• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIOMETRI INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AUDIOMETRI INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIOMETRI INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER

Ali Hamzah1), Yossy Budi Prasetyo2), Yopi Adi Prasetyo3), Fidelio Soares de Carvalho4)

ABSTRAK

Kebutuhan uji pendengaran merupakan bagian penting dalam menjaga kesehatan, tetapi keterbatasan penyediaan perangkat uji pendengaran (audiometer) bagi unit-unit kesehatan perlu alternatif pemanfaatan komputer untuk keperluan tersebut. Kemampuan komputer sebagai pengolah data memungkinkan dikembangkannya sistem audiometri yang interaktif sehingga pengguna dapat melakukan uji secara mandiri. Sistem Komputer dapat dimanfaatkan sebagai audiometer dengan pengembangan perangkat lunak yang dapat membangkitkan tone frekuensi audio pada tingkat audio tertentu serta pengaturan pengaktivan kanal kanan dan kiri melalui sound card. Sinyal suara diperdengarkan kepada pengguna dan pengguna tersebut diminta untuk memberikan responnya. Hasil respon pengguna ditampung dan ditampilkan dalam bentuk Audiogram. Setelah dilakukan kalibrasi dan pengujian, sinyal Audio yang dihasilkan pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1 kHz, 2 kHz, 3 kHz, 4 kHz, 6 kHz, dan 8 kHz dengan selisih rata-rata 0,13 % terhadap frekuensi acuan, sedangkan level audio yang dihasilkan pada 5 dB, 10 dB, 20 dB, 30 dB, dan 40 dB dengn selisih rata-rata 3,5 % terhadap level acuan.

Kata kunci : Audiometer, komputer, perangkat lunak, interaktif PENDAHULUAN

Kelainan fungsi pendengaran tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan dan infeksi obat-obatan, tetapi banyak orang yang menderita fungsi pendengaran karena lingkungan dan perilaku tidak aman misalnya akibat kebisingan. Menurut Arifiani (2004) efek fisiologis kebisingan terhadap kesehatan manusia dapat terjadi dalam jangka pendek yang berlangsung sampai beberapa menit setelah pajanan terjadi atau dalam jangka panjang yang terjadi akibat efek kumulatif dari stimulus yang berulang. Menurut Rukmini dan Herawati (2000) gangguan pendengaran yang terjadi akibat bising ini berupa tuli saraf koklea dan biasanya mengenai kedua telinga.

Telinga merupakan bagian tubuh sabagai alat penerima gelombang suara atau gelombang udara, kemudian gelombang mekanik ini dirubah menjadi pulsa elektrik dan diteruskan ke korteks pendengar melalui saraf pendengaran (Adam, 1997). Telinga yang berfungsi sebagai indra pendengaran adalah fungsi tubuh yang membantu dalam berkomunikasi suara. Umumnya orang tidak mau memeriksakan fungsi pendengarannya karena tidak adanya sarana atau alat ukur untuk mendeteksi fungsi pendengarannya, jika ada mungkin hanya ketika sudah betul-betul terjadi gangguan pada pendengaran. Hal ini akan sangat merugikan ketika gangguan pendengaran terjadi pada usia produktif.

Upaya untuk mengantisipasi gangguan pendengaran perlu dilakukan pengujian kesehatan pendengaran sejak dini dan secara rutin. Sehingga diperlukan peralatan-peralatan khusus untuk itu di pusat pelayanan kesehatan terdekat agar mudah di jangkau misal klinik kesehatan di sekolah atau di perusahaan, di puskesmas dan sebagainya. Namun perangkat tersebut saat ini menurut ukuran sebagian lembaga kecil dirasa masih mahal serta membutuhkan keahlian dalam pengoperasioannya.

Untuk menilai ambang pendengaran, dilakukan pemeriksaan audiometri menggunakan alat bantu yang disebut audiometer. Pemeriksaan ini terdiri atas 2 parameter yaitu frekuensi (pada axis horizontal) dan intensitas (pada axis vertikal). Pada skala frekuensi, untuk program pemeliharaan pendengaran (hearing conservation program) pada umumnya diwajibkan memeriksa nilai ambang pendengaran untuk frekuensi 500, 1000, 2000, 3000, 4000, dan 6000 Hz. Bila sudah terjadi kerusakan, untuk masalah kompensasi maka dilakukan pengukuran pada frekuensi 8000 Hz.

