• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Engagement Behavior Pada Account Manager PT. Telkom Di Kota "X".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Engagement Behavior Pada Account Manager PT. Telkom Di Kota "X"."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

i Abstrak

Penelitian dengan judul Studi Deskriptif mengenai Engagement Behavior pada Account Manager PT. Telkom di kota “X” dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai Engagement Behavior pada Account Manager dalam bekerja yang tercermin melalui perilaku persistent, role expansion, adaptability, dan proactive yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi (William Macey, 2009). Peneliti mengambil seluruh populasi yang berjumlah 15 orang Account Manager PT. Telkom di Kota “X” sebagai responden. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Engagement Behavior pada Account Manager PT. Telkom kota “X” melalui aspek yang dimunculkan yaitu persistence, proactive, role expansion, adaptability serta kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Alat ukur yang dipakai dalam penelitian berupa kuesioner Engagement Behavior. Alat ukur ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori Engagement Behavior yang dikemukakan oleh William Macey (2009). Kuesioner ini terdiri dari 31 item dengan rata - rata validitas item 0,657 dan reliabilitas alat ukur menggunakan Alpha Cronbach sebesar 0,886. Skala yang digunakan pada alat ukur ini ialah skala Likert. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil bahwa Engagement Behavior pada Account Manager PT. Telkom di kota “X” tergolong tinggi (engage) sejumlah 60% dan Engagement Behavior yang tergolong rendah (non-engage) sejumlah 40%.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Account Manager PT. Telkom di kota “X” yang menunjukan Engagement Behavior tinggi memperlihatkan perilaku persistence, proactive, role expansion, dan adaptability yang juga tinggi. Sebaliknya, Account Manager yang menunjukan Engagement Behavior rendah memperlihatkan perilaku persistence, proactive, role expansion, dan adaptability yang rendah juga.

Selain itu juga diperoleh data bahwa kepemimpinan, budaya dan manajemen, feeling of engagement merupakan faktor yang mempengaruhi Engagement Behavior. Sedangkan Account Manager yang menghayati feeling of engagement sebagian besar memperlihatkan engagement behavior yang tinggi dan Account Manager yang kurang menghayati feeling of engagement memiliki Engagement Behavior yang rendah.

(2)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR BAGAN ……… viii

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah ……… 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ……… 11

1.4 Kegunaan Penelitian ……… 12

1.5 Kerangka Pemikiran ...………. 13

1.6 Asumsi ……… 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Employee Engagement …………..……….… 22

2. 1. 1 Pengertian Employee Engagement ... 22

Add. 1 Engagement sebagai Energi Psikis: Di dalam ……….…..… 25

Add. 2 Engagement sebagai energi perilaku ………….……….. 26

2.1.2 Kondisi untuk membangun tenaga kerja yang engage ………..…… 27

Add 1. Kapasitas untuk engage (The Capacity to engage) ……….……. 27

(3)

iii

Add 3. Kebebasan untuk engage (The freedom to engage) ……….… 28

Add 4. Fokus strategis dari engagement(The focus of strategic engagement) 29 2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Employee Engagement ……... 30

Add 1. Urgensi (Urgency) ……….…..……….……….. 31

Add 2. Fokus (focus)……….………… 32

Add 3. Intensitas (intensity) ……….……….. 32

Add 4. Antusiasme (enthusiasm) ……….………. 33

2.1.4 Aspek – aspek Employee Engagement ………... 33

Add 1. Persistence ………... 34

Add 2. Proactive …..……….. ….………. 35

Add 3. Role Expansion ………..………. 37

Add 4. Adaptability ……… 38

2.1.5 Perbedaan Employee Engagement, komitmen, dan job satisfaction ... 41

2.1.6 Budaya Organisasi yang mempengaruhi engagement ……….. 41

2. 1.7 Company Profile perusahaan “X”... 42

2. 1.8Definisi Account Manager ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ……….………. 45

3.2 Bagan Rancangan Penelitian... 45

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 45

3.3.1 Variabel Penelitian ... 45

(4)

iv

3. 4 Alat Ukur ... 47

3.4.1.Kuisioner ... 47

3.4.4 Data Pribadi dan data Penunjang ... 50

3.4.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……….. 50

3.4.5.1 Validitas Alat Ukur………. 50

3.4.5.2 Reliabilitas Alat Ukur... 51

3.5 Populasi ... 52

3.5.1 Populasi Sasaran... 52

3.5.2 Karakteristik Populasi... 52

3.6 Teknik Analisis Data... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian ……… 53

4.1.1 Jenis Kelamin ………... 53

4.2 Hasil Pengolahan Data Engagement Behavior... 53

4.2.1 Engagement Behavior ... 54

4.2.2 Tabulasi Silang Engagement Behavior dan Aspek Engagement Behavior … 54 4.2.2.1 Tabulasi Silang Engagement Behavior dan Persistence ………... 54

4.2.2.2 Tabulasi Silang Engagement Behavior dan Proactive……….. 55

4.2.2.3 Tabulasi Silang Engagement Behavior dan Role Expansion……….. 55

4.2.2.4 Tabulasi Silang Engagement Behavior dan Adaptability ……… 56

(5)

v BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……….……… 64

5.2 Saran ………... 65

5.2.1 Saran teoritis ... 65

5.2.2 Saran praktis ... 65

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

(6)

vi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka pikir Engagement Behavior ... 19

