• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HOME INDUSTRY SANDAL DESA KEBAREPAN KECAMATAN PLUMBON KABUPATEN CIREBON. A. Sejarah Singkat Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III HOME INDUSTRY SANDAL DESA KEBAREPAN KECAMATAN PLUMBON KABUPATEN CIREBON. A. Sejarah Singkat Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

52 BAB III

HOME INDUSTRY SANDAL

DESA KEBAREPAN KECAMATAN PLUMBON KABUPATEN CIREBON

A. Sejarah Singkat Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada hari senin tanggal 14 Desember 2015 pada pukul 16.00 kepada Bapak Udi Hartoyo selaku Kepala Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon tentang sejarah desa kebarepan yaitu1:

Pada Abad ke- 14 yang sekarang nama Desa Kebarepan adalah salah satu bagian dari wilayah yang bernama Blok Sikalong yang merupakan daerah yang sangat subur diantara blok-blok yang lain. Selain dialiri oleh sungai Pulosari yang dapat mengairi beberapa perkebunan, pertanian dan perikanan, juga letaknya strategis, tanahnya datar dibawah jalan raya Deanles yang memotong wilayah ini, airnya tetap mengalir walaupun kemarau. Karena suburnya blok ini tentunya bukan sembarangan orang yang memimpin kampung ini. Pada saat itu pimpinan kampung yang sangat ditakuti dan disegani ialah seorang bernama Ki Banas Patih yang terkenal selain gagah berani dia juga sangat sakti mandraguna dan berasal dari tanah galuh Pasundan serta memiliki pasukan yang sangat kuat khususnya pasukan dedemit dan peri. “Waktu itu agama yang dianut oleh Ki Banas Patih ialah agama Hindu, sehingga pada masa itu perkembangan agama Islam diwilayah Cirebon khususnya agak terlambat karena Ki Banas Patih beserta pasukannya tidak mau tunduk masuk agama Islam”. Jelas beliau

Pada suatu saat Sunan Gunung Jati, Ratu Auliya/wali dari Cirebon mencoba memecahkan masalah ini agar perkembangan agama Islam di Tanah Jawa khususnya di wilayah Cirebon dapat cepat berkembang dengan lancar.

Musyawarah diadakan dan keputusan pun diambil dengan menyebarkan sebuah

1 Wawancara dengan Kepala Desa Kebarepan Bapak Udi Hartoyo pada senin, 14 Desember 2015 pukul 16.00 WIB

(2)

53

maklumat yang isinya sebuah sayembara bagi umum. “Barang siapa dapat menaklukkan Ki Banas Patih, akan diberi hadiah yaitu diangkat menjadi Ki Gede atau penguasa di Kampung ini”. Dahulu disebuah wilayah lain nun disemailah barat ada blok yang bernama Bagusan. Pemimpin blok tersebut adalah seorang yang beragama Islam dan bernama Ki Gede Bagusan. Beliau memiliki beberapa Putera dan Puteri. Salah satu di antaranya Ki Agus Mungkad. Ki Gede Bagusan mendengar sayembara yang menarik tersebut, selain sayembara tersebut untuk pengembangan agama Islam juga sangat tertarik untuk mencoba ilmu yang diturunkan kepada anaknya Ki Agus Mungkad. Maka dengan tekad yang mulia Ki Gede Bagusan mengutus anaknya Ki Agus Mungkad bersama pengawalnya untuk mengikuti sayembara di Blok Sikalong tersebut.2 Pada suatu saat yang telah ditentukan yaitu pada malam Jum’at Kliwon, masyarakat sudal berjejal untuk menyaksikan bagaimana sayembara yang akan menentukan suatu pimpinan yang bakal mengganti Ki Banas Patih dilaksanakan. Sayembara ini menurut pengamatan sesepuh sudah cukup dianggap adil, sebab yang bertanding hanya selain pimpinannya saja, juga yang kalah harus tunduk dan menurut sesuai aturan yang telah ditentukan.3 Dengan hadirnya rombongan Sunan Gunung Jati/Ratu para aulia wali dari Cirebon, lengkaplah sudah. Acara siap untuk dimulai, ribuan orang sudah berkumpul dan melingkar disuatu tempat terbuka yang disediakan untuk sayembara adu kesaktian tersebut. Sebelum sayembara dimulai, ratu para aulia memberikan sambutan dan acara pertandingan yang disetujui oleh kedua belah pihak yang disaksikan oleh ribuan orang dengan berdebar-debar. Acara yang dinanti-nantikan tiba, pertandingan dimulai. Ki Agus Mungkad kelihatan tenang sekali, lain dengan Ki Banas Patih yang kelihatannya garang dan ganas.

Pukulan demi pukulan telah dilancarkan, kesaktianpun dikeluarkan. Banyak penonton merasa ngeri, suasana goncang, angin berdatangan, suara bersuitan, sauatu tanda adu kesaktian saling bertemu silih berganti. Ratu Aulia menafsirkan bahwa malam Jum’at Kliwon yang diminta Ki Bansa Patih, justru malam yang menguntungkan baik dari segu perhitungannya maupun penggunaan ilmu

2 Sumber Dokumen Desa Kebarepan 2015

3 Wawancara dengan Kepala Desa Kebarepan Bapak Udi Hartoyo pada senin, 14 Desember 2015 pukul 16.00 WIB

(3)

54

kesaktian bagi Ki Agus Mungkad. Kedua belah pihak saling menguras tenaga, keringat bercucuran, kesaktian sudah banyak dikeluarkan tetapi tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Disana sini para penonton sudah mulai banyak yang cemas akan keberhasilan pemuda tersebut, sebab kelihatannya Ki Banas Patih masih kelihatan segar dan tertawa penuh kesombongan. Pertandingan adu ilmu kanuragan berjalan alot, memakan waktu semalam suntuk.4

Pada saat yang genting, melengkinglah Ki Banas Patih dengan loncatan yang garang menerkam Ki Agus Mungkad. Dengan mengumpulkan seluruh kekuatannya Ki Agus mungkad menahan serangan lawan tersebut. Akan tetapi tetap saja Ki Agus Mungkad terpelanting jauh dalam keadaan duduk, tetapi Ki Banas Patih hanya tergoyang sedikit sambil tertawa-tawa. Ratu Auliya dan penonton sangat kaget dan khawatir akan keselamatan pemuda tersebut, tetapi lain hal kenyataannya bahkan orang–orang pada melongo keheranan. Ki Bnaas Patih tertawanya diam bahkan badanya sempoyongan ke belakang dan mulutnya mengeluarkan darah, akhirnya Ki Banas Patih roboh tidak berkutik lagi. Luapan kegembiraan penonton dan teriakan –teriakan histeris di sana-sini terdengar mengelu-elukan Ki Agus Mungkad atas kemenangannya. Ki Banas patih telah dirobohkan bersama pasukannya oleh ratu auliya diberi kebebasan untuk masuk Islam, berhubung Ki Banas Patih bersama rombongannya pergi ke daerah Cirebon Selatan yaitu Cirebon Girang. Dengan demikian Ki Agus Mungkad berhak untuk menjadi pemimpin di Blok Sikalong dengan julukan Ki Bagus Pangaten atau Ki Tuan Barep, karena baru kali inilah seseorang pimpinan dilaksanakan melalui pilihan sayembara dan karena desa ini adalah paling depan (Pembarep) didirikan, maka desanya pun dinamai Desa Kebarepan.5

Penghidupan rakyatnya sedikit demi sedikit mengalami kemajuan, bercocok tanam dan perkebunan pun sudah mulai digarap, sehingga Blok Sikalong yang tadinya terdiri dari hutan menjelma menjadi sebuah pedesaan yang asri. Ketika Ki Bagus Pengaten memegang pimpinan di Desa Kebarepan, beliau memerlukan seorang wakil untuk membantu pekerjaannya. Diangkatlah seorang

4 Dokumen RPJMDes Desa Kebarepan tahun 2015

5 Dokumen RPJMDes Desa Kebarepan tahun 2015

(4)

55

muslim yang bernama Ki Abdullah yang kemudian berjuluk Ki Buyut Buluh yang kelak beristrikan Nyi Mas Mentok. Setelah Ki Bagus Penganten meninggal dunia, maka pimpinan dipegang langsung oleh Ki Buyut Buluh, saat itu masyarakatnya dalam keadaan aman, tenteram dan makmur sentosa.

