SKRIPSI
ANALISIS TREND UPAH BURUH TANI PERDESAAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
MASDIL 1059 601184 12
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2016
ii ANALISIS TREND UPAH BURUH TANI PERDESAAN
DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
MASDIL 10596011841212
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Srata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Proposal : Analisis Trend Upah Buruh Tani Di Provinsi Sulawesi Selatan
Nama Mahasiswa : Masdil
Nomor Induk Mahasiswa : 105960118412
Konsentrasi : Sosial dan EkonomiPertanian
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sri Mardiyati, SP., MP St.khadijah Hiola,STP,M.si
Diketahui
DekanFakultasPertanian Ketua Prodi Agribisnis
Ir.H.M.SalehMolla, M.M Amruddin, S.Pt.,M.Si
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Trend Upah Buruh Tani Perdesaan di provinsi Sulawesi Selatan adalah benar merupakan hasil karya yang belum di ajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan imformasi yang berasal atau di kutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka sebagai akhir skripsi ini.
Makassar ,oktober 2016
Masdil 1059601184 12
v
ABSTRAK
Masdil. 105960118412. Analisis Trend Upah Buruh Tani di Perdesaan Sulawesi Selatan. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
2016. Skripsi dengan bimbingan Sri Mardiyati, dan Sitti khadijah Yahya Hiola Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend upah buruh tani perdesaan pada subsektor tanaman pangan di provinsi Sulawesi selatan kemudian, untuk mengetahui trend upah buruh tani perdesaan pada subsektor tanaman hortikultura di provinsi Sulawesi selatan Dan untuk mengetahui trend upah buruh tani perdesaan pada subsektor tanaman perkebunan di provinsi Sulawesi selatan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftip dan analisis.
Lokasi penelitian di pilih secara purvosive yaitu di provinsi Sulawesi-Selatan.
Data yang di gunakan adalah data sekunder bentuk time series selama 20 tahun yaitu dari tahun 1996-2015. Metode Analisis data yang di gunakan yaitu metode analisis trend yang digunakan dalam metode kuadrat terkecil (least square method).
Hasil analisis mnunjukkan upah buruh tani pada subsektor tanaman pangan diSulawesi-selatan mengalami perkembangan sebesar R=0,9689, pada upah buruh tani pada subsektor tanaman hortikultura mengalami perkembangan sebesar R=O,9624. Dan perkembangan upah buruh tani pada subsektor tanaman perkebunan sebesar R=0,9674. Upah buruh tani pada ketiga subsektor mengalami perkembangan di provinsi Sulawesi selatan.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahi robbil’alamin segala Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang, kemudahan dan segala anugerah-Nya yang tak terhingga kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Trend Upah Buruh Tani Di Propinsi Sulawesi Selatan” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program S1 pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan, hambatan,dan rintangan akan tetapi berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak serta kemauan keras maka skripsi ini dapat tersusun walaupun masih saja terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, berbagai saran dan kritik yang sifatnya konstruktif senantiasa penulis harapkan untuk menyempurnakan penulisan yang serupa dimasa yang akan datang .
Melalui kesempatan ini pula penulis mengucapkan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Seluruh keluarga terkhusus kepada ke-2 orang tua yakni Ayahanda Madi’ dan Ibunda Rohani’ sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan dalam waktu yang cukup singkat.
vii 2. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Ir. H.M.Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Amruddin, S.Pt.,M.Si selaku ketua Prodi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Para pembimbing dimana Dr. Sri Mardiyati, SP., MP sebagai pembimbing I dan Ibu St. Khadijah Hiola, STP, M.Si sebagai pembimbing II yang selalu setia dan tidak pernah lelah dalam memberikan bimbingan dan pengajaran dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Dosen pengajar dan staf pegawai dilingkungan Fak.Pertanian Jurusan Agribisnis atas ilmu yang telah diajarkan selama berada di Kampus Biru tercinta ( Universitas Muhammadiyah Makassar).
7. Pimpinan dan para staf pegawai di Badan Pusat Statistik (BPS) Sul-Sel yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ditempat terbaik itu sehingga saya bisa melengkapi isi dari skripsi ini.
8. Para penulis buku dan karya tulis ilmiah lainnya yang saya jadikan sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini.
9. Sahabatku tercinta Herna, Nurhikma, Hasma, Satriani, Rasma sam dan Anugrah pratiwi yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang sangat mendamaikan hati saat stres menghadapi masalah dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii 10. Teman-teman Agribisnis Angkatan 2012 dan teman kampus lainnya yang juga selalu memberikan masukan yang sangat berarti dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.
11. Terkhusus kepada Nurjannah, SE terima kasih atas bantuannya selama ini yang selalu setia menemaniku dalam menyelesaikan skripsi ini dan selalu mengantarku kemanapun saya pergi guna dalam pengurusan penyelesaian studi strata satu ini.
12. Kepada saudara-saudariku Marni, Mariani, Nasir, Masni, Melda yang selalu memberikan dukungan dan do’a sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Selanjutnya apabila terdapat kesalahan baik dalam materi yang tersaji maupun dalam teknik penyelesaiannya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata semoga apa yang terdapat dalam skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Wassalam.