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Alat Ukur Engagement Behavior ... 48

Tabel 3.2 Tabel Skor Jawaban ... 49

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ... 53

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Engagement Behavior ... 53

Tabel 4.3 Tabel Tabulasi Silang Engagement Behavior dan Persistence ... 54

Tabel 4.4 Tabel Tabulasi Silang Engagement Behavior dan Proactive ... 55

Tabel 4.5 Tabel Tabulasi Silang Engagement Behavior dan Role Expansion ... 55

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Alat Ukur

Lampiran A1 Kuesioner Engagement Behavior Lampiran A2 Kuesioner Data Penunjang Lampiran B Validitas dan Reabilitas Lampiran B1 Validitas

Lampiran B2 Reliabilitas

Lampiran C Hasil Pengolahan Data

Lampiran C1 Hasil Skoring Engagement Behavior Lampiran C2 Hasil Skoring Aspek Engagement Behavior Lampiran C2a Persistence

Lampiran C2b Proactive Lampiran C2c Role Expansion Lampiran C2d Adaptability

Lampiran C3 Data penunjang (feeling of engagement, kepemimpinan, budaya) Lampiran C3a Feeling of engagement

Lampiran C3b Kepemimpinan Lampiran C3c Budaya

Lampiran C3d Tabel Tabulasi Silang Engagement Behavior dan Feeling of

Engagement

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Sepanjang rentang kehidupannya, manusia membagi pengetahuan dan

pengalaman dengan orang lain melalui komunikasi. Komunikasi merupakan

kebutuhan yang tidak dapat dihilangkan dari kehidupan manusia. Dengan adanya

komunikasi, sikap dan perasaan individu dapat dipahami oleh orang lain. Melalui

perkembangan dari berbagai produk teknologi komunikasi (telekomunikasi) saat

ini seperti telepon, internet, dan media komunikasi lainnya, semakin

mempermudah individu dalam bertukar informasi.

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom) merupakan pelopor

perusahaan penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi yang terbesar dan terlama

di Indonesia. PT.Telkom ini telah berdiri selama 153 tahun. PT. Telkom juga

masih menguasai pangsa pasar (market share) industri telekomunikasi di

Indonesia (www.swa.co.id / 2010, diakses 6 Oktober 2010). Sejalan dengan

perkembangan yang terjadi dalam dunia bisnis telekomunikasi saat ini, yang

semakin diwarnai oleh kompetisi dari berbagai perusahaan untuk meraih pangsa

pasar (market share) dan juga perubahan teknologi informasi seperti konvergensi

digital serta reformasi pada sektor telekomunikasi domestik global. Tuntutan yang

semakin tinggi ini menyebabkan PT. Telkom harus melakukan restrukturisasi

untuk dapat berkompetisi dalam sektor telekomunikasi di era globalisasi yang ke

(10)

2 negeri, tetapi juga berkompetisi secara terbuka dengan perusahaan asing yang

telah lama mengincar potensi pasar yang besar di Indonesia.

PT. Telkom melakukan terobosan dengan mengubah strategi bisnisnya dan

menunjukkan keunggulannya atas kompetitor lainnya untuk memenangkan

kompetisi. Perubahan ini diawali dengan pembentukan visi dan misi organisasi.

PT. Telkom mempunyai misi memberikan layanan " One Stop Info Com Services

with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the

Best Managed Indonesian Corporation " dengan jaminan bahwa pelanggan akan

mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan

berkualitas, dengan harga kompetitif. Selain itu, Tagline-nya yang berubah

menjadi “the world in your hand” serta nilai-nilai baru yaitu expertise,

empowering, assured, progressive, dan heart yang pada akhirnya akan mengubah

semua aspek operasi PT. Telkom yaitu dengan melakukan transformasi bisnis,

infrastruktur, sistem, modul operasi, dan khususnya sumber daya manusia yang

mampu menciptakan kepercayaan dan kepuasaan pelanggannya yang merupakan

faktor esensial dalam bisnis jasa telekomunikasi.

Sampai saat ini jumlah pelanggan PT. Telkom sebanyak 68,6 juta pelanggan

yang terdiri atas pelanggan telepon tidak bergerak kabel (kabel), sejumlah 8,6

juta, pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel sejumlah 12,7 juta pelanggan

dan 65,3 juta pelanggan jasa telepon bergerak (www.telkom.co.id, diakses 4

Maret 2010). PT. Telkom tidak hanya menyediakan jasa telekomunikasi secara

personal, tetapi juga menyediakan jasa telekomunikasi untuk perusahaan.

