• Tidak ada hasil yang ditemukan

TREN PARIWISATA MILENIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TREN PARIWISATA MILENIUM"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TREN PARIWISATA MILENIUM

Diskursus dengan Alam, Bahasa, Sejarah, dan Pasar

Editor : Saptono Nugroho Ni Ketut Arismayanti I Nyoman Sukma Arida

FAKULTAS PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA

2107

(2)

TREN PARIWISATA MILENIUM

Diskursus dengan Alam, Bahasa, Sejarah, dan Pasar

© 2017 Masing-masing Penulis

Editor Saptono Nugroho Ni Ketut Arismayanti I Nyoman Sukma Arida

Pracetak Slamat Trisila

Penerbit Pustaka Larasan

Jalan Tunggul Ametung IIIA No. 11B Denpasar, Bali 80116

Pos-el: [email protected] Ponsel: 0817353433

Bekerja sama dengan

Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Cetakan Pertama: Desember 2017

ISBN 978-602-5401-xx-x

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PRAKATA

DAFTAR SINGKATAN

BAGIAN PERTAMA: TREN PARIWISATA DAN ALAM

Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan Bali Timur; Memaknai Erupsi Gunung Agung

I Nyoman Sukma Arida

Pariwisata Hijau sebagai Alternatif Pengembangan Desa Wisata di Indonesia

Ni Ketut Arismayanti

Alam sebagai Stakeholder: Cara Pandang Baru dalam Praktik Pariwisata Lestari

Saptono Nugroho, I Nyoman Sunarta, dan Nyoman J.

Ariana

Mass Tourism dalam Speleo Tourism Versus Pelestarian dan Perlindungan

Putri Kusuma Sanjiwani dan Luh Putu Kerti Pujani

Perencanaan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul Kabupaten Gianyar, Bali

I Made Adikampana dan A.A. Ngurah Palguna

(4)

BAGIAN KEDUA: TREN PARIWISATA DAN BAHASA

Bahasa Hospitalitas Dalam Praktik Pariwisata:

Sebuah Tinjauan Sosiopragmatik

Yohanes Kristianto, I Made Sendra, dan Saptono Nugroho

BAGIAN KETIGA : TREN PARIWISATA DAN SEJARAH

Membangun Image Bali Sebagai Destinasi Religious Tourism:

Studi Genealogi Perjalanan Dharmayatra (Pilgrimage) Danghyang Nirarta Ke Bali

I Made Sendra

Perkembangan Agama Hindu di Bali dan Sejarah Kerajaan Bali Kuno serta Kaitannya Dengan Pura Candi Dasa Dan Pura Bukit Gumang Sebagai Daya Tarik Wisata Di Desa Bugbug, Kabupaten Karangasem

I Putu Anom, I Gusti Agung Oka Mahagangga, Ida Bagus Suryawan

BAGIAN KEEMPAT : TREN PARIWISATA DAN PASAR

Pariwisata Massa Vs Pariwisata Alternatif:

Trend Perkembangan Wisatawan, Kajian Teoritis antara Backpakers dan Mass Tourist

I Putu Sudana

Pola Baru Aktivitas Leisure And Recreation Masyarakat Perdesaan

Ida Ayu Suryasih dan Saptono Nugroho

Strategi Pemasaran Mempertahankan Pelanggan: Perspektif Teoritis Pemulihan Layanan Pada Destinasi Pariwisata I Nyoman Sudiarta

(5)

Menuju Pariwisata Ramah Penyandang Disabilitas di Provinsi Bali

I G N Widyatmaja

Tren Pariwisata: Wisata M.I.C.E

I Gusti Putu Bagus Sasrawan Mananda

Media Sosial dan Industri Pariwisata di Bali Gde Indra Bhaskara

Biografi Singkat Penulis

(6)

TREN PARIWISATA ALAMDAN

(7)

PERENCANAAN DAYA TARIK WISATA BUKIT GUNDUL KABUPATEN GIANYAR, BALI

I Made Adikampana dan A.A. Ngurah Palguna

1. Pengantar

Daerah Aliran Sungai (DAS) Pakerisan di Kabupaten Gianyar merupakan warisan budaya dunia yang wajib dilindungi dan dilestarikan. Warisan budaya DAS Pakerisan meliputi subak, pura, dan situs budaya.

