• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Oemar Hamalik (2003: 28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto (2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Sardiman (2007: 20-21) membedakan pengertian belajar dalam arti luas dan arti sempit. Belajar dalam arti luas adalah kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Belajar dalam arti sempit dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya akibat pengalaman yang dia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Belajar Kimia

(2)

”kasat logika”, artinya kebenaran dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitasnya dapat dirumuskan diformulasikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 2). Belajar kimia secara bermakna akan dialami siswa jika siswa telibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial dalam pembelajaran. Menurut Rustaman (2002: 91) menyatakan dalam belajar sains siswa tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga harus belajar aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh.

c. Teori-teori Belajar

Kita dalam mempelajari pembelajaran kooperatif terdapat berbagai teori yang disusun oleh para ahli. Beberapa teori belajar yang mendukung dan mendasari penelitian ini adalah:

1. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Guru dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman representasi fungsi konseptual dunia eksternal (Budiningsih, 2005: 61).

Kegiatan pembelajaran menekankan kemampuan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga setiap siswa harus memiliki kemampuan dasar,yaitu ; (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, serta (3) kemampuan lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada yang lain (Suparno, 2005: 75).

(3)

dalam mendukung kemampuan mengkonstruksi pengetahuan, karena melalui kemampuan tersebut seseorang dapat menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan.

2. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky

Vygotsky menganggap bahwa interaksi sosial merupakan aspek fundamental keberhasilan kognitif dan pertumbuhan intelektual.Teori Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dalam pembelajaran (the sosiocultural of learning), dimana siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Setiap fungsi dalam perkembangan budaya anak muncul dua kali, yaitu pada tingkat sosial, interaksi dengan yang lainnya (interpsychological), dan pada tingkat individual dalam diri anak (intrapsychological). Interaksi sosial antara individu berpengaruh terhadap rasa senang, kemampuam memori yang logis, dan pembentukan konsep pada pembelajaran (Pritchard & Woollard, 2010: 14).

Proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of

proximal development). Zona perkembangan proksimal didefinisikan

sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang dapat dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten.

(4)

Keterkaitan teori Vygotsky yang mendukung penelitian ini adalah belajar dalam tim (dengan berdiskusi) maka akan terjadi aktivitas antara siswa dengan teman sebaya yang lebih mampu dengan bimbingan guru, sehingga siswa dapat maju ke zone of proximal

development tempat pembelajaran baru terjadi. Prinsip scaffolding

dapat tercapai, dengan membantu siswa pada awal belajar untuk mencapai pemahaman dan keterampilan, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut sampai akhirnya siswa dapat belajar mandiri serta mampu untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran.

3. Teori Piaget

Menurut Piaget (1996) dalam Isjoni (2010: 53), setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut: 1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

2. Tahap Pra operasional (2-7 tahun) 3. Tahap Operasional konkret (7-11 tahun) 4. Tahap Operasional formal (11 tahun ke atas)

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman nyata serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.

Berdasarkan tingkat – tingkat perkembangan intelektual diatas,dapat disimpulkan bahwa peserta didik kelas X umumnya berusia 15-16 tahun, berada pada tahap perkembangan operasi formal.

(5)

konsep-konsep yang ada di luar pengalaman mereka sendiri. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti orang dewasa. 4. Teori Ausubel

Menurut Ausubel (1996) dalam Isjoni (2010: 51), bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna (meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap.

Kaitan teori Ausubel dalam penelitian ini yaitu materi yang digunakan adalah sistem periodik unsur, untuk itu siswa harus bisa menghubungkan pengetahuan baru mengenai sistem periodik unsur dengan pengetahuan relevan yang terdapat pada struktur kognitif yang berupa konsep-konsep sudah dimiliki siswa. Diskusi dalam RTE dapat membuat siswa untuk aktif berargumen, saling bertukar pikir, sehingga model pembelajaran tersebut dapat mendorong dan membimbing keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran.

5. Teori Gagne

Menurut teori Gagne, definisi belajar merupakan proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu:

(a) belajar responden, terjadi perubahan emosional yang paling primitif dan terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Bentuk belajar seperti ini dapat membantu kita memahami bagaimana siswa dapat menyenangi dan tidak menyenangi sekolah atau bidang studi tertentu.

(6)

(c) Belajar operant, konsekuensi-konsekuensi perilaku pada seserang akan mempengaruhi perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu.

(d) belajar observasional, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian.

(e) belajar kognitif, pembelajaran yang siswa dapat dengan melihat dan memahami peristiwa-peristiwa sehingga dapat menyelami pengertian (Dahar, 2011: 118-119).

Menurut Gagne, guru dalam menyajikan pelajaran pada sekelompok siswa hendaknya menimbulkan kejadian instruksional, dengan cara berikut: (a) mengaktifkan motivasi; (b) menginformasikan tujuan belajar; (c) mengarahkan perhatian; (d) merangsang ingatan tentang pelajaran sebelumnya; (e) memberikan bimbingan dalam pembelajaran; (f) melancarkan retensi, agar materi mudah diingat; (g) membantu dalam transfer belajar, dengan menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi baru; (h) memberikan umpan balik (Dahar, 2011:126-130).

