• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hal-hal yang menjadi kerangka acuan dalam penyusunan Tugas Akhir. Beberapa hal yang akan dibahas pada bab ini yaitu latar belakang, rumusan masalah, manfaat penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian, kerangka pemikiran serta sistematika penulisan

1.1 Latar Belakang

Transportasi saat ini telah menjadi bagian penting dari salah satu kepentingan publik, terutama di dalam kehidupan kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Peran transportasi yang begitu besar terhadap ekonomi, sosial dan politik membuat kepentingan antar pemerintah, masyarakat dan swasta sering mengalami bentrok. Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia dalam hal pelayanan publiknya disupport oleh beberapa daerah penyangga, salah satunya yaitu Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, agar masyarakat dapat mengakses kawasan Jakarta dan sekitarnya ini, dihubungkanlah kawasan-kawasan tersebut dengan KRL. Akan tetapi masyarakat sebagai pengguna layanan publik juga tentu membutuhkan transportasi angkutan umum yang layak.

Transportasi yang cepat, murah, aman, dan nyaman seperti hal nya BRT (Bus

Rapid Transit) maupun KRL (Commuterline) adalah jenis transportasi yang

paling populer dikalangan pengguna kereta api di Indonesia, terutama di kawasan Jabodetabek. Serta menjadi salah satu kebutuhan penting bagi penduduk dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Namun dalam penelitiannya ini, peneliti hanya akan membahas seputar KRL nya saja.

Kereta rel listrik atau lebih sering dikenal dengan KRL adalah salah satu transportasi yang mana jika dibandingkan dengan transportasi umum darat lainnya, kereta rel listrik (KRL) memiliki harga yang jauh lebih ekonomis dan

(2)

juga menjadi salah satu kendaraan yang efektif yang dapat membebaskan masyarakatnya dari adanya kemacetan lalu lintas yang sering menjadi kendala utama pada transportasi darat umum lainnya didaerah Jabodetabek. Sejak beroperasi pada tahun 1925 hingga tahun 2014, KRL Jabodetabek telah melayani rute komuter di wilayah DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

Kabupaten Bogor yang merupakan Kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Barat dengan pusat pemerintahannya adalah Kota Cibinong ini terdiri dari 40 Kecamatan. Dan ini juga merupakan salah satu dari wilayah yang mana dilayani oleh KRL Jabodetabek tersebut. Untuk mengakses wilayahnya, ada banyak pilihan transportasi yang bisa ditawarkan apabila masyarakat ingin menuju maupun keluar dari wilayah Kabupaten Bogor ini seperti Bus, Angkutan Umum, Kereta Api, Kereta Rel Listrik (KRL) maupun kendaraan pribadi baik itu motor maupun mobil. Akan tetapi dari beberapa transportasi yang tersedia, KRL ini lah yang masih menjadi primadonanya atau lebih banyak diminati oleh masyarakat di sana. Maka, untuk memenuhi atas permintaan tersebut, pada tahun 2015 tepatnya pada 1 April PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah mereaktivasi kembali Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong dan menambahkkan rute baru yaitu rute komuter Nambo–Cibinong-Angke, Nambo- Cibinong-Duri, dan Nambo- Cibinong-Depok.

Selama masa beroperasi, dari awal tahun 2016 hingga saat ini, volume penumpang KRL di lintas Nambo ini meningkat sebanyak 12%. Dan rata-rata volume harian penumpang lintas tersebut pada Januari 2016 adalah sebanyak 49.000 penumpang per hari nya, sementara per November 2016 nya bertambah lagi menjadi 55.000 penumpang setiap harinya. Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong awalnya dibangun karena adanya pembuatan jalur lingkar luar Regional Jabodetabek agar alur kereta barang tidak perlu melewati wilayah ibukota ini, serta dikarenakan juga jalur yang ada pada kedua stasiun tersebut merupakan jalur yang strategis dan berdekatan dengan kawasan industri besar di Kabupaten Bogor seperti, Gunung Putri, Cileungsi, Citeureup, Bojonggede dan Cibinong, maka pemerintah Kabupaten Bogor bekerja sama dengan pihak PT. KCI untuk

(3)

memutuskan mereaktivasi kembali kedua stasiun sebagai stasiun khusus penumpang atau Commuterline.

