viii ABSTRAK
PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN,
KEMAMPUAN MENYIMPULKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA DI SDN 1 ADISUCIPTO
Kata kunci : metode penemuan, minat, keaktifan, kemampuan menyimpulkan,
prestasi belajar, mata pelajaran IPA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
penemuan terhadap 1) minat, 2) keaktifan, 3) kemampuan menyimpulkan, 4)
prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto Yogyakarta pada Semester
Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA materi gaya berupa
tarikan dan dorongan.
Desain penelitian menggunakan desain eksperimen. Subjek peneilitian ini
adalah siswa kelas IV SDN 1 ADISUCIPTO yang terdiri dari kelas IVA sebanyak
36 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas IVB sebanyak 36 siswa sebagai
kelompok kontrol.
Instrumen penelitian berupa 10 soal pilihan ganda untuk mengukur prestasi
belajar siswa, 20 item untuk mengukur minat, 8 item untuk mengukur keaktifan,
dan 6 soal essai untuk mengukur kemampuan menyimpulkan. Instrumen tersebut
telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas berdasarkan analisis statistik.
Analisis data dilakukan dengan membandingan mean pre-test dan post-test,
serta membandingkan rata-rata kenaikan kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan T-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan metode penemuan terhadap
minat belajar siswa lebih tinggi pengaruhnya dibandingkan penerapan metode
ceramah, yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,002 (atau <
0,05). 2). Penerapan metode penemuan terhadap keaktifan belajar siswa lebih
tinggi pengaruhnya dibandingkan penerapan metode ceramah, yang ditunjukkan
dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,000 (atau < 0,05). 3). Pengaruh penerapan
ix
dibandingkan penerapan metode ceramah yang ditunjukkan dengan harga
sig.(2-tailed) sebesar 0,002 (atau < 0,05). 4) Pengaruh penerapan metode penemuan
terhadap terhadap prestasi belajar siswa lebih tinggi pengaruhnya dibandingkan
penerapan metode ceramah yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar
x
ABSTRACT
THE DIFFERENT OF EXPERIMENT METHOD EFFECT BETWEEN
CONVENTIONAL METHOD FOR THE INTEREST, ACTIVE, CONCLUDE
ABILITY, AND ACHIEVEMENT OF SAINS LEARNING
IN SDN 1 ADISUCIPTO
Keywords : experiment method, interest, active, conclude ability and achievement of sains learning in sains subject
The research aims to find of influence experiment method to 1). Interest, 2) active, 3) conclude ability, 4) achievement of sains learning for student in IV degrees SDN Adisucipto Yogyakarta at Second Semester school year 2011/2012 sains subject material in the form of traction and thrust.
Design research using experimental designs. subject of this research is siswa students in four degree SDN 1 Adisucipto, which consists of a class IVA. Total of 36 students as the experimental groupand grade IVB as many as 36 students as a control group.
The research instrument in the form of 10 multiple choice questions to measure student achievement, 20 items to measure interest, 8 items to measure activity, and 6 multiple choice questions to measure the ability to conclude. These instruments are qualified validity and reliability based on statistical analysis. Data analysis was done by comparing the mean pre-test and post-testand comparing the average increase in the experimental group and the control group with the T-test.
xi
i
PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN,
KEMAMPUAN MENYIMPULKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA DI SDN 1 ADISUCIPTO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Nikolas Andi Gito Sutomo
081134062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahankan kepada:
1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, Santo Yosef serta Santo Nicholas yang selalu
melindungi hidupku.
2. Almamater Universitas Sanata Dharma.
3. Dosen Pembimbing penelitian, Bapak Atmadi dan Bu Elga.
4. Kedua orang tua ku Bapak Agustinus Sugito dan Ibu Chandhidha Yuniarti
yang selalu memberikan dukungannya kepada ku.
5. Kakak saya Agung Sudarmanto dan kedua adik kandung saya, Kristian
Sandi Sugito dan Benidiktus Harry Sugito.
6. Kakek dan Nenek saya, yang selalu mendukung saya ketika saya mulai
bimbang dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman dekat, sahabat dan rekan bisnis yang mendukung terselesainya
v MOTTO
viii ABSTRAK
PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN,
KEMAMPUAN MENYIMPULKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA DI SDN 1 ADISUCIPTO
Kata kunci : metode penemuan, minat, keaktifan, kemampuan menyimpulkan,
prestasi belajar, mata pelajaran IPA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
penemuan terhadap 1) minat, 2) keaktifan, 3) kemampuan menyimpulkan, 4)
prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto Yogyakarta pada Semester
Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA materi gaya berupa
tarikan dan dorongan.
Desain penelitian menggunakan desain eksperimen. Subjek peneilitian ini
adalah siswa kelas IV SDN 1 ADISUCIPTO yang terdiri dari kelas IVA sebanyak
36 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas IVB sebanyak 36 siswa sebagai
kelompok kontrol.
Instrumen penelitian berupa 10 soal pilihan ganda untuk mengukur prestasi
belajar siswa, 20 item untuk mengukur minat, 8 item untuk mengukur keaktifan,
dan 6 soal essai untuk mengukur kemampuan menyimpulkan. Instrumen tersebut
telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas berdasarkan analisis statistik.
Analisis data dilakukan dengan membandingan mean pre-test dan post-test,
serta membandingkan rata-rata kenaikan kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan T-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan metode penemuan terhadap
minat belajar siswa lebih tinggi pengaruhnya dibandingkan penerapan metode
ceramah, yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,002 (atau <
0,05). 2). Penerapan metode penemuan terhadap keaktifan belajar siswa lebih
tinggi pengaruhnya dibandingkan penerapan metode ceramah, yang ditunjukkan
dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,000 (atau < 0,05). 3). Pengaruh penerapan
ix
dibandingkan penerapan metode ceramah yang ditunjukkan dengan harga
sig.(2-tailed) sebesar 0,002 (atau < 0,05). 4) Pengaruh penerapan metode penemuan
terhadap terhadap prestasi belajar siswa lebih tinggi pengaruhnya dibandingkan
penerapan metode ceramah yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar
x
ABSTRACT
THE DIFFERENT OF EXPERIMENT METHOD EFFECT BETWEEN
CONVENTIONAL METHOD FOR THE INTEREST, ACTIVE, CONCLUDE
ABILITY, AND ACHIEVEMENT OF SAINS LEARNING
IN SDN 1 ADISUCIPTO
Keywords : experiment method, interest, active, conclude ability and achievement of sains learning in sains subject
The research aims to find of influence experiment method to 1). Interest, 2) active, 3) conclude ability, 4) achievement of sains learning for student in IV degrees SDN Adisucipto Yogyakarta at Second Semester school year 2011/2012 sains subject material in the form of traction and thrust.
Design research using experimental designs. subject of this research is siswa students in four degree SDN 1 Adisucipto, which consists of a class IVA. Total of 36 students as the experimental groupand grade IVB as many as 36 students as a control group.