Keterkaitan teori Gagne dalam penelitian ini yaitu untuk mempelajari pengetahuan baru pada sistem periodik unsur diperlukan pemahaman pengetahuan sebelumnya. Siswa dapat mempelajari materi sistem periodik unsur dengan baik dengan pembelajaran RTE karena pada model pembelajaran ini terdapat sembilan peristiwa yang merupakan tahapan dalam sebuah proses pembelajaran.

d. Pembelajaran Kimia

Beberapa ahli telah merumuskan definisi pembelajaran menurut pandangannya masing-masing. Menurut Sardiman, pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 2007: 47).

(7)

untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) ilmu kimia merupakan suatu produk temuan ilmiah secara ilmiah (berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) dan sebagai suatu proses. Oleh karena itu, pembelajaran kimia baik dalam proses maupun penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses dan produk.

Concise Dictionary of Science & Computer (2004) mendefinisikan ilmu

kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur dan komposisi materi, perubahan yang dapat dialami materi, dan fenomena-fenomena lain yang menyertai perubahan materi (Firman, 2007: 222).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia adalah suatu usaha sadar dari pengajar yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang berupa produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah).

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran yang baik seharusnya mampu menjadi pedoman dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tertentu sehingga mencapai hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketepatan penggunaan model pembelajaran dapat mendorong tumbuhnya motivasi siswa, serta timbulnya proses belajar yang menyenangkan sehingga siswa mampu memusatkan aktivitas serta perhatian terhadap kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih model pembelajaran yang tepat menurut Jihad & Haris (2008: 1) yaitu:

a. Berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai.

b. Disesuaikan dengan sifat dan jenis materi pembelajaran.

(8)

d. Disesuaikan ketersediaan fasilitas.

e. Disesuaikan alokasi waktu yang tersedia.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Setiap siswa dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif, belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Gisbert (2008: 481) mengemukakan bahwa: “menggunakan peningkatan kompetensi kurikuler sebagai kontrol, menunjukkan peningkatan konsep diri sebagai penulis untuk semua siswa yang diberi kesempatan untuk bertindak sebagai tutor; baik dalam tetap atau di timbal balik peran bimbingan belajar. Hanya tetap tutees, tapi tidak tutees timbal balik, merasa lebih puas dengan tutor sebaya mereka daripada dengan bantuan guru”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan tutor teman sebaya sangat berarti dalam meningkatkan prestasi belajar dan dijumpai dalam model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah model belajar yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2008: 35). Pembelajaran kooperatif siswa dikelompokkan secara heterogen dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio ekonomi, serta kemampuan akademis (Lie, Anita, 2004: 41). Selanjutnya Slavin (2008: 10) menjelaskan bahwa “Pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan yang tidak ditemukan dalam pembelajaran lain seperti penghargaan tim, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan sukses yang sama”. Kegiatan belajar individual cenderung mementingkan pribadi dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.

(9)

a. Saling Ketergantungan Positif

Pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa unruk menciptakan kelompok kerja yang efektif, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Intinya setiap anggota mempunyai tugas yang berlainan, kemudian bertukar pikiran atau informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi semua anggota mengenai seluruh bagian, sehingga dengan cara ini setiap anggota harus merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar anggota yang lain dapat berhasil.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan prosedur penilaian dibuat menurut prosedur cooperative

learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan

yang terbaik. Kunci keberhasilannya adalah persiapan pengajar dalam penyusunan tugasnya.

c. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa anggota akan lebih baik daripada hasil pemikiran dari individu saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antar anggota

(10)

e. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok tersebut agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana yang dikemukakan Slavin (Bunda Sarah, 1995: 2), dalam yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu Student Team

Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange (RTE), dan Group Resume.

3. Model pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE)

Model Rotating Trio Exchange ini termasuk salah satu strategi model pembelajaran langsung yang dapat di terapkan pada beberapa mata pelajaran. Metode ini dilakukan dengan cara mendiskusikan permasalahan dengan beranggotakan tiga orang. Penerapan teknik ini diarahkan pada materi pelajaran (kompetensi dasar) yang akan diajarkan dikelas.

Model belajar learning exchange pada prinsipnya memiliki berbagai kesamaan dengan konsep model belajar lainya. Learning

exchange sebagai sebuah model belajar yang lebih menekankan pada

konteks dinamika kelompok secara prinsipil mendasarkan pada konteks perubahan sikap.Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah

Rotating Trio Exchange (RTE). Model Rotating Trio Exchange terdiri dari

(11)

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio

Exchange (RTE) juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari Rotating Trio Exchange (RTE) adalah Peserta didik bersemangat dalam

melakukan pembelajaran sehingga materi mudah diterima. Selain itu, peserta didik tidak akan mengalami kejenuhan karena peserta didik memiliki banyak kesempatan untuk bertukar pendapat dengan anggota baru disetiap sesi pertanyaan. Kekurangan dari Rotating Trio Exchange (RTE) adalah sulitnya mengkondisikan peserta didik dalam mengatur posisi duduk sehingga peserta didik menjadi gaduh. Langkah-langkah yang rumit menjadikan guru harus menjelaskan alur KBM berulang-ulang.

Menurut Silberman (2012: 102-103) langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif Rotating Trio Exchange adalah sebagai berikut : 1) Guru meminta siswa duduk dalam kelompok yang telah di tentukan.