Pada saat pimpinan Desa Kebarepan di pegang Ki Buyut Buluh diadakanlah musyawarah untuk mengadakan pemilihan Kepala Desa. Waktu itu pemimpin yang terpilih ialah Ki Marsijan yang berasal dari Blok Cibiuk dengan julukan Kim Kuwu Marsijan. Dengan adanya julukan Ki Kuwu yang tentunya sebagai penyandang jabatan yang mempunyai organisasi Pekuwon, maka organisasi Pekuwon sedikit demi sedikit mulai mengalami perubahan walaupun waktu itu masih sangat sederhana, khususnya mengikuti jejak pemerintahan Ki Kuwu Cirebon.

B. Letak Geografis Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon Desa kebarepan termasuk salah satu desa yang berada di kecamatan Plumbon kabupaten Cirebon dengan luas wilayah + 103,93 Ha dan jumlah penduduknya sebanyak 4.215 jiwa yang terdiri dari laki- laki 2.118 jiwa dan perempuan 2.097 jiwa. Sementara jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1.232 jiwa.6 a. Sebelah Utara : Desa Pesanggrahan Kecamatan Jamblang

b. Sebelah Selatan : Desa Purbawinangun Kecamatan Sumber c. Sebelah Timur : Desa Plumbon Kecamatan Weru

d. Sebelah Barat : Desa Kasugengan Lor Kecamatan Depok

1) Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Kebarepan tahun 2015 tercatat sebanyak 4.215 jiwa, terdiri dari laki- laki 2.118 jiwa dan perempuan 2.097 jiwa.

Sementara jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1.232 jiwa.

6 Dokumen RPJMDes Desa Kebarepan tahun 2015

(5)

56

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 2.118

2. Perempuan 2.097

Jumlah 4.215

(Sumber : Data Desa Kebarepan, 2015)

Dengan demikian jumlah penduduk RW 03 Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon jumlah penduduk laki- laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.

Mata pencaharian penduduk masyarakat Desa Kebarepan di sini mayoritas adalah pengrajin sandal, adapun mata pencaharian penduduk menurut data tahun 2015 adalah7 :

Tabel 2.2

Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Laki- laki Perempuan

1. Petani 5 orang -

2. Buruh Tani 22 orang 30 orang

3. Buruh Migran - 20 orang

4. Pegawai Negeri Sipil 65 orang 59 orang

5. Pengrajin Sandal 56 orang 4 orang

6. Peternak 30 orang -

7. Montir 2 orang -

8. Dokter swasta 2 orang 1 orang

9. Perawat swasta 1 orang 2 orang

10. TNI 16 orang -

7 Dokumen RPJMDes Desa Kebarepan tahun 2015

(6)

57

11. POLRI 5 orang -

12. Pengusaha Kecil, Menengah

dan Besar 11 orang 1 orang

13. Guru swasta 3 orang 4 orang

14. Karyawan Perusahaan Swasta 21 orang 20 orang

( Sumber : Data Desa Kebarepan, 2015) 2) Kesehatan

Prasarana kesehatan yang terdapat di desa kebarepan balai pengobatan, posyandu dan rumah bersalin. Untuk mengetahui lebih jelasnya prasarana kesehatan di Desa Kebarepan dapat dilihat pada tabel berikut8 :

Tabel 2.3 Prasarana Kesehatan

No Nama Jumlah

1. Balai Pengobatan 1 unit

2. Posyandu 2 unit

3. Rumah Bersalin 1 unit

( Sumber : Data Desa Kebarepan, 2015)

3) Kondisi Pendidikan

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan suatu masyarakat merupakan salah satu indikasi dari maju atau mundurnya kehidupan masyarakat yang bersangkutan karena tingkat pendidikan mencerminkan kesadaran bagi peningkatan pengetahuan untuk meraih segala bidang.9

Adapun lembaga pendidikan formal dan non formal yang ada di Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon sebagai berikut:

8 Dokumen RPJMDes Desa Kebarepan tahun 2015

9 Dokumen RPJMDes Desa Kebarepan tahun 2015

(7)

58

Tabel 2.4

Pendidikan Formal dan Non Formal

No Nama Jumlah Status Kepemilikan

1. PAUD 3 Terdaftar Swasta

2. Taman Kanak-

Kanak

2 Terdaftar Swasta

3. SD 1 Terdaftar Pemerintah

4. SMP 1 Terdaftar Swasta

5. SMK 1 Terdaftar Swasta

( Sumber : Data Desa Kebarepan, 2015)

Berdasarkan keadaan lembaga pendidikan yang terdapat di RW 003 Desa Kebarepan dapat diketahui lembaga pendidikan cukup memadai untuk kelancaran dalam bidang pendidikan agama islam.

4) Kondisi Keagamaan

Disamping dari lembaga- lembaga diatas yang bersifat non formal, ada juga tempat ibadah dan oganisasi dalam bidang keagamaan yang mengolah acara pendidikan non formal adalah DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) dan IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) di bidang keagamaan masih melakukan program terdahulu yaitu melaksanakan pengajian rutin dan marhabanan, pelaksanaan ini masih berjalan. Adapun kegiatan rutin keagamaan di RW 003 di Masjid Al- Iman sebagai berikut10 :

Tabel 2.5

Kegiatan DKM di Masjid Al-Iman

No Hari Waktu Kegiatan

Rutin

Pelaksanaan

1. Kamis 19.30 – 20.30 Marhabanan Remaja

Masjid

10 Dokumen RPJMDes Desa Kebarepan tahun 2015

(8)

59

2. Jumat 13.00 – 16.00 Pengajian Ibu- ibu

( Sumber : Data Desa Kebarepan, 2015)

Kehidupan beragama masyarakat pada umumnya dapat dilihat dengan tersedianya sarana peribadatan, yaitu masjid dan mushola yang merupakan tempat suci untuk melaksanakan ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya untuk menunjang kehidupan beragama di RW 003 Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.

Tabel 2.6 Sarana Peribadatan

No Nama Jumlah

1. Masjid 1 buah

2. Mushola 1 buah

Jumlah 2 buah

( Sumber : Data Desa Kebarepan, 2015)

Sarana keagamaan yang ada di RW 003 Desa Kebarepan hanya Masjid 1 buah dan Mushola 1 buah. Dengan melihat keadaan sarana peribadatan yang terdapat di Desa Kebarepan RW 003, dapat diketahui sarana peribadatan cukup memadai untuk memenuhi kenyamanan peribadatan masyarakat.11

C. Sejarah Home Industry Sandal Kebarepan

Sandal Barepan merupakan kerajinan tangan yang sudah hampir setengah abad dijalankan oleh tangan-tangan trampil pada zaman dulu. Dahulu sandal Barepan terbuat dari bahan karet mentah yang biasa kita lihat pada sebuah ban mobil ataupun motor, dengan tangan-tangan trampil tersebut jadilah sandal yang berkualitas dan tahan lama, dengan sedikit bahan-bahan lainnya seperti paku dan lem khusus, sandal itu pun diberi nama trumpah. Seiring waktu berjalan, dari

11 Dokumen RPJMDes Desa Kebarepan tahun 2015

(9)

60

generasi ke generasi, dari keturunan berpindah ke keturunan, dan beragam jenis dan model sandal, zaman kian modern, akhirnya Sandal yang terbuat dari karet mentah tersebut luntur dan menghilang ditelan zaman, Desa Kebarepan bisa dibilang Desa dengan maskotnya Sandal, karena walaupun sandal trumpah lenyap ditelan waktu, tapi Desa Barepan mampu menciptakan karya-karya tangan trampil dengan sebuah model Sandal yang tak kalah pesatnya dengan sandal trumpah, dari hasil tangan-tangan trampil penduduk pribumi Desa Kebarepan terciptalah sandal yang enteng, nyaman dan kuat, dengan julukan Sandal Obregan, adapun bahan untuk Sandal Obregan ini hanyalah karet bekas pabrik yang di impor langsung dari kota Tanggerang, adapun bahan untuk penguat kaki atau yang disebut Tali Sandal, di impor langsung dari kota Jakarta dan Surabaya, tidak banyak bahan yang digunakan untuk model Sandal ini.12

Salah seorang Perangkat Desa Kebarepan, Ridwan sebagai sekertaris Desa Kebarepan, belum lama ini menjelaskan, keberadaan kerajinan ini konon bermula dari sebuah keisengan segelintir orang di sekitar tahun 1950-an yang memanfaatkan limbah karet ban yang diubah menjadi sepasang sandal jepit.

