• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Yang Melatarbelakangi Keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) Pengguna Heroin Dalam Mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Yang Melatarbelakangi Keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) Pengguna Heroin Dalam Mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KEIKUTSERTAAN WBP (WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN) PENGGUNA HEROIN DALAM

MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM) DI POLIKLINIK LAPAS KLAS IIA DENPASAR

GUSEKA ARYA CYUTA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KEIKUTSERTAAN WBP (WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN) PENGGUNA HEROIN DALAM

MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM) DI POLIKLINIK LAPAS KLAS IIA DENPASAR

GUSEKA ARYA CYUTA NIM. 1220025089

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KEIKUTSERTAAN WBP (WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN) PENGGUNA HEROIN DALAM

MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM) DI POLIKLINIK LAPAS KLAS IIA DENPASAR

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

GUSEKA ARYA CYUTA NIM. 1220025089

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipesentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 1 Juli 2016

Tim Penguji Skripsi Ketua (Penguji I)

dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH NIP. 19800911 200604 2 026

Anggota (Penguji II)

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 1 Juli 2016

Pembimbing

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat Beliau, skripsi yang berjudul “Faktor Yang Melatarbelakangi Keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) Pengguna Heroin Dalam Mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar” dapat saya selesaikan tepat waktu dengan hasil yang jauh dari sempurna.

Dalam penyusunan skripsi ini berbagai bantuan, petunjuk, serta saran dan masukan penulis dapatkan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

2. dr. Desak Putu Yuli Kurniati, M.K.M. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan saran yang positif dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Sunarto B., Bc.IP, SH selaku Kepala Lapas Klas IIA Denpasar yang telah memberikan ijin untuk penelitian skripsi dan bimbingannya di Lapas Klas IIA Denpasar.

4. Bapak dr. Anak Agung Gede Hartawan sebagai pembimbing lapangan (PL) di Lapas yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan sarannya dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi ini.

(7)

A.Md.Kep atas bimbingan, arahan, informasi, serta saran-sarannya dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Teman-teman Peminatan Promosi Kesehatan yang selalu kompak dan saling membantu dalam pengerjaan skripsi penelitian ini.

7. Teman-teman IKM’12 yang selalu kompak dalam memberi motivasi kepada sesama.

8. Teman dekat: Erma, Astri, Edi, Wira, Vany, dan Eka Purni yang selalu mendukung, memberikan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Keluarga: bapak, ibu dan adik yang selalu sabar membimbing dan memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

10. Orang terkasih Ida Ayu Mas Suryani, S.Ked yang selalu menemani secara psikologis dan pihak-pihak yang turut mendukung baik secara moral maupun material, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Denpasar, 1 Juli 2016

(8)

viii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN SKRIPSI JUNI 2016

GUSEKA ARYA CYUTA

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KEIKUTSERTAAN WBP (WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN) PENGGUNA HEROIN DALAM

MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM) DI POLIKLINIK LAPAS KLAS IIA DENPASAR

ABSTRAK

Lapas Klas IIA Denpasar merupakan lembaga pemasyarakatan terbesar di Bali. PTRM merupakan program harm reduction penggunaan heroin. Pengguna heroin yang mengikuti PTRM di lapas hanya 24%. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keikutsertaan PTRM. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah melihat faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP pengguna heroin pada PTRM di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain Rapid Assessment

Procedure yang pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Total sampel berjumlah 18 orang dan data dikumpulkan dari wawancara mendalam dan FGD.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan narkoba di lapas bervariasi dari heroin, ganja, shabu-shabu, dan ectasy. Pelayanan Poliklinik yang ada di lapas sudah sesuai prosedur untuk PTRM. WBP yang mengikuti PTRM memperoleh informasi dari teman dan petugas Poliklinik terkait PTRM sehingga WBP merasakan adanya dukungan sosial dari petugas poliklinik dan tidak terpengaruh hasutan orang lain. Niat mengikuti PTRM muncul karena manfaat yang dirasakan dari PTRM, motivasi tinggi untuk sembuh, dan menekan munculnya sakaw.

Faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan dalam PTRM adalah niat, dukungan sosial, keterjangkauan informasi, aksi situasi, dan otonomi pribadi namun masih ada kendala yang harus diperbaiki dari kurangnya informasi, keberadaan konseling, dan ketersediaan obat pendukung PTRM di lapas.

(9)

COMMUNITY HEALTH STUDIES PROGRAM FACULTY OF MEDICINE

UDAYANA UNIVERSITY

HEALTH PROMOTION DEPARTEMENT MINOR THESIS JUNI 2016

GUSEKA ARYA CYUTA

FACTORS WHICH ASPECTS INFLUENCED THE PARTICIPATION OF WBP (RESIDENTS ASSISTED

IN CORRECTIONAL) HEROIN USERS IN METHADONE THERAPY PRO GRAM RUMATAN (PTRM)

IN POLYCLINICS LAPAS KLAS IIA DENPASAR ABSTRACT

Lapas Klas IIA Denpasar is the largest correctional facility in Bali. PTRM harm reduction program is the use of heroin. Heroin users who follow the PTRM in Lapas only 24%. Many factors can affect the PTRM participation. Therefore the purpose of this research is looking at the factors which aspects influenced the participation of heroin users in the PTRM WBP at the Polyclinic Lapas Klas IIA Denpasar.

This research was qualitative research with the design of Rapid Assessment Procedure which sampling purposive sampling technique was done with. Total sample numbered 18 people and data gathered from in-depth interviews and FGD.

The results showed the use of drugs in Lapas varied from heroin, marijuana, shabu shabu, and ectasy. The existing Clinic services in accordance to the procedure already Lapas PTRM. WBP which follow the PTRM obtain information from friends and officers so that the PTRM WBP related Clinic feel any social support from officers of the polyclinics and unaffected incitement of others. The intentions followed the PTRM appeared because of the perceived benefits of the PTRM, high motivation to recover, and suppress the emergence of sakaw.

Factors which aspects influenced the participation in the PTRM is intention, social support, affordability of information, action situations, and personal autonomy but there are still obstacles to be repaired from the lack of information, counselling, and the existence of drug availability in the PTRM Lapas supporters.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... iv

HALAMAN JUDUL………ii

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI……….iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN………..iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN………..v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Umum ... 5

1.4.2 Tujuan Khusus ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJUAN PUSTAKA... 8

2.1 PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) ... 8

2.1.1 Pengertian PTRM ... 8

(11)

2.1.3 Manfaat Terapi Metadon ... 9

2.1.4 Efek Pemberian Metadon pada PTRM ... 10

2.1.5 Kelemahan Metadon pada PTRM ... 10

2.2 Rehabilitasi ... 10

2.2.1 Definisi ... 10

2.2.2 Manfaat Rehabilitasi ... 11

2.2.3 Model Pelayanan Rehabilitasi Narkoba ... 12

2.3 Perilaku ... 13

2.3.1 Snehandu Kar Model... 14

BAB III KERANGKA TEORI DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18

3.1 Kerangka Teori ... 18

3.2 Variabel Penelitian ... 19

3.3 Definisi Istilah Variabel ... 20

BAB IV METODE PENELITIAN ... 22

4.1 Karakteristik Penelitian ... 22

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

4.3 Peran Peneliti ... 23

4.4 Strategi Pengumpulan Data ... 23

4.5 Analisis Data ... 30

4.6 Strategi Validasi Data ... 32

BAB V HASIL PENELITIAN... 34

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian... 34

5.2 Karakteristik Informan ... 35

5.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Narkoba ... 37

5.4 Niat WBP Mengikuti PTRM ... 39

5.5 Keterjangkauan Informasi ... 41

5.6 Dukungan Sosial ... 43

5.7 Situasi Aksi ... 45

5.8 Otonomi Pribadi ... 47

(12)