Pembentukan kelompok oleh guru yang terdiri dari 3 orang murid masing-masing diberi simbol 0, 1 dan 2. Kelompok-kelompok yang ada kemudian membentuk susunan seperti lingkaran ataupun persegi sehingga setiap anggota kelompok dapat melihat anggota lainnya. 2) Setelah terbentuknya kelompok maka guru memberikan bahan diskusi

untuk dipecahkan trio tersebut.

3) Selanjutnya berdasarkan waktu maka murid yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di tempat.

4) Guru memberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan oleh trio baru. 5) Guru merotasikan kembali siswa sehingga akhirnya kembali pada

kelompok asal.

6) Guru memberikan pertanyaan terakhir untuk didiskusikan oleh trio dalam kelompok asalnya. Siswa mendiskusikan gabungan hasil temuan mereka dari trio sebelumnya.

4. Media Pembelajaran

(12)

pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Sadiman, Rahardjo, Haryono, & Rahardjito, 1993: 6). Media dalam bahasa arab diartikan sebagai perantara atau pengirim pesan kepada penerima pesan (Arsyad, 2007: 3).

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of

Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi

media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (Sadiman, et. al, 1993: 6).

Media adalah semua yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dan tujuan pembelajaran tercapai (Sadiman, et. al, 1993: 7).

Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran (alat pembelajaran), siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Media sebagai salah satu komponen komunikasi yang pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh psikologi terhadap siswa.

Media pembelajaran merupakan suatu alat/ wahana yang jika tidak digunakan dengan baik dapat menjadikan pembelajaran menjadi verbalisme, salah tafsir, perhatian tidak terpusat, dan tidak terjadinya pemahaman yang baik oleh siswa. Sedangkan media pembelajaran jika digunakan dengan baik dapat menjadikan pembelajaran menjadi peransang, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan presepsi yang sama oleh semua siswa, sehingga hakikat dari media yaitu untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima benar-benar memenuhi fungsinya.

5. Media Macromedia Flash

(13)

sampai animasi kompleks, meliputi multimedia dan aplikasi web yang dinamis dan interaktif. Animasi flash terdiri dari grafik, teks, animasi, dan aplikasi untuk situs web. Semuanya tetap mengutamakan grafik berbasis vektor, sehingga aksesnya lebih cepat dan terlihat halus pada skala resolusi layar berapapun, selain mempunyai kemampuan untuk mengimpor video, gambar, dan suara dari aplikasi luarnya (Hakim, 2004 : 1).

Macromedia Flash adalah sebuah program animasi yang telah banyak

digunakan oleh para desainer untuk menghasilkan desain yang profesional.Di antara program-program animasi, program Macromedia Flash merupakan program yang paling fleksibel untuk keperluan pembuatan animasi sehingga banyak yang menggunakan program tersebut.Macromedia Flash biasanya digunakan untuk membuat animasi web yang akan ditampilkan dalam sebuah situs internet, pembuatan animasi-animasi film, juga untuk animasi sebuah iklan (Anonim, 2004 : 14).

Keunggulan program Macromedia Flash dibanding program lain yang sejenis antara lain:

1) Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah move atau objek lain. 2) Dapat membuat perubahan transparansi warna dalam movie.

3) Membuat perubahan aimasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. 4) Dapat membuat animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan. 5) Dapat dikonversi dan dipublikasi ke dalam beberapa tipe dokumen, antara

lain .swf, .html, .gif, .jpg, .png, .exe, .mov. (Darmawan, 2002 : 18).

Sedangkan Kekurangan dari penggunaan Macromedia Flash antara lain,sebagai berikut :

1. Waktu belajarnya lama apalagi bagi yang belum pernah menggunakan

software desain grafis sebelumnya.

2. Grafisnya kurang lengkap. 3. Lambat login.

4. Kurang simpel.

5. Menunya tidak user friendly.

(14)

7. Kurang dalam 3D. Pembuatan animasi 3D cukup sulit. 8. Bahasanya pemrogramannya agak susah.

9. Ukuran file besar. 6. Kemampuan Memori

a. Pengertian Kemampuan Memori

Memori atau ingatan memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan pengalaman dengan masa lampau, sehingga dapat simpulkan bahwa apa yang diingat merupakan sesuatu yang pernah dialami. Ingatan ini melibatkan kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (1997:106) bahwa “Ingatan merupakan kemampuan untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal yang lampau”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memori atau ingatan adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya.

a. Proses Memori

Menurut Atkinson (1999: 342) “Ada tiga tahapan dalam memori meliputi tahap pemasukan pesan, penyimpanan dan pengingatan kembali”.

1) Tahap pemasukan pesan; tahap mengubah masukan informasi menjadi sebuah kode yang diterima oleh memori.

2) Tahap penyimpanan; tahap menyimpan kode yang diterima dalam memori selama waktu tertentu.

3) Tahap pengingatan kembali; tahap pencarian dan penemuan kembali sebuah kode dari tahap penyimpanan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memori

(15)

1) Sesuatu yang mempunyai makna akan lebih mudah diingat daripada yang tidak bermakna.

2) Lama interval, yaitu jarak waktu antara memasukkan informasi sampai ditimbulkannya kembali informasi itu. Semakin lama interval akan semakin berkurang kemampuan memori seseorang. 3) Isi interval, yaitu aktivitas-aktivitas yang mengisi interval. Jika

mempelajari suatu materi kemudian mempelajari materi lain, maka materi-materi itu akan saling mengganggu dalam proses memori. 4) Situasi seseorang, istirahat akan memperkuat daya retensi.