Dahulu, lebih dikenal dengan sebutan sandal Bandol alias Ban Bodol. Dari keisengan itu, sandal yang dibuat ternyata mendapat respon positif dari masyarakat, khususnya dari kalangan menengah ke bawah. Selain harganya murah, bahan bakunya mudah didapat, praktis dan dijamin kuat karena karet ban punya daya tahan yang mumpuni. Akibatnya, satu persatu, masyarakat belajar membuat kerajinan sandal berbahan baku karet dari bekas ban. Desa yang berada di pinggiran Sungai Pulosari ini kemudian tumbuh menjadi sentra kerajinan sandal jepit sampai dengan sekarang. “Saat itu pemasarannya masih seputar Cirebon dan sekitarnya,” imbunya.13 Selanjutnya, sekitar tahun 1980-an, kerajinan sandal jepit Kebarepan mulai menampakkan tajinya. Para perajin tidak hanya mengolah ban bekas menjadi sandal, tapi sudah dipasok bahan baku karet dari

12 Wawancara dengan Sekertaris Desa Kebarepan Ridwan Khidir pada tanggal Senin 14 Desember 2015 pukul 15.00 WIB

13 Wawancara dengan Sekertaris Desa Kebarepan Ridwan Khidir pada tanggal Senin 14 Desember 2015 pukul 15.00 WIB

(10)

61

Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Peralihan bahan baku ke karet mentah membuat para perajin bisa leluasa berkreasi. Variasi desain tidak monoton karena bahan bakunya tak memiliki pola lingkaran seperti ban mobil. Variasi desain ini membuat dunia luar melirik. Alhasil, sandal jepit ini diekspor ke negara-negara Timur Tengah. Sampai dengan era 1990-an, industri kerajinan ini terus menggeliat. Dari jumlah pengrajin yang hanya puluhan, pada saat itu bengkak menjadi ratusan. Meski perajin ratusan, namun persaingan usaha tidak terlalu tampak. Para perajin memiliki pelanggan sendiri, bahkan mereka kesulitan memenuni order yang dating. Kemudian, saat itu mayoritas penduduk Desa Kebarepan berprofesi sebagai perajin sandal. Lain lagi dengan para pemilik modal, mereka ramai-ramai membeli peralatan dan membuka usaha sendiri.

Namun, bencana datang ketika krisis moneter menerpa Indonesia di tahun 1997 dan 1998. Hampir 60 persen perajin kolaps karena tidak kuat terdampak krisis moneter. Lambat laun, industri ini ditinggalkan dan banyak pemilik modal yang bangkrut. Ribuan tenaga ahli dan pekerja kerajinan sandal jepit melakukan eksodus besar-besaran ke wilayah Tangerang. Di sana, mereka ditawari bekerja di industri yang sama dengan gaji yang jauh lebih besar. Tidak hanya tenaga ahli, mesin-mesin pencetak alas kaki pun diboyong. “Dari ratusan pengrajin, kini hanya tinggal beberapa orang saja,” terangnya.14

D. Keadaan Keluarga Pengrajin Sandal

Kondisi keluarga di desa kebarepan secara keseluruhan adalah pengrajin sandal. Penduduk Kebarepan yang lebih dari 2.000 orang itu pun menggantungkan nafkah hidupnya dari industri ini. Dari rumah-rumah penduduk setempat pun, lahir sandal-sandal karya penghuninya, mengikuti produk pabrik di kawasan itu. Berkembangnya Desa Kebarepan menjadi sentra produksi sandal, sebenarnya tidak diduga penduduk desa itu sendiri, sebab cikal bakal yang

14 Wawancara dengan Sekertaris Desa Kebarepan Ridwan Khidir pada Senin 14 Desember 2015 pukul 15.00 WIB

(11)

62

mengarah ke lahirnya industri itu hanyalah dari keahlian segelintir penduduk setempat yang mengubah ban-ban bekas mobil menjadi sandal jepit murah yang layak di pasarkan. Penduduk setempat menyebut industri sandal Kebarepan sekarang adalah karya beberapa penduduk berupa sandal bandol. Ini merupakan akronim dari ban bodol, yang artinya ban bekas dan butut yang sudah tidak terpakai lagi.15

Konon sekitar tahun 1950-an sejumlah penduduk setempat membuat sandal jepit dari ban bekas itu. Ketika sandal jenis ini dijual ternyata laku, hingga akhirnya tidak hanya segelintir orang yang berkarya membuat sandal bandol.

Penduduk lainnya pun mengikuti, sehingga Kebarepan pun tumbuh menjadi produsen sandal jepit murahanitu. Pemasarannya masih di daerah Cirebon dan sekitarnya. Kreativitas perajin pedesaan ini ternyata malah merupakan awal dari tumbuhnya industri sandal Kebarepan. Sandal baru yang tidak lagi menggunakan bahan ban-ban bekas atau sandal bandil ini laku di pasaran . Permintaan khalayak semakin berkembang. Tidak hanya penduduk sekitar yang menyukai sandal Kebarepan. Ketika sandal mereka dipasarkan ke daerah lain, masyarakat pun menyukainya.Perkembangan ini semakin menarik minat penduduk setempat, mencari nafkah dari memproduksi sandal. Sebagian besar penduduk Kebarepan membuatnya di rumah mereka masing-masing. Sejumlah penduduk lainnya bahkan mampu membuat pabrik cukup besar. Sedangkan sebagian lainnya mencoba peruntungannya dengan menjadi penjual produk itu ke daerah lain.

Sampai sekarang ini sandal Kebarepan telah menyerbu pasar sampai ke luar Pulau Jawa, seperti propinsi-propinsi di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Di Jawa sebagian besar sandal Kebarepan tersedot di pasar Jawa Tengah dan Jawa Timur.16

15 Dokumen RPJMDes Desa Kebarepan tahun 2015

16 Wawancara dengan Sekertaris Desa Kebarepan Ridwan Khidir pada Senin 14 Desember 2015 pukul 15.00 WIB

(12)

63

E. Perkembangan Home Industry Sandal Kebarepan

Industri Sandal Barepan merupakan industri yang diusahakan oleh sebagian masyarakat Desa Kebarepan. Sepanjang perkembangannya, industri tersebut telah mengalami dinamika yang pasang surut. Dimulai pada sekitar tahun 1970 dengan produknya yang lebih dikenal sebagai Sandal Bandol (ban bodol). Hal yang paling menarik dari perkembangan industri Sandal Barepan adalah potensi yang tersimpan di industri tersebut. Potensi tersebut jelas terlihat ketika Sandal Barepan mampu menuju puncak kejayaan pada tahun sekitar tahun 1996 sampai 2000.

Pada masa puncak kejayaannya, industri Sandal Barepan menjadi andalan utama sebagian besar masyarakat Desa Kebarepan untuk mendapatkan penghidupan.