(11)

3 disebut pelanggan korporasi. Berbagai macam kebutuhan akan jasa

telekomunikasi pada pelanggan korporasi membuat PT.Telkom menyediakan

berbagai jasa telekomunikasi (membuat online data perusahaan mengenai kantor

pusat dan kantor cabang perusahaan yang ada di berbagai daerah dan

menggunakan link data yang khusus perusahaan tersebut) untuk memudahkan

perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

Dalam memasarkan jasa telekomunikasi yang dibutuhkan oleh pelanggan

korporasi ini, PT. Telkom sangat tergantung pada kinerja dari divisi Enterprise

Service (pelayanan pada pelanggan korporasi). Divisi Enterprise Service ini

memegang peranan penting pada PT.Telkom yang merupakan salah satu sumber

pendapatan terbesar bagi PT.Telkom untuk mempertahankan perusahaannya

dalam menguasai pangsa pasar (market share). Unit dari Enterprise Service yang

akan selalu berhubungan dengan pelanggan korporasi untuk memberikan layanan

jasa telekomunikasi adalah Account Manager (AM).

Sejalan dengan restrukturisasi PT. Telkom tersebut, terjadi perubahan job

description yang pada mulanya job description Account Manager hanya sebagai

mediator antara PT. Telkom dengan pelanggan korporasi dan mempromosikan

jasa telekomunikasi saja. Namun, pada saat ini telah berubah menjadi mediator /

representatif PT.Telkom untuk memberikan pelayanan prima kepada pelanggan

korporasi dengan memberikan semua solusi (total solution) sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan pelanggan di bidang telekomunikasi sehingga pelanggan

(12)

4 Tanggung jawab dari Account Manager adalah memastikan pemenuhan

kebutuhan pelanggan dan memberikan pelayanan yang berorientasi kepada

peningkatan kepuasan dan loyalitas pelanggan guna mengamankan pendapatan

perusahaan yang berasal dari pelanggan korporasi. Account Manager juga

memastikan bahwa penggunaan jasa telekomunikasi oleh pelanggan korporasi

yang terbesar menggunakan produk dari PT.Telkom, dan memastikan tercapainya

target pendapatan usaha berupa target setiap triwulan dari pelanggan yang

dikelola serta memastikan jangka waktu pembayaran pelanggan sesuai dengan

sasaran dan kebijakan perusahaan. Selain itu, setiap Account Manager

mempunyai Standar Kerja Individual (SKI) antara lain harus mencapai target yang

telah ditetapkan oleh PT. Telkom antara lain target Customer Satisfaction Index

(CSI) dan Customer Loyalty Index (CLI), target finansial (pendapatan), target

stake holder (Data dan Internet, speedy, Wireline, Wireless, non connectivity, visit

frequency, proposal productivity, target internal business), dan target internal

business process (Value account plan/customer profile). Khusus untuk target

finansial yang diharapkan PT. Telkom pada Account Manager sebesar 30% lebih

tinggi dibanding perusahaan kompetitor lainnya.

Aktivitas Account Manager dalam bersaing dengan kompetitor untuk

memenangkan pelanggan korporasi yaitu Account Manager harus

mempertahankan pelanggan tetap PT. Telkom, Account Manager melakukan

akuisisi (merebut) pelanggan kompetitor dan juga Account Manager harus

melakukan pendekatan kepada perusahaan - perusahaan untuk menjadi pelanggan

(13)

5 Adanya perubahan PT. Telkom agar tetap unggul dalam berkompetisi

memberikan dampak pada tuntutan kerja Account Manager yang semakin tinggi

salah satunya dengan target finansial pada Account Manager yang selalu

meningkat setiap tahunnya dan target tersebut harus dicapai oleh Account

Manager per triwulannya. Untuk membantu menjalankan tugas-tugasnya,

Account Manager ini diarahkan oleh koordinator Account Manager yang

bertindak sebagai pimpinan dari Account Manager. Koordinator Account

Manager ini setiap minggu mengadakan pertemuan dalam rangka melakukan

evaluasi pada Account Manager dalam pencapaian target. Selain itu, PT. Telkom

juga memfasilitasi Account Manager dengan memberikan pengembangan

keterampilan, kompetensi serta meningkatkan motivasi Account Manager melalui

training dan memberikan sarana yang dibutuhkan Account Manager untuk

menjalankan tugasnya.

PT. Telkom telah menetapkan bahwa Account Manager yang dapat

mencapai target maka akan mendapatkan bonus. Selain itu, Account Manager

yang dapat melebihi target sebesar 3 kali akan mendapatkan promosi jabatan.

Sedangkan, Account Manager yang tidak dapat mencapai target akan diberikan

konseling oleh pihak manajemen PT.Telkom. Apabila telah dilakukan satu kali

konseling sebanyak satu kali pada Account Manager dan masih tidak dapat

mencapai target, maka akan diberikan SP (surat peringatan). Jika SP itu telah

diberikan satu kali dan Account Manager masih tidak dapat mencapainya,

Account Manager akan dipindahkan atau didemosi (penurunan jabatan). Menurut

(14)

6 Manager dan bertanggung jawab pada GM (General Manager) atas kinerja

Account Manager, terjadi penurunan kinerja yang cukup besar pada Account

Manager.

