• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pengungkapan Intellectual Capital.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pengungkapan Intellectual Capital."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA

PENGUNGKAPAN

INTELLECTUAL CAPITAL

ANAK AGUNG DWIPAYANI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

TESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA

PENGUNGKAPAN

INTELLECTUAL CAPITAL

ANAK AGUNG DWIPAYANI NIM 1391661002

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA

PENGUNGKAPAN

INTELLECTUAL CAPITAL

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

ANAK AGUNG DWIPAYANI NIM 1391661002

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL, 07 MARET 2016

Pembimbing I,

Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. NIP 19670501 199203 2 002

Pembimbing II,

Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak. NIP 19570110 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak., CA NIP 19641224 199103 1 002

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

(5)

iv

Tesis ini Telah Diuji pada

Tanggal, 07 Maret 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 0968/UN14.4/HK/2016, Tanggal 02 Maret 2016

Ketua : Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi.

Anggota :

1. Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak.

2. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., MSi., Ak.

3. Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., CA.

(6)

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Anak Agung Dwipayani

NIM : 1391661002

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Pengungkapan

Intellectual Capital

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini merupakan hasil karya

sendiri dan bebas dari plagiasi.

Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah

Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 17 tahun 2010 dan peraturan

undang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 14 April 2016

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke

hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara

nugraha-Nya, tesis dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pengungkapan Intellectual Capital” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., MSi. dan

Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, MSi., Ak. sebagai pembimbing I dan

pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan

dorongan, semangat, bimbingan, dan saran-saran yang sangat berguna selama

penulis mengikuti Program Magister Akuntansi ini, khususnya dalam

penyelesaian Tesis ini.

Ucapan yang sama juga ditunjukkan kepada Rektor Universitas

Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas

yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program Magister Akuntansi di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga

ditunjukkan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang

dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang

diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Akuntansi

pada Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis

(8)

vii

ini penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Dr. A.A.G.P. Widanaputra,

SE., MSi., Ak. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Udayana dan Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., CA. Ketua Program

Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana yang sekaligus

menjadi penguji Tesis. Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para

penguji Tesis Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., MSi.,Ak. dan Ni Putu Sri Harta

Mimba, SE, MSi., Ph.D, Ak. yang telah memberikan masukan saran, sanggahan

dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan terimakasih

yang tulus kepada orang tua dan mertua tercinta, suami tercinta A.A. Putu Gede

Bagus Arie Susandya, SE., MSi., Ak. serta anak tersayang A.A. Ngurah Nanda

Nayottama yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan moral

kepada penulis. Teman-teman seperjuangan khususnya A.A. Ayu Ratih

Radityastuti, I.A. Gede Sutha Megasari, Nyoman Rahayu Damayanti, Emi

Novitasari, I.A. Gayatri, Rai Gina, serta seluruh rekan-rekan MAKSI Angkatan

XII dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran

dalam penulisan tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, Maret 2016

(9)

viii ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio profitabilitas, rasio leverage, proporsi komisaris independen, konsentrasi kepemilikan saham, dan kualitas audit eksternal. Pengungkapan intellectual capital merupakan pengungkapan unsur neraca berdasar pada item berbasis ilmu pengetahuan yang dimiliki perusahaan dan menghasilkan manfaat pada masa depan perusahaan. Pelaporan intellectual capital saat ini menjadi fokus mayoritas dari seluruh stakeholder, karena itulah modal intelektual menjadi sebuah keunggulan jika perusahaan mampu mengungkapkan informasi tersebut di dalam laporan tahunannya.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 yang termasuk kategori indeks LQ 45. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel jenuh dengan jumlah sampel sebanyak 225 sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio

leverage dan kualitas audit eksternal berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Sedangkan untuk rasio profitabilitas, proporsi komisaris independen dan konsentrasi kepemilikan saham tidak berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Temuan ini menunjukkan bahwa manajer termotivasi untuk menginformasikan pengungkapan intellectual capital lebih rinci ketika mereka memiliki tingkat utang yang tinggi. Kualitas audit eksternal (big four) memainkan peran yang penting untuk menentukan pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan.

(10)

ix ABSTRACT

THE DETERMINANT OF INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURES

The objective of this study is to find an empirical evidence about what factors are capable to influence the level of intellectual capital disclosure among Indonesian listed firms. The variables tested in this study are profitability ratio, leverage ratio, proportion of independent commisioner, ownership concentration, and quality of external audit. Intellectual capital disclosure are knowledge based disclosure and how this disclosure explains the way in which companies adapt their strategies in order to create and sustain competitive advantages.

The data collection method used in this study is secondary data. The population are taken from Indonesia Stock Exchange over the period 2010-2014 which are listed on LQ-45 Index. The sampling method on this study is purposive sampling method with total sample 225. Multiple linear regression are used to test the hypothesis. The result shows that leverage ratio and quality of external audit are significantly influence intellectual capital disclosure. The other variables (profitability ratio, proportion of independent commisioner, and ownership concentration) does not influence intellectual capital disclosure. These finding suggest that the managers are motivated to inform intellectual capital disclosure more detail when they have high level of debt. High quality of audit firms play an important role to determine the level of intellectual capital discloure in the annual report.