Makassar 2016
Masdil
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Kegunaan Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Pengertian Analisis Trend ... 6
2.2. Upah Buru Tani... 8
2.3. Subsektor Tanaman Pangan... 10
2.4. Subsektor Tanaman Holtikultural... 11
x
2.5. Subsektor Tanaman Perkebunan... 12
2.6. Kerangka Fikir ... 13
2.7. Hipotesis ... 14
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
3.2. Jenis Dan Sumber Data... 15
3.3. Metode pengumpulan Data... 16
3.4. Metode Analisis Data... 16
3.5. Defenisi Operasional... 16
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis ... 18
4.2. Potensi Sumber Daya... 20
4.3. Profil Subsektor Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan ... 21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Upah Buruh Tani di Provinsi Sulawesi Selatan... 25
5.2. Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan... 25
5.3. Upah Buruh Tani Subsektor Hortikultura ... 27
5.4. Upah Buruh Tani Subsektor Perkebunan ... 28
5.5. Analisis Trend Upah Buruh Tani di Provinsi Sulawesi Selatan ... 30
xi 5.6. Trend Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan ... 31 5.7. Trend Upah Buruh Tani Subsektor Hortikultura... 32 5.8. Trend Upah Buruh Tani Subsektor Perkebunan... 32 BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan... 34 6.2. Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA ... 35
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
5.1. Grafik Perkembangan Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman
Pangan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996-2015 ... 5 5.2. Grafik Perkembangan Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman
Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996-2015 ... 27 5.3. Grafik Perkembangan Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman
Perkebunan Provinsi Sulawesi SelatanTahun 1996-2015 ... 29 5.4. Grafik Trend Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan
di Provinsi Sulawesi Selatan ... 31 5.5. Grafik Trend Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Hortikultura
di Provinsi Sulawesi Selatan ... 32 5.6. Grafik Trend Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Perkebunan
di Provinsi Sulawesi Selatan ... 33
xiii DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Rata-Rata Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996-2015... 36 2. Hasil Analisis Regresi Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman
Pangan di Sulawesi Selatan... 38 3. Rata-Rata Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Hortikultura
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996-2015 ... 39 4. Hasil Analisis Regresi Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman
Hortikultura di Sulawesi Selatan... 41 5. Rata-Rata Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Perkebunan
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996-2015 ... 42 6. Hasil Analisis Regresi Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman
Perkebunan di Sulawesi Selatan... 44 7. Peta Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan... 45 8. Dokumentasi ... 46
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kemiskinan di Indonesia masih di dominasi kemiskinan di daerah pedesaan. Data susenas menunjukkan bahwa penduduk miskin di pedesaan di perkiraan mencapai 60% dan sebagian besar bekerja di sektor pertanian yang terbagi menjadi petani pemilih sawah dan petani bukan pemilik sawah atau buruh tani. Bagi petani yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri, lapangan pekerjaan yang paling banyak di geluti adalah bekerja sebagai buruh tani, tanpa menutup kemungkinan bekerja untuk pekerjaan apa saja untuk tambahan penghasilan. Kemiskinan buruh tani buruh tani merupakan permasalahan factual yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Menurut Sayogjo (dalam Pancawati, 2012) mengemukakan fakta bahwa dari total penghasilan buruh tani hanya 37% saja yang berasal dari kegiatan buruh tani berupa upah bagi hasil, selebihnya diperoleh dari kegiatan lain.
Buruh tani merupakan salah satu wujud dari rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki bangsa ini. Padahal sumber daya yang dimiliki alam ini cukup melimpah.kualitas sumber daya manusia yang rendah akan menghambat perkembangan perekonomian suatu bangsa. Menurut Natoadmojo (2002), sumber daya manusia memiliki peranan yang lebih penting jika di bandingkan dengan sumber alam. Sumber daya alam yang melimpah tidak akan dapat dimanfaatkan secara maksimal jika di dukung
2 dengan sumber daya yang berkualitas akan tetapi, ketika jumlah sumber daya alam terbatas sedangkan jumlah tenaga kerja berkualitas, maka besar kemungkinan akan berdampak positif terhadap tigkat kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sinungan (2005), yang mengatakan bahwa pantangan-pantangan ekonomi antara lain langkahnya modal, langkhanya keterampilan sumber daya manusia, serta langkahnya teknologi yang di kuasai harus dapat di atasi dengan sikap mental yang optimis. Mental optimis ini merupakan salah satu ciri utama dari sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya yang seperti inilah yang tidak di miliki oleh buruh tani. Para buruh tani menjadi salah satu jenis pekerjaan yang rentang akan permasalahan modal kerja sehingga berakibat pada rendahnya tingkat kesejahteraan buruh tani itu sendiri.
Besarnya pendapatan yang di peroleh buruh tani merupakan faktor penentu yang mempengaruhi keluarga buruh tani dalam mengalokasikan pendapatan buruh tani itu sendiri pada kenyataannya selalu tidak menentu.
Kondisi bagus tidaknya cuaca mulai dari tanam hingga masa panen juga faktor penentu besar kecilnya pendapatan yang di peroleh buruh tani. Setiap keluarga mempunyai perbedaan dalam mengalokasikan pendapatannya sesuai dengan tingkat kebutuhan keluarga, dimana pendapatan minimal di peroleh buruh tani dengan aktivitas yang berat harus mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
3 Upah buruh tani sangat berpengaruh pada pendapatan di lihat dari 3 subsektor yaitu tanaman pangan, tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan cenderung meningkat selama tahun 2015. Subsektor tanaman pangan pada upah buruh mencangkul 48.122, menanam 40.755 dan menyiangi 38.555. Sedangkan upah buruh tani pada subsektor tanaman hortikultura di lihat dari upah mencangkul 45.554, menanam 39,595 dan menyiangi 37.597. Dan upah buruh tani pada subsektor tanaman perkebunan dengan upah rata-rata mencangkul 77.309, menanam 42.962 dan menyiangi 41.718 (Rusono, 2013).