Berdasarkan data hasil kinerja tahun 2008-2009, Account Manager hampir

69% telah mencapai target namun terdapat 31% yang belum mencapai target yang

diharapkan oleh perusahaan. Dari presentase tersebut secara keseluruhan, Account

Manager belum mencapai target yang diharapkan perusahaan, sebab dinilai masih

belum menjamin perusahaan untuk meningkatkan produktivitas kerja guna

mempertahankan PT. Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi yang menguasai

pangsa pasar (market share). Terkait dengan target secara keseluruhan yang

belum sesuai harapan, menekan PT. Telkom untuk melakukan perubahan pada

divisi Enterprise Service dengan memberikan tuntutan kerja yang lebih tinggi

khususnya Account Manager untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

Dalam upaya peningkatan produktivitas kerja, perusahaan perlu

memperhatikan sumber daya fisik, keuangan, kemampuan memasarkan, serta

sumber daya manusia sebagai beberapa faktor penting yang disyaratkan bagi

organisasi untuk tetap kompetitif (Fisher, Schoenfeldt, dan Shaw, 2006). Faktor

yang dianggap paling potensial dalam penyediaan keunggulan kompetitif bagi

organisasi adalah sumber daya manusia, khususnya bagaimana mengelola sumber

daya ini. Sebagaimana dikemukakan oleh Pfeffer (1996), pada masa sekarang ini

hanya ada satu landasan untuk keunggulan kompetitif bagi perusahaan yaitu

bagaimana mengelola faktor sumber daya manusia di perusahaan. Ditambahkan

(15)

7 pembelajaran yang diberikan organisasi menjadi sangat menentukan (Gibson,

Ivancevich dan Donnelly, 1990).

Organisasi dapat mencapai kinerja yang diharapkan serta dapat unggul

dalam berkompetisi jika karyawan senang dengan pekerjaannya, karyawan

memberikan hasil yang terbaik dalam setiap pelaksanaan tugasnya dan karyawan

memberikan hasil pada pekerjaannya (William H. Macey ,2009). Berdasarkan

konsep tersebut, menurut Gallup (2004) employee engagement merupakan hal

yang penting dalam menentukan peranan sumber daya manusia terhadap kinerja

organisasi. Employee engagement telah diakui dapat memprediksi peningkatan

kinerja pada karyawan, dapat meningkatkan profitabilitas, mampu

mempertahankan karyawan, dan dapat memberikan kepuasan pada konsumen

(Bates, 2004; Baumruk, 2004; Richman, 2006).

Dalam memberikan pelayanan yang memuaskan pada konsumen serta

berhasil dalam meraih target sesuai dengan yang telah ditetapkan organisasi,

seorang Account Manager membutuhkan employee engagement. Employee

engagement sebagai bentuk antusiasme dalam melakukan pekerjaan (Harter,

Schmidt dan Hayes, 2002). Karyawan yang engage merupakan karyawan yang

menunjukan totalitas dalam bekerja dan sangat antusias terhadap pekerjaannya.

Konsep employee engagement menjadi penting dalam mengkonseptualiasikan dan

menentukan peranan modal manusia terhadap kinerja perusahaan.

Menurut William H. Macey (2009) perusahaan beruntung jika memiliki

karyawan yang engage, antara lain dapat meningkatkan tingkat pengembalian

(16)

8 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan William H. Macey pada 65

perusahaan yang berbeda, memperlihatkan engagement yang di atas 25% akan

memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan meningkatnya nilai saham lebih

dari dua kali lipat, terjadi peningkatan pada tingkat pengembalian terhadap aset,

dan tingkat profitabilitas pada perusahaan. Salah satu perusahaan yang mengalami

peningkatan terhadap nilai saham ini ialah Yellow roadway. Perusahaan ini

bergerak pada jasa pengiriman barang yang telah mengalami perubahan cukup

drastis dengan mengubah image perusahaan. Bill Zollars sebagai pimpinan

sekaligus CEO Yellow Roadway dengan menjelaskan secara eksplisit kepada

karyawannya mengenai goal yang dicapai yaitu mengirimkan barang dengan tepat

waktu tanpa ada kerusakan. Peningkatan nilai saham ini tidak mungkin dapat

dicapai Yellow Roadway tanpa adanya kerja sama antara pimpinan dan

karyawannya. Perusahaan memfasilitasi karyawannya agar karyawan dapat

memberikan pelayanan jasa pengiriman barang sesuai dengan image perusahaan

Yellow Roadway yang akan berdampak dalam pelayanannya terhadap konsumen.

Dalam Standard Chartered Bank’s Corporate Leadership Council tahun

2004 (Maheshwari, 2008) dinyatakan bahwa employee engagement merupakan

bentuk loyalitas terhadap organisasi yang diperlihatkan karyawan untuk bekerja

keras saat melaksanakan tugasnya dan mampu bertahan menghadapi hambatan

dari pekerjaannya karena memiliki komitmen tinggi. Akibat dari kerja keras dan

komitmen yang tinggi itu maka dapat memengaruhi kualitas kerja karyawan,

meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi jumlah ketidakhadiran karyawan dan

(17)

9 2008: Schaufeli dan Bakker, 2004). Pernyataan senada diungkapkan oleh McBain

(2007) bahwa employee engagement berdampak bagi organisasi dalam

berhubungan dengan konsumen (customer related outcomes), seperti peningkatan

layanan, kepuasan konsumen, dan loyalitas konsumen. Karyawan yang engage

akan termotivasi untuk meningkatkan produktivitasnya, menerima tantangan dan

merasa bahwa pekerjaannya memberikan makna dalam dirinya.

