TESIS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA
PENGUNGKAPAN
INTELLECTUAL CAPITAL
ANAK AGUNG DWIPAYANI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
i
TESIS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA
PENGUNGKAPAN
INTELLECTUAL CAPITAL
ANAK AGUNG DWIPAYANI NIM 1391661002
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA
PENGUNGKAPAN
INTELLECTUAL CAPITAL
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
ANAK AGUNG DWIPAYANI NIM 1391661002
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
iii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL, 07 MARET 2016
Pembimbing I,
Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. NIP 19670501 199203 2 002
Pembimbing II,
Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak. NIP 19570110 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak., CA NIP 19641224 199103 1 002
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
iv
Tesis ini Telah Diuji pada
Tanggal, 07 Maret 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No: 0968/UN14.4/HK/2016, Tanggal 02 Maret 2016
Ketua : Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi.
Anggota :
1. Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak.
2. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., MSi., Ak.
3. Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., CA.
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Anak Agung Dwipayani
NIM : 1391661002
Program Studi : Magister Akuntansi
Judul Tesis : Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Pengungkapan
Intellectual Capital
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini merupakan hasil karya
sendiri dan bebas dari plagiasi.
Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah
Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 17 tahun 2010 dan peraturan
undang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 14 April 2016
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke
hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara
nugraha-Nya, tesis dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pengungkapan Intellectual Capital” dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., MSi. dan
Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak. sebagai pembimbing I dan
pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan
dorongan, semangat, bimbingan, dan saran-saran yang sangat berguna selama
penulis mengikuti Program Magister Akuntansi ini, khususnya dalam
penyelesaian Tesis ini.
Ucapan yang sama juga ditunjukkan kepada Rektor Universitas
Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Magister Akuntansi di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga
ditunjukkan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang
dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang
diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Akuntansi
pada Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis
vii
ini penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Dr. A.A.G.P. Widanaputra,
SE., MSi., Ak. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana dan Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., CA. Ketua Program
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana yang sekaligus
menjadi penguji Tesis. Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para
penguji Tesis Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., MSi.,Ak. dan Ni Putu Sri Harta
Mimba, SE, MSi., Ph.D, Ak. yang telah memberikan masukan saran, sanggahan
dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan terimakasih
yang tulus kepada orang tua dan mertua tercinta, suami tercinta A.A. Putu Gede
Bagus Arie Susandya, SE., MSi., Ak. serta anak tersayang A.A. Ngurah Nanda
Nayottama yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan moral
kepada penulis. Teman-teman seperjuangan khususnya A.A. Ayu Ratih
Radityastuti, I.A. Gede Sutha Megasari, Nyoman Rahayu Damayanti, Emi
Novitasari, I.A. Gayatri, Rai Gina, serta seluruh rekan-rekan MAKSI Angkatan
XII dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran
dalam penulisan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar, Maret 2016
viii ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio profitabilitas, rasio leverage, proporsi komisaris independen, konsentrasi kepemilikan saham, dan kualitas audit eksternal. Pengungkapan intellectual capital merupakan pengungkapan unsur neraca berdasar pada item berbasis ilmu pengetahuan yang dimiliki perusahaan dan menghasilkan manfaat pada masa depan perusahaan. Pelaporan intellectual capital saat ini menjadi fokus mayoritas dari seluruh stakeholder, karena itulah modal intelektual menjadi sebuah keunggulan jika perusahaan mampu mengungkapkan informasi tersebut di dalam laporan tahunannya.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 yang termasuk kategori indeks LQ 45. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel jenuh dengan jumlah sampel sebanyak 225 sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio
leverage dan kualitas audit eksternal berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Sedangkan untuk rasio profitabilitas, proporsi komisaris independen dan konsentrasi kepemilikan saham tidak berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Temuan ini menunjukkan bahwa manajer termotivasi untuk menginformasikan pengungkapan intellectual capital lebih rinci ketika mereka memiliki tingkat utang yang tinggi. Kualitas audit eksternal (big four) memainkan peran yang penting untuk menentukan pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan.
ix ABSTRACT
THE DETERMINANT OF INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURES
The objective of this study is to find an empirical evidence about what factors are capable to influence the level of intellectual capital disclosure among Indonesian listed firms. The variables tested in this study are profitability ratio, leverage ratio, proportion of independent commisioner, ownership concentration, and quality of external audit. Intellectual capital disclosure are knowledge based disclosure and how this disclosure explains the way in which companies adapt their strategies in order to create and sustain competitive advantages.