(11)

x

RINGKASAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan intellectualcapital. Fenomena yang terjadi adalah informasi intellectual capital yang cenderung kurang diungkap dalam laporan tahunan. Kurangnya pengungkapan informasi ini dapat menimbulkan asimetri informasi antara pihak internal dengan eksternal perusahaan. Perusahaan memilih untuk mengungkapkan informasi secara sukarela untuk mengurangi permasalahan tersebut. Pengungkapan intellectual capital secara sukarela menguntungkan karena beberapa alasan, yaitu dapat mengurangi permasalahan asimetri informasi dan mempunyai dampak positif pada reputasi perusahaan dan kepercayaan stakeholders pada manajemen perusahaan. Pelaporan intellectual capital saat ini menjadi fokus mayoritas dari seluruh stakeholder, karena itulah modal intelektual menjadi sebuah keunggulan jika perusahaan mampu mengungkapkan informasi tersebut di dalam laporan tahunannya. Ada beberapa alasan perusahaan mengungkapkan intellectualcapital dalam laporan tahunannya, yaitu (1) membantu perusahaan dalam memformulasikan strategi manajerial, (2) membantu proses pembuatan keputusan oleh manajemen dan pemegang saham, (3) sebagai alat komunikasi dengan stakeholder eksternal. Hipotesis dalam penelitian ini antara lain: (1) rasio profitabilitas perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan intellectual capital, (2) rasio leverage perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan intellectual capital, (3) proporsi komisaris independen perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan

intellectual capital, (4) konsentrasi kepemilikan saham perusahaan berpengaruh negatif pada pengungkapan intellectual capital, (5) dan kualitas audit eksternal perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan intellectualcapital.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2014 yang termasuk kategori indeks LQ 45. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel yang semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 225 sampel. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan intellectual capital. Rasio profitabilitas, rasio leverage, proporsi komisaris independen, konsentrasi kepemilikan saham dan kualitas audit eksternal merupakan variabel independen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Uji asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum analisis regresi linear berganda dilakukan.

(12)

xi

kepemilikan saham tidak berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan memotivasi manajemen untuk mengungkapkan intellectual capital

yang lebih terperinci. Ini berarti kreditur menganggap modal intelektual (intellectual capital) sebagai suatu faktor kunci dalam pembuatan keputusan tentang pemberian kredit di samping menggunakan metode-metode tradisional lainnya. Selain itu kualitas audit eksternal yang dalam hal ini diaudit oleh KAP

Big Four memiliki kemampuan untuk membantu perusahaan klien mengungkapkan informasi intellectual capital yang lebih terperinci. KAP Big Four dipersepsikan sebagai KAP yang memiliki sumber daya yang lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP Non-Big Four sehingga menambah kredibilitas informasi yang disampaikan oleh perusahaan. Hal tersebut akan menjadikan investor dan stakeholder lainnya lebih percaya dan yakin akan informasi yang dilaporkan perusahaan dalam laporan tahunan. Sedangkan untuk variabel yang tidak berpengaruh dapat disimpulkan bahwa pada rasio profitabilitas berapapun besarnya profit yang dicapai perusahaan sebagai salah satu cermin kinerja perusahaan tidak berdampak terhadap pengungkapan intellectual capital. Pada proporsi komisaris independen menunjukkan bahwa besarnya proporsi komisaris independen tidak menjamin bahwa kepentingan pihak stockholder minoritas terlindungi dengan baik. Hal ini berarti bahwa peran komisaris independen belum maksimal dalam pengawasan manajemen. Pada konsentrasi kepemilikan saham menunjukkan bahwa tingginya konsentrasi kepemilikan saham tidak membuat pengungkapan intellectual capital menjadi rendah. Manajemen sebagai penyusun laporan tahunan tampaknya tidak menjadikan kepemimilikan saham sebagai acuan terhadap luas tidaknya pengungkapan

intellectualcapital yang tercantum dalam laporan tahunan.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan metode

scoring yang dilakukan dalam menganalisis konten informasi intellectual capital

yang hendaknya mampu membedakan antara informasi detail dan kurang detail, sehingga peneliti memperoleh informasi yang lebih dalam mengungkapan

(13)

xii

2.1.4 Pengungkapan Intellectual Capital ... 14

2.1.5 Profitabilitas ... 15

2.1.6 Leverage ... 16

2.1.7 Komisaris Independen ... 17

2.1.8 Konsentrasi Kepemilikan Saham ... 18

2.1.9 Kualitas Audit Eksternal ... 19

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 20

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 24

3.2 Konsep ... 27

3.3 Hipotesis ... 29

3.3.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital ... 29

(14)

xiii

3.3.3 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Perusahaan

pada Pengungkapan Intellectual Capital... 31

3.3.4 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Saham Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 32

3.3.5 Pengaruh Kualitas Audit Eksternal Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital ... 33

BAB IV METODE PENELITIAN

4.5.2 Definisi Operasional Variabel ... 39

4.6 Prosedur Penelitian ... 43

4.7 Teknik Analisis Data ...……….. 44

4.7.1 Uji Asumsi Klasik ...……….. 44

4.7.1.1 Uji Normalitas ...………... 44

4.7.1.2 Uji Multikolinearitas ...………... 45

4.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas ...…………..……… 45

4.7.1.4 Uji Autokorelasi... 45

4.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda .……….... 46

4.7.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 46

5.1.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda...……….... 53

5.2 Pembahasan... 56

5.2.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 57

5.2.2 Pengaruh Rasio Leverage Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 57

5.2.3 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 58

5.2.4 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Saham Perusahaan pada Pengungkapan Intellectual Capital... 59

(15)

xiv BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan... 61

6.2 Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA... 64

(16)

xv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Kerangka Konsep Intellectual Capital ... 39

5.1 Statistik Deskiptif ... . 49

5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... . 51

5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas... . 52

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

(18)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 70

2. Sampel Penelitian... . 73

3. Data Tabulasi... . 75

4. Statistik Deskriptif... . 84

5. Hasil Uji Normalitas... . 85

6. Hasil Uji Multikolinearitas... . 86

7. Hasil Uji Heteroskedastisitas... . 87

8. Hasil Uji Autokorelasi... . 88

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

yang ketat pada abad ini mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mengubah

cara mereka menjalankan bisnisnya. Perusahaan harus dapat dengan cepat

mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based

business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business)

agar perusahaan dapat terus bertahan, sehingga karakteristik utama perusahaan

menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan (Zuliyati dan Arya, 2011).