xii

6.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Narkoba ... 49

6.2 Niat WBP Mengikuti PTRM ... 51

6.3 Keterjangkauan Informasi ... 52

6.4 Dukungan Sosial ... 53

6.5 Situasi Aksi ... 54

6.6 Otonomi Pribadi ... 57

6.7 Kelemahan Penelitian ... 61

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 62

7.1 Simpulan ... 62

7.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Istilah Variabel ... 19

Tabel 4.1 Gambaran Strategi Pengumpulan Data ... 28

Tabel 5.1 Karakteristik Informan………34

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Snehandu Kar Model ... 13 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor yang Melatarbelakangi

Keikutsertaan WBP dalam PTRM (Berdasarkan teori Snehandu Kar) ... 18 Gambar 6.1 Keterkaitan Faktor terhadap keikutsertaan WBP dalam

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian.

Lampiran 2. Lembar Informasi FGD dan Wawancara Mendalam. Lampiran 3. Pedoman Foccus Group Disccusion.

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Mendalam.

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Mendalam Koordinator Divisi Metadon dan Penanggung Jawab Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar.

Lampiran 6. Keterangan Kelaikan Etik.

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

PTRM : Program Terapi Rumatan Metadon WBP : Warga Binaan Pemasyarakatan BNN : Badan Narkotika Nasional

CIPP : Context, Input, Process dan Product

RAP : Rapid Assessment Procedure

WM : Wawancara Mendalam FGD : Focus Group Discussion

RSKO : Rumah Sakit Ketergantungan Obat LAPAS : Lembaga Pemasyarakatan

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di beberapa negara ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan jenis obat-obatan terlarang yaitu, seperti Dadah (Malaysia/Brunei), Drugs (Inggris), Shabu-shabu (Philipina), Krengjen (Kamboja), Kabak (Turki/Amerika Latin), Dagga

(Afrika Selatan), D’joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

(Indonesia) (Setiawan, 2008). Jenis Narkoba sangat beragam, Narkoba adalah zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contoh narkotika yang terkenal seperti ganja, kokain, morfin, amfetamin, heroin (Pantjalina dkk, 2013).

Penyalahgunaan obat di dunia pada tahun 2005/2006 diperkirakan mencapai sekitar 200 juta orang, dan pada tahun 2006/2007 meningkat menjadi sekitar 208 juta orang. Dengan fakta ini, maka diperkirakan tingkat pertumbuhan penyalahguna narkoba di dunia telah mencapai 4% per tahun. Kasus narkoba di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2005-2011. Kasus narkoba yang telah di ungkap Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2010 sebanyak 23.531 kasus, dan pada tahun tahun 2011 sejumlah 26.500 kasus. Jika diakumulasikan secara keseluruhan kasus Narkotika dan Psikotropika yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2005-2011 terjadi kenaikan rata-rata 56,8% per tahun (BNN 2010-2014).

(18)

2

bahwa penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba diluar keperluan medis tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum. Perkembangan penyalahgunaan narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang mengancam kehidupan masyarakat bangsa dan negara (Setiawan, 2008).

Bali sendiri menjadi salah satu daerah yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba. Bali dalam perkembangannya menjadi daerah yang terbuka bagi transaksi dan peredaran berbagai jenis narkoba. Jumlah kasus Narkoba di Bali yang terungkap pada Tahun 2012 sudah mencapai 862 kasus dan menduduki peringkat ke 10 dari 33 provinsi yang ada (Kemenkes RI, 2014). Jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih dari itu, mengingat maraknya peredaran narkoba di Bali. Pada Tahun 2014 kasus narkoba yang terungkap di Kota Denpasar berjumlah 191 kasus. Untuk bulan Januari Tahun 2015 saja, jumlah kasus narkoba di Kota Denpasar sudah mencapai 37 kasus (BNN Kota Denpasar, 2015).