The research instrument in the form of 10 multiple choice questions to measure student achievement, 20 items to measure interest, 8 items to measure activity, and 6 multiple choice questions to measure the ability to conclude. These instruments are qualified validity and reliability based on statistical analysis. Data analysis was done by comparing the mean pre-test and post-testand comparing the average increase in the experimental group and the control group with the T-test.
xi
xii
KATA PENGANTAR
Ucapan syukurdan terimakasih saya berikan kepada Tuhan Yesus, dosen
pembimbing, keluarga dan teman-teman yang telah membantu terselesainya
skripsi ini. Skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PENGARUH
PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN, KEMAMPUAN MENYIMPULKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA DI SDN 1 ADISUCIPTO” ditulis sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dan
kerjasama dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si selaku dosen pembimbing I.
4. Ibu Elga Andriana, S.Psi., M.Ed selaku dosen pembimbing II.
5. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum selaku dosen .
6. Bapak Daryono selaku kepala SDN 1 Adisucipto yang memberikan ijin
penelitian.
7. Ibu Jumarilah S.pd selaku guru kelas IVA SDN 1 Adisucipto yang telah
memberikan bimbingan pada saat penelitian dan sampai penelitian ini
selesai.
8. Bapak Muhammad Ali Ridlo selaku guru kelas IV SDN Adisucipto yang
telah memberikan bimbingan pada saat penelitian dan sampai penelitian ini
selesai.
9. Siswa-siswi kelas IVA dan IVB SDN 1 Adisucipto yang bersedia sebagai
xiii
10.Kedua orang tua yang selalu memberikan nasehat dan doa kepada penulis.
11.Kakek dan Nenek yang selalu memberikan dukungan sampai skripsi
penelitian ini selesai.
12.Kakak Agung Sudarmanto yang selalu memberikan arahan penyusunan
skripsi.
13.Adik ku yang terkasih Kristian Sandi Sugito dan Bennidiktus Harry Sugito,
yang memberikan dukungan bagi penulis.
14.Teman teristimewa ku Maria Desi Kurniawaty, yang selalu mendukung dan
mendoakan dalam proses penulisan skripsi.
15.Teman-teman kelas A yang telah bersama-sama dari awal perkuliahan,
sahabat saya Vetri, Ibnu, Wisnu dan Alex yang selalu memotivasi saya.
16.Teman-teman PPL SDN 1 Adisucipto yang telah memberikan semangat dan
membantu mempersiapkan penelitian ini.
17.Teman-teman penelitian kolaboratif IPA yang selalu berbagi pengetahuan,
semangat, dan kasih kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan karya ilmiah ini. Untuk itu, penulis sangat terbuka terhadap
kritikan dan saran dari semua pihak. Besar harapan penulis karya ilmiah ini
berguna bagi pembaca.
xiv DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Maanfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka ... 6
Metode Penemuan ... 6
Metode Ceramah ... 9
Pembelajaran IPA SD ... 10
Minat... ... 14
Keaktifan ... 14
xv
Prestasi Belajar ... 16
Penelian yang Relevan ... 17
Hipotesis ... 18
BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ... 19
Subjek Penelitian ... 20
Variabel Penelitian ... 20
Definisi Operasional ... 21
Instrumen Penelitian ... 22
Uji Validitas dan Reabilitas ... 25
Teknik Pengumpulan Data ... 27
Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Minat Siswa... 32
Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Minat Siswa ... 32
Analisis Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Minat Siswa ... 33
Pengaruh Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Keaktifan Siswa... 35
Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Keaktifan Siswa ... 35
Analisis Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Keaktifan Siswa ... 36
Pengaruh Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Kemampuan Menyimpulkan ... 37
xvi
Analisis Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode
Ceramah terhadap Kempuan Menyimpulkan ... 38
Pengaruh Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 40
Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar ... 40
Analisis Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar ... 41
Pembahasan ... 43
Pembahasan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Minat Belajar Siswa ... 43
Pembahasan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Keaktifan Siswa ... 44
Pembahasan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Kemampuan Menyimpulkan ... 45
Pembahasan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46
Saran ... 46
Keterbatasan Penelitian ... 47
xvii
DAFTAR TABEL
JUDUL TABEL HALAMAN
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Minat ... 24
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Keaktifan ... 24
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Menyimpulkan ... 25
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Prestasi Belajar ... 25
Tabel 5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data ... 27
Tabel 6. Data Penelitian Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 33
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 33
Tabel 8. Homogenitas Data Minat Data Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 34
Tabel 9. Perbedaan Pretes dan PostesData Minat Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 34
Tabel 10. Perbedaan Postes Data Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 35
Tabel 11. Data Penelitian Keaktifan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 35
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Data Keaktifan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 36
Tabel 13. Perbedaan Skor Keaktifan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 37
Tabel 14. Data Penelitian Kemampuan Menyimpulkan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 37
Tabel 15. Hasil Uji Noemalitas Data Kemampuan Menyimpulkan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 38
xviii
Tabel 17. Perbedaan Pretes dan Postes Data Kemampuan
Menyimpulkan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 39
Tabel 18. Perbedaan Postes Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ... 40
Tabel 19. Data Penelitian Prestasi Siswa Kelompok
Ekperimen dan Kelompok Kontrol ... 40
Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 41
Tabel 21. Homogenitas Data Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 42
Tabel 22. Perbedaan Pretes dan Postes Data Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 42
Tabel 23. Perbedaan Postes Data Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 43
Tabel 24. Tabulasi Skor Pretes Minat Kelompok Eksperimen ... 94
Tabel 25. Tabulasi Skor Postes Minat Kelompok Eksperimen ... 96
Tabel 26. Tabulasi Skor Pretes Minat Kelompok Kontrol ... 98
Tabel 27. Tabulasi Skor Postes Minat Kelompok Kontrol ... 100
Tabel 28. Tabulasi Skor Keaktifan Kelompok Eksperimen ... 102
Tabel 29. Tabulasi Skor Keaktifan Kelompok Kontrol ... 103
Tabel 30. Tabulasi Skor Pretes Kemampuan Menyimpulkan
Kelompok Eksperimen ... 104
Tabel 31. Tabulasi Skor Postes Kemampuan Menyimpulkan
Kelompok Eksperimen ... 105
Tabel 32. Tabulasi Skor Pretes Kemampuan Menyimpulkan
Kelompok Kontrol ... 106
Tabel 33. Tabulasi Skor Postes Kemampuan Menyimpulkan
