• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEKERJANYA HUKUM DAN FAKTOR YANG MEMPENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BEKERJANYA HUKUM DAN FAKTOR YANG MEMPENG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS HUKUM DAN MASYARAKAT BEKERJANYA HUKUM DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA

Oleh:

INUGRAHA AL AZIZ PURYASANDRA 8111412180

ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

BEKERJANYA HUKUM DALAM MASYARAKAT

(3)
(4)

berfungsi sebagaimana mestinya dan efektif berlakunya dalam masyarakat, atau justru sebaliknya tidak efektif bekerjanya.

Hukum dapat bekerja dan berfungsi tidak sekedar apa yang diharapkan oleh pembuat peraturan hukum, tetapi perlu diteliti pada komponen elemen yang tidak bekerja sebagaimana mestinya. Maksudnya tidak bekerja itu, bisa datangnya dari pembuat peraturan hukum, atau dari para penerap peraturan/pelaksana, ataukah dari pemangku peran. Selain itu dapat dikaji kendala-kendala eksternal global yang menyebabkan hukum tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Seperti ada tekanan-tekanan dari pihak luar negeri yang tergabung dalam organisiasi internasional.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERLAKUNYA HUKUM.

Problem penegakan hukum di Indonesia sebenarnya suah banyak di sampaikan oleh para pakar, ahli, birokrat diberbagai forum. Seperti menurut Robert B Seidman ada tiga faktor yang berpengaruh berlakunya hukum yaitu : 1.Peraturan Perundang-Undangan. 2.Aparat Pelaksana (penegak hukum) dan 3.Masyarakat (kesadaran dan kepatuhan hukum). Sedangkan menurut Soerjono Sukanto menyatakan ada lima faktor yang mempengaruhi bekerjanya hukum dimasyarakat, yaitu : 1.Peraturan Perundang-Undangan. 2.Aparat Pelaksana (penegak hukum) dan 3.Masyarakat (kesadaran dan kepatuhan hukum). 4. Sarana Prasarana. 5.Dana. Selain faktor yang telah disebutkan Robert B Seidman dan Soerjono Sukanto perlu juga ditambahkan juga mengenai masaslah kesejahteraan bagi penegak hukum serta 2. Diterapkannya Reward and punishment. Disini saya akan mencoba mengemukakan hal tersebut tanpa mengesampingkan pendapat-pendapat yang telah ada.

A. Keadaan Peraturan Perundang-undangan

(5)

Lebih-lebih saat sekarang ini, kebanyakan peraturan perundang-undangan merupakan produk penting dari pemegang kuasa. Hal ini terjadi bukan karena dorongan kekuasaan untuk mengatur, bukan karena kepada kekuasaan diberi kekuasaan membentuk hukum/aturan, akan tetapi masyarakat sendiri yang menghendaki agar kekuasaan membentuk hukum/peraturan perundang-undangan. Lembaga Negara yang dikehendaki masyarakat tersebut sering disebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Peraturan perundang-undangaan sangat berpengaruh terhadap penegakkan hukum, oleh karena itu sejak dibuat oleh pembentuknya perundanga-undangan harus menyerap nilai, aspirasi yang ada dimasyarakat. Selama ini pembuat peraturan perundang-undangan tidak memberi perhatian yang cukup apakah aturan yang nantinya bisa dijalankan atau tidak. Pembuat peraturan perundang-undangan sadar ataupun tidak telah mengambil asumsi aturan yang dibuat akan dengan sendirnya berjalan.Undang-Undang kerap kali dibuat oleh DPR tanpa memperhatikan adanya jurang untuk melaksanakan UU antara satu daerah yang satu dan daerah yang lain. Sering Undang-Undang yang dibuat hanya mengambil sampel didaerah Jakarta saja, tidak melihat di daerah lain. Konsekuensinya UU tersebut pada daerah-daerah tertentu sangat sulit dilaksanakan.

Sebagai contoh dalam undang-undang Perlindungan Anak, anak diharapkan tidak bekerja sejak kecil, sedangkan untuk didaerah pantai untuk jadi seorang nelayan, seseorang harus berusaha menyesuaikan dengan laut sejak kecil, maka wajar apabila seorang anak tersebut sejak kecil sudah membantu keluarganya atau bekerja di pantai sebagai nelayan.