Pengembangan pariwisata tinggalan budaya dan alam (heritage tourism) sangat diperlukan untuk mempertahankan predikat DAS Pakerisan sebagai salah satu warisan budaya dunia. Setiap stakeholder seharusnya berkolaborasi dan bekerja sama guna menyelenggarakan pariwisata tinggalan budaya yang harmonis dan lestari (Byrd, 2007). Salah satu situs yang berada di DAS Pakerisan dan telah dikembangkan sebagai daya tarik wisata yang unggul adalah Bukit Gundul.

Bukit Gundul memiliki potensi yang sangat berarti dalam kepariwisataan Kabupaten Gianyar, terutama jika dikaitkan dengan karakter dan keunikan daya tarik. Selain terdapat situs budaya candi tebing, Daya Tarik Wisata Bukit Gundul juga kaya akan lanskap alamiah dan suasana perdesaan tradisional Bali. Disadari bahwa Daya Tarik Wisata Bukit Gundul mempunyai peluang yang sangat potensial dan prospektif ke depan, terutama bila didukung oleh perencanaan pariwisata, penataan fisik lingkungan, dan pengembangan ruang sekitarnya sebagai atraksi wisata pilihan lain dengan amenitas wisata yang relevan.

(8)

Tren Pariwisata Milenium

2. Potensi dan Permasalahan Pengembangan

Berdasarkan serangkaian diskusi terarah dan pe- ngamatan lapangan, dapat diidentifikasi sejumlah potensi dan permasalahan yang dijadikan dasar pijakan (baseline) dalam perencanaan Bukit Gundul sebagai daya tarik wisata unggulan di Kabupaten Gianyar.

2.1. Potensi

Potensi pariwisata Bukit Gundul dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu

a. Dari sisi daya tarik wisata atau atraksi wisata, Bukit Gundul memiliki sejumlah potensi untuk dikembangkan, seperti :

- Potensi wisata budaya berupa tinggalan candi tebing dan kehidupan masyarakat lokal.

- Keunikan bentang atau lanskap alam di sekitarnya - Sumber-sumber air dengan debit yang cukup besar

yang selama ini dimanfaatkan untuk ritual keagaman maupun kehidupan masyarakat lokal.

b. Dari sisi aksesibilitas dan amenitas wisata, Bukit Gundul diuntungkan karena kedekatannya dengan Daya Tarik Wisata Gunung Kawi yang telah berkembang, sehingga tersedia dukungan aksesibilitas dan fasilitas relatif memadai untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

2.2. Permasalahan

Terdapat permasalahan fisik maupun non fisik yang mengakibatkan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul belum berkembang optimal, diantaranya :

a. Tidak adanya arahan yang jelas mengenai pengembangan Bukit Gundul sebagai daya tarik wisata.

b. Masih minim dukungan kualitas prasarana dan sarana, seperti : akses internal, media informasi, sumber daya manusia, dan komponen produk pendukung lainnya.

(9)

Diskursus dengan Alam, Bahasa, Sejarah, dan Pasar

3. Tujuan Perencanaan

Perencanaan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul bertujuan untuk :

a. Mengembangkan potensi pariwisata Bukit Gundul, sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi daya tarik wisata unggulan.

b. Mengembangkan potensi pariwisata Bukit Gundul sebagai daya tarik wisata spiritual, edukasional, dan kehidupan tradisional masyarakat lokal, melalui manajemen atraksi yang lebih kreatif, peningkatan fungsi area, dan fasilitas berbasis pada tinggalan budaya, alam, dan keseharian kehidupan masyarakat perdesaan.

c. Mengembangkan potensi pariwisata Bukit Gundul melalui konsep pengembangan terpadu yang ber- wawasan lingkungan serta mampu berkoeksistensi dengan berbagai daya tarik wisata dan sektor-sektor lain di sekitarnya.

d. Mendorong pelestarian lingkungan berdasarkan pengelolaan dan pengembangan kegiatan yang relevan dan terkontrol.

4. Pendekatan Perencanaan

Pariwisata merupakan suatu fenomena dan kegiatan yang sangat kompleks. Bukan saja karena karakternya yang multi dimensi atau multi sektoral, namun juga melibatkan penawaran produk dan permintaan pasar yang beragam (Higham, 2007). Mengingat semua itu, maka perencanaannya pun semestinya melalui suatu pendekatan holistik yang meliputi beberapa komponen pendekatan perencanaan sebagai berikut :

a. Pendekatan keterpaduan penawaran dan permintaan.