xix
Tabel 34. Tabulasi Skor Pretes Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen ... 108
Tabel 35. Tabulasi Skor Postes Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen ... 109
Tabel 36. Tabulasi Skor Pretes Prestasi Belajar
Kelompok Kontrol ... 110
Tabel 37. Tabulasi Skor Postes Prestasi Belajar
xx
DAFTAR GAMBAR
JUDUL GAMBAR HALAMAN
Gambar 1. Menendang Bola ………. 12
Gambar 2. Seorang Anak yang Mengerem Mendadak ………. 13
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1. Silabus ... 52
Lampiran 2. RPP ... 59
Lampiran 3. LKS ... 72
Lampiran 4. Lembar Angket Minat ... 77
Lampiran 5. Lembar Keaktifan ... 85
Lampiran 6. Lembar Tes Proses ... 86
Lampiran 7. Kunci Jawaban Tes Proses ... 88
Lampiran 8. Rubrik Penilaian Tes Proses ... 89
Lampiran 9. Lembar Tes Produk ... 90
Lampiran 10. Kunci Jawaban Tes Produk ... 92
Lampiran 11. Rubrik Penilaian Tes Produk ... 93
Lampiran 12. Tabulasi Data ... 94
Lampiran 13. Perhitungan Statistik dengan PSAW 18 ... 112
Lampiran 14. Foto-foto ... 122
Lampiran 15. Surat-surat ... 124
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang berkualitas akan menentukan kualitas peserta didiknya
juga. Menurut Soerdijarto (2008: 20) pendidikan adalah kondisi yang mampu
memberikan ruang kesadaran bagi peserta didik untuk mengembangkan jati
dirinya melalui sebuah proses yang menyenangkan, terbuka dan tidak terbelenggu
dalam suasana yang monoton, kaku dan menegangkan. Pendidikan juga bertugas
mengembangkan segala aspek kemampuan siswa, sehingga para siswa memiliki
pengalaman-pengalaman belajar dan dapat menerapkan pengalaman-pengalaman
tersebut di lingkungan dan masyarakat (Masijo, 2004:3). Agar dapat
mengembangkan segala potensi/ aspek kemampuan yang dimiliki oleh siswa,
dibutuhkan proses pembelajaran yang lebih baik.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau yang lebih dikenal dengan
pelajaran IPA, merupakan salah satu mata pelajaran yang sukar bagi siswa SDN 1
Adisucipto. Kesulitan pembelajaran IPA di SD terletak pada strategi belajar yang
digunakan. Pelajaran IPA di SDN 1 Adisuciptoberisi konsep-konsep dan
mengharuskan siswa di SD tersebut untuk menghafal fakta-fakta, namun pada
dasarnya dalam mempelajari ilmu pengetahuan alam, siswa harus menguji
kebenaran fakta-fakta tersebut.Bila kita cermati, peristiwa-peristiwa di lingkungan
sekitar kita banyak sekali pengetahuan yang belum terpecahkan terlebih untuk
pengetahuan IPA. Pengetahuan IPA tersebut cenderung diabaikan, para guru dan
siswa hanya berpedoman pada buku paket yang telah diajarkan. Pengetahuan
tersebut diajarkan dengan sangat biasa yaitu dengan metode ceramah dimana
siswa hanya dapat membayangkan proses suatu peristiwa dari pengetahuan
tersebut sehingga hanya sedikit pengetahuan dan pengalaman yang didapat dari
proses belajar tersebut. Sehingga siswa tidak diberikan kesempatan untuk mencari
jawaban dari suatu permasalahan ilmu pengetahuan dan menyimpulkan hasil
penemuan yang telah mereka praktekkan.
Proses pembelajaran yang lebih baik dapat menggunakan model
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, agar peserta didik
dapat terjun langsung untuk menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan dan
mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang mereka lakukan. Strategi
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan lebih bagi siswa khususnya
pada mata pelajaran IPA, salah satunya menggunakan metode
discovery/penemuan.MenurutArifin (2011: 76) metode penemuan merupakan suatu rancangan yang berisi langkah dan tindakan yang akan dilakukan dalam
kegiatan penelitian eksperimen, sehingga informasi yang diperlukan tentang
masalah yang diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Metode penemuan lebih
mengkondisikan situasi yang menyenangkan bagi siswa, melalui pengalaman
langsung mereka mencari dan menemukan konsep. Bila pengalaman tersebut,
mampu memberikan rasa senang, suka, puas atau gembira kemudian menggejala
dalam sikap positif dan sikap tersebut cenderung menetap berarti telah muncul
minat pada siswa tersebut. Maka besar dugaan bahwa Metode penemuan dengan
karakteristiknya akan mempengaruhi atau meningkatkan minat, keaktifan, prestasi
belajar dan keterampilan menyimpulkan pada kelas eksperimen dibandingkan
pada kelas kontrol.
Proses belajar mengajar yang menerapkan metode penemuan, memberi
kesempatan siswa untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati
suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
mengenai suatu obyek, keadaan atau proses pembelajaran. Dengan begitu siswa
dapat memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan dengan cara
mempraktekkannya atau melakukan eksperimen dari sebuah ilmu pengetahuan
dan mencari pemecahan permasalahnya dari hasil eksperimen yang dilakukannya.
Pengalaman belajar IPA siswa kelas VI SDN Adisucipto 1 sehari-hari di
kelas masih didominasi oleh guru yang merupakan sumber ilmu pengetahuan,
sehingga pembelajaran banyak diisi dengan pola pengajaran konvensional dimana
guru terus menerus menjelaskan materi dengan menggunakan metode ceramah.
Siswa dipaksa untuk menerima begitu saja pengetahuan baru yang diberikan oleh
guru, sehingga pengetahuan yang mereka terima tersebut tidak bertahan lama.
Sehinggaberdampak pada minat belajar siswa yang cenderung kurang yang
terlihat pada saat siswa mengikuti pembelajaran IPA. Keaktifan siswa di kelas pun
pengetahuan yang baru saja mereka pelajari dan cenderung menerima begitu saja
kesimpulan dari suatu materi pembelajaran tanpa siswa diberi kesempatan untuk
menyimpulkan inti materi pembelajarannya. Oleh sebab itu, prestasi siswa di SD
tersebut dalam mata pelajaran IPA, dapat dikatakan kurang memuaskan apabila
dilihat dari nilai-nilai yang mereka peroleh sebelumnya.
Menurut Suparno (2002: 47) dalam penerapan metode penemuan, siswa
dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan, membuat hipotesis, memanipulasi
obyek untuk melihat perubahannya, memecahkan persoalan, mencari jawabannya
sendiri, menggambarkan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi,
mengungkapkan pertanyaan dan mengekspresikan gagasan selama proses
pembentukan kontruksi pengetahuan yang baru.Oleh karena itu, penggunaan
metode penemuan dirasa sesuai apabila diterapkan untuk mengatasi permasalahan
yang berkaitan dengan minat, keaktifan, kemampuan menyimpulkan dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan mengambil judul ” Perbedaan pengaruh penerapan metode
penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan
menyimpulkan serta prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di SDN 1
Adisucipto”.
1.2 Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan minat pada siswa dengan menerapkan metode
penemuan dibandingkan minat pada siswa yang menerapkan metode
ceramahpada mata pelajaran IPA kelas V di SDN 1 Adisucipto pada
semester genap 2011/2012?
2. Apakah terdapat perbedaan keaktifan pada siswa dengan menerapkan
metode penemuan dibandingkan minat pada siswa yang menerapkan
metode ceramahpada mata pelajaran IPA kelas V di SDN 1 Adisucipto
pada semester genap 2011/2012?