Dalam akustik lazimnya memakai harga perbandingan antara nilai standart dengan nilai hasil tes (Supardi dan Iskandar, 2002). Untuk menentukan nilai standart dipakai ambang nilai tekan bunyi terendah yang masih dapat didengar oleh telinga manusia normal yaitu tekan bunyi pada frekuensi 1000Hz dengan perubahan tekanan sebesar 0.0002 dyne/cm². Telinga manusia masih dapat mendengar suatu bunyi tanpa rasa sakit pada suatu bunyi dengan perubahan tekanan sebesar 1000 dyne/cm². Tekanan suara sebesar ini ditetapkan sebagai ambang perasaan. Perbandingan antara ambang perasaan dan ambang pendengaran adalah sebesar 0.0002 dyne/cm² : 1000 dyne/cm² yaitu sebesar 5.000.000. Karena besarnya daerah tekanan suara yang mampu didengar ini maka digunakan satuan logaritma dengan tujuan untuk memperkecil angka-angka yang diperoleh yang disebut desible (dB). Jumlah dB adalah 20 kali logaritma dari perbandingan dua tekanan bunyi dengan rumusan 20 log P1/P0.

Dewasa ini sebagian masyarakat telah familier dengan perangkat komputer yang telah banyak digunakan di berbagai bidang. Pengguna komputer telah sering berinteraksi dengan berbagai aplikasi, karena aplikasi perangkat lunak berbasis komputer dibuat bersifat user friendly atau memandu pengguna dengan sistem dialog. Apalagi dengan

(2)

layanan multimedia dan game-game yang beragam membuat komputer menjadi semakin familier bagi semua khalayak.

Komputer memiliki potensi sebagai alat bantu uji audio (audiometer) karena komputer dapat menghasilkan suara dengan berbagai frekuensi audio yang dapat diatur intensitasnya serta dapat menerima input. Komputer memiliki perangkat kartu suara (sound card) yang bisa menerima masukan audio maupun menghasilkan sinyal suara yang dapat didengar manusia. Jika frekuensi suara yang dikeluarkan dikendalikan maka dapat dimanfaatkan sebagai sumber alat uji audio. Sedangkan perangkat input seperti mouse dan keyboard dapat dibaca oleh komputer sebagai umpan balik ketika pengguna mendengar suara uji tersebut. Dengan umpan balik itu dapat dilakukan perekaman kondisi pendengaran pengguna. Dengan adanya kemampuan komputer yang menyediakan layanan secara interaktif tersebut dapat memungkinkan pengujian pendengaran secara mandiri karena komputer dapat diperogram secara dialog. Perintah-perintah atau instruksi dapat disusun atau dinyatakan dalam bentuk tulisan atau multimedia (video, animasi dan suara) sehingga pengguna dapat memahami instruksi yang diberikan layaknya dipandu oleh seorang operator.

Pada sistem komputer umumnya dipasangkan kartu suara (soundcard) yang berfungsi untuk menerima masukan dari microphone dan menghasilkan suara yang disalurkan melalui speaker. Sebagian besar soundcard mendukung standarisasi untuk merekam dan memainkan audio digital pada frekwensi sampling 44.1 kHz stereo. Ini merupakan resolusi yang digunakan untuk perekam CD-Audio. Dengan resolusi 16-bit maka kualitas sinyal audio yang dihasilkan oleh soundcard semakin baik. Proses pengkonversian data digital menjadi sinyal analog dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1 Model Rekontruksi Sinyal Analog Dari Data Digital (Yudi dkk, 2010)

Bagian audio digital dari soundcard terdiri dari pasangan 16-bit digital-to-analog (DAC) dan analog-to-digital (ADC) converter serta pembangkit waktu sampling yang terprogram (programmable rate generator). Komputer membaca data yang tersampling ke atau dari converter sample rate dan clock dari converter dikendalikan oleh PC. Frekuensi sampling dapat digunakan sembarang frekwensi diatas 5kHz, tapi biasanya yang digunakan 44.1 kHz. Sinyal analog ini diteruskan kebagian mixer analog pada soundcard sebelum dikeluarkan melalui saluran output soundcard.