Namun sangat disayangkan potensi tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak-pihak yang berkepentingan (pengusaha dan pemerintah), sehingga puncak kejayaan industri Sandal Barepan berlangsung sangat singkat (sekitar 4 tahun). Pada perkembangan selanjutnya, tahun 2000 hingga 2008 industri Sandal Barepan mengalami keterpurukan. Keberadan industri Sandal Barepan di Desa Kebarepan ternyata mampu memberikan kontribusi bagi perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Perubahan sosial masyarakat sekitar dapat dari beberapa hal, seperti; perubahan pekerjaan dari petani menjadi pengrajin Sandal Barepan. Perubahan tersebut kemudian berimbas kepada perubahan-perubahan lain, seperti pada etos kerja dan gaya hidup masyarakat Desa Kebarepan. Etos kerja petani yang cenderung monoton kini berubah menjadi etos kerja pengrajin yang lebih mengedepankan kreativitas, inovasi dan persaingan. Perubahan gaya hidup terlihat dari semakin bersifat konsumtifnya masyarakat Desa Kebarepan.17

Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon, berada di jalur utama Cirebon-Jakarta dan Cirebon-Bandung. Sekitar 12 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon. Desa Kebarepan termasuk salah satu desa di

17 Wawancara dengan Sekertaris Desa Kebarepan Ridwan Khidir pada Senin 14 Desember 2015 pukul 15.00 WIB

(13)

64

Kecamatan Plumbon yang masyarakatnya memiliki keahlian khusus, membuat sandal atau membuat kursi dari ban bekas. Sekitar tahun 1998, nama Desa Kebarepan terkenal di kalangan pengusaha Afrika dan negara Timur Tengah lainnya. Bagaimana tidak? Keahlian masyarakatnya membuat sandal dengan beragam warna dan bahan dasarnya dari plastik/karet bekas, membuahkan hasil yang luar biasa bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekitar. “Setidaknya pada tahun itulah pengusaha sandal yang tertarik dengan ajakan pengusaha Afrika dan negara Timur Tengah lainnya untuk membuat sandal sebanyak-banyaknya dan menjual dengan harga murah kepada mereka, benar-benar dilimpahi keuntungan.

Tidak sedikit masyarakat yang tertarik ke dalam bisnis ini. Dari pengusaha besar sampai mereka yang hanya mampu bermain di home industry. Semuanya hampir rata mendapat penghasilan yang berlimpah karena pesanan pengusaha Afrika,”

tutur Ridwan18 Akibat tingginya pesanan dari para pengusaha Afrika, para pengusaha sandal kebarepan nyaris tak menyentuh pasar lokal. Mereka mengabaikan pesanan dari pasar lokal. Semua perhatian dan konsentrasi hanya jatuh untuk memenuhi pesanan dari para pengusaha Afrika dan negara Timur Tengah lainnya. Tutur Ridwan, salah seorang pengusaha Didi (almarhum) sempat mengenyam manisnya pesanan dari Afrika, bahkan keberhasilan itu meningkat tajam pada kondisi ekonominya yang sangat mapan. Sayangnya, anak-anaknya tidak tertarik untuk meneruskan usahanya. Kejayaan sandal kebarepan mencapai puncaknya pada tahun 1999. “Bahkan saat permintaan para pengusaha Afrika semakin tinggi dan unsur kualitas tidak lagi jadi bahan pertimbangan, para pengusaha sandal kebarepan terus saja memenuhinya. Dari sinilah titik kejatuhan dimulai, setelah para pengusaha dari Timur Tengah tidak lagi menjatuhkan pesanan pada sandal kebarepan. Berbarengan dengan itu, jatuh pula para pengusaha sandal kebarepan termasuk home industry yang awalnya hanya memenuhi pesanan untuk ekspor,” kata Ridwan19

18 Wawancara dengan Sekertaris Desa Kebarepan Ridwan Khidir pada Senin 14 Desember 2015 pukul 15.00 WIB

19 Wawancara dengan Sekertaris Desa Kebarepan Ridwan Khidir pada Senin 14 Desember 2015 pukul 15.00 WIB

(14)

65

Seiring dengan semakin langkanya pesanan dari Timur Tengah dan tidak tergarapnya pasar lokal, satu persatu pengusaha dan home industry sandal di Desa Kebarepan hancur. Kehancuran itu berlanjut dengan mulai maraknya pengusaha sejenis di Bogor dan Bandung serta kota-kota lainnya. Perajinnya, tentu saja warga Desa Kebarepan yang telah memiliki keahlian terhantam kehancuran karena tidak lagi memiliki pasar dan pembeli. “Kondisi ini hampir merata dialami para pengusaha dan home industry sandal yang semula hanya mengandalkan pasar ekspor. Kalaupun sekarang ini produksi sandal kebarepan masih bertahan itu pun jumlahnya sudah sangat sedikit. Bahkan, hanya ada beberapa home industry yang membuat satu jenis sandal saja, untuk kepentingan hotel,” tutur Ridwan20

F. Home Industry Sandal

Tabel 2.7

Home Industry Sandal di Desa Kebarepan

No Nama Berdi

ri

Skala Pemilik Kemampuan Produksi

(Bulan)

Alamat

1. GE GT Collection

2004 Kecil Tati 12 Kodi RT 02 RW 02

2. MD Sandal 2008 Kecil Maysaroh 40 Kodi RT 01 RW 01 3. Cekerman

Sandal

1950 Kecil Kastari 30 Kodi RT 01 RW 04

4. Sandal Hello Kitty

1996 Kecil Yuyun 30 Kodi RT 03 RW 03

5. Clarissa Sandal 2009 Sedang Jamali 60 Kodi RT 02 RW 04 6. Yeni Sandal 1996 Sedang Askinah 120 Kodi RT 01 RW 05 7. SaBa (Sandal

Barepan)

1991 Sedang Junaedi 450 Kodi RT 02 RW 05

20 Wawancara dengan Sekertaris Desa Kebarepan Ridwan Khidir pada Senin 14 Desember 2015 pukul 15.00 WIB

(15)

66 8. The Princess

Sandal

1990 Sedang Iin 150 Kodi RT 01 RW 06

9. Smile Sandal 2012 Sedang Ari dan Murni

60 Kodi RT 02 RW 05

10. BX Sandal 2007 Sedang Mang Borax

60 Kodi RT 01 RW 02

11. Hasna Sandal 2009 Sedang Amir 60 Kodi RT 01 RW 02 12. Lk Sandal 2011 Sedang Dodo 90 Kodi RT 03 RW 05 13. Diman Sandal 2003 Sedang Diman 70 Kodi RT 02 RW 04 14. Nadi Sandal 1997 Sedang Nadi 65 Kodi RT 02 RW 03 15. Basuni Sandal 2000 Sedang Basuni 60 Kodi RT 03 RW 03 16. Sifa Cirebon 1998 Besar Toni 4500 Kodi RT 02 RW 01 17. El - Tiga 2001 Besar Hendra 5.600Kodi RT 02 RW 01

Berikut ini adalah beberapa home industry sandal yang peneliti teliti di Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.

1. GE GT Collection

Pemilik home industry sandal GE GT collectin ini adalah Tati Winarti (53th) tamatan SMP bertempat di blok desa Rt 02 Rw 02 Desa Kebarepan. Tati memiliki 4 orang anak. Usaha GE GT Collection ini sudah berjalan selama 12 tahun.21 Motif atau latar belakang Ia menjalankan usaha ini semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sehari-hari, disamping itu Ia mengatakan

“usaha ini sedikit demi sedikit untuk membantu biaya anak-anaknya sekolah, Alhamdulillah anak saya ada yang sampai kuliah” ujarnya.

Didalam usahanya ini Ia hanya menjual satu macam sandal yaitu yang dikenal dengan sandal karakter seperti keropi, hello kitty, spiderman dan banyak sandal karakter-karakter lainnya yang Ia produksi. Selanjutnya dalam kegiatan produksinya ia dibantu oleh 5 orang pekerja yang merupakan amggota

21 Wawancara dengan Ibu Tati pada tanggal 26 Desember 2015 Pukul 13.35 WIB

(16)

67

keluarganya dengan upah sesuai dengan pendapatan atau laba yang dihasilkan.

Setiap pekerja mendapatkan upah Rp 25rb sampai Rp 3rb setiap harinya.