B. Pelaku Penegakkan Hukum

(6)

hukum lebih utamakan. Gaji yang besar dan tunjangan kesejahteraan yang telah sesuai dengan taraf hidup masyarakat, akan membuat penegak hukum kebal terhadap rayuan suap maupun korupsi. Tentunya gaji dan tunjangan yang besar harus diikuti dengan punishment yang tegas terhadap ini.

Sekarang ini dari semua lini penegakkan hukum hanpir bisa ditemukan praktek-pratek korupsi maupun suap. Dalam tingkat penyidikan uang dapat mempengaruhi posisi tawar atas pasal-pasal yang akan disangkakan. Dalam tingkat penuntutan, uang bisa berpengaruh atas diteruskan tidaknya penuntutan oleh penuntut umum, bahkan jika penuntutan itu dilakukan maka uang akan berpengaruh terhadap berat tuntutan yang akan dikenakan. Di Institusi peradilan uang juga berpengaruh atas putusan yang akan dijatuhkan oleh Hakim. Uang dapat melepasakan atau membebaskan terdakwa, jika dinyatakan bersalah uang dapat mengatur rendah dan seringannya hukuman yang dijatuhkan. Sedangkan di Lembaga Pemasyarakatan uang akan berpengaruh kepada narapidana, yaitu siapa yang memiliki uang akan mendapat perlakuan yang lebih baik dan manusiawi. Masalah penegak hukum juga pada masalah sumber daya manusianya. Diawal-awal kemerdekaan istitusi hukum kejaksaan ataupun peradilan diisi oleh para tokoh-tokoh yang tidak jarang menjadi guru besar pada universitas ternama. Profesi hakim dann jaksa sangat dihormati, temasuk penghasilan hakim dan jaksa sangat besar, lebih dari seorang advokat.Tapi sekarang banyak lulusan terbaik dari universitas yang ternama yang menolak menjadi seorang hakim ataupun jaksa, tetapi mereka lebih memilih bekerja sebagai lawyer yang mana gajinya lebih besar dari pada gajin seorang hakim atau jaksa. Keenganan untuk memasuki lembaga peradilan atau kejaksaan juga terindikasi karena proses rekruitmennya adanya suap. C. Masyarakat dan Budaya Hukum.

(7)

buruk (sehingga dihindari). Kebudayaan Indonesia merupakan dasar atau menadasari hukum adat yang berlaku. Hukum adat tersebut merupakan kebiasaan yang berlaku di kalangan rakyat banyak. Akan tetapi di samping itu berlaku pula hukum tertulis (perundang-undangan) yang dibentuk oleh golongan tertentu dalam masyarakatyang mempunyai kekuasaan wewenang untuk itu. Hukum perundang-undangan tersebut harus dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat agar hukum perundang-undangan tersebut dapat berlaku secara efektif. Semakin banyak persesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudahlah menegakkannya. Sebaliknya, apabila suatu peraturan perundang-undangan tidak sesuai atau bertentangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan atau menegakkan peraturan hukum dimaksud. Masyarakat Indonesia terutama yang berada di kota-kota besar bila mereka berhadapan dengan prosese hukum akan melakukan berbagai upaya agar tidak dikalahkan atau terhindar dari hukuman, kenyataan ini mengindikasikan masyarakat diindonesia sebagai masyarakat pencari kemenangan ,bukan pencari keadilan sebagai

kemenangan, tidak heran bila semua upaya akan dilakukan ,baik yang sah maupun yang tidak,semata –mata untuk mendapat kemenangan.

D. Fasilitas dan Sarana Prasarana

(8)

berlangsung dengan lancar. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadahi, keuangan yang cukupdan seterusnya. Kalau hal ini tidak terpebuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya. ANALISIS DAN CONTOH

(9)

adanya fasilitas yang memadai maka penegakan hukum bisa ditegakan dengan seutuhnya, prasarana juga harus mendukum dalam penegakan hukum seperti yang diperlukan oleh kepolisian yang notabene sering berinteraksi dengan masyarakat setidaknya memasang pengumuman ataupun himbanuan di media cetak ataupun dunia maya, media cetak memerlukan biaya yang tidak sedikit karena harus memasang pengumuman ataupun himbanguan di tempat umum agar masyarakat tahu akan hal tersebut, karena tidak semua masyarakat mengetahui dunia maya.

Dari analisis diatas saya mengambil contoh/ realitasnya pada factor keadaan peraturan perundang-undangan dalam realita kehidupan banyak anak yang masih dibawah umur sudah di tuntut bekerja oleh orang tuanya seperti pada anak-anak di jalanan yang seharusnya usia tersebut adalah usia mereka berhak memperoleh pendidikan yang layak dan minimal belajar 9 tahun. Tentunyna hal ini bertolak belakang dengan UU no 23 tahun 2000 tentang Perlindungan Anak, UU ini dibuat untuk melindungi hak-hak anak agar tidak dilanggar haknya, anak juga memiliki peraturan yang mengaturnya dan bersifat khusus seperti UU no 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan anak yang di dalamnya terkandung sanksi anak itu berbeda dengan sanksi orang dewasa. Terdapat Tindakan dan pidana dikatakan anak dipidana yaitu mereka yang sudah berumur 8 tahun dan max 18 tahun dan ancaman pidanaya ½ dari ancaman pidana orang dewasa. Anak memang istimewa dan harus dijaga, sedangkan dalam UU perlindungan anak terdapat beberapa pasal yang mengatur seperti:

Pendidikan Pasal 48

Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak.

Pasal 49

(10)

Pasal 50

Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 diarahkan pada :

a. pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal;

b. pengembangan penghormatan atas hak asasi manusia dan kebebasan asasi;

c. pengembangan rasa hormat terhadap orang tua, identitas budaya, bahasa dan nilai-nilainya sendiri, nilai-nilai nasional di mana anak bertempat tinggal, dari mana anak berasal, dan peradaban-peradaban yang berbeda-beda dari peradaban-peradaban sendiri;

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Hikmanto Juwana, Penegakan Hukum dalam kajian law and development: Problem Dan Fundamenn Bagi Solusi di Indonesia, Jakarta, Varia Peradilan, edisi Maret 2006,

---, Menyongsong Kehadiran Pengadilan Perikanan, Majalah Hukum Varia Peradilan, Edisi Juni 2006

Riyanto Adi, Sosiologi Hukum, tidak diterbitkan, Jakarta Juni 2000 Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, CV Rajawali Sakti Jakarta, 1980,

Undang-Undanng Nomor 23 Tahun 2000 tentang Perlindungan Anak

Referensi

Dokumen terkait

Hambatan yang timbul dalam penegakan hukum tindak pidana cyberpornografi yaitu tidak adanya laporan dari korban, kemampuan penyidik, alat bukti, fasilitas komputer

Untuk terciptanya penegakan hukum yang baik, pro- ses dan keputusan hukum tidak hanya berdasarkan hukum formal dan materiil semata, tetapi harus didasarkan kepada semangat dan

Bab ini juga membahas lebih lanjut mengenai perbaikan sektor kehutanan dan peruntukan lahan yang harus diusahakan terlepas dari manfaat iklimnya, seperti peningkatan penegakan

dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di. wilayah

Faktor yang menghambat adanya perlindungan hukum terhadap pasien dalam pelayanan kesehatan yaitu : Fasilitas dokter/tenaga kesehatan kurang memadai, fasilitas

Dalam penegakan hukum responsive, penegakan hukum tidak hanya berdasarkan secara hukum formal, dimana hukum diberlakukan hanya berdasarkan aturan- aturan dan hukum hanya

Penegakan hukum oleh Polri sebagian masih berorientasi pada legalistic positivisme seperti mengeja undang-undang tanpa menemukan adanya hukum di dalam undang-undang secara

Jadi Penegakan Hukum yang spiritual,---bisa dimaknai penegakan hukum dalam hal ini putusan hakim yang dijiwai dengan semangat dan nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa, dimana seorang