• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya paternalistik mengakar kuat dan mendominasi dalam pelaksanaan birokrasi Indonesia sejak zaman kerajaan dan penjajahan. Hasbullah dan Wahyono (2020) menyatakan bahwa budaya paternalisme merupakan sistem ketokohan dengan memosisikan atasan sebagai pihak yang harus dihormati oleh bawahannya, sedangkan bawahan hanya dipandang sebagai alat untuk menjalankan perintah atasannya. Anwar (2017) menambahkan, budaya paternalistik berpandangan bahwa kaum laki-laki secara inheren dalam dirinya mempunyai potensi dan keunggulan dibandingkan dengan perempuan, sementara budaya maternalistik menempatkan peran-peran perempuan hanya cocok di lingkungan keluarga melaksanakan peran domestik. Budaya paternalistik berpotensi menimbulkan bias gender yang dapat merugikan salah satu jenis kelamin. Bias gender tidak hanya terjadi di dalam pemerintahan saja, tetapi juga program-program yang diselenggarakan pemerintah untuk sasaran pembangunan termasuk program pertanian.

Indonesia sebagai negara agraris menjadikan sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian, hal ini sejalan dengan pernyataan Widyarini et al. (2013), bahwa pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, pertumbuhan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan gizi dan ketahanan pangan rumah tangga, dan mengentaskan kemiskinan di pedesaan. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2020) menyatakan bahwa peningkatan kualitas SDM pertanian Indonesia menjadi fokus utama dari ketiga pilar Badan PPSDMP yakni penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan untuk mendukung penyediaan pangan, kesejahteraan petani, dan peningkatan ekspor komoditas pertanian. Hal ini turut didukung dengan pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada 18 November 2020

(2)

bahwa pemerintah desa memiliki peranan penting diharapkan dapat berperan aktif dalam menggerakkan pembangunan pertanian.

Secara umum, perbedaan mendasar antara kelompok tani dan kelompok wanita tani terletak pada keanggotaan kelompok wanita tani yang terdiri dari para wanita. Berdasarkan hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018, Indonesia memiliki jumlah petani laki-laki yaitu 25.436.478 orang dan petani perempuan sebanyak 8.051.328 orang yang berarti petani perempuan hanya 1

3

dari petani laki-laki, sementara jumlah petani laki-laki di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 433.175 orang dan perempuan 182.202 orang yang artinya petani perempuan hanya 1

4 petani laki-laki. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2020) menyatakan bahwa program utama Kementerian Pertanian meliputi: peningkatan produksi tanaman pangan melalui pengembangan kawasan berbasis korporasi;

pengembangan kawasan hortikultura berdaya saing; gerakan nasional peningkatan produktivitas, produksi, dan daya saing perkebunan; peningkatan populasi dan produktivitas serta mutu genetik ternak potong dan unggas;

peningkatan gerakan tiga kali lipat ekspor komoditas pertanian dengan sasaran program yaitu pelaku utama, pelaku usaha, tenaga teknis pertanian, penyuluh pertanian, dan stakeholders terkait dalam pertanian. Sasaran tersebut menunjukkan bahwa program tidak ditujukan untuk spesifikasi gender tertentu, sehingga berpeluang untuk memberikan kemanfaatan lebih besar bagi petani laki-laki karena jumlah petani laki-laki lebih banyak dari petani perempuan yang didukung dengan data dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian (2019) bahwa persentase kepala rumah tangga pertanian di Indonesia yaitu laki-laki sebesar 88,84% dan perempuan sebesar 11,16% di tahun 2018, sementara berdasarkan data Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian (2020) menyatakan bahwa pertanian sempit menyumbang 27,86% dari total tenaga kerja dengan persentase tenaga kerja perempuan sebesar 62,01%.