Pada sistem menajemen yang berbasis pengetahuan, modal konvensional

seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aset fisik lainnya menjadi

kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan

teknologi. Salah satu media perusahaan dalam berkomunikasi dengan para

stakeholder melalui penyajian laporan tahunan. Kebutuhan untuk meningkatkan

kualitas penyajian laporan tahunan tidak hanya berupa informasi keuangan

(laporan keuangan) saja tetapi juga informasi non keuangan. Informasi-informasi

tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan stakeholders dan

mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor.

Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012 tanggal

1 Agustus 2012 mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk menyampaikan

(20)

2

memuat (1) ikhtisar data keuangan penting, (2) laporan Dewan Komisaris, (3)

laporan Direksi, (4) profil perusahaan, (5) analisis dan pembahasan manajemen,

(6) tata kelola perusahaan, (7) tanggung jawab sosial perusahaan, (8) laporan

keuangan tahunan yang telah diaudit, dan (9) surat pernyataan tanggung jawab

Dewan Komisaris dan Direksi atas kebenaran isi laporan tahunan. Tujuan dari

laporan tersebut dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi para stakeholder

serta penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dibagi menjadi

dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan

sukarela (voluntary disclosure). Salah satu cara yang digunakan manajemen untuk

meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela.

Perusahaan bebas memilih memberikan informasi yang dianggap relevan dan

mendukung dalam pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan tahunan.

Hal inilah yang menjadikan keberagaman luas pengungkapan sukarela antar

perusahaan. Salah satu informasi yang bersifat sukarela (voluntary) adalah

informasi tentang modal intelektual (intellectual capital).

Informasi tentang intellectual capital cenderung kurang diungkap dalam

laporan tahunan. Kurangnya pengungkapan informasi ini dapat menimbulkan

asimetri informasi antara pihak internal dengan eksternal perusahaan. Perusahaan

memilih untuk mengungkapkan informasi secara sukarela untuk mengurangi

permasalahan tersebut. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa

pengungkapan informasi akan menurunkan risiko ketidakpastian investor untuk

(21)

3

perusahaan. Gibbins dkk (1990) juga berpendapat bahwa pengungkapan sukarela

mampu meningkatkan kualitas dari sebuah laporan tahunan perusahaan.

Pengungkapan intellectual capital secara sukarela menguntungkan karena

beberapa alasan, yaitu dapat mengurangi permasalahan asimetri informasi dan

mempunyai dampak positif pada reputasi perusahaan dan kepercayaan

stakeholders pada manajemen perusahaan. Pelaporan intellectual capital saat ini

menjadi fokus mayoritas dari seluruh stakeholder, karena itulah modal intelektual

menjadi sebuah keunggulan jika perusahaan mampu mengungkapkan informasi

tersebut di dalam laporan tahunannya (Azlina dkk, 2011).

Pendapat mengenai pentingnya intellectual capital didukung oleh Guthrie

dan Petty (2000). Menurutnya perusahaan saat ini semakin menitikberatkan akan

pentingnya knowledge assets (aset pengetahuan). Salah satu pendekatan yang

digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge assets (asset pengetahuan)

adalah intellectual capital. Perusahaan mulai menyadari pentingnya

pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunannya. Pike dkk (2002)

berpendapat bahwa faktor-faktor dominan dalam penilaian perusahaan terutama

perusahaan berbasis teknologi informasi serta perusahaan yang bergerak di bidang

jasa professional adalah intellectual capital. Hal ini jelas bahwa manajer harus

mampu mengelola intellectual capital dengan efektif.

Guthrie dan Petty (2000) menyatakan bahwa laporan tahunan perusahaan

dipandang sebagai sarana perusahaan untuk membangun image dalam ruang

publik. Azlina dkk ( 2011) berpendapat bahwa pengungkapan intellectual capital

(22)

4

dan bukti yang valid mengenai nilai sesungguhnya dari perusahaan serta

selanjutnya akan meningkatkan reputasi perusahaan. Bukh (2003) juga

mengemukakan bahwa pengungkapan intellectual capital dapat menurunkan

tingkat ketidakpastian prospek masa depan perusahaan. Ada beberapa alasan

perusahaan mengungkapkan intellectual capital dalam laporan tahunannya, yaitu

(a) membantu perusahaan dalam memformulasikan strategi manajerial, (b)

membantu proses pembuatan keputusan oleh manajemen dan pemegang saham,

(c) sebagai alat komunikasi dengan stakeholder eksternal (Marr dkk, 2003).

Menurut Pricewaterhouse Coopers (1999) pengungkapan intellectual capital

mampu meningkatkan transparansi kondisi perusahaan serta mampu mendorong

pencapaian visi jangka panjang. Bontis (2002) juga menyatakan bahwa seorang

pembuat keputusan (manajer) harus memiliki ketertarikan pada pelaporan

intellectual capital dengan tujuan, yaitu (1) mengetahui kualitas asset tidak

berwujud perusahaan, (2) mengetahui keterlibatan kemampuan dan perilaku

manusia terhadap kinerja perusahaan.