Hal di atas mengartikan bahwa adanya keberadaan kedua stasiun ini memang sangat lah dibutuhkan serta juga mampu menciptakan peningkatan terhadap minat pengumpangnya. (Sumber : VP Komunikasi Perusahaan PT KAI Commuter Jabodetabek Eva Chairunisa, Desember 2016)

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), setiap tahunnya juga jumlah penumpang KRL Jabodetabek terus mengalami peningkatan. Hingga tahun 2018, diketahui bahwa jumlah penumpang pada tahun tersebut adalah sebesar 320 juta orang. Dan jika diasumsikan berarti dari 320 juta orang tersebut, ada sekitar 6% nya yang merupakan penumpang aktif di jalur Nambo ini.

Menurut arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor Tahun 2016-2036 juga, Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong masuk dalam rencana penataan struktur ruang Kabupaten Bogor yang mana akan dilakukannya pengembangan stasiun. Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong adalah stasiun kereta api bertipe kelas III/kecil. Setelah kembali aktif, kondisi kedua stasiun terus melakukan perbaikan serta penambahan fasilitas, fasilitas konektivitas (operasi), maupun layanan angkutan umum pengumpan di sekitar stasiun untuk memberikan aksesibilitas yang baik bagi penumpang KRL. Aksesibilitas dan mobilitas penduduk adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di mana dalam penataan ruang, aksesibilitas merupakan hal penting yang harus diperhatikan, salah satunya adalah dalam menentukan lokasi untuk fasilitas publiknya, yaitu stasiun penumpang. Yang mana merupakan salah satu infrastruktur transportasi kereta api yang memiliki peranan cukup penting di sini. (Simmonds, 2001).

Ketersediaan fasilitas di stasiun KRL juga merupakan salah satu upaya untuk menarik minat masyarakat dalam menggunakan layanan ini. Peningkatan minat masyarakat untuk beralih menggunakan layanan KRL dapat terwujud apabila kualitas pelayanan di stasiun dapat dipenuhi sesuai dengan keinginan penumpangnya (Eboli et al, 2016). Akan tetapi, dalam penyediaan fasilitas yang ada di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong pada kenyataannya masih belum dapat memenuhi kebutuhan penumpangnya. Masih terdapat beberapa fasilitas- fasilitas yang belum tersedia di kedua stasiun tersebut. Padahal setiap harinya

(4)

terdapat sekitar 55.000 penumpang yang menggunakan layanan Commuterline ini. Maka dari itu, perlu untuk merencanakan kebutuhan fasilitas untuk disediakan dengan baik pada kedua stasiun tersebut guna memenuhi kebutuhan para penumpang selama menggunakan layanan rute ini.

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Dengan direaktivasinya kembali Stasiun Cibinong dan stasiun Nambo menjadi stasiun KRL Commuterline, pihak PT. KCI dan Pemerintah Kabupaten Bogor berharap adanya dua stasiun ini dapat semakin mempermudah masyarakat Kelurahan Bantar Jati, Kecamatan Klapanunggal dan Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong serta sekitarnya dalam melakukan aktivitas perjalanan mereka. Sehingga mereka tidak perlu lagi melakukan perjalanan ke stasiun Bojonggede ataupun stasiun Citayam terlebih dahulu karena di wilayah mereka saat ini telah tersedia stasiun KRL juga. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan para penumpang KRL ini, ketersediaan fasilitas di stasiun KRL juga merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menarik minat masyarakat dalam menggunakan layanan KRL. Peningkatan minat masyarakat untuk beralih menggunakan layanan KRL dapat terwujud apabila kualitas pelayanan di stasiun penumpang dapat dipenuhi sesuai dengan keinginan penumpangnya (Eboli et al, 2016).

Namun, dengan kualitas pelayanan seperti penyediaan fasilitas pada kedua stasiun tersebut yang mana pada kenyataannya masih belum dapat memenuhi kebutuhan penumpangnya, tidak cukup untuk memberikan kepuasan bagi penumpang layanan serta meningkatkan minat penumpang lainnya untuk menggunakan layanan KRL karena hal ini. Maka dari itu, perlu dilakukannya penelitian mengenai identifikasi kebutuhan fasilitas apa saja yang perlu disediakan dengan baik pada kedua stasiun tersebut. Dengan begitu dalam penelitian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan penelitian “bagaimana peningkatan pelayanan di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong?”