Tabel 1.1. Rata-Rata Upah Buruh Tani Mencangkul, Menanam, Menyiangi Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015
Subsektor Mencangkul (Rp/Hari)
Menanam (Rp/Hari)
Menyiangi (Rp/Hari)
Tanaman Pangan 48.122 40.755 38.555
Tanaman Hortikultura 45.554 39.595 37.597
Tanaman Perkebunan 47.309 42.962 41.718
Sumber: BPS dan kementrian pertanian, 2015
Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah basis pertanian dan merupakan penghasil tanaman pangan tersebar di Kawasan Timur Indonesia.
Predikat sebagai lumbung padi nasional mengukuhkan posisi Sulawesi Selatan sebagai produsen tanaman pangan yang cukup potensial. Selain pertanian berbagai komoditas subsektor lainnya yang menjadi andalan yang dihasilkan oleh Sulawesi Selatan.
4 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan ialah :
1. Bagaimanakah perkembangan/trend upah buruh tani perdesaan pada subsektor tanaman pangan di Sulawesi Selatan?
2. Bagaimanakah perkembangan/trend upah buruh tani perdesaan pada subsektor tanaman hortikultura di Sulawesi-Selatan?
3. Bagaimanakah perkembangan/trend upah buruh tani perdesaan pada subsektor tanaman perkebunan di Sulawesi Selatan?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perkembangan/trend upah buruh tani perdesaan pada subsektor tanaman pangan di Sulawesi Selatan.
2. Mengetahui perkembangan/trend upah buruh tani perdesaan pada subsektor tanaman hortikultura di Sulawesi Selatan.
3. Mengetahui perkembangan/trend upah buruh tani perdesaan pada subsektor tanaman perkebunan di Sulawesi Selatan.
Adapun kegunaan dari penelitian yang harus dilakukan adalah :
1. Mengetahui pengaruh karakteristik individu, karakteristik modal manusia serta karakteristik pekerjaaan terhadap tingkat upah buruh tani perdesaan pada subsektor tanaman pangan di wilayah Sulawesi selatan.
5 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah
terhadap pengembangan upah buruh tani perdesaan pada subsektor hortikultura di Sulawesi Selatan.
3. Bagi pembaca, sebagai informasi ilmiah yang dapat menjadi bahan acuan dan sumbangan data bagi peneliti selanjutnya berhubungan dengan penelitian ini
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis Trend
Trend merupakan gerakan jangka panjang yang dimiliki kecenderungan menuju pada satu arah, yaitu arah naik dan turun (Atmajaya, 2009). Sedangkan menurut Purwanto (2011), trend adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya cukup rata atau mulus (smooth).
Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang.Untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan tersebut. Secara teoritis, dalam analisis time series yang paling menentukan adalah kualitas atau keakuratan dari informasi atau data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data tersebut dikumpulkan.
Jika data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik pula estimasi atau peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan
7 semakin jelek. Metode Least Square : metode yang digunakan untuk analisis time series adalah:
a) Metode garis linier secara bebas (free hand method), b) Metode setengah rata-rata (semi average method), c) Metode rata-rata bergerak (moving average method) dan d) Metode kuadrat terkecil (least square method).
Dalam hal ini akan lebih dikhususkan untuk membahas analisis time series dengan metode kuadrat terkecil yang dibagi dalam dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data ganjil. Secara umum persamaan garis linier dari analisis time series adalah :
Y = a + b X.
Keterangan :
Y adalah variabel yang dicari trendnya dan X adalah variabel waktu (tahun).
Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) adalah:
a = ΣY / N dan b =ΣXY / ΣX2
Gerakan/variasi data berkala (time series) terdiri dari empat komponen yakni (Supranto, 2008) :
1. Gerakan/trend jangka panjang yaitu gerakan yang menunjukkan arah perkembangan secara umum (kecenderungan menaik atau menurun).
8 2. Gerakan/variasi siklis adalah gerakan/variasi jangka panjang disekitar garis
trend(berlaku untuk data tahunan).
3. Gerakan/variasi musiman adalah gerakan yang mempunyai pola tetap dari waktu ke waktu.
4. Gerakan/variasi yang tidak teratur adalah gerakan/variasi yang sifatnya sporadis.
Trend melukiskan gerak data deret waktu selama jangka waktu yang panjang atau cukup lama. Gerak ini mencerminkan sifat kontinuitas atau keadaan yang terus-menerus dari waktu ke waktu selama kurun waktu tertentu, karena sifat kontinuitas inilah maka trend dianggap sebagai gerak yang stabil sehingga dalam menginterpretasikan dapat digunakan model matematis, sesuai dengan keadaan dan deret waktunya itu sendiri. Menurut Hakim (2001), untuk menentukan model peramalan trend yang tepat, dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
1. Membentuk analisis residual 2. Mengukur besar dari residual error 3. Prinsip parsimony.
2.2 Upah Buruh Tani
Beberapa konsep dan definisi yang digunakan dalam upah buruh tani, antara lain :
1. Buruh tani adalah seseorang yang bekerja di bidang pertanian dengan cara melakukan pengelolaan tanah yang bertujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari
9 tanaman tersebut untuk digunakan sendiri atau menjualnya kepada orang lain. Buruh tani bekerja untuk lahan pertanian milik orang lain dengan upah dari sang tuan tanah.
Menurut Sjamsul Arifin (2003), buruh tani adalah faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu Negara, namun bersifat heterogen (tidak identik) antar negara. Buruh tani adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainnya kepada pemberi kerja atau pengusaha.
Buruh dibagi atas 2 klasifikasi besar, yaitu :
a. Buruh professional yang biasa disebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja.
b. Buruh kasar yang biasa disebut buruh kerah biru, menggunakan tenaga otot dalam bekerja.
2. Upah adalah balas jasa baik berupa uang atau barang yang diberikan langsung kepada buruh untuk suatu pekerjaan/jasa yang telah dilakukan.
