KARYA CIPTA INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
EDISI
02/Tahun XV
Februari 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
HPSN 2017
Kelola Sampah
dari Sumbernya
HPSN 2017
17
daftar isi
EDISI
02/Tahun XV
Februari 2017
04
20
15
10
04
BERITA UTAMA HPSN 2017Kelola Sampah dari Sumbernya
08
LIPUTAN KHUSUSIndonesia dan Jepang Tingkatkan Kerjasama Pembangunan Infrastruktur
10
INFO BARUSanimas Tuntaskan Perilaku BABS di Jorong Balai Akad
11
Cipta Karya Siap BantuAtasi Permasalahan Pembangunan Keraton Kasunanan Surakarta
12
Berpartisipasi dalam Program CSR Atlas Copco di Kabupaten Serang13
Cipta Karya Anggarkan 50 Miliar untuk Daerah Tambak Lorok Semarang14
Bupati Pringsewu LampungResmikan Kawasan Pekon Jati Lampung
15
Bupati Seluma Resmikan TPS-3R Desa Lawang Agung16
Menteri PUPR TinjauKawasan Kumuh di Kota Ambon
17
Bupati Pamekasan Resmikan TPA Angsanah18
Satker PSPLP Jawa Timur Peringati Hari Peduli Sampah Nasional 201719
Satker PKP Lampung Gelar Bakti Sosial di Lokasi Banjir Kota Bandar Lampung20
INOVASIBekal Nikmat, Manfaatpun Di Dapat
22
Pengembangan (Lagi) Modul SIKIPAS: Karya Generasi Mudauntuk Sektor Persampahan Indonesia
26
Kebijakan PemampuanMasyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk Miliki Rumah Layak Huni
30
SEBAIKNYA ANDA TAHU Fakta Sampah di Indonesia31
Masa Waktu Penguraian Sampah32
LENSA CK Aksi Jumat Bersih Peringati HPSN 201733
Kunjungan Dirjen Cipta Karya Ke Kawasan Bulak, Kota Surabaya34
SEPUTAR KITAFasilitator Sanimas Sumbar Sebagai Ujung Tombak Perubahan Perilaku Bebas BABS
Pemerintah Kota Kotamobagu Tandatangani Dokumen Serah Terima Pengelolaan Aset TPA
Sanimas Nagari Cubadak Berfungsi Sebagai Ruang Terbuka Publik
editorial
PELINDUNG
Sri Hartoyo
PENANGGUNG JAWAB
Rina Agustin Indriani
DEWAN REDAKSI
Dwityo A. Soeranto, Adjar Prajudi, Rina Farida, Dodi Krispratmadi, Mochammad Natsir
PEMIMPIN REDAKSI
Mardi Parnowiyoto
PENYUNTING REDAKSI
Ardhani P, Indah Raftiarty ER, Astaf Aji Pranaya
BAGIAN PRODUKSI
Ari Iswanti, Bramanti Nawang Sari, Dewi Savitri, Rizqiah Darmawiasih
BAGIAN ADMINISTRASI & DISTRIBUSI
Fajar Drestha Birawa, Harniati Ulfah
KONTRIBUTOR
Sri Murni Edi K, Taufan Madiasworo, Edward Abdurrahman, Tanozisochi Lase,
Diana Kusumastuti, Dian Irawati, Marsaulina Pasaribu, Didiet A. Akhdiat,
Nieke Nindyaputri, Prasetyo, M. Sundoro, Darmawel Umar, Sandhi Eko Bramono, Ade Syaiful Rachman,
Kusumawardhani, Indah Widyahapsari, Bhima Dhananjaya, Airyn Saputri Harahap, Meinar
Manurung
ALAMAT REDAKSI
Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru 12110 Telp/Fax. 021-7245754
Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke email kompuck@gmail.com atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id
http://ciptakarya.pu.go.id @ditjenck
@ditjenciptakarya Ditjen Cipta Karya Ditjen Cipta Karya kompuck@gmail.com
Menjaga Kemaritiman Indonesia
dari Sampah
G
lobal Campaign of Clean Sea Champion Country”, kalimat tersebut merupakan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2017 yang diusulkan oleh UNEP (United Nations Environment Programme). Tema tersebut sejalan dengan tema besar Hari Peduli Sam pah Nasional (HPSN) 2017, yaitu “Melaksanakan Pengelolaan Sampah Terintegrasi da ri Gunung, Sungai, Kota, Pantai, hingga Laut untuk Mewujudkan Indonesia Bersih Sampah 2020”. Uniknya, pada acara puncaknya di tanggal 21 Februari, tagline yang digunakan adalah “Nenek Moyangku Seorang Pelaut, Bukan Pembuang Sampah ke Laut”.Isu terkait laut merujuk kepada permasalahan sampah di Indonesia yang kini menjadi perhatian publik nasional bahkan sampai internasional melalui hasil penelitian Jena R. Jambeck. Penelitian dengan judul “Plastic Waste Inputs from Land into the Ocean” di tahun 2015 itu menyajikan data yang cukup memprihatinkan bahwa potensi sampah plastik yang mencemari lautan Indonesia telah mencapai kurang lebih 187 juta ton per tahun. Kesimpulannya, Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia setelah Cina yang menyumbang sampah ke lautan. Perlu ada “penyegaran” kembali terhadap sejarah bangsa Indonesia yang merupakan penjelajah bahari dan melestarikan sumber daya laut, bukan malah pembuang sampah lautan.
Hal ini bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah yang tengah mengembang kan pembangunan sektor pariwisata dan infrastruktur transportasi penghubung antar kepulauan di Indonesia. Mengingat pembangunan tersebut perlu ditunjang dengan kondisi lingkungan laut yang bebas sempah terutama di kawasan pesisir dan laut. Maka dari itu peringatan HPSN 2017 tidak hanya sekedar acara seremonial belaka, namun juga dituangkan ke dalam aktivitas nyata oleh stakeholder terkait seperti pembersihan laut dan pantai di seluruh wilayah Indonesia, terutama wilayah yang tingkat pencemarannya tinggi.
Rangkaian acara ini selain kegiatan kampanye, talk show, seminar, sosialisasi, maupun pelatihan, juga diselenggarakan kegiatan kreatif inovatif di tingkat kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Mulai dari bersihbersih pantai secara serempak di kawasan pantai wisata, pembersihan terumbu karang dari sampah pada titik penyelaman, pameran terkait
kreatifitas dan inovasi daur ulang sampah, sampai dengan penghargaan kepada tokoh,
aktivis, komunitas peduli sampah yang telah terbukti keterlibatannya dalam mengelola sampah secara aktif di masingmasing wilayahnya. Tidak lupa, setelah after-event seluruh panitia dihimbau agar menerapkan konsep less waste event yang intinya meminimalisir produksi timbulan sampah baik dari atribut acara, sampai limbah yang dihasilkan setelah penyelenggaraan acara ini.
Penggunaan tagline retrospektif dalam HPSN 2017 sesungguhnya mengingatkan
sekaligus menumbuhkan kembali jati diri bangsa Indonesia, yang secara geografis dan filosofis tidak terlepas dari kehidupan maritim (yang bebas sampah pastinya).
HPSN 2017
Kelola Sampah
dari Sumbernya
“Kita tidak akan mungkin bisa meniadakan sampah 100 persen.
Sebab, sampah merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Namun, yang terpenting adalah pengelolaan sampah yang baik,”
jelas Jusuf Kalla saat puncak acara peringatan Hari Peduli Sampah
Nasional (HPSN) tahun 2017 di Surabaya.
berita utama
P
ada tahun 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menya tukan niat untuk mendukung Na wa cita pemerintah dalam menyumbang per tumbuhan ekonomi nasional. Pemba ngu nan infrastruktur atau jasa kons truksi me ru pakan salah satu dari empat pilar peno pang selain kedaulatan pangan dan energi, daya saing industri dan per da gangan, pembiayaan pembangunan yang berke sinam bungan, dan ekonomi yang in klu sif atau pe me rataan akses. Menurut Wapres, sampah bisa menjadi kawan tetapi juga bisa menjadi lawan. Pada hakekatnya sampah menjadi kawan bila dikelola dan diolah dengan baik dan akan menjadi benda bernilai ekonomis. Hal berbalik seperti sumber penyakit dan bencana banjir akan menghampiri jika sampah tidak dikelola dengan baik.per lu ada upaya yang berkelanjutan yang me li batkan semua pihak untuk dapat me wujud kan citacita Indonesia bersih sam pah pada tahun 2020.
Berkenaan dengan hal tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengajak selu ruh masyarakat untuk ikut mendukung ge rakan kerelawanan menuju Indonesia be bas sampah pada tahun 2020.
“Saya yakin hanya dengan gerakan ko lektif yang masif, kita bisa berhasil dalam melakukan pengelolaan sampah,” kata Men teri Basuki.
HPSN tahun 2017 diperingati untuk me ngajak dan meningkatkan kesadaran ma sya rakat terhadap pengelolaan sampah. Ke giatan HPSN yang bertemakan “Peduli Sam pah Nasional 2017” juga sejalan dengan pem bangunan yang berkelanjutan untuk me wu judkan Indonesia bebas sampah ta hun 2020. Dampaknya tentu bukan hanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia, tapi juga menambah kenyamanan wisatawan
asing yang masuk ke berbagai destinasi wi sata Indonesia akan terus bertambah jum lahnya.
