• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKSAH PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AKSAH PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN DAYA RACUN ISOLAT MURNI EKSTRAK METANOL DAN EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata)

TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Pseudococcus cryptus) PADA TANAMAN SIRSAK (Annona muricata)

(Tesis)

Oleh

FAHRUL AKSAH

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2017

(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN DAYA RACUN ISOLAT MURNI EKSTRAK METANOL DAN EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata) TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Pseudococcus cryptus) PADA

TANAMAN SIRSAK (Annona muricata)

Oleh

Fahrul Aksah

Produksi buah sirsak di Indonesia terus mengalami penurunan. Salah satu hama penyebabnya adalah kutu putih (P. cryptus). Penggunaan insektisida sintetik berdampak negatif, maka dibutuhkan insektisida nabati yang berasal dari tanaman yaitu gamal (G. maculata) yang mengandung bahan aktif senyawa flavonoid.

Penelitian dilakukan pada bulan April – Juni 2016 di Laboratorium Zoologi dan Laboratorium Sentra Terpadu Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan daya racun isolat murni ekstrak metanol dan ekstrak air daun gamal terhadap mortalitas kutu putih. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi bertingkat. Fraksinasi, penapisan dan pemurnian senyawa flavonoid ekstrak polar (metanol dan air) serbuk daun gamal dan uji daya insektisidanya pada skala Laboratorium terhadap P. cryptus. Bioassay dilakukan terhadap kutu putih pada buah sirsak yang sudah direndam dalam ekstrak polar serbuk daun gamal selama 10 menit pada tingkatan konsentrasi 0%, 0,02%, 0,04%, 0,06% dan 0,08%, percobaan dilakukan 3 kali ulangan, dan diamati pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan. Analisis data menggunakan probit untuk menentukan nilai LC50, uji anara dan uji lanjut Tukey’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan ekstrak air daun gamal efektif terhadap mortalitas hama kutu putih. LC50 pada 72 jam ekstrak murni metanol sebesar 0,096% dan LT50sebesar 95,876 jam. dan LC50Ekstrak murni air adalah 0,061%

dan LT50sebesar 69,296 jam. Dengan demikian ekstrak murni air lebih cepat dan lebih efektif daripada ekstrak metanol.

Kata kunci: ekstrak metanol, ekstrak air, P. cryptus, A. muricata, G. maculata

(3)

ABSTRACT

THE COMPARISON OF TOXICITY PURIFIED ISOLATE OF METHANOL AND WATER EXTRACTS OF POWDER LEAF GLIRICIDIA MACULATA ON MORTALITY SOURSOP MEALYBUG

PSEUDOCOCCUS CRYPTUS

By

Fahrul Aksah

Soursop production in Indonesia continues to decline from year to year. One cause is the mealybug pest (Pseudococcus cryptus). the mealybug suck the young fruits soursop to dry and stunted. To control the pest, using botanical insecticides more safety than synthetic insecticides. One of the plants that can be used is Gliricidia maculata. The leaves of G. maculata contain planty of an active compound flavonoid. The study conducted in April – June 2016 in the Laboratory of Zoologi and an Integrated Center For Technological Innovation Laboratory of Lampung University. The purpose of the study to compare the toxicity of the purified isolates of water and methanol extracts of G. maculata leaves on mortality soursop mealybugs (P. cryptus). Extraction was done by maceration series using various organic solvents (n-hexane, dichloromethane, methanol and water). Fractionation and purification of flavonoids from polar extracts were done by Chromatography Coloum. A set of laboratory expriment was conducted by using block design. Methanol and Water extracs (ME and WE) with 5 levels concentration i.e. 0%, 0.02%, 0.04%, 0.06% and 0.08%, and 3 replications.

ANOVA was conducted to obtain the means and standard deviations of the exprimental study, and Tukey’s test at α = 5% was peformed in order to obtain the different among the exprimental groups. Analisys Probit were used for compare the efectivities the exstracts. The result indicated the was toxic to mealybug pest (P. cryptus) with LC5072 hours metanol extract 0,096% and LT50metanol extract 95, 876 hours and water extract 0,061% and LT50 69,296 hours. Therefore water extract more toxic than metanol extract.

Keywords : methanol extract, water extract, P .cryptus, A. muricata, G. maculata.

(4)

PERBANDINGAN DAYA RACUN ISOLAT MURNI EKSTRAK METANOL DAN EKSTRAK AIR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata)

TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Pseudococcus cryptus) PADA TANAMAN SIRSAK (Annona muricata)

Oleh

FAHRUL AKSAH

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS

Pada

Program Pascasarjana Magister Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2017

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Purawiwitan Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat Lampung pada tanggal 17 Oktober 1987, anak ke Enam dari delapan bersaudara, Pasangan Bapak Hadi dan Ibu Nurjanah.

Penulis mengawali pendidikan formal di SDN 1 Pura Jaya, tamat dan berijazah tahun 2001, setelah lulus sekolah dasar penulis langsung melanjutkan pendidikan menengah pertama di sekolah swasta yaitu di MTs Nurul Ulum Pura Jaya tamat pada tahun 2004, setelah lulus Tsanawiyah penulis melanjutkan pendidikan di Madrasyah Aliyah yang satu yayasan dengan MTs dan lulus tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Agama Islam Negari (IAIN) Raden Intan Lampung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Biologi yang diselesaikan pada tahun 2011.

Adapun pengalaman organisasi penulis aktif di HMI Cabang Bandar Lampung dari tahun 2008 dan sekarang aktif di Korps Alumni HMI (KAHMI) Wilayah Lampung, adapun pengalaman kerja yaitu sebagai tenaga pendidik di SMP dan SMA Al-Mujtama’ Karang Anyar Lampung Selatan 2011-2013 dan SMA Bina Mulya Bandar Lampung 2013, Tenaga kontrak Dinas Pemuda Dan Olahraga bidang kepemudaan 2015-2016 dan aktif sebagai penyelenggara pemilu 2014 dan 2017 di kabupaten Lampung Barat. Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa Magister Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung Bandar Lampung.

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya yang sederhana ini untuk orang yang selalu mencintai dan memberi makna dalam hidupku, terutama bagi:

1. Ayahanda Hadi dan Ibunda Nurjanah tercinta, yang telah membesarkan ku, membimbing serta senantiasa dalam setiap sujud dan tahajudnya, selalu memberikan motivasi dan berdoa untuk keberhasilan ku.

2. Kelima kakakku Hernah Dewi, Sri Hartati, Asniarti, Khairil Anwar, Mirwansyah dan kedua adikku Rasminah dan Habibullah yang selalu mendoakan akan keberhasilanku.

3. Almamaterku

(10)

MOTTO

ِإ ِنﺎَﺴْﻧﻺِﻟ َﺲْﻴَﻟ ْنَأَو ﻰَﻌَﺳ ﺎَﻣ ﻻ



ىَﺮُـﻳ َفْﻮَﺳ ُﻪَﻴْﻌَﺳ ﱠنَأَو



Artinya

“Dan bahwasanya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)” QS. An-Najm 39-40

-YAKIN USAHA SAMPAI-

(11)

SANWANCANA

Alhamdulillah pujisyukur kehadirat Allah SWT atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Perbandingan Daya Racun Isolat Murni Ekstrak MetanolDan Ekstrak Air Daun Gamal (Gliricidia maculata) Terhadap Mortalitas Kutu Putih (Pseudococcus cryptus) Pada Tanaman Sirsak (Annona muricata)”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Emantis Rossa, M. Biomed.selaku pembimbing utama dan pembimbing akademik yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, ide, saran, dan kritik dalam penulisan tesis ini.