Upah yang disajikan di sini adalah upah yang diberikan dalam bentuk uang per orang dalam satu hari. Upah buruh didalam publikasi ini adalah hanya upah buruh laki-laki dan tidak dikaitkan dengan kriteria umur, tingkat pendidikan dan lain sebagainya.
Menurut Soemarsono (2015), upah adalah imbalan kepada buruh yang melakukan pekerjaan kasar dan lebih banyak menggunakan kekuatan fisik dan biasanya jumlahnya ditetapkan secara harian, satuan
10 atau rombongan. Sedangkan menurut Diana dan Setiawati (2015), upah hanya diberikan atas dasar kinerja harian, biasanya praktik ini ditemukan pada pabrik. Adakalanya upah juga dihitung berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan.
2.3 Subsektor Tanaman Pangan
Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi manusia. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman utama yang dikonsumsi manusia sebagai makanan untuk memberikan asupan energi bagi tubuh.
Umumnya tanaman pangan adalah tanaman yang tumbuh dalam waktu semusim.
Pembangunan disektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan di tahun ke tahun terus ditingkatkan untuk dapat memelihara kemantapan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan pangan.
Peningkatan produksi tanaman pangan di Sulawesi Selatan dilaksanakan antara lain melalui peningkatan produktifitas usaha tani, penggunaan lahanpertanian yang maksimal, serta meningkatkan pemanfaatan lahan kering dan pekarangan dengan didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana yang makin memadai.
Subsektor tanaman pangan memegang peranan penting sebagai pemasok kebutuhan konsumsi penduduk, khususnya di Sulawesi Selatan tanaman pangan juga berkedudukan strategis dalam memelihara stabilitas
11 ekonomi nasional. Oleh karena itu, subsektor tanaman pangan mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
2.4 Subsektor Tanaman Hortikultura
Hortikultura pada dasarnya berasal dari bahasa Latin yaitu hortus yang berarti tanaman kebun dan cultura yang artinya budidaya.
Jika digabungkan dari kedua suku kata tersebut, tanaman hortikultura adalah budidaya tanaman perkebunan. Namun pengertian tersebut belum menggambarkan hortikultura yang sebenarnya. Oleh karena itu kemudian hortikultura dalam perkembangannya digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di kebun. Jadi dapat diartikan, hortikultura merupakan salah satu cabang dari agronomi namun sedikit berbeda dengan agronomi, karena hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah, tanaman bunga atau tanaman hias, tanaman sayuran, dan tanaman obat- obatan. Ciri yang lekat pada tanaman hortikultura adalah produknya yang bersifat perisabel atau mudah rusak karena segar.
Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tentram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga).
Dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut. Hortikultura merupakan komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah memiliki keunggulan komparatif dan
12 kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Sulawesi Selatan waktu mendatang.
2.5 Subsektor Tanaman Perkebunan
Subsektor tanaman perkebunan yaitu usaha pertanian dengan memanfaatkan lahan luas untuk menanam tanaman yang menghasilkan komoditi yang masih membutuhkan pengolahan lebih lanjut dan biasanya tidak dikonsumsi secara lokal namun diperdagangkan dalam skala besar.
Contoh saja perkebunan teh, tentu pemetik tehnya tidak meminum teh yang ia petik sendiri dan juga hanya sebagian kecil saja yang diperjual-belikan ke distributor lokal.
Perkebunan banyak menerapkan efiensi, termasuk dalam penggunaan mesin-mesin budidaya dan pengolahan hasil tanaman yang cukup gencar, juga struktur kepengurusan dan kepegawaian yang lebih kompleks. Berbeda dengan pertanian tanaman pangan yang dimiliki oleh perorangan yang jarang memperhitungkan efiensi, biasanya hanya bermodalkan cangkul dan arit atau pun selang dan pipa saja untuk irigasi, juga penggajian buruh, energi yang digunakan dalam pengolahan hasil, lokasi penjualan, harga jual, hingga pembagian dividen jika ada.
13 Subsektor tanaman perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Subsektor perkebunan yang ada di Sulawesi Selatan meliputi komoditas-komoditas Kelapa, Cengkeh, Panili, Lada, Teh, Cabe,Jamu Dan Melati.
2.5 Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Sektor pertanian
Upah Buruh Tani Dalam Subsektor
hortikultura Upah Buru Tani Dalam
Subsektor Tanaman Pangan
Subsektor tanaman pangan
Analisis Trend
Kesejahteraan Petani
Upah Buruh Tani Dalam Subsektor
perkebunan
14 2.6 Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah “Trend upah buruh tani di perdesaan di propinsi Sulawesi selatan diduga megalami peningkatan setiap tahun”.
15 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di propinsi Sulawesi Selatan pada bulan Mei sampai Juli. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah Kawasan Timur Indonesia yang memiliki perkembangan sektor pertanian yang lebih maju.
3.2.Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan merupakan data kuantitatif dan sumber dari data sekunder (time series) selama kurun waktu 20 tahun dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2015. Menurut Supranto (2001), data sekunder merupakan data deret waktu (time series), yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu (hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun). Data deret waktu bisa digunakan untuk melihat perkembangan kegiatan tertentu dan sebagai dasar untuk menarik suatu trend, sehingga bisa digunakan untuk membuat perkiraan-perkiraan yang sangat berguna bagi dasar perencanaan.
Adapun instansi yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah Badan Pusat Statisti, BPS Sulawesi Selatan dan kementerian pertanian, serta literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.
16 3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder dalam bentuk time series 20 tahun terakhir. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dan analitis. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis trend dengan metode jumlah kuadrat terkecil (Least Square Method).