Perkembangan pengungkapan intellectual capital di Indonesia masih

sedikit. Hal ini dikarenakan intellectual capital merupakan konsep pengetahuan

yang masih relatif baru. Selain itu, karena adanya kesulitan dalam

pengimplementasian intellectual capital di perusahaan yang disebabkan karena

sulitnya melakukan pengungkapan terhadap intellectual capital yang cenderung

bersifat kualitatif (Zulkarnaen dan Mahmud, 2013). Hal menarik untuk melakukan

penelitian ini adalah belum adanya standar yang menetapkan item-item apa saja

(23)

5

sehingga tidak ada kewajiban bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI

untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan modal intelektual.

Konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan

terutama para akuntan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi

yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal

intelektual mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan

pengungkapannya dalam laporan tahunan perusahaan.

Bozzolan dkk (2003) berpendapat bahwa terjadi peningkatan ketidakpuasan

atas pelaporan keuangan tradisional dan kemampuannya untuk menyampaikan

potensi yang dimiliki perusahaan pada investor potensial perusahaan untuk

menciptakan kemakmuran. Banyak penelitian di beberapa negara terkait dengan

pengungkapan intellectual capital dan faktor pendorong perusahaan melakukan

pengungkapan tersebut. Penelitian-penelitian tersebut tidak semuanya

menghasilkan hasil yang sama. Selain karena faktor kondisi perekonomian di

negara-negara tersebut yang berbeda, hal ini juga dikarenakan belum terdapat

pedoman yang baku mengenai pengungkapan intellectual capital di dunia, tetapi

telah banyak peneliti yang mencoba mengembangkan konsep pengungkapan

intellectual capital.

Salah satu faktor yang memengaruhi pengungkapan intellectual capital

dalam laporan tahunan adalah kinerja perusahaan. White dkk (2007) menyatakan

bahwa rasio leverage suatu perusahaan dapat mempengaruhi pengungkapan

intellectual capital. White dkk (2007), Taliyang dkk (2011), Bozzolan dkk (2003),

(24)

6

yang besar cenderung mengungkapkan intellectual capital lebih terperinci

daripada perusahaan dengan aset yang relatif kecil. Perusahaan besar cenderung

memiliki sistem informasi manajemen internal yang baik karena memiliki

bermacam-macam aktivitas unit bisnis, sehingga memiliki motivasi untuk

menyajikan informasi pengungkapan intellectual capital lebih lengkap (Ousama

dkk 2012).

Akhtaruddin dan Hossain (2008) meneliti tingkat pertumbuhan perusahaan

sebagai salah satu faktor kinerja perusahaan yang mampu mempengaruhi tingkat

pengungkapan intellectual capital. Akhtaruddin dan Hossain (2008), dan Taliyang

dkk (2011) mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang

tinggi akan cenderung mengungkapkan intellectual capital pada laporan

tahunannya karena hal ini akan menguntungkan perusahaan di mata stakeholder.

Pemisahan antara ownership pemegang saham dengan manajemen

perusahaan dapat dijadikan sebagai salah satu alasan penentu pengungkapan

intellectual capital. Jensen dan Meckling (1976), Fama dan Jensen (1983),

menyatakan bahwa pemisahan tersebut akan memunculkan konflik karena terjadi

kesenjangan informasi mengenai kondisi perusahaan. Agency theory menekankan

harus ada mekanisme untuk memonitor atau mengawasi perilaku dari manajemen

perusahaan, untuk menurunkan kemungkinan terjadinya konflik antara pemegang

saham dengan manajemen perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) dengan

agency theory menyatakan bahwa tingkat pengungkapan sukarela adalah suatu

cara untuk mengetahui hubungan antara pemegang saham (principal) dengan

(25)

7

untuk memonitor atau mengawasi manajemen perusahaan oleh pemegang saham

untuk memastikan bahwa perilaku manajemen sudah sesuai dengan keinginan dari

pemegang saham. Untuk itu diperlukan suatu konsep yaitu konsep Good

Corporate Governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi

lebih sehat dan menurunkan terjadinya kesenjangan informasi. Penerapan

corporate governance berdasarkan pada agency theory dapat dijelaskan pada

hubungan antara manajemen dengan pemilik, manajemen sebagai agent secara

moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik atau

pemegang saham (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh

kompensasi yang sesuai dengan kontrak.

Keasey dan Wright (1993) menyatakan bahwa corporate governance

merupakan sebuah struktur, proses, budaya dan sistem untuk menciptakan kondisi

operasional yang sukses bagi suatu organisasi. Penelitian tentang pengaruh

corporate governance terhadap pengungkapan intellectual capital juga dilakukan

oleh Li dkk (2008), Ferreira dkk (2012), Al-Hamadeen dan Suwaidan Mishiel

(2014). Mereka menemukan bahwa terdapat hubungan antara penerapan

corporate governance dengan pengungkapan informasi intellectual capital dalam

laporan tahunan perusahaan. Semakin tinggi tingkat implementasi corporate

governance, semakin banyak informasi intellectual capital yang diungkapkan oleh

(26)

8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasaran uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah rasio profitabilitas perusahan berpengaruh pada pengungkapan

intellectual capital?

2) Apakah rasio leverage perusahaan berpengaruh pada pengungkapan

intellectual capital?

