• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSG TIDAK LANGSUNG DIAN KHOLIKA HAMAL. Sesi 9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PSG TIDAK LANGSUNG DIAN KHOLIKA HAMAL. Sesi 9"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PSG TIDAK LANGSUNG

DIAN KHOLIKA HAMAL

Sesi 9

(2)

• Mahasiswa mampu menentukan status gizi dengan metode Dietary Assesment

• Mahasiswa mampu menentukan status gizi dengan metode Statistik vital

• Mahasiswa mampu menentukan status gizi dengan metode Ekologi

(3)

TUJUAN PENILAIAN STATUS GIZI

• Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi

• Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada

• Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan

data, perencanaan , dan implementasi untuk penilaian

status gizi

(4)

PenilaianStatus Gizi

Langsung

Tidak Langsung

1. Antopometri 2. Biokimia

3. Klinis 4. Biofisik

1. Survei Konsumsi

2. Statistik Vital

3. Faktor Ekologi

(5)

Metode penentuan status gizi secara tidak langsung

Survei Konsumsi

Makanan Statistik Vital

Faktor Ekologi

(6)

A. Pengukuran Faktor

Ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2001).

Jumlah makanan dan zat-zat gizi yang tersedia bergantung pada keadaan lingkungan seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi dan tingkat ekonomi dari penduduk. Disamping itu budaya juga berpengaruh seperti kebiasaan memasak, prioritas makanan dalam keluarga distribusi dan pantangan makanan bagi golongan rawan gizi.

(7)

Menurut Jelliffe (1989) faktor ekologi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi dibagi dalam enam kelompok, yaitu:

1. Keadaan Infeksi 4. Sosial Ekonomi 2. Konsumsi Makanan 5. Produksi Pangan

3. Pengaruh Budaya 6. Pelayanan kesehatan & Pendidikan ca

(8)

EKOLOGI

Penyakit Infeksi Yankes dan

Pendidikan

Produksi Pangan

Konsumsi Makanan

Pengaruh Budaya Sosial

Ekonomi

(9)

1. Keadaan Infeksi

Scrimshaw et.al menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutisi. Mereka menekankan interkasi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi.

Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu:

1. Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya asupan makan, menurunnya absorpsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit.

2. Peningkatahn kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan pendarahan dengan terus menerus.

3. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit (human host) dan parasite yang terdapat dalam tubuh.

(10)

2. Konsumsi Makanan

Tujuannya untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.

3. Pengaruh Budaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain :

a. Sikap terhadap makanan (pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat menyebabkan konsumsi terhadap makanan rendah)

b. Kelahiran anak (jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak)

c. Produksi pangan (rendahnya produksi pangan disebabkan karena petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional)

(11)

4. Faktor Sosial Ekonomi

1. Data Sosial

Data sosial yang perlu dipertimbangkan adalah:

a. Keadaan penduduk disuatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi seks dan geografis) b. Keadaan Keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran)

c. Pendidikan

 Tingkat pendidikan bapak/ibu

 Usia anak sekolah

d. Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumlah kamar, kepemilikan dll)

e. Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan bakar, alat masak, pembuangan sampah) f. Penyimpanan makanan

g. Air (sumber, jarak dari rumah) h. Kakus

(12)

2. Data Ekonomi

Data ekonomi meliputi:

a. Pekerjaan

b. Pendapatan Keluarga (gaji, industry rumah tangga, pertanian pangan/non pangan, utang)

c. Kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan, radio, Tv dan lain-lain)

d. Pengeluaran/anggaran (pengeluran untuk makan, pakaian, menyewa, minyak/bahan bakar, listrik, pendidikan, transportasi dan lain-lain)

e. Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim

(13)

5. Produksi Pangan

Data yang relevan untuk produksi pangan adalah:

1. Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli, barter dll)

2. Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan serangga dan peyuluhan pertanian)

3. Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga, kecocokan tanah, tanah yang digunakan, jumlah tenaga kerja)

4. Peternakan dan perikanan (jumlah ternak)

5. Keuangan (modal yang tersedia dan fasilitas untuk kredit)

(14)

6. Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan

Pelayanan kesehatan dan pendidikan tidak merupakan faktor ekologi, tetapi informasi ini sangat berguna untu meningkatkan pelayanan. Beberapa data penting tentang pelayanan kesehatan/pendidikan adalah:

a. Rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan (puskesmas), jumlah RS, jumlah tempat tidur, pasien, staf, dll.

b. Fasilitas dan pendidikan, yang meliputi anak sekolah (jumlah, pendidikan gizi/kurikulum dan lain-lain). Remaja (organisasi karang taruna dll). Orang dewasa yang meliputi buta huruf. Media massa seperti radio, televisi dan lain-lain.