2. IbuNismah Nukmal, Ph.D.selaku pembimbing pembantu yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, ide, saran, dan kritik dalam penulisan tesis ini.

3. Ibu Dr. Herawati Soekardi, M.S.selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang diberikan hingga terselesainya tesi sini.

4. IbuDra. NuningNurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Unila atas dukungan, kritik dan saran yang telah diberikan.

(12)

5. Bapak Prof. Warsito,S.Si., D.E.A., Ph.D.selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

6. Ibu Dra. Nurul Utami, Ibu Gina Dania Pratami, M.Si. Bapak Sungadi, S.E, Mas Supri Yanto, yang telah membantu dalam penelitian.

7. Bapak dan Ibu Dosen, Staf beserta Laboran Jurusan Biologi FMIPA Unila atas Ilmu, dukungan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

8. Teristimewa kepada Bapak Hadi dan Ibu Nurjanah tercinta ataskasih sayang, doa yang tulus, nasihat, dukungan moril dan materil untuk kesuksesan penulis, kakakku Hernah Dewi, Sri Hartati, Asniarti, Khairil Anwar, Mirwansyah dan adikku Rasminah dan Habibullah yang selalu memberikan dukungan dan kasih saying kepada penulis.

9. Teman-teman Magister Biologi FMIPA Unila angkatan 2014,

RatihAndriyani, S.Pd.Si.,M.Si.GardisAndari, S.Pd.,M.Si.IkaListiana, S.Pd.,M.Si.Firtisia, S.Pd,HestiYunilawati, S.Pd, Mahmud

Rudini,S.Pd.,M.Si, AjengPratiwi, S.Pd.,M.Si. Ana TrianaMaiyah, M.Si, Apriliyani, Sp.,M.SiEkoNastiti, S.Pd, Indah Selfiana, S.Pd., M.Si.

danFirdaus RA, S.Si., M.Si.ataskebersamaan, candatawadansemangatselamaini.

10. RatihAndriyani, S.Pd.Si., M.Si. Apriliyani, SP.,M.Si. Firtisia, S.Pd, dan Hesti Yunilawati, S.Pd, atas bantuan dan kerjasama selama penelitian di LaboratoriumZoologi FMIPA Unila.

11. Evi Nilawati, Amd. Keb yang dengan sabar memberikan semangat serta menanti keberhasilanku dimasa mendatang.

(13)

12. Semua pihak yang telah membantu dalam proses perkuliahan dari awal hingga akhir yang tidak dapat dituliskan satu persatu.

13. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Aamiin Bandar Lampung, Januari 2017

Penulis

Fahrul Aksah

(14)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Manfaat Penelitian ... 4

1.4. Kerangka Pemikiran... 4

1.5. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1.Tanaman Gamal (Gliricidia macullata)... 6

2.1.1. Klasifikasi Tanaman Gamal ... 6

2.1.2. Deskripsi Tanaman Gamal ... 6

2.1.3. Penyebaran dan Manfaat Tanaman Gamal ... 7

2.1.4. Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Gamal ... 8

2.1.5. Insektisida ... 9

2.1.6. Mekanisme Daya Racun Insektisida Masuk Kedalam Tubuh Serangga ... 11

2.2.Hama Kutu Putih Tanaman Sirsak(Pseudococcus cryptus)... 13

2.2.1. Klasifikasi Pseudococcus cryptus ... 13

2.2.2. Morfologi Pseudococcus cryptus ... 13

2.2.3. Siklus Hidup Pseudococcus cryptus ... 14

2.2.4. Kerugian yang Disebabkan Kutu Putih ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

3.2. Alat dan Bahan ... 17

3.2.1. Pengambilan Daun Gamal dan Serangga Uji ... 17

(15)

ii

3.2.2. Pembuatan Serbuk Daun gamal ... 18

3.2.3. Pembuatan Ekstrak ... 18

3.2.4. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Flavoniod ... 18

3.2.4.1. Ekstrak Metanol ... 18

3.2.4.2. Ekstrak Air ... 19

3.2.5. Pengambilan Kutu Putih Sebagai Serangga Uji ... 20

3.2.3.1 Pengambilan Putik Buah Sirsak Sebagai Media Uji Kutu Putih ... 20

3.2.3.2 Bioassay ... 20

3.3.Cara Kerja ... 21

3.3.1. Pembuatan serbuk daun gamal ... 21

3.3.2. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid. ... 21

3.3.2.1 Isolasi dan Pemurnian Ekstrak Metanol ... 21

3.3.2.2 Isolasi dan Pemurnian Ekstrak Air ... 22

3.3.3. Bioassay Fraksi Yang Didapat ... 23

3.3.3.1.Bioassay Fraksi Aktif dari Ekstrak metanol dan air Daun Gamal Terhadap Hama Pseudococcus cryptus ... 23

3.3.4. Analisis Data ... 24

3.3.5. Diagram Alir Penelitian ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1. Senyawa Flavonoid Ekstrak Air dan Ekstrak Metanol Daun Gamal ... 26

4.1.1 Ekstraksi Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air ... 26

4.1.2 Pemurnian Ekstrak Kasar Metanol dan Ekstrak Kasar Air ... 29

4.1.2.1 Pemurnian Ekstrak Kasar Metanol (Fraksinasi) .... 29

4.1.2.2 Pemurnian Ekstrak Kasar Air (Hidrolisis) ... 30

4.2. Bioassay Ekstrak Murni ... 34

4.2.1 Tingkat Mortalitas Hama Kutu Putih yang diperlakukan Dengan Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air daun Gamal . 34 V. SIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Simpulan... 43

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 47

Tabel 7 - 16 ... 48 Gambar 1 - 14...

(16)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai RF ekstrak metanol dan ekstrak air daun gamal

dengan larutan pengembang DCM : Metanol (4:1)... 33 2. Hasil analisis ragam perlakuan ekstrak murni metanol dan

ekstrak murni air ... 37 3. Rata-rata mortalitas kutu putih pada buah sirsak (ekor ± SD)

setelah diperlakukan dengan ekstrak murni air dan ekstrak murni

metanol daun gamal pada konsentrasi yang berbeda... 38 4. Rata-rata mortalitas kutu putih (ekor ± SD) setelah diperlakukan

dengan ekstrak murni air dan ekstrak murni metanol daun gamal

pada waktu pengamatan yang berbeda ... 39 5. Nilai LC50hasil analisis probit ekstrak murni metanol dan

ekstrak murni air daun gamal pada 12 – 72 jam setelah perlakuan ... 40 6. Nilai LT50hasil analisis probit ekstrak murni metanol dan

ekstrak murni air daun gamal pada konsentrasi yang berbeda ... 41 7. Hasil analisis probit LC50ekstrak kasar metanol daun gamal ... 48 8. Hasil analisis probit LC50ekstrak kasar air daun gamal ... 50 9. Bagan alir pembuatan isolat murni ekstrak polar (metanol dan air)

serbuk daun gamal ... 52 10. Persentase mortalitas hama kutu putih pada buah sirsak

dengan perlakuan ekstrak metanol daun gamal ...53 11. Persentase mortalitas hama kutu putih pada buah sirsak

dengan perlakuan ekstrak air daun gamal...54

12. Hasil analisis probit LC50ekstrak murni metanol daun gamal

72 jam perlakuan ...55

(17)

iv

13. Hasil analisis probit LC50ekstrak murni air daun gamal

72 jam perlakuan ...57 14. Hasil analisis probit LT50ekstrak murni metanol daun gamal

masing-masing konsentrasi ...59 15. Hasil analisis probit LT50ekstrak murni air daun gamal

masing-masing konsentrasi ...67 16. Hasil analisis uji lanjut Tukey’s rata–rata mortalitas kutu putih

pada buah sirsak (A. muricata) setelah diperlakukan dengan ekstrak metanol dan ekstrak air dengan konsentrasi dan waktu pengamatan yang berbeda. ...75