The data collection method used in this study is secondary data. The population are taken from Indonesia Stock Exchange over the period 2010-2014 which are listed on LQ-45 Index. The sampling method on this study is purposive sampling method with total sample 225. Multiple linear regression are used to test the hypothesis. The result shows that leverage ratio and quality of external audit are significantly influence intellectual capital disclosure. The other variables (profitability ratio, proportion of independent commisioner, and ownership concentration) does not influence intellectual capital disclosure. These finding suggest that the managers are motivated to inform intellectual capital disclosure more detail when they have high level of debt. High quality of audit firms play an important role to determine the level of intellectual capital discloure in the annual report.
x
RINGKASAN PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan intellectualcapital. Fenomena yang terjadi adalah informasi intellectual capital yang cenderung kurang diungkap dalam laporan tahunan. Kurangnya pengungkapan informasi ini dapat menimbulkan asimetri informasi antara pihak internal dengan eksternal perusahaan. Perusahaan memilih untuk mengungkapkan informasi secara sukarela untuk mengurangi permasalahan tersebut. Pengungkapan intellectual capital secara sukarela menguntungkan karena beberapa alasan, yaitu dapat mengurangi permasalahan asimetri informasi dan mempunyai dampak positif pada reputasi perusahaan dan kepercayaan stakeholders pada manajemen perusahaan. Pelaporan intellectual capital saat ini menjadi fokus mayoritas dari seluruh stakeholder, karena itulah modal intelektual menjadi sebuah keunggulan jika perusahaan mampu mengungkapkan informasi tersebut di dalam laporan tahunannya. Ada beberapa alasan perusahaan mengungkapkan intellectualcapital dalam laporan tahunannya, yaitu (1) membantu perusahaan dalam memformulasikan strategi manajerial, (2) membantu proses pembuatan keputusan oleh manajemen dan pemegang saham, (3) sebagai alat komunikasi dengan stakeholder eksternal. Hipotesis dalam penelitian ini antara lain: (1) rasio profitabilitas perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan intellectual capital, (2) rasio leverage perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan intellectual capital, (3) proporsi komisaris independen perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan
intellectual capital, (4) konsentrasi kepemilikan saham perusahaan berpengaruh negatif pada pengungkapan intellectual capital, (5) dan kualitas audit eksternal perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan intellectualcapital.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2014 yang termasuk kategori indeks LQ 45. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel yang semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 225 sampel. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan intellectual capital. Rasio profitabilitas, rasio leverage, proporsi komisaris independen, konsentrasi kepemilikan saham dan kualitas audit eksternal merupakan variabel independen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Uji asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum analisis regresi linear berganda dilakukan.
xi
kepemilikan saham tidak berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan memotivasi manajemen untuk mengungkapkan intellectual capital
yang lebih terperinci. Ini berarti kreditur menganggap modal intelektual (intellectual capital) sebagai suatu faktor kunci dalam pembuatan keputusan tentang pemberian kredit di samping menggunakan metode-metode tradisional lainnya. Selain itu kualitas audit eksternal yang dalam hal ini diaudit oleh KAP
Big Four memiliki kemampuan untuk membantu perusahaan klien mengungkapkan informasi intellectual capital yang lebih terperinci. KAP Big Four dipersepsikan sebagai KAP yang memiliki sumber daya yang lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP Non-Big Four sehingga menambah kredibilitas informasi yang disampaikan oleh perusahaan. Hal tersebut akan menjadikan investor dan stakeholder lainnya lebih percaya dan yakin akan informasi yang dilaporkan perusahaan dalam laporan tahunan. Sedangkan untuk variabel yang tidak berpengaruh dapat disimpulkan bahwa pada rasio profitabilitas berapapun besarnya profit yang dicapai perusahaan sebagai salah satu cermin kinerja perusahaan tidak berdampak terhadap pengungkapan intellectual capital. Pada proporsi komisaris independen menunjukkan bahwa besarnya proporsi komisaris independen tidak menjamin bahwa kepentingan pihak stockholder minoritas terlindungi dengan baik. Hal ini berarti bahwa peran komisaris independen belum maksimal dalam pengawasan manajemen. Pada konsentrasi kepemilikan saham menunjukkan bahwa tingginya konsentrasi kepemilikan saham tidak membuat pengungkapan intellectual capital menjadi rendah. Manajemen sebagai penyusun laporan tahunan tampaknya tidak menjadikan kepemimilikan saham sebagai acuan terhadap luas tidaknya pengungkapan
intellectualcapital yang tercantum dalam laporan tahunan.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan metode
scoring yang dilakukan dalam menganalisis konten informasi intellectual capital
yang hendaknya mampu membedakan antara informasi detail dan kurang detail, sehingga peneliti memperoleh informasi yang lebih dalam mengungkapan
xii
2.1.4 Pengungkapan Intellectual Capital ... 14
2.1.5 Profitabilitas ... 15
2.1.6 Leverage ... 16
2.1.7 Komisaris Independen ... 17
2.1.8 Konsentrasi Kepemilikan Saham ... 18
2.1.9 Kualitas Audit Eksternal ... 19
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 20
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 24
3.2 Konsep ... 27
3.3 Hipotesis ... 29
3.3.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital ... 29
xiii
3.3.3 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Perusahaan
pada Pengungkapan Intellectual Capital... 31
3.3.4 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Saham Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 32
3.3.5 Pengaruh Kualitas Audit Eksternal Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital ... 33
BAB IV METODE PENELITIAN
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ... 39
4.6 Prosedur Penelitian ... 43
4.7 Teknik Analisis Data ...……….. 44
4.7.1 Uji Asumsi Klasik ...……….. 44
4.7.1.1 Uji Normalitas ...………... 44
4.7.1.2 Uji Multikolinearitas ...………... 45
4.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas ...…………..……… 45
4.7.1.4 Uji Autokorelasi... 45
4.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda .……….... 46
4.7.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 46
5.1.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda...……….... 53
5.2 Pembahasan... 56
5.2.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 57
5.2.2 Pengaruh Rasio Leverage Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 57
5.2.3 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 58
5.2.4 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Saham Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 59
xiv BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan... 61
6.2 Saran... 62
DAFTAR PUSTAKA... 64
xv
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Kerangka Konsep Intellectual Capital ... 39
5.1 Statistik Deskiptif ... . 49
5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... . 51
5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas... . 52
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
xvii DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 70
2. Sampel Penelitian... . 73
3. Data Tabulasi... . 75
4. Statistik Deskriptif... . 84
5. Hasil Uji Normalitas... . 85
6. Hasil Uji Multikolinearitas... . 86
7. Hasil Uji Heteroskedastisitas... . 87
8. Hasil Uji Autokorelasi... . 88
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis
yang ketat pada abad ini mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mengubah
cara mereka menjalankan bisnisnya. Perusahaan harus dapat dengan cepat
mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based
business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business)
agar perusahaan dapat terus bertahan, sehingga karakteristik utama perusahaan
menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan (Zuliyati dan Arya, 2011).