(3)

Secara umum alasan perempuan bekerja menurut Handayani dan Artini (2009) adalah untuk membantu ekonomi keluarga. Keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Kondisi inilah yang mendorong ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya menekuni sektor domestik (mengurus rumah tangga), kemudian ikut berpartisipasi di sektor publik dengan ikut serta menopang perekonomian keluarga. Oleh karena itu, perlu adanya pemberdayaan perempuan bagi wanita tani untuk meningkatkan taraf hidupnya. Program pemerintah dalam pemberdayaan telah diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto tahun 1978 melalui Kementerian Urusan Peranan Wanita yang dipimpin oleh Menteri Muda Urusan Peranan Wanita untuk menyelesaikan permasalahan bias gender agar antara laki-laki dan perempuan dapat memiliki kedudukan, hak, kewajiban, tanggung jawab, peranan, dan kesempatan yang sama dalam berbagai aspek kehidupan karena 49,8% penduduk Indonesia adalah perempuan yang merupakan aset pembangunan. Nurhaeni dan Marwanti (2011) menyatakan bahwa pemberdayaan perempuan merupakan upaya untuk mewujudkan kesetaraan peran, akses, dan kontrol perempuan dan laki-laki pada semua bidang pembangunan. Program-program pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat selama ini merupakan upaya untuk mewujudkan tercipta dan terdistribusinya manfaat pembangunan bagi laki-laki dan perempuan secara berimbang.

Perempuan sebagai subjek sekaligus objek dalam pembangunan memiliki hak dan kewajiban untuk terlibat dalam proses pembangunan dan menerima manfaat pembangunan. Menurut Manembu (2017), keterlibatan perempuan menjadi syarat mutlak dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkeadilan, peran wanita juga telah diakomodir oleh segenap peraturan pembangunan nasional seperti Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa yang menyatakan keterlibatan perempuan sangat diperlukan bagi keberhasilan pembangunan desa. Sudarwanto (2011) menyatakan bahwa dengan

(4)

pemberdayaan perempuan, maka perempuan dapat berpartisipasi dalam pembangunan yang berkesinambungan. Pemberdayaan perempuan telah tertuang dalam tujuan kelima Sustainable Development Goals (SDGs). Menurut Said et al. (2016) tujuan kelima ini bermaksud untuk meningkatkan pemberdayaan kaum perempuan agar dapat mengembangkan bakat dan potensinya, sehingga memiliki kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki karena pembangunan yang adil dan berkelanjutan juga harus menjamin akses perempuan ke sumber daya produktif. Keterlibatan wanita dalam pembangunan di sektor pertanian ini dapat dilihat dari perannya sebagai wanita tani.

Strategi pembangunan nasional Pengarusutamaan Gender berperan dalam mengakomodir keterlibatan wanita tani dalam setiap proses pembangunan.

Penerapan Pengarusutamaan Gender (PUG) telah diamanatkan dalam Inpres No.

9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional dan Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019 bahwa pemerintahan hingga tingkat Kabupaten/Kota wajib menerapkan strategi pengarusutamaan gender dalam pembangunan sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2015) menyatakan, perjalanan pelaksanaan pengarusutamaan gender baik yang dilaksanakan di pusat maupun di provinsi ada kecenderungan berjalan lambat dan belum fokus terhadap sasaran dan target yang hendak dicapai sesuai target RPJMN, maka pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran Bersama (SEB) antara empat menteri yaitu Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No.270/M.PPN/11/2012, Menteri Keuangan dengan No, SE.33/MK.02/20t2, Menteri Dalam Negeri No. 050/4370A/SJ dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) No. 46/MPP-PA/tL/2012 tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) yang dijadikan dasar dan acuan dalam menyusun perencanaan dan penganggaran yang responsif gender baik di pusat maupun di daerah. Hal ini didukung pula dengan

(5)

ditetapkannya enam pengarusutamaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN IV) 2020-2024 salah satunya gender.

Kementerian Pertanian (2020) menyampaikan bahwa pembangunan pertanian juga telah menerapkan strategi untuk mengintegrasikan perspektif gender melalui pengarusutamaan gender (PUG) untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah menandatangi kesepakatan tentang percepatan pengarusutamaaan gender pada kegiatan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 24 April 2019 yang diharapkan dapat memanfaatkan dana desa untuk mewujudkannya. Pengarusutamaan Gender ini mengintegrasikan gender dalam tahapan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pemantauan dan evaluasi untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017-2022 turut menjelaskan bahwa isu kesetaraan gender perlu menjadi pertimbangan dalam penyusunan program kegiatan karena isu gender masih cukup mengemuka seperti seperti aktivitas perempuan dalam ekonomi masih tertinggal dengan laki-laki.