Perencanaan pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah mencari titik temu antara penawaran dan permintaan (Higham, 2007; Liu, 2003). Dengan mengacu

(10)

Tren Pariwisata Milenium

pada sisi penawaran dan sisi permintaan yang ada, maka dapat diketahui tingkat perkembangan pariwisata.

Aspek-aspek yang dibahas dalam sisi penawaran dan sisi permintaan pariwisata, mencakup:

- Kualitas dan kuantitas atraksi yang telah berkembang dan dikunjungi wisatawan

- Kualitas dan kuantitas amenitas menurut wisatawan

- Kualitas dan kuantitas aksesibilitas menurut wisatawan

- Karakteristik pasar atau wisatawan.

b. Pendekatan pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Mekanisme pembangunan secara keseluruhan pada dasarnya akan selalu memberikan dampak terutama terhadap wilayah yang melingkupinya (Ap dan Crompton, 1998). Sehubungan dengan hal tersebut, maka strategi dan program yang direkomendasikan akan bertumpu pada beberapa dimensi atau indikator (Choi dan Sirakaya, 2006) :

- Dimensi ekonomi - Dimensi sosial - Dimensi budaya - Dimensi ekologi - Dimensi politik - Dimensi teknologi

Indikator pengembangan pariwisata berkelanjutan tersebut, menghendaki ketaatan terhadap prinsip- prinsip sebagai berikut :

- Pengembangan pariwisata yang berdasar pada aspek pelestarian dan berorientasi ke depan (jangka panjang)

- Penekanan pada terciptanya manfaat bagi masyarakat lokal

- Pengelolaan sumber daya yang tidak merusak tapi

(11)

Diskursus dengan Alam, Bahasa, Sejarah, dan Pasar

lestari

- Kesesuaian antara kegiatan pengembangan pariwisata dengan skala, kondisi, dan karakter kawasan yang akan dikembangkan

- Pemuliaan terhadap warisan budaya dan alam - Antisipasi yang tepat dan monitoring terhadap

proses perubahan yang terjadi akibat pengembangan pariwisata.

c. Pendekatan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat.

Pariwisata merupakan fenomena yang kompleks, bukan hanya sebuah industri yang melibatkan manajemen produk dan pasar, tetapi lebih dari itu merupakan proses dialogis antara masyarakat sebagai host dengan wisatawan (Smith, 1989; Uysal et al., 2012). Kegiatan pengembangan yang terkait dengan karakteristik masyarakat lokal namun hanya menggunakan pendekatan sepihak dari sisi pasar merupakan konsep yang tidak proporsional. Suatu kegiatan pengembangan terhadap suatu lokasi komunitas tertentu di mana karakter masyarakat secara fisik, sosial, budaya merupakan sumber daya pariwisata utama, maka pengembangan tersebut perlu memandang masyarakat sebagai subjek bukan sekedar objek. Pendekatan ini perlu ditempuh karena masyarakat lokal adalah orang- orang yang paling mengetahui kondisi setempat. Dan setiap kegiatan pembangunan harus memperhitungkan nilai-nilai lingkungan fisik, sosial, dan budaya yang berkembang di wilayah perencanaan. Oleh karena itu setiap keputusan perencanaan harus mencerminkan masyarakat lokal yang secara aktif ikut terlibat di dalamnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun mendapatkan manfaat pariwisata (Okazaki, 2008;

Timothy dan Boyd, 2003). Dengan pelibatan masyarakat

(12)

Tren Pariwisata Milenium

lokal sejak awal akan lebih menjamin kesesuaian program pengembangan dengan aspirasi masyarakat setempat, kesesuaian dengan kapasitas yang ada, memastikan komitmen masyarakat karena adanya rasa memiliki yang kuat, serta pembagian manfaat pariwisata secara adil. Dengan demikian pendekatan ini dalam jangka panjang akan memungkinkan tingkat kontinuitas yang tinggi. Pelibatan masyarakat lokal selanjutnya perlu didasarkan pada kriteria-kriteria :

- Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal - Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis

sekaligus mendistribusikan secara merata pada penduduk lokal

- Berorientasi pada pengembangan usaha berskala kecil-menengah dengan daya serap tenaga besar dan teknologi tepat guna

- Mengembangkan semangat kompetisi sekaligus kooperatif

- Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat lokal.

