• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN SIKAP GOTONG ROYONG DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SDN 3 KRONGGEN GROBOGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENANAMAN SIKAP GOTONG ROYONG DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SDN 3 KRONGGEN GROBOGAN"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS Diajukan Kepada

Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Administrasi Pendidikan

Oleh:

Djamari Q 100140044

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

(2)

ii lllllll

(3)

iii Prof. Dr. Sutama, M.Pd

Dosen Program Magister Administrasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nota Dinas

Hal : Tesis Saudara Djamari Kepada Yth

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Setelah membaca, meneliti, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap tesis saudara :

Nama : Djamari

NIM : Q. 100140044

Program Studi : Magister Administrasi Pendidikan

Judul Tesis : Penanaman Sikap Gotong Royong Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SDN 3 Kronggen Grobogan Dengan ini kami menilai tesis tersebut dapat disetujui untuk diajukan dalam sidang Ujian Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Surakarta, 8 April 2016 Pembimbing I

Prof. Dr. Sutama, M.Pd

(4)

iv Dr. Suyatmini, M.Si

Dosen Program Magister Administrasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nota Dinas

Hal : Tesis Saudara Djamari Kepada Yth

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Setelah membaca, meneliti, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap tesis saudara :

Nama : Djamari

NIM : Q. 100140044

Program Studi : Magister Administrasi Pendidikan

Judul Tesis : Penanaman Sikap Gotong Royong Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SDN 3 Kronggen Grobogan Dengan ini kami menilai tesis tersebut dapat disetujui untuk diajukan dalam sidang Ujian Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Surakarta, 8 April 2016 Pembimbing II

Dr. Suyatmini, M.Si

(5)

v Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Djamari

NIM : Q100140044

Program Studi : Magister Administrasi Pendidikan

Judul Tesis : Penanaman Sikap Gotong Royong Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SDN 3 Kronggen Grobogan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya serahkan ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan yang telah saya jelaskan sumbernya, dan apabila di kemudian hari terbukti tesis saya ini hasil jiplakan, maka saya rela bila gelar dan ijazah yang diberikan universitas kepada saya akan batal saya terima.

Yang membuat pernyataan

Djamari

(6)

vi MOTTO

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.

(Abu Bakar Sibli)

PERSEMBAHAN

1. Istri dan anak- anakku tercinta 2. Teman seperjuangan

3. Almamaterku

4. Pembaca Yang Budiman

(7)

vii

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, serta kemudahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan Tesis ini sabagai salah satu syarat akademik, untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Proses penulisan tesis tidak lepas masukan dan dorongan dari berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu per satu dalam bagian ini. Oleh karena itu secara khusus pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada.

1. Prof.Dr.Bambang Setiaji, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberi berbagai sarana dan fasilitas dalam menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Prof.Dr.Khudzaifah Dimyati,SH,M.Hum.Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi.

3. Prof.Dr.Sutama,M.Pd. Ketua Program Magister Administrasi Pendidikan yang telah memberikan ijin untuk melanjutkan studi.

4. Prof.Dr.Sutama,M.Pd.Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, dan saran kepada penulis.

5. Dr.Suyatmini,S.E,M.Si.Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan saran kepada penulis.

6. Djoko Muljono,S.Pd.M.M.Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian .

7. Endang Wahyu Utami,S. Pd. Kepala Sekolah beserta guru SDN 3 Kronggen UPTD Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian, memberikan informasi dan kerjasama yang baik selama proses penelitian.

(8)

viii

memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak selama ini membantu dalam penulisan tesis, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran konstruktif sangat diharapkan kepada para pembaca demi kesempurnaan tesis ini.

Surakarta, 8 April 2016 Penulis,

Djamari

(9)

ix

Djamari. Penanaman Sikap Gotong Royong Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SDN 3 Kronggen Grobogan. Tesis. Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2015.

Tujuan dari penelitan ini (1) mendeskripsikan penanaman sikap gotong royong dengan pembiasaan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka (2) mendeskripsikan evaluasi penanaman sikap gotong royong dengan keteladanan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka (3) mendeskripsikan kendala penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka. T

Jenis- jenis penelitian : teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Uji keabsahan data triangulasi.

Hasil penelitian ini adalah (1) Mendiskripsikan penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka yaitu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka siswa bersama-sama dan membaur dengan kelas lainnnya, kerja sama dalam melaksanakan tugas kelompok, gotong royong membersihkan halaman sekolah. Proses persiapan pelaksanaan kegiatan pramuka mengadakan mugus dan membentuk panitia kepengurusan. (2) Mendiskripsikan ihak-pihak yang terlibat dalam evaluasi adalah kepala sekolah, guru sebagai pembina pramuka dan komite sekolah yang dilaksanakan setelah selesai kegiatan, satu bulan dan enam bulan sekali. Hal-hal yang di evaluasi diantaranya adalah kehadiran peserta didik, kesesuaian materi. ketercapaian program yang tetapkan (3) Mendiskripsikan kendala yang dihadapi pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka seperti siswa datang terlambat, siswa kurang antusiasnya dan tidak focus menerima materi faktor cuaca. Cara mengatasi kendala yaitu dengan lebih memberikan tugas-tugas yang dapat memupuk rasa gotong royong, mendisiplinkan anak yang masih sering terlambat, melakukan variasi pengajaran, pemberian contoh nyata dari Pembina pramuka.

Keywords: pramuka, gotongroyong, ekstrakurikuler

(10)

x

Djamari. Implantation attitude of the Mutual Cooperation In Extracurricular Activities Scouts in SDN 3 Kronggen Grobogan. Thesis. Graduate Muhammadiyah University of Surakarta. 2015.

The purpose of this research (1) Implantation the attitude of mutual cooperation with habituation in ekstrakurikuler scout activities (2) evaluation of Implantation an attitude of mutual cooperation with exemplary ekstrakurikuler scout activities (3) Implantation constraints attitude of mutual cooperation in the activities ekstrakurikuler scout.

Data collection techniques of observation, interviews and documentation.

Data analysis techniques: data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. Test the validity of data triangulation.

The results of this study were (1) Implantation attitude of mutual assistance in the implementation of activities that ekstrakurikuler scout scout extracurricular activities of students together and mingle with other woods classes, cooperation in carrying out the task group, a gotong royong to clean the school yard. The process of preparation of the implementation of the scouts hold mugus and form a management committee. (2) The parties involved in the evaluation is the principal, teachers as a scout leader and school committee held after the completion of activities, one month and six months. Things that are evaluated include the presence of students, the suitability of the material. achievement of the program charge (3) Constraints faced by the implementation of extracurricular activities such as student scouts came in late, students lack enthusiasm and focus not receive the material to weather factors. How to overcome obstacles is to give more tasks that can foster a sense of mutual cooperation, discipline children who are often late, do a variety of teaching, giving concrete examples of Trustees scout.

Keywords: scout, mutual cooperation, extracurricular

(11)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

NOTA PEMBIMBING I ... iii

NOTA PEMBIMBING II ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Esktrakulikuler Pramuka ... 7

B. Gotong Royong ... 9

C. Penelitian Relevan ... 9

BAB III METODE PENELITIAN ... 12

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 12

B. Kehadiran Penelitian ... 13

C. Tempaat dan Waktu penelitian... 14

D. Data dan Sumber Data ... 14

E. Teknik Pengumpulan Data ... 15

F. Teknis Analisis Data ... 16

G. Keabsahan Data ... 27

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 19

A. Paparan Data ... 19

B. Temuan Penelitian ... 32

C. Pembahasan ... 35

BAB V PENUTUP ... . 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Implikasi………. 45

C. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... . 47

LAMPIRAN ... 49

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prinsip gotong royong merupakan salah satu ciri khas atau karakteristik dari bangsa Indonesia. Hal lain yang mendukung keberterimaan perilaku gotong royong juga dapat dinyatakan pada pancasila yaitu sila ke- 3

“Persatuan Indonesia “. Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Sikap Gotong Royong pada siswa harus ditanamkan lebih dini,

Menurut Soekarno dan Koentjaraningrat (2013: 11). “Gotong royong adalah kerja bersama dalam upaya mencukupi kebutuhan dan menghadapi permasalahan secara bersama. ”Gotong royong ini merupakan kegiatan positif yang sudah ada sejak dulu. Dan memiliki banyak manfaat bagi individu dan lingkungannya. Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap gotong royong adalah cara seseorang mengarahkan dirinya untuk bekerjasama dengan dengan orang lain atau kelompok untuk memperoleh hasil bersama.

Secara umum, kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dianggap sebagai kegiatan yang menyianyiakan waktu, membuat lelah, membuat siswa mengabaikan pelajaran pokoknya, dan membuang-buang uang, padahal apabila mengikuti ekstrakurikuler Pramuka itu sangat membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang ada, dapat menjadikan siswa

(14)

yang rajin dan trampil (Nastiti, 2013:3)

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan penulis di SDN 3 Kronggen Grobogan, masih kurang sekali keinginan siswa untuk ikut serta atau berperan dalam mengadakan gorong royong baik itu dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah maupun dalam hal pembangunan sekolah dan lain-lain. Padahal sekolah sering mengadakan kegiatan gotong royong seperti : membersihkan lingkungan sekolah, bergotongroyong dalam mempersiapkan perlengkapan acara-acara yang ada disekolah, dan sebagainya.

Namun hanya sedikit siswa yang mau ikut bekerja sama dalam kegiatan bergotongroyong dan juga tidak sedikit siswa yang menganggap kegiatan gotong royong itu adalah hal yang kampungan dan sepele. Hal ini disebabkan karena siswa kurang terbiasa melakukan kegiatan gotong royong dan kurangnya kesadaran dalam diri siswa, selain itu tidak sedikit siswa yang belum memahami manfaat dari gotong royong. Padahal seorang anak yang kurang berperan dalam hal bergotongroyong, dapat berpengaruh kurang baik pada kehidupan bermasyarakat di masa dewasanya kelak, karena tidak terbiasa bekerja sama dan ikut serta dalam membangun dan membersihkan lingkungannya.

Secara umum, kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dianggap sebagai kegiatan yang menyianyiakan waktu, membuat lelah, membuat siswa mengabaikan pelajaran pokoknya, dan membuang-buang uang, padahal

(15)

dalam mengembangkan potensi yang ada, dapat menjadikan siswa menjadi disiplin dalam belajar, menumbuhkan keberanian, menjadi anak yang rajin dan trampil (Nastiti, 2013:3)

Mengingat pentingnya upaya untuk menanamkan sikap gotong royong pada diri siswa, maka diperlukan adanya solusi untuk menanggulanginya, dan salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan Ekstrakurikuler pramuka . Pengembangan potensi siswa sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional dapat diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Wibowo (2012: 94-95) bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat diikuti oleh seluruh atau sebagian siswa, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan kedalam kalender akademik

Gerakan pramuka adalah nama organisasi yang merupakan suatu wadah proses pendidikan kepramukaan yang ada di Indonesia. Tujuan gerakan pramuka adalah terwujudnya kaum muda Indonesia menjadi manusia yang berwatak, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup, dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (Ma‟sumah, 201:6).

Kepramukaan pada hakekatnya adalah suatu proses pendidikan Ekstrakurikuler yang menyenangkan bagi anak muda, dibawah tanggungjawab anggota dewasa, yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan keluarga, dengan prinsip dasar dan metode

(16)

Darma Pramuka. Gerakan Pramuka merupakan suatu gerakan yang mulai ditanamkan di sekolah-sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib.

Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 tentang implementasi, kurikulum pedoman kegiatan ekstrakurikuler lampiran III menyatakan

Dalam keurikulum 2013, kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib dari sekolah dasar (SD/MI), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK), dalam pendidikan dari hingga Sekolah Menengah Atas pelaksanaanya dapat bekerjasama dengan organisasi kepramukaan setempat/terdekat.(Kemdikbud:2013

Kepramukaan didalamnya diikuti oleh berbagai siswa dengan tujuan peserta didik yang jujur, displin, tanggung jawab, toleransi, sopan santun, gotong royong, percaya diri.

Berdasarkan latar belakang tersebut,dapat diketahui bahwa Gerakan Pramuka sebagai salah satu wadah dalam pembinaan serta penanaman sikap gotong royong pada anak. Dengan memperhatikan dan melihat kenyataan yang ada bahwa adanya Gerakan Pramuka di sekolah,maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian sekaligus bahan penyusunan tesis dengan judul.

Penanaman Sikap Gotong Royong Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SDN 3 Kronggen Grobogan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penamanam Sikap Gotong Royong

(17)

Rumusan tersebut dirinci menjadi 3 fokus sebagai berikut.

1. Bagaimana penanaman sikap gotong royong dengan pembiasaan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan?

2. Bagaimana evaluasi penanaman sikap gotong royong dengan keteladanan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan?

3. Bagaimana kendala penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan.

1. penanaman sikap gotong royong dengan pembiasaan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan

2. evaluasi penanaman sikap gotong royong dengan keteladanan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan

3. kendala penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki beberapa manfaat yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan salah satu teori penanaman sikap gotong royong melalui gerakan

(18)

pelaksanaan lebih lanjut dalam kondisi yang berbeda.

b. Peneliti ingin mengembangkan tekhnik-tekhnik dalam proses penanaman sikap gotong royong yang dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk suka bekerjasama.

2. Manfaat atau Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi dan masukan yang berguna tentang peranan gerakan pramuka dalam penanaman sikap gotong royong bagi siswa .

b. Memberikan sumbangan atau masukan kepada pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan kepramukaan dalam rangka penanaman sikap gotong royong

(19)

7

KAJIAN TEORI

A. Ekstrakurikuler Pramuka 1 Pengertian Ekstrakurikuler

Menurut Usman (2011: 148), yang dimaksud kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan belajar yang waktunya di luar waktu yang telah ditetapkan dalam susunan program seperti kegiatan pengayaan, perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau kegiatan lain yang bertujuan memantapkan pembentukan kepribadian seperti kegiatan pramuka, usaha kesehatan sekolah, palang merah Indonesia, olah raga, kesenian, koperasi sekolah, peringatan hari-hari besar agama/nasional, dan lain- lain.Zuchdi, dkk (2014: 4) menjelaskan bahwa:

“Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan/atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.”

Senada dengan pendapat di atas, Asmani (2011: 62-63) menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan/atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sekolah.

(20)

Di Indonesia, penggunaan istilah “Pramuka” baru resmi digunakan pada tahun 1961. Namun sebenarnya Gerakan Pramuka telah ada sejak jaman penjajahan Belanda dengan nama kepanduan (Pusat 21 Pengembangan Tenaga Kependidikan, 2014: 7). Tim Pusdiklatda Wirajaya DIY (2011: 21) menyatakan bahwa Gerakan Pramuka adalah nama organisasi pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga yang menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan. Kepramukaan adalah nama kegiatan anggota Gerakan Pramuka.

Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Menurut Mertoprawiro Soedarsono (1992: 17), Kata pramuka merupakan rangkaian dari tiga kata yaitu yang merupakan singkatan dari Praja yang berarti rakyat atau warga negara, Mu adalah singkatan dari Muda, yang berarti belum dewasa dan Ka adalah merupakan singkatan dari Karana yang artinya adalah perbuatan, penghasilan, pertunjukan, aksi, tindakan, upacara, perusahaan, alat, pengertian, badan, pesawat. Dengan demikian pramuka berarti warga negara yang masih muda yang mampu berkarya.

Menurut Oliver, (2010:20) The Scouts (or the Indonesian equivalent, Pramuka) were another key source of leaders. Student activist groups and the scouting movement were also important factors in leaders’ histories.

Menurut Aqib dan Sujak (2011: 81), Gerakan pramuka adalah gerakan pendidikan kaum muda yang menyelenggarakan kepramukaan dengan

(21)

gerakan pramuka tidak lepas dari pola dasar pendidikan nasional dan merupakan salah satu sarana pendidikan, disamping sarana pendidikan yang lain (keluarga, sekolah, kelompok sebaya, lingkungan kerja dan masyarakat).

Menurut Aqib dan Sujak (2011: 81), kepramukaan adalah proses pendidikan di luar sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam.

Menurut Rahmat PSAP (2010: 10), Kepramukaan pada hakekatnya ada 3.

a. Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggungjawab orang dewasa;

b. Yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan di luar lingkungan pendidikan keluarga dan di alam terbuka;

c. Dengan menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.

A. Pengelolaan Kegiatan Pramuka 1. Materi Ekstrakurikuler Pramuka

Pada setiap sesi latihan siswa akan diberikan materi-materi dasar tentang kepramukaan yang terdiri dari materi pramuka dasar untuk pramuka Siaga sampai dengan muatan-muatan keterampilan baik untuk meningkatkan kemampuan intelenji, mental, fisik, sosial, akademik,

(22)

materi-materi tersebut diantaranya :

a. Materi Kepramukaan terdiri dari materi tentang AD / ART Gerakan Pramuka, keorganisasian gerakan pramuka, teknik dan sistem pramuka, kegiatan operasional pramuka, bimbingan dan pengembangan diri, penelitian dan evaluasi, sejarah dan atribut pramuka, sumpah dan janji serta dasa darma pramuka, dan adat pramuka gugus depan.

b. Materi Wawasan terdiri dari materi tentang wawasan nusantara, dan sosialisasi dan persiapan diri membangun masyarakat

c. Materi Kedisiplinan terdiri dari latihan Kepemimpinan dan Latihan Peraturan Baris Berbaris ( PBB )

d. Materi Ketangkasan dan Kecermatan terdiri dari latihan tali temali dan simpul, latihan sandi, latihan semapur, latihan halang rintang, dan latihan tanabur alam / lintas alam.

e. Materi Survival terdiri dari Pesta Siaga, Persari, Perkemahan Sabtu Minggu ( PERSAMI ), dan Jambore.

f. Metari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P 3 K ) terdiri dari materi Tentang P3K, meliputi: Kesehatan Pribadi, Kesehatan Lingkungan Tempat Tinggal, dan Kesehatan Lingkungan Masyarakat 2. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pramuka

Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar. Paul B. Diedrich

(23)

yaitu :

a. Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, domonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

b. Oral activities, seperti menanyakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebaginya.

c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya.

d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.

e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya.

f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

g. Mental activities, seperti menanggap, mengingat,memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagianya.

h. Emotional activiyies, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani tenang, gugup.

Aktivitas siswa dalam kegiatan pramuka adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam program pramuka yang diselenggarakan oleh sekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pramuka ada 8.

1) Pengalaman terhadap Kode Kehormatan Pramuka

Kode kehormatan adalah suatu norma atau ukuran kesadaran mengenai akhlak (budi dan perbuatan baik) yang tersimpan di dalam hati seseorang sebagai akibat karena orang tersebut tahu akan harga dirinya. Kode kehormatan pramuka adalah norma dalam kehidupan dan penghidupan para anggota gerakan pramuka yang merupakan ukuran, norma atau standar tingkah laku

(24)

atas : (1) Janji atau Satya; dan (2) Ketentuan-ketentuan Moral (Dharma).

2) Belajar Sambil Melakukan

Belajar sambil melakukan berarti belajar dengan langsung praktek. Contohnya adalah kegiatan gotong- royong. Pramuka tidak hanya mempelajari pengertian gotong- royong saja, tetapi juga langsung mempraktekkan secara langsung dengan cara yang benar.

3) Sistem Berkelompok

Didalam pembelajaran kepramukaan menggunakan metode berkelompok, agar peserta didik tidak bersikap individual. Sistem berkelompok dilaksanakan supaya peserta didik memperoleh kesempatan untuk belajar memimpin dan dipimpin, belajar mengurus dan mengorganisir anggota kelompok, belajar memikul tanggung jawab, belajar mengatur diri, menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan sesamanya.

4) Kegiatan yang Menantang dan Mendidik

Kegiatan menarik merupakan unsur yang diperlukan dalam perkembangan kegiatan kepramukaan, karena menurut para ahli dalam kegiatan kepramukaan aktivitas yang dilakukan sengaja dirancang sedemikian rupa agar menyenangkan, menghibur, mendidik dan bermanfaat. Masing-masing kegiatan dibagi dan

(25)

usia 11-15 tahun masuk golongan Penggalang, sedangkan usia 16- 19 tahun masuk golongan Penegak. Sehingga tepat sasaran sesuai perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.

5) Kegiatan di Alam Terbuka

Kegiatan kepramukaan bukan bagian dari pendidikan formal (pendidikan sekolah) melainkan pendidikan informal.

Dengan dilakukan di alam terbuka peserta didik akan lebih mengenal dan mencintai lingkungan, lebih bebas dalam berkreasi dan menghindari kebosanan.

6) Sistem Tanda Kecakapan

Sistem tanda kecakapan merupakan suatu cara atau tata cara untuk menandai dan mengakui kecakapan-kecakapan yang dimiliki si pemakai tanda- tanda. Tetapi sebelum memakai tanda kecakapan peserta didik harus menjalani serangkaian ujian yang menjadi syarat kecakapan. Sistem tanda kecakapan dibagi atas Tanda Kecakapan Umum (TKU) dan Tanda Kecakapan Khusus (TKK)

7) Sistem Among

Sistem Among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa tanpa paksaan dengan maksud untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

(26)

Sistem Satuan Terpisah diterapkan dengan memisahkan satuan Pramuka Putri dan Putra. Satuan Pramuka Putri dibina oleh Pembina Putri, sedangkan satuan Pramuka Putra dibina oleh Pembina Putra. Tidak dibenarkan Pramuka Putra dibina oleh Pembina Putri, atau sebaliknya, kecuali pada Perindukan Siaga.

Jika sistem ini diselenggarakan dalam bentuk perkemahan, harus dijamin serta dijaga agar tempat perkemahan putri dan putra terpisah. Perkemahan putri dipimpin oleh Pembina putri, sedangkan perkemahan putra dipimpin oleh Pembina Putra. Sistem satuan terpisah dimaksudkan agar proses pendidikan bagi masing- masing peserta didik menjadi lebih intensif dan efektif, karena kegiatan untuk pramuka putra tidak sama dengan kegiatan untuk pramuka putri.

Harris, (2005:5) Scouting provides youth with an opportunity to try new things, provide service to others, build self-confidence, and reinforce ethical standards. These opportunities not only help them when they are young, but carry forward into their adult lives, improving their relationships, their work lives, their family lives, and the values by which they live. Gerakan pramuka sebagai organisasi kepemudaan yang mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan pendidikan di luar sekolah untuk menyiapkan generasi muda sebagai tunas bangsa, pandu pertiwi penerima tongkat estafet perjuangan para pendahulunya dalam melanjutkan perjuangan bangsa untuk

(27)

(Debrina, 2010:4). Pedoman dalam kegiatan ekstrakurikuler disusun berdasarkan lampiran III Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 81A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum dalam pedoman kegiatan ekstrakurikuler, dan menetapkan ekstrakurikuler wajib adalah pramuka ( Dyah Lisayanti, 2014:14)

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai ekstrakurikuler dan Pramuka dapat ditarik benang merah bahwasanya ekstrakurikuler Pramuka adalah kegiatan belajar perluasan dari kegiatan kurikulum yang dilakukan di bawah bimbingan sekolah dimana waktu pelaksanaannya di luar jam pelajaran dengan maksud untuk membantu proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan yang berlandaskan terhadap kode kehormatan Pramuka serta menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan. Murshito (2011: 33-36) menjelaskan bahwa metode kepramukaan adalah cara memberikan pendidikan kepada peserta didik melalui kegiatan yang menarik, menyenangkan, dan menantang yang disesuaikan kondisi, situasi, dan kegiatan peserta didik.

B. Gotong Royong

Kemendikbud (2014: 70) menjelaskan bahwa gotong royong adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama

(28)

indikator untuk sikap gotong royong menurut Kemendikbud (2014: 70) yakni

a) terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah;

b) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan;

c) bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan;

d) aktif dalam kerja kelompok;

e) memusatkan perhatian pada tujuan kelompok;

f) tidak mendahulukan kepentingan pribadi;

g) mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain;

h) h)mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama

Berdasarkan indikator-indikator di atas dengan menyesuaikan kebutuhan di lapangan , indikator yang digunakan dalam penelitian sikap gotong royong siswa yakni (1) tidak mendahulukan kepentingan pribadi, (2) aktif dalam kerja kelompok, dan (3)mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain (bermusyawarah dalam memecahkan masalah).

C. Penelitian Relevan

Helen Alison Dollery. 2012. Making happy, healthy, helpful citizens’:The New Zealand Scouting and Guiding Movements as Promulgators of Active Citizenship, c.1908-1980. Selandia Baru adalah salah satu negara pertama yang mengadopsi Pramuka pada tahun 1908, dan mengembangkan gerakan yang terpisah untuk anak perempuan. Tesis ini membahas sejarah organisasi dan budaya dari Selandia Baru Pramuka dan peran mereka dalam mengembangkan kegiatan kepramukaan.Sebagai

(29)

Selandia Baru yang lebih luas, berinteraksi dengan lembaga negara dan sipil, dan dengan masyarakat. Pramuka secara aktif memberikan kontribusi kepada masyarakat di tingkat lokal, nasional dan internasional.

Girl Scouts of Central Illinois.2013. Girl Scout Junior Jumpstart Guide/April 24, 2013. Pramuka adalah organisasi terkemuka di dunia yang didedikasikan sepenuhnya untuk anak perempuan untuk memelihara membangun karakter dan keterampilan dikehidupan nyata. Program Pramuka adalah yang mencerminkan kebutuhan yang selalu berubah dan kepentingan perempuan hari ini. Dalam Pramuka, anak perempuan menemukan kegiatan yang menyenangkan, persahabatan dan kekuatan bersama-sama. Sebagai Pramuka sukarelawan akan membantu anak perempuan mengembangkan potensi mereka; berhubungan dengan orang lain dengan meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan rasa hormat; mengembangkan nilai-nilai untuk membimbing tindakan mereka dan memberikan dasar untuk suara pengambilan keputusan; dan berkontribusi pada peningkatan masyarakat melalui kemampuan mereka,keterampilan kepemimpinan, dan kerja sama dengan orang lain.

Balci-Celik, S and Deniz, M. E. (2008). A Comparison of Scouts’

Emotional Intelligence Levels With Regards to Age and Gender Variables: A Cross-Cultural Study, Elementary Education Online, 7(2), pp. 376-383.

Retrieved December 16, 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

(30)

pramuka Turki dan pramuka dari negara lain (Inggris, Portugal, Amerika, Belanda, Norwegia dan Irlandia) berkaitan dengan variabel usia dan jenis kelamin. Para peserta 215 pramuka yang hadir ke sebuah kamp pramuka internasional di Inggris. 90 peserta yang Turki dan 125 berasal dari negara- negara lain. Rentang usia pramuka adalah 11-20. Hasil menunjukkan bahwa pramuka yang berasal dari Negara Turki memeliki ' tingkat kecerdasan emosional yang signifikan lebih tinggi daripada pramuka negara-negara lain.

Rodley C. Pineda.2008. Exploring differences in student perceptions of teamwork: the case of u. S. And lithuanian students. Journal of International Business and Cultural Studies. Sikap AS dan siswa Lithuania mengenai kerja sama tim dibandingkan. Kedua kelompok memiliki definisi umum dari tim dan menyepakati nilai tim berkaitan dengan perkembangan diri. Sikap mereka yang berkaitan dengan kerja sama tim yang menghasilkan output yang lebih baik dan kepuasan mereka dengan kerja sama tim.

Ghorbani.2013.Investigating the Effect of Positive Discipline on the Learning Process and its Achieving Strategies with Focusing on the Students' Abilities.International Journal of Academic Research in Business and Social SciencesMay 2013, Vol. 3, No. 5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara disiplin positif dan masing-masing tiga strategi yang disajikan adalah signifikan. 'Motivasi belajar dengan 71% dan siswa guru pengendalian diri dengan 58% memiliki, masing-masing, koefisien korelasi

(31)

pertama di guru dan kepala sekolah 'pandangan ditugaskan ke motivasi belajar siswa dan komitmen mereka.

Rachel Pasternak.2013.Discipline, learning skills and academic achievement.Journal Art Vol. 1(1), pp. 1-11, June 2013. Temuan dari penelitian kuantitatif yang dilakukan di antara 143 siswa kelas lima di Israel dan AS menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara empat keterampilan disiplin - ketekunan, pertemuan jadwal, penetapan tujuan dan perencanaan untuk pencapaian mereka serta penyelesaian tugas menyenangkan -dan prestasi akademik. Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik diperoleh antara anak laki-laki dan perempuan, antara kelas diuji dan antara Israel sebagai lawan siswa AS

Ehiane.2014.Discipline and Academic Performance (A Study of Selected secondary Schools in Lagos, Nigeria).International Journal of Academic Research in Progressive Education and Development. January 2014, Vol. 3, No. 1. Studi yang digunakan survei penelitian cross sectional desain di mana kuesioner adalah instrumen utama dari pengumpulan data selain panduan wawancara dan telaah dokumen. persentase sederhana dan metode statistik Chi-square digunakan untuk menganalisis data. Namun, temuan dari studi ini jelas menunjukkan bahwa efektif disiplin sekolah harus didorong dalam mengontrol siswa perilaku sehingga mempengaruhi siswa prestasi akademik umum.

(32)

Academic Achievement of CityU Students towards Research Methods and Statistics. SS Student E-Journal. Vol. 1, 2012, 154-183. Hasil menunjukkan bahwa kedua sikap dan self-efficacy secara signifikan dapat memprediksi usaha. Namun, ketika analisis regresi berganda lain dilakukan untuk memperkirakan kekuatan prediksi dari sikap, self-efficacy dan usaha di akademik prestasi, ditemukan bahwa upaya gagal untuk memprediksi prestasi akademik. Untuk menyimpulkan, dalam penelitian ini, upaya hanya dapat dianggap sebagai faktor tidak langsung tapi bukan faktor penting dalam menjembatani hubungan antara sikap, selfefficacy dan prestasi akademik.

(33)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini ialah menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Ghony dan Almanshur (2012: 25) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan- penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara kuantifikasi, di mana penelitian ini menunjukkan kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peneliti menggunakan penelitian jenis kualitatif untuk memahami penanaman sikap gotong royong pada kegiatan Ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan.

Penelitian ini memberikan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang dialami tanpa intervensi apapun dari peneliti

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi lebih

(34)

dari itu, etnografi belajar dari masyarakat (Spradley, 2010: 4). Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperlihatkan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna ini terekspresikan secara langsung dalam bahasa, dan di antara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata-kata dan perbuatan, sekalipun demikian, di dalam masyarakat,orang tetap menggunakan sistem makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup. Sistem makna ini merupakan kebudayaan mereka, dan etnografi selalu mengimplikasikan teori kebudayaan (Spradley, 2007: 5).

B. Kehadiran Peneliti

Kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen penelitian dan siswa (Spradley, 2007). Dalam penelitian ini kehadiran peneliti sebagai siswa dan sebagai instrumen.

1. Peneliti Sebagai Siswa

Maksudnya yaitu bahwa peneliti terlibat langsung di dalam proses kegiatan penanaman sikap cinta tanah air dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SD Negeri 3 Kronggen Grobogan. Dalam hal ini peneliti terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah.

2. Peneliti Sebagai Instrumen

Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, dan fungsinya sebagai pendukung tugas penelitian sebagai instrumen.

(35)

Kehadiran peneliti sebagai instrumen penelitian berupaya melakukan pengamatan terhadap subyek penelitian dan secara terbuka. Dengan demikian kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subyek atau informan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah di SDN 3 Kronggen Grobogan. Alasan penelitian di SDN 3 Kronggen, karena sekolah ini melaksanakan latihan pramuka secara rutin, sekolah ini menanamkan sikap gotong royong kepada siswanya melalui pembelajaran ekstrakurikuler pramuka tersebut.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan dalam melaksanakan penelitian di SDN 3 Kronggen Grobogan adalah selama 6 ( enam ) bulan. Peneliti mulai melaksakan penelitian pada bulan Agustus 2015. Tabel penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jadwal penelitian

No Keterangan Bulan

Agst Sept Okt Nov Des Jan

1 Judul penelitian

2 Pembuatan proposal 3 Pembuatan instrumen 4 Seminar proposal 5 Pelaksanaan uji coba 6 Pelaksanaan penelitian 7 Analisis data

8 Penyusunan laporan

(36)

D. Data, Sumber Data dan Nara Sumber

Herdiansyah (2010: 116) menyatakan bahwa data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang dapat menggambarkan atau mengindikasikan sesuaitu. Pada penelitian ini, peneliti memakai sumber data yang berdasarkan cara memperolehnya sesuai dengan kebutuhan dan demi kelancaran penelitian ini.

Sumber data yang dimaksud adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010: 308). Pada penelitian ini, data primer akan diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Data primer dikumpulkan dari pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan ekstrakurikuler Pramuka SDN 3 Kronggen Grobogan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2010: 309). Data sekunder ini digunakan untuk mendukung data yang diperoleh dari data primer. Data sekunder tersebut antara lain buku-buku kepramukaan, Undang-undang, dan Peraturan Menteri.

3. Nara Sumber

Nara sumber dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, guru dan siswa.

(37)

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif dikenal beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan. Sugiyono (2010: 309) menyebutkan bahwa secara umum terdapat empat teknik pengumpulan data antara lain, observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi (gabungan). Pada penelitian ini semua teknik akan diintegrasikan dan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga akan terkumpul data di lapangan yang komprehensif. Peneliti mengumpulkan data menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut.

1. Wawancara Mendalam

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara mendalam dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang dikemukan, dipikirkan, dirasakan, dan apa saja yang diketahui oleh pihak yang diwawancarai. Data yang ingin didapat dari wawancara ini adalah data tentang penanaman model pembelajaran ekstrakurikuler pramuka SDN 3 Kronggen Grobogan.

2. Observasi

Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sitematis dengan prosedur yang terstandar Arikunto,( 2010:

265). Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mendapatkan data lapangan tentang situasi umum lokasi penelitian, dalam hal ini pengamatan dilakukan terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan penanaman sikap cinta tanah air dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan.

(38)

Observasi dilakukan dengan partisipasi pasif dalam arti keterlibatan peneliti sebagai orang luar. Observasi dimulai dengan observasi menyeluruh (grand tour) untuk mendapatkan catatan-catatan lapangan guna menjawab pertanyaan umum. Dilanjutkan dengan observasi lebih terfokus (mini tour) untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang satuan pengalaman yang lebih rinci.

2. Dokumentasi

Dokumen dalam penelitian ini berupa program kegiatan Ekstrakurikuler, referensi-referensi tentang kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan dokumen penunjang lain yang mendukung penelitian. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang berupa dokumen atau arsip tentang pengelolaan ekstrakurikuler pramuka SDN 3 Kronggen Grobogan

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Namun, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data selama di lapangan. Sedangkan model analisis yaang digunakan adalah Model Miles and Huberman (Sugiyono, 2010: 337-345). Pada teknik analisis ini terdapat tiga aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan

(39)

conclusion drawing/verification. Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ini ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3. 1.

Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) Sumber: Sugiyono (2010: 338)

G. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas (Sugiyono, 2010: 330-374). Uji keabsahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas dengan cara triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Melakukan triangulasi berarti peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Pengumpulan Data

Kesimpulan Penarikan Reduksi

Data

Penyajian Data

(40)

Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Adapun untuk mengecek kredibilitas data, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Pada penelitian ini, untuk mendapatkan data yang akurat atau absah, peneliti melakukan wawancara tidak hanya dengan satu narasumber saja melainkan beberapa narasumber yang berbeda-beda yang dilakukan dalam waktu yang berbeda-beda pula.

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data

1. Penanaman sikap gotong royong dengan pembiasaan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan

Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya.

meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, intelektual, dan fisik.

Baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan kepramukaan secara luas diartikan sebagai proses pembinaan yang berkesinambungan bagi kaum muda, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang sasaran akhirnya adalah menjadikan mereka sebagai manusia yang mandiri, peduli, bertanggung jawab dan berpegang teguh pada nilai dan norma bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Gerakan pramuka bersifat persaudaraan artinya setiap anggota gerakan pramuka wajib mengembangkan semangat persaudaraan antar sesama pramuka dan sesama umat manusia. Ibu Endang Wahyu Utami, S.Pd selaku Kepala sekolah SDN 3 Kronggen Grobogan menjelaskan mengenai penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan sebagai berikut

29

(42)

(1)”Penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan didasarkan pada MUGUS (Musyawarah Gugus Depan), sebagai forum tertinggi Gerakan Pramuka di gugus depan.

Guru sebagai Pembina pramuka melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya dengan memberikan materi pembelajaran serta mencontohkan sikap gotong royong kepada siswa. Bentuk sederhana dari penanaman sikap gotong royong yang ditanamkan kepada siswa yaitu ketika pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka siswa bersama – sama dan membaur dengan kelas lainnnya sesuai golongan pramuka atau tingkatan pramuka”.

Hasil wawancara Kepala Sekolah SDN 3 Kronggen Grobogan sejalan dengan yang disampaikan guru SDN 3 Kronggen Grobogan sebagai Pembina pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan sebagai berikut

(2)”Kami selaku Pembina gerakan pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan untuk menerapkan sikap gotong royong kepada anak-anak yaitu dengan memberikan materi pembelajaran serta mencontohkan sikap gotong royong kepada siswa dengan materi yang sesuai dengan Buku Panduan Pramuka, SKU dan SKK. Bentuk sederhana dari penanaman sikap gotong royong yang ditanamkan kepada siswa yaitu ketika pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka siswa bersama – sama dan membaur dengan kelas lainnnya sesuai golongan pramuka atau tingkatan pramuka, kerja sama dalam melaksanakan tugas kelompok, gotong royong membersihkan halaman sekolah dan kegiatan sabtu bersih”.

Hasil wawancara diatas memberikan informasi bahwa penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan didasarkan pada buku panduan kegiatan Pramuka, SKU, dan SKK. Sedangkan MUGUS (Musyawarah Gugus Depan), sebagai forum tertinggi Gerakan Pramuka di gugus depan. Guru sebagai Pembina pramuka melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya

(43)

dengan memberikan materi pembelajaran serta mencontohkan sikap gotong royong kepada siswa. Bentuk sederhana dari penanaman sikap gotong royong yang ditanamkan kepada siswa yaitu ketika pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka siswa bersama – sama dan membaur dengan kelas lainnnya sesuai golongan pramuka atau tingkatan pramuka, kerja sama dalam melaksanakan tugas kelompok, gotong royong membersihkan halaman sekolah.

Hasil Observasi yang peneliti dapatkan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan adalah adanya kegiatan bersih- bersih di lingkungan sekolah.

Gambar :

Kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah

(44)

Hasil wawancara tersebut diatas sejalan dengan hasil observasi yang peneliti lakukan yaitu Pembina pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan memberikan materi gotong royong kepada siswa dengan materi- materi yang sesuai dengan buku panduan kegiatan Pramuka, SKU, dan SKK. Materi- materi tersebut yang dapat diaplikasikan dengan sikap gotong royong yang sederhana, contohnya pelaksanaan kegiatan pramuka yang membaur dengan kelas yang lain agar terjalain kerjasama satu dengan yang lainnya. Ketersediaan sarana kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan

(3)”Pada dasarnya untuk melaksanakan penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan, sarana dan prasarana kegiatan cukup memadai, hampir semua peralatan sudah tersedia, namun perlu adanya penambahan yaitu peralatan dalam bentuk permainan”.

Hasil wawancara diatas memberikan informasi bahwa sarana dan prasarana untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan cukup memadai, hampir semua peralatan sudah tersedia, namun perlu adanya penambahan yaitu peralatan dalam bentuk permainan.

Kepramukaan ialah proses pendidikan luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pada pembentukan watak, akhlak, dan budi

(45)

pekerti luhur. Ibu Endang Wahyu Utami selaku Kepala sekolah SDN 3 Kronggen Grobogan menjelaskan mengenai proses persiapan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan sebagai berikut

(4)”Proses persiapan pelaksanaan penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan yaitu Sekolah mengadakan mugus dan membentuk panitia (struktur organisasi). Sekolah membuat Program jangka pendek dan jangka panjang. Sekolah membuat jadwal kegiatan dalam latihan mingguan dan bulanan. Mengevaluasi hasil kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam menanamkan sikap gotong royong”.

Hasil wawancara diatas memberikan informasi bahwap proses persiapan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan yaitu Sekolah mengadakan mugus dan membentuk panitia (struktur organisasi). Sekolah membuat Program jangka pendek dan jangka panjang. Sekolah membuat jadwal kegiatan dalam latihan mingguan dan bulanan. Hasil wawancara tersebut sejalan dengan hasil observasi yang peneliti lakukan yaitu peralatan untuk peneunjang kegiatan ekstrakurikuler pramuka sudah ada dengan baik dan layak untuk digunakan untuk melaksanakan kegiatan Ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan. Mengevaluasi hasil kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Ibu Endang Wahyu Utami, S.Pd selaku Kepala sekolah SDN 3 Kronggen Grobogan juga menjelaskan mengenai kemampuan guru kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan sebgai berikut

(46)

(5)”Kemampuan guru SDN 3 Kronggen Grobogan dalam melaksanakan penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka sudah cukup baik, hal ini dikarenakan mayoritas guru sudah mengikuti pelatihan Kursus Mahir Dasar KMD dan sebagian guru juga ada yang sudah mengikuti pelatihan Kursus Mahir Lanjut KML”.

Penjelasan tersebut sejalan dengan yang disampaikan guru- guru SDN 3 Kronggen Grobogan sebagai berikut

(6)”Kemampuan guru SDN 3 Kronggen Grobogan dalam melaksanakan penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka sudah cukup baik, ini dikarenakan mayoritas guru sudah mengikuti pelatihan Kursus Mahir Dasar KMD dan sebagian guru juga ada yang sudah mengikuti pelatihan Kursus Mahir Lanjut KML.

Guru yang senior membantu pemimbing pramuka junior”.

Hasil wawancara diatas memberikan informasi bahwa Kemampuan guru SDN 3 Kronggen Grobogan dalam melaksanakan penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka sudah cukup baik, ini dikarenakan mayoritas guru sudah mengikuti pelatihan Kursus Mahir Dasar KMD dan sebagian guru juga ada yang sudah mengikuti pelatihan Kursus Mahir Lanjut KML, guru yang senior membantu pemimbing pramuka junior. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan kemampuan guru SDN 3 Kronggen Grobogan dalam melaksanakan penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka sudah cukup baik. Guru menguasai materi yang akan disampaikan dan mampu mengendalikan anak-anak ketika pelaksanaan Ekstrakurikuler berlangsung.

(47)

2. Evaluasi penanaman sikap gotong royong dengan keteladanan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan

Kegiatan pramuka merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang merupkan kewajiban dari seluruh jenjang sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.

Setiap lembaga pendididkan diwajibkan memiliki satuan karya pramuka sehingga pramuka menjadi sesuatu yang wajib dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pentingnya kegiatan pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler karena hakikat dari pramuka itu sendiri yang pada dasarnya dalam membimbing generasi muda Indonesia.

Evaluasi adalah penilaian secara sistemik untuk menentukan atau menilai kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari program. Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam program.

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan.

Mengenai pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam evaluasi kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan dijelaskan kepala sekolah Ibu Endang Wahyu Utami, S.Pd sebagai berikut

(48)

(7)‟Pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam evaluasi penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan adalah Kepala Sekolah, Guru sebagai Pembina Pramuka dan Komite Sekolah”.

Kepala Sekolah SDN 3 Kronggen Grobogan Ibu Endang Wahyu Utami, S.Pd, juga menjelaskan mengenai waktu dari pelaksanaan evaluasi sebagai berikut

(8)”Untuk evaluasi penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan dilaksanakan setiap satu bulan dan enam bulan sekali”.

Hasil wawancara diatas memberikan informasi bahwa pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam evaluasi penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan adalah Kepala Sekolah, Guru sebagai Pembina Pramuka dan Komite Sekolah. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan kepala sekolah SDN 3 Kronggen Grobogan dalam satu bulan sekali memantau pelaksanaan penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang dilaksanakan di SDN 3 Kronggen Grobogan. Untuk evaluasi penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan dilaksanakan setiap satu bulan dan enam bulan sekali.

Pembina pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan juga menyampaikan mengenai hal-hal apa saja evaluasi yang dinilai dalam

(49)

penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan sebagai berikut

(9)”Hal-hal yang di evaluasi diantaranya adalah kehadiran peserta didik dan Pembina pramuka saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka, kualitas materi yang disampaikan pembina, ketercapaian program yang sudah tetapkan sebelumnya yaitu penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan musyawarah gugus depan”.

Penjelasan diatas sejalan dengan yang disampikan kepala sekolah SDN 3 Kronggen Grobogan Ibu Endang Wahyu Utami, S.Pd sebagai berikut

(10)”Hal-hal yang di evaluasi diantaranya adalah kehadiran peserta didik dan Pembina pramuka saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka, kualitas materi yang disampaikan pembina, ketercapaian program yang sudah tetapkan sebelumnya yaitu penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan musyawarah gugus depan apakah sudah benar-benar dijalankan dan hayati oleh semuanya baik kepala sekolah, Pembina pramuka dan peserta didik”.

Hasil wawancara diatas memberikan informasi bahwa hal-hal yang di evaluasi diantaranya adalah kehadiran peserta didik dan Pembina pramuka saat mengikuti kegiatan penanaman sikap gotong royong dalam ekstrakurikuler pramuka, kualitas materi yang disampaikan pembina, ketercapaian program yang sudah tetapkan sebelumnya yaitu penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan musyawarah gugus depan apakah sudah benar-benar dijalankan dan hayati oleh semuanya baik kepala sekolah, Pembina pramuka dan peserta didik.