Anugerah Parahita Ekapraya (APE) merupakan penghargaan yang diberikan sebagai bentuk pengakuan atas komitmen dan peran pimpinan kementerian atau lembaga dan pemerintah daerah dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender melalui Strategi Pengarusutamaan Gender. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu dari empat provinsi di Indonesia dengan predikat terbaik dalam penerapan Pengarusutamaan Gender yang ditetapkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia pada tahun 2018. Provinsi Yogyakarta tercatat telah meraih penghargaan ini selama tujuh kali berturut-turut sejak tahun 2010. Penerapan pengarusutamaan gender di Kabupaten Bantul pernah diapresiasi dengan diraihnya penghargaan

(6)

Anugerah Parahita Ekapraya kategori Utama pada tahun 2018 karena memiliki komitmen dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak.

Program pembangunan pedesaan termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) termasuk program pemberdayaan di bidang pertanian bagi petani. Setiap proses pembangunan desa turut melibatkan kelompok tani dan kelompok wanita tani sebagai pengelola pertanian di desa. Desa Trirenggo merupakan salah satu desa di Kecamatan Bantul yang melaksanakan proses pembangunan dengan melibatkan kelompok tani dan kelompok wanita tani. Sayangnya, meskipun Kabupaten Bantul mendapatkan penghargaan APE, namun dalam pengelolaan pertanian antara kelompok tani dan kelompok wanita tani masih terdapat gap diantaranya dari segi jumlah terdapat 16 kelompok tani dan satu kelompok wanita tani di bawah naungan induk organisasi Gapoktan Gemah Ripah Desa Trirenggo, sehingga jumlah kelompok wanita tani hanya 1

17 dari kelompok tani yang menyebabkan kurangnya keterwakilan perempuan dalam induk organisasi Gapoktan. Kelompok wanita tani di Desa Trirenggo bernama KWT Ngudi Rejeki yang bertujuan menjadikan anggotanya sebagai wanita terampil dan produktif agar mampu menghasilkan pendapatan tambahan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga yang dibentuk berdasarkan arahan dari dinas terkait.

Kegiatan KWT Ngudi Rejeki terkenal dengan produk olahan berbahan dasar daun kelor yang turut mengangkat nama baik desa sejak tahun 2016. Kelompok tani berorientasi pada pengelolaan usaha tani di lahan, sementara kelompok wanita tani pada pengolahan produk olahan lokal. Perbedaan orientasi ini menyebabkan kebutuhan masing-masing kelompok berbeda-beda yang berpengaruh pada program pemberdayaan yang diterima kelompok. Komoditas pertanian seperti padi, jagung, dan kedelai yang dikelola oleh kelompok tani mendapatkan perhatian lebih karena menjadi sumber pendapatan bagi suami sebagai pencari nafkah utama serta memerlukan modal dan pengelolaan yang lebih sulit daripada tanaman kelor yang dapat tumbuh di pekarangan rumah yang hasil produksinya hanya digunakan untuk menambah penghasilan. Saat ini

(7)

anggota yang aktif membuat produk olahan daun kelor semakin berkurang, di sisi lain pemerintahan Presiden Joko Widodo tengah menggencarkan produk lokal agar mampu bersaing dengan produk asing yang disampaikan dalam rapat terbatas pada Senin, 9 Desember 2019 karena menurut Arsanti (2013) sektor pertanian mempunyai potensi kewirausahaan yang sangat besar yang didukung berlimpahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan komoditas yang ada pada sektor pertanian. Program pemberdayaan bagi KWT Ngudi Rejeki teranggarkan setiap tahunnya dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) yang didasarkan atas kebutuhan kelompok, namun terdapat beberapa usulan yang tidak disetujui karena pertimbangan tertentu dari pemerintah desa. Permasalahan tersebut melandasi perlunya untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan KWT Ngudi Rejeki menjadi arus utama dalam pembangunan untuk mengembangkan produk lokal desa, sehingga akan terlihat ketidakadilan gender yang masih terjadi. Hal ini guna mempersiapkan program pemberdayaan dengan tujuan yang fokus, terarah, dan tepat sasaran guna mencapai komitmen pelaksanaan pengarusutamaan gender.

B. Perumusan Masalah

Sebanyak 131,5 juta atau 49,8% perempuan Indonesia merupakan aset pembangunan mulai dari tingkat nasional hingga daerah termasuk wanita tani.