Dalam bukunya, Getting Engaged: The New Workplace Loyalty, penulis

Tim Rutledge (www.wikipedia.com, 2008, diakses 6 Juni 2010) menjelaskan

bahwa karyawan yang benar-benar attached dan terinspirasi pada pekerjaannya.

McBain (2007) menemukan bahwa definisi engagement dalam praktiknya

menghubungkan antara sasaran organisasi dengan brand perusahaan (terutama

terkait dengan organisasi multinasional). Hubungan ini memiliki aspek rasional

serta emosional, dan sebagai akibat dari engagement ini, karyawan dari berbagai

tingkatan dipersiapkan dalam memberikan upaya yang lebih di atas tuntutan

pekerjaan mereka. Dari beberapa definisi tersebut, telah dijelaskan bahwa

employee engagement sebagai bentuk pernyataan karyawan terhadap

pekerjaannya melebihi dari yang diharapkan oleh organisasi.

Employee engagement merupakan totalitas karyawan dalam bekerja yang

memperlihatkan perilaku engage atau engagement behavior seperti perilaku

persistence, role expansion, adaptability, proactive yang diarahkan untuk

mencapai tujuan organisasi (Macey, 2009). Berdasarkan survey awal yang

dilakukan kepada sepuluh karyawan Account Manager pada perusahaan PT.

(18)

10 revenue (pendapatan) yang ditargetkan oleh perusahaan dalam waktu per triwulan

dan 60% karyawan dapat mencapai target revenue (pendapatan) perusahaan.

Account Manager yang dapat mencapai target ini memperlihatkan perilaku

engagement dalam aspek persistence.

Sebanyak 30% karyawan yang melakukan pekerjaannya melampaui tugas

yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan 70% hanya melakukan tugas yang

ditetapkan perusahaan. Perilaku engagement atau engagement behavior yaitu

dapat melampaui tugas yang ditetapkan perusahaan termasuk kedalam aspek role

expansion. Sebanyak 60% karyawan memberikan solusi dan informasi kepada

pelanggan korporasi dan 40% karyawan hanya akan memberikan informasi ketika

ditanya oleh pelanggannya. Perilaku engagement atau engagement behavior yaitu

memberikan solusi serta informasi pada pelanggan memperlihatkan perilaku yang

termasuk ke dalam aspek proactive.

Sebanyak 50% karyawan mengalami hambatan akan tugas pekerjaannya

yang mengalami perubahan dan sebanyak 50% karyawan dapat mengikuti

perubahan tugas yang diberikan perusahaan. Perilaku dapat mengikuti perubahan

tugas yang diberikan perusahaan memperlihatkan perilaku engagement atau

engagement behavior yang termasuk ke dalam aspek adaptability. Perilaku

karyawan yang menampilkan engage berdampak positif terhadap keberhasilan

organisasi.

Berdasarkan data maupun uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

(19)

11 1. 2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penelitian ini ingin mengetahui seperti apakah engagement

behavior pada Account Manager PT. Telkom kota “X”.

1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran mengenai

engagement behavior pada Account Manager PT. Telkom kota “X”.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran derajat engagement

behavior pada Account Manager PT. Telkom kota “X” melalui aspek yang

dimunculkan yaitu persistence, proactive, role expansion, adaptability serta

kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain feeling of

engagement, kepemimpinan, budaya dan manajemen organisasi.

1. 4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

Kegunaan Teoretis adalah :

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan tentang

disiplin ilmu psikologi, khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi

(20)

12 b) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi

tambahan untuk peneliti lain yang akan mengembangkan dan mengadakan

penelitian lebih lanjut mengenai engagement behavior.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Kegunaan Praktis adalah :

1) Memberikan informasi kepada Account Manager PT. Telkom di kota

”X” mengenai engagement behavior pada Account Manager sebagai bahan

pertimbangan dalam mengupayakan hasil kerja yang optimal dan memajukan

perusahaan.

2) Sebagai masukan atau informasi untuk bagian HRD atau SDM pada

perusahaannya, mengenai penurunan kinerja pada Account Manager dalam

perusahaan, sehingga bagian HRD atau SDM nantinya dapat menindaklanjuti

dengan mengadakan program pelatihan dengan memperhatikan engagement

behavior pada Account Manager.

1. 5. Kerangka Pemikiran

Seiring dengan perkembangan serta perubahan yang terjadi dalam dunia

bisnis telekomunikasi saat ini yang semakin diwarnai oleh kompetisi dan

perubahan teknologi informasi berupa konvergensi digital serta reformasi pada

sektor telekomunikasi domestik global. Hal ini menyebabkan PT. Telkom

melakukan restrukturisasi pada manajemen organisasinya agar dapat berkompetisi

(21)

13 menciptakan kepercayaan dan kepuasaan pelanggannya yang merupakan faktor

penting dalam bisnis jasa telekomunikasi. Perubahan yang menyertai semua aspek

operasi di PT. Telkom membutuhkan penyesuaian dari sumber daya manusianya.

