-pilihan yang tersedia secara acak guna mencapai tujuan yang hendak diraih. Teori keputusan dibagi menjadi dua, yaitu : (1) teori keputusan normatif yaitu teori tentang bagaimana keputusan seharusnya dibuat berdasarkan prinsip rasionalitas, dan (2) teori keputusan deskriptif yaitu teori tentang bagaimana keputusan secara faktual dibuat (Hansson, 2005).
Keputusan konsumen yang terealisasi dapat terlihat dalam aktivitas membeli yang berwujud pada pilihan-pilihan konsumen terhadap jenis produk, jumlah pembelian, frekuensi pembelian, pilihan tampilan fisik, dan pilihan pembelian (Engel et al. 1995). Aktivitas konsumen yang diawali dengan pengambilan keputusan hingga membeli suatu produk atau jasa tersebut berjalan melalui suatu proses atau tahapan. Proses tersebut meliputi lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan hasil.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Engel et al. (1994), ada tiga faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu faktor pengaruh lingkungan, faktor perbedaan individu, dan faktor proses psikologis.
1. Faktor Pengaruh Lingkungan
Pengaruh lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting terhadap perilaku konsumen.Informasi mengenai pengaruh lingkungan dapat menjadi
masukan yang baik bagi pemasar untuk merancang strateginya. Pengaruh lingkungan terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi.
a) Budaya Engel et al. (1994) menjelaskan bahwa beberapa dari sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya adalah rasa diri dan ruang, komunikasi dan bahasa, makanan dan kebiasaan makan, pakaian dan penampilan, waktu dan kesadaran akan waktu hubungan (keluarga, organisasi, pemerintah), nilai dan norma, kepercayaan dan sikap, proses mental dan pembelajaran, dan kebiasaan kerja dan praktek. Produk dan jasa berperan dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa 7 pesan makna dari suatu budaya yang akhirnya pesan tersebut dipindahkan ke konsumen.
b) Kelas Sosial Engel et al. (1994) mengemukakan enam indikator dalam menentukan kelas sosial, yaitu pekerjaan, prestasi pribadi, interaksi, pemilikan, orientasi nilai, dan kesadaran kelas. Keenam variabel tersebut saling mempengaruhi dan terkait. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi maka akan berprestasi pula dalam hal pekerjaan sehingga memiliki pendapatan dan kepemilikan yang baik juga. Kelas sosial merupakan bentuk lain dari pengelompokkan masyarakat ke dalam kelas atau strata yang berbeda. Kelas sosial akan mempengaruhi jenis produk, jenis jasa, dan merek yang dikonsumsi oleh konsumen. Perbedaan kelas atau strata akan menggambarkan perbedaan pendidikan, pendapatan, pemilikan harta benda, gaya hidup, dan nilai-nilai yang dianut. Perbedaan tersebut juga akan mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang atau keluarga.
11
c) Pengaruh Pribadi Menurut Engel et al. (1994) menjelaskan bahwa pengaruh pribadi berperan penting dalam keputusan pembelian terhadap suatu merek tertentu. Konsumen yang selektif akan melibatkan diri mereka dalam proses pengambilan keputusan. Pengaruh pribadi dapat diekspresikan melalui kelompok acuan. Kelompok acuan merupakan seorang atau kelompok orang yang mempengaruhi secara bermakna perilaku individu (Hyman dalam Engel et al. 1994). Beberapa kelompok acuan yang terkait dengan konsumen adalah kelompok persahabatan, kelompok belanja, kelompok kerja, kelompok masyarakat maya, dan kelompok pegiat konsumen.
d) Keluarga sangat penting dalam studi perilaku konsumen karena dua hal.
Pertama, keluarga adalah unit pemakaian dan pembelian untuk banyak produk konsumen. Kedua, keluarga adalah pengaruh utama pada sikap dan perilaku individu (Engel et al. 1994). Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang dihubungkan melalui darah, perkawinan, atau adopsi, dan yang tinggal bersama. Anggota keluarga akan saling mempengaruhi dalam keputusan pembelian suatu produk. Peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan adalah sebagai inisiator, pemberi pengaruh (influencer), penyaring informasi, pengambilan keputusan (decider), pembeli (buyer), dan pengguna (user).
e) Situasi Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek (Engel et al. 1994). Lima karakteristik dari situasi konsumen adalah lingkungan fisik (lokasi, dekorasi, aroma, cahaya, cuaca), lingkungan sosial (ada atau tidak adanya
orang lain dalam situasi yang bersangkutan), waktu (jam, hari, bulan, musim), tujuan (membeli untuk diri sendiri dan untuk orang lain), suasana hati (kondisi sementara konsumen seperti kecemasan, kesenangan). 8 Dalam perilaku konsumen, situasi ini berguna untuk mempertimbangkan dampak potensial dari faktor lingkungan yaitu komunikasi, pembelian, dan situasi pemakaian. Konsumen bisa saja mengubah pola pembelian mereka tergantung dari situasi pemakaian.