5. Konsep, Strategi, dan Program Pengembangan 5.1 Konsep Pengembangan

Konsep dasar yang digunakan dalam perencanaan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul meliputi :

a. Daya tarik wisata dan fasilitas pendukungnya dikembangkan dengan konsep pembangunan pariwisata tinggalan secara berkelanjutan (sustainable heritage tourism development).

b. Pengembangan daya tarik wisata bertumpu pada potensi wisata historis - humanis guna membentuk citra wisata minat khusus historis sosial kultural di Bukit Gundul.

(13)

Diskursus dengan Alam, Bahasa, Sejarah, dan Pasar

c. Pengembangan fasilitas berorientasi pada konsep konservasi lingkungan, berupa keseimbangan antara pemanfaatan dan perlindungan.

5.2. Strategi Pengembangan

Berdasarkan konsep dasar yang dibangun, dapat dirumuskan beberapa strategi pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul yang meliputi :

a. Strategi pengembangan produk pariwisata terpadu Pengembangan produk pariwisata terpadu melalui pengembangan atraksi wisata minat khusus dan fasilitas pendukungnya. Pengembangan tersebut berdasarkan potensi pariwisata Bukit Gundul dan kondisi serta karakter masyarakat yang berada di sekitarnya.

- Pengembangan wisata minat khusus : wisata spiritual, wisata edukasi, dan wisata perdesaan, sebagai mesin penggerak pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul.

- Pembangunan fasilitas pendukung wisata minat khusus; akses internal berupa jembatan untuk meningkatkan kualitas jalur jelajah (trekking) Daya Tarik Wisata Bukit Gundul, media informasi termasuk

(14)

Tren Pariwisata Milenium

visitor centre, lavatory, shelter, dan penerangan.

b. Strategi Pengembangan Pasar - Segmentasi pasar

Pasar utama Daya Tarik Wisata Bukit Gundul adalah wisatawan mancanegara yang utamanya berasal dari wilayah Eropa (Prancis, Jerman, Belanda, Italia) dan Amerika Serikat. Selama ini kunjungan ke Bukit Gundul mengalami tren pertumbuhan positif.

Sebagian besar wisatawan yang mengunjungi Bukit Gundul termotivasi oleh keinginan untuk mengamati secara langsung tinggalan budaya berupa candi tebing dan juga menikmati keindahan lanskap alamiah.

Selain pasar utama tersebut, juga dapat diidentifikasi pasar potensial yaitu wisatawan mancanegara yang tertarik dengan aktivitas wisata minat khusus yakni wisata spiritual dan wisata perdesaan. Wisatawan tersebut berasal dari Inggris, Rusia, Swiss, Kanada, Selandia Baru, Jepang, dan Cina. Selain ketertarikan dengan wisata minat khusus, pengenalan terhadap pasar potensial juga didasarkan atas lama tinggal dan pola (besar dan komposisi) pembelanjaan wisatawan tersebut selama mengunjungi destinasi pariwisata.

- Target pasar

Target pasar Daya Tarik Wisata Bukit Gundul adalah wisatawan mancanegara yang tertarik dengan wisata minat khusus spiritual dan kehidupan perdesaan.

Sedangkan target pasar wisatawan nusantara adalah mahasiswa dan pelajar yang ingin mempelajari tinggalan budaya dan kehidupan religius masyarakat lokal.

- Pemosisian produk pariwisata

Pemosisian produk pariwisata merupakan strategi untuk membedakan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul

(15)

Diskursus dengan Alam, Bahasa, Sejarah, dan Pasar

dengan daya tarik wisata pesaing. Berdasarkan analisis, dapat disebutkan bahwa pemosisian produk pariwisata di Daya Tarik Wisata Bukit Gundul adalah

”The Hiden Spirit of Culture Heritage”.

c. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Peran Masyarakat Lokal

Masyarakat lokal merupakan subjek dalam pengem- bangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul. Hasil yang diharapkan adalah adanya manfaat pariwisata yang adil bagi masyarakat lokal. Untuk itu dibutuhkan strategi pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui :

- Penyiapan dan peningkatan kesadaran masyarakat lokal dalam mendukung Daya Tarik Wisata Bukit Gundul.