Lapas Klas IIA Denpasar merupakan satu-satunya lembaga pemasyarakatan yang mengayomi dua kabupaten maupun kota, yakni Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Jenis kasus terbanyak yang terdapat di Lapas Klas IIA Denpasar pada bulan Januari - November 2015 adalah kasus narkoba, baik pelaku sebagai pengedar, pengguna, maupun pengedar sekaligus pengguna. Kasus terbanyak lainnya yaitu pencurian, keimigrasian, penggelapan, pembunuhan, perjudian, penganiayaan, penipuan, korupsi, dan perlindungan anak. Jumlah WBP pada bulan Januari – November 2015 sebanyak 753 orang, sebanyak 51,4% terdata sebagai kasus narkoba dengan rincian laki-laki sebanyak 87,3% sedangkan perempuan 12,6% (Data Administrasi Lapas Klas IIA, 2015).

(19)

3

dengan penggunaan napza suntik terutama untuk pengendalian epidemi HIV. Salah satu program tersebut adalah program terapi rumatan metadon (PTRM) (Kemenkes RI, 2012). PTRM bertujuan untuk menurunkan risiko yang dibuat karena penggunaan heroin dan memperbaiki kualitas hidup. Selain itu tujuan PTRM yaitu mengurangi risiko pecandu opiat melalui penggunaan heroin suntik, meningkatkan kepercayaan diri pecandu bahwa mereka mampu menjalani proses perubahan perilaku, dari perilaku pengguna berisiko menjadi kurang berisiko atau tidak berisiko (Kemenkes RI, 2012).

Heroin merupakan substansi terbesar yang disalahgunakan. Sebagian besar orang yang menggunakan heroin paling tidak juga menggunakan satu macam zat lainnya, hampir sebagian besar menggunakan tiga macam zat. Orang yang ketergantungan ganja memiliki risiko tiga kali lebih besar ketergantungan heroin. Orang yang ketergantungan kokain memiliki risiko 15 kali lebih besar ketergantungan heroin. Orang yang ketergantungan obat-obat golongan opioid

memiliki risiko 40 kali lebih besar ketergantungan heroin (CDC, 2015).

(20)

4

dapat masuk kedalam lapas dengan cara memperketat penjagaan di ruang besukan dan tempat lain yang diyakini sebagai jalur akses pengiriman narkoba ke dalam lapas. Namun hal tersebut belum maksimal untuk membuat WBP yang memiliki riwayat penggunaan heroin untuk mengikuti PTRM di poliklinik lapas.

Secara umum perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut teori snehandu kar model, perilaku dipengaruhi oleh lima faktor yaitu niat, keterjangkauan informasi, situasi aksi, dukungan sosial, dan otonomi pribadi. Perilaku WBP di lapas untuk mengikuti PTRM sesuai dengan teori snehandu kar

model belum pernah diteliti namun penelitian Wahyu Winoto (2009) dalam Rodiyah (2011) menyebutkan perilaku pasien pengguna heroin untuk mengikuti PTRM dipengaruhi oleh motivasi, tingkat keyakinan terhadap program (Self Efficacy), dukungan keluarga, beralihnya pasien ke narkoba jenis lain dan lain-lain. Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut serta menggali informasi lebih dalam mengenai faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP pengguna heroin pada program terapi rumatan metadon (PTRM) di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

(21)

5

Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM) di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Faktor apa yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM) di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM) di Poliklinik Lapas Klas IIA Denpasar.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk menggambarkan perilaku penggunaan narkoba oleh WBP di Lapas Klas IIA Denpasar.

2. Untuk mengetahui niat WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar.

3. Untuk mengetahui ketersediaan informasi bagi WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar.

4. Untuk mengetahui dukungan sosial terhadap WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar.

5. Untuk mengetahui situasi aksi Poliklinik terhadap WBP pengguna heroin dalam mengikuti PTRM di Lapas Klas IIA Denpasar.

(22)

6

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan kontribusi terhadap khasanah keilmuan di bidang promosi kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM). 2. Sebagai acuan dalam pengembangan penelitian ilmiah lainnya yang

berhubungan dengan faktor yang melatarbelakangi keikutsertaan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) pengguna heroin dalam mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM).