Dirjen Cipta Karya Sri Hartoyo meng ungkapkan, dalam rangka memperingati HPSN 2017 tersebut akan semakin men dorong kita semua untuk ikut serta merta dalam menangani sampah. “Kita harus mulai mendorong agar masalah sampah ini bisa ditangani dengan sebaikbainya, dalam arti menerapkan prinsip TPS 3R (reduse, reuse, recycle),” ujar Sri Hartoyo.
Reduce berarti kegiatan membatasi atau meminimalkan produk sampah, reuse yaitu kegiatan menggunaulang atau upaya un tuk menggunakan kembali sampah se cara langsung, dan recycle adalah kegiatan mendaur ulang dengan upaya untuk meman faatkan kembali sampah setelah melalui proses.
Lebih lanjut, prinsip TPS 3R dapat me ngurangi beban TPA semaksimal mungkin jika menerapkan prinsip tersebut dari sumbernya yakni dengan mulai melakukan pemilihan
sampah antara sampah kertas, organik, plas tik, dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Di samping mengurangi kuantitas sam pah, adanya TPS 3R juga memberikan pem belajaran pengelolaan sampah kepada ma sya rakat melalui sumbernya dan penye rapan tenaga kerja.
“Jadi tidak semua sampah dari asal atau sumbernya itu diambil dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan keterlibatan masyarakat, timbunan sampah bisa berkurang hingga 70%,” jelas Sri Hartoyo. Salah satu contoh pembangunan TPS 3R pada 2016 yang merupakan kerja bersama antara Kementerian PUPR, Pemerintah Daerah, dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yakni di Muara Jepu, Provinsi Bangka Belitung dan Amrih Lestari di Yogyakarta yang mengolah sampah menjadi pupuk.
pada tahap awal, penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM), pelaksanaan kons truksi TPS 3R dan monitoring serta eva luasi paska konstruksi.
Di Muara Jepu, TPS 3R dibangun di atas lahan seluas 200 m² dan memanfaatkan ta nah hibah. Pilihan teknologi yang digunakan
adalah kompos sistem open window dan keranjang “Takakura Susun”. Pendanaannya bersumber dari APBN sebesar Rp. 400 juta dan swadaya masyarakat sebesar Rp. 6 juta, yang dapat melayani hingga 120 KK.
Sedangkan untuk, TPS 3R Amrih Lestari sendiri yang memiliki luas 200 m² dan berada
di atas tanah kas desa. Meski menggunakan dana yang lebih sedikit dari APBN, sebesar Rp. 382,1 juta, namun KSM Amrih Lestari dapat melayani sekitar 400 hingga 500 KK.
Dalam periode 20162019, ditargetkan dapat dibangun TPS 3R di 5.279 lokasi de ngan kebutuhan dana sekitar Rp. 1 triliun.
Persoalan sanitasi di Indonesia meru pa kan persoalan yang serius, hal ini terbukti dari hasil Asia Pasific MDGs report 20142015 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki urutan ke delapan dengan akses sanitasi penduduk sejumlah 59%, dimana hal ini dikategorikan terlambat dalam mengakses ketepatan mencapai MDGs. Pencapaian pem bangunan sanitasi di Indonesia sudah di atas 50% pada tahun 2015. Untuk bidang air limbah sudah mencapai 62,14%, persam pahan 86,73%, dan drainase pada angka 58,85 %.
bidang sanitasi sebagai pengarusutamaan pembangunan, peningkatan kesadaran ma sya rakat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pemanfaatan alternatif sumber pendanaan di luar pemerintah (APBN/APBD) dan pemenuhan readiness criteria oleh Peme rintah Daerah untuk mewujudkan im ple men tasi pembangunan infrastruktur sani tasi. Untuk bidang persampahan, meskipun capaian pembangunannya hampir mencapai 100%, masih diperlukan pembangunan guna mewujudkan permukiman yang sehat dengan lingkungan yang bersih dalam rangka pe ningkatan kualitas hidup.
Dalam upaya mewujudkan kondisi permu kiman yang sehat sebagaimana mestinya, diperlukan strategi, rencana kegiatan, dan program secara terpadu. Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menyiapkan kegiatan strategis guna men dukung Indonesia bebas sampah tahun 2020. Pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melakukan pembangunan infrastruktur permukiman bidang persam pa han melalui pembangunan TPA regional di 2 kabupaten/kota, pembangunan TPA skala kota di 46 kabupaten/kota, pembangunan TPST/ TPS 3R di 193 kawasan pada 145 kabupaten/ kota, dan pembangunan infra struk tur fasilitas pengolahan sementara sam pah di 3 kawasan pada 3 kabupaten/kota.
Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Cipta Karya optimis dapat mendukung ge rakan Indonesia bebas sampah tahun 2020 dengan me nyiapkan kegiatan strategis be rupa pem bangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional di 3 (tiga) kota yaitu TPA Regional Banjar Bakula, Banjarmasin, TPA
Regional Nambo, Bogor dan TPA Regional Legok Nangka, Bandung.
Direktur Jenderal Cipta Karya Sri Har toyo menambahkan bahwa, “jika kedua TPA Regional tersebut (TPA Regional Legok Nangka, Bandung dan TPA Regional Nambo, Bogor) telah selesai dibangun akan menjadi TPA regional pertama di Indonesia yang pe ngelolaan sampahnya secara terpadu meng gunakan teknologi modern dan ramah ling kungan,” jelas Sri Hartoyo.
Selain kegiatan pembangunan fisik, juga dilakukan pembangunan non fisik yang
meliputi kampanye, edukasi dan promosi sanitasi, advokasi Pemerintah Daerah (ek sekutif dan legislatif), bantuan teknis kelem bagaan, pendampingan updating Stra tegi Sa nitasi Kota (SSK), memorandum pro g ram, Detail Engineering Design (DED), sinkronisasi lintas sektor, serta peningkatan kapasitas SDM. Dengan begitu diharapkan agar ma syarakat memiliki kesadaran PHBS yang baik. Pemerintah Daerah berkomitmen untuk pembangunan sanitasi, kelembagaan sanitasi yang kuat, serta terpenuhinya gap kebutuhan pendanaan.
Sementara, sudah banyak orang mulai menyadari bahwa sampah bukanlah masalah. Namun baru sedikit orang yang memulai aksinya dengan konsep 3R untuk mengurangi sebanyakbanyaknya sampah dari sumbernya sebelum dibuang ke TPA. (Teks: Redaksi)
TPA Muara Fajar
liputan khusus
Menindaklanjuti kerja sama antara Indonesia dan Jepang di bidang infrastruktur dan pariwisata,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengadakan The Fourth High Level
Meeting on Infrastructure di Jakarta, Jumat (22/02/2017).
P
ertemuan keempat ini bertujuan un tuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masingmasing negara. Baik Pemerintah Jepang dan Indonesia, saling membuka diri untuk mempelajari pengetahuan yang ber dampak baik untuk pembangunan yang ber kesinambungan, khususnya bidang per mukiman, jalan dan jembatan serta pari wisata. Dalam pengembangan pem bangunan pada sektor tersebut, dapat mem buat per tumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan pengembangan sumber daya ma nusia. Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Anita Firmanti mengingatkan, agar Kemen terian PUPR dapat mengambil ilmu dariMinistry for Land, Infrastructure, Transport and
Tourism of Japan, dan dapat mene rapkannya di Indonesia.
Sementara, Vice Minister for Land, Infra
structure, Transport and Tourism of Japan
Masafumi MORI mengungkapkan, jajaran instansinya akan belajar dari Indonesia kare na beberapa tantangan dalam pembangunan di Jepang dan Indonesia hampir sama, seperti terkait bencana alam dan struktur tanah. Oleh sebab itu, strategi yang digunakan Indonesia dalam pembangunan dapat juga diterapkan di Jepang.
Dalam Pleno dibahas mengenai tanta ngan dalam pengembangan infrastruktur atau yang dikenal dengan sebutan Nawacita. Dengan mengatasi tantangan tersebut, maka pengembangan infrastruktur akan berjalan dengan baik. Tantangan yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya sendiri ada lah pencapaian Gerakan 1000100 dalam 3 aspek pembangunan, yaitu 100% akses aman air minum, 0% kawasan kumuh dan
Indonesia dan Jepang
Tingkatkan Kerjasama
Pembangunan Infrastruktur
100% akses sanitasi layak. Sementara untuk pembangunan dan pengembangan di sektor pariwisata, Direktorat Jenderal Cipta Karya akan mendukung program tersebut sesuai tugas dan fungsinya yaitu pengembangan 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Urban Development Sector
Direktur Keterpaduan Infrastruktur Per mukiman Dwityo A. Soeranto dalam papa rannya dengan judul Inner City Revitalization
menjelaskan, ketidakmampuan Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan akan pembangunan perumahan dan permukiman berakibat pada tumbuhnya kawasan kumuh.
2019 serta meningkatkan kualitas keamanan dan kenyamanan bangunan gedung melalui peningkatan dan pemeliharaan keselarasan bangunan gedung dan lingkungan sekitar atau revitalisasi.
Revitalisasi adalah suatu usaha untuk mengembangkan kembali area atau bagian dari kota yang dulu merupakan daerah yang vital, tetapi kemudian mengalami penurunan dan kemerosotan. Proses revitalisasi itu sen
diri meliputi aspek fisik, aspek ekonomi dan
aspek sosial.