(15)

B. Statistik Vital

Salah satu cara untuk mengetahui gambaran keadaan gizi disuatu wilayah adalah dengan cara menganalisis statistic kesehatan. Dengan menggunakan statistik kesehatan dapat dipertimbangkan penggunaannya sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. Beberapa statistik vital yang berhubungan dengan keadaan kesehatan dan gizi antara lain:

a. angka kesakitan b. angka kematian

c. pelayanan kesehatan

d. penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi

Penyebab utama kematian adalah penyakit infeksi dan parasit serta banyak diantaranya yang berhubungan dengan kekurangan gizi.

(16)

1. Angka Kematian Berdasarkan Umur

Angka kematian berdasarkan umur adalah jumlah kematian pada kelompok umur tertentu terhadap jumlah rata-rata penduduk pada kelompok umur tersebut. Biasanya disajikan sebagai per 1.000 penduduk. Manfaat data ini adalah untuk mengetahui tingkat dan pola kematian menurut golongan umur dan penyebabnya.

Beberapa keadaan kurang gizi mempunyai insidens yang tinggi pada umur tertentu, sehingga tingginya angka kematian pada umur tersebut dapat dihubungkan dengan kemungkinan tingginya angka keadaan kurang gizi. Angka kematian anak balita perlu dianalisis pada setiap distribusi umur. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada umur yang sama terdapat kejadian tertinggi dari penyakit tertentu. Apabila data setiap umur tidak tersedia, maka dianalisis dapat dilakukan pada tiga periode yaitu:

 Umur 2-5 bulan,

 1-4 tahun dan

 Umur 2 tahun

(17)

A. Angka Kematian Umur 2-5 bulan

Periode umur ini merupakan periode dengan status gizi seseorang anak yang dapat tergantung pada praktik pemberian makanan, terutama apakah disusui atau tidak. Ada tiga keadaan defesiensi gizi yang sering dihubungkan dengan periode umur ini pada bayi yang disusui yaitu:

 Beri-beri infantil

 Defisiensi vitamin B12 atau asam folat

 Riketsia yaitu kekurangan vitamin D

Ketiga hal itu bisa terjadi jika konsumsi vitamin B1, B12 dan Vitamin D pada ibu pada saat kehamilan atau pada saat menyusui kurang. Pada bayi yang tidak disusui, keadaan gizi kurang mungkin disebabkan praktek pemberian susu yang relative encer sehingga tidak memenuhi kebutuhan. Di samping itu keadan gizi kurang disebabkan oleh kurang baiknya sanitasi dan hygiene pemberian botol susu yang sering dihubungkan dengan diare. Keadaan kurang gizi yang terjadi adalah sindrom marasmus diare.

(18)

B. Angka Kematian Umur 1- 4 Tahun

Angka kematian bayi adalah jumlah kematian anak umur kurang dari satu tahun dalam tahun tertentu terhadap jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama yang disajikan sebagai per 1.000 kelahiran hidup.

Dinegara berkembang, kesakitan dan kematian pada anak umur 1-4 tahun banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi. Pengaruh keadaan gizi pada umur itu lebih besar dari pada umur kurang dari satu tahun. Dengan demikian angka kesakitan dan kematian pada periode ini dapat dijadikan informasi yang berguna mengenai keadaan kurang gizi di masyarakat.