Komputer sebagai kategori perangkat Multimedia menurut Robin dan Linda: “Multimedia merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video” (Suyanto, 2004). Struktur Sistem Informasi Multimedia merupakan bagian yang penting dari keseluruhan pembuatan aplikasi Multimedia. Struktur ini berguna untuk memvisualisasikan seluruh relasional dan apliksai yang sedang dibangun. Struktur ini menjelaskan organisasi file dari perangkat lunak utama, grafik dan sumber daya lain, sehingga tidak hanya memudahkan dalam menemukan file tertentu, tetapi juga memudahkan untuk melakukan revisi pada tiap komponen dalam aplikasi Multimedia ketika dibutuhkan (Duff dan Mohler,1997).

TUJUAN

Makalah ini bertujuan menggambarkan

pengembangan aplikasi komputer sebagai audiometer secara interaktif.

METODE PERANCANGAN

Metode dalam perancangan sistem ini meliputi tahapan sebagai berikut :

• Identifikasi kebutuhan dilakukan pada tahap awal untuk menentukan spesifikasi atau persyaratan sistem yang akan dikembangkan. Dalam hal ini paramater frekuensi dan ambang suara yang harus dihasilkan serta bagaimana mekanisme kerjanya sehingga nantinya sebagai acuan dalam perancangan sistem audiometernya.

• Berdasarkan hasil idenfikasi kebutuhan yang telah dilakukan selanjutnya dibuat rancangan perangkat lunaknya dalam bentuk Diagram Alir Data (DAD) untuk menyatakan bagian-bagian dari program dan rancangan basisdatanya dalam bentuk Diagram Relasionalnya.

• Berdasarkan rancangan yang telah dibuat, selanjutnya dibuat programnya pada Komputer menggunakan Borland Delphi untuk mendapatkan prototype audiometer yang diharapkan.

• Pengujian dilakukan untuk menguji kemampuan prototype audiometer terhadap kemungkinan-kemungkinan uji audio yang akan diterapkan. Rancangan Sistem

Rancangan umum sistem dinyatakan dalam bentuk diagram konteks (Gambat 2a), untuk menyatakan hubungan (interaksi) sistem terhadap pelaku eksternal. Sistem Smart Audiometri akan menghasilkan sinyal audio pada frekuensi dan level tertentu untuk diperdengarkan kepada pengguna. Selanjutnya pengguna dapat memberikan tanggapan (respon) hasil pendengarannya kepada sistem. Operasi pembangkitan sinyal audio dan tanggapan pengguna dilakukan hingga lengkap sehingga dapat dihasilkan laporan ujinya berupa audiogram.

(3)

Gambar (a) Diagram Konteks

Gambar (b) DAD tingkat pertama Gambar 2. Diagram konteks dan DAD tingkat

pertama sistem audiometri

Berdasarkan rancangan diagram konteks di atas, maka rancangan yang lebih detil dinyatakan dalam bentuk Diagram Alir Data (DAD) tingkat pertama untuk mendapatkan bagian-bagian utama dari sistem. Gambar 2b menyatakan identifikasi DAD tingkat pertama yang memuat dua bagian utama yaitu Pembangkit Audio dan Antarmuka Interaktif. Bagian Pembangkit Audio berfungsi untuk menghasilkan sinyal audio pada frekuensi, level dan kanal tertentu yang ditentukan berdasarkan data sinyal uji dari Bagian Antarmuka Interaktif. Bagian Antarmuka Interaktif berperan mengendalikan pembangkitan sinyal uji dan menerima respon dengar dari pengguna untuk ditampung pada tabel data uji serta menampilkan hasilnya dalam bentuk audiogram. Berdasarkan identifikasi bagian utama pada DAD tingkat pertama, selanjutnya dilakukan identifikasi DAD tingkat kedua untuk mendapatkan bagian fungsional yang lebih detil. DAD tingkat kedua akan mengurai sub bagian dari Bagian Pembangkit Audio dan Bagian Antarmuka Interaktif (Gambar 3). DAD tingkat kedua untuk bagian Pembangkit Audio terdiri atas Pengatur Level untuk menentukan variasi tingkat amplitudo sinyal, Pengatur Kanal untuk menentukan saluran yang aktif (telinga kiri atau telinga kanan), dan Pembangkit Frekuensi untuk menentukan frekuensi sinyal yang akan dibangkitkan berdasarkan data sinyal Uji. Sedangkan untuk Bagian Antarmuka Interaktif terdiri atas Pengatur urutan uji yang berperan menentukan data sinyal uji dan

meneruskan data respon dengar pengguna, Penyimpan data uji untuk menampung data respon dengar pengguna ke dalam tabel data uji, dan Pembangkit audiogram untuk menghasilkan grafik hasil uji berdasarkan data yang telah ditampung pada tabel data uji.