2. Faktor Perbedaan Individu
Faktor perbedaan individu terdiri atas beberapa faktor internal yang dapat menggerakkan dan memengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian, yaitu sebagai berikut.
a. Sumber Daya Konsumen Sumber daya konsumen adalah hal yang dimiliki seseorang atau konsumen dimana terdapat tiga sumber daya yang biasa dimiliki konsumen, yaitu berupa uang (ekonomi), waktu, dan perhatian.
Konsumen akan menyesuaikan pembelian mereka dengan sumber daya yang dimiliki.
b. Motivasi dan Keterlibatan Engel et al. (1994) mengatakan perilaku termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktfikan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan atau disukai. Karena ketidakcocokan ini meningkat, hasilnya adalah pengaktifan suatu kondisi kegairahan yang dipicu sebagai dorongan untuk melakukan tindakan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Hal itulah yang dinamakan motivasi.
13
Motivasi adalah daya dorong yang muncul dari seorang konsumen yang akan mempengaruhi proses keputusan konsumen dalam membeli dan menggunakan barang atau jasa. Engel et al. (1994) menjelaskan bahwa keterlibatan (relevansi yang disadari atau kecocokan) adalah faktor penting dalam mengerti motivasi. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk memperoleh dan mengolah informasi.
c. Pengetahuan Menurut Engel et al. (1994), pengetahuan dapat didefinisikan informasi yang disimpan di dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut pengetahuan konsumen. Pengetahuan konsumen terbagi dalam tiga bidang umum yaitu pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian. Pengetahuan produk mencakupi kesadaran akan kategori merek produk, ciri produk, dan kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan merek spesifik. Pengetahuan pembelian mencakupi informasi berkenaan dengan keputusan tentang di mana produk tersebut harus dibeli dan kapan pembelian harus terjadi.
Pengetahuan pemakaian mencakupi informasi yang tersedia di dalam ingatan mengenai bagaimana suatu produk dapat digunakan dan apa yang diperlukan agar benar menggunakan produk tersebut.
d. Sikap Sikap konsumen merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Engel et al. (1994) menjelaskan sikap sebagai keseluruhan evaluasi. Beberapa sikap mungkin dipegang dengan keyakinan kuat, sementara yang lain mungkin ada dengan tingkat 9 kepercayaan minimum. Jadi, sikap merupakan ungkapan perasaan
konsumen terhadap suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap suatu atribut dan manfaat dari objek tersebut.
e. Kepribadian Sifat dari setiap manusia tidak ada yang persis sama, masing-masing memiliki karakteristik yang unik dan berbeda satu sama lain. Kepribadian merupakan perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri manusia, perbedaan karakteristik tersebut menggambarkan keunikan dari masingmasing individu. Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi respons individu terhadap lingkungannya. Dalam perilaku konsumen, Engel et al. (1994) mendefinisikan kepribadian sebagai respons yang konsisten terhadap stimulus lingkungan.
Memahami kepribadian konsumen adalah suatu hal yang penting bagi pihak pemasar karena kepribadian berkaitan erat dengan perilaku konsumen. Perbedaan dalam kepribadian konsumen akan mempengaruhi perilakunya dalam memilih atau membeli suatu produk yang sesuai dengan kepribadiannya. Kepribadian dapat dijadikan dasar dalam melakukan segmentasi oleh pihak pemasar.
f. Gaya Hidup Gaya hidup adalah konsep yang lebih kontemporer, lebih komprehensif, dan lebih berguna daripada kepribadian. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah hasil dari jajaran total ekonomi budaya, dan kekuatan kehidupan sosial yang menyokong kualitas seseorang (Engel et al. 1994). Gaya hidup seringkali digambarkan dengan kegiatan,
15
minat, dan opini dari seseorang. Gaya hidup seseorang tidak permanen melainkan dapat berubah sesuai dengan keadaan tertentu.
g. Demografi Menurut Schiffman-Kanuk (1994), demografi merujuk pada tingkat vitalitas dan ukuran kependudukan, demografi membantu melokalisasi target pasar dimana karakteristik psikologi dan sosio-kultural membantu menggambarkan tentang bagaimana mereka berpikir dan bagaimana mereka berperasaan. Sedangkan menurut Solomon (Nitisusastro 2013), demografi adalah berupa data menggambarkan tentang pendapatan, kesempatan kerja, pendidikan dan kepemilikan rumah berdasarkan etnik, suku bangsa dan agama.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2008), proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap, yaitu;
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evauasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian. Gambar berikut memperlihatkan bahwa konsumen melewati seluruh lima tahap itu untuk semua pembelian yang dilakukannya. Tetapi dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering menghilangkan atau membalik urutan beberapa tahap itu.