3) Apakah proporsi komisaris independen perusahaan berpengaruh pada

pengungkapan intellectual capital?

4) Apakah konsentrasi kepemilikan saham perusahaan berpengaruh pada

pengungkapan intellectual capital?

5) Apakah kualitas audit eksternal perusahaan berpengaruh pada

pengungkapan intellectual capital?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas perusahaan pada

pengungkapan intellectual capital.

2) Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage perusahaan pada

pengungkapan intellectual capital.

3) Untuk mengetahui pengaruh proporsi komisaris independen perusahaan

(27)

9

4) Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kepemilikan saham perusahaan

pada pengungkapan intellectual capital.

5) Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit eksternal perusahaan pada

pengungkapan intellectual capital.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi, memperluas wawasan

dan pengetahuan mahasiswa mengenai faktor-faktor yang berpengaruh

pada pengungkapan intellectual capital. Penelitian ini juga dapat

dijadikan acuan untuk melakukan penelitian di bidang yang sama.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan dan

pertimbangan bagi pihak-pihak terkait. Selain itu, dapat memberikan

informasi guna memperluas pengetahuan mengenai pengungkapan

intellectual capital sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi

(28)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency theory digunakan sebagai grand theory dalam penelitian ini untuk

memperjelas hubungan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan

intellectual capital. Teori keagenan menjelaskan adanya hubungan keagenan atau

kontrak kerja yang melibatkan antara dua pihak. Kontrak kerja terjalin antara

pihak prinsipal dan pihak agen. Teori keagenan menyediakan suatu kerangka

untuk menghubungkan perilaku pengungkapan sukarela terhadap tata kelola

perusahaan, oleh karenanya mekanisme-mekanisme pengendalian dirancang untuk

mengurangi masalah agensi yang timbul dari pemisahan antara pemilik dan

manajemen (Li dkk, 2008).

Menurut Jensen dan Mackling (1976) agen dituntut untuk bertindak sesuai

dengan keinginan pemilik, untuk mencegah masalah keagenan dimana timbul

konflik karena agen akan cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi, maka

akan timbul biaya keagenan (monitoring, bonding, dan residual loss). Biaya

keagenan dapat ditekan dengan kepemilikan saham oleh manajer. Sedangkan

Healy dan Palepu (2000) mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah keagenan

adalah dengan menggunakan peran board of commissioner (dewan komisaris)

(29)

11

Pengungkapan mengenai intellectual capital yang biasa dianggap sebagai

hidden value perusahaan tidak hanya mengacu pada aspek teknis, tetapi lebih

mengidentifikasikan pemicu utama bagi kinerja perusahaan di masa datang

(Arifah, 2011). Oleh karenanya pengungkapan informasi tentang intellectual

capital memainkan peran penting dalam mengurangi asimetri informasi, yang

ditimbulkan dari konflik kepentingan yang potensial terjadi antara para manajer,

yang memilih untuk menyimpan informasi yang ada untuk kepentingan mereka

(Cerbioni dan Parbonetti, 2007).

Jensen dan Meckling (1976) memperlihatkan bahwa pengungkapan

intellectual capital yang lebih besar dapat mengurangi ketidakpastian pada

investor. Oleh karena itu, pengungkapan merupakan mekanisme untuk

mengontrol kinerja manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer didorong untuk

mengungkap voluntary information (informasi sukarela) seperti intellectual

capital disclosure.

2.1.2 Stakeholder Theory

Stakeholder theory digunakan sebagai supporting theory dalam penelitian

ini. Stakeholder theory menyatakan bahwa manajemen organisasi diharapkan

melakukan aktivitas yang dilakukan pemegang saham dan pemegang saham

berhak untuk mengetahui informasi tentang aktivitas perusahaan yang

memengaruhi mereka, bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan

informasi tersebut dan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan

(30)

12

Menurut Guthrie dkk (2006), laporan tahunan merupakan cara yang paling

efisien bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan kelompok stakeholder yang

dianggap memiliki ketertarikan dalam pengendalian aspek-aspek strategistertentu

dari organisasi. Dalam penelitian ini, stakeholder theory meyakinkan bahwa

manajemen organisasi harus melaporkan seluruh aktivitas perusahaan kepada

pihak stakeholder termasuk informasi mengenai asset yang tidak berwujud

melalui pendekatan intellectual capital.

Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan, keberadaan dewan

komisaris menjadi penting karena didalam praktik sering ditemukan transaksi

yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan

pemegang saham publik (pemegang saham mayoritas) serta stakeholder lainnya.

Menurut Bukh (2003) pengungkapan intellectual capital didasarkan pada

kepercayaan bahwa perusahaan mempublikasikan informasi non keuangan yang

lebih luas dalam rangka mengurangi information gap. Sehingga keberadaan

dewan komisaris berpengaruh terhadap berkurangnya asimetri informasi antara

manajemen dengan stakeholder melalui pengungkapan intellectual capital.

2.1.3 Signaling Theory

Signaling theory merupakan teori yang menunjukkan adanya asimetri

informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan informasi perusahaan (Healy dan Palepu, 2000). Teori ini juga

menjelaskan bahwa manajemen mengungkapkan informasi sukarela berupa

informasi pengungkapan intellectual capital ke pasar modal meskipun tidak ada

(31)

13

capital diperlukan sebagai gambaran bahwa perusahaan memiliki reputasi yang

baik dari sisi pelaporan keuangan perusahaan (Ghasempour dan Yusof, 2014).

Menurut Taliyang (2011) signaling theory mengemukakan tentang

bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna

laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah

dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat

berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut

lebih baik daripada perusahaan lain. Signaling theory menjelaskan bahwa

pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.