3.4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1.Analisis Trend
Metode trend yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (least square method), dengan formulasi sebagai berikut (Djarwanto, 2001) :
Y = a + bX Keterangan : X = Periode waktu
Y = Variabel yang diramalkan (NTP Padi dan NTP Hortikultura) a = Intersep/konstanta (nilai Y apabila X = 0)
b = Besarnya perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit variabel X.
3.5 Definisi Operasional
a. Upah adalah balas jasa baik berupa uang atau barang yang diberikan langsung kepada buruh untuk suatu pekerjaan/jasa yang telah dilakukan.
17 b. Buruh adalah seseorang yang melakukan kegiatan/pekerjaan dengan
tidak menanggung resiko terhadap hasil produksi dan bertujuan mendapatkan upah.
c. Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang.
d. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi manusia.
e. Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah- buahan, sayuran dan tanaman hias.
f. Perkebunan yaitu usaha pertanian dengan memanfaatkan lahan luas untuk menanam tanaman yang menghasilkan komoditi yang masih membutuhkan pengolahan lebih lanjut dan biasanya tidak dikonsumsi secara lokal namun diperdagangkan dalam skala besar.
18 BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi dari 33 di Indonesia, berdiri sejak tanggal 13 Desember 1960 atas dasar hukum UU No. 47 Tahun 1960.
Sulawesi Selatan terletak diantara lintang selatan dan bujur timur. Batas-batas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:
1. Sebelah utara : Sulawesi Barat 2. Sebelah timur : Laut Bone 3. Sebelah barat : Selat Makassar
4. Sebelah selatan : Laut Flores/Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan merupakan provinsi terluas wilayahnya diantara provinsi yang ada di Sulawesi. Daerahnya berbentuk semenanjung yang memanjang dari utara sekitar dengan dua pegunungan utama yaitu gunung Latimojong dan Gunung Lompobattang yang membelah secara vertikal dari utara keselatan daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Secara geografis Sulawesi Selatan membujur dari selatan ke utara dengan garis pantai mencapai 2.500 km yang mempunyai 72 sungai besar dan kecil dengan panjang 3.203 km. Jumlah aliran sungai terbanyak di Kabupaten Luwu, sedangkan sungai terpanjang yaitu Sungai Saddang, sungai ini melalui beberapa daerah yakni Kabupaten
19 Tanah Toraja, Enrekang, Pinrang dan Polewali Mandar di Sulawesi Barat dengan panjang kurang lebih 150 km.
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan setelah pemekaran dengan Sulawesi Barat adalah 45.519,24 km yang meliputi 20 kabupaten dan 3 kota, 20 kabupaten yaitu meliputi: Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Luwu, Tanah Toraja, Luwu Utara dan Luwu Timur.
Sedangkan untuk tiga kotanya meliputi : Makassar, Pare-pare, dan Palopo.
Kota Pare-pare merupakan kota terkecil yakni luasnya hanya sekitar 99,33 km² atau sekitar 0,22 persen sedangkan daerah yang terluas adalaj kabupaten luwu yaitu sekitar 14.788,96 km² atau sekitar 32,45% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Hampir 75 persen wilayah Sulawesi Selatan merupakan daerah daratan tinggi yang memanjang di tengah daratan dari utara ke selatan melalui Gunung Rante Mario dan Gunung Ganda Dewata di Kabupaten Luwu dan Luwu Utara, di wilayah bagian utara hingga Gunung Lompobattang di Kapubaten Bantaeng. Daratan rendah/pantai membentang sepanjang pesisir pantai barat, tengah dan timur dengan total panjang pantai yang dimiliki kurang lebih 2.500 km.
Sulawesi Selatan dalam lingkup wilayah Indonesia dapat dicapai dengan menggunakan lalu lintas darat, laut, udara. Dari jalur lalu lintas laut, Makassar merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan adalah pintu
20 gerbang menuju ke Indonesia bagian timur. Sulawesi Selatan merupakan jalur utama pelayaran nasional dan merupakan penghubung dari berbagai kota di Indonesia bagian barat ke Indonesia bagian timur. Sedangkan dari jalur lalu lintas udara, Sulawesi Selatan merupakan jalur utama penerbangan di Indonesia yang juga merupakan pintu masuk ke Indonesia timur dan juga sebagai pusat pelayanan di kawasan timur Indonesia.
4.2 Potensi Sumber daya
Sulawesi Selatan dikarunia potensi sumberdaya yang berlimpah, terutama sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Besarnya potensi tersebut merupakan modal yang sangat berharga bagi daerah ini dalam melaksanakan aktivitas pembangunan.
Penduduk menurut sensus tahun 2013 berjumlah 8.032.551 jiwa dengan pembagian 3.921.543 orang laki-laki dan 4.111.008 orang perempuan.
Penduduk tersebut terdiri atas berbagai etnis atau suku bangsa antara lain Bugis, Makassar, Toraja dan etnis lainnya. Penduduk merupakan subjek sekaligus objek pelaku pembangunan melalui berbagai sektor kegiatan ekonomi yang melibatkan tenaga kerja produktif, sebagai bagian aktiVitas dalam membangun ekonomi regional atau wilayah.
21
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Perkembangan Upah Buruh Tani di Provinsi Sulawesi Selatan perkembangan upah buruh tani mencangkul di provinsi Sulawesi selatan dari tahun 1996-2015 sebesar 99.777 dengan rata-rata 6236,07. Dan pada upah buruh tani menanam sebesar 96.278 dengan rata-rata 2,391. Pada upah buruh tani menyiangi sebesar 69.237 dengan rata-rata 4327/ hari.