Pada sistem menajemen yang berbasis pengetahuan, modal konvensional
seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aset fisik lainnya menjadi
kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan
teknologi. Salah satu media perusahaan dalam berkomunikasi dengan para
stakeholder melalui penyajian laporan tahunan. Kebutuhan untuk meningkatkan
kualitas penyajian laporan tahunan tidak hanya berupa informasi keuangan
(laporan keuangan) saja tetapi juga informasi non keuangan. Informasi-informasi
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan stakeholders dan
mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor.
Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012 tanggal
1 Agustus 2012 mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk menyampaikan
2
memuat (1) ikhtisar data keuangan penting, (2) laporan Dewan Komisaris, (3)
laporan Direksi, (4) profil perusahaan, (5) analisis dan pembahasan manajemen,
(6) tata kelola perusahaan, (7) tanggung jawab sosial perusahaan, (8) laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit, dan (9) surat pernyataan tanggung jawab
Dewan Komisaris dan Direksi atas kebenaran isi laporan tahunan. Tujuan dari
laporan tersebut dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi para stakeholder
serta penerapan tata kelola perusahaan yang baik.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure). Salah satu cara yang digunakan manajemen untuk
meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela.
Perusahaan bebas memilih memberikan informasi yang dianggap relevan dan
mendukung dalam pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan tahunan.
Hal inilah yang menjadikan keberagaman luas pengungkapan sukarela antar
perusahaan. Salah satu informasi yang bersifat sukarela (voluntary) adalah
informasi tentang modal intelektual (intellectual capital).
Informasi tentang intellectual capital cenderung kurang diungkap dalam
laporan tahunan. Kurangnya pengungkapan informasi ini dapat menimbulkan
asimetri informasi antara pihak internal dengan eksternal perusahaan. Perusahaan
memilih untuk mengungkapkan informasi secara sukarela untuk mengurangi
permasalahan tersebut. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa
pengungkapan informasi akan menurunkan risiko ketidakpastian investor untuk
3
perusahaan. Gibbins dkk (1990) juga berpendapat bahwa pengungkapan sukarela
mampu meningkatkan kualitas dari sebuah laporan tahunan perusahaan.
Pengungkapan intellectual capital secara sukarela menguntungkan karena
beberapa alasan, yaitu dapat mengurangi permasalahan asimetri informasi dan
mempunyai dampak positif pada reputasi perusahaan dan kepercayaan
stakeholders pada manajemen perusahaan. Pelaporan intellectual capital saat ini
menjadi fokus mayoritas dari seluruh stakeholder, karena itulah modal intelektual
menjadi sebuah keunggulan jika perusahaan mampu mengungkapkan informasi
tersebut di dalam laporan tahunannya (Azlina dkk, 2011).
Pendapat mengenai pentingnya intellectual capital didukung oleh Guthrie
dan Petty (2000). Menurutnya perusahaan saat ini semakin menitikberatkan akan
pentingnya knowledge assets (aset pengetahuan). Salah satu pendekatan yang
digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge assets (asset pengetahuan)
adalah intellectual capital. Perusahaan mulai menyadari pentingnya
pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunannya. Pike dkk (2002)
berpendapat bahwa faktor-faktor dominan dalam penilaian perusahaan terutama
perusahaan berbasis teknologi informasi serta perusahaan yang bergerak di bidang
jasa professional adalah intellectual capital. Hal ini jelas bahwa manajer harus
mampu mengelola intellectual capital dengan efektif.
Guthrie dan Petty (2000) menyatakan bahwa laporan tahunan perusahaan
dipandang sebagai sarana perusahaan untuk membangun image dalam ruang
publik. Azlina dkk ( 2011) berpendapat bahwa pengungkapan intellectual capital
4
dan bukti yang valid mengenai nilai sesungguhnya dari perusahaan serta
selanjutnya akan meningkatkan reputasi perusahaan. Bukh (2003) juga
mengemukakan bahwa pengungkapan intellectual capital dapat menurunkan
tingkat ketidakpastian prospek masa depan perusahaan. Ada beberapa alasan
perusahaan mengungkapkan intellectual capital dalam laporan tahunannya, yaitu
(a) membantu perusahaan dalam memformulasikan strategi manajerial, (b)
membantu proses pembuatan keputusan oleh manajemen dan pemegang saham,
(c) sebagai alat komunikasi dengan stakeholder eksternal (Marr dkk, 2003).