Menurut Restuti (2006) keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi

yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi

tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika

manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa

mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan.

Taliyang (2011) berpendapat bahwa signaling theory mampu menjelaskan

perusahaan yang menghasilkan profit lebih tinggi akan mengungkapkan

intellectual capital lebih lengkap pada laporan tahunan daripada perusahaan yang

profitnya rendah. Signaling theory didasarkan pada dua asumsi (Myers dan

Majluf, 1984). Pertama, manajer memiliki informasi yang lebih lengkap

dibandingkan pemegang saham atau stakeholder lainnya mengenai kondisi

perusahaan. Kedua, manajer cenderung akan memilih informasi yang akan

diumumkan ke publik sebagai sinyal terhadap kondisi perusahaan (Taliyang,

(32)

14

2.1.4 Pengungkapan Intellectual Capital

Definisi intellectual capital yang ditemukan dalam berbagai literatur cukup

kompleks dan beragam. Menurut William (2000) intellectual capital adalah

informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk

menciptakan nilai. Definisi ini menekankan pada kemampuan modal intelektual

dalam menciptakan nilai. Mouritsen dkk (2001) berpendapat bahwa intellectual

capital merupakan masalah pengetahuan organisasi yang luas dan bersifat unik

bagi perusahaan sehingga memungkinkan perusahaan secara terus menerus

beradaptasi dengan kondisi yang selalu berubah. Sementara itu, Stewart (1997)

mendefinisikan intellectual capital sebagai intellectual material, yang meliputi

pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, dan pengalaman yang dapat

digunakan secara bersama untuk menciptakan kekayaan (wealth).

Sebagian besar peneliti membagi intellectual capital menjadi tiga elemen

utama (Bozzolan, 2006), (Oliveira dkk, 2006), (Ferreira, 2012), (Al-Hamadeen,

2014), (Kateb, 2014), yaitu human capital, struktural capital atau organizational

capital, dan relational capital. Elemen pertama intellectual capital, yaitu human

capital yang merupakan lifeblood dalam intellectual capital dan sebagai sumber

inovasi dan pengembangan. Human capital meliputi sumber daya manusia dan

mencakup beberapa hal seperti pendidikan, pengetahuan dan kompetensi yang

berhubungan dengan pekerjaan, dan karakteristik lainnya yang dimasukkan dalam

elemen karyawan.

Kedua, structural capital atau organizational capital yang merupakan

(33)

15

strukturnya, yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja

intellectual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan yang mencakup

dua elemen penting, yaitu intellectual property dan infrastrukture asset. Elemen

pertama, intellectual property dilindungi oleh hukum (paten, hak cipta, dan merk

dagang). Sedangkan elemen kedua adalah infrastrukture asset, merupakan elemen

intellectual capital yang dapat diciptakan di dalam perusahaan atau dimiliki dari

luar (budaya perusahaan, management process, sistem informasi, networking

system).

Elemen yang ketiga adalah relational capital. Elemen ini merupakan

komponenen intellectual capital yang memberikan nilai secara nyata. Relational

capital merupakan hubungan baik antara perusahaan dengan stakeholder eksternal

yang berbeda, meliputi elemen-elemen seperti pelanggan jaringan distribusi,

kolaborasi bisnis, perjanjian franchise, dan sebagainya.

2.1.5 Profitabilitas

Gibson (2006) mengemukakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dinilai berdasarkan atas aset

penjualan dan investasi. Profitabilitas dalam kegiatan operasi merupakan fokus

utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Laba menjadi indikator kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta

merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan yang berkaitan

dengan prospek perusahaan di masa datang. Perusahaan dengan berita buruk atau

merugi cenderung tidak mengungkapkan informasi tersebut ke pasar agar nilai

(34)

16

akan berusaha menyampaikan informasi tersebut ke pasar dalam bentuk

pengungkapan sukarela yang lebih lengkap dalam laporan tahunan dengan tujuan

untuk memberikan dampak yang positif terhadap nilai perusahaan. Jika

pengungkapan berita baik itu tidak dilakukan, pasar akan menerjemahkannya

sebagai berita buruk sehingga berdampak pada penilaian perusahaan yang terlalu

rendah (Nugraheni, 2012).

Khlif dan Souissi (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

pengungkapan intellectual capital dengan tingkat profitabilitas perusahaan.

Kinerja perusahaan yang tinggi akan membuat manajer lebih mudah meyakinkan

pemegang saham mengenai kondisi perusahaan. Manajemen akan cenderung

menggunakan pengungkapan sukarela untuk merefleksikan kondisi perusahaan.

Perusahaan yang profitable memiliki sumber dana yang cukup untuk

mengungkapkan informasi sukarela intellectual capital. Li dkk (2008)

berargumen bahwa tingkat profitabilitas dapat dijadikan sebagai acuan dalam

pengungkapan intellectual capital dan cenderung menggunakan pengungkapan

intellectual capital sebagai sinyal kepada investor bahwa kondisi perusahaan

sedang cerah.

2.1.6 Leverage

Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan

hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditur,

bukan dari pemegang saham ataupun investor. Teori agensi juga digunakan untuk

menjelaskan hubungan antara leverage perusahaan dengan pengungkapan laporan

(35)

17

potensi untuk mentransfer kekayaan dari debtholder kepada pemegang saham dan

manajer pada perusahaan yang mempunyai tingkat ketergantungan utang sangat

tinggi, sehingga menimbulkan cost agency yang tinggi.

