• Tidak ada hasil yang ditemukan

TataKelola Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TataKelola Perusahaan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TataKelola Perusahaan

Dalam rangka meningkatkan kinerja Bank, melindungi kepentingan stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan, Bank BHI dalam melaksanakan kegiatan usahanya berpedoman kepada Prinsip Tata Kelola yang Baik (Good Corporate Governance).

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) di Bank BHI tunduk kepada PBI no.

8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 dan PBI no. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, serta SEBI No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum dan Surat Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Bank Harda Internasional No.001/SK-KOMDIR/BHI/V/2013 tanggal 8 Mei 2013, mengenai Pelaksanaan GCG di PT Bank Harda Internasional.

Good Corporate Governance adalah bentuk Tata Kelola Bank yang menerapkan prinsip – prinsip Keterbukaan (Transparency), Akuntabilitas (Accountability), Pertanggung jawaban (Responsibility), Independensi (Independency),dan Kewajaran (Fairness).

Pada saat pelaksanaannya, Bank BHI senantiasa berupaya agar kualitas Tata Kelola Bank semakin baik sehingga mampu memperkuat kondisi internal Bank BHI didalam menghadapi persaingan bisnis perbankan tanah air.

Pelaksanaan GCG pada tahun 2013 meliputi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seperti penjelasan pada paragraf – paragraf berikut.

(2)

Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris lebih ditekankan kepada fungsi pengawasan yang diantaranya memastikan bahwa Good Corporate Governance bisa terlaksana pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

Dewan Komisaris wajib mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi termasuk memberikan nasihat, mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis bank. Kewenangan Dewan Komisaris lainnya adalah memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti semua temuan audit dan rekomendasi SKAI, auditor eksternal, serta hasil temuan Pengawasan Bank Indonesia dan/atau otoritas lain. Apabila

Dewan Komisaris menemukan adanya indikasi bahwa kelangsungan usaha bank akan terganggu atau adanya pelanggaran atas peraturan perundang-perundangan yang berlaku, maka Dewan Komisaris wajib memberitahukan kepada Bank Indonesia.

Dalam menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris dibantu oleh tiga Komite, yaitu Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, dan Komite Remunerasi dan Nominasi. Sesuai dengan ketentuan maka Dewan Komisaris melaksanakan Rapat Dewan Komisaris sebagai kelengkapan kerjanya. Pengambilan keputusan dalam Rapat Dewan Komisaris umunya dilakukan I. Dewan Komisaris

Susunan Dewan Komisaris Bank BHI pada tahun 2013 :

No. Nama Jabatan

1 Bernardus Dwibyantoro Komisaris Utama Independen

2 Rachman Hakim Komisaris

3 R. Soedaryatmo Yosowidagdo Komisaris Independen

(3)

berdasarkan musyawarah mufakat. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka ditempuh cara pengambilan keputusan dengan suara terbanyak.

Sepanjang tahun 2013, Dewan Komisaris telah mengadakan rapat sebanyak 8 (delapan) kali dan dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Komisaris. Rapat membahas antara lain : Penyusunan Rencana Bisnis Bank; Profil Risiko Bank; Pemantauan NPL Bank;

Pembentukan Task Force Monitoring Kredit;

Evaluasi Tim Task Force Monitoring Kredit.

Disamping itu Dewan Komisaris juga mengadakan beberapa kali Rapat

Gabungan dengan Direksi yang temanya antara lain membahas : tindak lanjut hasil pemeriksaan BI, Rencana Bisnis Bank; dan Corporate Plan. Seluruh rapat telah dibuatkan risalah rapatnya dan didokumentasikan.

Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional Bank, kecuali untuk :

1. penyediaan dana kepada pihak terkait;

2. hal-hal yang diatur dalam Anggaran dan Dasar Bank atau peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan Bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab yang telah digariskan dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya Direksi senantiasa berlandaskan kepada prinsip – prinsip Good Corporate Governance di semua aktifitas pelaksanaan operasional bank. Agar pelaksanaan Good Corporate Governance berjalan efektif, Direksi membentuk Satuan-satuan Kerja, seperti : Satuan Kerja Audit Internal, Satuan Kerja Kepatuhan, dan Satuan Kerja Manajemen Risiko. Selain itu juga dibentuk komite-komite yang bertugas membantu efektifitas pelaksanaan tugas Direksi seperti : Komite Kredit, Komite ALCO, Komite Manajemen Risiko, Komite Sumber Daya Manusia, Komite Pengarah Teknologi Informasi, dan Komite Kebijakan Kredit. Tugas Direksi lainnya adalah menindaklanjuti setiap temuan audit dan rekomendasi SKAI, temuan Auditor eksternal dan hasil pemeriksaan BI dan/atau Otoritas Jasa Keuangan.

Setiap kebijakan dan keputusan strategis yang diambil melalui Rapat Direksi bersifat mengikat dan menjadi tanggung jawab seluruh anggota Direksi. Direksi juga berkewajiban menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris. Dan pada akhirnya, Direksi akan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Pemegang Saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham.

Pada tahun 2013 Direksi telah mengadakan rapat sebanyak 90 kali yang meliputi Rapat sesama Direksi, Rapat Direksi dengan Dewan Komisaris serta Rapat Direksi dengan Pejabat Eksekutif Bank. Untuk diketahui bersama, pada tahun 2013 terjadi perubahan komposisi Direksi Bank BHI dimana terjadi perubahan Direktur Utama dan Direktur Operasional dan pengisian posisi Direktur Kepatuhan. Direktur Utama yang lama (Ending Fadjar) menghadiri rapat 32 kali. Antonius Prabowo Argo saat menjadi Direktur Kredit dan Marketing menghadiri rapat sebanyak 34 Kali dan saat menjadi Direktur Utama telah menghadiri rapat sebanyak 6 kali. Peggy Puger selaku Direktur Operasional yang lama dan sekaligus merangkap sebagai Plt.

Direktur Kepatuhan menghadiri rapat 44 kali.

Direktur Kepatuhan yang baru (Doddy S.

Soewito) menghadiri rapat 58 kali. Budiarto Santoso setelah bergabung dengan Bank BHI sebagai Direktur Operasional menghadiri rapat sebanyak 31 kali.

Materi yang dibahas didalam rapat diantaranya adalah : Implementasi GCG, tingkat kesehatan bank, corporate plan, pembahasan Rencana Bisnis Bank, tindak lanjut temuan Bank Indonesia, menuju BHI sehat, ALCO, perkembangan rencana penggantian core banking system, metode audit, pembahasan NPL, perkreditan, upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan, serta arah bisnis bank dalam pencapaian misi dan visi nya.

II. Dewan Direksi

Susunan Dewan Direksi Bank BHI pada tahun 2013 :

No. Nama Jabatan

1 Antonius Probowo Argo Direktur Utama

2 Budiarto Santoso Direktur Operasional

3 Doddy S. Soewito Direktur Kepatuhan

(4)

Tugas dan tanggung jawab Komite Audit berdasarkan SK Direksi Bank BHI no.005/

SK-DIR/VI/2007 tanggal 15 Juni 2007 dan perubahannya no. 006/SK-DIR/II/2013 tanggal 20 Februari 2013 adalah memantau dan mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan audit serta tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern dan proses pelaporan keuangan. Yang menjadi obyek evaluasi adalah pelaksanaan tugas SKAI ; memastikan kesesuaian standar audit yang berlaku dengan pelaksanaan tugas Audit Eksternal ; melihat kesesuaian antara laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku ; memonitor tindak lanjut atas setiap temuan SKAI/ Audit

Berdasarkan SK Direksi Bank BHI no. 006/

SK-DIR/VI/2007 tanggal 15 Juni 2007 dan perubahannya no. 007/SK-DIR/II/2013 tanggal 20 Februari 2013 tugas dan tanggung jawab Komite Pemantau Risiko adalah mengevaluasi kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dengan kegiatan pelaksanaannya; serta memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko. Hasil evaluasi akan

eksternal/ BI dan Otoritas lainnya. Tugas lain Komite Audit adalah memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris perihal penunjukkan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang akan melakukan audit atas Laporan Keuangan Tahunan Bank.