Menurut Pricewaterhouse Coopers (1999) pengungkapan intellectual capital
mampu meningkatkan transparansi kondisi perusahaan serta mampu mendorong
pencapaian visi jangka panjang. Bontis (2002) juga menyatakan bahwa seorang
pembuat keputusan (manajer) harus memiliki ketertarikan pada pelaporan
intellectual capital dengan tujuan, yaitu (1) mengetahui kualitas asset tidak
berwujud perusahaan, (2) mengetahui keterlibatan kemampuan dan perilaku
manusia terhadap kinerja perusahaan.
Perkembangan pengungkapan intellectual capital di Indonesia masih
sedikit. Hal ini dikarenakan intellectual capital merupakan konsep pengetahuan
yang masih relatif baru. Selain itu, karena adanya kesulitan dalam
pengimplementasian intellectual capital di perusahaan yang disebabkan karena
sulitnya melakukan pengungkapan terhadap intellectual capital yang cenderung
bersifat kualitatif (Zulkarnaen dan Mahmud, 2013). Hal menarik untuk melakukan
penelitian ini adalah belum adanya standar yang menetapkan item-item apa saja
5
sehingga tidak ada kewajiban bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI
untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan modal intelektual.
Konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan
terutama para akuntan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi
yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal
intelektual mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan
pengungkapannya dalam laporan tahunan perusahaan.
Bozzolan dkk (2003) berpendapat bahwa terjadi peningkatan ketidakpuasan
atas pelaporan keuangan tradisional dan kemampuannya untuk menyampaikan
potensi yang dimiliki perusahaan pada investor potensial perusahaan untuk
menciptakan kemakmuran. Banyak penelitian di beberapa negara terkait dengan
pengungkapan intellectual capital dan faktor pendorong perusahaan melakukan
pengungkapan tersebut. Penelitian-penelitian tersebut tidak semuanya
menghasilkan hasil yang sama. Selain karena faktor kondisi perekonomian di
negara-negara tersebut yang berbeda, hal ini juga dikarenakan belum terdapat
pedoman yang baku mengenai pengungkapan intellectual capital di dunia, tetapi
telah banyak peneliti yang mencoba mengembangkan konsep pengungkapan
intellectual capital.
Salah satu faktor yang memengaruhi pengungkapan intellectual capital
dalam laporan tahunan adalah kinerja perusahaan. White dkk (2007) menyatakan
bahwa rasio leverage suatu perusahaan dapat mempengaruhi pengungkapan
intellectual capital. White dkk (2007), Taliyang dkk (2011), Bozzolan dkk (2003),
6
yang besar cenderung mengungkapkan intellectual capital lebih terperinci
daripada perusahaan dengan aset yang relatif kecil. Perusahaan besar cenderung
memiliki sistem informasi manajemen internal yang baik karena memiliki
bermacam-macam aktivitas unit bisnis, sehingga memiliki motivasi untuk
menyajikan informasi pengungkapan intellectual capital lebih lengkap (Ousama
dkk 2012).
Akhtaruddin dan Hossain (2008) meneliti tingkat pertumbuhan perusahaan
sebagai salah satu faktor kinerja perusahaan yang mampu mempengaruhi tingkat
pengungkapan intellectual capital. Akhtaruddin dan Hossain (2008), dan Taliyang
dkk (2011) mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi akan cenderung mengungkapkan intellectual capital pada laporan
tahunannya karena hal ini akan menguntungkan perusahaan di mata stakeholder.
Pemisahan antara ownership pemegang saham dengan manajemen
perusahaan dapat dijadikan sebagai salah satu alasan penentu pengungkapan
intellectual capital. Jensen dan Meckling (1976), Fama dan Jensen (1983),
menyatakan bahwa pemisahan tersebut akan memunculkan konflik karena terjadi
kesenjangan informasi mengenai kondisi perusahaan. Agency theory menekankan
harus ada mekanisme untuk memonitor atau mengawasi perilaku dari manajemen
perusahaan, untuk menurunkan kemungkinan terjadinya konflik antara pemegang
saham dengan manajemen perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) dengan
agency theory menyatakan bahwa tingkat pengungkapan sukarela adalah suatu
cara untuk mengetahui hubungan antara pemegang saham (principal) dengan
7
untuk memonitor atau mengawasi manajemen perusahaan oleh pemegang saham
untuk memastikan bahwa perilaku manajemen sudah sesuai dengan keinginan dari
pemegang saham. Untuk itu diperlukan suatu konsep yaitu konsep Good
Corporate Governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi
lebih sehat dan menurunkan terjadinya kesenjangan informasi. Penerapan
corporate governance berdasarkan pada agency theory dapat dijelaskan pada
hubungan antara manajemen dengan pemilik, manajemen sebagai agent secara
moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik atau
pemegang saham (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh
kompensasi yang sesuai dengan kontrak.