3. Bagi Institusi Pendidikan, laporan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya serta sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program intervensi maupun program promosi kesehatan pada PTRM.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil tindakan untuk mendukung program harm reduction (PTRM) khususnya pada

kelompok penasun atau pengguna heroin.

2. Bagi masyarakat, laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai refrensi dan informasi terkait dengan PTRM.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(23)

7

(24)

8 BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) 2.1.1 Pengertian PTRM

Metadon pertama kali dikembangkan di Jerman pada akhir tahun 1937. Metadon adalah suatu agonis opioid sintetik yang kuat dan diserap dengan baik secara oral dengan daya kerja jangka panjang, digunakan secara oral dibawah supervisi dokter dan digunakan untuk terapi pengguna heroin (Ismi, 2014). Saat ini WHO memberikan upaya pencegahan dengan program Harm Reduction atau pengurangan dampak buruk, program ini adalah program yang memberikan layanan rumatan atau pemeliharaan yang diberikan kepada penasun, yaitu dengan menyediakan dan memberikan metadon (sebagai obat legal) yang dikonsumsi secara oral (dengan cara diminum), sebagai pengganti narkoba (obat illegal) yang biasanya dikonsumsi dengan cara menyuntikkan ke tubuh. Program ini merupakan program pemeliharaan jangka panjang yang dapat diberikan hingga 2 tahun atau lebih (Adriana, 2014).

Menurut penelitian (Andita, 2012) Terapi substitusi metadon atau PTRM ini memiliki banyak komponen yang bertujuan mengubah perilaku pengguna berisiko menjadi kurang atau tidak berisiko. Beberapa komponen di dalam PTRM ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberian metadon.

(25)

9

pelayanan kesehatan atau penyelenggara PTRM. Pasien dapat mengikuti konseling tersebut jika dianggap perlu oleh petugas kesehatan.

3. Program pencegahan kekambuhan (relapse prevention program). 2.1.2 Tujuan Terapi Metadon

Menurut buku pedoman metadon, penggunaan metadon bertujuan untuk mengurangi penggunaan narkoba yang disuntikkan, sehingga jumlah penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang, selain itu metadon juga dapat meningkatkan fungsi psikologis dan sosial, mengurangi risiko kematian dini, mengurangi tindak kriminal karena tingkat kecanduan yang dapat menyebabkan seorang pengguna menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapatkan, misalnya dengan mencuri atau merampok dapat ditekan, selain itu metadon juga bertujuan untuk mengurangi dampak buruk akibat penyalahgunaan narkoba itu sendiri (Preston, 2006).

2.1.3 Manfaat Terapi Metadon

(26)

10

metadon juga dapat diikuti dan disertai konseling dan perawatan medis (Preston, 2006).

2.1.4 Efek Pemberian Metadon pada PTRM

Efek metadon terhadap setiap orang berbeda-beda, namun ada efek lain yaitu efek yang akan menyebabkan perubahan suasana hati yang tidak begitu kuat, tetapi masa kerjanya lebih panjang dibandingkan dengan heroin, metadon juga dapat menyebabkan cepat mengantuk, mual dan muntah serta metadon dapat mengurangi segala bentuk sakit fisik. Metadon juga menyebabkan pelepasan histamine (suatu zat kimia) yang biasanya dikeluarkan pada saat terjadinya alergi, yang akan menimbulkan produksi keringat meningkat, kulit merah-merah, tubuh terasa gatal dan penyempitan udara pernafasan. Efek lain dari metadon juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan frekuensi atau tidak adanya menstruasi, buang air besar menjadi jarang, penurunan rangsangan seksual, penurunan tenaga disertai dengan berkeinginan untuk memakan-makanan yang manis-manis (Preston, 2006).