Modal awal yang digunakan Tati adalah sebesar Rp 350rb (bahan baku) Rp 10jt (alat-alat produksi) dengan omset penjualan Rp 4jt/bulan dengan rincian 250 pasang sandal karakter dikali dengan Rp 16rb/pasang dengan laba bersih sekitar Rp 3jt/bulan. Didalam proses produksinya Ia menggunakan mesin press berfungsi agar sandal yang dibuatnya tahan lama dan mesin jahit sebagai alat untuk menjahit tali sandalnya dan cetakan yang diberi nama cetakan plong yaitu cetakan yang yang berfungsi mencetak huruf A-Z. Bahan baku yang ia gunakan yaitu karet 5ml dengan harga Rp 40rb/kg dan karet 6ml dengan harga Rp 52rb/kg.

bahan baku tersebut dulunya Ia dapatkan dari Tangerang tetapi sekarang Ia cukup membelinya didaerah Plered Cirebon atau di Blok Kavling Desa Kebarepan yang merupakan central karet untuk sandal khusus Desa Kebarepan.

“Proses produksi yang pertama yaitu Ia harus mebuat pola sandal karakter selanjutnya mengukir sandal yang telah diberi pola tadi lalu di beri karet yang tebalnya 6ml dengan menggunakan lem lalu sandal yang setengah jadi itu di cetak sesuai dengan karakter dan di presskan menggunkan mesin press lalu diberi tali pada sandal dan dirapihkan dengan menggunakan cutter sesuai dengan bentukan pola yang telah diukir” ujar Tati

Proses produksi ini berlangsung pukul 08.00 s/d 17.00 WIB. Selain itu sandal ini tidak dipasarkan oleh Tati melainkan ada konsumen yang sudah berlangganan yaitu dari daerah Subang, Jambi, Riau, Karawang, Kuningan sedangkan konsumen eceran biasanya berasal dari daerah Cirebon. Home industry sandal ini belum memiliki legalitas usaha, karena menurut tati hal tersebut tidak terlalu penting dalam usahanya karena usahanya berskla kecil sehingga ia tidak memerlukan legalitas usaha.

Kesulitan yang Ia alami selama menjalankan home industry sandal ini menurutnya tidaklah sulit untuk dirinya karena kesulitannya hanya jika bahan baku tidak ada atau langka dipasaran sedangkan pesanan banyak maka ia tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumennya. Sedangkan dalam menghadapi pesaing Ia memiliki startegi sendiri yaitu Ia selalu mementingkan kualitas sandalnya

(17)

68

meski bahan baku naik itu tidak serta merta Ia menaikan juga harga sandal per pasangnya itu bertujuan agar konsumennya bisa merasa puas dan agar usahanya lancer untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta karakter atau gambar yang Ia buat selalu mengikuti trend yang sedang naik daun.

2. MD Sandal

Tidak jauh berbeda dengan home industry Maysaroh, Pemilik home industry sandal MD Sandal ini adalah Maysaroh (40th) bertempat di blok desa Rt 01 Rw 01 Desa Kebarepan. Maysaroh memiliki 2 orang anak. 22 Usaha MD Sandal ini sudah berjalan selama 8 tahun. Motif atau latar belakang Ia menjalankan usaha ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sehari-hari, disamping itu Ia mengatakan “usaha ini untuk menyekolahkan anak saya yang masih duduk dibangku kelas 6 SD” ujarnya.

Didalam usahanya ini Ia hanya menjual satu macam sandal yaitu sandal karakter yang tidak jauh berbeda dengan yang di produksi MD Sandal seperti tom and jerry dan banyak sandal karakter-karakter lainnya yang Ia produksi.

Selanjutnya dalam kegiatan produksinya hanya dikerjakan oleh 2 orang yaitu Ia dan suaminya. Ia tidak menggunakan tenaga kerja orang lain karena merasa Ia dan suaminya saja sudah cukup itu juga bisa dilakukan sambil melakukan pekerjaan rumah tangga. Modal awal yang digunakan Maysaroh adalah sebesar Rp 4jt (bahan baku) Rp 25jt (alat-alat produksi) dengan omset penjualan Rp 14,4jt/bulan dengan rincian 800 pasang sandal karakter dikali dengan Rp 18rb/pasang dengan laba bersih sekitar Rp 2,4jt/bulan. Didalam proses produksinya sama halnya dengan GE GT Collection yaitu menggunakan mesin press berfungsi agar sandal yang dibuatnya tahan lama dan mesin jahit sebagai alat untuk menjahit tali sandalnya dan cetakan yang diberi nama cetakan plong yaitu cetakan yang yang berfungsi mencetak huruf A-Z. Bahan baku yang ia gunakan yaitu karet 5ml dengan harga Rp 42rb/kg dan karet 6ml dengan harga Rp 55rb/kg. Bahan baku

22 Wawancara dengan Ibu Maysaroh pada tanggal 26 Desember 2015 Pukul 15.01 WIB

(18)

69

tersebut Ia cukup membelinya didaerah Plered Cirebon atau di Blok Kavling Desa Kebarepan yang merupakan central karet untuk sandal khusus Desa Kebarepan.23

Dalam proses produksinya sama dengan GE GT Collection yaitu pertama yaitu Ia harus mebuat pola sandal karakter selanjutnya mengukir sandal yang telah diberi pola tadi lalu di beri karet yang tebalnya 6ml dengan menggunakan lem lalu sandal yang setengah jadi itu di cetak sesuai dengan karakter dan di presskan menggunkan mesin press lalu diberi tali pada sandal dan dirapihkan dengan menggunakan cutter sesuai dengan bentukan pola yang telah diukir. Proses produksi ini berlangsung tidak terpaku pada waktu karena Ia dan suaminya bisa kapan saja mengerjakannya. Selain itu sandal ini tidak dipasarkan oleh Maysaroh melainkan ada konsumen yang sudah berlangganan yaitu dari daerah Kuningan, Indramayu, Cilegon, Serang, bahkan ada yang memesan untuk dipasarkan di Papua. Home industry sandal ini belum memiliki legalitas usaha, karena menurut Maysaroh, Ia maupun suaminya tidak mengerti masalah izin tersebut karena pendidikannya hanya sampai SMP. Kesulitan yang Ia alami selama menjalankan home industry sandal ini sama saja dengan yang dialami oleh GE GT Collection yaitu jika bahan baku tidak ada atau langka dipasaran sedangkan pesanan banyak maka ia tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumennya. Sedangkan dalam menghadapi pesaing Ia tidak ragu dengan produksi sandal miliknya.24

“Alhamdulillah konsumen selalu datang sendiri karena rezeki Allah yang mengatur” tegas maysaroh

3. Cekerman Sandal

Pemilik home industry sandal Cekerman Sandal ini adalah Kastari (75th) bertempat di blok Kadiwangsan Rt 04 Rw 01 Desa Kebarepan. Usaha Cekerman Sandal ini sudah berjalan selama 66 tahun. Motif atau latar belakang Ia menjalankan usaha ini yaitu meneruskan almarhum ayahnya sbelum menjadi pengrajin Ia terlebih dahulu mencoba menjadi seorang petani lalu Ia belajar dari

23 Wawancara dengan Ibu Maysaroh pada tanggal 26 Desember 2015 Pukul 15.01 WIB

24 Wawancara dengan Ibu Maysaroh pada tanggal 26 Desember 2015 Pukul 15.01 WIB

(19)

70

pamannya sehingga Ia menjadi pengrajin sandal yang diberi nama Cekerman Sandal.25

Didalam usahanya ini Ia hanya menjual satu macam sandal yaitu sandal jepit, sebelumnya Ia pernah memproduksi sandal bandol yaitu sandal bodol yang terbuat dari karet ban. Selanjutnya dalam kegiatan produksinya hanya Ia kerjakan sendiri setiap hari dengan waktu yang tidak ditentukan. “Dulu home industry cekerman ini di kerjakan lebih dari 20 pekerja tetapi karena krisis ekonomi moneter jadi banyak pekerja yang pindah ke luar kota” ujarnya.