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagian tanaman gamal ... 7

2. Struktur senyawa flavonoid ... 9

3. Morfologi Pseudococcus cryptus... 14

4. Siklus hidup Pseudococcus cryptus ... 15

5. Serangan hama kutu putih pada buah sirsak ... 16

6. Bagan alir penelitian ... 25

7. Kromatogram hasil analisis KLT ekstrak kasar metanol (a) dan ekstrak kasar air (b) daun gamal dengan pelarut visualisasi CeSO4, AlCl3,NaOH, H3BO3... 27

8. Hasil analisis probit ekstrak kasar metanol terhadap mortalitas hama kutu putih... 29

9. Hasil analisis probit ekstrak kasar air terhadap mortalitas hama kutu putih... 29

10. Enam fraksi hasil penggabungan yang diperoleh dari proses fraksinasi ekstrak kasar metanol daun gamal... 30

11. Hasil hidrolisis ekstrak kasar air ... 31

12. Kromatogram hasil analisis KLT ekstrak metanol (a) dan ekstrak air (b) daun gamal dengan pelarut visualisasi CeSO4, AlCl3, NaOH, H3BO3... 32

13. Persentase mortalitas hama kutu putih pada perlakuan ekstrak murni metanol daun gamal pada konsentrasi dan waktu yang berbeda ... 34

14. Persentase mortalitas hama kutu putih pada perlakuan ekstrak murni air daun gamal pada konsentrasi dan waktu yang berbeda ... 35

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tanaman sirsak merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani, baik petani skala kecil, menengah, maupun besar (Dirjen

Hortikultura, 2011). Buah sirsak merupakan tanaman yang kaya akan manfaat yang terdiri dari 68% daging buah dan mengandung banyak nutrisi penting seperti karbohidrat, vitamin A, B dan C, serat, air lebih kurang 82% dan gula lebih kurang 12%. Biji, daun, akar, bahkan kulit batang dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit (Hermawan, 2013).

Produksi sirsak di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ketahun, pada tahun 2010 rata-rata produksi buah sirsak di Indonesia mengalami penurunan hingga 15% dari tahun sebelumnya (Statistik Pertanian 2009).

Salah satu penyebabnya adalah serangan hama dan penyakit pada tanaman buah sirsak sehingga kualitas dan kuantitas buah menurun. Salah satu hama yang menyebabkan turunnya produksi sirsak adalah kutu putih

(Pseudococcus cryptus). Keberadaan kutu putih dapat menurunkan produksi buah sirsak hingga 58% (Ivakdalam, 2010).

(20)

2

Untuk mengatasi serangan hama kutu putih pada tanaman sirsak biasanya digunakan insektisida sintetik. Penggunaan insektisida sintetik yang tidak tepat dan dalam waktu yang lama akan membawa dampak yang buruk, bahkan lebih merugikan dibanding manfaat yang dihasilkannya antara lain, dapat menyebabkan timbulnya resistensi hama, munculnya hama sekunder, pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem lahan pertanian,

terganggunya eksistensi flora dan fauna di sekitar lahan pertanian dan kesehatan petani pekerja, ditolaknya produk karena masalah residu yang melebihi ambang batas toleransi (Tukimin dan Rizal, 2002).

Untuk itu dibutuhkan insektisida yang lebih aman dan ramah lingkungan, seperti menggunakan insektisida nabati yang berasal dari tanaman (Prijono, 2005 ; Siswanto dan Karmawati, 2012). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati adalah daun gamal (Gliricidia maculata). Daun gamal mempunyai bahan aktif kumarin yang bersifat insektisida, rodentisida dan bakterisida (Manglayang Farm, 2006).

Penelitian pemanfaatan daun gamal sebagai insektisida telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menunjukan hasil bahwa ekstrak air dan metanol daun gamal segar dapat menyebabkan mortalitas 100% pada imago hama bisul dadap (Quadrastichus erythrinae) setelah 72 jam perlakuan pada skala laboratorium (Nismah dkk., 2009).

(21)

3

Ekstrak air serbuk daun gamal hasil maserasi bertingkat dengan konsentrasi terendah 2,19% dapat mematikan 50% hama penghisap buah lada (Dasynus piperis) setelah bioassay pada skala laboratorium (Nismah dkk., 2009 ;

Nukmal dkk. 2010). Selain itu penelitian mengenai senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun gamal dapat mematikan hama kutu putih (Nismah dkk., 2010). Ekstrak air daun gamal dapat mematikan 50% hama kutu putih pepaya pada konsentrasi 0,75% - 1,82% setelah 48 jam perlakuan (Pratami, 2011).

Namun bagaimana perbandingan daya racun isolat murni ekstrak metanol dan ekstrak air daun gamal terhadap kutu putih pada tamanan sirsak belum

banyak informasi. Untuk itu, diperlukan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan daya racun kedua ekstrak tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan daya racun isolat murni ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal (G. macullata) terhadap mortalitas hama kutu putih (P. cryptus) pada tanaman sirsak (A. muricata).

(22)

4

1.3. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan informasi kepada masyarakat bahwa ekstrak metanol dan ekstrak air daun gamal dapat digunakan sebagai insektisida nabati yang ramah lingkungan dalam menekan populasi dan penyebaran hama kutu putih pada buah sirsak.

1.4. Kerangka Pemikiran

Penyebaran kutu putih (Paracoccus marginatus) di Indonesia diketahui sejak tujuh tahun yang lalu pada pepaya. Akhir-akhir ini diketahui kutu putih tidak hanya menyerang pepaya saja tetapi juga menyerang tanaman lain seperti halnya pada tanaman sirsak yang menjadi inang spesies kutu putih

(Pseudococcus cryptus). Penyebaran kutu putih ini melalui hembusan angin, terbawa manusia atau hewan yang menempel pada tanaman yang terserang.

Serangan kutu putih dapat menurunkan produktivitas buah sirsak dalam waktu yang singkat. Hama yang menyerang tanaman sirsak ini adalah serangga yang termasuk ordo Hemiptera dari famili Pseudoccocidae.

Hama kutu putih hidup secara bergerombol dan merusak tanaman dengan cara menghisap cairan yang ada pada tanaman. Hama ini lebih banyak menyerang buah dibandingkan daun. Daun yang terserang akan menjadi layu, kering dan akhirnya tanaman akan mati, sedangkan pada buah yang terserang tidak akan berkembang baik dan maksimal.

(23)

5

Pengunaan insektisida sintetik akan berdampak buruk pada lingkungan dan manusia apabila pengunaannya tidak tepat. Selain itu juga dapat

menimbulkan resistensi terhadap kutu jika pengunaannya secara berlebihan.