5) Perulangan, makin sering informasi diulang akan makin baik hasil yang akan diingat.

6) Emosi dapat memberikan blocking dalam mengeluarkan kembali informasi yang telah dimasukkan dalam memori.

c. Metode Pengukuran Kemampuan Memori

Menurut Burtt dan Dobel dalam Bimo Walgito (1997:116-120), pengukuran memori atau ingatan seseorang dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu:

1) Metode dengan Melihat Waktu Belajar( the learning method) Metode ini untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat berapa lama waktu yang diperlukan oleh subyek untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik; misalnya dapat menimbulkan kembali materi tersebut tanpa kesalahan. 2) Metode Mempelajari Kembali(the relearning method)

Metode ini merupakan metode yang berbentuk di mana subyek disuruh mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada suatu kriteria tertentu seperti pada saat mempelajari materi tersebut yang pertama kali.

3) Metode Rekonstruksi

(16)

waktu yang telah digunakan dan kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada kriteria tertentu.

4) Metode Mengenal Kembali (recognition)

Metode ini menggunakan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari sesuatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana materi yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar salah atau pilihan ganda.

5) Metode Mengingat Kembali (recall)

Metode ini menggunakan cara pengingatan kembali. Subyek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya, evaluasi dalam bentuk ujian essay.

6) Metode Asosiasi Berpasangan

Metode ini subyek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus dan subyek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya untuk mengetahui kemampuan mengingat.

Menurut pendapat yang di kemukakan diatas maka, kemampuan memori adalah suatu proses yang melibatkan keseluruhan sistem koordinasi yang dinamis yang mencakup kemampuan pengkodean (memasukkan ke dalam memori), penyimpanan (mempertahankan) dan pengingatan (pemanggilan kembali) informasi yang pernah diterimanya. Penelitian ini, mengukur kemampuan memori siswa dengan metode recall, yaitu siswa diminta mempelajari dan mengingat daftar istilah kimia yang berhubungan dengan sistem periodik unsur dalam waktu tertentu. Kemudian dalam waktu sepuluh menit siswa diminta menulis ulang istilah-istilah yang telah mereka pelajari ke dalam lembar kerja yang disediakan.

7. Prestasi Belajar

(17)

Menurut Sudjana (2009 : 22) prestasi belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil dari proses belajar mengajar, biasanya disebut dengan prestasi yang diperoleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu, yang meliputi penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.

Menurut Harjani (2011 : 27) hasil dari proses belajar merupakan kecakapan actual (actual ability) yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai.

Berdasarkan uraian di atas maka pengertian prestasi belajar yaitu kemampuan siswa setelah menerima pengalaman dalam proses belajar dan akibat aktivitas dalam pembelajaran yang ditunjukkan melalui perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai.

(18)

a. Ranah kognitif

Pada ranah kognitif terdapat 6 kategori yang menunjukkan kemampuan siswa dalam kemampuan kognitifnya, antara lain:

1) Remember, menggunakan pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang, contohnya siswa dapat mengenali dan mengingat tanggal-tanggal penting dalam suatu peristiwa sejarah.

2) Understand, membangun makna dari pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis, dan komunikasi grafis. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menginterprestasikan data, menemukan contoh dari suatu konsep, mengklasifikasikan ke dalam suatu kategori, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan gagasan pokok dan menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.

3) Apply, artinya melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu. Pembelajaran dapat ditunjukkan dengan kegiatan menghitung, melakukan percobaan, membuat model, dan merancang strategi penyelesaian masalah.

4) Analyze, artinya menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan penyelesaian atau gagasan serta menunjukkan hubungan antar bagian itu. Pembelajaran dapat ditunjukkan dengan mengaji ulang bagian yang relevan dan penting dari suatu materi, mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, dan membuat grafik.

5) Evaluate, artinya membuat keputusan berdasarkan pada kriteria dan standar menjadi satu kesimpulan atau konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu yang baru. Pembelajaran dapat ditunjukkan melalui menemukan penyelesaian atau solusi masalah yang paling tepat dari beberapa metode, menilai suatu data yang diobservasi yang digunakan dalam penarikan kesimpulan.

(19)

desain, merancang model produk tertentu, menciptakan produk tertentu, dan membuat laporan (Anderson, et. al, 2001:67-68).

Pada penelitian ini dalam penyusunan perangkat tes akan digunakan kategori remember, understand, dan apply yang sesuai untuk materi sistem periodik unsur pada tingkatan SMA.

b. Ranah afektif

Pada ranah afektif terdapat 5 tingkatan menurut taksonomi Krathwohl, yaitu: kemampuan menerima (receiving), merespons (responding), menilai (valuing), mengorganisasi (organization), dan memiliki karakter (characterization).

1) Receiving artinya kemampuan menerima fenomena (gejala atau sesuatu yang dapat disaksikan dengan panca indra) dan stimulus (rangsangan), dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan dengan adanya kesenangan pada diri siswa yang terkait dengan belajar.

2) Responding artinya kemampuan melakukan sesuatu dan kemampuan menanggapi, dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan dengan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan mentaati peraturan. 3) Valuing artinya menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan dengan mengapresiasi, menghargai peran, menunjukkan rasa empati dan simpati kepada orang lain.

4) Organization artinya mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem, dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan dengan menerima kelebihan dan kekerangan diri, merefleksikan pengalaman pada suatu hal, bertanggung jawab terhadap perilaku.