2.1.5 Kelemahan Metadon pada PTRM

Kelemahan dari metadon karena sifatnya yang sama dengan heroin, maka penyalahgunaan dapat terjadi. Metadon harus diminum di depan petugas setiap harinya, oleh karena klien dapat kemungkinan lari dari terapi. Tidak bisa begitu saja bepergian atau berlibur (Preston, 2006).

2.2 Rehabilitasi 2.2.1 Definisi

(27)

11

tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misalnya pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat.

Menurut penelitian Risdiyanto (2014) pada abad pertengahan di masyarakat feudal istilah rehabilitasi diartikan sebagai restoration yang mengandung pengertian perbaikan atau pemulihan hak, pangkat, kehormatan yang hilang atau dihapuskan. Beberapa waktu kemudian istilah rehabilitasi dimaknakan semakin luas yang mencakup perbaikan atau pemulihan nama baik (reputasi) seseorang dengan cara membersihkan dari tuntutan-tuntutan yang tidak adil atau tidak mendasar, dan menetapkan kembali nama baiknya.

Secara umum rehabilitasi merupakan proses pemulihan dan pengembalian kemampuan fisik maupun non fisik terhadap perilaku sehari-hari sebelum terdapat unsur negatif yang berdampak pada tubuh ataupun kondisi psikologisnya. Selain itu keteraturan fungsi tubuh tersebut dapat mengembalikan kemampuan sosial tiap individu di masyarakat dan mengembangkan daya kretaivitasnya agar tidak kembali menggunakan narkoba (Amaliyah, 2015).

2.2.2 Manfaat Rehabilitasi

Rehabilitasi memiliki banyak manfaat positif sehingga tiap individu dapat berjalan lebih baik. Secara rinci (Qoleman, 1988 dalam Amaliyah, 2015) mengemukakan manfaat rehabilitasi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan insight individu terhadap problem yang dihadapi, kesulitannya dan tingkah lakunya.

(28)

12

4. Merubah dan memperbaiki pola kebiasaan dan pola reaksi tingkah laku yang tidak diinginkan.

5. Meningkatkan kemampuan melakukan relasi interpersonal maupun kemampuan-kemampuan lainnya.

6. Modifikasi asumsi-asumsi individu yang tidak tepat tentang dirinya sendiri dan dunia lingkungannya.

7. Membuka jalan bagi eksistensi individu yang lebih baik berarti dan bermakna atau berguna.

Maka secara garis besar manfaat dari rehabilitasi adalah membentuk kepribadian yang lebih baik setelah penyembuhan serta meningkatkan kemampuan fisik, mental, serta sosial pasien. Peningkatan kemampuan-kemampuan tersebut mempermudah kehidupan pasien setelah sembuh dari ketergantungannya pada narkoba.

2.2.3 Model Pelayanan Rehabilitasi Narkoba

Model-model dari pelayanan rehabilitasi narkoba adalah sebagai berikut:

a. Metadon

(29)

13

metadon dosis tinggi dinilai lebih efektif daripada dosisnya rendah atau menengah. Dosis metadon yang tinggi akan diturunkan secara bertahap. Tidak semua pengguna dengan ketergantungan opioid dapat diberi terapi substitusi metadon. Bagi mereka yang tidak dapat menggunakan metode ini, tersedia banyak pendekatan lainnya dan menggugah mereka tetap berada dalam terapi. (Catherine, 2011).

b. Burprenorfin

Buprenorfin adalah obat yang diberikan oleh dokter melalui resep dokter.

Aktifitas agonisopioid buprenorfin lebih rendah dari metadon. Buprenorfin tidak diabsorbsi dengan baik jika ditelan, karena itu cara penggunaannya adalah sublingual yakni diletakkan di bawah lidah (Catherine, 2011).