Revitalisasi bertujuan untuk memacu pening katan kualitas lingkungan, ekonomi se tempat dan budaya serta pengembangan dae rah dalam skala yang lebih besar dengan ke rangka kerja yang berkelanjutan dalam pengem bangan perkotaan.
Pencapaian dalam revitalisasi adalah un tuk menghidupkan kembali daerah urban dan meningkatkan nilai lingkungan, eko nomi dan sosial pada daerah tersebut, sehingga akan meningkatkan kegiatan ekonomi kualitas ling kungan, penguatan modal masyarakat, meningkatkan kapasitas dari Pemerintah Dae rah dalam pengelolaan pengembangan dae rah urban, dan meningkatkan kontribusi
finansial dari berbagai pemangku kepen
tingan.
Penerapan terbaik revitalisasi dapat terlihat pada Benteng Orange (Ternate), Ben teng Marlborough (Bengkulu), dan Ben teng Tenganan Pegrisingan, Ruang Ter buka Hijau Fatmawati (Wonosobo), Taman Sudirman (Banjarmasin), serta Benteng Wolio (BauBau).
Building Sector
Direktur Bina Penataan Bangunan Adjar Pra judi dalam paparannya membahas tentang
Role of Building Regulation in Indonesia.
Gam baran pencapaian bangunan gedung di Indonesia, dinilai dari beberapa aspek, yaitu aspek teknis, aspek administrasi dan aspek sumber daya manusia.
Dalam rangka mewujudkan bangunan gedung yang layak, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, diperlukan pe nyesuaian dengan prosedur yang ada. Pe ra nan Pemerintah Daerah dan kelompok ma syarakat sangat penting untuk mendukung penerapan peraturan bangunan gedung di daerah, melalui peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan Pemerintah Daerah serta meningkatkan kesadaran dan pe ma haman dari kelompok masyarakat melalui
sosialisasi maupun pendidikan masyarakat. Selain itu, pengembangan dari jaringan kemitraan antara asosiasi profesional, akademisi, praktisi, dan sektor swasta dibu tuhkan untuk memastikan tercapainya ba ngu nan gedung yang layak, baik dalam aspek administrasi dan aspek teknis.
Bangunan layak harus memenuhi unsur 4 K yaitu keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Keamanan, yaitu mampu untuk menahan beban, mampu bertahan dari halilintar dan mampu bertahan dari ke bakaran. Kesehatan, yaitu kualitas air, pen cahayaan, sanitasi, dan bahan bangunan yang baik. Kenyamanan, yaitu adanya ruang ergonomis, ruang terbuka, udara, peman
antara peran pengatur dengan pengelola air limbah di beberapa kota dan kawasan di Indonesia, terbatasnya sumber daya manusia yang berkompetensi dalam mengelola, ku rangnya koordinasi yang efektif mengenai petugas pengelolaan air limbah, kurangnya peraturan mengenai pengelolaan air limbah termasuk peraturan pelaksanaanm kurangnya pemanfaatan dari potensi air limbah.
Lebih lanjut ia menuturkan, Indonesia masih tertinggal cukup jauh dari Jepang da lam penanganan air limbah maka Indonesia dapat menerapkan beberapa pengalaman Jepang dalam menangani air limbah seperti peraturan atau bentuk institusinya. Salah satu infrastruktur pengolahan air limbah
dangan, tahan getaran dan kebisingan. Ke mudahan akses yakni kemudahan untuk ke luar masuk bangunan dan kelengkapan fa si litasnya.
Wastewater Management Sector
Direktur Pengembangan Penyehatan Ling kungan Permukiman (PPLP) Dodi Krispatmadi mengungkapkan, Ditjen Cipta Karya tengah mendorong kabupaten/kota untuk membuat Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah (UPTD) khususnya yang menangani air limbah. Beberapa masalah yang sering dihadapi da lam mengembangkan pembangunan sa luran air limbah yaitu, banyaknya pengem bangan air limbah yang tidak mempunyai pemisah
yang telah dibangun atau dimanfaatkan yaitu Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) di Bali.
DSDP dibangun bertujuan untuk melin dungi sungai, laut dan air tanah agar tidak terjadi pencemaran, memperbaiki lingkungan yang berkualitas di pulau Bali sebagai des tinasi wisata Internasional, memanfaatkan kembali air tanah yang sudah terkontaminasi baik sungai maupun laut.
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Jorong
Balai Akad, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, telah
menjadikan masyarakat tidak berperilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS).
Sanimas Tuntaskan
Perilaku BABS
di Jorong Balai Akad
H
al tersebut diungkapkan oleh Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Balai Akad, Yusri Yanto, ketika pe resmian dan serah terima pekerjaan Sa nimas Reguler di Jorong Balai Akad, Kamis (9/2/2016).kantong kresek dan dilemparkan ke kebun belakang rumah. IPAL ini sendiri merupakan program Sanimas Reguler tahun 2016 dan dibangun di lokasi pasar dengan pagu dana Rp. 500 juta dengan penerima manfaat 50 Kepala Keluarga (KK).
Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Ling kungan Permukiman (PSPLP) Provinsi Su matera Barat, yang diwakili PPK, Herianto mengharapkan kepada masyarakat untuk me manfaatkan dan menjaga infrastruktur yang telah dibangun.
“Agar pengelolaannya diserahkan oleh Kelompok Pemanfaat dan Penerima (KPP) dapat didukung oleh masyarakat pengguna dengan jalan musyawarah mufakat,” tutur Herianto.
Dalam serah terima dan peresmian ini dihadiri oleh perangkat Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar, Satuan Kerja PSPLP, KSM, KPP dan masyarakat Jorong Balai Akad.
(Teks: rjp /randal sumbar/ari)
Menurut Yusri Yanto sebelum diba ngun nya infrastruktur IPAL ini, masya rakat Jorong Balai Akad memiliki kebiasaan buang air besar sembarangan yang menjadi fenomena “aster”
(asoy terbang) yakni kebiasaan masyarakat yang membuang “limbah padatnya” dalam
info baru
Dirjen Cipta Karya Sri Hartoyo
menghadiri rapat koordinasi
yang diadakan oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah dengan
sejumlah kementerian, di
kantor Gubernur Provinsi Jawa
Tengah, Selasa (07/02/2017).
T
ujuan dari rakor yaitu untuk membahas permasalahan pembangunan Keraton Kasunanan Surakarta.Rakor ini juga merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden terkait perkembangan terakhir di Keraton Kasunanan Surakarta, dimana pasca penandatanganan Nota Ke sepahaman rekonsiliasi Keraton Kasu nanan Surakarta.
Hadir dalam rakor tersebut Menteri Da lam Negeri Tjahjo Kumolo beserta Di rektur Bina Penataan Bangunan, Gubernur Jawa
Cipta Karya Siap Bantu Atasi
Permasalahan Pembangunan
Keraton Kasunanan
Surakarta
kegiatan pembangunannya akan kami atur terlebih dahulu sampai pertemuan minggu ini,” ujar Sri Hartoyo.
Untuk renovasi infrastruktur kegiatan ini Sri Hartoyo berharap agar situasinya menjadi lebih baik supaya dalam pembangunan Ke raton Kasunanan Surakarta berjalan de ngan lancar.
Sementara Wali Kota Surakarta me min ta kepada Dirjen Cipta Karya untuk pem bangunan Keraton Kasunanan Surakarta dija lankan terlebih dahulu.
(Teks : yudha-randal jateng/ari)
Tengah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Menteri Pariwisata RI, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri RI, Direktur Ketahanan Seni dan Budaya Ditjen Polotik dan PUM Kemendagri RI, Wali Kota Surakarta, Direktur Bina Penataan Ba ngu nan Ditjen Cipta Karya Adjar Prajudi serta Kasubdit Ketahanan Seni dan Budaya Sura karta.
info baru
PT. Atlas Copco melaksanakan
program Corporate Social
Responsibility (CSR) tahun
2016, berupa penyediaan
fasilitas sumber air bersih, di
Desa Pasir Eurih, Kabupaten
Serang, Banten. Fasilitas
tersebut telah diserahterimakan
kepada Pemda Kabupaten
Serang, oleh Presiden Direktur
PT. Atlas Copco Horst Wesel
Selasa (07/02/2017).
A
cara tersebut dihadiri oleh Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar Skoog, Wakil Bupati Kabupaten Serang Pandji Tirtayasa, Presiden Direktur PT. Atlas Copco Horst Wesel untuk Asia Tenggara serta Robert Yap Direktur PT. Atlas Copco Indonesia.Program CSR tersebut dilaksanakan pada awal tahun 2016 lalu, yang merupakan kon tribusi Atlas Copco Group kepada masyarakat. Dalam sambutannya Presiden Direktur PT. Atlas Copco Horst Wesel mengungkapkan rasa bangganya karena Atlas Copco dapat mendukung program water4all sebagai pro yek bersama masya rakat Banten.
“Program ini merupakan program kema nusiaan karena air merupakan sumber dari kehidupan, dan manusia di belahan dunia manapun memerlukan air bersih,” tutur Horst.
Dalam kesempatannya, Duta Besar Swe dia untuk Indonesia Johanna Brismar Skoog juga mengungkapkan, proyek ini mem beri kesempatan yang lebih baik untuk me ning katkan taraf hidup masyarakat, baik da lam kesehatan maupun perekonomian.