Modal awal yang digunakan Kastari Ia tidak mengetahui pasti karena menurutnya “itu sudah lama sekali jadi saya lupa, saya lahir ketika jepang juga dating sekitar taun 1941” tegas Kastari.

Tidak pernah terpikirkan olehnya untuk meminjam modal dari perbankan karena menurutnya Ia pernah ingin meminjam permodalan dengan syarat-syarat yang menurut Kastari sulit dan harus melewati beberapa tahap yang rumit.

Pendidik yang sempat Ia rasakan hanya Sekolah Rakyat (SR). Omset penjualan yang Ia peroleh yaitu sebesar Rp 1,8jt/bulan dengan rincian 20 pasang sandal jepit per hari dikali dengan Rp 3rb/pasang dengan satu pasang sandal Ia hanya mendapat keuntungan Rp 500/pasang itu berarti dalam satu bulan Ia hanya mendapatkan Rp 300rb/bulan. Menurut Kastari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dirasanya cukup karena dalam satu hari ia hanya menghabiskan uang Rp 10rb untuk membeli makan. Didalam proses produksinya semuanya Ia yang mengerjakan dari mulai membuat pola sandal, member lem pada sandal sampai mengukir dan mengepress sandal sampai jadi itu semua ia lakukan sendiri. Bahan baku yang ia gunakan yaitu karet atay spon 5ml dengan harga Rp 10,5rb/kg Ia memperolehnya di Plered Cirebon sedangkan tali sandal jepit dengan harga Rp 20rb/kodi.

Untuk cara pemasarannya pun Ia berikan kepada Ibu Weni untuk memasarkan sandalnya ke pasar karena menurut Kastari usha ini hanya untuk menyambung hidupnya saja Ia tidak memiliki tujuan lain. Ibu weni setiap harinya bisa mendpatakan sekitar Rp 30rb. Saat Ia menjadi pengrajin yang sukses pada

25 Wawancara dengan Bapa Kastari pada tanggal 27 Desember 2015 Pukul 09.47 WIB

(20)

71

tahun 1997 Ia berhasail membangun musholah yang diberi nama musholah as salam disebelah Ia tinggal. Kesulitan yang Ia alami tentunya hambatan modal yang sangat berpengaruh pada home industry. Dalam bersaing dengan pasar pun Ia tidak memiliki trik khusus menurutnya “bapa yakin rezeki, hidup dan mati Allah yang mengatur. Jadi tidak usah takut tidak usah ragu semua-Nya sudah diatur oleh-Nya” ujar Kastari

4. Clarissa Sandal

Pemilik home industry sandal Clarisaa ini adalah Jamali (40th) tamatan SD bertempat di Rt 02 Rw 04 Desa Kebarepan. Usaha ini sudah berjalan selama 7 tahun. Motif atau latar belakang Ia menjalankan usaha ini untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sehari-hari. Sebelum mendirikan home industry sandal Clarissa, Ia sebelumnya bekerja pada home industry sandal milik oranglain setelah Ia cukup memiliki modal lalu Ia mendirikan home industry sandal sendiri.26

“kerja dengan orang lain mah di atur-atur terus, jadi pilih kerja sendiri aja waktu kerjanya juga bebas” ujar Jamali.

Didalam usahanya ini Ia hanya menjual dua macam sandal yaitu sandal bandol dan sandal batik. Dalam kegiatan produksinya ia dibantu oleh 1 orang pekerja dengan upah Rp 45rb per hari. Modal awal yang digunakan Jamali adalah sebesar Rp 100rb (bahan baku). Dengan omset penjualan untuk sandal batik Rp 6jt/bulan dengan rincian 20 pasang sandal batik dikali dengan Rp 10rb/pasang dengan setiap pasang sandal mengambil keuntungan Rp 3rb/pasang. Sedangkan untuk sandal bandol Rp 3,9jt/bulan dengan rincian 20 pasang dikali dengan Rp 6,5rb dengan setiap pasang sandal mengambil keuntungan Rp 2rb/pasang. Bahan baku untuk sandal batik yang ia gunakan yaitu 1kg bahan spon isi 6 dengan harga Rp 15rb dan kait batik Rp 23rb/meter. Sedangkan bahan baku sandal badol yaitu ban mobil yang reject dari pabriknya harus memesan 3 bulan terlebih dahulu dengan harga Rp 1,8rb s/d rp 2rb per kg.sedangkan tali untuk keduanya dibeli di Desa Kebarepan dengan harga Rp 20rb/kodi. Keuntungan dari hasil penjualan tersebut Jamali gunakan sedikit demi sedikit membeli peralatan untuk keperluan

26 Wawancara dengan Bapa Jamali pada tanggal 27 Desember 2015 Pukul 11.17 WIB

(21)

72

produksi home industry miliknya sehingga sekarang Jamali dalam Produksinya sudah menggunakan Mesin seperti mesin press, mesin molen, mesin bor dan mesin ungkit.

Proses produksi untuk sandal batik yaitu mencetak bahan spon dengan menggunakan cetakan yang sudah ada lalu memberika lem serta menempelkan kain batik yang sudah d gunting dan di ukur sesuai nomor sandal dan diberi tali sampai tahap finishing. Sedangkan untuk sandal bandol yaitu pertama harus memotong-motong karet ban lalu membentuk pola sandal sesuai ukuran dan memotong sandal yang sudah dipola menggunakan pisau berukuran besar atau biasa disebut oleh Jamali “bedog” dan menempelkan tali pada sandal. Sandal batik maupun sandal bandol sebelum dikemas menggunakan plastik dirapihkan terlebih dahulu menggunakan mesin gerindra agar bentuk tidak kasar. Dalam hal pemasaran Jamali mengirim produknya ke Subang dan Karawang serta Cirebon.

Kesulitan yang Ia alami selama menjalankan home industry ini Ia anggap tidak ada, karena menurut Jamali sepi dan ramainya konsumen itu yang menentukan keuntungan. Sedangkan dalam menghadapi pesaing Ia tidak memikirkan hal itu.27

“menurutnya bahwa produk sandal Clarissa akan terus terjual apabila selalu mementingkan kepuasan konsumen dan mengedepankan kualitas”. tegas Jamali

5. Yeni Sandal

Askinah (62th) adalah pemilik home industry Yeni sandal tamatan SMP bertempat di Rt 01 Rw 05 Desa Kebarepan. Askinah memiliki 7 orang anak.

Home industry ini sudah berjalan selama 20 tahun. Motif atau latar belakang Ia menjalankan usaha ini mulanya meneruskan warisan dari kakeknya Askinah lalu kemudian tujuan home industry sandal ini semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sehari-hari dan menyambung hidupnya.28

Didalam usahanya ini Ia menjual satu macam sandal yaitu yang dikenal dengan sandal jepit yeni. Selanjutnya dalam kegiatan produksinya ia dibantu oleh 5 orang pekerja yang Ia beri upah Rp 35rb samapi Rp 40rb setiap harinya.

27 Wawancara dengan Bapa Jamali pada tanggal 27 Desember 2015 Pukul 11.17 WIB

28 Wawancara dengan Ibu Askinah pada tanggal 27 Desember 2015 Pukul 13.26 WIB

(22)

73

Sebelum mengalami kebangkrutan yeni sempat memperkerjakan 30 orang pekerja untuk bekerja di home industry sandalnya. Kebangkrutan yang di alami Askinah terjadi karena Ia mengalami giro kosong dimana ia harus menjual semua assetnya hingga yang tertinggal hanya gudang bekas penyimpanan sandal yang sekarang Ia tempati untuk tempat tinggal bersama keluarganya. Modal awal yang digunakan Askinah adalah sebesar Rp 15jt (bahan baku) Rp 12jt (alat-alat produksi) dengan omset penjualan sekarang Rp 15,6jt/bulan dengan perhari Ia memproduksi 4 kodi sandal yang di jual seharga Rp 130rb dan setiap kodinya Ia mendapat keuntungan Rp10rb. Bahan baku Ia dapatkan di Plered Cirebon dengan harga Rp 12rb/kg.