Pada tahun 2013 Komite Audit telah melakukan rapat sebanyak 21 kali yang 5 diantaranya adalah rapat dengan Satuan Kerja Audit Internal. Berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan audit bank menjadi sorotan Komite Audit. Materi-materi yang dibahas diantaranya adalah : Rencana Kerja Tahunan Audit SKAI tahun 2013, Penyempurnaan Metodologi Audit Berbasis Risiko di BHI dan Laporan Hasil Audit SKAI.

menjadi masukan bagi Dewan Komisaris dalam menilai pelaksanaan penerapan manajemen risiko di Bank BHI.

Pada tahun 2013 Komite Pemantau Risiko telah mengadakan rapat sebanyak 12 kali.

Materi rapat yang dibahas diantaranya adalah : Pemantauan Profil Risiko tahun 2012, Pemantauan Profil Risiko tahun 2013, Pembahasan exit meeting pemeriksaan Bank Indonesia.

III. Komite-Komite

Komite-komite yang dibentuk dibawah Dewan Komisaris Bank BHI pada tahun 2013 terdiri dari : 1. Komite Audit

2. Komite Pemantau Risiko

3. Komite Remunerasi dan Nominasi

No. Nama Jabatan

1 Bernardus Dwibyantoro Ketua merangkap anggota

2 Kohar Widjaja Anggota

3 Diane Christina Anggota

No. Nama Jabatan

1 Bernardus Dwibyantoro Ketua merangkap anggota

2 Labib Y Wardiman Anggota

No. Nama Jabatan

1 R. Sudaryatmo Yosowidagdo Ketua merangkap anggota

2 Rachman Hakim Anggota

3 Mariawati Tjitradinata Anggota

(5)

Sepanjang tahun 2013 Komite Remunerasi dan Nominasi telah mengadakan rapat sebanyak 16 kali, membahas antara lain : progress pencalonan pengurus bank baik untuk calon anggota Dewan Komisaris maupun Direksi, membahas pengunduran diri Direktur Utama yang lama, membahas pencalonan anggota Komite Pemantau Risiko, usulan peninjauan remunerasi karyawan dan pengurus tahun 2013, dan lain-lain.

IV. Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Internal & Eksternal

Fungsi Kepatuhan adalah serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang bersifat ex-ante (preventif) untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Agar pelaksanaan fungsi kepatuhan bisa berjalan baik maka peran dari seorang Direktur Kepatuhan akan sangat menentukan.

Dalam mendukung kelancaran kerjanya, Direktur Kepatuhan dibantu oleh Satuan Kerja Kepatuhan. Satuan Kerja Kepatuhan wajib bersikap independen terhadap semua satuan kerja serta dilarang ditempatkan pada posisi menghadapi conflict of interest. Persyaratan dan tata cara pelaksanaan fungsi kepatuhan berpedoman kepada PBI no. 13/2/PBI/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum.

Persyaratan dan tata cara penerapan fungsi Audit Intern berpedoman kepada ketentuan BI tentang Penugasan Direktur Kepatuhan Dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum seperti yang telah diatur didalam PBI No.1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999. Keberadaan SKAI yang independen terhadap satuan kerja operasional lainnya akan mendukung pelaksanaan fungsi audit intern yang efektif. Untuk itu Manajemen telah meminta Akuntan Publik Independen melakukan review berkala atas pelaksanaan fungsi audit intern bank, termasuk audit atas teknologi informasi.