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal, contohnya rasa lapar dan hapus. Dan dapat juga dipicu oleh rangsangan eksternal, contohnya iklan suatu produk baru.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tertarik mungkin akan mencari lebih banyak informasi atau mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan.
3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu
4. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian. Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, dan yang kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan.
5. Perilaku Pascapembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak akan terlihat dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Yang menentukan kepuasan atau tidak kepuasan pembeli
17
biasanya dapat dilihat dari hubungan antara ekspektasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk tidak memenuhi ekspektasi, konsumen akan kecewa; jika produk memenuhi ekspektasi, konsumen akan puas; dan jika produk melebihi ekspektasi, konsumen akan sangat puas.
2.2.2. Faktor Proses Psikologis
Faktor proses psikologis meliputi tiga proses, yaitu pengolahan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap, dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Pengolahan Informasi Pemrosesan informasi mengacu pada proses yang dengannya suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan di dalam ingatan, dan belakangan 10 diambil kembali. Didasarkan pada model pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh William McGuire.
b. Pembelajaran Menurut Schiffman dan Kanuk (Nitisusastro 2013), pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.
Dengan hasil pengetahuan dan pengalaman ini akan memberikan bekal untuk bertindak di masa datang jika menghadapi situasi yang sama. Seorang yang memiliki sejumlah pengalaman tidak mudah percaya begitu saja dengan apa yang ada di sekitarnya, atau apa yang dikatakan oleh orang lain. Untuk membuat orang tersebut menjadi percaya diperlukan upaya yang lebih besar untuk meyakinkannya. Oleh karena itu para pelaku usaha harus memahami segala sesuatunya yang dilakukan agar tidak mengecewakan konsumen.
c. Perubahan Sikap Memengaruhi sikap dan perilaku konsumen dengan persuasi melalui komunikasi dapat dilihat dari perspektif pemrosesan infromasi. Dari
perspektif ini, persuasi (yaitu, tingkat penerimaan) bergantung pada respon kognitif (pikiran) dan afektif (perasaan) yang terjadi selama pemrosesan pesan.
Respons ini pada gilirannya dipengaruhi oleh beberapa karakteristik komunikasi (misalnya, sumber, pesan, pengulangan) dan konsumen (misalnya, motivasi, pengetahuan, sikap sebelumnya). Perubahan sikap dan perilaku merupakan sasaran yang lazim dimana proses ini mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subyek dari beberapa dasawarsa penelitian yang intensif (Engel et al. 1995).
2.3 Penelitian Terdahulu
Menurut Ildrakasih, 2013 “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keptutusan Konsumen Dalam Membeli Beras Organik di Kota Medan”, adapun beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu sebagi berikut, pendapatan, tingkat pendidikan, anggota keluarga, rasio harga, persepsi, dan gaya hidup .
Reinhard, 2017 Menyatakan Adapun faktor x, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, dan jenis kendaraan tidak berpengaruh dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan.
Dalam jurnal “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keputusan Petani Dalam Melakukan Usahatani Sayuran Hidroponik Di Kota Medan” yang di tulis oleh Sianturi, 2017 menyatakan bahwa Variabel pendidikan, luas lahan, tingkat kosmopolitan, dan pendapatan memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari α0,01 Artinya ada hubungan yang erat antara variabel tersebut dengan keputusan petani dalam melakukan atau tidak melakukan usahatani sayuran hidroponik.
19
Variabel tingkat kosmopolitan memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari
α
0,05 yang berarti variabel ini juga memilikihubungan antara variabel tersebut dengan keputusan petani dalam melakukan atau tidak melakukan usahatani sayuran hidroponik.Jurnal AGRIC “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan konsumen Dalam Membeli Sayuran Organik “ yang di tulis Devi , 2015 menyatakan bahwa keputusan konsumen di pengaruhi oleg pendapatan, pendidikan, intensitas, dan motivasi pembeli .
Menurut Gunawan, M (2006) menyatakan bahwa keputusan pembelian konsumen besar di pengaruhi oleh pendidikan yang menyebabkan sadarnya akan kesehatan mereka sendiri.