Pemasarannya produk sandalnya ini dilakukan oleh suami Askinah ke pasar-pasar yang ada di daerah Cirebon. Kesulitan yang Ia alami adalah dalam kendala modal dan lat-alat yang belum komplit.

“Usaha Ibu tidak punya modal, butuh alat-alat yang komplit juga biar usaha lancar”. tegas Askinah

6. Sandal Hello Kitty

Pemilik home industry sandal Hello Kitty ini adalah Yuyun (42th) tamatan SMA Sederajat. bertempat di blok desa Rt 03 Rw 06 Desa Kebarepan. Usaha sandal Hello Kitty ini sudah berjalan selama 20 tahun. Motif atau latar belakang Ia menjalankan usaha ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, utamanya adalah meneruskan usaha orang tuanya. Dari hasil sandal hello kitty selama 20 tahun ini Ia bisa membangun sebuah rumah yang sekarang menjadi tempat tinggalnya.29

Didalam usahanya ini Ia hanya menjual satu macam sandal yaitu sandal Hello Kitty. Selanjutnya dalam kegiatan produksinya ia dibantu oleh 5 orang pekerja yang diberikan upah sekitar Rp 30rb sampai Rp 45rb per hari, dimulai pukul 08.00 s/d 16.00 WIB. Modal awal yang digunakan Yuyun adalah sebesar Rp 1jt(bahan baku) dengan omset penjualan mencapai Rp 16jt/bulan dengan rincian 20 kodi per 3 hari dikali dengan Rp 80rb/kodi dan setiap 1 kodi Ia mendapat keuntungan Rp 10rb/kodi. Bahan baku yang Ia gunakan adalah karet

29 Wawancara dengan BaIbu Yuyun pada tanggal 27 Desember 2015 Pukul 15.09 WIB

(23)

74

yang Ia beli di Plered seharga Rp 15rb/lembar. Biaya yang Ia harus keluarkan lagi yaitu untuk membayar Orang yang menyablon sandalnya sebesar Rp 1500/kodi sedangkan untuk menjahit slopan sandalnya Ia harus membayar Rp 20rb/kodi.

Hasil sandal miliknya Ia berikan kepada distributor yang ada di blok dukuh dalem Desa Kebarepan untuk selanjutnya dikirim ke Bandung dan Jakarta. Kesulitan- kesulitan yang dihadapi Yuyun adalah mengenai modal dan pekerja yang ahli dalam membuat kerajinan sandal.

7. SaBa (Sandal Barepan)

SaBa merupakan home industry milik Junaedi (48th) pendidikan akhirnya hanya sampai Sekolah Dasar (SD), Ia adalah ketua RW 05 Desa Kebarepan.

Home industry miliknya sudah berjalan 25 tahun. Home industry ini merupakan usaha turun temurun dari orangtuanya. Motif Ia menjadi seorang pengrajin karena Ia ingin mengembangkan kreatifitas yang ada pada dirinya, memberikan lapangan pekerjaan bagi lingkungan sekitar dan melestarikann usaha sandal ini dari nenek moyang.30 Didalam usahanya ini Ia hanya menjual duamacam sandal yaitu model lokal dan model hotel. Dalam kegiatan produksinya ia dibantu oleh 5 orang pekerja yang merupakan tetangga rumahnya. Upah yang diberikan untuk para pekerjanya sebesar Rp 35rb untuk wanita dan Rp 45rb untuk laki-laki.

Produksinya dimulai pukul 07.30 s/d 16.30 WIB dengan jam istirahat 1 jam.

Dalam proses produksinya Ia menggunakan mesin-mesin yang membantu pekerjaannya seperti mesin press, mesin molen, mesin gerindra, mesin oven sandal dan cetakan sandal. Modal awal yang Ia gunakan adalah kepercayaan.

“saya tidak menggunakan modal. Dulu dimulai dengan kepercayaan jadi kalau ada konsumen yang pesen konsumen tersebut memberikan uang muka untuk pembuatan sandal selanjutnya begitu sampai sekarang” ujar Junaedi

Omset penjualannya mencapai Rp 19jt per 2 minggu. Untuk sandal model hotel Ia memberikan harga untuk ketebalan 6ml Rp 3000/pasang, 8ml Rp 3250/pasang dan 10ml Rp 3.500/pasang sedangkan untuk sandal model lokal untuk laki-laki Rp 4500/pasang dan wanita Rp 7500/pasang. Sandal-sandal yang

30 Wawancara dengan Bapa Junaedi pada tanggal 28 Desember 2015 Pukul 09.03 WIB

(24)

75

ia produksi sudah ada disributornya yaitu untuk sandal model lokal akan dikirim ke JABODETABEK sedangkan sandal model hotel dikirim hingga keluar Jawa.

Usahanya ini tidak memiliki legalita atau izin usaha karena menurut Junaedi kapasitas produksinya belum banyak. Kesulitan yang Ia alami selama menjalankan home industry sandal ini terletak pada modal dan tenaga kerja yang belum terampil. Yang membuat home industry SaBa bertahan karena pemasarannya sudah ada, bahan baku selalu terpenuhi, serta kualitas produk SaBa selalu dijaga dan yangh paling penting menurut Junaedi adalah bahwa home industry sandal di Desa Kebarepan ini jangan sampai punah.

8. The Princess Sandal

Pemilik home industry sandal The Princess adalah Iin Winarti (43th) Home industry sandal ini sudah berjalan 26 tahun. Motif atau latar belakang Ia menjalankan usaha ini karena mayoritas di Desa Kebarepan dan untuk kesejahteraan ekonomi kehidupannya. Didalam usahanya ini Ia menjual satu macam sandal.31

Dalam kegiatan produksinya ia dibantu oleh 5 orang pekerja dengan upah Rp 30rb/hari untuk wanita dan Rp 40rb/hari untuk laki-laki. Modal awal yang Ia gunakan adalah kepercayaan, jadi kalau ada konsumen yang pesen konsumen tersebut memberikan uang muka untuk pembuatan sandal selanjutnya Ia memproduksinya. Dalam satu hari Ia dan pekerjanya mampu memproduksi 5 kodi dengan harga Rp 140rb/kodi, sedangkan keuntungannya Ia ambil 10% sari setiap kodinya. Untuk bahan baku nya Iin memeblinya di Plered Cirebon dengan harga Rp 11rb/kg dan Rp 8500/lembarnya. Pemasarannya di kirim ke Pamanukan, Palembang, Jakarta, Tangerang, Cilegon. Kesulitan yang Ia alami selama menjalankan home industry sandal ini menurutnya adalah modal, Ia bahkan pernah meminjam ke perbankan tetapi hanya beberapa saat saja. Iin mengatakan alasannya mengapa Ia tetap bertahan pada home industry sandal. “saya bertahan

31 Wawancara dengan Bapa Jamali pada tanggal 28 Desember 2015 Pukul 10.47 WIB

(25)

76

karena untuk kebutuhan ekonomi, kalau tidak begini nanti tidak bisa makan”. Ujar Iin

9. Smile Sandal

Ari (30th) dan Murni (26th) adlah pemilik home industry Smile sandal.

Mereka memiliki 1 orang anak yang masih berumur 4 tahun. Home industry miliknya sudah berjalan lancar selama 4 tahun. Meskipun terbilang baru tetapi mereka yakin bahwa usahanya bisa bersaing dengan pasar. Motif Ia menjadi seorang pengrajin karena itu merupakan mata pencaharian utama keluarganya.