Penyiapan masyarakat dimaksudkan sebagai upaya untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam Daya Tarik Wisata Bukit Gundul. Keterlibatan dan peran aktif masyarakat merupakan jaminan bagi kemenerusan pengembangan kepariwisataan yang direncanakan. Sasarannya tidak hanya terbatas pada masyarakat yang terlibat langsung, tetapi juga masyarakat yang secara tidak langsung terlibat dalam kepariwisataan. Untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan kepariwisataan, maka berbagai manfaat pengembangan kepariwisataan harus dapat diterima oleh masyarakat lokal. Implikasi dari strategi ini adalah adanya arahan pengembangan dalam bentuk :

(1). Sosialisasi program pengembangan

Sosialisasi bertujuan untuk menyampaikan program-program pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul. Masyarakat lokal diharapkan berperan aktif dalam penentuan

(16)

Tren Pariwisata Milenium

program-program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal

(2). Pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis)

Pokdarwis merupakan kelompok masyarakat yang menjadi perintis dalam pengelolaan kepariwisataan. Dalam pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul, Pokdarwis sebai- knya dibentuk agar masyarakat lokal dapat berperan optimal di setiap program pengem- bangan pariwisata. Untuk itu, sangat diperlu- kan langkah-langkah pasti guna memantap- kan kinerja masyarakat lokal, sehingga dapat menjadi mitra kerja pemerintah daerah atau lembaga yang terlibat dalam kepariwisataan.

- Pengembangan kompetensi SDM dalam industri pariwisata.

Untuk dapat mencapai tujuan pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul, harus didukung oleh ketersediaan SDM yang mencukupi, baik kualitas maupun kuantitas. Dalam pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul, masyarakat lokal diberikan kesempatan dan prioritas utama untuk berusaha dan berinvestasi di industri pariwisata. Dengan demikian perlu dipersiapkan berbagai kemampuan dan keterampilan bagi masyarakat lokal. Penyiapan ini dapat dilakukan melalui berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat). Implikasi dari startegi ini adalah adanya arahan pengembangan berupa diklat kompetensi SDM yang berasal dari masyarakat lokal. Diklat tersebut bertujuan untuk meningkatkan wawasan, kemampuan, dan keterampilan SDM lokal dalam industri pariwisata.

(17)

Diskursus dengan Alam, Bahasa, Sejarah, dan Pasar

Tabel 1. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan SDM

Pendidikan dan

Pelatihan Instansi Terkait Sasaran Pengenalan

1.

program pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul

Diparda, Pokdarwis,

BPCB, LSM - Pengerajin

Sekeha teruna teruni - Sekeha kesenian tradisional -

Pedagang cinderamata -

Aparat desa dinas dan adat - Tokoh masyarakat -

Bahasa

2. Diparda, Dikbud,

Lembaga pendidikan terkait

Pengerajin -

Sekeha teruna teruni -

Sekeha kesenian tradisional - Pedagang cinderamata - Aparat desa dinas dan adat -

Kesenian

3. Diparda, Dikbud,

Lembaga pendidikan terkait

Pengerajin

- Sekeha teruna teruni - Sekeha kesenian tradisional -

Pengelolaan 4.

fasilitas Diparda, Diperindag,

DKP, Dikes, BPCB - Pengelola parkir Pengelola toilet - Pengelola tiket masuk - Masyarakat lokal -

Pemanduan 5.

wisatawan Diparda, Disnaker,

HPI - Masyarakat lokal

Pelestarian 6.

lingkungan Diparda, DLH, Pokdarwis, BPCB, LSM

Pengelola atraksi wisata -

Pengelola fasilitas -

pendukung Masyarakat lokal -

Pengembangan 7.

cinderamata Diparda, Diperindag, Institusi pariwisata lainnya

Pengerajin -

Pedagang cinderamata - Masyarakat lokal -

d. Strategi Pengembangan Kelembagaan

Strategi pengembangan kelembagaan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul meliputi :

- Mengikutsertakan masyarakat lokal dalam kelem- bagaan kepariwisataan.

Pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul merupakan upaya untuk mensejahteraan masyarakat

(18)

Tren Pariwisata Milenium

lokal. Agar pengembangan dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka harus menyertakan masyarakat lokal. Masyarakat lokal turut berperan sebagai stakeholder dalam pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul. Implikasi strategi ini berupa :

1. Mengikutsertakan LSM sebagai lembaga advokasi dalam rangka penguatan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan kepariwisataan

2. Mengikutsertakan aparat dinas dan adat sebagai alat kontrol dalam kelembagaan kepariwisataan 3. Memberdayakan SDM lokal untuk pengelolaan

kepariwisataan

4. Meningkatkan kapasitas Diparda dan instansi pemerintahan lainnya.

5. Mensosialisasikan peraturan terkait kepada seluruh stakeholder Daya Tarik Wisata Bukit Gundul.

- Pembentukan lembaga otorita pengelola kepari- wisataan Bukit Gundul.