Untuk itu perlu adanya solusi untuk pengendalian hama ini dengan insektisida nabati yang aman, murah serta ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami. Tanaman yang dapat menjadi insektisida nabati salah satunya adalah daun gamal yang mengandung senyawa golongan flavonoid.

Pemurnian, KLT dan rekristalisasi ekstrak polar (metanol dan air) serbuk daun gamal dilakukan dengan cara maserasi bertingkat serbuk daun gamal menggunakan pelarut non polar yaitu hexana, DCM, metanol dan air.

Selanjutkan kedua ekstrak kasar diujikan terhadap hama kutu putih pada konsentrasi 0%, 0,05%, 0,010%, 0,015% dan 0,020% dan ekstrak murni dengan konsentrasi 0%, 0,02%, 0,04%, 0,06% dan 0,08% dan diamati mortalitas kutu putih setelah 12, 24, 48 dan 72 jam perlakuan. LC50dan LT50

ditentukan dengan analisis Probit minitab 16 dan SPSS 16.0. Dengan demikian diketahuinya perbandingan daya racun antara ekstrak metanol dan ekstrak air daun gamal terhadap kutu putih pada tanaman sirsak.

1.5. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ekstrak air daun gamal dapat mematikan kutu putih pada buah sirsak lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan ekstrak metanol.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Gamal (Gliricidia maculata) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Gamal

Menurut Elevitch and Francis (2006) tanaman gamal diklasifikasikan sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Subfamili : Faboideae Genus : Gliricidia

Spesies : Gliricidia maculata atau Gliricidia sepium

2.1.2. Deskripsi Tanaman Gamal

Gamal merupakan tanaman yang tumbuh dengan cepat di daerah tropis (Joker, 2002). Tanaman gamal tahan terhadap paparan sinar matahari dan dapat tumbuh pada tanah yang kering serta mampu bersaing dengan alang-

(25)

7

alang. Tanaman gamal berukuran tinggi antara 2-13 m, memiliki kulit batang yang berwarna coklat keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada batang yang sudah tua ( Gambar 1 a). Sedangkan daun gamal adalah jenis daun majemuk menyirip dengan panjang 19- 30 cm, dan jumlah helai daun 7-15 yang saling berhadapan (Gambar 1 b). Tanaman gamal berbunga pada bulan November sampai April (Joker, 2002 ; Elevitch and Francis 2006). Bunga tanaman gamal warna putih hingga merah muda terang dan panjang 2,5 – 15 cm (Gambar 1 c). Sedangkan buah gamal berbentuk polong dengan panjang 10-17 cm berwarna coklat kemerahan dengan jumlah 3 - 8 biji per polong.

a

a b c d

Gambar 1.Bagian tanaman gamal : a. batang, b. daun, c. bunga, d. Buah (Dokumen pribadi, 2015).

2.1.3. Penyebaran dan Manfaat Tanaman Gamal

Tanaman gamal berasal dari Meksiko. Habitat tanaman gamal yaitu pada dataran yang memiliki curah hujan yang rendah. Tanaman gamal telah diperkenalkan di Indonesia sejak Tahun 1958(Martoatmodjo, dkk., 1973).

(26)

8

Tanaman Gamal biasanya ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman, atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Tanaman gamal merupakan sumber kayu api yang baik, terbakar perlahan dan

menghasilkan sedikit asap. Kayu gamal memiliki nilai kalori sebesar 4.900 kkal/kg. Kayunya awet dan tahan rayap dan baik untuk membuat perabot rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan dan lain-lain (Joker, 2002).

Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah, sedangkan daun, biji, dan kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat racun. Zat beracun yang dihasilkan biasanya digunakan sebagai pestisida dan rodentisida alami. Kulit batang dan daun pada tanaman gamal juga dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk penyembuhan luka, bisul, memar, luka bakar, batuk, kelemahan, demam, patah tulang, sakit kepala, gatal, biang keringat, rematik dan tumor kulit (Orwa, et al., 2009). Daun gamal yang sudah diekstrak dapat dijadikan sebagai bahan anti mikroba (Nazli, dkk., 2011).

2.1.4 Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Gamal

Tanaman gamal memiliki kandungan bahan aktif kumarin. Kumarin

merupakan senyawa golongan flavonoid (Manglayang Farm, 2006; Nukmal dkk., 2010). Menurut Tapas, et al., (2008). flavonoid merupakan metabolit sekunder dari tanaman hijau dengan struktur polifenol. Flavonoid disintesis

(27)

9

melalui jalur polypropanoid dan membentuk komponen molekul fenilalanin.

Semua flavonoid memiliki kerangka struktural dasar C6 - C3 - C6, yang terdiri dari dua cincin aromatik C6 ( A dan B ) dan cincin heterosiklik ( C ) yang berisi satu atom oksigen (Gambar 2).

Gambar 2. Struktur senyawa flavonoid (Sumber: Tapas, et al., 2008).

Flavonoid pada tumbuhan umumnya sebagai glikosida yang berperan penting dalam menentukan aktivitas kerja tumbuhan tersebut. Flavonoid termasuk senyawa fenolik pada tumbuhan yang potensial sebagai antioksidan (Selawa, et al., 2013).

2.1.5. Insektisida

Menurut Tarumingkeng (1992), Insektisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan atau membunuh serangga pengganggu tanaman. Terdapat 2 mekanisme untuk mengendalikan atau membunuh hama yang pertama yaitu dengan cara meracuni makanannya dan yang kedua dengan cara langsung meracuni hama tersebut. Berdasarkan mekanismenya meracuni makanan serangga adalah sebagai berikut:

(28)

10

1. Insektisida sistemik

Insektisida sintetik adalah jenis insektisida yang penyerapannya melalui mulut daun (stomata), meristem akar lentisel batang dan celah lain yang terdapat pada permukaan tanaman. Insektisida akan melewati sel-sel melalui jaringan pengangkut dan akan meninggalkan residu insektisida, selanjutnya residu ini akan ditranslokasikan ke atas atau bawah tanaman dan termasuk tunas yang baru tumbuh. Serangga yang memakan

tanaman ini akan mengalami mortalitas.

2. Insektisida non-sistemik

Insektisida non-sistemik adalah jenis insektisida yang tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, akan tetapi hanya menempel pada permukaan tanaman. Serangga yang memakan dipermukaan tanaman yang terpapar insektisida ini akan mengalami keracunan dan akan mati.

3. Insektisida sistemik lokal

Insektisida sistemik lokal adalah jenis insektisida yang mampu diserap oleh jaringan daun, akan tetapi tidak dapat ditranslokasikan ke jaringan bagian tanaman lainnya. Insektisida yang jatuh pada permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk kedalam jaringan parenkim pada mesofil dan akan menyebar keseluruh mesofil daun dan mampu masuk kedalam sel lapisan epidermis daun bagian bawah.

(29)

11

2.1.6. Mekanisme Daya Racun Insektisida Masuk ke Dalam Tubuh Serangga

Mekanisme kerja masuknya insektisida ke dalam tubuh serangga Berdasarkan sasarannya terdapat tiga cara (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009) yaitu:

1. Racun lambung (Racun perut)

Insektisida yang dapat membunuh serangga dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh usus kemudian ditranslokasikan ke organ sasaran yang mematikan seperti pusat syaraf, organ respirasi dan meracuni sel-sel lambung.