Perbedaan gender menyebabkan tertinggalnya perempuan atas laki-laki. Strategi Pengarusutamaan Gender mengintegrasikan gender dalam kebijakan, program, dan kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan pemantauan dan evaluasi dengan memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan laki-laki dan perempuan untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender. Pemerintahan mulai dari pusat hingga daerah telah diwajibkan menerapkan strategi ini dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait.

Pemberdayaan perempuan melalui KWT Ngudi Rejeki merupakan wadah aktualisasi diri perempuan pada peran produktif untuk mendukung tercapainya kesejahteraan keluarga. Melalui program kebijakan pemberdayaan yang responsif gender bagi KWT Ngudi Rejeki diharapkan dapat menjadikan KWT Ngudi Rejeki sebagai mitra yang setara dengan laki-laki untuk berpartisipasi

(8)

dalam pembangunan serta mewujudkan produk lokal yang unggul dengan melibatkan pemangku kepentingan yang terkait. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Bagaimana pemberdayaan KWT Ngudi Rejeki menjadi arus utama dalam pembangunan untuk mengembangkan produk lokal di Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul ?

2. Bagaimana bentuk ketidakadilan gender yang terjadi dalam pemberdayaan KWT Ngudi Rejeki Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul

?

3. Bagaimana program kebijakan pemberdayaan yang lebih sesuai agar KWT Ngudi Rejeki dapat mengembangkan produk lokal Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanaan penelitian yang akan dikaji ini adalah sebagai berikut:

a. Mengkaji proses pembangunan dalam pemberdayaan KWT Ngudi Rejeki melalui pengarusutamaan gender di Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.

b. Mengkaji bentuk ketidakadilan gender yang terjadi dalam pemberdayaan KWT Ngudi Rejeki Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.

c. Merumuskan program kebijakan pemberdayaan yang lebih sesuai dalam pemberdayaan KWT Ngudi Rejeki guna mengembangkan produk lokal Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.

2. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut:

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pemahaman dalam menerapkan pengetahuan yang didapat dibangku perkuliahan guna

(9)

menemukan, menganalisis, dan menyelesaikan permasalahan dalam pemberdayaan KWT Ngudi Rejeki yang lebih responsif gender.

b. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah selaku pengambil keputusan dalam menentukan program kebijakan yang diterapkan untuk mengembangkan produk lokal Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.

c. Bagi masyarakat sasaran, sebagai subjek sekaligus objek pembangunan diharapkan dapat lebih meningkatkan keterlibatannya dalam proses pemberdayaan mulai dari perencanaan hingga evaluasi agar produk lokal yang diproduksi oleh KWT Ngudi Rejeki dapat lebih dikenal dan lebih menghasilkan keuntungan bagi organisasi maupun anggota kelompok wanita tani.

d. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk menambah pengetahuan maupun melakukan penelitian lain tentang pengarusutamaan gender dalam pemberdayaan perempuan.

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini bertujuan untuk mengenalpasti tahap penggunaan strategi terjemahan dalam pembelajaran bahasa Arab dalam kalangan pelajar universiti. Kajian ini mensasarkan

Keempat, hubungan PKL pentol bakar dengan aparat pemerintahan (Satpol PP). Keberadaan Satpol PP sangat erat hubungannya dengan para pelaku PKL di manapun berada

Penyebab pertama yang mendorong timbulnya ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah adanya perbedaan yang sangat besar dalam kandungan sumberdaya alam pada

Strategi produk merupakan strategi yang paling penting untuk dikembangkan karena produk inilah yang dikonsumsi dan dimanfaatkan secara langsung oleh konsumen

korporasi, dan tujuan kinerja nasional. Dukungan manajemen, karyawan, dan pemerintah untuk perbaikan kualitas adalah penting bagi kemampuan berkompetisi secara

Uraian dalam tulisan ini dibuat berdasarkan hasil-hasil penelitian hama yang telah dilakukan, khususnya yang mendukung pemuliaan tanaman kedelai tahan hama dengan harapan agar

Untuk bahan uji Aluminium paduan 6061 AlMg1SiCu melalui micro analysis (EDS), diperoleh indikasi kondisi unsur pelapis diamond-film masih berwujud atau dengan kata lain

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum dengan kadar protein kasar berbeda (16%, 18%, 20%, dan 22%) pada itik betina Mojosari