“Diharapkan proyek bantuan air bersih ini dapat memberikan imbas besar bagi
warga sekitar. Proyek ini juga tak lepas dari dukungan dinas terkait di Kabupaten Serang, dari Bappeda Kabupaten Serang hingga Kementerian Pekerjaan Umum dan Peru ma han Rakyat,” kata Johanna.
Program ini juga berlangsung karena adanya komitmen para karyawan PT. Atlas Copco yang dengan sukarela menyisihkan peng hasilannya untuk disumbangkan dalam proyek ini.
Sementara, PPK Perencanaan dan Pe
ngen dalian Provinsi Banten Rudy Hadi sup rapto mengungkapkan apresiasi ke pada PT. Atlas Copco yang memutuskan men du kung penuh proyek ini. Proyek ini me mang mem berikan imbas besar bagi warga sekitar, ka rena 200 KK di Desa Pasir Eurih men da patkan air bersih.
Rudy juga berharap ke depannya banyak program CSR di Kementerian PUPR yang masuk ke Provinsi Banten.
(Teks: EroRandalBanten/ari)
Atlas Copco
Berpartisipasi dalam Program CSR
info baru
Dalam rangka kunjungan kerja Komisi V DPR RI pada masa
persidangan II tahun 2016-2017, Komisi V DPR RI beserta
rombongan dan didampingi Direktur Pengembangan Kawasan
Permukiman (PKP) Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Rina Farida,
mengunjungi Kota Semarang, Kamis (02/02/2017).
Cipta Karya Anggarkan
50 Miliar untuk Daerah
Tambak Lorok Semarang
W
ali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat menerima rombongan me ngatakan, Pemerintah Kota Se ma rang akan mendapatkan dukungan un tuk percepatan program pembangunan di tahun 2017 dan 2018.“Ada beberapa program yang akan diker jakan dengan anggaran Pemerintah Kota dan Pemerintah Pusat, yaitu normalisasi Kali Beringin, normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur (BKT), Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Waduk Jatibarang, penataan kawasan Kota Lama, Lampung Bahari Tambak Lorok, dan revitalisasi Pasar Ikan Tambak Lorok,” ujar Hendrar.
Sementara, Direktur PKP Rina Farida men jelaskan, revitalisasi pasar ikan Tambak Lorok akan dilakukan tahun 2017. “Ditjen Cipta Karya akan menggelontorkan anggaran Rp. 50 miliar untuk revitalisasi pasar yang dilakukan dalam 2 tahun anggaran secara multiyears (tahun jamak).
“Tahun ini sekitar Rp. 30 miliar, sedangkan sisanya di tahun 2018. Pembangunan tidak hanya pada kawasan pasar, tetapi juga berkelanjutan dengan pembangunan kolam retensi, perbaikan rumah tidak layak huni, hingga Ruang Terbuka Hijau (RTH),” tutur Rina.
Rina memastikan program di kawasan Tambak Lorok ini berjalan dengan baik. Dengan adanya revitalisasi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para pedagang dan melalui pembenahan dapat membuat pedagang merasa nyaman, sekaligus tumbuh berkembang.
(Teks: yudha-Randal Jateng/bns)
Dengan adanya revitalisasi
info baru
Bupati Pringsewu Lampung
Resmikan
Kawasan
Pekon Jati
Lampung
Bupati Pringsewu yang diwakili
oleh Asisten II Bupati Bidang
Ekonomi Pembangunan, Junaidi
Hasyim meresmikan Kawasan
Pekon Jati Lampung, Senin
(06/02/2017).
K
awasan Pekon Jati Lampung meru pakan hasil dari program pember dayaan masyarakat untuk penataan lingkungan secara mandiri yang dikenal dengan Program Penataan Ling kungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK).Menurut Junaidi, secara nasional pada tahun 2015 masih terdapat 38.431 ha luasan kumuh, sedangkan luas kawasan kumuh di Kabupaten Pringsewu berdasarkan SK Bupati adalah 46.924 ha. “Pemerintah Kabupaten Pringsewu berkomitmen mengentaskan ka wasan kumuh tersebut dalam rangka men dukung program 0% kawasan kumuh pada tahun 2019 serta menjamin keber lan jutan pendampingannya di tingkat kelu rahan,” tu tur Junaidi.
Junaidi berharap pelaksanaan melalui PLPBK di Pekon Jati Agung menjadi mo del pe lak sanaan penanganan permukiman ku muh di Kabupaten Pringsewu. Adapun kegiatan infrastruktur yang diresmikan dari prog ram PLPBK adalah drainase sepanjang 1.740 meter, rabat beton 425 meter, plat deucker 20 meter, dan pengadaan pot kem bang 24 unit, kegiatan ini dilaksanakan oleh 9 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan alokasi dana Rp. 850 juta, sedangkan untuk perencanaan PLPBK sebesar Rp. 150
Program ini memiliki konsep yang sa ngat realistis yaitu melibatkan berbagai un sur mulai dari pemerintah, masyarakat, dan kelompok peduli lainnya yang masuk da lam bingkai kolaborasi” tambahnya. Peme rin tah Provinsi Lampung sangat peduli de ngan penanganan kumuh oleh karena nya me lalui program reguler Satker PKP Pro vinsi Lampung ikut berkontribusi dalam pe na nganan wilayah kumuh termasuk di Pekon Jati Agung dan beberapa wilayah lain di Kabupaten Pringsewu,” tutur Haromie.
Bersamaan dengan peresmian kegiatan PLPBK, diresmikan juga hasil kegiatan pro gram Sanitasi Masyarakat (Sanimas IDB) berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal senilai Rp. 425 juta. Di Pekon Jati Agung, luasan permukiman kumuh ber dasarkan pendataan secara partisipatif se kitar 6,9 ha.
Sedangkan hasil validasi data baseline oleh masyarakat melalui kegiatan pemetaan swa daya adalah, total luasan kumuh di dua kecamatan dampingan program KOTAKU yak ni Kecamatan Pringsewu dan Ambarawa adalah 209,7 Ha yang tersebar di 5 kelurahan dan 18 Pekon.
(Teks: Methariska Sylvia – Randal Lampung/ari)
juta, sehingga total dana PLPBK yang dite rima Pekon Jati Agung adalah Rp. 1 miliar.
PLPBK merupakan intervensi lanjutan eks PNPM Mandiri Perkotaan yang seka rang bertransformasi menjadi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), dan merupakan
pilot project penanganan kawasan kumuh. Pekon Jati Agung merupakan satusatunya lokasi yang menerima program PLPBK di Kabupaten Pringsewu.
Selain itu Pekon Jati Agung juga mene rima sharing program dari Pemda Provinsi Lampung melalui Satuan Kerja Pengem bangan Kawasan Permukiman (Satker PKP) Provinsi Lampung berupa jalan aspal di 6 ruas jalan, jembatan gantung, dan ruang terbuka hijau senilai Rp. 3 miliar, dan dari Pemda Kabupaten Pringsewu berupa 210 meter jalan aspal senilai Rp. 175 juta.
info baru
Bupati Seluma Bundra Jaya meresmikan Tempat Pembuangan
Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS-3R) di Desa Lawang Agung
Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma, Bengkulu beberapa
waktu lalu.
D
alam sambutannya Bundra meng ung kapkan, apresiasinya ter hadap Kemen terian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Satker PSPLP Pro vinsi Bengkulu yang telah membangun TPS3R.“Semoga ke depannya TPS3R ini dapat difungsikan sebagaimana mestinya agar da pat menambah nilai ekonomi masyarakat dan diharapkan menjadi TPS3R percontohan di Provinsi Bengkulu,” tutur Bundra. Bundra berharap agar dengan adanya TPS3R ini
Bupati Seluma
Resmikan TPS-3R
Desa Lawang Agung
dapat memicu kreativitas masyarakat desa lainnya untuk mengejar ketertinggalan da lam pembangunan.
Sementara itu, Kepala Satker PSPLP Pro vinsi Bengkulu Azwar Alpian menjelaskan, serah terima TPS3R sesuai dengan kebijakan pencapaian akses universal sanitasi layak pada tahun 20152019 berupa 100% akses sanitasi. Maka dari itu dilaksanakanlah pem bangunan infrastruktur sanitasi khu sus nya di bidang persampahan, salah satunya melalui program pembangunan TPS3R.
“TPS3R ini sudah dilengkapi dengan alat pengolah sampah berupa mesin pencacah biji plastik, pencacah pupuk kompos, mesin pengayak dan kendaraan pengangkut roda tiga sehingga dapat berfungsi dalam me ngelola sampah organik dan sampah anor ganik. Sampah organik dapat diolah di sini menjadi pupuk kompos yang hasilnya dapat digunakan untuk tanaman dan dijual, se hingga bisa meningkatkan ekonomi Desa Lawang Agung,” ungkap Azwar.
Berbeda dengan peresmian sebelumnya, pada peresmian TPS3R di Desa Lawang Agung juga dilakukan pelatihan untuk ma syarakat dalam mengelola sampah. Peres mian TPS3R ini juga dihadiri oleh Kabag Humas Setda Kabupaten Seluma, Koor di nator Penyuluh BP3K, Polsek, Koramil, dan masyarakat setempat.
(Teks: Indah/Memo/Randalbkl/ari)
info baru
Menteri PUPR Tinjau
Kawasan Kumuh
di Kota Ambon
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki
Hadimuljono melakukan kunjungan kerja ke lokasi peningkatan
kualitas permukiman kumuh di kawasan Nusaniwe, Ambon, pada
Rabu,(9/2/2017).
M
enteri PUPR didampingi oleh Di rektur Pengembangan Kawasan Per mukiman Rina Farida, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Ismail Usemahu, beserta Kasatker Pengem bangan Kawasan Permukiman Julius D. Madete.Pada kesempatan ini, Menteri PUPR me lihat infrastruktur hasil kinerja Ditjen Cipta Karya melalui Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman (Satker PKP) Provinsi Maluku, khususnya penanganan kawasan kumuh dan Ruang Terbuka Publik di daerah Wainitu.
Pada tahun 2016, Kementerian PUPR me ngalokasikan dana untuk peningkatan kualitas permukiman yang semula kumuh
di Kawasan Wainitu sebesar Rp 5,13 miliar yang terdiri dari Kecamatan Sirimau dan Ke camatan Nusaniwe.
Penanganan yang dilakukan berupa pem buatan jalan lapen di Kecamatan Nusaniwe sepanjang 2.848 meter dan di Kecamatan
Sirimau sepanjang 4.429 meter dengan le bar 3,54 meter. Masyarakat di Wainitu, ke pada Menteri Basuki mengatakan sangat ter bantu dengan program kawasan kumuh dan menyampaikan terima kasihnya.
Sebelumnya kawasan tersebut bangu nannya tidak teratur, mayoritas bangunan semi permanen, drainase tak berfungsi op timal dan hanya 25% masyarakat yang me miliki jamban dan septic tank.
Kota Ambon sendiri berdasarkan Surat Ke putusan Walikota Ambon tahun 2014, me miliki kawasan kumuh seluas 102,64 ha, yang tersebar di 15 kelurahan atau desa. Dengan kategori kumuh berat terdapat di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Batu Merah se luas 22,51 ha dan Kelurahan Rijali 6,5 ha.
Sementara itu Kasatker PKP Provinsi Maluku Julius, menambahkan bahwa di dae rah tersebut direncanakan masuk dalam usu lan untuk pembangunan rusunawa.
Tidak hanya Ruang Terbuka Publik Menteri PUPR juga melakukan kunjungan kerja ke kawasan kumuh Wainitu untuk melihat pelaksanaan pekerjaan, proses pem bangunan dan pemanfaatan yang telah dira sakan oleh masyarakat melalui program KOTAKU.
“Dalam program KOTAKU telah dilak sanakan perbaikan dan pembangunan pada 85 rumah dengan kebutuhan pagu yang berbeda tergantung pada kerusakan yang perlu diperbaiki di tiap rumahnya sesuai dengan dana yang telah dianggarkan,” kata Julius.
Lanjut Julius, masyarakat daerah Wai nitu sangat antusias menyambut keda ta ngan Menteri PUPR. Mereka langsung me ngu capkan terima kasih karena sangat me rasa terbantu dengan adanya program KOTAKU ini.
info baru
Dalam momentum memperingati Hari Peduli Sampah Nasional
2017, Bupati Pamekasan Achmad Syafii meresmikan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Angsanah yang berada di lokasi Desa
Angsanah, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Rabu
(22/2/2017).
Bupati Pamekasan Resmikan
TPA Angsanah
T
ujuan peresmian TPA Angsanah yaitu untuk mensosialisasikan dan mem provokasi masyarakat di KabupatenPamekasan supaya lebih peduli terhadap ling kungan, serta mewujudkan Indonesia ber sih sampah tahun 2020.
Achmad Syafii mengungkapkan, penge
lo laan sampah menggunakan sanitary
land-fill ini sangat penting, karena sampah akan dikelola dengan baik dan ditempatkan secara khusus sehingga tidak menimbulkan bau, termasuk air lindi yang berasal dari sampah tersebut.
“Ada sampah organik, dan sampah anor ganik yang nantinya akan dikelola menjadi pupuk organik, jadi nantinya kita harap kan sampah itu menjadi sepertiga bagian kemudian ditimbun sampai beberapa tahun,” ujarnya.
Achmad Syafii berharap, agar sampah
yang dikirim ke TPA Angsanah dapat dikelola dengan baik yang artinya telah terpisahkan sampah anorganik dan sampah organik.
Sementara itu, Dirjen Cipta Karya yang diwakili oleh Kasubdit Persampahan, Direk torat Pengembangan Penyehatan Ling ku ngan Permukiman (PPLP) Kementerian Pe kerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Moh. Sundoro mengatakan, perlu peran serta dari seluruh stakeholder untuk melakukan usaha yang berkelanjutan sebagai upaya pe nanganan sampah di Indonesia.
Moh. Sundoro menjelaskan, TPA Angsanah ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sesuai dengan fungsinya untuk melayani masyarakat, khususnya masyarakat per ko taan terkait sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Pamekasan.
Selain itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pamekasan Amin Jabir, dalam sambutannya menuturkan, Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN) merupakan momentum untuk memperbaiki pengelolaan sampah dan mensosialisasikan masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan di sekitarnya, selain itu guna mewujudkan visi Indonesia bersih sampah tahun 2020.
Turut hadir dalam acara itu, Kasatker Pe ngembangan Penyehatan Lingkungan Per mukiman (PPLP) Jawa Timur Dahlia Era wati, dan anggota Forum Komunikasi Pim pinan Daerah (Forkopimda), Kepala Dinas Ling kungan Hidup (DLH) Kabupaten Pame kasan, serta masyarakat di sektiar TPA Angsanah. Setelah acara peresmian ini dila kukan juga penanaman pohon bersama dan serah terima bantuan alat berat dari Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR.
info baru
Menindaklanjuti Surat Edaran
Menteri PUPR Nomor 4 tentang
pelaksanaan Hari Peduli
Sampah Nasional (HSPN) tahun
2017, Satker Pengembangan
Sistem Penyehatan Lingkungan
Permukiman (PSPLP) Provinsi
Jawa Timur melaksanakan
kegiatan kerja bakti dan
edukasi pengolahan sampah
dengan pola 3R yaitu Reuse,
Reduce, Recycle di Surabaya,
Jumat (24/02/2017).
Satker PSPLP Jawa Timur
PERINGATI HARI PEDULI SAMPAH NASIONAL 2017
T
ujuan diselenggarakan kegiatan ini untuk lebih peduli terhadap sampah dan menjaga ekosistem lingkungan yang perlu dijaga dan dilestarikan agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup di masa sekarang dan yang akan datang. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh pimpinan dan staf di lingkungan Satker PSPLP Provinsi Jawa Timur.Kepala Satker PSPLP Dahlia Erawati me ngatakan, sampah adalah tanggung jawab bersama dan untuk dikelola dengan baik. “Kita harus sadar dan mengikuti peraturan terkait pengelolaan sampah guna mengatasi permasalahan sampah yang ada di sekitar
lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi serta memilah, dan meletakkan sampah pada tem patnya juga mengelola sampah secara ber tanggung jawab,” ungkapnya.
Dahlia berharap, seluruh karyawan da pat menerapkan pengelolaan sampah ini di rumah masingmasing dan lingkungan sekitarnya. Sehingga akan tercipta ling ku ngan bersih dari sampah, sehat dan nya man, serta dapat terwujud Indonesia bebas sampah tahun 2020.
(Teks: bap/randaljatim/ari)
info baru
Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP)
Provinsi Lampung beserta tim Kelompok Kerja PKP Nuwo Berseri
Kota Bandar Lampung serta tim KOTAKU Kota Bandar Lampung
menggelar bakti sosial di sejumlah lokasi banjir Kota Bandar
Lampung, Jumat (24/02/2017).
Satker PKP Lampung Gelar Bakti Sosial
di Lokasi Banjir Kota Bandar Lampung
H
ujan deras dalam satu pekan terakhir mengakibatkan banjir di beberapa wilayah di Lampung. Di Kota Bandar Lampung ada beberapa wilayah dengan ketinggian air mencapai 1 meter, salah sa tunya di Kelurahan Kuripan, Kecamatan Teluk Betung Timur.Untuk meringankan beban para kor ban, Satker PKP Provinsi Lampung melakukan peng galangan dana, memberikan pakaian layak beserta bantuan makanan dan sem bako. “Langkah ini kita ambil atas da sar kemanusiaan dan keprihatinan ter ha dap korban banjir, mengingat harta ben da masyarakat tidak dapat digunakan. Ak ses air minum dan air bersih terputus di
Karang Raya,” ujar Kasatker PKP Provinsi Lam pung Haromie Aqsho.
Haromie mengharapkan, ke depan ada sebuah solusi yang dapat mengurangi resiko banjir di beberapa wilayah yang rentan banjir. Sementara perbaikan sistem drainase dan normalisasi sungai nampaknya perlu dilakukan guna mengurangi dampak banjir.