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sayuran Hidroponik di PT HERO SUPERMARKET Cabang Pajajaran Bogor” Oleh Paula Halim (2002) menyatakan pengaruh orang lain , indikator kualitas , promosi, dan tingkat pendapatan konsumen menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen . Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan Wahyuni (2016), variabel umur (X1), pekerjaan (X2), keadaan ekonomi (X3) secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) sedangkan variabel gaya hidup (X4) dan kepribadian (X5) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) produk indihome pada PT Telkom, Tbk Witel di Samarinda
2.4 Kerangka Pemikiran
Sayuran hidroponik ialah sayuran yang dalam proses penanamannya tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia lainnya, menjadi pilihan dari berbagai
pilihan konvensional lainnya menimbulkan beberapa faktor selain kesehatan sebagai keputusan konsumen untuk membeli sayuran hidroponik.
Banyak banyak faktor-faktor yang mnempengaryuhi keputusan konsumen dalam membeli sayuran hidroponik,seperti pendapatan, pendidikan, umur, jumlah pengeluaran,umur maupun pengalaman membeli.
Menurut Beverlyet. al (2008)Umur seseorang dapat menurunkan kemampuan daya ingat (working memory capacity), serta kemampuan untuk mengolah informasi yang diterima. Hal ini dapat mempengaruhi kreativitas seseorang untuk menerima dan mengembangkan ide-ide baru yang lebih kreatif. Selain itu, Beverly juga mengatakan, seseorang yang berumur lebih muda, dapat menukan ide (invention) dan merespon masalah lebih cepat. Pada umur 20-an seseorang biasanya mengalami transformasi dari remaja menjadi dewasa muda. Meski tak luput dari kesalahan, akan lebih baik jika Anda menjadikannya sebagai pelajaran.
Itu mengapa umur 20-an jadi saat yang tepat untuk menyetop kebiasaan buruk dan memulai hidup yang lebih sehat, baru yang lebih kreatif.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan sejalan dimana informasi yang didapat dari dua hal tersebut dapat jadi pertimbangan untuk membeli sesuatu barang. Dimana pengambil keputusan memiliki segala informasi yang di dapatkannya sebagai penimbang keputusan untuk membeli atau tidak.
Pendapatan keluarga menjadi hal yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dimana pendapatan cukup tinggi konsumen berpeluang untuk membeli yang tinggi juga dan tidak dapat di pungkiri pendapat keluarga berkaitan
21
dengan jumlah anggota keluarga. Untuk itu banyak pertimbangan didalam pendapatan keluarga agar dapat digunakan seefisien dan seefektif mungkin.
Peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan adalah sebagai inisiator, pemberi pengaruh (influencer), penyaring informasi, pengambilan keputusan (decider), pembeli (buyer), dan pengguna (user ) dan jumlah anggota keluarga itu sendiri menjadi pengaruh terhadap pengambil keputusan untuk memeutuskan membeli atau tidaknya sebuah barang.
Dan untuk lebih memudahkan mengarahkan penelitian ini, maka disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 1
.
Skema Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis PenelitianSesuai dengan identifikasi masalah, maka di ambil hipotesis penelitian yaitu:
umur, pendidikan, pendapatan keluarga, pengetahuan dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen dalam membeli sayuran hidroponik dikota Medan.
Pengetahuan Pendapatan Keluarga
Tingkat Pendidikan Umur
Keputusan Membeli
Jumlah Anggota Dalam Keluarga
: Adanya hubungan : Mempengaruhi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), artinya daerah penelitian dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Tempat yang menjadi daerah penelitian yaitu Pasar Buah Pondok Indah, Berastagi Supermarket, Transmart, SmarCo yang berada di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pertimbangan ini didasarkan karena pada Pusat Pasar tersebut yang menyediakan sayuran hidroponik, yakni masyarakat kota Medan . Dimana hasil penelitian di lokasi tersebut dapat bermanfaat untuk menentukan faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli sayuran hiroponik.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode Accidental Sampling.Sampel merupakan konsumen yang sedang berbelanja, baik konsumen yang membeli dan tidak membeli sayuran hidroponik Dilakukannya Accidental Sampling karena jumlah populasi konsumen sayuran hidroponik di Kota Medan yang tidak terdata. Setiap responden yang akan dipilih dan diwawancarai tidak ditetapkan sebelumnya. Jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian adalah 80 responden. Dengan alas an menganalisis respon dan deskripsi konsumen yang berbelanja. (Supriana, 2016)
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data di lakukan dengan wawancara yang di lakukan di pusat pemberlanjaan dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanya untuk
23
mengetahui data primer konsumen yang ideal seperti data umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan seputar tentang sayuran hidroponik yang ideal dengan penelitian ini.