5.1.1. Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan
Pemerintah sangat berpengaruh terhadap proses pengembangan upah buruh tani khususnya di subsektor tanaman pangan di provinsi Sulawesi selatan. Dan sangat berdampak pada buruh tani dapat di lihat dari Grafik 1 berikut;
Gambar 5.1. Grafik Perkembangan Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996 – 2015.
22 Pada Gambar 5.1 upah buruh tani pada subsektor tanman pangan pada tahun 1996 mengalami pengurangan buruh tani yang sangat rendah pada kegiatan mencangkul upah yang di dapatkan sebesar Rp 1.500/hari sedangkan pada kegiatan menanam dan menyiangi upah buruh tani yang didapatkan sebesar Rp 1.000/hari yang disebabkan oleh program pemerintah dan banyaknya lowongan kerja sehingga mengalami rendahnya upah buruh tani, kemudian pada tahun 2002 upah buruh tani mengalami peningkatan pada kegiatan mencangkul dan menyiangi sama-sama memiliki upah buruh tani sebesar Rp 9.000/hari, dan pada kegiatan menanam upah buru tani yang didapatkan sebesar Rp 10.000/hari, upah buruh tani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang disebabkan karena program pemerintah.
Upah buruh tani yang terjadi pada tahun 2009 pada kegiatan mencangkul sebesar Rp 30.000/hari, kemudian pada kegiatan menanam upah buruh tani sebesar Rp 32.000/hari, dan upah buruh tani pada kegiatan menyiangi sebesar Rp 22.000/hari, yang disebabkan karena program pemerintah. Pada tahun 2015 upah buruh tani mengalami peningkatan yang sangat signifikan terutama pada kegiatan mencangkul sebesar Rp 53.000/hari, kemudian pada kegiatan menanam upah buruh tani yang di dapatkan sebesar Rp 48.000/hari dan upah buruh tani pada kegiatan menyiangi sebesar Rp 33.000/hari peningkatan ini disebabkan karena program pemerintah yang mengutamakan swasembada pangan pada tahun 2015 yang bekerja sama dengan instansi-instasi pemerintah yang terkait dan peran petani untuk meningkatkan program pemerintah.
23 5.1.2. Upah Buruh Tani Subsektor Hortikultura
Pemerintah sangat berpengaruh terhadap proses pengembangan upah buruh tani khususnya di subsektor tanaman hortikultura di provinsi Sulawesi selatan. Dan sangat berdampak pada buruh tani dapat di lihat dari Grafik 2 berikut;
Gambar 5. 2. Grafik Perkembangan Upah Buruh Tani Subsektor Hortikulturadi Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996 – 2015 Pada Gambar 5.2 upah buruh tani pada subsektor hortikultura pada tahun 1996 mengalami pengurangan buruh tani yang sangat rendah pada kegiatan menanam dan menyiangi upah yang didapatkan sebesar Rp 2.000/hari dan upah buruh tani pada kegiatan mencangkul sebesar Rp 2.500/hari yang disebabkan oleh program pemerintah, kemudian pada tahun 2002 upah buruh tani mengalami peningkatan pada kegiatan mencangkul dan menyiangi sama-sama memiliki upah buruh tani sebesar Rp 9.000/hari, dan pada kegiatan menanam upah buru tani yang didapatkan sebesar Rp 10.000/hari, upah buruh tani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
24 yang disebabkan karena program pemerintah. upah buruh tani pada tahun 2009 pada kegiatan mencangkul sebesar Rp 27.000/hari, sedangkan upah buruh tani pada kegiatan menanam Rp 22.000/hari dan upah buruh tani pada kegiatan menyiangi sebesar Rp 23.000/hari. Pada tahun 2015 upah buruh tani mengalami peningkatan yang sangat signifikan terutama pada kegiatan mencangkul sebesar Rp 42.000/hari, kemudian pada kegiatan menanam upah buruh tani yang di dapatkan sebesar Rp 39.000/hari dan upah buruh tani pada kegiatan menyiangi sebesar Rp 29.000/hari peningkatan ini disebabkan karena program pemerintah yang bekerja sama dengan instansi-instasi pemerintah yang terkait dan peran petani untuk meningkatkan program pemerintah.
5.1.3. Upah Buruh Tani Subsektor Perkebunan
Pemerintah sangat berpengaruh terhadap proses pengembangan upah buruh tani khususnya di subsektor tanaman hortikultura di provinsi Sulawesi selatan. Dan sangat berdampak pada buruh tani dapat di lihat dari Grafik 3 berikut;
25 Gambar 5.3. Grafik Perkembangan Upah Buruh Tani Subsektor Perkebunan
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996 – 2015
Pada Gambar 5.3 upah buruh tani pada subsektor perkebunan pada tahun 1996 mengalami pengurangan buruh tani yang sangat rendah pada kegiatan menanam dan menyiangi upah yang didapatkan sebesar Rp 3.000/hari dan upah buruh tani pada kegiatan mencangkul sebesar Rp 3.500/hari yang disebabkan oleh program pemerintah, kemudian pada tahun 2002 upah buruh tani mengalami peningkatan pada kegiatan mencangkul dan menyiangi sama-sama memiliki upah buruh tani sebesar Rp 9.000/hari, dan pada kegiatan menanam upah buru tani yang didapatkan sebesar Rp 10.000/hari, upah buruh tani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang disebabkan karena program pemerintah. upah buruh tani pada tahun 2009 pada kegiatan mencangkul sebesar Rp 26.000/hari, sedangkan upah buruh tani pada kegiatan menanam dan menyiangi Rp 27.000/hari. Pada tahun 2015 upah buruh tani mengalami peningkatan yang sangat signifikan
26 terutama pada kegiatan mencangkul sebesar Rp 41.000/hari, kemudian pada kegiatan menanam upah buruh tani yang di dapatkan sebesar Rp 35.000/hari dan upah buruh tani pada kegiatan menyiangi sebesar Rp 32.000/hari peningkatan ini disebabkan karena program pemerintah yang bekerja sama dengan instansi-instasi pemerintah yang terkait dan peran petani untuk meningkatkan program pemerintah.