5) Characterization artinya suatu nilai telah menjadi karakternya, dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan melalui rajin, tepat waktu, disiplin, mandiri, obyektif dalam melihat dan memecahkan masalah (Thoha, 1991:30).

(20)

1) Sikap, merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.

2) Minat merupakan suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2007: 583), minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang diinginkan.

3) Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.

4) Nilai adalah suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Moral, berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang (Depdiknas, 2008: 3-6).

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah pengukuran pada ranah kognitif, karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu (Arikunto, 2009:177).Pada penelitian ini, penilaian ranah afektif meliputi aspek sikap, minat, konsep diri, dan nilai yang diukur menggunakan skala Likert. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 4 respon yang menunjukkan tingkatan, yaitu: Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak pernah atau Setuju sekali, Setuju, Tidak setuju dan Tidak setuju sekali.

(21)

a. Faktor Intern

Faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor jasmaniah dan psikologi. Faktor jasmaniah meliputi: kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

Faktor intern yang berhubungan dengan kemampuan memori adalah intelegensi, hal ini sesuai pendapat Thurstone dalam Winkel (1999: 139) yang menyatakan bahwa ada tujuh kemampuan primer dalam intelegensi, kemampuan primer itu disebut faktor-faktor utama yang meliputi: faktor bilangan, ingatan, penggunaan bahasa, kelancaran kata-kata, pemecahan masalah, kecepatan dan ketepatan dalam mengamati, serta pengamatan ruang. Ingatan atau kemampuan memori sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, hal ini sesuai dengan jenis belajar De Block dalam Winkel (1999: 66) bahwa pada saat mempelajari materi untuk pertama kali, siswa mengolah bahan pelajaran yang kemudian disimpan dalam ingatan dan akhirnya materi yang telah disimpan itu direproduksikan pada saat dibutuhkan. Semakin dalam pemahaman yang diperoleh pada waktu mempelajari materi untuk pertama kali, semakin baik pula prestasi mengingat kembali pada waktu mengerjakan ulangan.

b. Faktor Ekstern

(22)

8. Materi Sistem Periodik Unsur a. Perkembangan Sistem Periodik

1) Triade Dobereiner

Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat. Tiap kelompok terdiri atas 3 unsur (triad), dia menyatakan bahwa setiap golongan terdiri atas tiga unsur, dan unsur yang terletak di tengah mempunyai massa atom yang besarnya mendekati rerata massa atom dari unsur pertama dan ketiga. Johann Dobereiner mengelompokkan unsur berdasarkan kemiripan sifat ke dalam tiga kelompok yang disebut triade. Sifat triade terbatas pada beberapa kelompok unsur saja dan sistem ini kurang efisien karena ternyata ada beberapa unsur lain yang tidak termasuk dalam satu triade.

2) Oktaf Newlands

Seorang ahli kimia asal Inggris bernama A. R. Newlands, yang pada tahun 1864 menyusun unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Ternyata unsur yang berselisih 1 oktaf (unsur ke-1 dan ke-8, unsur ke-2 dan unsur ke-9), menunjukkan kemiripan sifat. Susunan unsur-unsur tersebut dikenal sebagai Hukum Oktaf Newlands. Kelemahan hukum ini karena hanya berlaku untuk unsur-unsur ringan. Jika diteruskan, ternyata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Zn mempunyai sifat yang cukup berbeda dengan Be, Mg, dan Ca.

3) Sistem Periodik Mendeleev

Tahun 1869, seorang sarjana asal Rusia bernama Dmitri Ivanovich Mendeleev, berdasarkan pengamatannya terhadap 63 unsur yang sudah dikenal ketika itu, menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya dan persamaan sifat.

(23)

horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, disebut periode.

Pengelompokkan unsur-unsur oleh Mendeleev di tunjukkan

pada:

Tabel. 2.1. Sistem Periodik Mendeleev

Kelebihan Sistem Periodik Mendeleev :

a) Dapat meramalkan tempat kosong untuk unsur yang belum ditemukan Contoh: Unsur Eka-silikon (Germanium-Ge) berada di antara Si dan Sn.

b) Menyajikan data massa atom yang lebih akurat, seperti Be dan U. c) Periode 4 dan 5 mirip dengan Sistem Periodik Modern. Contoh: K

dan Cu sama-sama berada di periode 4 golongan I. Sistem Periodik Modern K digolongan IA dan Cu di golongan IB.

d) Penempatan gas mulia yang baru ditemukan tahun 1890–1900 tidak menyebabkan perubahan susunan Mendeleev.

Kelemahan Sistem Periodik Mendeleev:

a) Adanya penempatan unsur yang tidak sesuai dengan kenaikkan massa atom. Contoh: 127I dan 128Te. Mendeleev terpaksa menempatkan Te lebih dulu daripada I. Sistem Periodik Modern berdasarkan kenaikkan nomor atom yaitu Te (Z = 52) lebih dulu dari I (Z = 53).