Realisasi Rencana Kerja tahun 2013 untuk pelaksanaan audit di Kantor Cabang / Kantor Cabang Pembantu dan di unit kerja Kantor Pusat, sebanyak 19 (sembilan belas) obyek audit dari 20 (dua puluh) Rencana Kerja yang ada, dengan rincian 13 (tiga belas) obyek audit sesuai rencana kerja dan 6 (enam) obyek audit diluar rencana kerja, serta 7 (tujuh) obyek audit yang belum dapat direalisasikan.

Realisasi Rencana Kerja tahun 2013 untuk pelaksanaan audit Teknologi Informasi sebanyak 12 (dua belas) obyek audit dari 13

Untuk pelaksanaan fungsi audit eksternal, Bank telah menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia untuk mengaudit laporan keuangan bank periode tahun yang berakhir pada 31 Desember 2013, yang terdiri dari Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas.

Untuk itu, Bank BHI telah menunjuk KAP Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton) dengan nomor Surat Perikatan Audit no. 013/GSH/EL/X/13-R1 tanggal 21 Oktober 2013 sebagai Akuntan Publik pelaksana audit keuangan Bank BHI per 31 Desember 2013.

Penunjukan ini mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia tentang transparansi kondisi keuangan bank serta pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.

V. Penerapan Manajemen Risiko

Penerapan prinsip tata kelola risiko yang baik dalam menjalankan bisnis perbankan diarahkan kepada upaya melindungi kepentingan Stakeholders Bank BHI terhadap potensi risiko bisnis yang ada. Melalui penerapan manajemen risiko yang efektif dan sesuai dengan tujuan, kebijakan, kompleksitas usaha serta kemampuan bank, diharapkan Bank BHI dapat terhindar dari risiko kerugian yang signifikan.

Dari hasil analisis Manajemen terhadap delapan jenis risiko yang wajib dinilai pada periode yang berakhir pada Desember 2013 dapat disimpulkan bahwa profil risiko Bank BHI berada pada peringkat komposit DUA (BAIK). Berdasarkan peringkat komposit ini maka aktivitas bisnis yang dihadapi oleh Bank BHI memiliki risiko in heren yang tergolong rendah selama waktu periode tertentu dimasa mendatang. Sedangkan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko berdasarkan penilaian komposit ini berada pada peringkat Memadai yang berarti Manajemen mampu membenahi kelemahan minor yang ada dengan baik.

VI. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait Dan Dana Besar

Bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyediaan dana kepada pihak terkait maupun penyediaan dana besar dengan cara melakukan penyebaran / diversifikasi portofolio penyediaan dana. Aturan pelaksanaannya berpedoman kepada ketentuan BI tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum. Ketegasan aturan tentang penyediaan dana ini semata- mata untuk menghindarkan bank dari kegagalan bisnis serta peran independensi pengurus Bank dalam pengambilan keputusan penyediaan dana.

(6)

Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan debitur/group inti adalah :

No. Penyediaan Dana

Jumlah

Debitur Nominal

(Jutaan Rupiah)

1 Kepada Pihak Terkait 4 1,819.72

2 Kepada Debitur Inti :

a. Individual 14 326,790.10

b. Group 1 21,764.74

VII. Rencana Strategis Bank

Dalam rangka menjaga eksistensi dan kesinambungan bisnis perbankan, Bank BHI membuat target – target jangka panjang, menengah dan jangka pendek. Untuk itu Bank menyusun rencana strategis jangka panjang (corporate plan) dan rencana bisnis jangka menengah dan jangka pendek (business plan) dengan berpedoman kepada ketentuan Bank Indonesia tentang Bank Umum dan Rencana Bisnis Bank Umum.