2. Racun kontak

Insektisida ini membunuh serangga dengan cara masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh atau langsung mengenai mulut serangga. Serangga akan mati apabila kontak langsung dengan insektisida tersebut.

3. Racun pernafasan

Racun pernafasan adalah jenis insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang diudara berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida. Serangga akan mati apabila menghirup partikel dari insektisida tersebut dalam jumlah tertentu.

Menurut Tarumingkeng (2002), insektisida terbagi atas 2 golongan ditinjau dari aplikasi dan spesifikasi nya.

(30)

12

1. Aplikasinya dapat dilakukan dengan cara sistemik atau sistemik lokal yang di injeksi kedalam jaringan tanaman, maka residu insektisida akan

disalurkan ke dalam jaringan tanaman. Dengan demikian hama yang menghisap atau memakan tanaman tersebut akan keracunan dan mati.

2. Pengendalian hama yang memiliki mobilitas yang tinggi, dapat

dikendalikan dengan racun kontak atau sistemik dengan efek residu yang cukup lama, dengan cara ini insektisida akan terpapar pada tanaman yang disemprotkan. Apabila hama memakan tanaman tersebut akan keracunan dan mati karena jaringan tanaman tersebut mengandung residu insektisida.

Menurut Tarumingkeng (1992), insektisida nabati adalah insektisida alternatif yang digunakan dengan tujuan agar penggunaan insektisida sintetis tidak menjadi ketergantungan dan berdampak pada lingkungan. Insektisida nabati adalah jenis insektisida yang didapatkan dari tumbuhan yang dibuat secara mudah dan sederhana, misalkan dengan rendaman, perasan atau ekstrak yang diambil dari bagian tanaman.

Menurut Novizan (2002), insektisida nabati memiliki beberapa fungsi

diantaranya: memberikan bau yang menyengat sehingga serangga enggan hadir atau memakan tanaman, mencegah agar serangga tidak meletakkan telur pada tanaman, dapat menghambat reproduksi serangga betina, dan memiliki daya racun saraf yang mengakibatkan mortalitas serangga.

(31)

13

Keunggulan lainnya yaitu : mudah terurai secara cepat, toksisitas yang rendah terhadap manusia sehingga relatif aman bagi mamalia dan hewan ternak lainnya dan tidak meracuni dan tidak merusak tanaman.

2.2. Hama Kutu Putih Tanaman Sirsak (Pseudococcus cryptus) 2.2.1 Klasifikasi Pseudococcus cryptus

Klasifikasi P. cryptus menurut Nasution (2012), adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia Philum : Arthropoda Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Famili : Pseudococcoidae Genus : Pseudococcus

Spesies : Pseudococcus cryptus

2.2.2. Morfologi Pseudococcus cryptus

P. cryptus adalah kutu putih yang hidup pada tanaman inang sirsak. Kutu

putih betina berbentuk oval dan memilik panjang tubuh sekitar 2,0 - 3,15 mm dan lebar tubuh sekitar 1,4 - 1,8 mm yang berwarna kuning pucat hingga kuning kehijauan. Warna kuning kehijauan tertutupi dengan adanya embun madu yang dieksresikan oleh tubuh. Disepanjang sisi tubuh kutu betina terdapat 17 pasang filamen (Gambar 3). Filamen ganda terletak pada

(32)

14

bagian anterior dan posterior. Filamen ini tidak mudah rusak dibanding dengan filamen disepanjang tubuh lainnya (Yigit and Telli, 2013).

Gambar 3. Betina dewasa kutu putih (P. cryptus) (Sumber : Nasution, 2012).

P. cryptus jantan hanya memiliki 10 segmen. Tubuhnya berbentuk oval

dengan panjang antara 1,0 mm dan lebar 0,3 mm. Jantan aktif terbang disekitar tanaman mencari imago betina (Yigit and Telli, 2013).

2.2.3. Siklus Hidup Pseudococcus cryptus

Kutu putih betina mampu bertelur 200-500 telur. Telur berbentuk oval dan berwarna kuning pucat. Masa peletakkan telur selama 4-5 minggu, telur berkembang dalam tubuh induknya menjadi embrio, dari 270 embrio yang berhasil menjadi dewasa hanya 30 ekor (Yigit and Telli, 2013).

Stadium nimfa terdiri dari 4 instar yaitu pertama disebut crawler dan belum dapat dibedakan jenis kelaminnya, instar kedua sudah bisa di bedakan antara jantan dan betinanya, ketiga nimfa muda sangat aktif bergerak dan

(33)

15

bergerombol selama 4 minggu pertama, dan yang ke-empat nimfa dewasa setelah 37 - 50 hari. Kutu putih betina dewasa dapat hidup hingga 7 bulan (Rizki, 1970).

Kutu putih jantan sangat jarang dijumpai. Kutu putih jantan mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Siklus hidup kutu putih jantan lebih singkat hanya mampu hidup selama 2-4 hari. Kutu putih jantan memiliki enam tahap pertumbuhan yaitu telur, nimfa (instar 1 dan 2), prapupa, pupa, dan dewasa (Gambar 4). Telur kutu putih jantan akan menetas selama 2-10 hari yang kemudian memasuki tahap nimfa yakni instar 1 selama 7- 14 berwarna kuning (Rizki, 1970). instar 2 selama 6-16 hari. Setelah melewati tahap instar akhir kutu putih jantan memasuki tahap prapupa selama 4 hari dan selanjutnya memasuki tahap pupa. Pada tahap pupa individu berkembang dalam pupa lilin selama 2 hari yang pada akhirnya memasuki masa dewasa. Kutu putih jantan memiliki sayap dan antena dengan tubuh berwarna merah muda.

Gambar 4. Siklus hidup kutu putih P. cryptus dari telur sampai dewasa.

betina dewasa (A), telur, (B), nimfa instar I (C), nimfa instar II (D), nimfa instar III (E),nimfa instar IV betina (F), nimfa jantan (G), jantan dewasa (H). Sumber : (Rizki, 1970).

(34)

16

2.2.4. Kerugian Yang Disebabkan Kutu Putih

Kutu putih banyak menyebabkan kerugian, semua bagian tanaman dari buah sampai pucuk bisa diserang. Kutu putih menghisap cairan pada buah sirsak sebagai makanannya. Serangan lain seperti pada pucuk daun dapat menyebabkan kerdil dan keriput seperti terbakar, kutu putih juga

menghasilkan embun madu yang kemudian ditumbuhi cendawan jelaga, sehingga permukaan tanaman diserang akan berwarn hitam (Walker, et al., 2008).

Serangan hama kutu putih pada tanaman sirsak mengakibatkan gagal panen karena buah terganggu pertumbuhannya, buah menjadi rusak dan kerdil serta lama kelamaan buah menjadi kering. Serangan yang hebat ditandai dengan seluruh permukaan buah dipenuhi kutu putih (Gambar 5).

Gambar 5. Serangan hama kutu putih (P. cryptus) pada buah sirsak (Sumber : Dokumen pribadi, 2015).

(35)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April - Juni 2016. Pengambilan daun gamal (Gliricidia maculata) di Pekon Purawiwitan, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat.Titik koordinat antara 5o2'20"Lintang Selatan dan 104o31'28"

Bujur Timur.Penggilingan daun gamal dilakukan di Laboratorium Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung. Pengambilan kutu putih pada sirsak (Pseudococcus cryptus) betina dewasa di kelurahanSukarame, Kota Bandar Lampung.