Data sekunder yang di kumpulkan antara lain gambaran umum daerah penelitian, data demografi, data produksi sayuran hidroponik. Data tersebut di peroleh dari instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, dinas terkait, buku literature serta media internet yang sesuai dengan penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk membahas identifikasi masalah, dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi logistik biner. Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner, akan ditabulasikan kemudian dianalisis. Data tersebut akan diuji dengan metode regresi logistik. Menurut Gujarati (2012), model logistik adalah prosedur permodelan yang diterapkan untuk memodelkan variabel respon (Y) yang bersifat kategori berdasarkan satu atau lebih variabel prekdiktor (X), baik itu yang bersifat kategori maupun kontiniu.
( )Persamaan model logistik yang digunakan:
ln = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4 X4 + β5 X5
Dimana :
Pi = Peluang konsumen membeli sayuran hidroponik 1-Pi = Peluang konsumen tidak membeli sayuran hidroponik ln = Keputusan Konsumen (Membeli Y=1 , Tidak Membeli Y=0) 𝑥1 = Umur (tahun)
𝑥2 = Tingkat pendidikan (tahun) 𝑥3 = Pendapatan (Rp/bln) 𝑥4 = Pengetahuan
𝑥5 = Jumlah Aggota Keluarga
𝛽0, 𝛽1, 𝛽2, 𝛽3, 𝛽4, 𝛽5 adalah Parameter.
Kriteria Uji
a. Uji Hosmer and Lemeshow
H0 : (1-B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/observasi) = 1. Artinya tidak ada perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi, sehingga model dinyatakan layak digunakan.
H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi.
Sig. > 0,05 ; tolak H1, terima H0 Sig. ≤ 0,05 ; terima H1, tolak H0
b. Uji seluruh model (uji G)
H0 : 𝛽1 = 𝛽2 = 𝛽3 = 𝛽4 = 𝛽5 = 𝛽6 = 0, dimana tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
H1 : 𝛽1 = 𝛽2 = 𝛽3 = 𝛽4 = 𝛽5 = 𝛽6 ≠ 0, sekurang-kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
Sig. > 0,05 ; tolak H1, terima H0 Sig. ≤ 0,05 ; terima H1, tolak H0
c. Uji Wald
25
𝑎,1 𝑎,1
Uji ini untuk menguji signifikansi setiap variabel bebas.
H0 : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1, 2, 3, 4, 5, 6..p maka tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
H1 : βj ≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Wj ≤ χ2 atau Sig. > 0,05; terima H0, tolak H1 Wj > χ2 atau Sig. < 0,05; terima H1, tolak H0
d. Efek Marginal
Efek marginal dapat melihat rata-rata perubahan dengan cara menghitung suatu variabel bebas sementara variabel lain dianggap konstan. Untuk model logit, tingkat perubahan probabilitas dari keterjadian sebuah peristiwa adalah sebagai berikut :
Efek Marjinal = β. P. (1 - P) Dimana :
P = probabilitas konsumen membeli sayuran hidroponik β = koefisien dari variabel independen
3.5 Definisi & Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi Operasional
1. Hidroponik merupakan sebutan untuk sebuah teknologi bercocok tanam menggunakan aliran air.
2. Sampel adalah responden yang membeli sayuran hidroponik dan tidak membeli sayuran hidroponik.
3. Keputusan Konsumen yang dimaksud adalah keputusan konsumen dalam membeli sayuran hidroponik. Keputusan pembelian ini merupakan tahap dimana konsumen membuat keputusan membeli ataupun tidak membeli sayuran hidroponik.
4. Umur adalah usia masyarakat sampel dari mulai lahir hingga pada saat penelitian dilaksanakan dinyatakan dalam tahun.
5. Tingkat pendidikan masyarakat sampel adalah jumlah tahun pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh sampel, yang dinyatakan dalam satuan tahun.
6. Pendapatan adalah pendapatan keluarga sampel yang didapatkan dari setiap anggota keluarga yang bekerja dan menghasilkan. Dinyatakan dalam satuan rupiah/bulan.
7. Pengetahuan adalah pengetahuan konsumen terhadap sayuran hidroponik yang di dapatkannya dari lingkungan ataupun media lain.
8. Jumlah anggota keluarga ada jumlah keluarga yang masih tinggal bersama dalam satu rumah dan menjalani interaksi tiap hari dengan responden .
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
2. Sampel adalah konsumen yang memutuskan untuk membeli dan tidak membeli sayuran hidroponik di Kota Medan.
3. Waktu Penelitian adalah bulan Juni 2018.
27
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTI SAMPEL
4.1.1 Geografis
Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara.Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' BujurTimur. Kota Medan beradap ada ketinggian 2,5- 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas w ilayah Kota Medan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deliserdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur.
Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265.10 km2, yang secara administrasi dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Sebagian besar w ilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Sampali berkisar 23,30C- 24,40C dan suhu maksimum berkisar antara 30,90C- 33,60
C.Hari hujan di Kota Medan menurut Stasiun Sampali rata- rata perbulan 19 hari dengan rata- rata curah hujan per bulannya 171,2 mm.
4.1.2 Tata Guna Tanah/Lahan
Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya.Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar yaitu mulai dari bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah,
pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak 4.1.3 Keadaan Penduduk
4.3.1. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan
Penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 orang dengan rumah tangga yang terbesr di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 1 menunjukkan bahwa usia non produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja berjumlah 574.129 jiwa (27,37 %). Jumlah usia produktif (15-54 tahun) yaitu orang dewasa sebesar 1.337.435 jiwa (63,76%). Dan jumlah manula (≥ 55 tahun) sebesar 186.046 jiwa (8,87%).
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah dan persentase penduduk Kota Medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.
29
4.1. Penduduk
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Kota Medan adalah 2.210.624 jiwa dengan rincian laki-laki 1.091.937 (49,70 %) dan perempuan 1.118.687 (50,30%) menunjukkan bahwa di Kota Medan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki.
Tabel 4.1. menunjukkan jumlah penduduk yang paling tinggi adalah kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 238.504 jiwa (11,71%) dan jumlah penduduk yang paling rendah adalah kelompok umur 60- 64 tahunsebanyak41.279 jiwa (2,03%).
4.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Komposisi penduduk Kota Medan dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Jenis Pekerjaan Kelompok
Umur (Tahun)
Laki-Laki Perempuan Jumlah
(Jiwa)
Jiwa % Jiwa %
0-4 101.988 51,52 95.778 48.48 197.553
5-9 101.465 51,61 94.953 48,39 196.222
10-14 103.651 51,17 98.904 48,83 202.555
15-19 117.631 49,32 120.873 50,68 238.504
20-24 111.668 46,92 126.338 53,08 238.006
25-29 99.908 47,82 109.029 52,18 208.937
30-34 87.795 49,53 89.473 50,47 177.268
35-39 72.206 49,66 73.186 50,34 145.392
40-44 62.618 50,86 60.490 49,14 123.108
45-49 47.771 51,52 44.961 48,48 92.732
50-54 32.519 50,97 31.285 49,03 63.804
55-59 25.591 49,94 25.652 50,06 51.243
60-64 20.563 49,81 20.716 50,19 41.279
65-69 27.075 45,44 32.507 54,56 59.582
70-74 10.765 44,53 13.714 45,08 24.479
75+ 7.498 40,21 12.364 44,32 19.862
Jumlah 1.091.937 49,70 1.118.687 50,30 2.036.185
No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Pegawai Negeri 18.670 4,88
2 Pegawai Swasta 14.570 3,81
3 TNI/ POLRI 3.562 0,93
4 Tenaga Pengajar 43.551 11,38
5 Tenaga Kesehatan 2.399 0,63
6 Lain – lain 300.000 78,37
Sumber: BPS, Medan dalam Angka 2016
Tabel 4.2.Menunjukan penduduk Kota Medan yang memiliki pekerjaan dengan jumlah terbesar adalah sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar 43.551jiwa(11,38%), pegawai negeri sebesar 18.670 jiwa (4,88%), dan pegawai swasta sebesar 14.570 jiwa (3,81%). Dan lain-lainnya sebesar 300.000 (78,37%) yang tidak diketahui apa yang menjadi pekerjaannya.
Sedangkan penduduk Kota Medan yang memiliki pekerjaan dengan jumlah terendah adalah sebagai Tenaga Kerja bagian Kesehatan yaitu sebesar 2.399 jiwa (0,63%). Hal tersebut menyatakan sedikitnya peminat masyarakat di Kota Medanyang bekerja di bagian kesehatan.
4.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk Kota Medan berdasrka tingkat pendidikan terdiri dart tamat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.
Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.3.Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase
(%)
1 SD 412.893 21,51
2 SLTP 626.617 32,65
3 SLTA 6705.97 39,94
4 PerguruanTinggi 209.246 10,90
Jumlah 1.919.353 100
Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2016
31
Tabel 4.3. menunjukkan tingkat pendidikan Kota Medan berada pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 670.597 orang (39,94%), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 626.617 orang (32,65%), Sekolah Dasar berjumlah 412.893 orang (21,51%) dan PerguruanTinggi sebanyak 209.246 orang (10,90%). Jumlah penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan paling terbanyak adalah pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 670.597 orang (39,94). Dan jumlah penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan yang paling rendah adalah pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi sebesar 209.246 orang (10,90). Hasil tersebut menunjukkan masih minimumnya tingkat pendidikan sarjana di Kota Medan.