3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menyimpulkan pada siswa dengan
menerapkan metode ceramahpada mata pelajaran IPA kelas V di SDN 1
Adisucipto pada semester genap 2011/2012?
4. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar pada siswa dengan menerapkan
metode penemuan dibandingkan prestasi belajar pada siswa yang
menerapkan metode ceramahpada mata pelajaran IPA kelas V di SDN 1
Adisucipto pada semester genap 2011/2012?
1.3 Tujuan Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan dalam perumusan masalah, tujuan
penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui peningkatan minat dengan menggunakan metode
penemuan lebih tinggi dari pada melalui pembelajaran dengan metode
ceramah pada mata pelajaran IPA SDN 1 Adisucipto.
2. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan dengan menggunakan metode
penemuan lebih tinggi dari pada melalui pembelajaran dengan metode
ceramah pada mata pelajaran IPA SDN 1 Adisucipto.
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimpulkan dengan
menggunakan metode penemuan lebih tinggi dari pada melalui
pembelajaran dengan metode ceramah pada mata pelajaran IPA SDN 1
Adisucipto.
4. Untuk mengetahui peningkatan prestasi dengan menggunakan metode
penemuan lebih tinggi dari pada melalui pembelajaran dengan metode
ceramah pada mata pelajaran IPA SDN 1 Adisucipto.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang penerapan metode
penemuan dalam mata pelajaran IPA khususnya tentang gaya dapat berupa
tarikan dan dorongan yang dapat meningkatkan minat, keaktifan,
kemampuan menyimpulkan dan prestasi siswa.
Penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan dan melengkapi karya
tulis ilmiah di Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Peserta didik
Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuannya dan
menanamkan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap suatu ilmu
pengetahuan.
4. Bagi pendidik
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperkaya perbendaharaan
ilmu pengetahuan tentang strategi pembelajaran IPA yang baik dengan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Relevan 2.1.1.1Metode Penemuan
a. Pengertian metode penemuan
Metode mengajar digunakan sebagai cara penyampaian materi oleh guru
kepada siswa dalam pembelajaran. Menurut Mulyana (2010:13), “metode
mengajar ialah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, menyelenggarakan
dan mengelola kelas sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi
pembelajaran”
Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007:59), “metode
penemuan yang biasa disebut dengan metode discovery merupakan kegiatan belajar mengajar yang bercirikan aktivitas siswa yang dituntut aktif melalui
serangkaian kegiatan bermakna dan melibatkan seluruh kemamapuan yang
dimiliki oleh peserta didik untuk mencari dan menyelidiki kebenaran suatu ilmu
pengetahuan”. Metode penemuan merupakan metode yang mendorong siswa
untuk aktif dalam pembelajaran dan menemukan sendiri pengetahuan atau konsep
baru (Hamzah, 2011: 99). Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode penemuan
menuntut siswa untuk aktif, mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya terhadap
suatu pengetahuan atau konsep baru. Metode penemuan disesuaikan dengan
tingkat perkembangan intelektual peserta didik termasuk pengembangan
emosional dan mengurangi ketergantungan terhadap guru. (Tim Pengembang Ilmu
Pendidikan FIP-UPI, 2007: 190).
b. Langkah-langkah metode penemuan
Metode penemuanmerupakan suatu metode pengajaran yang
menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Menurut Suparno (2002: 45)
pelaksanaan metode penemuan terdiri dari 3 tahap :
1. Sebelum Guru mengajar (tahap persiapan), meliputi :
- Mempersiapkan bahan ajar.
- Mempersiapkan alat-alat peraga/praktikum yang akan digunakan.
- Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa
untuk aktif.
- Mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan
siswa.
- Mempelajari pengetahuan awal siswa.
2. Selama proses pembelajaran (tahap pelaksanaan), meliputi :
- Memancing siswa untuk aktif belajar dan bertanya.
- Menggunakan variasi metode pembelajaran seperti studi
kelompok, studi di luar kelas.
- Memberikan kesempatan siswa untuk meneliti, menemukan sendiri
pengetahuan mereka.
- Siswa dberikan waktu berfikir dan merumuskan gagasan mereka.
- Siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan gagasan
mereka.
- Melakukan evaluasi yang kontinu dengan segala prosesnya.
3. Sesudah proses pembelajaran (tahap evaluasi), meliputi :
- Guru memberi pekerjaan rumah atau tugas lain sebagai
pendalaman.
- Guru memberikan tes yang membuat siswa berfikir dan bukan
hafalan.
Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan
jawabannya sendiri. Metode penemuan dipandang sebagai teknik yang paling
berguna dalam mengajar konsep. Bagian yang paling penting dari metode
penemuan ini adalah agar siswa memperoleh pengetahuannya sendiri dengan
menyimpulkan materi melalui bimbingan guru.
Menurut Hanafiah (2009:78), “beberapa langkah yang harus diperhatikan
oleh guru dalam metode penemuan, diantaranya: (1) mengidentifikasi kebutuhan
bahan atau masalah yang akan dipelajari, (4) menentukan peran yang akan
dilakukan masing-masing peserta didik, (5) memeriksa pemahaman siswa
terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan, (6) mempersiapkan setting
kelas, (7) mempersiapkan peralatan yang diperlukan, (8) memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan penemuan, (9) siswa
menganalisis sendiri atas data temuan, (10) merangsang terjadi adanya percakapan
mengenai materi/temuan antar siswa, (11) memberi penguatan kepada siswa untuk
giat dalam melakukan penemuan, dan (12) memfasilitasi siswa dalam
merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuannya”.
c. Kelebihan dan kekurangan metode penemuan
Metode penemuan dengan pelaksanaannya yang berbeda dengan metode
lain, memiliki beberapa keunggulan. Menurut Djamarah (2010: 84), metode
penemuan memiliki beberapa kelebihan antara lain :
1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan hasil percobaannya.
2. Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru
dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
Metode penemuan juga memiliki beberapa kekurangan, menurut Djamarah
(2005: 235), metode penemuan memiliki beberapa kekurangan antara lain :
1. Penerapan metode penemuan membutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai, keterbatasan peralatan mengakibatkan tidak setiap siswa
berkesempatan mengadakan percobaan.
2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik
harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3. Metode penemuan lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu
2.1.1.2Metode Ceramah
a. Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai salah satu metode yang paling
ekonomis dan efektif dalam menyampaikan informasi maupun dalam mengatasi
kelangkan literatur atau rujukan karena sesuai dengan jangkauan daya beli dan
paham siswa (Muslich, 2007: 199). Menurut Gulo (2005: 137), metode ceramah
merupakan metode yang sangat sederhanayang disebut juga metode konvensional/
lama dengan menyampaikan pengetahuan/ materi pembelajaran secara
komunikasi lisan satu arah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ceramah
merupakan salah satu metode yang paling ekonomis dan efektif dalam
menyampaikan informasi dengan menggunakan komunikasi lisan satu arah.