Keasey dan Wright (1993) menyatakan bahwa corporate governance
merupakan sebuah struktur, proses, budaya dan sistem untuk menciptakan kondisi
operasional yang sukses bagi suatu organisasi. Penelitian tentang pengaruh
corporate governance terhadap pengungkapan intellectual capital juga dilakukan
oleh Li dkk (2008), Ferreira dkk (2012), Al-Hamadeen dan Suwaidan Mishiel
(2014). Mereka menemukan bahwa terdapat hubungan antara penerapan
corporate governance dengan pengungkapan informasi intellectual capital dalam
laporan tahunan perusahaan. Semakin tinggi tingkat implementasi corporate
governance, semakin banyak informasi intellectual capital yang diungkapkan oleh
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasaran uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah rasio profitabilitas perusahan berpengaruh pada pengungkapan
intellectual capital?
2) Apakah rasio leverage perusahaan berpengaruh pada pengungkapan
intellectual capital?
3) Apakah proporsi komisaris independen perusahaan berpengaruh pada
pengungkapan intellectual capital?
4) Apakah konsentrasi kepemilikan saham perusahaan berpengaruh pada
pengungkapan intellectual capital?
5) Apakah kualitas audit eksternal perusahaan berpengaruh pada
pengungkapan intellectual capital?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas perusahaan pada
pengungkapan intellectual capital.
2) Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage perusahaan pada
pengungkapan intellectual capital.
3) Untuk mengetahui pengaruh proporsi komisaris independen perusahaan
9
4) Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kepemilikan saham perusahaan
pada pengungkapan intellectual capital.
5) Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit eksternal perusahaan pada
pengungkapan intellectual capital.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi, memperluas wawasan
dan pengetahuan mahasiswa mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
pada pengungkapan intellectual capital. Penelitian ini juga dapat
dijadikan acuan untuk melakukan penelitian di bidang yang sama.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan dan
pertimbangan bagi pihak-pihak terkait. Selain itu, dapat memberikan
informasi guna memperluas pengetahuan mengenai pengungkapan
intellectual capital sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency theory digunakan sebagai grand theory dalam penelitian ini untuk
memperjelas hubungan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan
intellectual capital. Teori keagenan menjelaskan adanya hubungan keagenan atau
kontrak kerja yang melibatkan antara dua pihak. Kontrak kerja terjalin antara
pihak prinsipal dan pihak agen. Teori keagenan menyediakan suatu kerangka
untuk menghubungkan perilaku pengungkapan sukarela terhadap tata kelola
perusahaan, oleh karenanya mekanisme-mekanisme pengendalian dirancang untuk
mengurangi masalah agensi yang timbul dari pemisahan antara pemilik dan
manajemen (Li dkk, 2008).
Menurut Jensen dan Mackling (1976) agen dituntut untuk bertindak sesuai
dengan keinginan pemilik, untuk mencegah masalah keagenan dimana timbul
konflik karena agen akan cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi, maka
akan timbul biaya keagenan (monitoring, bonding, dan residual loss). Biaya
keagenan dapat ditekan dengan kepemilikan saham oleh manajer. Sedangkan
Healy dan Palepu (2000) mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah keagenan
adalah dengan menggunakan peran board of commissioner (dewan komisaris)
11
Pengungkapan mengenai intellectual capital yang biasa dianggap sebagai
hidden value perusahaan tidak hanya mengacu pada aspek teknis, tetapi lebih
mengidentifikasikan pemicu utama bagi kinerja perusahaan di masa datang
(Arifah, 2011). Oleh karenanya pengungkapan informasi tentang intellectual
capital memainkan peran penting dalam mengurangi asimetri informasi, yang
ditimbulkan dari konflik kepentingan yang potensial terjadi antara para manajer,
yang memilih untuk menyimpan informasi yang ada untuk kepentingan mereka
(Cerbioni dan Parbonetti, 2007).
Jensen dan Meckling (1976) memperlihatkan bahwa pengungkapan
intellectual capital yang lebih besar dapat mengurangi ketidakpastian pada
investor. Oleh karena itu, pengungkapan merupakan mekanisme untuk
mengontrol kinerja manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer didorong untuk
mengungkap voluntary information (informasi sukarela) seperti intellectual
capital disclosure.
2.1.2 Stakeholder Theory
Stakeholder theory digunakan sebagai supporting theory dalam penelitian
ini. Stakeholder theory menyatakan bahwa manajemen organisasi diharapkan
melakukan aktivitas yang dilakukan pemegang saham dan pemegang saham
berhak untuk mengetahui informasi tentang aktivitas perusahaan yang
memengaruhi mereka, bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan
informasi tersebut dan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan
12
Menurut Guthrie dkk (2006), laporan tahunan merupakan cara yang paling
efisien bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan kelompok stakeholder yang
dianggap memiliki ketertarikan dalam pengendalian aspek-aspek strategistertentu
dari organisasi. Dalam penelitian ini, stakeholder theory meyakinkan bahwa
manajemen organisasi harus melaporkan seluruh aktivitas perusahaan kepada
pihak stakeholder termasuk informasi mengenai asset yang tidak berwujud
melalui pendekatan intellectual capital.
Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan, keberadaan dewan
komisaris menjadi penting karena didalam praktik sering ditemukan transaksi
yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan
pemegang saham publik (pemegang saham mayoritas) serta stakeholder lainnya.
Menurut Bukh (2003) pengungkapan intellectual capital didasarkan pada
kepercayaan bahwa perusahaan mempublikasikan informasi non keuangan yang
lebih luas dalam rangka mengurangi information gap. Sehingga keberadaan
dewan komisaris berpengaruh terhadap berkurangnya asimetri informasi antara
manajemen dengan stakeholder melalui pengungkapan intellectual capital.