(19)

Data yang perlu diestimasi dan dipertimbangkan

Dalam pengumpulan data statistic yang perlu diestimasi dan dipertimbangkan adalah berbagai kendala yang dialami. Meskipun demikian estimasinya tetap dapat dilakukan yang hasilnya adalah sebagai berikut:

a. Analisis laporan kematian dan kelahiran

Catatan kelahiran dapat diperoleh dari pimpinan masyarakat. Data tersebut dapat digunakan untuk menghitung kematian bayi dan angka kematian umur 1-4 tahun. Masalah yang mungkin ada dengan data adalah umur tidak tepat dan penyebab penyakit tidak diketahui.

b. Perhitungan hasil sensus

Hal ini dapat dilakukan jika sensus di suatu daerah dilakukan dengan baik dan teratur.

c. Pendataan ditingkat desa

Pendataan dilakukan dengan wawancara terhadap ibu mengenai jumlah anak yang pernah dilahirkan, jumlah anak yang pernah meninggal dan umur waktu meninggal.

(20)

Penyajian Hasil

Angka kematian dapat disajikan dengan berbagai cara:

a. persentase kematian anak balita terhadap kematian semua umur b. angka kematian tahunan anak umur 1-4 tahun

c. persentase kematian masa anak-anak yang terjadi pada umur 1-4 tahun

d. rasio angka kematian anak 1-4 tahun terhadap angka kematian bayi 1-12 bulan

Angka kejadian KEP pada umur ini sering terjadi, karena pada periode umur ini merupakan umur periode penyapihan. Anak yang disapih mengalami masa transisi pada pola makannya. Keadaan ini mengakibatkan asupan makan berkurang. Masa ini disebut masa transisi tahun kedua.

Gordon (1967) menegaskan, angka kematian pada umur 13-24 bulan memberikan informasi yang lebih bermanfaat bagi beberapa negara, karena pada kelompok umur tersebut mudah menderita KEP dan defisiensi zat gizi lainnya.

C. Angka Kematian Umur 13-24 Bulan

(21)

2. Angka Kesakitan Dan Kematian Akibat Penyebab Tertentu

Angka penyebab penyakit dan kematian pada umur 1-4 tahun merupakan informasi yang penting untuk menggambarkan keadaan gizi di suatu masyarakat. Perlu disadari bahwa angka tersebut terkadang kurang menggambarkan masalah gizi yang sebenarnya. Besarnya proposi kematian balita dapat disebabkan oleh penyakit diare, parasit, pneumonia, atau penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti campak dan bantuk rejan.

Demikian pula halnya pada pencatatan penyebab penyakit. Keadaan kekurangan gizi yang menyertai penyakit lainnya tidak terekam sebagai penyakit penyerta. Seharusnya kalau suatu penyakit dianggap sebagai penyebab kematian akibat kwashiorkor dan marasmus, maka kedua penyakit tersebut harus dicatat dalam pelaporan dan bukan hanya salah satu saja.

(22)

Berbagai statistik layanan kesehatan dapat dilihat dari tempat layanan kesehatan tersebut berada. Tempat layanan kesehatan yang dapat dijangkau antara lain adalah Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit. Statistik layanan kesehatan di tingkat desa dapat dilihat dari Bidan Desa. Di bawah ini akan diuraikan data layanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit.

3. Pelayanan Kesehatan

a. Puskesmas

Puskesmas sebagai lembaga mempunyai bermacam-macam aktivitas. Aktivitas ini ada yang dilaksanakan di dalam gedung (di Puskesmas sendiri) dan di luar gedung Puskesmas termasuk kegitan Posyandu. Salah satu kegiatan Puskesmas adalah dalam bidang gizi seperti Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan Pojok Gizi (POZI).

b. Rumah Sakit

Statistik layanan kesehatan yang juga penting adalah rumah sakit. Meningkatnya kunjungan kasus gizi kurang yang dihadapi oleh rumah sakit juga meningkatkan isyarat adanya kekurangan gizi masyarakat. Data mengenai meningkatnya kunjungan kasus gizi itu dapat dihubungkan dengan berbagai faktor, seperti masalah kemiskinan, harga-harga yang meningkat dan kejadian-kejadian alam seperti kekeringan.

(23)

KELEMAHAN STATISTIK VITAL

A. Data tidak akurat

Tidak akuratnya data disebabkan oleh karena kesulitan dalam mengumpulkan data, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang.