(24)

c) Selisih massa unsur yang berurutan tidak selalu 2, tetapi berkisar antara 1 dan 4 sehingga sukar meramalkan massa unsur yang belum diketahui secara tepat.

d) Valensi unsur yang lebih dari satu sulit diramalkan dari golongannya.

e) Anomali (penyimpangan) unsur hidrogen dari unsur yang lain tidak dijelaskan. (Brady, 1999: 126)

4) Sistem Periodik Unsur Modern

Kurang lebih 45 tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1914, Henry G. Moseley (1887 – 1915) menemukan bahwa urutan unsur dalam sistem periodik sesuai dengan kenaikan nomor atom unsur dan kemiripan sifat unsur-unsur. Lajur horisontal (periode) berdasarkan kenaikan nomor atom dan lajur vertikal (golongan) berdasarkan kemiripan sifat, pada penyusunan unsur-unsur golongan utama yang diletakkan antara golongan II A dan golongan IIIA.

Penerapan tabel sistem periodik unsur modern diatas masih mengalami kendala dalam penyebutan golongan (Gol. 1 – 18) jadi yang masih digunakan saat ini pada khususnya untuk SMA maupun SMK kelas X yaitu untuk golongan utamanya Gol. IA - VIIIA dan golongan transisi IB – VIIIB. Tabel Moseley atau dikenal dengan Tabel Sistem Periodik Modern ditunjukkan pada Gambar. 2.1.

(25)

b. Dasar Pengelompokan Unsur –unsur

Sistem periodik yang digunakan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan utama (golongan A) dan golongan transisi (golongan B). Sistem periodik modern mempunyai unsur-unsur transisi dimulai dari periode 4. Unsur-unsur logam dengan unsur-unsur nonlogam dibatasi dengan tegas dengan garis tebal. Terdapat 20 unsur nonlogam yang terpusat di daerah sudut kanan ke bawah.

Unsur-unsur yang paling reaktifterletak disebelah kiri dan sebelah kanan dalam tabel periodik. Unsur-unsur yang kurang reaktif berada di tengah. Natrium dan kalium adalah 2 unsur yang sangat reaktif yang terletak di daerah paling kiri. Logam-logam lainnya berada di golongan II. Logam-logam yang kurang reaktif berada ditengah pada tabel periodik, misalnya besi (Fe) dan tembaga (Cu).

Unsur-unsur nonlogam yang tidak reaktif berada di sebelah tengah pada sistem periodik, yaitu karbon (C) dan silikon (Si). Belerang (S) dan oksigen (O) berada di sebelah kanannya bersifat lebih reaktif. Unsur-unsur nonlogam paling reaktif adalah klorin (Cl) dan Fluorin (F) yang terletak di sisi kanan atas dalam sistem periodik.

1) Golongan

Unsur-unsur dalam lajur tegak dikelompokkan dalam 1 golongan. Sistem Periodik Unsur modern ada 8 golongan utama dan 8 golongan transisi. Golongan utama terdiri dari 8 golongan:

a) Golongan IA (golongan Alkali), terdiri atas unsur H, Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr.

b) Golongan II A (golongan Alkali tanah), terdiri atas unsur-unsur Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra.

c) Golongan IIIA (golonganAluminium), terdiri atas unsur-unsur B,Al,Ga, In dan Tl.

(26)

e) Golongan VA (golongan Nitrogen) terdiri atas unsur-unsur N, P, As, Sb, dan Bi.

f) Golongan VI A (golongan Oksigen) terdiri atas unsur-unsur O, S, Se, Te, dan Po.

g) Golongan VII A (golongan Halogen) terdiri atas unsur-unsur F, Cl, Br, I, dan At.

h) Golongan VIII A (golongan Gas Mulia) terdiri atas unsur-unsur He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn.

2) Periode

Unsur-unsur yang berada pada lajur horisontal dikelompokkan dalam 1 periode. Sistem Periodik Unsur terdapat 7 periode. Setiap periode terdiri dari unsur sebagai berikut :

a) Periode 1 berisi 2 unsur b) Periode 2 berisi 8 unsur c) Periode 3 berisi 8 unsur d) Periode 4 berisi 18 unsur e) Periode 5 berisi 18 unsur f) Periode 6 berisi 32 unsur g) Periode 7 berisi 19 unsur

Unsur yang berada dalam 1 periode sifatnya berubah secara teratur. Hal ini karena elektron valensinya juga berubah, tetapi unsur dalam 1 periode mempunyai jumlah kulit yang sama.

c. Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Periodik Unsur Perhatikanlah konfigurasi elektron golongan IA dan IIA yang ditunjukkan pada Tabel. 2.2. dan Tabel. 2.3:

(27)

Tabel. 2.3.Konfigurasi elektron golongan IIA

Berdasarkan konfigurasi elektron dua golongan unsur di atas, dapat dilihat hubungan antara konfigurasi elektron dengan letak unsur (nomor periode dan golongan) dalam sistem periodik sebagai berikut:

Periode : ditunjukkan oleh nomor kulit yang paling luar. Golongan : Jumlah elektron pada kulit terluar (elektron valensi). d. Pengelompokan Unsur Logam, Non Logam dan Metaloid

Secara Kimia, sifat logam dikaitkan dengan keelektropositifan, yaitu kecenderungan atom melepas elektron membentuk ion positif. Jadi, sifat logam akan tergantung pada energi ionisasi. Semakin besar energi ionisasi, semakin sukar bagi atom untuk melepas elektron, dan semakin berkurang sifat logamnya. Sebaliknya, sifat nonlogam dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan atom menarik elektron. Sesuai dengan kecenderungan energi ionisasi dan keelektronegatifan yang telah di bahas di atas, maka sifat logam dan nonlogam dalam sistem periodik unsur adalah sebagai berikut.