Bank BHI bertekad melakukan pembenahan dan perbaikan kinerja secara terpadu. Visi Bank BHI adalah menjadikan Bank BHI sebagai Bank yang dikenal, terpercaya dan berkualitas dengan dukungan organisasi yang solid, sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki integritas tinggi serta memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Misi Bank BHI adalah mewujudkan Bank BHI sebagai bank yang sehat dan stabil, mampu berkembang secara berkesinambungan serta memberi manfaat bagi stakeholders. Sesuai dengan visi dan misi Bank BHI tersebut; maka strategi bank diarahkan kepada : repositioning business untuk fokus pada segmen Retail dan Commercial, sehingga memerlukan adanya penyesuaian struktur organisasi, mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan kompeten serta penguatan infrastruktur. Bank BHI dalam waktu dekat juga akan mengganti Core Banking System yang ada sebagai persiapan untuk bisa tumbuh lebih cepat. Aspek pengendalian (governance control) juga diperhatikan melalui penguatan fungsi dari unit kerja SKAI, SKMR dan Satuan Kerja Kepatuhan dan peran aktif Dewan Komisaris dan Direksi. Upaya lain yang tak kalah penting adalah memperkuat permodalan dengan cara penyetoran modal tambahan dari Pemegang Saham dan strategi peningkatan modal lainnya melalui inbreng, IPO, dan lain-lain.

Ditengah perekonomian yang uncertain dan persaingan bisnis perbankan yang ketat, bank optimis bahwa target pertumbuhan

organik akan bisa dicapai melalui penekanan kepada strategi target jangka pendek berupa target financial yaitu; strategi untuk menjaga rasio-rasio efisiensi agar Bank BHI mampu bersaing dan mempertahankan rasio-rasio kinerja Bank BHI. Selain itu strategi lain berupa target non financial yaitu;

menciptakan keunggulan komparatif Bank BHI, mempersiapkan struktur yang kuat untuk pertumbuhan organisasi pada jangka menengah dan jangka panjang, persiapan menjadi Public Company melalui IPO, melakukan review terhadap visi dan misi serta nilai-nilai dasar Bank BHI. Strategi jangka pendek lainnya adalah meningkatkan budaya kepatuhan dan budaya risiko pada seluruh jenjang organisasi Bank BHI, serta penguatan fungsi supervisi struktur pengendalian intern dan tata kelola perusahaan sesuai prinsip kehati-hatian, manajemen risiko, dan Governance Control System.

VIII. Transparansi Kondisi Keuangan Dan Non Keuangan

Sebagai pertanggungjawaban pengurus Bank terhadap Stakeholders, maka Bank melaksanakan transparansi informasi baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Pelaksanaan transparansi ini mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia tentang transparansi kondisi keuangan dan transparansi informasi produk bank dan data pribadi nasabah. Informasi kondisi keuangan dan non keuangan Bank BHI telah dituangkan secara jelas dalam beberapa laporan, diantaranya dalam Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan, Laporan Bulanan, dan Laporan non keuangan lainnya.

Sistem pelaporan yang baik harus didukung oleh sistem informasi dan core banking system yang baik pula. Untuk itu Bank BHI berkomitmen memperbaiki kualitas sistem informasinya melalui perubahan core banking system dari eBank ke Temenos yang diharapkan lebih mumpuni dan mampu menjawab tantangan bisnis di masa depan.

(7)

IX. Kepemilikan Saham, Hubungan

XI. Rasio Gaji Tertinggi dan Gaji Terendah Bernardus Dwibyantoro - selaku Komisaris Utama Independen – tidak mempunyai kepemilikan saham di Bank BHI dan perusahaan lain, serta tidak mempunyai hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris serta Direksi lainnya. R. Soedaryatmo Yosowidagdo – selaku Komisaris Independen – juga tidak mempunyai kepemilikan saham di Bank BHI dan perusahaan lain, serta tidak mempunyai hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris serta Direksi lainnya. Sementara X. Paket Remunerasi Dan Fasilitas Bagi

itu Rachman Hakim – selaku Wakil Komisaris Utama – tidak mempunyai hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang lain namun mempunyai kepemilikan saham masing – masing di PT Hakim Putra Perkasa, PT Asean Motor Internasional, BPR Cahaya Wiraputra, PT Asia Putra Perkasa , PT Varia Intra Finance , dan PT Varia Inter Perkasa.