Didalam usahanya ini Ia hanya menjual dua macam sandal yaitu sandal jepit dan sandal slop.32

Dalam kegiatan produksinya ia dibantu oleh 5 orang pekerja yang merupakan tetangga rumahnya. Upah yang diberikan untuk para pekerjanya sebesar Rp 30rb untuk wanita dan Rp 40rb untuk laki-laki. Produksinya dimulai pukul 07.30 s/d 16.30 WIB dengan jam istirahat 1 jam. Dalam proses produksinya Ia menggunakan mesin-mesin yang membantu pekerjaannya seperti mesin press, mesin molen, mesin gerindra. Modal awal yang Ia gunakan sebesar Rp 4jt. Produk sandal jepit diberi harga Rp 120rb/kodi dan sandal slop Rp 75rb/kodi. Dengan setiap kodinya Ia mengambil keuntungan Rp20rb/kodi. Untuk bahan baku Ia membelinya di Plered Cirebon dengan harga Rp 11rb/kg. Omset penjualannya 60 kodi untuk sandal jepti dan sandal slop perbulannya.

Sandal-sandal yang ia produksi Ia pasarkan sendiri ke pasar Jamblang, pasar Plered dan Serang Depok Cirebon. Kesulitan yang Ia alami selama menjalankan home industry sandal ini terletak apabila bahan baku langka, untuk modal sendiri Ia yakin mampu mengtasinya. Yang membuat Ari dan Murni bertahan dari home industry sandal ini karena skill yang mereka miliki hanya dalam kerjainnan sandal. Hal lain yang mereka perhitungkan dalam bersaing dengan pasar adalah selalu memperhatikan kepuasan konsumennya.33

32 Wawancara dengan Ibu Murni pada tanggal 28 Desember 2015 Pukul 13.31 WIB

33 Wawancara dengan Ibu Murni pada tanggal 28 Desember 2015 Pukul 13.31 WIB

(26)

77 10. El – Tiga

Pemilik Sifa Cirebon ini adalah Hendra (40th). Home industry ini sudah mencapai skala besar. Sifa Cirebon sudah berdiri selama 15 tahun dengan omset penjualan Rp 250jt/bulan. Bahkan pemasarannya pun menurut Hendra sudah seluruh Indonesia.34 Dalam satu harinya Sifa Cirebon bisa memproduksi 200 kodi.

Hendra mempekerjakan 80 orang, dengan upah Rp 35rb samapi rp 50rb per orang.

Pekerja juga bisa mendapat uanng tambahan jika lembur yaitu ½ dari upah yang didapatkan.

“sandal ukuran anak kecil, remaja, dan dewasa di hargai Rp 60rb sampai Rp 100rb per kodi” ujar Hendra.

Bahan baku yang digunakan Hendra langsung membelinya dari Jakarta Rp 8500/lembar dan Rp 8000/kg. Modal awal yang ia gunakan adalah komitmen dan kepercayaan. Home industry ini awalnya memang usaha kecil-kecilan dengan 3 pekerja saja namun pada tahun 2010 usaha ini menjadi besar dan mencapai puncak kejayaannya hingga sekarang. Sifa Cirebon sering mengikuti workshop kewirausahaan. Ia mengungkapkan bahwa kesulitannya dalam menjalankan usaha ini adalah faktor modal, meskipun begitu Ia tetap optimis usahanya akan terus berkembang dengan tetap meningkatkan kualitasnya.

11. Sifa Cirebon

Pemilik Sifa Cirebon ini adalah Toni (52th). Home industry ini sudah mencapai skala besar. Sifa Cirebon sudah sejak 1988 dengan omset penjualan Rp 195jt/bulan. Toni memproduksi khusus sandal hotel saja. Konsumen yang di utamakan adalah hotel-hotel yang ada di Daerah Cirebon, konsumen lainnya seperti Yogyakarta dan sidoarjo.35 Dalam satu harinya Sifa Cirebon bisa

34 Wawancara dengan Bapa Hendra pada tanggal 29 Desember 2015 Pukul 10.03 WIB

35 Wawancara dengan Bapa Toni pada tanggal 29 Januari 2015 Pukul 09.19 WIB

(27)

78

memproduksi 150 kodi. Toni mempekerjakan 20 orang, dengan upah Rp 40rb samapi Rp 45rb per hari.

Bahan baku yang digunakan Hendra langsung membelinya dari Jakarta Rp 15rb/lembar dan Rp 12rb/kg. Modal awal yang Ia gunakan sebesar Rp 700rb.

Home industry ini awalnya memang usaha kecil-kecilan dengan 2 pekerja saja namun home industry ini semakin meningkat karena prinsip yang Ia pegang yaitu jujur, sabar, dan ulet. Dan setiap apa yang Ia hasilkan 2,5% wajib Ia keluarkan untuk zakat, bukan hanya itu setiap 1pasang sandal Rp 100 Ia niatkan untuk shadaqoh yang Ia bagikan setiap 1 tahun sekali. Ia mengungkapkan bahwa kesulitannya dalam menjalankan usaha ini adalah konsumen yang menggunakan pembayaran dengan tempo sehingga Ia menemukan ide untuk mengatur keuangannya dari 100% modal yang kembali 35% digunkan saat itu, 35% untuk bulan depan dan 30% untuk investasi atau saving sehingga Ia tidak selalu dipusingkan oleh faktor modal. Agar ushanya berjalan Ia memili trik dalam mempertahankan produknya yaitu harus jeli mengolah bahan baku, produksi yang harus dibatasi, dan selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk semua konsumennya.36

Dari beberapa home industry diatas dpat disimpulkan bahwa home industry sandal merupakan mata pencaharian utama di Desa Kebarepan. Semua home industry sandal pada umumnya memproduksi sandal yang berbahan baku karet tetapi masih ada yang memproduksi sandal berbahan ban bekasa yaitu Jamali. Jamali beralsan bahwa sandal dari bahan ban bekas yang dulunya diberi nama bandol itu karena tidak ingin melupakan warisan nenek moyang dan tidak ingin melupakan sejarah sandal pertama di Desa Kebarepan. Untuk cara memproduksinya hampir sama karena kebanyakan menggunakan karet. Dalam menjaklankan usahanya banyak pengrajin yang mengalami kendala dalam modal.

Mereka mengharapkan adanya peran pemerintah untuk membantu agar usahanya terus berjalan untuk kesejahteraan hidupnya. Karena rata-rata masyarakatnya menggantungkan kehidupannya pada kerajinan sandal. Pemerintahan desa adalah

36 Wawancara dengan Bapa Toni pada tanggal 29 Januari 2015 Pukul 09.19 WIB

(28)

79

harapan pengrajin untuk membantu usahanya, tetapi mereka mengakui bahwa belum ada bantuan modal untuk kerajinnan sandalnya. Tetapi meski begitu mereka tetap optimis untuk terus melanjutkan usahanya. Meski hanya tinggal beberapa home industry sandal di Desa Kebarepan namun itu tak menjadi halangan untuk terus berkarya.

Referensi

Dokumen terkait

8nsisi dilakukan pada bagian terendah dari permukaan kista untuk rahang atau% atau pada bagian yang paling atas dari kista untuk rahang ba*ah# Sebagai &ontoh

Pada artikel ini dibahas empat penaksir rasio untuk rata-rata populasi dengan menggunakan dua variabel tambahan yang dimodifikasi menggunakan koefisien variasi dan

melampaui kapasitas. Kelompok fasilitas penting memperoleh kategori baik sekali dengan kondisi 96% layak pakai dan 4% melampaui kapasitas. Kelompok fasilitas pelengkap

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kasman, 19 bahwa munculnya pasar modern lebih diminati oleh para konsumen karena sistem pemasaran seperti

Talisman bir parça ka ğ ı t üzerine çizilip, varsa, istenen kimsenin meteryal ve resmi ile birlikte bir balmumu bebe ğ in içine koyulur... Bu iki devrenin

Sistem pengolahan air siap minum ini merupakan kombinasi proses oksidasi dengan kalium permanganat atau khlorine, penyaringan dengan filter pasir, filter mangan zeolit dan

Memenuhi  Jenis  produk  sesuai  dengan  izin  usaha  industri  IUI  yang  dimilikinya  dan  realisasi  kegiatan  produksi  di  PT 

Keanekaragaman jenis komoditas yang diusahakan petani pada kegiatan hutan kema- syarakatan termasuk dalam kategori keaneka- ragaman rendah dengan rata-rata 13 jenis ko- moditas