Menurut Pfeffer (1996) bahwa pada masa sekarang ini hanya ada satu

landasan untuk unggul dalam berkompetisi bagi perusahaan yaitu bagaimana

mengelola faktor sumber daya manusia (SDM) di perusahaan. Salah satu divisi

yang merupakan SDM di PT. Telkom serta berperan penting dalam penjualan jasa

telekomunikasi pada pelanggan korporasi ialah unit dari Enterprise Service. Salah

satu bagian dari unit ini yang akan selalu berhubungan dan menjadi fasilitator bagi

pelanggan korporasi dalam memberikan pelayanan jasa telekomunikasi ialah

Account Manager (AM). Divisi yang didukung oleh tenaga Account Manager ini

bertugas memasarkan serta memberikan pelayanan prima kepada pelanggan

korporasi dengan memberikan semua solusi (total solution) sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan pelanggan di bidang telekomunikasi sekaligus Account

Manager ini melakukan maintanance pada pelanggan korporasi agar tetap puas

dalam menggunakan jasa telekomunikasi yang ditawarkan oleh PT. Telkom.

Dalam aktivitasnya, Account Manager bersaing dengan kompetitor untuk

mendapatkan pelanggan korporasi yaitu Account Manager harus mempertahankan

pelanggan tetap PT. Telkom, Account Manager melakukan akuisisi (merebut)

pelanggan kompetitor dan serta mencari perusahaan – perusahaan yang belum

menggunakan jasa telekomunikasi untuk menjadi pelanggan PT. Telkom.

Totalitas Account Manager dalam bekerja inilah yang diinginkan oleh PT.

(22)

14 pada kompetitor, sehingga employee engagement yang merupakan totalitas

karyawan dalam bekerja menjadi sangat dibutuhkan oleh PT. Telkom. Employee

engagement atau karyawan yang engage memperlihatkan seberapa besar

karyawan komit terhadap pekerjaannya. Karyawan yang engage juga memiliki

kemampuan dan sumber daya untuk melakukan pekerjaan.

Salah satu perilaku yang akan diperlihatkan karyawan yang engage adalah

perilaku proaktif dalam bekerja, yaitu karyawan dapat mengambil tindakan efektif

dan preventif secara bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.

Karyawan yang engage ini tidak hanya bekerja melaksanakan tugas-tugasnya

sebagaimana yang tercantum dalam job description, tetapi dapat melakukan

pekerjaan melampaui perannya (job description). Hal ini didasari oleh

keterbukaan karyawan dalam menerima perubahan peran. Karyawan juga secara

aktif mencari cara untuk mengembangkan kemampuanny agar dapat memberikan

kontribusi yang lebih pada pekerjaannya. Karyawan juga dapat tetap bertahan,

bahkan ketika menghadapi kendala akan tugas-tugas pekerjaannya. Selain itu,

karyawan juga dapat beradaptasi ketika terjadi perubahan (William H. Macey

,2009). Karyawan yang engage akan memperlihatkan perilaku persistence, role

expansion, adaptability, proactive yang diarahkan untuk mencapai tujuan

organisasi (Macey, 2009).

Engagement behavior ini dapat terjadi ketika karyawan berada pada

lingkungan kerja dengan tuntutan kinerja tinggi yaitu lingkungan kerja yang

memberi fasilitas, kemudahan-kemudahan, dan kesempatan karyawan untuk

(23)

15 antara karyawan dan organisasi. Hubungan timbal balik ini terkait dengan

kepemimpinan yang diimplementasikan, dan budaya organisasi. Budaya

organisasi yang dimaksud ialah budaya organisasi yang memiliki keterbukaan,

saling mendukung satu sama lain, dan adanya keadilan serta kepercayaan sebagai

nilai organisasi (McBain, 2007). Budaya organisasi merupakan tata nilai dan

norma yang menuntun perilaku jajaran organisasi (Fred Luthans, 2007) sehingga

efektivitas penerapan manajemen SDM dirasakan oleh semua pihak, baik

karyawan maupun perusahaan (Ulrich, 2005; Smilansky, 1997 dan Bjorkman,

Ingmar dan Fan Xiuncheng, 2002).

Diperolehnya karyawan yang engage ini membutuhkan waktu yang

panjang serta komitmen yang tinggi dari pemimpin. Untuk itu, dibutuhkan

kekonsistenan pemimpin dalam membina dan mengembangkan karyawan

(Paradise, 2008). Dalam menciptakan karyawan yang engage, pimpinan

organisasi diharapkan memiliki beberapa keterampilan antara lain pemimpin

terampil dalam berkomunikasi, pemimpin dapat memberikan feedback, dan

pemimpin dapat melakukan penilaian pada kinerja bawahannya (McBain, 2007).

Selain itu, agar karyawan engage, kondisi lingkungan kerjanya diharapkan

dapat membangun karyawan dengan kapasitas untuk engage, motivasi untuk

engage, kebebasan untuk engage, dan fokus pada strategi engagement. Kapasitas

untuk engage adalah suatu keadaan dimana karyawan memiliki energi yang

terarah pada pencapaian tujuan, dan resilience untuk mempertahankan energinya

tersebut, sekalipun menghadapi hambatan dalam pencapaian tujuannya. Energi ini

(24)

16 organisasi melalui pemberian informasi pada karyawan, menyediakan kesempatan

belajar kepada karyawan, serta menciptakan keseimbangan dalam kehidupan

karyawan.