Berdasarkan uraian di atas, maka dari itu diperlukan adanya penelitian untuk mengidentifikasi prioritas peningkatan pelayanan di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong dengan melihat berdasarkan analisis dari ketentuan SPM serta persepsi

(5)

dari penumpang Commuterline itu sendiri. 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi prioritas peningkatan pelayanan Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong dengan

mengetahui bagaimana ketentuan dari SPM yang ada serta persepsi dari para penumpang layanan Commuterline itu sendiri. Dalam mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan sasaran penelitian sebagai berikut :

1. Teridentifikasi kondisi eksisting (fisik dan non fisik) Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong

2. Analisis Persepsi penumpang layanan KRL Commuterline mengenai penyediaan fasilitas di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong

3. Analisis prioritas peningkatan pelayanan berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan persepsi kebutuhan penumpang

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian terdiri dari ruang lingkup wilayah, ruang lingkup waktu dan ruang lingkup materi. Penjelasan lebih rinci mengenai ruang lingkup penelitian dapat dijelaskan pada subbab berikut ini :

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong. Stasiun Nambo adalah stasiun yang terletak di Kelurahan Bantar Jati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Berada pada ketinggian +114 meter stasiun ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta serta merupakan stasiun yang letaknya paling timur di Kabupaten Bogor. Sedangkan, Stasiun Cibinong terletak di Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Berada pada ketinggian +192 meter stasiun ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta. Stasiun ini hanya memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 1 sebagai sepur lurus.

(6)

Sumber : Arcgis, 2019

GAMBAR 1.

PETA WILAYAH STUDI PENELITIAN STASIUN NAMBO DAN STASIUN CIBINONG

1.4.2 Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu penelitian untuk pengerjaan tugas akhir ini berlangsung mulai dari bulan september 2019 hingga juli 2021. Dan untuk kegiatan survei penelitan berlangsung pada 20 agustus - 10 september 2020.

1.4.3 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah menjelaskan tentang tranpsortasi kereta api berbasis commuterline yang ada di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong, fasilitas fisik dan non fisik yang terdapat di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong, dan nantinya peneliti akan menganalisa hasil perbandingan kondisi lapangan setelah peneliti lakukan observasi langsung

(7)

dengan SPM yang ada, serta mengetahui persepsi dari para penumpang stasiunnya juga dengan menggunakan Standar Pelayanan Minimum untuk angkutan orang dengan kereta api dari Kementrian Perhubungan No. 69 tahun 2019 sebagai bahan acuannya yang mana didalamnya terdapat 6 indikator pelayanan stasiun yang nantinya akan digunakan untuk mengidentifikasi prioritas pelayanan mana yang perlu ditingkatkan kembali pelayanannya pada Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong. Persepsi merupakan pendapat atau tanggapan dari masing-masing penumpang tentang bagaimana kondisi maupun ketersediaan fasilitas yang ada pada kedua stasiun tersebut saat ini.

(8)

1.5 Originalitas Penelitian

TABEL I.

ORIGINALITAS PENELITIAN

No. Nama dan Tahun penelitian Judul Tujuan Tahapan Analisis Metode Analisis Variabel Hasil Penelitian 1 Norma Yuli Jayanti, 2013 Kualitas

Pelayanan KRL Commuterline Rute Jakarta- Bogor Berdasarkan Persepsi Mahasiswa UI Mengetahui kualitas pelayanan KRL Commuterline Rute Jakarta-Bogor Berdasarkan Persepsi Mahasiswa UI Analisis mengenai kualitas pelayanan KRL Commuterline Rute Jakarta- Bogor Deskriptif kuantitatif • Kualitas pelayanan • Karakteristik responden Kualitas pelayanan KRL Commuterline Rute Jakarta-Bogor Berdasarkan Persepsi Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dinilai baik