Seluruh anggota Direksi tidak mempunyai hubungan keuangan, hubungan keluarga dengan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang lain, serta tidak mempunyai kepemilikan saham di Bank BHI dan perusahaan lainnya.

Keuangan Dan Keluarga

Komisaris & Direksi

No. Jenis Remunerasi dan Fasilitas Lain

Jumlah Diterima dalam Setahun Dewan Komisaris Direksi

Orang Juta

Rp. Orang Juta

Rp.

1 Remunerasi (Gaji, bonus, tunjangan rutin, tantiem, dan fasilitas lain dalam

bentuk natura) 3 2,001 3 2,194 *)

2 Fasilitas lain dalam bentuk natura (Perumahan, transportasi, asuransi kesehatan, dsb) :

a. Dapat Dimiliki Asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan b. Tidak Dapat Dimiliki Fasilitas

komunikasi + Transportasi

Fasilitas komunikasi + Transportasi

Total 3 2,001 3 2,194 *)

Jumlah Remunerasi per Orang dalam Satu Tahun Direksi Komisaris Diatas Rp 2.,- Miliar

Diatas Rp 1,- Miliar s/d Rp 2,- Miliar

Diatas Rp 500 Juta s/d Rp 1,- Miliar 2 3

Rp 500 Juta ke bawah 1 0

*) semua direksi baru memiliki masa kerja kurang dari satu tahun . Salah satunya dipromosi menjadi Direktur utama.

Skala Perbandingan Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah Rasio a. Rasio Gaji Pegawai yang Tertinggi dan Terendah 2 b. Rasio Gaji Direksi yang Tertinggi dan Terendah 2 c. Raio Gaji Komisaris yang Tertinggi dan Terendah 2 d. Rasio Gaji Direksi Tertinggi dan Pegawai Tertinggi 1

(8)

Dalam rangka meningkatkan kinerja Bank, melindungi kepentingan stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum

pada industri perbankan, Bank BHI dalam

melaksanakan kegiatan usahanya berpedoman kepada

Prinsip Tata Kelola yang Baik (Good Corporate Governance).

(9)

XII. Internal Fraud

Bila mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia maka Bank wajib mengungkapkan setiap kecurangan (fraud) apabila dampak penyimpangan bernilai lebih dari Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah).

Fraud berpotensi terjadi di semua jenjang dan level organisasi bank. Sepanjang tahun 2012- 2013 Bank BHI tidak ditemukan adanya fraud.

Setiap penyimpangan dalam pelaksanaan operasional bank yang berpotensi mengarah kepada fraud tidak akan pernah ditolerir. Bank senantiasa memperkuat sistem pengendalian internalnya agar mampu mempersempit terjadinya fraud.

Berdasarkan pemantauan kami terhadap permasalahan hukum yang sedang dihadapi oleh Bank hingga akhir Desember 2013 ini umumnya berhubungan dengan penyelesaian tunggakan kredit debitur. Dibanding tahun lalu terjadi penurunan jumlah perkara dari 11 menjadi hanya 9. Tahapan yang dihadapi tidak sama dimana ada yang dapat diselesaikan secara internal langsung dengan debitur dan ada kasus yang harus diselesaikan melalui jalur hukum. Dari 9 tunggakan debitur hanya 2 yang perkaranya di pengadilan. Satu perkara masih menunggu keputusan Mahkamah Agung dan satu lagi sudah sampai kepada tahap lelang sesuai keputusan pengadilan setempat.

Disamping masalah penyelesaian kredit debitur, terdapat permasalahan hukum yang terkait dengan penyelesaian hutang pajak 2005 yang sudah dimenangkan oleh Bank BHI di tingkat Mahkamah Agung namun tertunda eksekusinya mengingat adanya keberatan (PK) dari Dirjen Pajak.

Dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelaksanaan GCG, Bank BHI secara berkala melakukan self assessment yang komprehensif terhadap pelaksanaan 11 (sebelas) aspek penilaian GCG sebagaimana diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia maupun Surat Edaran Bank Indonesia tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum, terdiri dari :

1 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

3 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite

4 Penanganan Benturan Kepentingan 5 Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank 6 Penerapan Fungsi Audit Intern 7 Penerapan Fungsi Audit Ekstern

8 Penerapan Manajemen Risiko termasuk Sistem Pengendalian Intern

9 Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait (Related Party) dan Penyediaan Dana Besar (Large Exposure)

10 Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan, Laporan Pelaksanaan GCG dan Pelaporan Internal

11 Rencana Strategis Bank

Peringkat Komposit pelaksanaan GCG di Bank BHI untuk semester I dan II tahun 2013 adalah 2 atau predikat ‘Baik’.

Bank telah memiliki kebijakan, sistem dan prosedur penyelesaian benturan kepentingan yang cukup efektif. Benturan kepentingan yang terjadi akan didokumentasikan secara baik termasuk pembuatan risalah rapatnya.

Kondisi kesehatan Bank BHI secara umum Baik dan mampu mengatasi pengaruh signifikan dari setiap perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya seperti tergambar dari peringkat penilaian faktor Profil Risiko, faktor Penerapan GCG, faktor Rentabilitas dan faktor Permodalan bank.

Penilaian Profil Risiko yang dimiliki oleh Bank BHI sudah memadai dengan peringkat komposit dua. Kemungkinan kerugian dari risiko inheren tergolong rendah selama periode tertentu dimasa mendatang dengan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko yang memadai. Bila terdapat kelemahan minor maka kelemahan tersebut akan dapat diselesaikan oleh Manajemen sesegera mungkin.

Dari hasil penilaian tata kelola Bank (GCG) secara umum kinerja Manajemen sudah baik kendati terdapat kelemahan tata kelola yang kurang signifikan namun dipastikan akan Bank BHI tidak menerbitkan saham dan

obligasi baru karena itu tidak mempunyai kebijakan dan tidak melakukan buy back shares dan/atau buy back obligasi Bank.

XIII. Permasalahan Hukum Dan Upaya

XVI. Self Assessment Pelaksanaan Good

XIV. Transaksi Yang Mengandung

XVII. Self Assessment Penilaian Tingkat

XV. Buy Back Shares Dan/Atau Buy Back Penyelesaian

Corporate Governance

Benturan Kepentingan

Kesehatan Bank

Obligasi Bank

(10)

mampu diatasi dengan segera. Pemenuhan prinsip GCG yang penjabarannya tercermin di governance structure, governance process dan governance outcome juga sudah memadai. Hal ini terlihat dari hasil penilaian pelaksanaan tugas Dewan Komisaris, Direksi, dan Komite – Komite yang ada. Aspek transparansi Laporan Keuangan dan Non Keuangan serta Rencana Strategis Bank sudah memenuhi unsur keterbukaan informasi kepada pihak yang berkepentingan. Tata Kelola Bank sudah sejalan dengan dinamika dan strategi bisnis secara menyeluruh, dan diharapkan mampu mengatasi kelemahan – kelemahan yang ada.

Kemampuan dalam menghasilkan laba secara umum sudah cukup memadai dan berkontribusi kepada peningkatan modal secara organik seperti terlihat di realisasi Rencana Bisnis Bank. Sumber – sumber pendukung rentabilitas cukup memadai dan terus ditingkatkan, seperti tercermin di pemenuhan LDR pada batas atas, kualitas aktiva produktif, dan komponen non core earning yang lebih beragam. Fungsi pengendalian atas tata kelola rentabilitas selalu dilakukan untuk menjaga kesinambungan perolehan laba bank.

Disamping itu peningkatan kemampuan teknologi informasi mutlak dilakukan mengingat bisa menjadi faktor penentu didalam meningkatkan fee based income.