Pengembangan kelembagaan melalui suatu bentuk lembaga yang mengelola Daya Tarik Wisata Bukit Gundul. Lembaga tersebut merupakan lembaga otorita yang mempunyai kewenangan mengelola Daya Tarik Wisata Bukit Gundul. Implikasi dari strategi ini adalah :

1. Menyusun rencana pembentukan lembaga otorita

2. Proses pembentukan badan otorita 3. Bentuk badan otorita

4. Tanggung jawab badan otorita 5. Pengelolaan organisasi/lembaga.

(19)

Diskursus dengan Alam, Bahasa, Sejarah, dan Pasar

5.3. Prioritas Pengembangan

Tahapan penting dalam pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul adalah penentuan program pengembangan. Pada tahapan ini dirumuskan program-program prioritas sesuai dengan arahan strategi untuk mencapai tujuan pengembangan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya program- program pengembangan dapat dijadikan dasar atau panduan bagi Pemerintah Kabupaten Gianyar, instansi terkait, swasta, LSM, dan masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi pariwisata Bukit Gundul sesuai dengan skala prioritasnya.

Prioritas program pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul tidak akan lepas dari pentahapan implementasi rencana. Berdasarkan pentahapan implementasi rencana, maka kegiatan pengembangan dapat dibagi menjadi program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang :

a. Pengembangan jangka pendek (1 - 4 tahun) diarahkan pada pengembangan potensi pariwisata Bukit Gundul dalam upaya meningkatkan pemanfaatan produk pariwisata yang telah berkembang (existing product) oleh pasar aktual (existing market) terutama pasar atau wisatawan mancanegara. Sasaran pengembangan ini adalah untuk intensifikasi produk yang dilakukan dengan berbagai upaya seperti :

- Peningkatan kualitas manajemen atraksi atau pengelolaan dan pengkemasan atraksi wisata.

- Peningkatan kualitas fisik prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata, dengan penambahan fasilitas baru yang diperlukan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan wisatawan.

- Pengembangan kombinasi produk, yaitu pengemasan produk agar lebih menarik dengan menciptakan kombinasi-kombinasi baru melalui penambahan unsur-unsur khas ke dalam produk-produk yang terdiri dari komponen lama.

(20)

Tren Pariwisata Milenium

- Peningkatan kualitas lingkungan daya tarik wisata, yaitu penanganan setting lokasi sehingga menjadi lebih tertata, menarik, bersih, sehat, aman, dan nyaman, melalui rehabilitasi atau peremajaan prasarana sarana pendukung, penanganan sampah, dan sanitasi yang lebih baik.

b. Pengembangan jangka menengah (5 - 8 tahun) ditujukan pada pengembangan potensi pariwisata Bukit Gundul serta kegiatan potensial namun belum berkembang optimal. Sasaran pengembangan jangka menengah ini berupa diversifikasi produk melalui pengembangan produk-produk pariwisata baru yang lebih beragam dan kompetitif untuk segmen pasar baru atau segmen pasar yang lebih bervariasi.

c. Pengembangan jangka panjang (9 - 12 tahun) diprioritaskan pada daya tarik wisata maupun pola kegiatan yang memiliki potensi besar akan tetapi belum muncul atau belum digali potensinya. Sasaran pengembangan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan upaya diversifikasi produk melalui pengembangan produk pariwisata baru yang lebih beragam dan kompetitif untuk mengantisipasi perkembangan pasar yang lebih tersegmentasi seiring dengan perkembangan motivasi dan preferensi yang semakin berpengalaman.

Namun demikian, pentahapan atau pembagian jangka waktu pengembangan (pendek, menengah, panjang) tidak harus dilaksanakan secara kaku seperti arahan yang ada.

Arahan pentahapan tersebut sifatnya hanya sebagai guideline pengembangan dan bukan bersifat mutlak. Pentahapan pengembangan selain sesuai dengan guideline, juga harus memperhatikan hasil evaluasi yang dilaksanakan regular

(21)

Diskursus dengan Alam, Bahasa, Sejarah, dan Pasar

setiap tahun. Hal lain yang diperhatikan adalah pentahapan hendaknya disesuaikan dengan kondisi yang berlaku dan juga kondisi lembaga pengelola daya tarik wisata pada saat itu.