Perusahaan yang memiliki proporsi utang yang tinggi dalam struktur

modalnya akan menanggung biaya keagenan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan perusahaan yang proporsi hutangnya kecil. Untuk mengurangi cost agency

tersebut, manajemen perusahaan dapat mengungkapkan lebih banyak informasi

yang diharapkan dapat semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya

tingkat leverage. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio

leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena

biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen

dan Mackling, 1976).

2.1.7 Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki

hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau pemegang

saham pengendali atau hubungan lain yang dapat memengaruhi kemampuannya

untuk bertindak independen (Sari, 2012). Teori agensi mendasarkan hubungan

antara pemegang saham dan manajer. Perbedaan kepentingan menyebabkan

terjadinya asimetri informasi (information gap) antara pemilik dan manajer

perusahaan. Keberadaan komisaris independen menjadi penting, karena di dalam

praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang

mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas)

(36)

18

menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayaan usaha. Fama dan Jensen

(1983) menyatakan bahwa non-executive commissioner (komisaris independen)

dapat bertindak sebagai penengah jika terjadi perselisihan diantara manajer

internal sehingga pengawasan kebijakan manajemen serta pemberian nasihat

kepada manajemen dapat dilaksanakan. Komisaris independen merupakan posisi

yang baik dalam melaksakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang

memiliki good corporate governance.

2.1.8 Konsentrasi Kepemilikan Saham

Konsentrasi kepemilikan adalah sejumlah saham perusahaan yang tersebar

dan dimiliki oleh beberapa pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976)

menyatakan bahwa manajer perusahaan yang tingkat kepemilikannya terhadap

perusahaan tersebut tinggi, maka kemungkinan untuk melakukan

diskresi/ekspropriasi terhadap sumber daya perusahaan akan berkurang. Masalah

agensi dapat memburuk apabila presentase saham perusahaan yang dimiliki oleh

manajer sedikit.

Menurut Oliveira dkk (2006), Firer dan Williams (2015) menyatakan bahwa

tingginya ownership concentration dapat diasumsikan bahwa tingginya

konsentrasi kepemilikan saham akan ditemui pada kondisi dimana hak milik tidak

mampu dilindungi oleh negara. Dengan tidak adanya perlindungan dari negara,

maka pengendali perusahaan akan mendapatkan kekuasaan (power) melalui

voting right. Kekuasaan itu berguna mempengaruhi negosiasi dan pelaksanaan

kontrak-kontrak perusahaan terhadap para stakeholder, termasuk pemegang

(37)

19

pemerintah. Disisi lain akan berdampak negatif karena negara tidak dapat

melindungi hak pribadi, dimana tingginya konsentrasi kepemilikan perusahaan

khususnya dominasi oleh group bisnis keluarga akan menghadapi kendala berupa

lemahnya sistem hukum, penegakkan hukum, dan korupsi. Darmawati (2006)

menyebutkan dengan semakin terkonsentrasinya kepemilikan perusahaan, maka

pemegang saham mayoritas akan semakin menguasai perusahaan dan semakin

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Ferreira (2012) menyatakan bahwa

dengan tingginya level konsentrasi kepemilikan saham, para pemegang saham

kecil akan mencari cara lain untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan

diluar laporan tahunan.

2.1.9 Kualitas Audit Eksternal

Pengauditan adalah salah satu cara untuk menurunkan agency cost (Watts

dan Zimmerman, 1979) serta mampu meningkatkan kredibilitas pengungkapan

suatu informasi. Azizkhani dkk (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang

diaudit oleh KAP Big Four memiliki kualitas audit yang lebih tinggi

dibandingkan jika diaudit oleh KAP Non Big Four. Perusahaan yang memiliki

agency cost yang tinggi akan cenderung memilih KAP yang lebih berkualitas.

Hakim dan Omri (2010) berpendapat bahwa KAP Big Four memiliki sumber daya

yang lebih baik dari KAP Non Big Four sehingga memiliki kualitas audit yang

lebih baik pula. Oliveira dkk (2006) serta Ferreira dkk (2012) menyatakan bahwa

perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki tingkat pengungkapan yang

(38)

20

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

White dkk (2007) menginvestigasi sifat dan tingkat pengungkapan

intellectual capital pada perusahaan bioteknologi. Mereka berpendapat bahwa

pelaporan intellectual capital terhadap asset perusahaan tidak berwujud adalah

salah satu cara untuk menjembatani kesenjangan informasi antara manajer dan

pemilik perusahaan. Penelitian ini menggunakan 78 item pengungkapan

intellectual capital secara sukarela yang dikembangkan oleh Bukh dkk (2005).

Terdapat enam pengukuran tingkat pengungkapan intellectual capital yang

dilakukan oleh Bukh dkk, yaitu employes, customer, information technology,

processes, research and development, dan strategic statement. Dalam studi yang

dilakukan oleh White dkk varibel independennya berupa board independence,

ownership concentration, age of the company and leverage. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 96 perusahaan yang terdaftar di Bursa

Saham Australia. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat korelasi positif

antara tingkat pengungkapan intellectual capital terhadap board independence,

firm age, firm size dan the level of leverage. Tidak terdapat korelasi antara tingkat

pengungkapan dengan tingkat konsentrasi kepemilikan saham, hal ini

mengindikasikan bahwa pemegang saham institusi tidak mempengaruhi

manajemen dan akuntabilitas dewan direksi. Penelitian ini juga menemukan

bahwa board independence dan leverage hanya berpengaruh pada tingkat

pengungkapan dalam perusahaan bioteknologi beraset besar.