Motivasi untuk engage merupakan suatu keadaan karyawan yang bersedia

menginvestasikan energi dan waktunya untuk bekerja. Kondisi ini bisa terjadi

ketika karyawan merasa bahwa pekerjaannya menarik, menantang dan sejalan

dengan nilai-nilainya dengan perusahaan, sehingga karyawan dapat

mengembangkan autonomi dan kompetensinya dalam bekerja.

Kebebasan untuk engage merupakan suatu keadaan karyawan yang merasa

aman untuk mengambil tindakan atas dasar inisiatifnya. Keadaan ini dapat terjadi

ketika kepada karyawan diberikan kepercayaan oleh perusahaan dalam

mengambil setiap tindakan dalam upaya pencapaian tujuan. Kondisi lingkungan

kerja lainnya yang membentuk karyawan untuk engage ialah fokus pada strategi

engagement. Fokus pada strategi engagement tercermin melalui suatu keadaan

karyawan yang mengetahui tujuan serta langkah strategis pada perusahaan.

Strategi tersebut dapat berjalan selaras dengan proses dan praktik dengan

pekerjaan dalam pencapaian tujuannya (Macey, 2009).

Kondisi-kondisi di atas dapat menghasilkan perasaan engage atau feeling of

engagement. Terdapat empat komponen penting antara lain feelings of urgency,

feelings of being focused, feelings of intensity, dan feelings of enthusiasm.

Feelings of urgency merupakan karyawan yang merasakan adanya kekuatan yang

mendorong tindakan dan tekad untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian,

(25)

17 bekerja karyawan tersebut mampu berkonsentrasi walaupun pada saat

melaksanakan tugasnya terdapat banyak gangguan. Feelings of intensity

merupakan karyawan yang merasa bahwa dapat memanfaatkan kapasitas sumber

daya baik pada dirinya maupun yang telah diberikan oleh perusahaan (seperti

keterampilan, pengetahuan, energi). Feelings of enthusiasm merupakan karyawan

yang merasa bahwa dalam melaksanakan tugasnya karyawan tersebut

bersemangat dan antusias.

Ketika karyawan telah menghayati feeling of engagement ini, karyawan

dapat memunculkan perilaku yang engage atau yang disebut juga dengan

engagement behavior (Macey, 2009). Aspek-aspek yang mencirikan engagement

behavior antara lain persistence, proactive, role expansion, adaptability (William

H. Macey ,2009). Persistence memperlihatkan perilaku penyelesaian tugas hingga

tuntas walau menghadapi kesulitan serta mampu bertahan ketika menghadapi

hambatan. Account Manager yang pada dasarnya memiliki tugas dan tanggung

jawab untuk mencapai target kuantitas yaitu target yang secara nominal telah

ditentukan oleh perusahaan, juga mencapai target kualitas yang terkait dengan

mempertahankan pelanggan agar tetap loyal kepada perusahaan. Adanya tugas

Account Manager tersebut diharapkan menimbulkan dorongan pada Account

Manager untuk dapat mencapainya melalui kerja keras dengan memanfaatkan

sumber daya yang ada dan antusias dalam pelaksanaan tugasnya. Sehingga

Account Manager dapat mencapai target dan tetap mempertahankan kualitas

(26)

18 Proactive memperlihatkan perilaku preventif dengan secara efektif dan

bertanggung jawab, berinisiatif untuk mencegah terjadinya masalah yang

menghambat tujuan organisasi. PT. Telkom tidak hanya memberikan target saja

kepada Account Manager, tetapi Account Manager diharapkan dapat memberikan

informasi secara lengkap dengan memanfaatkan sumber daya yang telah diberikan

perusahaan serta memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pelanggannya.

Sehingga, pelanggan tidak memberikan komplain dan tetap loyal terhadap

pelayanan yang diberikan oleh Account Manager.

Role Expansion memperlihatkan perilaku kerja yang menunjukkan

kesediaan untuk mengerjakan tugas yang melampaui perannya (job description)

maupun perannya dalam batasan peran yang berbeda. Role expansion ini

tercermin melalui Account Manager yang diberikan target oleh PT. Telkom tidak

hanya secara individual tetapi juga Account manager diberikan target secara

kelompok. Walaupun karyawan tersebut telah mencapai target individualnya,

tetapi Account manager diharapkan dapat membantu rekan sesama Account

manager untuk menyelesaikan target kelompoknya.

Adaptability memperlihatkan dukungan karyawan terhadap perubahan di

perusahaan melalui kesediaan mengembangkan keterampilan baru dan dapat

menyesuaikannya sebagai tuntutan perubahan pekerjaan. PT. Telkom saat ini

sedang mengalami perubahan yang berdampak pada job description yang berbeda

dengan sebelumnya. Oleh karena itu, Account Manager diharapkan bersedia

merespons perubahan ini dengan melakukan penyesuaian pada job

(27)

19 Ketika semua aspek-aspek engagement behavior tersebut dimiliki oleh

Account Manager, dapat terlihat employee engagement tersebut dalam bentuk

derajat. Semakin tinggi derajat yang terlihat dengan seringnya engagement

behavior muncul, maka derajat engagement Account Manager termasuk ke dalam

kategori engage. Namun, semakin rendah derajat engagement behavior maka

(28)

20 Account

Manager PT. Telkom

Employee Engagement

behavior

engage

non engage

Aspek :  Persistence Proactive

Role Expansion

Adaptability Faktor yang mempengaruhi :

Feelings of urgency

Feelings of being focused Feelings of intensity

Feelings of enthusiasm Karakteristik Organisasi :

 Manajemen dan kepemimpinan

 Budaya

Employee Engagement

feeling

Job desc

Account Manager

(29)

1. 6. Asumsi

Setelah menelaah uraian di atas, maka didapatkan asumsi-asumsi sebagai

berikut:

1. Karakteristik Organisasi (Manajemen, kepemimpinan & budaya organisasi),

dan Job description Account Manager mempengaruhi Account Manager PT.

Telkom.

2. Faktor yang mempengaruhi Account Manager dalam menghayati feelings of

engagement seperti feelings of urgency, feeling of being focused, feelings of

intensity, feeling of enthusiasm merupakan faktor penentu munculnya

perilaku karyawan yang engage atau engagement behavior.

3. Aspek dari engagement behavior pada Account Manager antara lain

perilaku persistence, proactive, role expansion, dan adaptability dapat

terlihat engagement behavior pada Account Manager tersebut dalam bentuk

derajat tinggi termasuk kedalam kategori engage.

4. Aspek dari engagement behavior pada Account Manager antara lain

perilaku persistence, proactive, role expansion, dan adaptability dapat

terlihat engagement behavior pada Account Manager tersebut dalam bentuk

(30)

64 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang diperoleh, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar Account Manager PT. Telkom di kota “X” memiliki

engagement behavior tinggi (engage), dan sebagian kecil yang masih

memperlihatkan engagement behavior rendah (non-engage).

2. Account Manager dengan engagement behavior tinggi memperlihatkan

perilaku persistence, proactive, role expansion, dan adaptability yang juga

tinggi.

3. Account Manager dengan engagement behavior rendah memperlihatkan

perilaku persistence, proactive, role expansion, dan adaptability yang juga

rendah.

4. Account Manager yang menghayati feeling of engagement sebagian besar

memperlihatkan engagement behavior yang tinggi dan Account Manager

yang kurang menghayati feeling of engagement memperlihatkan

(31)

65 5.2 Saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka

peneliti mengajukan beberapa saran :

5.2.1 Saran Teoritis

1) Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai feeling of

engagement pada Account Manager PT. Telkom di kota “X”

5.2.2 Saran Praktis

1) Bagi pihak HRD atau SDM, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengadakan program pelatihan dan

pengembangan untuk meningkatkan kinerjanya dengan memperhatikan

aspek role expansion dan adaptability pada Account Manager PT. Telkom

di kota ”X”.

2) Account Manager diberikan informasi yang dapat meningkatkan

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Casio, F., Wayne. 1990. Managing Human Resource. New York : McGraw-Hill Companies International

David, Keith, and Newstrom, W, John. 1989. Human Behaviour at Work : Organizational Behaviour. New York : Mc Graw-Hill International.

Direktorat Enterprise & Whosale. 2008. Buku saku : Visi Misi dan Nilai-nilai Perusahaan. PT. Telkom

Gibson, James L. Ivancevich, John M & H. Donnely, James 1996. Organisasi : edisi 8, jilid 1. Jakarta: Binaraga Aksara.

Macey, William H. 2009. Employee Engagement : Tools for Analysis, Practice, and competitive advantage.United Kingdom: Qiley- Blackwell.

Permana, K. Nina Insania, Jalal Octa Melia. 2009. Talent Management Implementation. Jakarta : PPM Manajemen

Sudjana. 2002. Metode statistika, edisi keenam. Bandung : Penerbit Tarsito.

(33)

DAFTAR RUJUKAN

Meily Margaretha. 2008. Employee Engagement: Upaya Peningkatan Kinerja Organisasi. The 2nd National Conference UKWMS : Universitas Kristen Maranatha.

Macey, William H. 2009. The Meaning of Employee Engagement. Society for Industrial and Organizational Psychology.

(www.swa.co.id / 2010, diakses 6 Oktober 2010)

(www.telkom.co.id, diakses 4 Maret 2010)

Referensi

Dokumen terkait

 Guru menjelaskan manfaat penguasan kompetensi dasar ini sebagai modal awal untuk menguasai pasangan kompetensi dasar lainnya yang tercakup dalam mata

Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hasil penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan tetap berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015

wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara karena dilihat dari sisi produk wisata yang ada di Kabupaten Tanah Datar yang cukup beragam,

pada kolon tikus (perbedaan tidak signifikan), baik antara kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan isolat Lactobacillus , meskipun sebagian besar kelompok

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya proses peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Menggunakan Mesin untuk Operasi Dasar,

[r]

3 A proposed Model on Kansei Engineering ( Schütte 2006) 3 4 An affective design framework of Bogor pickle based on KE 5 5 Example of semantic differential questionnaire

Karena penelitian mengenai computer anxiety di Indonesia belum mengarah ke teknologi audit, maka dalam kesempatan ini peneliti mencoba mengajukan model penelitian