Pada beberapa tabel berikut ini akan dijabarkan program pengembangan pada tiap aspek pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul. Setiap aspek tersebut telah ditentukan jangka waktunya, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Pelaksanaan pengembangan dalam jangka waktu pendek bukan berarti suatu pokok program dilaksanakan selama empat tahun pertama, tapi fleksibel antara tahun pertama sampai tahun keempat, sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Demikian juga dalam jangka menengah dan jangka panjang. Pokok program pengembangan Daya Tarik Wisata Bukit Gundul berupa :

a. Arahan program pengembangan daya tarik dan fasilitas pendukung

b. Arahan program pengembangan pasar dan pemasaran c. Arahan pengembangan kelembagaan pariwisata dan

sumber daya manusia.

(22)

Tren Pariwisata Milenium

Tabel 2. Arahan Program Pengembangan Daya Tarik dan Fasilitas Pendukung Wisata Bukit Gundul

(23)

Diskursus dengan Alam, Bahasa, Sejarah, dan Pasar

Tabel 3. Arahan Program Pengembangan Kelembagaan Pariwisata dan Sumber Daya Manusia

(24)

Tren Pariwisata Milenium

DAFTAR PUSTAKA

Ap, J. and Crompton, J. L., 1998. Developing and Testing A Tourism Impact Scale. Journal of travel research, 37(2): 120-130.

Byrd, Eric T., 2007. Stakeholders in Sustainable Tourism Development and Their Roles: Applying Stakeholder Theory to Sustainable Tourism Development. Tourism Review, 62(2): 6-13

Choi, H. C. and Sirakaya, E., 2006. Sustainability Indicators for Managing Community Tourism. Tourism Management, 27(6):

1274-1289.

Higham, James ed., 2007. Critical Issues in Ecotourism: Understanding a Complex Tourism Phenomenon. Routledge.

Liu, Z., 2003. Sustainable Tourism Development: A Critique. Journal of Sustainable Tourism, 11(6): 459-475.

Okazaki, Etsuko, 2008. A Community-Based Tourism Model: Its Conception and Use. Journal of Sustainable Tourism, 16(5):

511-529.

Smith, Valene L. ed., 1989. Hosts and Guests: The Anthropology of Tourism. University of Pennsylvania Press, Philadelphia.

Timothy, Dallen J. and Boyd, Stephen W., 2003. Heritage Tourism.

Pearson Education, England.

Uysal, M., Perdue, R. and Sirgy, M. J. eds., 2012. Handbook of Tourism and Quality-of-Life Research: Enhancing the Lives of Tourists and Residents of Host Communities. Springer Science+Business Media, New York.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis, strategi potensi pariwisata perkotaan Kota Malang berdasarkan stakeholder, yaitu (a) mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata pariwisata;

Pengembangan daya tarik/atraksi wisata adalah menciptakan potensi wisata memiliki nilai daya tarik yang merangsang kedatangan wisatawan dan atau atraksi wisata untuk

menjadi makanan tradisional lokal dan mengemasnya menjadi sebuah atraksi, hal tersebut dapat menjadi salah satu daya tarik wisata, karena dengan menampilkan

Kota sebagai produk wisata, yang dalam hal ini bidang kebudayaan memiliki potensi (a) daya tarik kota yang dapat ditawarkan, (b) pengadaan fasilitas pariwisata kota milik

Analisis Potensi Kawasan Wisata Kuliner Dalam Mendukung Pariwisata Di Kota Tegal Jawa Tengah.. Potensi Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner Di DI

Pembangunan pariwisata dimaknai oleh masyarakat lokal sebagai : a Pembangunan pariwisata adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME b Atraksi wisata yang dianugrahkan pada Desa

Atraksi Wisata Dalam dunia kepariwisataan Obyek Daya Tarik Wisata ODTW adalah keseluruhan potensi atraksi wisata baik berupa sumber daya wisata alam maupun budaya serta potensi

Beberapa arahan pengembangan produk pariwisata perdesaan berbasis masyarakat lokal yang dapat dibangun di Desa Wisata Pinge diantaranya adalah pariwisata spiritual, pariwisata budaya