Tabel 4.4. Jumlah Pusat Pemberlanjaan Kota Medan dan Status Ketersediaan Sayuran Hidroponik
No Pusat Pembelanjaan Ketersediaan
1 Berastagi Supermarket Ada
2 Carefour Citra Garden Tidak Ada
3 Centre Point Tidak Ada
4 Palladium Mall Tidak Ada
5 Hermes Place Tidak Ada
6 Medan Mall Tidak Ada
7 TansMart Plaza Medan Fair Ada
8 Ramayana Tidak Ada
9 Smarco Ringroad City Walk Ada
10 Hypermart Sun Plaza Tidak Ada
11 Thamrin Tidak ada
12 Pondok Indah Pasar Buah Ada
Sumber : Data Primer , Januari 2018
Dari Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa hanya sedikit pusat perbelanjaan yang menyediakan dan menjual sayuran hidroponik. Hanya ada 4 pusat pemberlanjaan yaitu Berastagi Supermarket, TransMart , SmarCo, dan Pondok Indah Pasar Buah.
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasaran di Kota Medan saat ini sangat baik, hal ini dapat kita lihat dari kesehatan, trasnsportasi dan pasar yang sudah cukup memadai.Sarana transportasi di Kota Medan sangat lengkap baik di dalam kota, keluar kota maupun keluar negeri. Transportasi yang tersedia yaitu darat (Bus, Angkutan Kota, KeretaApi), laut (Kapal) serta udara (pesawat). Untuk transportasi di dalam kota, sebagian besar memanfaatkan jasa angkutan kota (angkot) dengan trayek yang bermacam- macam. Untuk transporta silaut, pelabuhan yang terkenal di Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan. Untuk transportasi udara, di Kota Medan terdapat Bandara Polonia Medan dan Bandara Internasional Kuala Namu Medan. Untuk mengetahui lebih jelas sarana dan prasarana di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana Kota Medan
No Sarana dan Prasarana Satuan Jumlah
1 Sekolah
a. SD Unit 797
b. SLTP Unit 335
c. SLTA Unit 322
d. PerguruanTinggi Unit 28
2 Kesehatan
a. Puskesmas Unit 39
b. Pustu Unit 41
c. BPU Unit 375
d. RumahBersalin Unit 270
e. RumahSakit 68
3 Transportasi
a. JalanBaik Km 1.869,60
b.JalanSedang Km 446,15
c. JalanRusak Km 128,37
4 Pasar
a. PasarTradisional Unit 56
b. PasarSwalayan Unit 30
Sumber : BPS, Medan dalamAngka 2016
33
Tabel 4.5. menunjukkan sarana pendidikan di kota Medan sangat lengkap mulai dari yang terendah hingga tertinggi sehingga status skolah pun beragam mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok kota Medan.
Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti KotaMedan yang berpenduduk besar. Sarana Kesehatan yang ada yaitu BPU 375 unit, rumah bersalin 270 unit, rumah sakit 68 unit dan puskesmas 39 unit yang tersebar di seluruh kecamatan KotaMedan.
Sarana tempat ibadah di Kota Medan sangat memadai.Tempat- tempat ibadah berdiri megah di setiap sudut kota sesuai dengan agama yang dianut masing- masing masyarakat. Adapun tempat ibadah yang ada di Kota Medan adalah Mesjid rumah ibadah untuk agama Islam, Gereja sebagai rumah ibadah agama Kristen, Wihara sebagai rumah ibadah agama Budha dan Kuil sebagai rumah ibadah agama Hindu.
Pasar- pasar atau pusat perbelanjaan di kota Medan juga sangat banyak dan sangat cukup memadai. Pasar- pasar yang ada di kota Medan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional identik dengan bangunan- bangunan yang biasa saja, atau tidak terlalu megah.Sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan- bangunan yang besar dan megah.
4.2.Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen sayuran yang mengkonsumsi atau sedang membeli sayuran hidroponik di Berastagi Supermarket, SmarCo, Transmart Plaza Medan Fair, Pondok Indah Pasar Buah.Karakteristik sampel yang
dimaksud adalah umur, tingkat pendidikan, pendapatan, pengetahuan, jumlah anggota keluarga.
4.2.1.Umur
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya.Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi.
Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Tingkat pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh usianya.
Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel diberikut.