1) Kiri ke kanan dalam satu periode, sifat logam berkurang, sedangkan sifat nonlogam bertambah

2) Atas ke bawah dalam satu golongan, sifat logam bertambah, sedangkan sifat nonlogam berkurang.

(28)

terletak disekitar daerah perbatasan antara logam logam dan nonlogam, mempunyai sifat logam sekaligus sifat nonlogam. Unsur itu disebut unsur metaloid. Contohnya boron dan silikon.

e. Sifat-Sifat Periodik Unsur

Ada 4 sifat unsur yang berurusan secara periodik 1) Jari-Jari atom

Unsur-unsur yang segolongan, dari atas ke bawah memiliki jari-jari atom yang semakin besar karena jumlah kulit yang dimiliki atom semakin banyak.Hal ini dapat dilihat pada Gambar. 2.2

Gambar. 2.2. Jari-jari Atom Unsur-unsur Dalam Satu Golongan, dari Atas ke Bawah Makin Besar.

Unsur-unsur yang seperiode ditunjukkan pada Gambar. 2.3. Kiri ke kanan jari-jari atomnya semakin kecil. Hal itu disebabkan unsur-unsur yang seperiode dari kiri ke kanan memiliki jumlah kulit yang sama tetapi muatan intinya semakin besar.

Gambar. 2.3. Jari-jari Atom Unsur-unsur Dalam Satu Periode, dari Kiri ke Kanan Makin Kecil

2) Energi Ionisasi

(29)

terluar makin jauh dari inti (gaya tarikinti makin lemah), sehingga elektron terluar makin mudah dilepaskan.Sedangkan unsur-unsur yang seperiode, gaya tarik inti makin ke kanan makin kuat, sehingga energi ionisasi pada umumnya makin ke kanan makin besar.

3) Keelektronegatifan

Keelektronegatifan adalah kemampuan atau kecenderungan suatu atom untuk menangkap atau menarik elektron dari atom lain. Unsur-unsur yang segolongan, keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil sebab gaya tarik inti makin lemah. Sedangkan unsur-unsur yang seperiode, keelektronegatifan makin ke kanan makin besar.

Nilai Keelektronigatifan unsur-unsur pada sistem periodik unsur dapat dilihat pada Gambar. 2.4.

Gambar.2.4. Nilai Keelektronegatifan Unsur – Unsur Pada Sistem Periodik Unsur

4) Afinitas Elektron

(30)

(kecenderungan membentuk ion negatif). Nilai afinitas elektron unsur-unsur pada sistem periodik unsur-unsur dapat dilihat pada Tabel. 2.4.

Tabel. 2.4. Afinitas Elektron Unsur-unsur pada Golongan Utama

Berdasar sifat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam:

a) Satu golongan, afinitas elektron akan cenderung berkurang dari atas ke bawah.

b) Satu periode, afinitas elektron akan cenderung bertambah dari kiri ke kanan.

c) Semua unsur golongan utama mempunyai afinitas elektron bertanda negatif, kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia. Afinitas elektron terbesar dimiliki oleh golongan halogen.

5) Sifat Logam

Berdasarkan sifat kelogamannya, secara umum unsur dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu unsur logam, unsur non logam, dan unsur metaloid (semi logam). Logam banyak kita jumpai di sekitar kita, contohnya besi, aluminium, tembaga, perak, emas, dan lain-lain. Pada umumnya logam mempunyai sifat fisis, antara lain:

a) penghantar panas yang baik b) penghantar listrik yang baik c) permukaan logam mengkilap

(31)

Kemampuan logam untuk meregang apabila ditarik disebut

duktilitas. Kemampuan logam meregang dan menghantarkan listrik

dimanfaatkan untuk membuat kawat atau kabel. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa disebut maleabilitas. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam jenis barang, misalnya golok, pisau, cangkul, dan lain-lain.Sifat-sifat di atas tidak dimiliki oleh unsur-unsur bukan logam

(non logam).

Jika dilihat dari konfigurasi elektronnya, unsur-unsur logam cenderung melepaskan elektron (memiliki energi ionisasi yang kecil), sedangkan unsur-unsur non logam cenderung menangkap elektron (memiliki energi ionisasi yang besar). Kecenderungan sifat logam dalam sistem periodik, yaitu dalam satu golongan dari atas ke bawah

semakin besar dan dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil. Jika kita lihat pada tabel periodik unsurnya, unsur-unsur logam

berletak pada bagian kiri, sedangkan unsur-unsur non logam terletak di bagian kanan (lihat tabel periodik unsur).

Pada tabel periodik, batas antara unsur-unsur logam dan non logam sering digambarkan dengan tangga diagonal yang bergaris tebal. Unsur-unsur di daerah perbatasan mempunyai sifat ganda. Misalnya logam berilium (Be) dan aluminium (Al), logam-logam tersebut

memiliki beberapa sifat bukan logam, dan biasa disebut unsur amfoter. Adapun logam yang berada di sebelahnya (dalam tabel

periodik) yaitu Boron (B) dan Silikon (Si) merupakan unsur non logam

(32)

6) Titik Leleh dan Titik Didih

Berdasarkan titik leleh dan titik didih dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Satu periode, titik leleh dan titik didih naik dari kiri ke kanan sampai golongan IVA, kemudian turun drastis. Titik leleh dan titik didih terendah dimiliki oleh unsur golongan VIIIA.

b) Satu golongan, ternyata ada dua jenis kecenderungan: unsur-unsur golongan IA – IVA, titik leleh dan titik didih makin rendah dari atas ke bawah; unsur-unsur golongan VA – VIIIA, titik leleh dan titik didihnya makin tinggi.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pengamatan, sebagian besar pembelajaran yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Sragen masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang cenderung bersifat satu arah, serta belum optimalnya penggunaan media pembelajaran, sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, pembelajaran menjadi kurang bermakna dan berdampak pada proses dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan pembelajaran, kurang terlihat antusias siswa dalam bertanya jika kurang mengerti atau mengemukakan pendapatnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian tindakan untuk mendapatkan model pembelajaran yang tepat, sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran.