2.3 Perilaku

(30)

14

2.3.1 Snehandu Kar Model B = f (BI, SS, AI, PA, AS):

Behavior Intention

Social Support

Accessibility of Information BEHAVIOR

Personal Autonomy

[image:30.595.114.439.94.362.2]

Action Situation

Gambar 2.1 Teori Snehandu Kar Model

Menurut teori ini terdapat lima determinan perilaku, yaitu:

1. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya (Notoadmojo, 2010)

(31)

15

kecerdasan adversitas dan intensi sembuh pada pengguna narkoba di panti rehabilitasi, menyatakan bahwa niat untuk sembuh dari penggunaan narkoba dapat tercermin dari beberapa aspek, yaitu perilaku, keyakinan normatif dan motivasi. Dari semua aspek inilah yang berperan besar dalam proses penyembuhan bagi pengguna narkoba.

2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support)

Dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula, untuk berperilaku kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya. Hasil penelitian yang mengkaitkan dengan dukungan dari masyarakat sekitar adalah penelitian Andita (2012) tentang dukungan sosial terhadap pasien program terapi rumatan metadon (PTRM). Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikumpulkan, maka dapat dikatakan bahwa pihak keluarga memberikan dukungan sosial berupa dukungan emosional, dukungan finansial dan dukungan informasi. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadinya peningkatan kualitas hidup dari para pasien setelah mengikuti PTRM ini.

3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information)

(32)

16

penelitian dapat diketahui bahwa faktor yang mendorong terjadinya peredaran narkoba di lembaga pemasyarakatan klas IIA narkotika Jakarta adalah jumlah penghuni yang padat, penggunaan handphone secara bebas serta sistem pengamanan manual dan moral petugas yang masih mudah untuk disuap. Berkaitan dengan keterjangkauan informasi maka penggunaan handphone secara bebas akan meningkatkan risiko warga binaan untuk mendapatkan informasi dan transaksi terkait narkoba. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pada dasarnya penanggulangan peredaran narkoba di lembaga pemasyarakatan klas IIA narkotika Jakarta dapat dilaksanakan dengan baik bilamana Kepala lembaga pemasyarakatan klas IIA narkotika Jakarta mengoptimalkan kinerja dan disiplin petugas untuk membatasi akses informasi yang bersifat negatif yang dapat meningkatkan risiko penggunaan narkoba di dalam lapas.

4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy)

(33)

17

menggunakan narkoba. Akan tetapi penggunaan narkoba pada mereka bisa terhenti dikarenakan adanya faktor lingkungan, orang tua dan teman-teman yang tidak henti-hentinya memberi tau mengenai bahaya narkoba dikedepannya bila terus digunakan. Maka dari itu beberapa anak jalanan ini termotivasi untuk berhenti menggunakan narkoba.

5. Adanya kondisi atau situasi yang memungkinkan (action situation)

Gambar

Gambar 2.1 Teori Snehandu Kar Model

Referensi

Dokumen terkait

Persyaratan K3 untuk ruang terbatas (Confined Space) adalah sebagai berikut: Persyaratan Umum (1) Pengurus wajib melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap tempat

ANALISIS ESTETIK KARYA SENI LUKIS MOEL SOENARKO YANG BERTEMA

Dalam perencanaan abutment jembatan data-data tanah yang dibutuhkan berupa data-data sudut geser, kohesi dan berat jenis tanah yang digunakan untuk menghitung tekanan tanah

A. PILIHLAH JAWABAN YANG PALING TEPAT! 1. Contoh yang merupakan gambar digital adalah.... Grafity pada dinding gedung d. Gambar hasil olahan scanner e. Sistem pewarnaan

a) Penilaian bagi bahagian penerbitan adalah berdasarkan penilaian secara sumatif iaitu hasil penerbitan dinilai mulai calon mendapat kelayakan sarjana/Ph.D dan

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Sesuai dengan tujuan penelitian, penggunaan fondaparinux pada 30 pasien SKA didapatkan hasil yaitu seluruh pasien yang diteliti mendapatkan fondaparinux dengan dosis 1 x 2,5 mg

Sosial dalam Kumpulan Puisi “Aku Ingin Jadi Peluru” Karya Wiji Thukul. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi. sastra. Pendekatan