Identifikasi kutu putihpada buah sirsak dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Lampung. Pembuatan ekstrak daun gamal, danbioassay dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA dan diLaboratorium Sentra Terpadu Inovasi Teknologi Universitas Lampung.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Pengambilan Daun Gamal dan Serangga Uji

Alat yang digunakan untuk pengambilan daun gamal yaitu golok dan karung untuk wadah daun gamal yang sudah diambil dari pohon. Alat yang

digunakan untuk pembuatan serbuk daun gamal yaitu mesin Disk Mill untuk

(36)

18

menghaluskan daun gamal yang sudah kering, timbangan untuk menimbang berat daun gamal. Pengambilan serangga uji pada buah sirsak yang

dihinggapi kutu putih. Toples untuk wadah buah sirsak beserta kutu putihnya, kain kassa untuk menutup bagian atas toples.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun tanaman gamal yang diekstrak untuk mendapatkan isolat murni sudah dikering anginkan dan kutu putih (P. cryptus) sebagai serangga uji pada buah sirsak.

3.2.2. Pembuatan Serbuk Daun Gamal

Daun gamal yang sudah dikering anginkan selama 10 hari selanjutnya di giling haluskan menggunakan mesin Disk Mill dan serbuk daun gamal disimpan dalam ruang tertutup sebelum digunakan.

3.2.3. Pembuatan Ekstrak

Serbuk daun gamal sebanyak 500 gram direndam dengan secara maserasi bertingkat yaitu hexana,DCM, metanol dan air sebanyak 1.500 ml dan masing-masing direndam selama 3x24 jam.

3.2.4. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid 3.2.4.1. Ekstrak Metanol

Alat yang digunakan untuk membuat ekstrak metanol daun gamal yaitu Lampu UV digunakan pada saat melakukan uji KLT, ultra

(37)

19

sonic cleaner (BANDELIN sonorex technik) untuk

menghomogenkan campuran. Alat-alat lain yang digunakan adalah alumunium foil, labu erlenmeyer, tabung reaksi, spatula, timbangan analitik, oven, gelas kimia, gelas ukur, pipet, corong, kertas saring, dan hot plate.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak metanol daun gamal adalah serbuk daun gamal, pelarut n- heksana, diklorometana (DCM), metanol, H2SO4, amonia, kloroform. Pereaksi Wagner, Mayer, Dragendrof, larutan brusin, CH3COOH anhidrat, NaOH, HCl dan KK silika dan isokratik Sephandex LH-20 untuk menghilangkan klorofil, KK AmberliteXAD-4 untuk pemurnian filtrat. Plat KLT alumunium Cellulosa Merck KgaA 64271 Darmstadt, Germany untuk memantau pemurnian.

3.2.4.2.Ekstrak Air

Alat yang digunakan untuk membuat ekstrak air serbuk daun gamal yaitu toples kaca untuk merendam serbuk daun gamal, penyaring Bunchner untuk memisahkan endapan dan filtrat, Freezedrayer

untukmengeringkan ekstrak,KLT (Kromatografi Lapis Tipis) untuk memurnikan filtrat.Alat-alat lain yang digunakan yaitu pemanas listrik, pipet kapiler, kamera digital sebagai alat dokumentsi serta alat tulis untuk menulis data yang didapat.

(38)

20

Bahan yang digunakan untuk membuat ekstrak air daun gamal adalah serbuk daun gamal, pelarut n-heksana, diklorometan (DCM), dan metanol dengan merk J.T Beker, akuades untuk membuat ekstrak air serbuk daun gamal. KK AmberliteXAD-4 untuk pemurnian filtrat, Plat KLT (Kromatografi Lapis Tipis) untuk memantau pemurnian. KLT Pereaksi SbCl3, AlCl3, dan CeSo4. Ketiga pereaksi ini berfungsi untuk mengidentifikasi adanya kandungan flavonoid yang terdapat pada sampel.

3.2.5. Pengambilan Kutu Putih Sebagai Serangga Uji

Kutu putihdiambilpada buah sirsak yang banyak ditempeli kutu putih dengan cara memetik buahnya.

3.2.5.1.PengambilanPutik Buah Sirsak Sebagai Media Uji Kutu Putih

Bahan yang digunakan untuk bioassay yaitu putik buah sirsak sebanyak 30 buah untuk 1x bioassay yang berukuran 2 – 3 cm danbebas hama.

3.2.5.2. Bioassay

Kutu putih diambil betina stadium dewasa dan diaklimatisasi sebelum diujikan. Untuk melakukan pengujian yang diperlukan yaitu gelas plastik untuk merendam dan wadah media uji. Kain kasa

(39)

21

untuk penutup gelas plastik. Kuas dan jarum pentul untuk memindahkan dan meletakkan serangga uji pada media uji.

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Pembuatan Serbuk Daun Gamal

Daun gamal yang digunakan sebagai bahan adalah daun mulai dari tangkai daun kelima dari pucuk. Diseleksi yang masih segar.Selanjutnya dikering anginkan selama 7-10 hari sampai benar-benar kering. Daun gamal yang sudah kering dibawa ke laboratorium untuk digiling menggunakan mesin Disk Mill sampai menjadi serbuk dan dibungkus plastik, lalu disimpan dalam ruang tertutup agar tidak terjadi kontaminan sampai saatnya digunakan.

3.3.2. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid

Daun gamal dimaserasi secara bertingkat menggunakan pelarut Hexana, DCM, Metanol dan air untuk memisahkan senyawa-senyawa polar dan non polar yang terkandung didalamnya.

3.3.2.1 . Isolasi dan Pemurnian Ekstrak Metanol

Ekstrak metanol daun gamal kering banyak mengandung klorofil, untuk itu dipisahkan klorofilnya dengan cara kromatografi kolom (KK) menggunakan silika dan isokratik. Filtrat metanol yang sudah bersih dari klorofil (FM) direfraksikan dengan menggunakan metoda

(40)

22

KK menggunakan kolom AmberliteXAD-4. Fraksi- fraksi dikumpulkan berdasarkan volume dan setiap fraksi dianalisis kandungan flavonoidnya menggunakan metoda kromatografi lapis tipis (KLT). Fraksi hasil isolasi yang kaya flavonoid diujikan keserangga uji hama kutu putih (P. cryptus) yang ada pada tanaman sirsak. Fraksi aktif yang dipilih adalah fraksi kaya flavonoid dengan jumlah matrik yang rendah dan memberikan aktivitas yang tinggi terhadap serangga uji.

3.3.2.2. Isolasi dan Pemurnian Ekstrak Air

Ekstrak air serbuk daun gamal hasil maserasi yang menunjukkan adanya endapan berbentuk amorf disaring dengan penyaring Buncher,guna memisahkan endapan (EA) dan filtrat (FA) nya.

Selanjutnya EA dikeringkan dengan freeze drayer. Pasta yang didapat dilakukan bioassay terhadap hama kutu putih.

Filtrat (FA) dimurnikan dengan cara fraksinasi dengan metoda kromatografi kolom menggunakan KK-AmberliteXAD-4 dan diisolasi secara landaian (gradient elution). Fraksi-fraksi

dikumpulkan berdasarkan volume. Setiap fraksi diuji kandungan flavonoidnya dengan metoda KLT dan fraksi yang positif

mengandung flavonoid akan dilakukan bioassay terhadap hama kutu putih.