Materi sistem periodik unsur merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran kimia yang relatif baru bagi siswa SMK kelas X. Materi ini berisi tentang konsep-konsep dan teori-teori dimana keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar akan menanamkan konsep yang lebih kuat jika dibandingkan dengan siswa yang hanya mendengarkan keterangan dari guru saja. Materi ini juga memerlukan daya pemahaman dan daya hafalan yang cukup sehingga diperlukan suatu metode yang dapat mempermudah cara belajar siswa.

(33)

Trio Exchange (RTE) dimungkinkan prestasi belajar siswa akan meningkat

karena mengajak siswa untuk berpikir sendiri kemudian bekerja dalam kelompok. Hal itu menjadikan setiap siswa untuk berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan persoalan bersama kelompoknya.

Visualisasi gambar maupun video yang terdapat dalam multimedia diharapkan dapat membantu siswa untuk memberikan gambaran atau kondisi yang lebih nyata (konkrit) sehingga siswa dapat terangsang untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran misalnya bertanya, berpendapat dan lain sebagainya

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kemampuan memori. Kemampuan memori merupakan kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk memasukkan, menyimpan dan menimbulkan kembali hal-hal yang telah lampau (Walgito, 1997: 106).

Proses belajar mengajar terjadi transfer informasi baik dari guru ke siswa ataupun dari siswa yang satu ke siswa yang lain. Kemampuan memori diperlukan oleh siswa dalam proses belajar mengajar, terutama pada materi sistem periodik unsur mrupakan salah satu ilmu kimia yang banyak tentang konsep-konsep dan teori-teori.Semakin tinggi kemampuan memori siswa terhadap suatu informasi, akan semakin mudah dalam belajarnya. Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat dimungkinkan bahwa kemampuan memori dapat meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa.

(34)

Materi sistem periodik unsur berisi tentang konsep-konsep dan teori-teori sehingga memerlukan daya pemahaman dan daya hafalan, urutan unsur dari masing-masing golongan, sifat-sifat unsur secara periodik. Materi sistem periodik unsur dapat dikuasai dengan baik apabila kemampuan memori baik. Menurut pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memori berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif siswa, dimana siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar kognitif. Kemampuan memori tidak akan berpengaruh terhadap prestasi belajar afektif siswa.

Penerapan model Rotating Trio Exchange (RTE) disertai macro media

flash diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memori dan prestasi belajar

siswa. Skema kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar. 2.5.

Gambar. 2.5. Skema Kerangka Berpikir Kondisi

Akhir Tindakan

Kondisi Awal

Belum diterapkan model

kooperatif RTE disertai macro media flash pada pembelajaran materi Sistem Periodik Unsur

Penerapan model kooperatif RTE disertai macro media flash pada pembelajaran materi Sistem Periodik Unsur

Peningkatan kemampuan memori dan prestasi belajar siswa pada materi Sistem periodik unsur kelas X SMK Muhammadiyah 2 Sragen

Pembelajaran masih berpusat pada guru dengan

menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas

Siklus I:

Penerapan model kooperatif RTE disertai macro media flash

Siklus II:

Penerapan model kooperatif RTE disertai macro media flash

Kemampuan memori dan prestasi belajar siswa belum tercapai

(35)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran RTE dilengkapi macromedia flash dapat meningkatkan kemampuan memori siswa di SMK Muhammmadiyah 2 Sragen pada materi sistem periodikunsur.

Referensi

Dokumen terkait

1) Perubahan iklim sebagai fenomena global membutuhkan kesepahaman antara beragam pemangku kepentingan. Pemahaman bersama menjadi pintu masuk dalam isu lingkungan hidup yang

comissioning, sebelum dapat direplikasi lebih luas lagi. Modul SIKIPAS, telah memberikan suatu pembelajaran dan pembuktian bahwa insan generasi muda di lingkungan Kementerian

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dalam pengumpulan data penelitian hingga penafsirannya banyak menggunakan angka, Pengumpulan data dalam

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas nikmat-Nya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Magang (KKM) STIE PGRI Dewantara Jombang dapat diselesaikan tepat

Tekan tombol “ON” untuk mengatur waktu unit menjadi aktif (RUN) sesuai kebutuhan dan karakter “I” dari “ I” pada remote control akan berkedip (dapat dipilih dari 1 jam

57 Pengembangan dan Pengembangan dan Perencanaan dan Pengawasan 1 pkt Pendahara 44,814,000 DDL Pengadaan Maret 2014 30 HK Pemanfaatan Sarana Prasarana Pemanfaatan Sarana

Dari hasil analisa penelitian tentang pengaruh penambahan berbagai minyak nabati sebagai bahan pelunak terhadap sifat fisik produk karet sol sepatu Sifat fisika