(Teks: Methariska Sylvia – Randal Lampung/ bns)
inovasi
BEKAL NIKMAT,
MANFAATPUN DI DAPAT
D
i setiap sekolah pasti memiliki kantin sekolah, begitu juga dengan sekolah penulis. Setiap jam istirahat berbunyi, kantin sekolah selalu dipadati siswasiswi SD Karya Yosef, SMP, dan SMA Santo Petrus. Akibatnya, setelah kegiatan di sekolah usai tempat sampah penuh dan masih banyak pelajar yang membuang sampah sembarangan.Penulis menganggap hal ini adalah “ma salah” yang tidak boleh dibiarkan, sam pahsampah akan bertambah terus setiap harinya. Perlu segera mencari solu sinya, dan pihak sekolah sepakat mem buat program “membawa bekal dari rumah”. Untuk menunjang program tersebut, penulis mem buat sebuah poster yang ditempel di tempat tempat strategis di sekolah agar yang
Belinda Phelia *)
Salam Sanitasi!!
inovasi
Mengatasi masalah sampah tentu dari hal yang
terkecil yang dapat kita lakukan dan tentu dari
lingkungan terdekat kita terlebih dahulu seperti
di lingkungan dalam rumah, sekolah, dan yang
terpenting adalah kesadaran dari diri sendiri,
karena masalah sampah adalah tanggung jawab
bersama.
Manfaat membawa
bekal dari rumah
sangat besar, selain
mengurangi jumlah
sampah, juga membuat
hidup kita lebih sehat,
karena bekal dari
rumah lebih terjamin
kebersihannya.
me lihat poster itu sadar dan termotivasi ke mudian melakukannya.
Tidak lama sejak program ini diterapkan, efeknya sungguh luar biasa, sampahsampah mulai berkurang 80%. Penulis berharap ini adalah kesadaran dari pribadi siswa untuk membantu mengurangi sampah di sekolah, bukan karena takut dimarahi guru atau melanggar program yang diterapkan di sekolah.
Manfaat membawa bekal dari rumah sangat besar, selain mengurangi jumlah sampah, juga membuat hidup kita lebih sehat, karena bekal dari rumah lebih terjamin
kebersihannya. Di samping itu, dapat men jalin keakraban dan menumbuhkan rasa kekeluargaan antar sesama teman sekelas, ini pengalaman yang penulis rasakan sendiri.
Setiap lonceng istirahat berbunyi, kemudian berkumpul bersama sambil membawa bekal masingmasing dan makan bersama, bahkan berbagi bekal tersebut.
Jika program ini diterapkan di sekolah sekolah, tentu akan sangat membantu me ngatasi masalah sampah juga dapat me ngajarkan kepada para siswa agar tidak jajan sembarangan karena kurang terjamin kebersihannya.
Jadi, selain bekal yang dibawa sendiri dari rumah lebih sehat dan nikmat, juga mendatangkan banyak manfaat.
Mengatasi masalah sampah tentu dari hal yang terkecil yang dapat kita lakukan dan tentu dari lingkungan terdekat kita terlebih dahulu seperti di lingkungan dalam rumah, sekolah, dan yang terpenting adalah kesadaran dari diri sendiri, karena masalah sampah adalah tanggung jawab bersama. Jadi, tunggu apa lagi “mari kita lakukan se karang juga!”.
SALAM INDONESIA SEHAT!!
Membawa Bekal dari Rumah dalam rangka Menggalakkan Gerakan Hidup Sehat dan Mengurangi Sampah di Sekolah
*) Duta Sanitasi Nasional 2014
inovasi
Pengembangan (Lagi) Modul SIKIPAS:
Karya Generasi Muda
untuk Sektor Persampahan Indonesia
Sandhi Eko Bramono *)
“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan
menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya
dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe,
bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian
cita-cita”.
I
nilah salah satu kata mutiara yang pernah diungkapkan oleh Bung Karno, proklamator kemerdekaan Indonesia, yang membawa kita pada semangat bahwa tidak pernah ada kata menyerah dan ragu. Namun keberanian untuk bertindak, berani bekerja keras, berani untuk gagal, serta berani untuk berkorban demi citacita bangsa ini, yang tidak ingin menjadi bangsa yang “membebek”, namun bangsa yang memiliki identitas dan harga diri dalam mengisi pembangunan.Direktorat Pengembangan Penyehatan Ling kungan Permukiman (PPLP) saat ini se dang mengembangkan infrastruktur pe ngo lahan sampah berbasis institusi, yang dikenal dengan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Konstruksi dilaksanakan pada tahun jamak (melalui pendanaan APBN tahun 2015 2016, kemudian dilanjutkan pada tahun 2017), pada Satuan Kerja PPLP Strategis, yang dilaksanakan di tiga lokasi, yaitu Kota Balikpapan, Kota Malang, dan Kabupaten Lombok Timur, dengan kapasitas pengolahan 10 ton sampah tercampur/hari. Infrastruktur ini menjawab tantangan kepada Direktorat PPLP, dalam menyediakan infrastruktur pe ngolahan sampah berbasis institusi, yang bukan hanya berupa infrastruktur pem ro sesan akhir sampah (TPA sampah) saja.
Proses Pengolahan
Sampah dengan laju alir 10 ton sampah tercampur/hari atau setara dengan 40 m3
sampah tercampur/hari, diangkut dengan
menggunakan sekitar 7 unit truk sampah, ke TPST. Sampah akan dituang secara manual, untuk kemudian dialirkan menuju 2 buah
ban berjalan (belt conveyor), serta dilakukan pemilahan oleh 12 orang pemilah sampah, selama 2 jam.
Unit Fermentasi Anaerobik Sampah Organik pada TPST Kota Malang
Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman (PPLP) saat ini sedang
mengembangkan infrastruktur pengolahan
inovasi
Dengan komposisi sampah organik yang mencapai 50 % atau setara dengan 5 ton sampah organik/hari, yang terdiri dari sampah makanan dan sampah halaman, untuk terus dialirkan dan dicacah dengan menggunakan mesin pencacah sampah organik. Sejumlah 2 ton sampah daur ulang/hari, yang terdiri dari sampah kertas, sampah plastik, sampah logam, dan sampah kaca, akan dikeluarkan dari ban berjalan untuk dijatuhkan ke kan tong pengumpul, serta diangkut ke gu dang sampah daur ulang.
Masih terdapat 3 ton sampah residu/ hari, yang terdiri dari sampah karet, sampah tekstil, dan sampah lainlain, yang juga akan dipisahkan dari ban berjalan, untuk kemudian diproses akhir dengan proses pengurugan di TPA sampah.
Sampah organik yang telah dicacah, kemudian dimasukkan ke dalam 6 buah wadah sampah organik tercacah berukuran 1,1 m3,
untuk diangkut ke unit fermentasi anaero bik sampah organik dengan menggunakan
forklift. Air lindi yang dihasilkan dari sampah kemudian ditampung dalam unit fermentasi anaerobik air lindi, serta diresirkulasikan ke dalam unit fermentasi anaerobik sampah organik, selama 2 jam setiap harinya.
Proses ini akan mereduksi kandungan
Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau
Chemical Oxygen Demand (COD) dari sampah organik, sehingga kompos padat yang akan
dihasilkan dari proses ini akan semakin ce pat matang dan baik. Setelah mengalami proses fermentasi anaerobik selama 20 hari, maka sampah organik akan diangkut keluar dari unit fermentasi anaerobik sampah or ganik, dengan menggunakan forklift, untuk kemudian diolah secara aerobik pada unit fermentasi aerobik sampah organik.
Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja proses aerobik, maka dilakukan pemerasan sampah organik dengan menggunakan filter
press, sehingga terjadi reduksi kadar air, yang akan mengurangi potensi bau yang ditim bulkan serta percepatan proses pe ma tangan kompos padat. Kompos padat tersebut ke mudian mengalami perlakuan aerasi secara alami (windrow composting) selama 20 hari, sebelum kemudian dipanen, dan diangkut ke gudang kompos padat, sebelum dikeluarkan untuk siap digunakan sebagai material peng gembur tanah (soil conditioner). Kompos cair juga dihasilkan dari proses ini, yang dapat
Pompa pada Unit Fermentasi Anerobik Air Lindi pada TPST Kota Malang
Unit Pemilahan Sampah Tercampur pada TPST Kota Balikpapan
Sejumlah 2 ton sampah daur ulang/hari, yang
terdiri dari sampah kertas, sampah plastik,
sampah logam, dan sampah kaca, akan
inovasi
Unit Fermentasi Aerobik Sampah Organik pada TPST
Kota Balikpapan
Gapura dan Papan Nama TPST Kabupaten Lombok Timur
diambil dari unit fermentasi anaerobik air lindi. Gas bio sebagai salah satu produk da lam proses anaerobik juga dapat diperoleh dari unit fermentasi anaerobik air lindi, untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif.
Kinerja TPST
Ketiga TPST yang saat ini sedang dituntas kan pembangunannya, direncanakan sele sai konstruksi pada akhir September 2017. Kemudian akan dilaksanakan uji coba
(commissioning) hingga akhir Desember 2017, dengan melibatkan peran serta Pemerintah Kabupaten/Kota, selaku calon penerima aset.
Dalam menunjang kinerja TPST, akan dilakukan pendampingan secara menyeluruh, bukan saja yang mencakup aspek teknis
pah dengan kapasitas 10 ton sampah ter campur/hari atau setara dengan 40 m3
sampah tercampur/hari atau setara dengan pelayanan untuk 16.600 jiwa, dengan teknologis, namun juga aspek kesiapan
Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola, ke sia pan masyarakat sekitar yang harus dapat menerima kehadiran TPST, ketersediaan ins titusi pengelola yang andal, jaminan biaya operasipelihararawat, hingga ketersediaan produk pengaturan di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota yang akan menjamin ke ber langsungan kinerja TPST secara ber ke lanjutan, sebelum nantinya dapat berpe luang untuk direplikasikan secara masif di lokasi lokasi lain di seluruh Indonesia.