Gambar 3 Diagram Alir Data tingkat kedua

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rancangan program yang telah dibuat selanjutnya dibuat prototipe programnya menggunakan Borland Delphi. Ketika program dijalankan, maka halaman awal yang terbuka akan memberikan petunjuk atau informasi terkait proses uji audiometri (Gambar 4a). Selanjutnya pengguna diminta untuk mengisi data peserta uji pada form yang tersedia (Gambar 4b).

Gambar (4a) Runing program prototipe Halaman pembuka/petunjuk

(4)

Gambar (4b) Runing program prototipe Form data peserta uji

Setelah data peserta uji terisi, maka proses pengujian dimulai. Tes diawali dengan memperdengarkan sinyal audio pada frekuensi 250 Hz dengan level 40 dB untuk telinga kanan (Gambar 5a). Jika pengguna dapat mendengar suara tersebut maka pengguna dapat meresponnya dengan meng-klik Button berlabel “Mendengar” jika pengguna tidak mendengar dapat meng-klik Button berlabel “Tidak Mendengar” atau dapat mengulanginya. Selanjutnya tes lanjutan untuk frekuensi dan level lainnya dapat diteruskan dengan meng-klik Button berlabel “Tes Selanjutnya”. Setelah tes pendengaran telah lengkap akan dihasilkan tabel hasil uji seperti ditunjukkan pada Gambar 5b. Tabel Hasil uji berisi data batas mendengar sinyal audio dalam satuan dB pada frekuensi-frekuensi yang telah ditentukan. Untuk melihat grafik hasil ujinya, pengguna dapat meng-klik Button berlabel “Audiogram”.

Gambar (5a) Runing program contoh halaman uji

Gambar (5b) Runing program contoh tabel hasil uji

Contoh Audiogram yang dihasilkan oleh program prototipe ditunjukkan pada gambar 6a. Batas level dengar telinga kanan ditandai dengan simbol O, sedangkan Batas level dengar telinga kiri ditandai dengan simbol X. Jika Batas dengar teinga kanan sama dengan telinga kiri maka ditandai dengan simbol #.

Gambar 6. Contoh audiogram yang dihasilkan Kalibrasi dan Uji Frekuensi dan Level Audio

Untuk mendapatkan frekuensi kerja yang diharapkan, maka Audiometer dikalibrasi dan diuji keluaran frekuensi sinyalnya. Hasil kalibrasi dan uji frekuensi ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Kalibrasi dan Uji Frekuensi Frekuensi ditentukan Frekuensi Terukur

250 Hz 250.4 Hz 500 Hz 500.3 Hz 1000 Hz 1002 Hz 2000 Hz 2004 Hz 3000 Hz 3001 Hz 4000 Hz 4005 Hz 6000 Hz 6008 Hz 8000 Hz 8009 Hz

Berdasarkan Tabel 1, frekuensi uji Audiometer telah mendekati frekuensi kerja yang telah ditentukan. Selisih rata-rata frekuensi yang

(5)

terukur terhadap frekuensi yang ditentukan sebesar 0,13 %

Untuk mendapatkan level sinyal pada masing-masing frekuensi kerja yang diharapkan, maka Audiometer dikalibrasi dan diuji level keluaran sinyalnya. Hasil kalibrasi dan uji level sinyal pada masing-masing frekuensi kerjanya ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Kalibrasi dan Uji Level Audio

Berdasarkan Tabel 2, level sinyal uji Audiometer telah mendekati level sinyal yang telah ditentukan. Selisih rata-rata level sinyal yang terukur terhadap level sinyal yang ditentukan sebesar 3,5 %.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah mendanai kegiatan ini melalui Program Kreativitas Mahasiswa kategori Karsa Cipta (PKM-KC) tahun 2013.