(41)

23

Fraksi aktif yang dipilih adalah fraksi yang mengandung flavonoid dengan matrik yang rendah dan memberikan aktivitas yang tertinggi terhadap serangga uji. Jenis flavonoid yang terdapat dalam fraksi aktif diketahui dengan menganalisis fraksi aktif menggunakan metoda spektroskopis UVmenggunakan beberapa pereaksi geser.

3.3.3. Bioassay Fraksi yang Didapat

3.3.3.1. Bioassay Fraksi Aktif dari Ekstrak Metanol dan Air Daun Gamal Terhadap Hama Pseudococcus cryptus

Bioassay yang dilakukan adalah uji mortalitas terhadap hama kutu putih dengan pengaruh residu (residual effect).Setiap senyawa yang ditemukan pada tahapan fraksinasi dilakukan bioassay terhadap hama kutu putih betina stadium dewasa dengan media uji yang digunakan adalah putik buah sirsak. Hal ini dilakukan untuk menapis senyawa aktif insektisida.

Uji residu dilakukan dengan merendam buah sirsak dengan 5 taraf konsentrasi ekstrak kasar dengan konsentrasi (0%, 0,05%, 0,010%, 0,015% dan 0,020%) dan ekstrak murni dengan

konsentrasiyaitu (0%, 0,02%, 0,04%, 0,0,06% dan 0,08%) selama 10 menit, 10 ekor kutu putih(P. cryptus) betina dewasa yang sudah diaklimatisasi selama 1 hari sebelum perlakuan diletakkan pada putikbuah sirsak yang sudah direndam dengan ekstrak daun gamal dan dipelihara pada wadah uji. Pengamatan

(42)

24

mortalitas serangga uji dilakukan pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan.

Percobaan ini dilakukan masing-masing 3 kali ulangan.

Larutan uji dikatakan efektif bila larutan tersebut memberikan nilai LC50≤ 5% (Prijono, 2005).

Untuk lebih jelasnya pembuatan ekstrak dan bioassay dapat dilihat pada bagan alir penelitian (Gambar 6).

3.3.4. Analisis Data

Untuk menentukan daya racun isolat murni antara ekstrak metanol dan ekstrak air daun gamal ditentukan dengan nilai LC50dan LT50dianalisis dengan probit Minitab 16. Untukmenentukan larutan yang efektif sebagai insektisida nabatidilakukan uji Anara dengan SPSS 16.0 dan bila ada perbedaan yang signifikan dilakukan uji lanjut Tukey’s dengan SPSS 16.0.

3.3.5. Diagram Alir Penelitian

Pelaksanaan penelitian mulai dari pengambilan daun gamal sampai dengan mendapatkan isolat murni. Adapun pelaksanaan tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada diagram penelitian pada gambar 6.

(43)

25

Gambar 6. Bagan alir penelitian Pembuatanserbuk daun gamal

Daun Gamal Segar

Dikering anginkan 7-10 hari

Digiling halus

Serangga uji

Kutu putih betina dewasa (300 ekor 1x bioassay)

Aklimatisasi selama 1 hari

Ekstrak kasar air dan metanol daun gamal

Analisa data : Probit, uji Anara dan uji lanjut Tukey’s

Perbandingan Daya Racun Isolat Murni Ekstrak Air Dan Ekstrak Metanol Daun Gamal(G. maculata) Terhadap Mortalitas Kutu Putih (P.cryptus) Pada Tanaman Sirsak (A. muricata)

Media uji

Putik buah sirsak (30 buah)

Putik Buah dibersihkan

Bioassay ekstrak kasar metanol dan air

 Buah direndam dengan ekstrak kasar metanol selama 10 menit didadaptkan LC50sebesar 0,040% dan ekstrak air sebesar 0,034% dengan konsentrasi 0%, 0,05%, 0,10%, 0,015% dan 0,020%

masing-masing 3x pengulangan

 Buah dikeringkan dari sisa air rendaman

Kutu putih (Pseudococcus cryptus) diinvestasikan pada media uji (10 ekor) Pemurnian ekstrak

Bioassay ekstrak murni metanol dan air

 Buah direndam dengan ekstrak metanol dan ekstrak air selama 10 menit didadaptkan LC50 sebesar 0,096% dan ekstrak air sebesar 0,061%

dengan konsentrasi 0%, 0,02%, 0,04%, 0,06%

dan 0,08% masing-masing 3x pengulangan

 Buah dikeringkan dari sisa air rendaman

Kutu putih (Pseudococcus cryptus) diinvestasikan pada media uji (10 ekor)

Pengamatan dilakukan pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan, parameter yang diamati adalah mortalitas kutu putih

Pengamatan dilakukan pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan, parameter yang diamati adalah mortalitas kutu putih

Analisa data : Probit dan uji Anara Pembuatan ekstrak dengan maserasi

bertingkat

Hexana

DCM masing-masing

Metanol pelarut

Air 3x24 jam

Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian

Data

Data

(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan antara ekstrak murni air dan ekstrak murni metanol daun gamal terhadap mortalitas kutu putih pada tanaman sirsak dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ekstrak murni air dan ekstrak murni metanol daun gamal efektif terhadap mortalitas hama kutu putih.

2. Ekstrak murni air daun gamal lebih efektif terhadap mortalitas hama kutu putih pada tanaman sirsak berdasarkan nilai LC50sebesar 0,061% dan LT50sebesar 69,296 jam dibandingkan ekstrak murni metanol daun gamal LC50sebesar 0,096% dan LT50sebesar 95,876 jam.

B. SARAN

Diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk penentuan struktur yang ada pada ekstrak murni metanol dan ekstrak murni air daun gamal agar lebih efektif terhadap mortalitas hama kutu putih pada tanaman sirsak.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Pengenalan Pestisida.

http://www.ditjenbun.pertanian.go.id. Diakses 28 September 2015, pukul 13.56 WIB.

Direktorat Jendral Hortikultura. 2011. Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produk tanaman buah berkelanjutan.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&qNilai+ekonomi+tanaman+buah.

pdf. diakses 27 November 2015.

Elevitch, C. R and J. K. Francis, 2006. Gliricidia sepium (gliricidia) Fabaceae (legume family). Spesies Profiles For Pasific Island Agroforestry.

www.traditionaltree.org. Diakses 7 Mei 2015, pukul 12.26 WIB.

Hermawan, G. P. 2013. Ekstraksi Daun Sirsak (Annona muricata L.)

menggunakan pelarut metanol. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri Vol.

2. No. 2. 2013.

Ivakdalam, L.M. 2010. Dampak ekonomi serangan hama asing invasif Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) pada usahatani pepaya di kabupaten Bogor [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Joker, D. 2002. Informasi Singkat Benih Gliricida sepium (Jacq). Stued.

Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan. Bandung. No.27, Desember 2002.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik, diterjemahkan oleh A.

Saptoraharjo. UI-Press. Jakarta

Martoatmodjo, S., I.B.A. Hamid, Soemartono. 1973. Gamal Pohon Serba Guna, Balai Pustaka.