TPST dirancang untuk menangani sam
konsumsi kebutuhan luas lahan (termasuk sarana penunjang) sebesar 4.000 m2. Selain
itu, sebagai infrastruktur pengolahan sampah yang juga berperan dalam mitigasi emisi gas rumah kaca, maka dengan menggunakan formula matematika yang juga dikembangkan
dari Direktorat PPLP, yaitu koefisien Garuda
Super (Gas Rumah Kaca Dari Subdirektorat Persampahan), maka dapat dihitung potensi penurunan emisi gas rumah kaca dari TPST sebesar 8,12 ton CO2(eq)/hari. Sedangkan biaya operasipelihararawat yang dibu tuh kan untuk menjalankan TPST sesuai dengan kapasitas dan kinerja optimalnya adalah Rp. 135 ribu/ton atau setara dengan sekitar Rp. 500 juta/tahun.
Sampah akan dituang secara manual, untuk
kemudian dialirkan menuju 2 buah ban berjalan
(belt conveyor), serta dilakukan pemilahan oleh
12 orang pemilah sampah, selama 2 jam.
Modul SIKIPAS dan Penghargaan Karya Konstruksi Indonesia 2014
TPST yang saat ini dikembangkan merupakan
inovasi
Dengan diraihnya penghargaan “Karya Konstruksi
Indonesia 2014”, maka modul SIKIPAS
dikem-bangkan secara tegas dan berani, dalam skala
pelayanan yang lebih luas.
Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik Sam pah), yang dirancang dan dikembangkan oleh Direktorat PPLP, sebagai salah satu opsi teknologi dalam infrastruktur pengolahan sampah berbasis masyarakat atau Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle
(TPS 3R). Hingga saat ini, modul SIKIPAS adalah satusatunya infrastruktur yang be rani untuk diajukan oleh Direktorat PPLP, pada “Karya Konstruksi Indonesia”, sebagai ajang tahunan penghargaan konstruksi yang dianugerahkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pada kesempatan Karya Konstruksi Indonesia 2014, modul SIKIPAS berhasil meraih penghargaan sebagai Pemenang II, yang diserahkan dalam bentuk
sertifikat dan pin emas, secara langsung oleh
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia saat itu, yaitu Djoko Kirmanto.
Dengan diraihnya penghargaan “Karya
Konstruksi Indonesia 2014”, maka modul SIKIPAS dikembangkan secara tegas dan berani, dalam skala pelayanan yang lebih luas, yaitu semula berwujud infrastruktur berbasis masyarakat, dan kini sedang dikembangkan menjadi infrastruktur berbasis institusi (TPST), untuk melalui serangkaian prosedur
comissioning, sebelum dapat direplikasi lebih luas lagi.
Modul SIKIPAS, telah memberikan suatu pembelajaran dan pembuktian bahwa insan generasi muda di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, adalah generasi yang mampu untuk terus mengedepankan integritas, etos, komitmen, kompetensi, dan keberpihakan yang tinggi pada kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi/golongan, sehingga ke lak akan membawa kita ke jendela cak ra wala baru dalam mengisi pembangunan infra struktur di Indonesia. Ditunggu kehadiran infra strukturinfrastruktur “Karya Konstruksi Indonesia” berikutnya dari Direktorat Jenderal Cipta Karya!
*) Staf fungsional di Satuan Kerja Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman Strategis,
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Kontak dengan penulis: sandhieb@yahoo.com
Unit Fermentasi Anaerobik Sampah Organik pada TPST Kabupaten Lombok Timur
inovasi
Kebijakan Pemampuan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
untuk Miliki Rumah Layak Huni
M. Andri Hakim dan Andreas Christiawan *)
Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan manusia yang
paling mendasar disamping makan dan minuman serta pakaian,
sehingga tidak mengherankan bila kebutuhan akan rumah semakin
tinggi seiring laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya.
S
ementara pembangunan kawasan pe rumahan tidak secepat pertumbuhan penduduk. Hal ini semakin memperbesar gap antara supply dan demand akan rumah. Direktorat Rumah Umum dan Komersial, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan menyebutkan bahwa backlog kepemilikan rumah mencapai 13,5 juta unit. Untuk mem perkecil backlog tersebut, pemerintah men canangkan program Sejuta Rumah.Selama ini mekanisme pembangunan ru mah diserahkan ke pasar dan pembiayaan untuk membeli rumah menggunakan sistem kredit. Mekasnisme ini satu sisi memu dahkan dalam memenuhi supply rumah karena me mungkinkan pihak swasta atau pengem bang menyediakan rumah ber sub sidi. Namun, di sisi lain, mekanisme ini menimbulkan masalah bagi konsumen khu susnya yang tergolong Ma syarakat Ber penghasilan Rendah (MBR).
Siapakah yang tergolong MBR?
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2011 men
definisikan MBR sebagai masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapatkan dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. Keterbatasan daya beli ini dilihat dari penghasilan yang dipe roleh dan pengeluaran untuk rumah tang ganya.
Selama ini fasilitas pembiayaan ru mah bersubsidi diberikan kepada masyarakat yang memiliki bukti penerimaan gaji atau upah yang nilainya di bawah Rp. 4 juta untuk kepe milikan rumah tapak atau di bawah Rp. 7 juta untuk memiliki rumah susun sederhana. Kenyataannya, MBR tidak hanya mereka yang mempunyai slip gaji, namun juga masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap. Oleh karena itu, konsep MBR yang berhak me nerima fasilitas pembiayaan rumah harus diubah.
Mereka yang memiliki slip gaji dan ber
penghasilan tetap umumnya bekerja di sektor formal seperti TNI/Polri, PNS, pekerja, buruh, dan pekerjaan lain yang setiap bulannya diberi upah tetap. Sedangkan masyarakat
yang tidak memiliki penghasilan tetap umumnya bekerja di sektor informal seperti pedagang, petani, dan sebagainya.
inovasi
yang tergolong MBR, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 552/KPTS/M/2016 tentang Batasan Penghasilan Kelompok Sasaran KPR Bersubsidi, Batasan Harga Jual Rumah Se jahtera Tapak dan Satuan Rumah Sejahtera Susun, serta Bantuan Subsidi Bantuan Uang Muka Perumahan membedakan cara penghitungan penghasilan antara masya rakat yang berpenghasilan tetap dan tidak tetap. Untuk MBR berpenghasilan tetap penghasilannya dihitung berdasarkan upah yang diterima tiap bulan. Sedangkan bagi MBR berpenghasilan tidak tetap dihitung berdasarkan penghasilan ratarata tiap bulan yang diterimanya dalam setahun.
Bagaimana MBR dapat memiliki Rumah?
Fasilitasi penyediaan rumah sederhana la yak huni bagi MBR, sebagaimana tercantum dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun 2011 menjadi tugas pemerintah baik pusat maupun daerah dengan meangalokasikan
Selama ini mekanisme pembangunan rumah
diserahkan ke pasar dan pembiayaan untuk
membeli rumah menggunakan sistem kredit.
anggaran untuk biaya pembangunan men dukung terwujudnya perumahan bagi MBR. Pembangunan perumahan yang dimak sud meliputi pembangunan rumah be ser ta pra sarana, sarana, utilitas umum dan pe ning katan kualitas perumahan.
Pemerintah menggandeng pihak swasta atau pengembang perumahan untuk menye diakan rumah bagi MBR. Agar rumah tersebut terjangkau oleh MBR, pemerintah pun mem berikan batasan harga jual. Melalui Peraturan Menteri PUPR Nomor 425/KPTS/M/2015 tentang Batasan Harga Jual Rumah yang dapat Diperoleh melalui Kredit/Pembiayaan Pe milikan Rumah Sejahtera, pemerintah me netapkan harga jual rumah tapak dan rumah sejahtera susun untuk setiap provinsi.
Selain itu, agar MBR dapat membeli rumah, pemerintah telah menyiapkan bebe rapa skema bantuan yaitu program Fasilitas Liquiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2014 tentang Pe
tunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Pero lehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, dan Skema Selisih Angsuran Kredit sebagaimana diatur da lam Peraturan Menteri PUPR Nomor 48/ PRT/M/2015 tentang Skema Selisih Angsuran Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Dengan Menggunakan Pendapatan Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan. Bantuan yang diberikan kepada MBR diantaranya berupa bantuan uang muka dan subsidi bunga KPR. Fasilitas dan skema tersebut semua diberikan kepada MBR melalui bank pelaksana.
Prinsip 5C
Perbankan dalam mengucurkan kredit umum nya menggunakan prinsip 5C da lam mem pertimbangkan seseorang layak men da patkan fasilitas kredit. Pertama, character
adalah data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti sifatsifat pribadi, kebiasaan kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga.
Data ini untuk mengetahui apakah nan tinya calon nasabah ini jujur berusaha un tuk memenuhi kewajibannya, dengan kata lain ini merupakan willingness to pay. Kedua,
inovasi
atau kemampuan dalam membayar yang dinilai dari kemampuan calon nasabah da lam mengelola usahanya atau keuangannya. Ketiga, capital merupakan kondisi kekayaan yang dimiliki seseorang untuk menentukan besar plafon pembiayaan yang layak diberikan. Prinsip keempat, collateral merupakan jami nan yang mungkin dapat disita apabila ternyata calon pelanggan benarbenar tidak bisa memenuhi kewajibannya, dan kelima, condition merupakan pembiayaan yang dibe rikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah.