2.1.3 Signaling Theory
Signaling theory merupakan teori yang menunjukkan adanya asimetri
informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan informasi perusahaan (Healy dan Palepu, 2000). Teori ini juga
menjelaskan bahwa manajemen mengungkapkan informasi sukarela berupa
informasi pengungkapan intellectual capital ke pasar modal meskipun tidak ada
13
capital diperlukan sebagai gambaran bahwa perusahaan memiliki reputasi yang
baik dari sisi pelaporan keuangan perusahaan (Ghasempour dan Yusof, 2014).
Menurut Taliyang (2011) signaling theory mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna
laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat
berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut
lebih baik daripada perusahaan lain. Signaling theory menjelaskan bahwa
pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.
Menurut Restuti (2006) keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi
yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi
tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika
manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa
mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan.
Taliyang (2011) berpendapat bahwa signaling theory mampu menjelaskan
perusahaan yang menghasilkan profit lebih tinggi akan mengungkapkan
intellectual capital lebih lengkap pada laporan tahunan daripada perusahaan yang
profitnya rendah. Signaling theory didasarkan pada dua asumsi (Myers dan
Majluf, 1984). Pertama, manajer memiliki informasi yang lebih lengkap
dibandingkan pemegang saham atau stakeholder lainnya mengenai kondisi
perusahaan. Kedua, manajer cenderung akan memilih informasi yang akan
diumumkan ke publik sebagai sinyal terhadap kondisi perusahaan (Taliyang,
14
2.1.4 Pengungkapan Intellectual Capital
Definisi intellectual capital yang ditemukan dalam berbagai literatur cukup
kompleks dan beragam. Menurut William (2000) intellectual capital adalah
informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk
menciptakan nilai. Definisi ini menekankan pada kemampuan modal intelektual
dalam menciptakan nilai. Mouritsen dkk (2001) berpendapat bahwa intellectual
capital merupakan masalah pengetahuan organisasi yang luas dan bersifat unik
bagi perusahaan sehingga memungkinkan perusahaan secara terus menerus
beradaptasi dengan kondisi yang selalu berubah. Sementara itu, Stewart (1997)
mendefinisikan intellectual capital sebagai intellectual material, yang meliputi
pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, dan pengalaman yang dapat
digunakan secara bersama untuk menciptakan kekayaan (wealth).
Sebagian besar peneliti membagi intellectual capital menjadi tiga elemen
utama (Bozzolan, 2006), (Oliveira dkk, 2006), (Ferreira, 2012), (Al-Hamadeen,
2014), (Kateb, 2014), yaitu human capital, struktural capital atau organizational
capital, dan relational capital. Elemen pertama intellectual capital, yaitu human
capital yang merupakan lifeblood dalam intellectual capital dan sebagai sumber
inovasi dan pengembangan. Human capital meliputi sumber daya manusia dan
mencakup beberapa hal seperti pendidikan, pengetahuan dan kompetensi yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan karakteristik lainnya yang dimasukkan dalam
elemen karyawan.
Kedua, structural capital atau organizational capital yang merupakan
15
strukturnya, yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja
intellectual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan yang mencakup
dua elemen penting, yaitu intellectual property dan infrastrukture asset. Elemen
pertama, intellectual property dilindungi oleh hukum (paten, hak cipta, dan merk
dagang). Sedangkan elemen kedua adalah infrastrukture asset, merupakan elemen
intellectual capital yang dapat diciptakan di dalam perusahaan atau dimiliki dari
luar (budaya perusahaan, management process, sistem informasi, networking
system).
Elemen yang ketiga adalah relational capital. Elemen ini merupakan
komponenen intellectual capital yang memberikan nilai secara nyata. Relational
capital merupakan hubungan baik antara perusahaan dengan stakeholder eksternal
yang berbeda, meliputi elemen-elemen seperti pelanggan jaringan distribusi,
kolaborasi bisnis, perjanjian franchise, dan sebagainya.
2.1.5 Profitabilitas
Gibson (2006) mengemukakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dinilai berdasarkan atas aset
penjualan dan investasi. Profitabilitas dalam kegiatan operasi merupakan fokus
utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Laba menjadi indikator kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta
merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan yang berkaitan
dengan prospek perusahaan di masa datang. Perusahaan dengan berita buruk atau
merugi cenderung tidak mengungkapkan informasi tersebut ke pasar agar nilai
16
akan berusaha menyampaikan informasi tersebut ke pasar dalam bentuk
pengungkapan sukarela yang lebih lengkap dalam laporan tahunan dengan tujuan
untuk memberikan dampak yang positif terhadap nilai perusahaan. Jika
pengungkapan berita baik itu tidak dilakukan, pasar akan menerjemahkannya
sebagai berita buruk sehingga berdampak pada penilaian perusahaan yang terlalu
rendah (Nugraheni, 2012).
Khlif dan Souissi (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
pengungkapan intellectual capital dengan tingkat profitabilitas perusahaan.
Kinerja perusahaan yang tinggi akan membuat manajer lebih mudah meyakinkan
pemegang saham mengenai kondisi perusahaan. Manajemen akan cenderung
menggunakan pengungkapan sukarela untuk merefleksikan kondisi perusahaan.