Tabel 4.6. Komposisi Sampel Berdasarkan Umur
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 19-29 51 63,75
46,6
2 30-40 16 20
31
3 41-51 4 5
4 52-62 9 11,25
Jumlah 80 100
Diolah dari Lampiran
Tabel 4.6.menunjukkan jumlah sampel yang paling tinggi adalah sampel kelompok umur19-29 tahun sebanyak 51 orang (63,75%), dan yang paling rendah adalah sampel kelompok umur 41-51 tahun sebanyak 4 orang(5%).
Hal tersebut menunjukkan penduduk Kota Medan paling dominan sebagai konsumen sayuran hidroponik adalah di kisaran umur 19-29 tahun .
4.2.2.Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan responden tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat
35
pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir responden.
Tingkat pendidikan masyarakat sampel dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 4.7. Komposisi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 SD 0 0
2 SMP 0 0
3 SMA 24 30
4 Diploma 17 21,25
5 S-1 39 48,75
Jumlah 80 100
Data diolah dari Lampiran
Tabel 4.7. menunjukkan jumlah tingkat pendidikan sampel yang paling tinggiadalah S-1 sebanyak 39 orang (48,75%) dan yang paling rendah adalah Diploma sebanyak 17 orang (21,25%). Pendidikan responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu produk baikdari segi kualitas maupun manfaatnya. Sehingga sangat penting pendidikan di tingkatkan dalam kehidupan sostial maupun ekonomi masyarakat kota Medan.
4.2.3.Pendapatan Keluarga
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat.Tinggi ataurendah nya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan akan suatu produk. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa produk dan mungkin pula terhadap sayuran hidroponik.
Pendapatan masyarakat sampel dapat dilihat pada table di bawah ini
Tabel 4.8. Komposisi Samel Berdasarkan Total Pendapatan Keluarga
No Pendapatan (Rp) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 2.000.000 ≤ X < 5.000.000 37 46,25
2 5.000.000 ≤ X < 8.000.000 15 18,75
3 8.000.000 ≤ X < 11.000.000 17 21,25
4 > 15.000.000 11 13,75
Jumlah 80 100
Data diolah dari Lampiran
Tabel 4.8. menunjukkan jumlah pendapatan yang paling banyak adalah Rp.2.000.000 -Rp5.000.000 sebanyak 37 orang (46,25) dan paling sedikit adalah>Rp. 15.000.000 sebanyak 11 orang (13,75%).
Pendapatan penduduk di Kota Medan banyak diperoleh dari pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Dan termasuk kota yang penduduknya memiliki pendapatan yang relatif besar dibandingkan daerah lain yang ada di provinsi Sumatera Utara.
4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu yang lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini mengenai apakah keluarga harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makana, perbot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan dan produk lain. Anak di dalam keluarga dapat menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti perjalanan, restoran, pakaian orang dewasa, dan banyak barang yang bebas pilih.
37
Tabel 4.9. Komposisi Sampel Berdasarkan Jumlah Aggota Keluarga Jumlah anggota
keluarga Total (Keluarga) Persentase (%)
2 6 7,5
3 7 8,75
4 22 27,5
5 23 28,75
6 15 18,75
7 6 7,5
8 1 1,25
Total 80 100
Data diolah dari Lampiran
Tabel 4.9. Menunjukan jumlah anggota kelompok yang paling banyak ada 23 jumlah keluarga yang beranggotakan 5 orang, dan anggota kelompok yang paling sedikit ada 1 anggota keluarga yang memiliki anggota keluarga sebanyak 8 orang.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap konsumen sayuran hidroponik yang sedang membeli sayuran hidroponik di pussat pemberlanjaan Berastagi Supermarket, TransMart, SmarCo, dan Pondok Indah Pasar Buah di Kota Medan. Pada penelitian ini ditetapkan 80 sampel.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan keputusan konsumen yaitu umur konsumen, tingkat pendidikan konsumen, pendapatan keluarga konsumen, jumlah keluarga, pengetahuan konsumen. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana hubungan dari semua faktor-faktor tersebut terhadap pengambilan keputusan konsumen untuk menkonsumsi sayuran hidroponik maka digunakan pengujian dengan Logistik Biner.
Untuk lebih jelas mengetahui hubungan faktor umur konsumen, tingkat pendidikan konsumen, pendapatan keluarga konsumen, jumlah keluarga, pengetahuan konsumen terhadap pengambilan dalam memilih untuk menoknsumsi sayuran hidroponik dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.
5.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Membeli Sayuran Hidroponik di Kota Medan
5.1.1. Distribusi Keputusan Konsumen dalam Membeli Sayuran Hidroponik di Kota
Medan
Distribusi keputusan konsumen untuk membeli sayuran hidroponik di kota Medan dapat dilihat dari Tabel 5.1