Faktor permodalan merupakan unsur utama dalam mendukung pertumbuhan bisnis Bank.

Pertumbuhan permodalan bank berbanding lurus dengan perkembangan dan dinamika skala bisnis Bank BHI. Tren permodalan saat ini mengarah kepada peningkatan yang positif terutama pertumbuhan komponen Modal Inti.

Kinerja yang ada saat ini sudah memadai untuk mengantisipasi potensi kerugian berdasarkan profil risiko yang ada.

Pelaksanaan Internal Capital Adequacy Assessment Process atau ICAAP sesuai dengan asumsi-asumsi yang ditetapkan akan mampu menjaga kinerja permodalan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen permodalan yang sehat serta mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia. Daya akses ke sumber permodalan eksternal akan terus ditingkatkan agar Bank BHI bisa memenuhi sasaran untuk masuk ke BUKU II dan didukung sepenuhnya oleh Pemegang Saham Pengendali.

XVIII. Penerapan Program APU Dan PPT Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi Bank Umum ini berpedoman kepada Peraturan Bank Indonesia no. 11/28/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia no. 14/27/

PBI/2012 tanggal 28 Desember 2012 , serta Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/21/

DPNP tanggal 14 Juni 2013.

Potensi risiko bisnis perbankan semakin meningkat dengan semakin kompleksnya variasi produk dan jasa perbankan yang didukung oleh tehnologi informasi canggih.

Potensi bank dimanfaatkan oleh pihak – pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan pencucian uang dan pendanaan terorisme juga semakin meningkat pula akhir – akhir ini. Kondisi ini mendorong bank untuk serius meningkatkan kualitas penerapan manajemen risikonya terutama yang berkaitan dengan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.

Bank BHI telah mengantisipasi hal tersebut dengan melaksanakan peraturan dan ketentuan Bank Indonesia serta ketentuan internal lain, secara berhati - hati. Langkah yang ditempuh adalah memaksimumkan fungsi pengawasan Pengurus Bank untuk memastikan bahwa program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bisa berjalan baik dan didukung oleh kebijakan dan prosedur tertulis yang telah sesuai dengan aturan BI dan prinsip – prinsip yang berlaku umum. Manajemen juga menyadari perlunya sistem pengendalian intern yang efektif yang memaparkan dengan jelas batasan wewenang dan tanggung jawab dari satuan kerja terkait serta peran pemeriksaan SKAI. Selain itu diupayakan adanya suatu sistem informasi manajemen yang bisa mengidentifikasi, menganalisa, memantau dan menyediakan laporan secara efektif tentang semua transaksi keuangan bank. Termasuk memilah antara transaksi yang suspicious dengan yang non suspicious . Dan yang lebih penting lagi adalah meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM yang ada dengan cara mengadakan pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan.

Bagi Bank Umum

Referensi

Dokumen terkait

Selalu hubungan/kegiatan dari dalam ke luar, harus melewati firewall. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memblok/membatasi baik secara fisik semua akses terhadap jaringan lokal,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh faktor persepsi dan sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian terhadap

Fakta lain yaitu dari tujuh naskah yang dikirimkan oleh penulis dari tujuh universitas yang berbeda sebagaimana termuat dalam edisi kali ini.. Tentu saja sangat

Kemudian saya menjelaskan kepadanya bahwa saya percaya Kristus adalah satu-satunya jalan menuju Allah karena Kristus sendiri yang mengajarkan hal tersebut, Saya

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa terhadap kemampuan menulis ayat Al- Qur‟an siswa MTs NU Darussalam Kecamatan Mijen Kota Semarang

Berdasarkan pengamatan pada uji pendahuluan secara in vitro penambahan konsentrasi NaOCl lebih dari 1 % menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan penambahan

Partisipasi anggota merupakan kebutuhan dasar bagi usaha semua koperasi, termasuk koperasi As- Sakinah Sidoarjo. Partisipasi aktif anggota bisa terwujud apabila koperasi