Perusahaan yang profitable memiliki sumber dana yang cukup untuk
mengungkapkan informasi sukarela intellectual capital. Li dkk (2008)
berargumen bahwa tingkat profitabilitas dapat dijadikan sebagai acuan dalam
pengungkapan intellectual capital dan cenderung menggunakan pengungkapan
intellectual capital sebagai sinyal kepada investor bahwa kondisi perusahaan
sedang cerah.
2.1.6 Leverage
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan
hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditur,
bukan dari pemegang saham ataupun investor. Teori agensi juga digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara leverage perusahaan dengan pengungkapan laporan
17
potensi untuk mentransfer kekayaan dari debtholder kepada pemegang saham dan
manajer pada perusahaan yang mempunyai tingkat ketergantungan utang sangat
tinggi, sehingga menimbulkan cost agency yang tinggi.
Perusahaan yang memiliki proporsi utang yang tinggi dalam struktur
modalnya akan menanggung biaya keagenan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang proporsi hutangnya kecil. Untuk mengurangi cost agency
tersebut, manajemen perusahaan dapat mengungkapkan lebih banyak informasi
yang diharapkan dapat semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya
tingkat leverage. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio
leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena
biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen
dan Mackling, 1976).
2.1.7 Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki
hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau pemegang
saham pengendali atau hubungan lain yang dapat memengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen (Sari, 2012). Teori agensi mendasarkan hubungan
antara pemegang saham dan manajer. Perbedaan kepentingan menyebabkan
terjadinya asimetri informasi (information gap) antara pemilik dan manajer
perusahaan. Keberadaan komisaris independen menjadi penting, karena di dalam
praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang
mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas)
18
menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayaan usaha. Fama dan Jensen
(1983) menyatakan bahwa non-executive commissioner (komisaris independen)
dapat bertindak sebagai penengah jika terjadi perselisihan diantara manajer
internal sehingga pengawasan kebijakan manajemen serta pemberian nasihat
kepada manajemen dapat dilaksanakan. Komisaris independen merupakan posisi
yang baik dalam melaksakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang
memiliki good corporate governance.
2.1.8 Konsentrasi Kepemilikan Saham
Konsentrasi kepemilikan adalah sejumlah saham perusahaan yang tersebar
dan dimiliki oleh beberapa pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa manajer perusahaan yang tingkat kepemilikannya terhadap
perusahaan tersebut tinggi, maka kemungkinan untuk melakukan
diskresi/ekspropriasi terhadap sumber daya perusahaan akan berkurang. Masalah
agensi dapat memburuk apabila presentase saham perusahaan yang dimiliki oleh
manajer sedikit.
Menurut Oliveira dkk (2006), Firer dan Williams (2015) menyatakan bahwa
tingginya ownership concentration dapat diasumsikan bahwa tingginya
konsentrasi kepemilikan saham akan ditemui pada kondisi dimana hak milik tidak
mampu dilindungi oleh negara. Dengan tidak adanya perlindungan dari negara,
maka pengendali perusahaan akan mendapatkan kekuasaan (power) melalui
voting right. Kekuasaan itu berguna mempengaruhi negosiasi dan pelaksanaan
kontrak-kontrak perusahaan terhadap para stakeholder, termasuk pemegang
19
pemerintah. Disisi lain akan berdampak negatif karena negara tidak dapat
melindungi hak pribadi, dimana tingginya konsentrasi kepemilikan perusahaan
khususnya dominasi oleh group bisnis keluarga akan menghadapi kendala berupa
lemahnya sistem hukum, penegakkan hukum, dan korupsi. Darmawati (2006)
menyebutkan dengan semakin terkonsentrasinya kepemilikan perusahaan, maka
pemegang saham mayoritas akan semakin menguasai perusahaan dan semakin
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Ferreira (2012) menyatakan bahwa
dengan tingginya level konsentrasi kepemilikan saham, para pemegang saham
kecil akan mencari cara lain untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan
diluar laporan tahunan.
2.1.9 Kualitas Audit Eksternal
Pengauditan adalah salah satu cara untuk menurunkan agency cost (Watts
dan Zimmerman, 1979) serta mampu meningkatkan kredibilitas pengungkapan
suatu informasi. Azizkhani dkk (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang
diaudit oleh KAP Big Four memiliki kualitas audit yang lebih tinggi
dibandingkan jika diaudit oleh KAP Non Big Four. Perusahaan yang memiliki
agency cost yang tinggi akan cenderung memilih KAP yang lebih berkualitas.
Hakim dan Omri (2010) berpendapat bahwa KAP Big Four memiliki sumber daya
yang lebih baik dari KAP Non Big Four sehingga memiliki kualitas audit yang
lebih baik pula. Oliveira dkk (2006) serta Ferreira dkk (2012) menyatakan bahwa
perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki tingkat pengungkapan yang
20
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
White dkk (2007) menginvestigasi sifat dan tingkat pengungkapan
intellectual capital pada perusahaan bioteknologi. Mereka berpendapat bahwa
pelaporan intellectual capital terhadap asset perusahaan tidak berwujud adalah
salah satu cara untuk menjembatani kesenjangan informasi antara manajer dan
pemilik perusahaan. Penelitian ini menggunakan 78 item pengungkapan
intellectual capital secara sukarela yang dikembangkan oleh Bukh dkk (2005).