Berdasarkan prinsip 5C tersebut, masya rakat yang memiliki penghasilan tetap atau menerima upah setiap bulannya akan lebih
bankable dibandingkan dengan ma syarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap. MBR yang tidak memiliki penghasilan tetap akan terbentur dengan kriteria capacity, dan
capital karena perbankan masih menerapkan pembayaran kredit secara bulanan.
Strategi Bankable
Untuk merubah MBR yang non-bankable
menjadi bankable, diperlukan kebijakan khusus yang dapat memberikan kemudahan kredit bagi MBR yang berpenghasilan tidak tetap. Alternatif pertama adalah jatuh tempo pembayaran angsuran yang dapat dise suaikan dengan kondisi MBR. Peraturan
Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 ten tang Kemudahan dan/atau Ban tuan Pe ro lehan Rumah Bagi Masyarakat Berpeng hasilan Rendah menjelaskan bahwa MBR yang berpenghasilan tidak tetap yang be kerja di sektor informal dapat melakukan pe nyetoran dana untuk pembayaran angsuran KPR bersubsidi kepada bank pelaksana secara harian, mingguan, atau sesuai dengan ke bijakan bank pelaksana. Hal ini berarti MBR yang berpenghasilan tidak tetap memiliki keleluasaan dalam melakukan pembayaran angsuran KPR bersubsidi. Sebagai contoh, seorang petani yang hanya memperoleh penghasilan ketika panen setiap 3 bulan, maka pembayaran angsuran dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Alternatif kedua adalah memperbesar
Marginal Propensity to Save (MPS). MPS me rupakan elastisitas peningkatan tabungan
masyarakat pada setiap peningkatan pen dapatan masyarakat. Hal ini berarti mem perbesar porsi pendapatan masyarakat untuk tabungan yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan perumahan. Berdasarkan data BPS tahun 2014, ratarata porsi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi baik makanan dan non makanan mencapai 88%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat hanya me nyisihkan 12% dari penghasilannya untuk ditabung. Untuk meningkatkan tabungan, masyarakat sedikit “dipaksa” untuk menabung seperti membayar iuran. Pada jangka waktu tertentu, simpanan tersebut dapat digunakan untuk membiayai uang muka (DP). Terkait hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan UndangUndang Nomor 4 Tahun 2016 ten tang Tabungan Perumahan Rakyat.
Disamping permasalahan kriteria
bankable, MBR juga menghadapi masalah
inovasi
Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016
tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan
Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
menjelaskan bahwa MBR yang berpenghasilan
tidak tetap yang bekerja di sektor informal dapat
melakukan penyetoran dana untuk pembayaran
angsuran KPR bersubsidi kepada bank pelaksana
secara harian, mingguan, atau sesuai dengan
kebijakan bank pelaksana.
kesem patan untuk memperoleh rumah yang dise diakan pemerintah. Untuk menghindari seseorang yang tidak tergolong MBR membeli rumah yang disediakan khusus untuk MBR untuk tujuan investasi, pemerintah mengatur syaratsyarat yang harus dipenuhi apabila seseorang akan membeli rumah tersebut melalui Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/ PRT/M/2016.
Menurut peraturan tersebut, salah satu persyaratan seseorang berhak memperoleh fasilitas pembiayaan rumah untuk MBR adalah belum memiliki rumah baik secara perorangan maupun keluarga (suami dan istri). Untuk memastikan bahwa seseorang belum memiliki rumah atau mendapatkan fasilitas pembiayaan dari pemerintah me mang diperlukan database yang dapat mem berikan informasi kepemilikan rumah, se perti halnya kepemilikan kendaraan.
Selama ini MBR yang menjadi kelom pok sasaran penerima fasilitas pembiayaan perumahan adalah MBR yang memiliki penghasilan tetap. Padahal hampir 60% masyarakat Indonesia bekerja di sektor in formal yang tidak memiliki penghasilan tetap. Oleh karena itu, kelompok MBR yang berpenghasilan tidak tetap harus dimam
pukan secara sosial dan ekonomi agar juga mendapat kesempatan memiliki dan menem pati rumah yang layak huni.
Sebagaimana telah dijelaskan sebe lum nya, bahwa berberapa alternatif dapat digunakan untuk menjadikan MBR yang berpenghasilan tidak tetap bankable. Salah satunya adalah dengan memperbesar ta bungan keluarga dalam bentuk Tabungan
Perumahan Rakyat. Dengan adanya tabu ngan tersebut, prinsip 5C yang menjadi per timbangan perbankan untuk mengucurkan kredit dapat terpenuhi. (Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT) Badan Penelitian dan Pengembangan).
*) Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi
sebaiknya anda tahu
FAKTA SAMPAH
DI INDONESIA
Lautan Indonesia adalah perairan kedua di dunia yang menyimpan sampah plastik terbanyak
Sebuah kajian Universitas Georgia yang dirilis tahun lalu menemukan lautan di Indonesia ialah perairan kedua di dunia yang menyimpan sampah plastik terbanyak.
Lautan yang ada di Indonesia adalah wilayah laut kedua yang menyimpan sampah plastik terbanyak di dunia. Bahkan Indonesia adalah negara terbesar kedua yang
menyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok.
Dikutip dari BBC Indonesia, inilah lima hal
yang perlu kamu ketahui terkait krisis sampah
tersebut.
Setiap hari tumpukan sampah setinggi Candi Borobudur dibuang di Bantar Gebang
Jumlah penduduk di Indonesia mencapai 250 juta jiwa dan estimasi produksi sampah per hari mencapai 0,7 kg, maka jumlah sampah nasional per hari yang perlu dikelola mencapai 175 ribu ton. Sedangkan sampah DKI Jakarta yang dibuang ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi melonjak hingga 7 ribu ton perhari yang diperkirakan setara dengan tinggi Candi Borobudur. Jumlah ini diluar kontrak kerja pengelolaan yang hanya 2 ribu ton setiap harinya.
Peraturan Pemerintah Untuk membayar kantong plastik
Hasil riset bahwa warga Indonesia ini menyumbang 700 lembar kantong plastik per orang per tahun membuat pemerintah di beberapa kota besar di Indonesia telah membuat kebijakan untuk mengenakan biaya tambahan untuk membeli plastik ketika berbelanja di toko retail maupun super market. Tujuannya untuk menekan jumlah penggunaan kantong plastik oleh masyarakat, bahkan sampai dikampanyekan untuk membawa kantong belanjaan sendiri dari rumah.
Sampah yang dibuang setiap harinya ke Sungai Ciliwung bisa mencapai seluas tujuh lapangan sepak bola
Sungai Ciliwung adalah satu sungai tua di Jakarta yang dipenuhi oleh sampah. Diperkirakan sampah seluas tujuh lapangan sepak bola dibuang ke sungai ini setiap hari.
Indonesia bertekad mengakhiri krisis sampah pada 2020 dengan mengubah limbah menjadi energi
MASA WAKTU
PENGURAIAN SAMPAH
Semoga dengan mengetahui
masa waktu penguraian sampah,
kita menjadi lebih bijak untuk
menentukan kemana sampahsampah
tersebut harus kita buang. (text :IR)
Kertas
2 – 5 Bulan
Benda Berbahan Kulit
25 – 43 Tahun
Kain Katun
1,5 Bulan
Kulit Jeruk
6 Bulan
Kardus/Karton
5 Bulan
Filter Rokok
10 – 12 Tahun
Kantung Plastik
10 – 20 Tahun
Baju/Kaos Kaki yang berbahan Nilon
30 – 40 Tahun
Botol kaca / Benda berbahan kaca
1 Juta Tahun
Plastik Keras (Botol Plastik, Tupperware, dll)
50 – 80 Tahun
Jaring Ikan
30 – 40 Tahun
Aluminium
80 – 100 Tahun
Kaleng Timah
200 – 400 Tahun
Batu Baterai bekas
lensa CK
Aksi
Kunjungan Dirjen Cipta Karya
seputar kita
Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Provinsi Sulawesi Utara melakukan Serah Terima Pengelolaan Aset Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) kepada Pemerintah Kota Kotamobagu, Kamis (02/02/2017). Dalam proses serah terima ini Satker PSPLP Provinsi Sulut disambut langsung oleh Wali kota yang didampingi oleh Kadis PU dan Kadis BLH Kota Kotamobagu. (Teks: Melky Kaunang/ Randal Sulut/ari)
Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Provinsi Sumatera Barat melaksanakan perekrutan tenaga fasilitator program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) yang dibiayai dari dana bantuan pinjaman Islamic Development Bank untuk kegiatan tahun 2017, Kamis (2/2/2017) di Padang.
(Teks: rjp/randalsumbar/ari)
Pemerintah Kota Kotamobagu Tandatangani
Dokumen Serah Terima Pengelolaan Aset TPA
Fasilitator Sanimas Sumbar
Sebagai Ujung Tombak Perubahan
Perilaku Bebas BABS
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Nagari Cubadak Kabupaten Tanah Datar berfungsi sebagai pengolahan air limbah yang juga digunakan sebagai ruang terbuka publik, dibangun pada tahun 2016 dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 500 juta.
Hal tersebut dituturkan Kepala Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman Provinsi Sumatera Barat, Irman, di selasela peresmian Sanimas Reguler Kenagarian Cubadak, di Kabupaten Tanah Datar, beberapa waktu lalu.
(Teks: rjp/randalsumbar/ari)