Manglayang Farm. 2006. Hijauan Pakan Ternak.

http://manglayang.blogsome.com/2006/03/06/hijau-pakan -ternak-gamal- gliricidia/ . Diakses pada tanggal 18 Desember 2015.pukul 10.50 WIB.

Megawati.R.C., J.A . Musa.,Weni., M. Sihaloho. 2014. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dalam Ekstrak Kental Buah Pare (Momordica

Charantia L).Jurnal.Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negri Gorontalo, Kota Gorontalo.

(46)

Nasution, B. A. 2012. Keanekaragamanan Spesies Kutu Putih (Hemiptera;

Pseudiccidae. Pada Tanaman Buah-Buahan Di Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nazli, R., T. Sohail., B. Nawab and Z. Yaqeen. 2011. Antimicrobial Property Of Gliricidia Sepium Plant Extract. Journal. Agriculture. Resourch. Vol 24 No.1-4. Pakistan.

Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Nismah,N., E.L.Widiastuti., dan E. Sumiyani., 2009. Uji Efikasi Ekstrak Daun Gamal (Gliricidia maculata) Terhadap Imago Hama Bisul Dadap

(Quadrastichus erythrinae). Prosiding Seminar Nasional XX dan Kongres Biologi Indonesia XIV. Malang 24 -25 Juli 2009.

Nukmal, N., N.Utami, dan Suprapto. 2010. Skrining Potensi Daun Gamal

(Gliricidia maculata Hbr.) Sebagai Insektisida Nabati. Laporan Penelitian Hibah Strategi Unila. Universitas Lampung.

Nukmal, N., N. Utami., dan G.D. Pratami. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal (Gliricidia maculata) dan Uji

Toksisitasnya Terhadap Hama Kutu Putih Pepaya (Paracoccus marginatus).

Seminar Nasional dan Musyawarah Anggota 2011 Perhimpunan Entimologi Indonesia Cabang Bandung. Tanggal 16-17 Februari 2011.

Nuswamarhaeni, S., D. Prihatini, dan E.P. Pohan. 1991. Mengenal Buah Unggul di Indonesia, Trubus, Jakarta.

Orwa C, A. Mutua.,R. Kindt., R. Jamnadass., S. Anthony. 2009. Agroforestry Database 4.0 : Gliricidia sepium .

http://www.worldagroforestry.org/sites/treedbs/treedatabases.asp. Diakses 10 Mei 2015 pukul 16.09 WIB.

Pratami, G. D. 2011. Uji Toksisitas Ekstrak Air Daun Gamal (Gliricidia maculata hbr.) Terhadap Hama Kutu Putih Pepaya (Paracoccus

marginatus).Skripsi. Universitas Lampung, Lampung.

Prijono, D. 2005. Pemanfaatan dan Pengembangan Pestisida Nabati.Makalah Seminar Ilmiah. Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Rizki, M. 1970. Planococcus sp. (Kutu Putih).

http://www.labscorner.org/opt/kb/index.php?comp=home.detail.94.

Diakses 8 November 2015 pukul 14.33 WIB.

Raini, M. (2007) Toksikologi Pestisida dan Penanganannya Akibat Keracunan Pestisida, Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007

(47)

Selawa, W., M. R. J.Runtuwene., dan G. Citraningtyas. 2013. Kandungan Flavonoid Dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong [Anredera cordifolia(Ten.)Steenis.] . Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 01 Issn 2302 - 2493 . Manado.

Suteja I.K.P., W.S.Rita dan I. W.G. Gunawan, 2016. Identifikasi dan Uji Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Daun Trembesi (Albizia saman (Jacq) Merr) Sebagai Anti Bakteri Escherichia coli.Jurnal Kimia. Jurusan Kimia Universitas Udayana, Bukit jimbaran ,Bali.

Statistik Pertanian, 2009. Kedahsyatan Sirsak. Kedahsyatan-

sirsak.blogspot.co.id/2014/03/produksi sirsak-di-Indonesia.html?m=.

diakses pada 02 Maret 2016. 12.33 WIB

Siswanto dan Karmawati, E. 2012. Control Of Cocoa Main Pest (Conomorpoha cramerella And Helopeltis spp.) Using Botanical Pesticide And Biological Agents. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Perspektif Vol.

11 No. 2. Issn: 1412 - 8004. Hlm 103 - 99. Bogor.

Sitompul dkk, 2014. Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kelinci dan Pupuk NPK (16 : 6:

16). Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No 2337-659. Vol. 2, No. 3 : 1064 – 1071.

Tapas, AR., D.M. Sakarkar., Kakde RB,. 2008. Flavonoids as Nutraceuticals.

Tropical Journal of Pharmaceutical Research(3): 1089-1099. Faculty of Pharmacy, University of Benin-Nigeria.

Tarumingkeng, R.C. 1992.Insektisida; Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak Penggunaannya. UKRIDA Press. 250p.

Tarumingkeng, R.C. 2002. Pengaruh Pestisida Terhadap Kehidupan Organisme Tanah. http://core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/12217742.pdf. diakses tanggal 07 November 2015 pukul 14.35 WIB.

Tukimin dan Rizal. 2002. Pengaruh Ekstrak Daun Gamal (Gliricidia sepium) Terhadap mortalitas Kutu daun Kapas (Aphis gossypii) glover. Balittas.

Litbang. Deptan

Walker, A., M.Hoy., Meyerdirk, D. 2008. Papaya Mealibug, Paracoccus marginatus William and Grana de Willink (Insecta :Hemiptera:

Pseudococcidae). University of Florida IFAS Extension. EENY 302.

Yigit, A and S. Telli, 2013. Distrubution, host plants and natural enemies of Pseudococcus cryptus Hempel (Hemiptera: Pseudococcidae), injurious to citrus plantations in Hatay. Turki. entomol. derg., 2013, 37 (3): 359-373 ISSN 1010-6960.Turki.

Gambar

Gambar 1.Bagian tanaman gamal : a. batang, b. daun, c. bunga, d. Buah (Dokumen pribadi, 2015).
Gambar 2. Struktur senyawa flavonoid (Sumber: Tapas, et al., 2008).
Gambar 3. Betina dewasa kutu putih (P. cryptus) (Sumber : Nasution, 2012).
Gambar 4. Siklus hidup kutu putih P. cryptus dari telur sampai dewasa.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Teknik Riset Operasi- GRR 63 Jika modal (biaya) yang tersedia. X3

Untuk bisa menerima kelimpahan di dalam hidup ini, anda dan saya tidak punya pilihan lain kecuali membaca dan merenungkan Firman Tuhan serta bersekutu dengan Roh Kudus.. Hubungan

Dapat disimpulkan bahwa dominansi jenis Cymodocea serulata pada perairan pantai Pulau Unggeh cukup tinggi, karena lamun ini dapat ditemukan diseluruh lokasi pengamatan dan

Untuk itu dengan adanya sebuah WAPsite pemesanan tiket, masyarakat akan mendapatkan kemudahan untuk mendapatkan informasi tentang pemesnan tiket menggunakan ponsel, baik

[r]

[r]

Oleh karena itu penulis ingin memudahkan masyarakat dalam mendapat Informasi mengenai obatobatan yang ada di ISO Indonesia agar masyarakat dapat mengetahui terlebih dahulu obat apa

Salah satu software yang berguna untuk menghasilkan suatu aplikasi pada perangkat wireless khususnya Handphone adalah J2ME. Dilihat dari hal tersebut, maka di hasilkan suatu