KESIMPULAN

Sistem Komputer dapat dimanfaatkan sebagai audiometri dengan pengembangan perangkat lunak yang dapat membangkitkan tone frekuensi audio dan tingkat level audio serta pengaturan pengaktivan kanal kanan dan kiri melalui sound card. Sinyal suara diperdengarkan kepada pengguna (peserta uji) dan pengguna diminta untuk memberikan respon dengan meng-klik Button “Mendengar” atau Button “Tidak Mendengar”. Hasil respon pengguna ditampung dan ditampilkan dalam bentuk Audiogram. Setelah dilakukan kalibrasi dan pengujian, Sinyal Audio yang dihasilkan pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1 kHz, 2 kHz, 3 kHz, 4 kHz, 6 kHz, dan 8 kHz dengan selisih rata-rata 0,13

% terhadap frekuensi acuan, sedangkan level audio yang dihasilkan pada 5 dB, 10 dB, 20 dB, 30 dB, dan 40 dB dengn selisih rata-rata 3,5 % terhadap level acuan.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.L, 1997, Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta Arifiani, N., 2004, Pengaruh Kebisingan terhadap

Kesehatan Tenaga Kerja, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004, tersedia pada http:// www.kalbe.co.id/cdk

Duff, JM., dan Mohler, JL., 1997. Desain Grafik dan Halaman Web, Elex Media Komputindo, Jakarta Engdahl, T,2002, Soundcard tips and facts, ELH

Communication Co. Ltd. Tersdia pada

http://www.epanorama.net/documents/pc/soundca rd_tips.html

Rukmini, S., Herawati, S., 2000, Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung Tenggorok, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Suyanto, M, 2004, Analisis dan Desain Aplikasi Multimedia Untuk Pemasaran, Penerbit Andi,Yogyakarta

Soepardi, E.A., Iskandar, N., 2002, Buku Ajar Ilmu Kesehatan, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Yudi, A, Prayudi, I, Adiseno, Sulaiman, Y., 2010, Perancangan DAC pada Sistem Pemancar WIMAX, Jurnal Elektronika, LIPI, Vol. 10 No. 2, September 2010 Lev el Aud io dite ntuk an

Level Audio terukur pada frekuensi kerja 25 0 Hz 50 0 Hz 1 kH z 2 kH z 3 kH z 4 kH z 6 kH z 8 kH z 40 dB 40, 3 dB 40, 2 dB 40, 1 dB 40, 2 dB 40, 1 dB 40, 2 dB 40, 2 dB 40, 3 dB 30 dB 30, 4 db 30, 3 dB 30, 4 dB 30, 5 dB 30, 3 dB 30, 3 dB 30, 4 dB 30, 4 dB 20 dB 20, 4 dB 20, 5 dB 20, 4 dB 20, 5 dB 20, 6 dB 20, 6 dB 20, 5 dB 20, 5 dB 10 dB 10, 4 dB 10, 5 dB 10, 4 dB 10, 5 dB 10, 5 dB 10, 4 dB 10, 4 dB 10, 5 dB 5 dB 5,5 dB 5,5 dB 5,4 dB 5,5 dB 5,4 dB 5,4 dB 5,4 dB 5,5 dB

Gambar

Gambar 3 Diagram Alir Data tingkat kedua
Tabel 1. Hasil Kalibrasi dan Uji Frekuensi  Frekuensi ditentukan  Frekuensi Terukur

Referensi

Dokumen terkait

Sub Model Biodiesel dibangun dengan mengacu kebijakan pencampuran biodiesel (B5) artinya 5% biodiesel dan 95% minyak diesel dengan melihat tingkat konsumsi ADO

Berdasarkan Teorema 3, syarat pertama dari daerah faktorisasi tunggal telah dipenuhi... Introduction to Abstract

Mention adalah cara yang paling umum digunakan dalam twitter untuk berkomunikasi dengan sesama pengguna twitter, jika mengirimkan pesan kepada orang lain dengan

Ungkapan terimakasih yang tak ternilai penulis ucapkan kepada keluarga yang kusayangi, kepada kedua orangtuaku Ibundaku Siti Khadijah Semel yang sudah memberikan banyak doa,

Dari Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemangkasan daun bagian bawah memberikan pengaruh terhadap produksi jagung manis dimana Pemangkasan daun memberikan

Durian yang akan dijadikan sebagai Kultivar Unggul Nasional paling tidak harus memiliki kriteria daging buah tebal, rasa manis tekstur halus, kadar air cukup

Studija je pokazala kako navedene legure imaju sklonost prema rupičastoj koroziji u morskoj vodi, s tim da legura AA1100 ima bolju korozijsku postojanost od legure AA5083. Ako

Hasil analisis model kelembagaan memperlihatkan untuk pengelolaan waduk berbasis perikanan budidaya KJA berkelanjutan diperlukan 4 elemen penting yang dapat menjadi faktor