Kesulitan mendapatkan data yang sahih muncul karena beberapa data cenderung ditutup-tutupi atau disembunyikan oleh pemerintah karena alasan politik. Ketidakakuratan data juga disebabkan oleh tenaga pengumpul data yang tidak mengerti tentang bagaimana mengumpulkan data handal dan sahih.

B. Kemampuan untuk melakukan interpretasi secara tepat

Terutama pada saat terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi keadaan gizi seperti tingginya kejadian penyakit infeksi, dan faktor sosial ekonomi lainnya. Berdasarkan hal tersebut, perlu juga dipikirkan untuk melakukan interpretasi berdasarkan kawasan, musim, jenis kelamin, kelompok umur, dan lain-lain.

(24)

APA ITU DIETARY ASSESMENT ????

Menurut fahmidan & Dilon 2007, dietary assessment adalah suatu metode yang digunakan untuk mengkaji

tanda awal dari defisiensi zat gizi.

(25)

TUJUAN

1.Mengetahui dan mempelajari kebiasaan makan.

2.Menghitung jumlah makanan yang dimakan responden.

3.Menentukan tingkat kecukupan konsumsi individu / sekelompok orang / masyarakat.

4.Sebagai dasar perencanaan program gizi.

5.untuk pengembangan program gizi.

6.Untuk pendidikan gizi.

(26)

Kelemahan dietary

assessment atau penilaian asupan

makanan

1. Tidak dapat menentukan status gizi secara langsung

2. Hanya dapat dipakai sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang.

3. Lebih efektif bila disertai dengan hasil pemeriksaan

biokimiia, klinis dan antropometri.

(27)

Dietary Assessment (Survei Konsumsi Makanan) Terbagi Menjadi 2 Metode, yaitu:

Metode Kualitatif a) FFQ

b) Dietary History c) Food List

d) Metode Telepon Metode Kuantitatif

a) Food Recall 24 Jam b) Food Records

c) Food Weighing d) Food Acount

e) Inventari Method

f) Household food record

(28)

Metode Kuantitatif

a. Metode Food Recall 24 Jam

Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Recall dilakukan pada saat wawancara dilakukan dan mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Wawancara menggunakan formulir recall harus dilakukan oleh petugas yang telah terlatih. Data yang didapatkan dari hasil recall lebih bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan data kuantitatif maka perlu ditanyakan faktor-faktor penggunaan URT (Ukuran Rumah Tangga).

Sebaiknya recall dilakukan minimal dua kali dengan tidak berturut-turut.

Recall yang dilakukan sebanyak satu kali kurang dapat menggambarkan kebiasaan makan seseorang.

(29)

• Recall : mengingat kembali, artinya metode ini mengharuskan responden untuk mengingat kembali makanan yang di konsumsi selama 24 jam yang lalu.

• Prinsip dari metode ini, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam.

• Data yang diperoleh menggunakan metode ini cenderung bersifat kualitatif, oleh Karena itu untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (Ukuran Rumah Tangga).

• Metode recall 24 jam ini sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Karena apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data kurang Represntatif.

Metode Food Recall 24 Hours

(30)

Langkah-langkah dalam pelaksanaan recall 24 jam

1. Petugas atau Pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan

minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah

tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu.

2. Menganalisis bahan makanan kedalam zat gizi dengan

menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

3. Membandingkan dengan daftar kecukupan Gizi yang dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi

(AKG) Untuk Indonesia.

(31)
(32)

b. Perkiraan makanan (Estimated Food Records)

Metode ini disebut juga food record atau diary record, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.

(33)

c. Penimbangan makanan (Food Weighing)

Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari.

Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Yang harus diperhatikan dalam metode ini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan, maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya yang dikonsumsi.

(34)

No Metode Kelebihan Kelemahan 1. Metode Recall Mudah melaksanakannya serta tidak

terlalu membebani responden

Biaya relatif murah, karena tidak

memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara.

Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

Tidak dapat menggambarkan asupan makanan setiari hari, bila hanya dilakukan recall satu hari.

Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden.

2 Estimated Food Records

Metode ini relatif murah dan cepat

Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar

Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari

Hasilnya relatif lebih akurat

Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden

merubah kebiasaan

makanannya

Tidak cocok untuk responden yang buta huruf.

(35)

3. Penimbangan makanan (Food Weighing)

Data yang diperoleh lebih akurat/teliti.

Memerlukan waktu dan cukup

mahal karena perlu

peralatan.Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka.

Tenaga pengumpul data harus terlatih dan trampil.

Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.

(36)

Metode Kualitatif

a. Food Frequency Questionnaire (FFQ)

FFQ merupakan metode pengukuran konsumsi makanan dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data mengenai frekuensi seseorang dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Frekuensi konsumsi dapat dilakukan selama periode tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Kuesioner terdiri dari daftar jenis makanan dan minuman (Supariasa, 2001).

b. Metode Riwayat Makan (dietary history)

Metode riwayat makan dilakukan untuk menghitung asupan makanan yang selalu dimakan dan pola makan seseorang dalam waktu yang relatif lama, misalnya satu minggu, satu bulan, maupun satu tahun. Metode ini terdiri dari 3 komponen, yaitu wawancara recall 24 jam, memeriksa kebenaran recall 24 jam dengan menggunakan kuesioner berdasarkan frekuensi konsumsi sejumlah makanan, dan konsumsi makanan selama tiga hari, termasuk porsi makanan (Gibson, 2005).

(37)

Metode FFQ

(Metode frekuensi kuesioner)

Merupakan metode atau cara mengukur

frekuensi makanan yang bersifat kualitatif dan menggambarkan frekuensi konsumsi perhari, minggu, atau bulan

.

Jenis FFQ

1. FFQ Kualitatif

a) Daftar Makanan : Sifatnya spesifik

b) Frekuensi kategori respons penggunaan : harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.

2. FFQ Semi Kuantitatif (SQ-FFQ) : Dengan penambahan perkiraan sebagai ukuran porsi (standar atau kecil, sedang, dan besar).

Langkah-Langkah FFQ :

1. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya.

2. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.

(38)
(39)
(40)

No Metode Kelebihan Kelemahan 1. FFQ Relatif murah dan sederhana

Dapat dilakukan sendiri oleh responden

Tidak membutuhkan latihan khusus

Dapat membantu untuk menjelaskan

hubungan antara penyakit dan kebiasaan makan

Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari

Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data

Cukup menjemukan bagi pewawancara

Perlu percobaan pendahuluan untuk

menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner

Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.

2. Riwayat Makan

Dapat memberikan gambaran konsumsi

pada periode yang panjang secara kualitatif dan kuantitatif.

Biaya relatif murah.

Dapat digunakan di klinik gizi untuk

membantu mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.

Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden.

Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih.

Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar.

(41)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan kasih karuniaNya tesis yang berjudul “ NILAI KEGIGIHAN HIDUP SEORANG WANITA DALAM

Dalam penyelenggaraan pemerintah Indonesia tentunya Bhineka Tunggal Ika menjadi nilai dasar untuk bertingkah laku, menghargai perbedaan adat istiadat dan suku

Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita usia subur (WUS) dalam menggunakan alat kontrasepsi yaitu: usia, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat sosial

Selain itu, dari penelitian ini juga akan dihasilkan database mengenai deskripsi karakter pada masing-masing padi lokal, sehingga para pemulia dapat menggunakan

Pada tahap umum, model tentang (model of) banyak biji bekel yang harus diambil supaya tidak bersisa berubah menjadi model untuk (model for) faktor dari suatu bilangan. Tahap formal

Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan mempunyai panjang sekitar 9 cm. Infundibulum berbentuk seperti corong atau fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada

Dalam keadaan terpaksa, misalnya pasien tidak mungkin untuk diangkut ke kota/rumah sakit besar, sedangkan tindakan darurat harus segera diambil maka seorang dokter atau bidan

Kualitas layanan, brand image dan atmosfir yang dimiliki oleh kedai Deja-Vu Surabaya juga berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, selanjutnya kepuasan konsumen berpengaruh