Taliyang dan Jusop (2011) meneliti mengenai tingkat pengungkapan

(39)

21

capital dengan variabel corporate governance di Bursa Efek Malaysia. Variabel

independen yang diuji pada penelitian ini, yaitu board composition, role duality,

size of audit committee dan frequency meeting of audit committee. Sampel yang

digunakan sebanyak 150 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia pada lima

industri antara lain information technology, consumer product, industrial product,

trading/service dan finance. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

regresi Ordinary Last Square (OLS). Hasil penelitian dengan menggunakan uji

dua sisi ditemukan bahwa hanya variabel frequency of audit meeting yang

signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa audit meeting dapat

mendorong dewan direksi untuk mengungkapkan informasi mengenai intellectual

capital pada laporan tahunan (annual report). Hasil R-squared pada penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel corporate governance yang digunakan hanya

mampu menjelaskan 16,9% tingkat pengungkapan intellectual capital pada

perusahaan Malaysia.

Bukh dkk (2005) menganalisa mengenai tingkat pengungkapan intellectual

capital (informasi non keuangan) pada aktivitas IPO perusahaan yang ada di

Denmark. Penelitian ini menggunakan laporan tahunan perusahaan periode tahun

1999 sampai 2001. Metodologi yang digunakan adalah dengan menganalisis 78

item tingkat pengungkapan. Variabel independen yang digunakan adalah industry

differences, managerial ownership before the IPO, company size dan company

age. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat manajerial ownership sebelum

aktivitas IPO dan industry differences berpengaruh pada tingkat pengungkapan

(40)

22

industri memegang peranan penting bagi manajemen untuk menentukan informasi

apa saja yang harus diuangkapkan khususnya informasi mengenai pengungkapan

intellectual capital.

Taliyang dkk (2011) mengidentifikasi tingkat pengungkapan intellectual

capital di Bursa Malaysia. Variabel yang diuji adalah age, size, leverage,

profitability, ownership concentration, dan growth. Sampel yang digunakan

sebanyak 150 perusahaan terdaftar di Bursa Malaysia. Ordinary Least Square

(OLS) digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan empat

variabel signifikan secara statistik diidentifikasi sebagai faktor penentu tingkat

pengungkapan intellectual capital pada perusahaan di Malaysia. Variabel age,

size, ownership concentration dan growth berpengaruh secara signifikan terhadap

pengungkapan intellectual capital. Sedangkan variabel leverage dan profitability

secara signifikan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital.

Bozzolan dkk (2003) meneliti mengenai pengungkapan intellectual capital

pada perusahaan Italia. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui

konten-konten pengungkapan intellectual capital dan faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku pengungkapan intellectual capital. Variabel independen yang digunakan

adalah industry dan size. Sampel yang digunakan terdiri dari 30 perusahaan non

keuangan yang terdaftar di Italian Stock Exchange. Metode yang digunakan untuk

menganalisa pengungkapan intellectual capital adalah analisis konten. Bozzolan

dkk, menggunakan tiga kategori dalam pembuatan kerangka intellectual capital

yang terdiri dari internal structure (intellectual property dan infrastructure

(41)

23

penelitian ini menemukan bahwa variabel industry dan size berpengaruh secara

signifikan dalam perilaku pengungkapan intellectual capital.

Li dkk (2012) menggunakan data 100 perusahaan yang terdaftar di London

Stock Exchange dalam meneliti hubungan antara karakteristik komite audit

dengan pengungkapan intellectual capital. Dalam pengukuran pengungkapan

intellectual capital. Li dkk. (2012) menggunakan 61-IC-item yang dikembangkan

oleh Li dkk (2008). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hubungan

antara tingkat pengungkapan intellectual capital dengan karakteristik audit

komite. Hasil penelitian ini menemukan bahwa audit komite berpengaruh positif

terhadap pengungkapan intellectual capital.

Wijana dkk (2013) meneliti mengenai faktor penentu perilaku

pengungkapan sukarela intellectual capital pada perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran

perusahaan, tingkat utang, tingkat konsentrasi kepemilikan saham, umur

perusahaan, profitabilitas, tipe industri, dan reputasi auditor. Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) dan Pooling

Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran

perusahaan, tipe industri, dan reputasi auditor secara signifikan berpengaruh

Referensi

Dokumen terkait

Engkau memohon kepada Allah, agar menjadikanmu dan diriku bersama orang-orang yang diberikan kenikmatan, dan dijauhi dari jalan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan

Kuadran III, wilayah yang memuat item-item dengan tingkat kepentingan.. yang relatif rendah dan kenyataan kinerjanya tidak terlalu

Mengingat hubungan yang telah established antara premi CDS dengan variabel ekonomi makro melalui variabel penentu harga (jatuh tempo, volatilitas, suku bunga bebas risiko, dsb)

Yayasan Miastenia Gravis Indonesia (YMGI) selaku support group utama sampai saat ini masih mengupayakan pendataan yang maksimal terkait jumlah pasien dengan

PAOK PAMPANG KEC... DAMES DAMAI

Sebagai negara yang secara geografis berada di kawasan Asia Tenggara sangat logis jika Indonesia menjadikan ASEAN sebagai salah satu fokus utamanya, demikian pula

Gambar 2.2 DFD Leve menjelaskan tentang proses melakukan kegiatan input data taksiran data gadai yang akan database dan kemudian mela transaksi pembayaran dan melewati