5.2.Analisis Trend Upah Buruh Tani di Provinsi Sulawesi Selatan
Upah buruh tani di provinsi Sulawesi selatan mempunyai trend positip di setiap tahun. Berdasarkan upah buruh tani di provinsi Sulawesi selatan maka di ketahui bahwa upah setiap tahunnya memiliki unsur trend (cenderung meningkat) dengan mengetahui upah buruh tani tersebut maka mempermudah memilih metode time series yang sesuai dengan data upah buruh tani di provinsi Sulawesi selatan.
Peramalan menggunakan metode trend sudah sangat banyak digunakan dalam perkembangan pertanian karena data pertanian yang terbentuk umumnya banyak terdapat unsur trend, baik trend meningkat maupun trend yang menurun. Penggunaan metode trend dalam penelitian ini adalah dengan metode Trend Analysissehingga mudah untuk menganalisis dan menampilkan data yang mengandung unsur trend.
Penghitungan menggunakan trend di lakukan langkah awal agar permodelan regresi dapat mewakili sipat data yang dengan memeriksa model hubungan antara variabel predictor dan variabel respon, secara umum
27 dapat dua model hubungan nonlinear. Variabel data penelitian ini yaitu upah buruh tani sebagai variabel dependen (respon) dan periode waktu sebagai variabel independen (prediktor). Pemakaian dua variabel tersebut dimaksudkan untuk mengetahui besarnya hubungan antara perkembangan upah buruh tani terhadap waktu dengan menunggunakan trend analysis.
5.2.1. Trend Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan
Berdasarkan hasil analisis trend forecasting dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan garis trend upah buruh tani di Provinsi Sulawesi Selatan adalah y = t. Perkembangan upah buruh tani selama kurun waktu 1996 – 2015 mengalami fluktuasi dari tahun ketahun.
Gambar 5.4. Grafik Trend Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan di Provinsi Sulawesi Selatan
Perkembangan upah buruh tani pada subsektor tanaman pangan di provinsi Sulawesi selatan adalah y = 2305,9x-5E+06 dengan nilai R²=0,9689.
28 5.2.2.Trend Upah Buruh Tani Subsektor Hortikultura
Berdasarkan hasil analisis trend forecasting dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan garis trend upah buruh tani di Provinsi Sulawesi Selatan adalah y = t. Perkembangan upah buruh tani selama kurun waktu 1996 – 2015 mengalami fluktuasi dari tahun ketahun.
Gambar 5.5. Grafik Trend Upah Buruh Tani Subsektor Hortikulturadi Provinsi Sulawesi Selatan
Perkembangan upah buruh tani pada subsektor tanaman Hortikultura di provinsi Sulawesi selatan adalah y = 2103,6x-4E+06dengan nilai R²=0,9624.
5.2.3 Trend Upah Buruh Tani Subsektor Perkebunan
Berdasarkan hasil analisis trend forecasting dengan menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan garis trend upah buruh tani di
29 Provinsi Sulawesi Selatan adalah y = t. Perkembangan upah buruh tani selama kurun waktu 1996 – 2015 mengalami fluktuasi dari tahun ketahun.
Gambar 5.6. Grafik Trend Upah Buruh Tani Subsektor Perkebunan di Provinsi Sulawesi Selatan
Perkembangan upah buruh tani pada subsektor tanaman perkebunan di provinsi Sulawesi selatan adalah y = 2209,5x-4E+06 dengan nilai R²=0,9674.
30
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Perkembangan upah buruh tani pada subsektor tanaman pangan di provinsi Sulawesi selatan adalah y = 2305,9x-5E+06 dengan nilai R²=0,9689.
2. Perkembangan upah buruh tani pada subsektor tanaman Hortikultura di provinsi Sulawesi selatan adalah y = 2103,6x-4E+06dengan nilai R²=0,9624.
3. Perkembangan upah buruh tani pada subsektor tanaman perkebunan di provinsi Sulawesi selatan adalah y = 2209,5x-4E+06 dengan nilai R²=0,9674.
6.2 Saran
Bagi pemerintah propinsi Sulawesi selatan dapat memperhatikan segala yang menyangkut dengan upah buruh khususnya upah buruh tani, agar menaikkan upah para buruh tani di sulawesi selatan sebagai penghasilan para buruh tani Sulawesi selatan.
31 DAFTAR PUSTAKA
Atmajaya, Lukas Setia. 2009. Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Andi.
BPS.2015. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2015.Badan Pusat Statistik Perkebunan Sulawesi Selatan.
Diana dan Setiawati. 2015, pendapatan upah berdasarkan jumlah produk.
Jakarta Pusat
Djarwanto, Ps. 2001.Pokok – pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Kedelapan. BPFE. Yogyakarta.
Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.Supranto.2001. Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 5.Jakarta :Penerbit Erlangga.
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Ratio Non Performing Financial (NPF) Terhadap Laba Bank Syariah. Jurnal Ilmiah Akuntansi.
Hakim, Abdul. 2001. Statistik Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta Notoatmodjo, 2002. Pembangunan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Purwanto,Tri Joko.2011. Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan.
Pancawati, Juwarin. 2012. Kontribusi Pendapatan Sektor Pertanian Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Buruh Tani. Banten: JIPP.