(50)

Hasil observasi yang peneliti perolah setiap kegiatan penanaman sikap gotong royong dalam ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan siswa yang hadir mengisi daftar kehadiran dengan tanda tangan dan jam ketika dating mengikuti kegitan ekstrakurikuler pramuka. Siswa juga memberikan surat ijin siswa yang tidak hadir dalam kegiatan pramuka kepada Pembina pramuka. Tindak lanjut evaluasi penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan sebagai berikut

(11)”Evaluasi sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Tindak lanjut hasil evaluasi kegiatan ekstrakurikuler pramuka yaitu dengan memperbaiki pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan lebih menarik sehingga siswa lebih antusias untuk mengikutinya, melakukan musyawarah antara pembina, kepala sekolah, dan komite dalam upaya peningkatan kualitas baik pelaksanaannya, sarana prasarana serta pemberian penghargaan yang lebih kepada pembina pramuka yaitu dalam bentuk insentif. Dampak positif bagi siswa: dapat melatih kemandirian, kedisiplinan serta menambah wawasan di bidang kepramukaan. Bagi guru: guru dapat mengembangkan kemampuan serta menambah wawasan di bidang kepramukaan khususnya dalam penanaman sikap gotong royong”.

Evaluasi sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Tindak lanjut hasil evaluasi kegiatan ekstrakurikuler pramuka yaitu dengan memperbaiki pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan lebih menarik sehingga siswa lebih antusias untuk mengikutinya, melakukan musyawarah antara pembina, kepala sekolah, dfan komite dalam upaya

(51)

peningkatan kualitas baik pelaksanaannya, sarana prasarana serta pemberian penghargaan yang lebih kepada pembina pramuka yaitu dalam bentuk insentif. Dampak positif bagi siswa: dapat melatih kemandirian, kedisiplinan serta menambah wawasan di bidang kepramukaan. Bagi guru: guru dapat mengembangkan kemampuan serta menambah wawasan di bidang kepramukaan khususnya dalam menenemkan sikap gotong royong.

3. Kendala penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan

Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan terorganisasi dan terstruktur di luar struktur kurikulum setiap tingkat pendidikan yang secara konseptual dan praktis mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler menjembatani kebutuhan perkembangan peserta didik yang berbeda; seperti perbedaan rasa akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui partisipasinya dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta menemukan dan mengembangkan potensinya. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial yang besar. Mengenai kendala dari penanaman sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan dijelaskan Pembina pramuka sebagai berikut

(52)

(12)”Masih terlihat siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka hanya ikut-ikut saja tanpa memahami pentingnya sikap gotong royong dalam kegiatan pramuka tersebut terihat siswa masih belum kompak, kurang disiplin. Guru/ Pembina pramuka masih harus selalu memberikan contoh keteladanan dalam kegiatan gotong royong”.

Penjelasan tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh kepala sekolah SDN 3 Kronggen Grobogan Ibu Endang Wahyu Utami, S.Pd sebagai berikut

(13)”Dari pantuan yang saya lakukan memang masih banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sikap gotong royong dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan seperti ada siswa yang masih masih kurang antusiasnya anak dalam mengikuti kegiatan pramuka, kurang disiplin masih belum menyadari manfaat kegiatan gotong royong disampaikan oleh Pembina pramuka, sehingga Pembina pramuka harus sabar untuk mengulang intruksi dan keteladanan yang diberikan”.

Hasil wawancara diatas memberikan informasi bahwa masih banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penanaman sikap gotong royong kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN Kronggen Grobogan, masih kurang antusiasnya anak dalam mengikuti kegiatan pramuka, kurang disiplin masih belum fokus dengan arahan yang disampaikan oleh Pembina pramuka sehingga Pembina pramuka harus sabar untuk mengulang intruksi yang diberikan, siswa masih kurang disiplin masih dan belum fokus dengan arahan yang disampaikan oleh Pembina pramuka, sehingga Pembina pramuka harus sabar untuk mengulang intruksi yang diberikan. Pembina pramuka di SDN 3 Kronggen

(53)

Grobogan juga menjelaskan mengenai dampak dari kendala kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan sebgai berikut

(14)”Dampak dari kendala pelaksanaan penanaman sikap gotong royong dalam ekstrakurikuler pramuka menjadikan siswa kurang kompak dalam melakukan tugas-tugas yang Pembina lakukan, Pembina harus mengulang dalam memberikan materi maupun contoh dari pelaksanaan tugas, siswa juga masih ramai sendiri dan kurang focus dengan ada yang dijelaskan.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan memang terlihat pelaksanaan penanaman sikap gotong royong dalam ekstrakurikuler Pramuka di SDN 3 Kronggen Grobogan tidak serta merta berjalan lancar sesuai rencana, dalam pelaksanaannya masih ada hambatan yang membuat pelaksanaan ekstrakurikuler tidak berjalan maksimal.

Ekstrakurikuler Wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Ekstrakurikuler wajib disekolah salah satunya adalah pramuka yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Kegiatan pramuka sangat baik untuk membentuk karakter anggotanya, selain mengarah pada kedisiplinan, kegiatan pramuka juga dapat membentuk perilaku positif bagi siswa (anggota Pramuka). Dengan aktif mengikuti kegiatan pramuka yang dilaksanakan dengan menarik, menantang, edukatif dan rekreatif,

Gambar

Tabel 3.1  Jadwal penelitian
Gambar 17: SKK P3K
Gambar 19: SKK Pengaman Kampung

Referensi

Dokumen terkait

Sel-sel tersebut nantinya akan menyusun tubuh makhluk hidup melalui pengorganisasian yang sistematis. Dalam organisasi tubuh, sel memiliki peranan yang sangat penting, tetapi kita

Dua ratus enam puluh sembilan juta sembilan ratus delapan puluh tiga ribu dua ratus empat puluh enam rupiah.. Dua ratus enam puluh tiga juta enam ratus lima puluh tiga ribu lima

Perubahan pada tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate ) dapat mempengaruhi harga saham, di mana hal ini disebabkan karena tiga alasan yakni yang pertama, fluktuasi pada

adalah siswa Tunagrahita yang tingkat emosinya berbeda dengan anak – anak normal.. 7) “P endidikan jasmani adaptif merupakan kegitan yang didesain untuk memperbaiki,

Thirty (30) ninth grade students who play Role-Playing Games participated in this study. Their frequency in playing Role-Playing Games and their ability in reading

Colombo No.1 Yogyakarta 55281 Telepon : 0274-586168.

Dengan doa, usaha yang giat dan bantuan dari pihak yang berkaitan akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “ Praktek Yellow Journalism Pada Surat

pit benda yang akan dipotong/ dikikir/ diha uat lubang dengan diameter yang diinginka kan permukaan kayu yang akan digunakan uat garis tegak lurus pada kayu yang akan dd.