Terdapat enam pengukuran tingkat pengungkapan intellectual capital yang
dilakukan oleh Bukh dkk, yaitu employes, customer, information technology,
processes, research and development, dan strategic statement. Dalam studi yang
dilakukan oleh White dkk varibel independennya berupa board independence,
ownership concentration, age of the company and leverage. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 96 perusahaan yang terdaftar di Bursa
Saham Australia. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat korelasi positif
antara tingkat pengungkapan intellectual capital terhadap board independence,
firm age, firm size dan the level of leverage. Tidak terdapat korelasi antara tingkat
pengungkapan dengan tingkat konsentrasi kepemilikan saham, hal ini
mengindikasikan bahwa pemegang saham institusi tidak mempengaruhi
manajemen dan akuntabilitas dewan direksi. Penelitian ini juga menemukan
bahwa board independence dan leverage hanya berpengaruh pada tingkat
pengungkapan dalam perusahaan bioteknologi beraset besar.
Taliyang dan Jusop (2011) meneliti mengenai tingkat pengungkapan
21
capital dengan variabel corporate governance di Bursa Efek Malaysia. Variabel
independen yang diuji pada penelitian ini, yaitu board composition, role duality,
size of audit committee dan frequency meeting of audit committee. Sampel yang
digunakan sebanyak 150 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia pada lima
industri antara lain information technology, consumer product, industrial product,
trading/service dan finance. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
regresi Ordinary Last Square (OLS). Hasil penelitian dengan menggunakan uji
dua sisi ditemukan bahwa hanya variabel frequency of audit meeting yang
signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa audit meeting dapat
mendorong dewan direksi untuk mengungkapkan informasi mengenai intellectual
capital pada laporan tahunan (annual report). Hasil R-squared pada penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel corporate governance yang digunakan hanya
mampu menjelaskan 16,9% tingkat pengungkapan intellectual capital pada
perusahaan Malaysia.
Bukh dkk (2005) menganalisa mengenai tingkat pengungkapan intellectual
capital (informasi non keuangan) pada aktivitas IPO perusahaan yang ada di
Denmark. Penelitian ini menggunakan laporan tahunan perusahaan periode tahun
1999 sampai 2001. Metodologi yang digunakan adalah dengan menganalisis 78
item tingkat pengungkapan. Variabel independen yang digunakan adalah industry
differences, managerial ownership before the IPO, company size dan company
age. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat manajerial ownership sebelum
aktivitas IPO dan industry differences berpengaruh pada tingkat pengungkapan
22
industri memegang peranan penting bagi manajemen untuk menentukan informasi
apa saja yang harus diuangkapkan khususnya informasi mengenai pengungkapan
intellectual capital.
Taliyang dkk (2011) mengidentifikasi tingkat pengungkapan intellectual
capital di Bursa Malaysia. Variabel yang diuji adalah age, size, leverage,
profitability, ownership concentration, dan growth. Sampel yang digunakan
sebanyak 150 perusahaan terdaftar di Bursa Malaysia. Ordinary Least Square
(OLS) digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan empat
variabel signifikan secara statistik diidentifikasi sebagai faktor penentu tingkat
pengungkapan intellectual capital pada perusahaan di Malaysia. Variabel age,
size, ownership concentration dan growth berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan intellectual capital. Sedangkan variabel leverage dan profitability
secara signifikan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital.
Bozzolan dkk (2003) meneliti mengenai pengungkapan intellectual capital
pada perusahaan Italia. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui
konten-konten pengungkapan intellectual capital dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku pengungkapan intellectual capital. Variabel independen yang digunakan
adalah industry dan size. Sampel yang digunakan terdiri dari 30 perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Italian Stock Exchange. Metode yang digunakan untuk
menganalisa pengungkapan intellectual capital adalah analisis konten. Bozzolan
dkk, menggunakan tiga kategori dalam pembuatan kerangka intellectual capital
yang terdiri dari internal structure (intellectual property dan infrastructure
23
penelitian ini menemukan bahwa variabel industry dan size berpengaruh secara
signifikan dalam perilaku pengungkapan intellectual capital.
Li dkk (2012) menggunakan data 100 perusahaan yang terdaftar di London
Stock Exchange dalam meneliti hubungan antara karakteristik komite audit
dengan pengungkapan intellectual capital. Dalam pengukuran pengungkapan
intellectual capital. Li dkk. (2012) menggunakan 61-IC-item yang dikembangkan
oleh Li dkk (2008). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hubungan
antara tingkat pengungkapan intellectual capital dengan karakteristik audit
komite. Hasil penelitian ini menemukan bahwa audit komite berpengaruh positif
terhadap pengungkapan intellectual capital.
Wijana dkk (2013) meneliti mengenai faktor penentu perilaku
pengungkapan sukarela intellectual capital pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran
perusahaan, tingkat utang, tingkat konsentrasi kepemilikan saham, umur
perusahaan, profitabilitas, tipe industri, dan reputasi auditor. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) dan Pooling
Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaan, tipe industri, dan reputasi auditor secara signifikan berpengaruh