Ketika seorang pengajar menggunakan metode ceramah siswa tidak terlalu
dituntut aktif dalam pembelajaran, siswa cukup mendengar dan mencatat materi
yang disampaikan oleh pengajar. Sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas
dengan menggunakan metode ceramah pada umumnya siswa bersifat pasif.
b. Langkah-langkah Metode Ceramah
Metode ceramah dalam pelaksanaannya terdapat beberapa langkah yang
harus dilakukan oleh guru. Langkah-langkah metode ceramah menurut Sanjaya
(2006: 147) meliputi dua tahap sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan.
Pada tahap ini guru merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan disampaikan dan
mempersiapkan alat bantu dengan tujuan menghindari kesalahan
persepsi dari siswa.
2. Tahap Pelaksanaan.
Pada tahap ini guru melakukan langkah pembukan dengan melakukan
apersepsi yang kemudian dilanjutkan dengan langkah penyajian. Pada
langkah penyajian, guru menyampaikan materi pelajaran dengan cara
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Menurut Munthe (2009: 61) terdapat beberapa kelebihan dari metode
ceramah sebagai berikut:
1. Metode ceramah sangat baik untuk materi baru yang belum tersedia dalam
bentuk hardcopy.
2. Metode ceramah dapat dipergunakan untuk kelas besar.
3. Materi pembelajaran yang banyak dapat disampaikan dalam waktu singkat
dengan menggunakan metode ceramah.
4. Metode ceramah sangat baik digunakan untuk kognisi dan afeksi tingkat
rendah.
5. Lebih ekonomis apabila dilihat dari segi biaya.
Menurut Muslich (2007: 201)terdapat kelemahan metode ceramah sebagai
berikut:
1. Penggunaan metode ceramah membuat siswa pasif karena keaktifannya di
dalam kelas dibatasi.
2. Mengandung unsur paksaan kepada siswa karena pada umumnya siswa
diharuskan mencatat penjelasan dari guru.
3. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak
didik yang lebih tanggap auditifnya (kemampuan mendengar) dapat lebih
besar menerimanya.
4. Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme.
5. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, apabila terlalu lama
menjadi membosankan.
2.1.1.2 Pembelajaran IPA SD a. Pengertian dan Hakikat IPA
Menurut Arisworo (2006: 3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
sekitarnya, termasuk di dalamnya manusia, hewan dan tumbuhan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep serta prinsip-prinsip yang membahas alam sekitar.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Menurut Trianto (2010: 137), pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar
produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. IPA sebagai Proses adalah pemilihan metode yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan. Metode ini disebut juga sebagai metode ilmiah.
2. IPA sebagai sikap adalah mengenai keyakinan, pendapat, dan nilai-nilai
yang harus dipertahankan sebagai seorang ilmuwan dalam mencari atau
mengembangkan pengetahuan baru.
3. IPA sebagai produk terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
hukum-hukum, serta teori-teori.
b. Pentingnya pembelajaran IPA di SD
Berdasarkkan dalam KTSP, mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki pengaruh gaya
tarikan dan dorongan terhadap benda, memecahkan masalah dan membuat
c. Kompetensi dasar IPA di SD
Gaya Tarikan dan Gaya Dorongan Dapat Merubah Gerak Suatu Benda
Wahyono (2008 : 102) mengatakan bahwa, “Di dalam ilmu pengetahuan
gaya sering diartikan sebagai tarikan dan dorongan”. Menurut Graham (2004: 4) Gaya adalah tarikan atau dorongan tak terlihat yang mempengaruhi benda
sehingga dapat terjadi sebuah gerakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya
adalah tarikan dan dorongan yang menyebabkan benda dapat bergerak. Apabila
kita menarik atau mendorong suatu benda, maka kita memberikan gaya pada
benda tersebut. Gaya tarikan dan dorongan yang dapat mempengaruhi benda.
Dengan adanya gaya yang bekerja dalam suatu benda maka ada beberapa hal yang
dapat ditimbulkan oleh gaya, antara lain gaya dapat menyebabkan benda bergerak,
gaya dapat mempengaruhi kecepatan benda dan gaya dapat mempengaruhi arah
gerak benda.
Gambar 1. Menendang Bola
http://3.bp.blogspot.com/_URywD5UgGxk/TFEoksmRSAI/AAAAAAAAABM/q
UvZ-MzNi-E/S250/kaki+bagian+dalam.jpg
Benda yang tadinya diam menjadi bergerak dikarenakan adanya gaya
sehingga terjadi perpindahan kedudukan benda dari kedudukan awal, seperti pada
pemain bola yang menendang bola yang diam sehingga bola tersebut dapat
bergerak. Besarnya gaya yang diberikan pada suatu benda mempengaruhi gerak
benda tersebut. Semakin besar gaya yang diberikan, semakin cepat gerak benda.
Gambar 2. Seorang anak yang mengerem mendadak.
http://psb.sman82-jakarta.sch.id/psb/datafitur/mp_files/mp_421/images/hal1.jpg
Selain gaya menyebabkan benda bergerak, gaya juga menyebabkan
perubahan kecepatan pada benda. Perubahan kecepatan pada benda dapat terjadi
apabila kita memberikan suatu gaya yang dapat mempercepat dan memperlambat
suatu benda yang sedang bergerak seperti pada saat bersepeda dan mengerem.
Sepeda yang sedang melaju mendapat gaya untuk mengurangi kecepatannya
dengan cara pengereman, sehingga lama kelamaan sepeda itu pun akan berhenti.
Gambar 3. Seorang anak yang mendorong meja.
http://edukasi.net/file_storage/materi_pokok/MP_176/Image/pr1%20gaya/hal04.j
pg
Gaya juga mempengaruhi arah gerak benda. Benda yang tadinya bergerak
lurus menjadi berbelok ketika dipengaruhi gaya. Seperti sebuah mobil yang
berbelok, bola yang ditendang lurus dan kemudian berbalik arah karena ada
2.1.1.3Minat
a. Pengertian Minat
Menurut Djaali (2006:24),Minat adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa adanya paksaan”. Sedangkan
menurut Sanjaya (2009: 132) “minat merupakankecenderungan individu untuk
melakukan sesuatu perbuatan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat
merupakan kecenderungan dan ketertarikan yang kuat terhadap sesuatu perbuatan
tanpa adanya paksaan.Siswa yang memiliki minat tinggi terhadap suatu mata
pelajaran dapat terlihat dari partisipasi aktif siswa tersebut dalam kegiatan belajar
mengajar. Sehingga minat siswa dapat menentukan tinggi rendahnya pencapaian
hasil belajar. Minat bukanlah sesuatu yang sifatnya statis namun juga dinamis
karena minat dapat berubah-ubah.
b. Indikator Minat
Minat siswa mengenai suatu bidang dapat muncul karena ia tahu, kenal
dan kemudian merasa tertarik untuk mengetahui seluk beluk bidang tersebut
secara lebih mendalam (Lucy, 2009: 66). Siswa yang memiliki minat yang tinggi
terhadap mata pelajaran tertentu, akan lebih terfokus pada mata pelajaran tersebut
dan karena pemusatan perhatian tersebut menyebabkan semangat belajar siswa
menjadi meningkat yang akan berdampak pada hasil prestasi belajarnya yang
meningkat.
2.1.1.4Keaktifan
a. Pengertian Keaktifan
Menurut Riyanto (2008: 76) keaktifan siswa merupakan hal terpenting
dalam pembelajaran maupun kegiatan belajar. Semakin tinggi keaktifan siswa,
semakin sering siswa tersebut menggunakan otaknya sehingga semakin kompleks
simpul-simpul yang terjadi di dalam otak. Semakin kompleks simpul-simpul yang
terbentuk, semakin banyak pengetahuan yang dapat disimpan dan lebih mudah
untuk diingat kembali. Dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
mengharuskan siswa untuk aktif, dapat meningkatkan kecerdasan siswa dan
b. Indikator Keaktifan
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain untuk mengkontruksi
pengetahuan mereka sendiri, sehingga siswa aktif membangun pemahaman atas
persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar
mengajar (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007: 83). Guru berusaha
membuat siswa aktif di dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga akan tercipta
pembelajaran yang baik, dengan berpusat pada siswa dan guru sebagai
fasilitatornya. Siswa bukanlah sebatas penerima pengetahuan pasif dari gurunya
melainkan sebagai individu yang aktif memproses segala informasi yang ia
temukan di lingkungannya untuk memperoleh pemahamannya sendiri. Keaktifan
siswa dapat mengubah pembelajaran yang pasif menjadi pembelajaran aktif yang
mengharuskan siswa menjadi penghasil ilmu pengetahuan, dimana siswa dapat
mencari pemecahan masalah dari permasalahan suatu ilmu pengetahuan.
2.1.1.5 Keterampilan Menyimpulkan
a. Ketrampilan IPA
Keterampilan proses IPA merupakan sesuatu yang sangat perlu dipelajari
oleh siswa karena aspek-aspek keterampilan proses IPA. Keterampilan proses IPA
merupakan keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental dan
interaksi sosial yang mendasar untuk mengarah pada kemampuan yang lebih
tinggi. Keterampilan proses sains meliputi empat unsur yaitu produk, proses,
teknologi dan sikap merupakan serangkaian proses kognitif yang dapat membuat
siswa lebih memahami hakikat IPA. Menurut Sumantoro (2007: 8) keterampilan
proses IPA antara lain : 1) Mengamati, 2) menggolongkan, 3) mengukur, 4)
menggunakan alat, 5) menafsirkan, 6) memprediksi, 7) melakukan percobaan, 8)
menyimpulkan hasil percobaan. Sehingga dalam keterampilan proses IPA,
kegiatan menyimpulkan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah siswa
melakukan pengamatan atau penelitian.
b. Kemampuan Menyimpulkan
Pada proses IPA,kemampuan menyimpulkan merupakan keterampilan
pengamatan atau kegiatan penelitian siswa, siswa mendapatkan jawaban dari
suatu permasalahan Ilmu IPA yang didasarkan atas pengetahuan awal
siswa.Kemampuan menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari
materi pelajaran yang telah disajikan (Sanjaya, 2009: 190). Sedangkan Fauzy
(2008: 11) berpendapat bahwa kemampuan menyimpulkan adalah suatu
kemampuan untuk membuat suatu pernyataan yang merangkum proses dan hasil
yang telah diperoleh dari sebuah kegiatan penelitian. Berdasarkan kedua pendapat
tersebut dapat dijelaskan bahwa kemampuan menyimpulkan merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam memahami inti, menjelaskan atau
menafsirkan suatu data hasil pengamatan terhadap suatu penelitian.Melalui
kegiatan menyimpulkan, siswa ditantang untuk mengembangkan kemampuan
berfikir mereka. Dalam melakukan penarikan kesimpulan tentang suatu penelitian,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh siswa diantaranya siswa harus
berfikir kritis dalam membedakan data pada saat penarikan kesimpulan serta
siswa harus mampu mengimajinasikan serta berhipotesis dari data yang ada.
Pengukuran kemampuan menyimpulkan dapat dilakukan atau diukur
dengan menggunakan tes kemampuan menyimpulkan yang terdiri dari dua
tahapan yaitu pretes dan postes.
2.1.1.6 Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Menurut Akbar (2008: 168) prestasi belajar merupakan
hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa.
Sedangkan menurut Olivia (2011: 73) prestasi belajar adalah puncak hasil belajar
yang dapat mencerminkan hasil dari keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan
belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang
telah dicapai dan merupakan suatu aktivitas mental atau psikis sehingga
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan
dan nilai-sikap yang mencerminkan keberhasilan belajar siswa. Kemampuan
prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu
dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan pengertian di atas, dijelaskan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak
dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.
Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai setiap bidang
studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Menurut Akbar (2001: 89) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
1). Kemampuan intelektual siswa, 2). Minat, 3). Bakat, 4). Sikap, 5). Motivasi
berprestasi, 6). Konsep diri.
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan
1. Utami (2010) meneliti upaya meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD
Negeri Nyamplung Gamping tentang materi sifat benda dan perubahan
wujud dengan metode penemuan terbimbing.Hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan
pemahaman siswa kelas V SD N Nyamplung Gamping Sleman tahun ajaran
2010 / 2011 dalam mata pelajaran IPA khususnya pada materi sifat benda
dan perubahan wujud. Peningkatan pemahaman siswa ditandai dengan nilai
rata-rata siswa pada kondisi awal 60,35 meningkat pada akhir siklus1 yaitu
62,05 dan mencapai 70,82 pada akhir siklus 2. Nilai rata-rata unjuk
kerjasiswa pada siklus 1 mencapai 61,70 dan pada siklus 2 mencapai 72,23.
Sedangkan persentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal
52,94%, pada akhir siklus 1 adalah 64,7%, dan pada akhir siklus 2 adalah
88,23%.
2. Saiful (2010) meneliti tentang penggunaan metode eksperimen untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Tentang Konsep
berjumlah 37 siswa, 18 siswa putra dan 19 siswa putri. Dalam penelitian
tersebut siswa mengalami peningkatan hasil kerja ilmiah dari siklus 1
dengan nilai rata-rata 67% ke siklus II dengan nilai rata-rata 71% sehingga
dapat diketahui adanya peningkatan kerja ilmiah sebesar 4 %. Begitupun
juga dengan hasil belajar kognitif siswa yang meningkat dari siklus I dengan
rata-rata 68 ke siklus II dengan nilai rata-rata 78. Presentase ketuntasan
klasikal pada siklus I yaitu 62% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 89%.
2.1.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini yaitu:
1. Terdapat perbedaan terhadap minat belajar siswa yang menerapkan metode
penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah pada
mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto pada semester genap
2010/2011.
2. Terdapat perbedaan terhadap keaktifanbelajar siswa yang menerapkan
metode penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah
pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto pada semester
genap 2010/2011.
3. Terdapat perbedaan terhadap kemampuan menyimpulkan siswa yang
menerapkan metode penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan
metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1
Adisucipto pada semester genap 2010/2011.
4. Terdapat perbedaan terhadap prestasi belajar siswa yang menerapkan
metode penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah
pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto pada semester
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan
menggunakan Quasi Experimental Design atau yang biasa disebut desain eksperimental semu. Lebih tepatnya penelitian ini termasuk ke dalam
Nonequivalent Control Groub Design yang berarti pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random atau acak (Sugiyono, 2010:
116). Menurut Emzir (2008: 103), penerapan desain eksperimen semu dengan
cara membandingkan kelompok.Sehingga dalam penelitian ini membagi subyek
menjadi dua kelompok tidak secara acak, kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok ekperimen yaitu kelas IVA diberikan pembelajaran
menggunakan metode eksperimen, sedang kelompok kontrol yaitu kelas IVB
menggunakan metode ceramah. Kedua kelompok tersebut diberikan soal pretes
pilihan ganda dan lembar kuisioner minat untuk mengetahui keadaan awal, apakah
terdapat perbedaan kemampuan pada siswa kelas eksperimen dengan siswa di
kelas kontol. Pada akhir materi, diberikan kembali soal postes pilihan ganda dan
lembar kuisioner minat untuk mengetahui hasil perbandingan penerapan metode
penemuan dengan penerapan metode ceramah.
B O1 X1 02
A 03 X2 04
Keterangan :
B : Kelompok Eksperimen
A : Kelompok Kontrol
X1 : Perlakuan Metode Penemuan
X2 : Perlakuan Metode Ceramah
O1, O3 : Pretes Pilihan Ganda dan Minat Awal
O2, O4: Postes Pilihan Ganda dan Minat Akhir
3.2 Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IVA dan kelas IVB SD Negeri
Adisucipto Yogyakarta yang beralamat Komplek Landasan Adisucipto, Janti,
Depok, Sleman, Yogyakarta. Pemilihan tempat penelitian berdasarkan tempat
praktek Pelaksanaan Program pengalaman Lapangan (PPL) saya di SD
tersebut.Kelompok eksperimen yaitu siswa kelas IVAyang berjumlah 36 siswa.
Sedangkan kelompok kontrol yaitu siswa kelas IVB 36 siswa.
Penelitian penemuan dibantu oleh dua guru kelas IVA dan IVB dimana
masing-masing guru memiliki peran yang berbeda. Pembelajaran pada kelompok
eksperimendilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan metode
penemuan yang dibantu oleh guru kelas IVA dan rekan peneliti sebagai pengamat
khususnya terhadap minat dan keaktifan siswa serta melakukan dokumentasi
selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran di kelompok kontrol dilakukan
oleh yaitu guru kelasIVB dengan menggunakan pembelajaran
konvensional/ceramah, dimana peneliti menjadi pengamat khususnya terhadap
minat dan keaktifan siswa yang dibantu oleh rekan peneliti untuk melakukan
dokumentasi selama proses pembelajaran berlangsung. Guru kelas yang lebih
paham akan keadaan dan kemampuan siswa dari pada peneliti, berperan besar
dalam mengecek/ merevisi tata bahasa dan format soal uji agar sesuai dengan
kemampuan siswa di SD tersebut.
3.3Variabel Penelitian
Berdasarkan pendapat Sugiyono (2010: 60), “variabel penelitian adalah
suatu atribut atau sifat, nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”. Variabel penelitian dapat ditentukan oleh dua hal yaitu
landasan teoretisnya dan suatu kejelasan. Kejelasan tersebut ditegaskan oleh
hipotesis penelitian. Sehingga apabila suatu penelitian memiliki landasan teoritis
yang berbeda, maka akan dihasilkan suatu variabel yang berbeda pula.
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu :
1. Variabel Bebas (Independent Variabel).
Menurut Sugiyono (2010: 61) variabel bebas merupakan variabel yang
dependen (terikat).Variabel independen dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel).
Menurut Sugiyono (2010: 61) variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah prestasi belajar, kemampuan
membuat kesimpulan, minat, dan keaktifan.
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 4. Bagan Variabel
3. Variabel Kontrol
Menurut Sugiyono (2010: 64) variabel kontrol adalah variabel yang
dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen
terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Variabel Kontrol dalam penelitian ini adalah jumlah siswa sama, waktu/
durasi pembelajaran yang sama.
3.4 Definisi Operasional
1. Metode penemuan merupakan suatu penelitian dimana peneliti sengaja
merancang atau membuat suatu proses penelitian dan kemudian meneliti
akibatnya dari proses tersebut.
2. Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam
proses belajar mengajar. Metode Pembelajaran
Prestasi Belajar
Kemampuan Membuat
Kesimpulan
3. Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
siswa dalam menjelaskan atau menafsirkan suatu data hasil pengamatan
terhadap suatu penelitian.
4. Minat adalah dorongan atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu
hal yang menimbulkan rasa ketertarikan pada suatu aktivitas tanpa adanya
paksaan
5. Keaktifan adalah suatu aktivitas yang menuntut pemikiran yang lebih tinggi,
yang diwujudkan dalam suatu kegiatan fisik maupun psikis.
6. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berhubungan dengan alam,
menyangkut cara mencari tahu tentang alam secara sistematis.
7. Gaya berupa tarikan dan dorongan merupakan gaya yang timbul pada saat
kita menarik atau mendorong suatu benda, yang dapat mempengaruhi gerak
benda, kecepatan benda dan arah gerak benda.
3.5Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, dan mengolah data secara
sistematis dalam kegiatan penelitian. Standar kompetensi yang digunakan dalam
penelitian adalah “Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk
suatu benda” pada kompetensi dasar “Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda” (Depdikbud,
2007).Beberapa instrumen dalam penelitian ini :
a. Instrumen Perlakuan
Instrumen perlakuan dalam penelitian ini antara lain:
1. Silabus
Sebelum mengajar, seorang guru wajib membuat perencanaan
pembelajaran yaitu silabus. Silabus menentukan proses pembelajaran
yang akan berlangsung. Silabus merupakan rancangan guru dalam
mengembangkan pembelajaran pada suatu mata pelajaran/ tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/
untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar (Tim
FIP-UPI, 2007: 145).
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebelum pembelajaran dilaksanakan oleh guru, perlu dibuat
skenario pembelajaran tentang apa yang akan dilakukan siswanya
sehubungan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajarinya.
Skenario pembelajaran dinamakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
atau yang biasa disingkat dengan RPP. RPP merupakan rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53). RPP merupakan rancangan
pembelajaran suatu mata pelajaran yang lebih mendetail dan akan
diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Muslich (2007: 53) juga
menjelaskan secara teknis rencana pembelajaran harus meliputi: 1)
Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil
belajar. 2) Tujuan pembelajaran. 3) Materi pembelajaran. 4) Pendekatan
dan metode pembelajaran. 5) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 6)
Alat dan sumber belajar. 7) Evaluasi pembelajaran.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa merupakan salah satu sumber belajar yang
dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran.LKS pada penelitian ini menggunakan soal essay dimana siswa menganalisis dua buah percobaan. Percobaan pertama dengan
menggunakan bola plastik dan gawang buatan. Sedangkan percobaan
yang kedua, siswa menggunakan meja dan kursi. Setelah siswa
melakukan percobaan, siswa kemudian mengisi pertanyaan terhadap
percobaan yang telah mereka lakukan dan menyimpulkan hasil dari
percobaan tersebut.
b. Instrumen Pengukuran
Instrumen pengukuran dalam penelitian ini antara lain:
1. Instrumen Minat
Instrumen minat berupa angket yang terdiri dari 20 pertanyaan tentang
berupa pertanyaan positif maupun negatif. Berikut merupakan kisi-kisi
dari instrumen minat. Berikut kisi-kisi instrumen minat berdasarkan teori
indikator Slameto (2010: 134) menggunakan skala Likern:
Indikator Item soal negatif Item soal positif
Sikap ketertarikan 1,3,16,20
Perhatian untuk melakukan sesuatu dengan
tekun
2,12
Lebih berkonsentrasi 5,14,15
Tidak mudah bosan 10
Terlibat dengan suatu kegiatan karena
menyadari pentingnya atau bernilainya
pelajaran
13,17 4,7,19
Rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh
8 6,9,11,18
Total 7 item 13 Tem
Tabel 1. Kisi-kisi instrumen minat
2. Instrumen Keaktifan
Instrumen keaktifan berupa lembar keaktifan yang digunakan untuk
mengamati aktifitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang diisi oleh
pengamat dengan menggunakan turus. Instrumen ini terdiri dari 8 item. Berikut
ini merupakan item dari instrumen keaktifan. Berikut kisi-kisi lembar keaktifan
berdasarkan Priyono, dkk, (Purnomo, 2009: 142)
Indikator keaktifan Item
1. Perhatian selama proses belajar 6
2. Bekerjasama/berdiskusi 4, 5, 7, 8
3. Keterlibatan dalam pembelajaran 1, 2, 3
Tabel 2. Kisi-kisi instrumen keaktifan
3. Instrumen Kemampuan Menyimpulkan
Instrumen kemampuan menyimpulkan berupa 6 soal berupa pilihan ganda.
membuat kesimpulan. Berikut ini merupakan rubrik penilaian untuk instrumen
keterampilan proses.
No. Standar Penilaian Skor
1 Siswa menjawab : A. Melakukan gaya dorong. 10
2 Siswa menjawab : B. Melakukan gaya tarikan. 10
3 Siswa menjawab : A. Gaya tarikan/doromgan dapat
menyebabkan benda diam menjadi bergerak.
10
4 Siswa menjawab : C. Gaya tarikan/dorongan dapat
menyebabkan benda bergerak lebih cepat.
10
5 Siswa menjawab : C. Gaya tarikan/dorongan dapat
menyebabkan benda bergerak melambat.
10
6 Siswa menjawab : D. Gaya tarikan/dorongan dapat
mengubah arah gerak benda.
10
Tabel. 3 Kisi-kisi instrumen keterampilan Menyimpulkan
4. Instrumen Prestasi
Instrumen prestasi berupa 10 soal pilihan ganda tentang materi gaya
berupa tarikan dan dorongan. Soal ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa pada materi tersebut. Berikut ini merupakan kisi-kisi dari instrumen prestasi
belajar :
No. Indikator Item Soal
1 Menyebutkan contoh peristiwa gaya berupa tarikan
atau gaya berupa dorongan
2, 7, 8
2
Memahami penerapan dan prinsip gaya berupa
tarikan atau dorongan dalam kehidupan sehari-hari
1, 3, 4, 9
3 Memahami akibat dari gaya tarikan atau dorongan 5, 6, 10
Tabel 4. Kisi-kisi instrumen prestasi belajar
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Suatu instrumen dinyatakan memiliki kesahihan atau validitas yang baik
jika instrumen benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur(Sangadji dan
ketepatan alat ukur yang digunakan dan benar-benar tepat untuk mengukur apa
yang hendak diukur. “Validitas merupakan penafsiran skor tes seperti yang
tercantum pada tujuan penggunaan tes, bukan tes itu sendiri” (Mardapi, 2008: 16).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang
menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen berdasarkan tujuan
penggunaan tes.
Menurut Suprananto (2012: 76) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi validitas tes, seperti: 1). Karakteristik peserta tes, 2). Pelaksanaan
tes dan prosedur penyekoran, 3). Proses pembelajaran. Validitas yang baik
betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Validitas menunjuk pada derajat
keterpercayaan terhadap proses dan hasil. Validitas lebih menekankan pada alat
pengukuran atau pengamatan.
Untuk memperkuat hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau
kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan
diperlukan reliabilitas. Menurut Purwanto (2009: 154), “reliabilitas merupakan
akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan
pengukuran”.Sedangkan menurut Suprananto (2012: 82), reliabilitas bertujuan untuk mempertahankan konsistensi dari suatu pengukuran. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa reabilitas merupakan ketepatan atau keajegan dalam menilai
apa yang seharusnya dinilai Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur sehingga apabila peneliti menggunakan metode yang sama akan mendapat
hasil yang sama seperti kajian terdahulu.
Untuk sebuah instrumen baik pretes maupun postes, angket minat dan
lembar keaktifan dalam penelitian ini menggunakan tipe content validity (validitas isi). Validitas isi merupakan pengujian validitas yang dilakukan untuk
memastikan apakah butir tes mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur
Purwanto (2009: 120). Kegunaan validitas isi menurut adalah untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran yang telah
disampaikan. Validitas isi dianalisis secara rasional melalui professional judgement.
Peneliti menggunakan validitas ini dikarenakan lebih efisien dalam
adalah dosen pembimbing satu, dosen pembimbing dua, guru kelas IVA dan guru
kelas IVB serta kepala sekolah. Semua instrumen dianalisis oleh keenam ahli,
mulai dari isi, urutan, tata bahasa, serta reliabilitasnya.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan pada masing-masing kelas yaitu pada
kelompok eksperimen yang diajarkan dengan pendekatan penemuan, sedangkan
kelompok kontrol diajarkan dengan pendekatan metode ceramah. Berikut teknik
pengumpulan data beserta instrumen dalam penelitian ini :
No. Kelompok Variabel Pengumpulan Data Instrumen
1 Eksperimen
Tabel 5. Teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data.
a. Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian, maka dirumuskan hipotesis
statistik sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mean minat
siswa, keaktifan, kemampuan menyimpulkan serta prestasi belajar