2 Hilman Setiawan, 2016 Studi

Ketersediaan dan Kebutuhan Fasilitas Dasar Permukiman Nelayan Di Kelurahan Untia 1. Menganalisis tingkat ketersediaan fasilitas dasar permukiman nelayan di Kelurahan Untia Analisis tentang ketersediaan dan kebutuhan fasilitas dasar permukiman • Analisis skoring • Analisis deskriptif kualitatif • Sarana Permukima n Nelayan • Prasarana penunjang permukiman nelayan • Aspek fisik • Tingkat ketersediaan fasilitas dasar Permukiman buruk atau masih belum memadai • Kebutuhan sarana

(9)

No. Nama dan Tahun penelitian Judul Tujuan Tahapan Analisis Metode Analisis Variabel Hasil Penelitian Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar 2. Menganalisis kebutuhan fasilitas dasar permukiman nelayan di Kelurahan Untia

Aspek non fisik Permukiman Nelayan di Kelurahan Untia yang belum ada seperti TPI dan Pasar. 3 Deslida Saidah, 2017 Kualitas

pelayanan

Commuterline

Melihat besarnya pengaruh jadwal dan tarif baru terhadap kualitas pelayanan

Mendeskripsikan besarnya pengaruh jadwal dan tarif baru terhadap kualitas pelayanan

Analisis korelasi dan regresi linear berganda • Tarif • Kualitas pelayanan • Ada pengaruh antara Jadwal terhadap Kualitas Pelayanan • Ada pengaruh Tarif dengan Kualitas Pelayanan Ada pengaruh bersama-sama antara Jadwal dan Tarif

(10)

No. Nama dan Tahun penelitian Judul Tujuan Tahapan Analisis Metode Analisis Variabel Hasil Penelitian terhadap Kualitas Pelayanan • Pengaruh jadwal dengan kualitas pelayanan lebih besar dari pengaruh tarif dengan kualitas pelayanan. 4 Anita Susanti, Ria Asih

Aryani Soemitro, Hitapriya Suprayitno, 2018 Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Bagi Penumpang di Stasiun Kereta Api Berdasarkan Analisis Mengetahui tipe/jenis fasilitas yang harus disediakan di stasiun KA berdasarkan pergerakan penumpang. Analisis pengamatan pergerakan penumpang untuk mengetahui kebutuhan fasilitas Analisis deskriptif kualitatif Fasilitas Mengetahui kebutuhan fasilitas yang perlu disediakan pada saat proses tiba di stasiun yaitu penyeberangan, trotoar, bus stop,

(11)

No. Nama dan Tahun penelitian Judul Tujuan Tahapan Analisis Metode Analisis Variabel Hasil Penelitian Pergerakan

Penumpang

pedestrian, parkiran,

drop zone. dan proses

keluar dari stasiun yaitu pedestrian, parkiran, taksi stand,

gojek stand, trotoar, bus stop, fasilitas

penyeberangan, terminal. 5 Nurmalasari, Adhitya Dinhar,

2018 Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Penumpang Jasa Commuterline Parung Panjang Mengetahui kualitas layanan Commuterline Parung Panjang Analisis tentang kualitas pelayanan Commuterline • Analisis regregsi linier berganda • Analisis koefisien korelasi • Analisis angka penafsiran • Kualitas pelayanan • Kepuasan penumpang variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan penumpang commuter line stasiun parung

panjang yaitu variabel assurance dengan tingkat singnifikan 0,008 < 0,05 dan

(12)

No. Nama dan Tahun penelitian Judul Tujuan Tahapan Analisis Metode Analisis

Variabel Hasil Penelitian variabel tangible 0,000

<0,05 Sumber : Hasil Analisis, 2019

(13)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah Prioritas Peningkatan Pelayanan di Stasiun Commuterline Nambo dan Stasiun Cibinong yang disesuaikan dengan standar dan juga kebutuhan fasilitas dari penumpangnya itu sendiri.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diharapkannya penelitian ini dapat bermanfaat untuk :

1. Secara teoretis :

Dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi acuan bagi penelitian sejenis selanjutnya untuk menambah pengetahuan ilmu serta wawasan yang menyangkut pada hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan pada stasiun Commuterline ataupun pihak lain yang berkepentingan.

2. Secara praktis :

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan informasi-informasi kepada pihak-pihak yang memang berkepentingan dalam hal ini serta, dapat menjadi bahan masukan dalam upaya perbaikan dan pengembangan lebih lanjut kepada pihak stasiun maupun pihak terkait lainnya.

(14)

Ketersediaan fasilitas di stasiun KRL ini juga merupakan salah satu upaya untuk menarik minat masyarakat dalam

menggunakan layanan KRL (Eboli et al, 2016)

Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong yang berada di Kabupaten Bogor dan baru direaktivasi pada 1 April 2015 ini tentu memerlukan adanya perbaikan serta penambahan fasilitas guna menunjang kegiatan serta memenuhi kebutuhan penggunanya

Dalam mendukung kegiatan perkeretaapian serta memenuhi kebutuhan para pengguna maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang disediakan untuk dapat menunjang kegiatan kereta api

di stasiun selama jam operasi berlangsung

Bagaimana peningkatan pelayanan di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong?

Pertanyaan Penelitian Latar Belakang

Prioritas peningkatan pelayanan berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan

persepsi kebutuhan penumpang Kondisi eksisting fisik dan non fisik fasilitas

di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong

Hasil Persepsi penumpang mengenai

ketersediaan fasilitas di stasiun serta fasilitas yang dibutuhkan mereka

Alternatif arahan penyediaan fasilitas stasiun yang sesuai standar dan kebutuhan pengguna

layanan KRL Commuterline. Persepsi penumpang Layanan KRL

mengenai pengadaan atau penyediaan fasilitas di stasiun Teridentifikasi kondisi eksisting fasilitas

(fisik dan non fisik) Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong

Sasaran

1.7 Kerangka Pemikiran

Mengidentifikasi prioritas pelayanan apa yang perlu ditingkatkan di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong yang sesuai dengan standar dan juga kebutuhan fasilitas bagi penumpang

Tujuan

Identifikasi Prioritas Peningkatan Pelayanan di Stasiun Commuterline Nambo dan Cibinong

(15)

15 1.8 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deduktif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deduktif merupakan penelitian yang berangkat dari sebuah konsep yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus, yang artinya peneliti memulai dari generalisasi yang sudah ada baik itu teori, pedoman ataupun peraturan perundang- undangan. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang hasilnya disajikan dalam bentuk mendeskripsikan dan menggambarkan hasil penelitian yang sudah diolah.

Metode penelitian yang digunakan meliputi metode pengumpulan data, metode pengambilan sampel, dan metode analisis. Metode pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder, metode pengambilan sampel menggunakan teknik Simpel Random Sampling, dan metode analisis data yang digunakan yaitu berdasarkan masing-masing sasaran yang telah ditentukan untuk menjawab tujuan penelitian.

1.8.1 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh sumbernya dari hasil observasi, survei lapangan, dan wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh sumbernya dari teori, dokumen, literatur maupun dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

A. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan seperti data yang diperoleh dari responden yang dipilih untuk wawancara secara mendalam, penyebaran kuesioner, dan observasi langsung di lapangan. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data kondisi eksisting fasilitas Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong yang mencakup fisik dan non fisik yang bersumber dari pengamatan observasi. 2. Data volume jumlah penumpang Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong yang

bersumber dari observasi.

(16)

Nambo yang bersumber dari hasil kuesioner.

Dalam pengumpulan data bisa dilakukan dalam berbagai cara, berbagai

setting, dan juga berbagai sumber. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan

dengan observasi, kuesioner, dan wawancara. a) Observasi

Observasi menurut Margono (1997:158) merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan melakukan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat penelitian. Observasi sebagai teknik pengumpulan data memiliki ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lainnya yaitu kuesioner atau wawancara.

Teknik observasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan pengamatan langsung terkait fasilitas yang tersedia di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi eksisting fisik dan non fisik fasilitas yang disediakan oleh kedua stasiun tersebut. Pengamatan akan dilakukan pada saat hari kerja dan weekend (hari libur) untuk melihat apakah fasilitas yang disediakan sudah memenuhi kebutuhan penumpangnya atau belum memenuhi kebutuhan penumpangnya.

b) Kuesioner

Menurut Dewa Ktut Sukardi (1983), kuesioner adalah suatu bentuk teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan pada metode penelitian dengan tidak perlu atau wajib memerlukan kedatangan langsung dari sumber data. Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diberikan kepada responden baik secara Iangsung maupun tidak langsung. Apabila kuesioner (angket) tertutup, maka cara menjawab cukup dengan membubuhkan check list (√) pada kolom. Sementara itu, apabila kuesioner (angket) bersifat terbuka, maka cara menjawabnya dengan mengisi jawaban pada kolom yang tersedia. Kuesioner tersebut ditujukan kepada penumpang layanan KRL Commuterline sebagai subjek dan objek penyediaan terkait bagaimana persepsi penumpang terhadap penyediaan fasilitas di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong.

(17)

17 menyebarkan kuesioner secara tidak langsung (online) melalui grup komunitas dan akun official resmi penumpang rute nambo yang telah disediakan di beberapa akun platform dengan menggunakan internet. Penyebaran kuesioner akan dilakukan selama masa pengambilan data berlangsung. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa karakteristik penumpang di sana dan bagaimana persepsi penumpang layanan KRL Commuterline terhadap fasilitas yang telah disediakan oleh kedua pihak stasiun tersebut. Apakah sudah memenuhi kebutuhan para penumpang atau kah belum dapat memenuhi kebutuhan penumpang. Serta masukan dan juga saran yang diberikan oleh para penumpang layanan untuk pengembangan fasilitas di stasiun selanjutnya.

c) Wawancara

Sugiyono (2014) mengatakan bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang ingin diteliti, serta apabila peneliti juga ingin mengetahui hal-hal kecil dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Tanggapan yang perlu dipegang oleh peneliti menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam menggunakan metode wawancara ini adalah sebagai berikut :

1. Bahwa subjek atau responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2. Bahwa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti keduanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka langsung maupun menggunakan via telepon.

Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan ditujukan kepada Kepala Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong.

(18)

B. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Data sekunder sebagai pendukung data primer dalam menjawab tujuan yang telah ditentukan dalam penelitian ini yaitu data yang bersumber dari dokumen, catatan, maupun laporan terkait penyediaan dan pengembangan fasilitas di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data volume jumlah penumpang per tahun yang bersumber dari Kepala Stasiun Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong.

2. Data dokumen ataupun laporan terkait rencana proritas pengembangan stasiun dalam hal fasilitas yang bersumber dari Kepala Stasiun cabang Nambo dan Cibinong.

Data yang telah didapat nantinya akan digunakan untuk mengetahui berapa besar peningkatan jumlah penumpang di stasiun tersebut, serta untuk mengetahui bagaimana peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh kedua stasiun tersebut sehingga dapat memperkuat data primer yang telah di dapat untuk menentukan arahan peningkatan pelayanannya.

C. Tabel Kebutuhan Data

Berikut di bawah ini merupakan tabel kebutuhan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

(19)

19

TABEL II. KEBUTUHAN DATA

No. Sasaran Data Jenis Data Teknik Pengumpulan

Data Tahun Data Sumber Output

1 Identifikasi kondisi eksisting Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong

Kondisi eksisting fasilitas stasiun melalui dokumentasi foto

Primer Observasi 2020 Hasil pengamatan observasi Kondisi fisik dan non fisik fasilitas yang disediakan oleh Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong

2 Persepsi penumpang layanan KRL

Commuterline rute

Nambo mengenai tipe atau jenis fasilitas yang harus disediakan di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong

Persepsi penumpang terkait penyediaan fasilitas stasiun

Primer Kuisioner 2020 Penumpang layanan KRL rute Nambo

Persepsi penumpang layanan KRL terhadap penyediaan kebutuhan fasilitas stasiun

Volume jumlah penumpang

Sekunder Observasi Data tahun terakhir

Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong

(20)

No. Sasaran Data Jenis Data Teknik Pengumpulan

Data Tahun Data Sumber Output

3 Alternatif prioritas peningkatan pelayanan berdasarkan standar dan kebutuhan penumpang layanan KRL Commuterline Standar Pelayanan Minimum (SPM) Angkutan Orang dengan Kereta Api dalam stasiun pelayanan KRL yang tertuang dalam Permen Perhubungan No. 63 Tahun 2019

Sekunder Studi Literatur 2019 Permen Perhubungan No. 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM) Angkutan Orang dengan Kereta Api

Arahan penyediaan fasilitas yang disesuaikan berdasarkan standar dan kebutuhan si penumpang Persepsi penumpang layanan KRL terhadap penyediaan kebutuhan fasilitas stasiun

Primer Kuisioner 2020 Penumpang layanan KRL rute Nambo

Hasil persepsi penumpang layanan KRL terhadap penyediaan kebutuhan fasilitas stasiun

Penyediaan fasilitas berdasarkan standar dan persepsi dari penumpang

Sekunder Studi Literatur 2020 Hasil analisis Arahan penyediaan fasilitas stasiun sesuai standar dan kebutuhan penumpang layanan KRL Commuterline

(21)

1.8.2 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan metode yang digunakan dalam menentukan jumlah sampel yang akan menjadi responden. Menurut Sugiyono (2014), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Sampel digunakan apabila jumlah populasi besar dan tidak memungkinkan peneliti mempelajari semua yang ada pada populasi dikarenakan adanya keterbatasan waktu, dana, dan juga tenaga. Hasil sampel tersebut dapat dikatakan mewakili seluruh gejala yang ingin diamati dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah

probability sampling dengan jenisnya Simpel Random Sampling. Probability

Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang di mana memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Menurut Sugiyono (2014) dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memerhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut dan dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

Pengambilan metode ini berdasarkan pertimbangan yang telah disusun yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan dan turun menjadi 3 sasaran. Metode simpel random sampling digunakan dalam menjawab sasaran 2 yaitu mengenai persepsi penumpang layanan KRL Commuterline mengenai penyediaan fasilitas di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong.

Pada penelitian ini, perhitungan yang digunakan dalam menentukan jumlah sampel yaitu menggunakan rumus Slovin. Populasi yang digunakan adalah penumpang layanan rute nambo dengan berdasarkan data dari volume penumpang tahun 2018-2020 yang di dapat dari Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong.

a) Metode Slovin

Metode Slovin merupakan suatu sistem matematis yang digunakan untuk menghitung jumlah dari sebuah populasi objek tertentu yang belum diketahui karakteristiknya secara pasti. Rumus ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang

(22)

ilmuwan sistematis yang bernama Slovin pada tahun 1960. Rumus Slovin digunakan untuk sebuah penelitian pada suatu objek tertentu dalam jumlah populasi yang besar, sehingga digunakanlah untuk meneliti pada sebuah sampel dari populasi objek yang besar tersebut (Sugiyono, 2011). Berikut ini adalah teknik perhitungan jumlah sampel yang digunakan :

• Volume penumpang di Stasiun Nambo pada tahun 2019 berjumlah 1.241 jiwa, sedangkan di Stasiun Cibinong pada tahun 2019 berjumlah 1.915 jiwa. Dengan menggunakan keakuratan data sebesar 90% dan dengan persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir : 10%

Dengan :

n adalah ukuran total sampel/jumlah responden

n₁ adalah ukuran sampel/jumlah responden Stasiun Nambo n₂ adalah ukuran sampel/jumlah responden Stasiun Cibinong N adalah ukuran populasi

E adalah persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir yaitu 10%.

Stasiun Nambo (n₁) = (1.241/(1+1.241(0,01)²)) Stasiun Nambo (n₁) = 99,9 ~ 100

Stasiun Cibinong (n₂) = (1.951/(1+1.951(0,01)²)) Stasiun Cibinong (n₂) = 99,9 ~ 100

maka, n rata-rata = 100 responden.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, maka total akhir jumlah responden/atau sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 100 responden dengan persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel sebesar 10%. 100 responden ini di dapat setelah peneliti menghitung masing-masing total jumlah volume penumpang di Stasiun Nambo dan juga Stasiun Cibinong dan hasil akhirnya adalah keduanya

(23)

sama-sama bernilai 100, maka dari itu, peneliti membuat kesimpulan bahwa hasil tanggapan dari 100 responden nantinya dianggap sudah mewakili dari tanggapan seluruh jumlah penumpang yang ada di rute nambo tersebut.

1.8.3 Metode Analisis

Adapun metode analisis yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu, pada sasaran 1, metode analisis yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif dan analisis komparasi. Dalam penelitian ini, statistik deskriptif digunakan untuk mengolah data dokumentasi foto kondisi eksisting fasilitas yang ada di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong. Sedangkan, analisis komparasi digunakan untuk membandingkan penyediaan kebutuhan fasilitas berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 2019 dengan penyediaan kebutuhan fasilitas yang ada di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong (keadaan dilapangan) nya.

Lalu, pada sasaran 2, metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis skoring. Dalam penelitian, deskriptif kuantitatif digunakan untuk data dari hasil perhitungan analisis skoring persepsi para penumpang di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong yang sudah diolah. Sedangkan, Analisis skoring digunakan untuk mengetahui tingkat ketersediaan fasilitas Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong dari persepsi para penumpang Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong.

Dan terakhir, pada sasaran 3, metode analisis yang digunakan sama seperti metode analisis sasaran 2 yaitu metode analisis deskriptif kuantitatif dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penelitian ini, deskriptif kuantitatif digunakan untuk data dari hasil perhitungan analisis AHP yang sudah diolah. Sedangkan, Analisis AHP digunakan untuk menentukan prioritas pelayanan mana yang ada di Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong yang memang perlu ditingkatkan kembali pelayanannnya dengan melihat berdasarkan hasil dari analisis sasaran 1 yaitu perbandingan hasil pengamatan peneliti dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang ada, serta hasil analisis sasaran 2 yaitu dari persepsi para penumpang.

(24)

1.9 Sistematika Penulisan

• BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan yang menunjukkan alur penulisan dalam penelitian ini.

• BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan mengenai tinjauan pustaka dalam penelitian. Tinjauan pustaka meliputi transportasi, kereta api dan perekeretaapian, stasiun, jenis stasiun, fasilitas di stasiun, pengadaan atau penyediaan, standar pelayanan minimum (SPM), Commuterline, persepsi penumpang layanan KRL, dan terakhir sintesis literatur.

• BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini diuraikan mengenai sejarah berdirinya Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong, gambaran umum wilayah Kabupaten Bogor, KAI Commuter Jabodetabek, visi dan misi perusahaan, serta beberapa dokumentasi kondisi eksisting fasilitas (fisik dan non fisik) Stasiun Nambo dan Stasiun Cibinong.

• BAB IV METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian, metode pengumpulan data, metode pengambilan sampel, metode analisis, serta kerangka analisisnya.

• BAB V PENUTUP

Pada bab ini diuraikan mengenai timeline dan kerangka penelitian. • DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka merupakan salah satu syarat kelengkapan sebuah laporan atau karya tulis. Maksud pencantuman daftar pustaka ialah untuk memberitahu kepada pembaca tentang buku-buku dan sumber lain yang digunakan sebagai referensi di dalam penyusunan laporan atau karya tulis oleh penulis.

Gambar

TABEL II.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Burhan dan Wiwin (2012) yang menyatakan bahwa environmental performance disclosure tidak

Pada hasil akhir didapatkan bahwa variabel yang berhubungan secara bermakna adalah tekanan intraoku- lar (data kontinu dengan PR = 1,01; 95% CI = 1,01- 1,02), jenis glaukoma,

Koreografi Nyerok Nanggok merupakan bentuk pengulangan dari ekspresi masyarakat Desa Kemiri (sebuah desa yang masih termasuk dalam kawasan wilayah Kabupaten Belitung) pada

Pencegahan Perkawinan Pada Usia Anak adalah upaya – upaya yang berupa kebijakan, program, kegiatan, aksi sosial, serta upaya – upaya lainnya yang dilakukan

1. Aktivitas siswa di kelas eksperimen selama proses pembelajaran mata pelajaran sejarah dengan menggunakan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMA Negeri

Siswa menanyakan penjelasan guru dan materi yang belum di pahami tentang kosakata yang berkaitan dengan Strong State Prosperous Society, kemudian guru menjawab

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1) Rancangan perangkat instrumen Mata Kuliah Praktek Tata Rias

per satuan kemasan Vera C Sebagian besar Batang, dahan atau Kehitaman Kurang pedas Maks..