Rusono, 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Direktorat Pangan dan Pertanian. Bappenas. Jakarta Pusat Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Soemarsono, 2015. Pengertian Upah Dan Gaji.Wikipins.Com. Jakarta
Sjamsul Arifin, Dian Edina Rae, Charles, Joseph, (2003). Tentang Ketenagakerjaan Bab I Pasal 1 Ayat 2. Jakarta Pusat
32 Lampiran 1. Rata-rata Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996-2015
Tahun Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan (Rp/Hari)
Mencangkul Menanam Menyiangi
1996 2.492
2.276 2.353
1997 2.688
2.391 2.605
1998 3.397
2.887 3.406
1999 4.324
3.858 4.118
2000 6.303
7.697 6.183
2001 7.563
8.467 7.585
2002 9.288
10.258 9.369
2003 11.655
11.108 11.039
2004 10.420
11.420 10.339
2005 17.174
16.516 13.231
33
2006 25.897
24.904 21.253
2007 27.126
26.770 24.481
2008 25.611
28.798 21.514
2009 30.167
31.818 22.838
2010 33.421
35.492 24.738
2011 34.582
37.173 27.225
2012 36.248
39.091 28.704
2013 37.784
40.805 30.058
2014 40.234
43.131 31.994
2015 52.941
48.006 34.081
34 Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Upah Buruh Tani Subsektor Tanaman Pangan di Sulawesi Selatan
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,984312557 R Square 0,968871209 Adjusted R Square 0,967141832 Standard Error 2512,240733
Observations 20
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 3535890503 3535890503 560,24282 5,16306E-15
Residual 18 113604363 6311353,502
Total 19 3649494866
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept -4604640,761 195377,6546 -23,56789865 5,566E-15 -5015113,982 -4194167,54 -5015113,982 -4194167,541 Tahun 2305,889975 97,42051707 23,66944915 5,163E-15 2101,217063 2510,562886 2101,217063 2510,562886
35 Lampiran 3. Rata-rata Upah Buruh Tani Subsektor Hortikultura
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996-2015
Tahun Upah Buruh Tanaman Hortikultura
Mencangkul Menanam Menyiangi
1996 2.492 2.276 2.353
1997 2.688 2.391 2.605
1998 3.397 2.887 3.406
1999 4.324 3.858 4.118
2000 6.303 7.697 6.183
2001 7.563 8.467 7.585
2002 9.288 10.258 9.369
2003 11.655 11.108 11.039
2004 10.420 11.420 10.339
2005 17.174 16.516 13.231
2006 25.897 24.904 21.253
2007 27.126 26.770 24.481
2008 25.611 28.798 21.514
2009 26.503 20.990 21.528
2010 27.884 32.134 22.016
2011 33.199 32.696 28.277
2012 33.626 32.965 28.793
36
2013 36.370 37.229 39.653
2014 38.608 38.042 32.364
2015 40.918 39.179 34.523
37
Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Upah Buruh Tani Subsektor Hortikultura di Sulawesi Selatan SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics Multiple R 0,98101415
R Square 0,962388763
Adjusted R Square 0,960299249 Standard Error 2527,667095
Observations 20
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 2942694486 2942694486 460,58037 2,84193E-14
Residual 18 115003817 6389100,942
Total 19 3057698303
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept -4199985,212 196577,367 -21,36555839 3,071E-14 -4612978,935 -3786991,489 -4612978,94 -3786991,49
Tahun 2103,593233 98,01872571 21,46113631 2,842E-14 1897,663532 2309,522934 1897,663532 2309,522934
38 Lampiran 5. Rata-rata Upah Buruh Tani Subsektor Perkebunan
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1996-2015
Tahun Upah Buruh Tanaman Perkebunan
Mencangkul Menanam Menyiangi
1996 2.492 2.276 2.353
1997 2.688 2.391 2.605
1998 3.397 2.887 3.406
1999 4.324 3.858 4.118
2000 6.303 7.697 6.183
2001 7.563 8.467 7.585
2002 9.288 10.258 9.369
2003 11.655 11.108 11.039
2004 10.420 11.420 10.339
2005 17.174 16.516 13.231
2006 25.897 24.904 21.253
2007 27.126 26.770 24.481
2008 25.905 27.083 25.917
2009 27.581 28.104 28.109
2010 30.206 31.169 30.848
2011 35.536 32.253 33.701
2012 36.695 32.878 34.358
39
2013 38.911 35.816 35.772
2014 37.713 37.038 36.766
2015 40.706 38.037 36.916
40 Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Upah Buruh Tani Subsektor Perkebunan di Sulawesi Selatan
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,983577909 R Square 0,967425503 Adjusted R Square 0,965615808 Standard Error 2464,345676 Observations 20 ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 3246501206 3246501206 534,579518 7,77387E-15 Residual 18 109313993 6072999,613
Total 19 3355815199
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept -4411668,091 191652,8428 -23,019059 8,3965E-15 -4814315,773 -4009020,41 -4814315,77 -4009020,41 Tahun 2209,515038 95,56322643 23,12097572 7,7739E-15 2008,744149 2410,285926 2008,744149 2410,285926
41 Lampiran kota wilayah Sulawesi selatan
42 RIWAYAT HIDUP
Masdil. Penulis lahir pada tanggal 3 september 1993 di Pangbarani Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan, anak ke empat dari enam bersaudara buah kasih dari pasangan Madi dan Ruhani.
Penulis masuk pendidikan formal di SDN 8 Tampaan Kabupaten Enrekang pada tahun 2000 dan tamat tahun 2006. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke MTSN Baraka dan tamat tahun 2009. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke MAN 1 Baraka Kabupaten Enrekang dan tamat pada tahun 2012. Dan pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Agribisnis (S1) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar dan tamat pada tahun 2016.
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Gambar 2. Proses Pengambilan Data
Gambar 3. Petugas Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan