• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERADAAN FASILITAS MENURUT AKTIVITAS DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO, BANDA ACEH RAMZIAH AN NAJAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBERADAAN FASILITAS MENURUT AKTIVITAS DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO, BANDA ACEH RAMZIAH AN NAJAH"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERADAAN FASILITAS MENURUT AKTIVITAS DI

PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO,

BANDA ACEH

RAMZIAH AN NAJAH

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

KEBERADAAN FASILITAS MENURUT AKTIVITAS DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO, BANDA ACEH

adalah benar dan merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum disajikan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2010

(3)

ABSTRAK

RAMZIAH AN NAJAH, C44050502. Keberadaan Fasilitas Menurut Aktivitas di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo, Banda Aceh. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS DAN RETNO MUNINGGAR

Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo merupakan pelabuhan perikanan pantai (PPP) yang belum berupaya secara optimal setelah tsunami. Sebanyak 9.563 unit perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor hancur/hilang/rusak akibat tsunami, termasuk juga PPP Lampulo, 30 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), pabrik es, cold storage, Balai Benih Ikan/Balai Benih Udang, dan Pasar Ikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan dan kondisi fasilitas yang terdapat di PPP Lampulo, Banda Aceh; menentukan tingkat keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitasnya; serta menentukan rasio antara keberadaan dan kebutuhan fasilitasnya.

Penelitian menggunakan metode kasus tentang keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas serta rasio antara keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo. Analisis yang dilakukan secara deskriptif melalui pendekatan statistik.

Secara umum keberadaan dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo telah berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan keberadaan dan kondisi fasilitas berada dalam kategori baik. Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas secara umum dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan memiliki kategori baik, aktivitas penanganan dan pengolahan ikan memperoleh kategori

baik sekali; aktivitas pemasaran, pemeliharaan dan perbaikan, serta administrasi

dan penyuluhan dengan kategori baik. Perolehan rasio antara fasilitas yang ada terhadap fasilitas yang seharusnya ada, yaitu pada kelompok fasilitas vital 1:1,12 (baik), penting 1:1 (baik sekali), dan pelengkap 1:1,43 (baik) dan hal ini mengindikasikan bahwa segala aktivitas di PPP Lampulo sudah dapat berjalan dengan baik.

(4)

KEBERADAAN FASILITAS MENURUT AKTIVITAS DI

PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LAMPULO,

BANDA ACEH

RAMZIAH AN NAJAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemafaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(5)

Judul Skripsi : Keberadaan Fasilitas Menurut Aktivitas di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo, Banda Aceh

Nama Mahasiswa : Ramziah An Najah

NRP : C44050502

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA NIP: 19561123 198203 2 002

Retno Muninggar, S.Pi, ME NIP: 19780718 200501 2 002

Mengetahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP: 19621223 198703 1 001

(6)

“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu

dapat berjalan di daratan, (dan berlayar) dilautan.

Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal,

dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka

(orang-orang yang ada di dalamnya) dengan baik,

dan mereka bergembira karenanya....”(Q.s. Yunus [10]: 22)

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk Ibu yang tiada lelah berjuang Ayah yang telah memberiku banyak pelajaran hidup Biarkan kenangan indah bersamanya memelukku hingga menjadi tautan pertemuan di kehidupan yang lebih abadi

(7)

KATA PENGANTAR

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2009 ini adalah keberadaan fasilitas, dengan judul Keberadaan Fasilitas Menurut Aktivitas di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo, Banda Aceh.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA dan Retno Muninggar, S.Pi, ME selaku dosen pembimbing skripsi atas segala saran dan bimbingan selama penyusunan skripsi;

2. Dr. Ir. Budy Wiryawan, M. Sc selaku ketua Departemen PSP;

3. Dr. Ir. Muhammad Imron, M.Si selaku ketua komisi pendidikan Departemen PSP;

4. Ir. Dinarwan, MS selaku dosen penguji tamu atas sarannya;

5. Bapak Endin selaku Kepala UPT Lampulo atas kebaikannya memberikan pengarahan dan keterangan selama penelitian berlangsung;

6. Bapak Oni Kandi selaku Kepala pemograman DKP yang telah memberikan informasi yang penulis butuhkan;

7. Bapak Yudhi, Bapak Ulil, dan Bapak Dirman selaku staf UPT Lampulo atas kesabarannya mencarikan data dan keterangan yang penulis butuhkan;

8. Bapak Jol selaku staf DKP atas data dan keterangan yang diberikan; dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu

Akhirnya, semoga hasil penelitian ini memberi manfaat bagi pihak yang memerlukan.

Bogor, Maret 2010

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 24 Juli 1987 dari Bapak Soetikno (Alm) dan Ibu Zubaidah. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai di SD Negeri 1 Banda Aceh pada tahun 1995. Penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Banda Aceh dan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke SMA Negeri 3 Banda Aceh dan lulus tahun 2005. Penulis diterima belajar di IPB pada tahun 2005 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi kelembagaan kampus. Pada tahun 2005/2006, penulis menjadi staf perpustakaan di LDK Al-Hurriyah. Pada tahun 2006/2007, penulis menjadi staf syi’ar Forum Keluarga Muslim Perikanan. Pada tahun 2007/2008, penulis menjadi bendahara Forum Keluarga Muslim Perikanan. Pada tahun yang sama, penulis menjadi anggota Badan Pengawas Himpunan Profesi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Selain aktif di beberapa organisasi, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Teknik Perencanaan Pembangunan dan Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan pada tahun ajaran 2008/2009.

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul ”Keberadaan Fasilitas Menurut Aktivitas Di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo, Banda Aceh”. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan pada tanggal 19 Februari 2010.

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Teriring Segala Pujian dan Syukur untuk Allah SWT. Rabb tempat bergantung semua makhluk. Atas segala nikmat dan kasih sayangnya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Keberadaan Fasilitas Menurut Aktivitas Di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo Banda Aceh”. “Hasbunallah Wani’mal Wakil”. Penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak (Alm) dan Ibu tercinta juga adik-adikku tersayang (Ayi, Wawan, dan Rahmat) serta seluruh keluarga di Aceh yang tak pernah lekang memberi semangat dan motivasi, terimakasih atas semua do’a yang diberikan;

2. Cutma dan Om yang selalu memberi semangat dan do’a;

3. Keluarga ”mungil” ku di Dramaga, atas untaian do’a, tausyiah, dan dukungannya. Semoga kelak Allah mengumpulkan kita kembali di SyurgaNya;

4. Siska, Lila, dan Dessy yang telah banyak membantu selama penelitian di Aceh. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.

5. Keluarga ”OCEAN” : Tri, Ulfa, Sari, Sena, Vita, Evi, Riska, Widi, Ratna, Nita, Fatwa, Firman, Jamal, Daniyal, Jamil, Fahrul, Anhar, Arman, Fuadi, dan Adnan). Terimakasih telah melewati hari-hari bersama dalam perjalanan dakwah di kampus Tercinta. Luv U All Coz Allah;

6. Keluarga besar FKM-C (A’40, A’41, A’42, A’43), terimakasih atas warna yang diberikan dalam perjalanan panjang menuju Allah;

7. Kurcaci-kurcaciku: Septa, Ummi, Irna, dan Putri. Terimakasih atas persahabatan selama ini. Semoga Allah selalu menjaga kalian.

8. Hendri, Kim, Hafid, dan Bephe yang telah membantu dalam skripsi ini.

9. Keluarga Besar PSP, khususnya teman-teman PSP’42 (Ema, Golex, Didin, Cochan, Pakde, Budi, Asep, Sahat, Rio, Bram, Yuli, Dian, Nisa, Arif M, Yiyi, Intan, Anja, Gince, Fati, Oce, Ima, Winny, Adi, Leo, Dhenis, Nano, Dilla, Haryo, Fery, Eko, Noer, Hendro, Novel, Yosep, Reny, Ojan, Mery, Imam, Ferty, Mira, Vera, Mirza, Hano, Meida, Nia, Fifi, Zasuli, Adis). Terimakasih atas kebersamaan yang pernah ada di PSP;

(10)

10. Keluarga Vamdi : Mb Ajeng, Mb Vina, Ami, Chandut, Lisma, Ayiz, Dude, Ela, Mba Yofi, Mba Phyto, Mba Dona, Mba Ina, Mba Pipit, Mba Mila, Mba Dian, Ita, Zatil, Vida, Winda, Ira, Mba Yenies, Mba Novi. Terimakasih telah memberikan pelangi dibirunya langit hatiku dan atas kebersamaan yang terjalin indah; dan

11. Semua teman-teman yang mengenal penulis, terimakasih atas semua yang telah diberikan. Kiranya berkenan untuk menyelipkan nama ini pada setiap untaian do’a yang dipanjatkan, walau kita tak lagi bersua.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2010

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 3 1.3 Manfaat ... 4 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan ... 5

2.1.1 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pantai ... 5

2.1.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan ... 6

2.1.3 Peranan Pelabuhan Perikanan ... 7

2.2 Fasilitas Pelabuhan Perikanan ... 7

2.2.1 Fasilitas pokok ... 8 2.2.2 Fasilitas fungsional ... 8 2.2.3 Fasilitas penunjang ... 9 2.2.4 Fasilitas vital ... 9 2.2.5 Fasilitas penting ... 10 2.2.6 Fasilitas pelengkap ... 10

2.3 Aktivitas Pelayanan Pelabuhan Perikanan ... 10

2.3.1 Pendaratan ... 11 2.3.2 Penanganan ... 11 2.3.3 Pengolahan... 13 2.3.4 Pemasaran ... 13 2.3.5 Penyaluran perbekalan ... 14 1 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3.2 Materi dan Alat Penelitian ... 15

3.3 Metode Penelitian ... 15

3.4 Pengumpulan Data ... 16

3.5 Analisis Data ... 17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Banda Aceh ... 30

4.1.1 Keadaan geografis dan topografi ... 30

4.1.2 Keadaan penduduk ... 31

4.1.3 Unit penangkapan ikan di Banda Aceh ... 32

(12)

4.2 Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo ... 37

4.2.1 Lokasi PPP Lampulo ... 37

4.2.2 Musim dan daerah penangkapan ... 37

4.2.3 Produksi hasil tangkapan di PPP Lampulo ... 38

4.3 Keberadaan dan Kondisi Fasilitas ... 39

4.3.1 Keberadaan dan kondisi fasilitas PPP Lampulo ... 40

4.3.2 Tingkat keberadaan fasilitas di PPP Lampulo ... 58

4.3.3 Kondisi fasilitas di PPP Lampulo ... 61

4.4 Keberadaan, Kebutuhan dan Kondisi Fasilitas Dalam Menunjang Aktivitas di PPP Lampulo ... 65

4.4.1 Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan ... 65

4.4.2 Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas penanganan ikan ... 71

4.4.3 Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pengolahan ikan ... 74

4.4.4 Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran ikan ... 78

4.4.5 Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menúnjang aktivitas pemeliharaan dan perbaikan ... 84

4.4.6 Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas administrasi dan penyuluhan ... 86

4.4.7 Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas penyaluran perbekalan ... 90

4.5 Rasio antara keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo ... 93

5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Keberadaan fasilitas ... 20 1 Kondisi fasilitas ... 21 1 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas ... 24

1 Komponen-komponen yang dibandingkan untuk menentukan rasio

keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di

PPP Lampulo ... 28

5 Matriks keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas

di PPP Lampulo ... 29

6 Jumlah dan pertumbuhan penduduk di Banda Aceh dari tahun 2004-

2008 ... .... 31

7 Perkembangan jumlah armada kapal di Banda Aceh dari tahun 2004-

2008 ... 32 8 Perkembangan alat tangkap di Banda Aceh dari tahun 2004-2008 ... 33 9 Perkembangan jumlah nelayan di Banda Aceh dari tahun 2004–2008 ... 35 10 Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan di Banda Aceh dari tahun

2004-2008 ... 36 11 Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Lampulo dari tahun

2004-2008 ... 38 12 Keberadaan fasilitas di PPP Lampulo ... 58 13 Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang ada

di PPP Lampulo ... 60 14 Kondisi fasilitas di PPP Lampulo ... 62 15 Kondisi per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan

berdasarkan persentase yang diperoleh di PPP Lampulo ... 63 16 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas

pendaratan ikan ... 67 17 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan ... 70 18 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas

penanganan ikan ... 72 19 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas penanganan ikan ... 73 20 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas

pengolahan ikan ... 76 21 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pengolahan ikan ... .... 77

(14)

22 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas

Pemasaran ... 80 23 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran ... 82 24 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas

pemeliharaan dan perbaikan ... 84 25 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemeliharaan dan

Perbaikan ... 85 26 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas

administrasi dan penyuluhan ... 87 27 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas administrasi dan

Penyuluhan ... 89 28 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas

penyaluran perbekalan ... 91 29 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas administrasi

penyaluran perbekalan ... 92 30 Keberadaan dan kebutuhan seluruh fasilitas di PPP Lampulo ... 94 31 Rasio antara keberadaan fasilitas dan kebutuhan fasilitas ... 96 32 Matriks keberadaan dan kebutuhan fasilitas di PPP Lampulo dalam

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Skema jumlah per kelompok fasilitas per kategori yang telah

ditetapkan ... 20

1 Grafik jumlah kelompok fasilitas per kategori yang ditetapkan ... 21

3 Skema pembagian interval persentase kondisi fasilitas per kategori untuk masing-masing kelompok fasilitas yang telah ditetapkan ... 22

4 Grafik pembagian interval persentase kondisi fasilitas per kategori yang telah ditetapkan untuk seluruh kelompok fasilitas ... 23

5 Pembagian kategori keberadaan fasilitas yang telah ditetapkan dengan jumlah fasilitas (perkiraan) seharusnya ada yang akan diperoleh di PPP Lampulo ... 24

6 Pembagian kategori keberadaan fasilitas yang telah ditetapkan dengan jumlah fasilitas (perkiraan) seharusnya ada yang akan diperoleh di PPP Lampulo ... .... 25

7 Pembagian kategori kebutuhan fasilitas yang telah ditetapkan dengan interval persentase (perkiraan) yang akan diperoleh di PPP Lampulo .. 26

8 Pembagian kategori kebutuhan fasilitas yang telah ditetapkan dengan interval persentase (perkiraan) yang akan diperoleh di PPP Lampulo ... 26

9 Skema pembagian interval persentase untuk masing-masing kelompok fasilitas per kategori yang telah ditetapkan untuk seluruh aktivitas ... 28

10 Jumlah dan pertumbuhan penduduk di Banda Aceh dari tahun 2004– 2008 ... 31

11 Perkembangan armada kapal di Banda Aceh dari tahun 2004–2008 ... 33

12 Komposisi alat tangkap di Banda Aceh pada tahun 2008 ... 34

13 Perkembangan jumlah nelayan di Banda Aceh dari tahun 2004–2008 ... 35

14 Produksi hasil tangkapan di Banda Aceh dari tahun 2004–2008 ... 36

15 Produksi hasil tangkapan di PPP Lampulo dari tahun 2004-2008 ... 39

16 Kapal saat bersandar di dermaga PPP Lampulo ... 41

17 Kolam pelabuhan di PPP Lampulo ... 42

18 Keadaan TPI di PPP Lampulo ... 43

19 Pabrik es di PPP Lampulo ... 44

20 Es pesanan nelayan yang didatangkan luar PPP Lampulo ... 45

21 Tangki dan Instalasi air (a) Di dalam pagar TPI (b) Di samping bengkel reparasi kapal ... .... 46

(16)

22 Tempat penyediaan bahan bakar yang dikelola oleh pihak swasta ... 47

23 Bengkel reparasi kapal ... 47

24 Ruang administrasi di PPP Lampulo ... 48

25 Ruang Kepala PPP Lampulo ... 49

26 (a) Tempat parkir di dalam pagar TPI (b) Tempat parkir di luar pagar TPI ... 50

27 Pos Penghubung Radio (SSB) ... 51

28 Ruang Pengepakan ... 51

29 Slipway ... 52

30 Ruang pertemuan ... 53

31 Toilet di PPP Lampulo ... 53

32 Pos penjagaan di PPP Lampulo ... 54

33 Balai pertemuan nelayan ... 56

34 Mushola di PPP Lampulo ... 57

35 Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang ada di PPP Lampulo ... 61

36 Kondisi per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh di PPP Lampulo ... 64

37 (a) Pembongkaran ikan yang belum disortir dan (b) Hasil tangkapan Ikan yang sudah disortir ... .... 66

38 Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan ... 68

39 Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan ... 69

40 Kondisi per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan ... 70

41 Proses penanganan ikan di dalam kapal dan di dalm fiber yang sudah berisi es yang telah dihancurkan ... 71

42 Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas penanganan ikan ... 72

43 Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas penanganan ikan ... 73

(17)

44 Kondisi per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas

penanganan ikan ... 74 45 Proses penjemuran (a) ikan asin (b) ikan kayu ... 75 46 Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang

seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas

pengolahan ikan ... 76 47 Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah

ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang

aktivitas pengolahan ikan ... 77 48 Kondisi fasilitas dengan interval persentase (perkiraan) yang telah

ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang

aktivitas pengolahan ikan ... 78 49 Bagan alur pemasaran ikan di Banda Aceh ... 79 50 Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang

seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas

pemasaran ... 81 51 Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah

ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang

aktivitas pemasaran ... 82 52 Kondisi fasilitas dengan interval persentase (perkiraan) yang telah

ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang

aktivitas pemasaran ... .... 83 53 Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang

seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas

pemeliharaan dan perbaikan ... 84 54 Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan

berdasarkan persentase yang diperoleh dalam nenunjang aktivitas

pemeliharaan dan perbaikan ... 85 55 Kondisi fasilitas dengan interval persentase (perkiraan) yang telah

ditetapkan diperoleh dalam menunjang aktivitas pemeliharaan dan

perbaikan ... 86 56 Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang

seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas

administrasi dan penyuluhan ... 88 57 Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan

ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang

aktivitas administrasi dan penyuluhan ... 89 58 Kondisi fasilitas dengan interval persentase (perkiraan) yang telah

(18)

aktivitas administrasi dan penyuluhan ... 90 59 Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang

seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas

penyaluran perbekalan ... 91 60 Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan

berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas

penyaluran perbekalan ... 92 61 Kondisi fasilitas dengan interval persentase (perkiraan) yang telah

ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang

aktivitas penyaluran perbekalan ... 93 62 Skema pembagian interval persentase fasilitas per kategori untuk

masing-masing kelompok fasilitas yang telah ditetapkan untuk seluruh aktivitas ... 95

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Peta lokasi penelitian ... 105 2 Lay-out Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo ... 106

(20)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan perikanan sebagai pusat pengembangan perikanan tangkap mempunyai peranan yang sangat penting dalam memanfaatkan sumber daya perikanan. Keberhasilan dalam pembangunan dan pemanfaatan pelabuhan perikanan secara optimal merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dari perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat secara nyata jika pembangunan perikanan telah dapat menimbulkan dampak pengganda bagi pertumbuhan sektor ekonomi lainnya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan kata lain pengembangan pelabuhan diharapkan dapat memajukan ekonomi di suatu wilayah dan sekaligus dapat meningkatkan penerimaan negara dan Pendapatan Asli Daerah (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001)

Keberhasilan operasional pelabuhan perikanan tidak terlepas dari semua faktor-faktor pendukung yang ada, salah satunya adalah tersedianya fasilitas pelabuhan perikanan. Fasilitas-fasilitas tersebut terdiri dari fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang. Banyak pelabuhan tidak memiliki fasilitas yang memadai sehingga kurang melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal. Selanjutnya menurut Lubis (2006) bahwa terlaksana atau tidaknya fungsi-fungsi pelabuhan perikanan secara optimal, akan mengindikasikan tingkat keberhasilan pengelolaan suatu pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan dengan keberadaan berbagai fasilitas yang dimilikinya merupakan jembatan bagi terlaksananya segala aktivitas pendaratan, perdagangan, dan pendistribusian produksi ke daerah konsumen. Oleh karena itu, keberadaan dan kondisi fasilitas sangat perlu diperhatikan agar aktivitas yang terdapat di pelabuhan perikanan dapat berjalan dengan baik.

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terletak di ujung barat Indonesia, secara geografis dikelilingi oleh laut yaitu Selat Malaka, Samudera Hindia, dan pantai utaranya berbatasan dengan Selat Benggala. Wilayah pesisirnya memiliki panjang garis pantai 1660 m dengan luas wilayah perairan laut seluas 295.370 km² terdiri dari laut wilayah (perairan teritorial dan perairan kepulauan) 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 238.807 m². Wilayah pantai dan lautnya

(21)

secara umum dipengaruhi oleh persimpangan arus dan gerakan Samudera Hindia, Selat Malaka dan Laut Cina Selatan yang berinteraksi dengan daratan Pulau Sumatera, Semenanjung Malaka, Kepulauan Andaman dan Nicobar, sehingga menampakkan ekosistem laut di sepanjang pesisir Aceh yang sangat sesuai bagi kehidupan biota laut (Anonim, 2008). Kondisi yang demikian sangat strategis untuk usaha perikanan tangkap sehingga diperlukan pelabuhan perikanan.

Sebelum bencana tsunami 26 Desember 2004, perikanan merupakan salah satu tonggak ekonomi di Nanggroe Aceh Darussalam yang menyumbangkan 6,5 persen dari Pendapatan Daerah bernilai 1,59 triliun pada tahun 2004 (Dinas Perikanan dan Kelautan NAD, 2005). Potensi produksi perikanan tangkap

mencapai 120.209 ton/tahun sementara perikanan berskala tradisional mencapai 15.454 ton/tahun pada tahun 2003 (Dinas Perikanan dan Kelautan NAD, 2004).

Industri perikanan menyediakan lebih dari 100.000 pekerjaan, 87 persen (87.783) disub sektor perikanan tangkap dan sisanya (14.461) disub sektor perikanan kecil. Sekitar 53.100 orang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian utama. Namun demikian, 60 persen adalah nelayan kecil menggunakan perahu berukuran kecil. Dari sekitar 18.800 unit perahu/kapal ikan di Aceh, hanya 7.700 unit yang mampu ke laut dalam.

Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdapat 1 unit Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo bertipe C dan 82 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). PPP Lampulo merupakan satu-satunya pelabuhan perikanan pantai yang ada di Kota Banda Aceh dan pada hakekatnya merupakan sentralisasi kegiatan perikanan yang menampung seluruh aktivitas perikanan, baik nelayan yang menggunakan motor kecil (mesin tempel < 10 GT), maupun nelayan yang menggunakan motor besar (kapal 30 GT). Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo secara geografis letaknya cukup strategis, karena terletak pada koordinat 50º 34' 45" Lintang Utara, dan 950º 19' 30" Bujur Timur jauh dari hempasan ombak laut lebih satu kilometer (Anonim, 2008). Posisi yang cukup strategis tersebut memudahkan kapal-kapal nelayan bersandar untuk membongkar dan mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Lampulo. Selain itu karena posisi tersebut membuat pelabuhan ini juga memiliki beberapa keuntungan lain yaitu mudah dijangkau

(22)

oleh masyarakat, jarak dengan pasar ikan dekat sehingga aksesnya lebih mudah, serta mempermudah jalur distribusi dan pemasaran.

Gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, telah menghancurkan sebagian besar wilayah Nanggroe Aceh

Darussalam terutama wilayah pesisir. Ini berarti suatu indikasi bahwa sektor kelautan dan perikanan mengalami kerusakan yang paling parah. Indikasi tersebut antara lain ditunjukkan oleh beberapa dampak yaitu: dari 1660 km panjang garis pantai, 800 km dilanda gelombang. Selain itu diperkirakan jumlah armada perikanan beserta peralatannya mulai dari perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor berbagai ukuran sebanyak 9.563 unit hancur/hilang akibat tsunami, pelabuhan perikanan seperti Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, 30 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), pabrik es, cold storage, Balai Benih Ikan/Balai Benih Udang, dan Pasar Ikan yang tersebar di seluruh Aceh, hancur/rusak/hilang terimbas tsunami (Anonim, 2008).

Pasca tsunami tahun 2004, pemerintah telah membangun kembali Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo. Namun karena masih kurangnya fasilitas yang dibutuhkan serta masih kurangnya pelayanan yang diberikan maka pelabuhan ini belum berfungsi secara optimal. Kegiatan operasional akan berjalan dengan sempurna, bila ditunjang oleh keberadaan fasilitas dan pelayanan yang baik dari pihak pengelola pelabuhan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai keberadaan fasilitas menurut aktivitas di PPP Lampulo, Banda Aceh. Penelitian tentang hal tersebut di PPP Lampulo belum pernah dilakukan sebelumnya, tetapi telah dilakukan penelitian mengenai analisis kepuasan nelayan terhadap pelayanan tempat pendaratan ikan (TPI) di pelabuhan ini (Bahri, 2004).

1.2 Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1) Mendapatkan informasi tentang keberadaan dan kondisi fasilitas yang terdapat di PPP Lampulo, Banda Aceh.

2) Menentukan tingkat keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo, Banda Aceh.

3) Menentukan rasio keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo, Banda Aceh.

(23)

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi/bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah, pihak pelabuhan, dan pihak terkait untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas di PPP Lampulo, Banda Aceh.

(24)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (UU Perikanan No. 31 Tahun 2004).

Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai didistribusikan.

2.1.1 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pantai

Menurut Lubis (2006), klasifikasi pelabuhan perikanan dapat dipengaruhi oleh :

1) Luas lahan, letak, dan jenis konstruksi bangunannya. 2) Jenis alat tangkap yang menyertai kapal-kapalnya 3) Jenis perikanan dan skala usahanya

4) Distribusi dan tujuan ikan hasil tangkapan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No:16/MEN/2006 Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu : Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), dan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI).

Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing kategori pelabuhan untuk menangani kapal yang datang dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan. Adapun kriteria-kriteria pelabuhan perikanan pantai yaitu (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER. 16/MEN/2006) 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di

wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, dan wilayah ZEEI;

(25)

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT;

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus; dan 5) Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 5-15 ha.

2.1.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

Menurut Lubis (2006), fungsi pelabuhan dalam arti khusus selalu berkaitan dengan tipe yaitu jika pelabuhan beskala kecil mempunyai fungsi tidak selengkap dan mempunyai kapasitas fasilitas tidak sebesar pelabuhan berskala besar.

Dalam rangka pengembangan pelabuhan perikanan, pemerintah membangun dan membina pelabuhan perikanan sesuai dengan penjelasan pasal 41 ayat 1 UU No. 31 tahun 2004 mengenai perikanan yang berfungsi sebagai berikut :

1) Tempat tambat labuh kapal perikanan; 2) Tempat pendaratan ikan;

3) Tempat pemasaran dan distribusi ikan;

4) Tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan; 5) Tempat pengumpulan data perikanan;

6) Tempat penyelenggaraan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan; dan

7) Tempat untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan.

Menurut Lubis (2006), beberapa fungsi pelabuhan perikanan di atas belum tercapai karena kebijakan pemerintah yang masih sangat terbatas baik dalam mendukung aktivitas perikanan tangkap maupun yang mendukung aktivitas kepelabuhanan. Selanjutnya dikatakan bahwa terlaksana atau tidaknya fungsi-fungsi pelabuhan perikanan secara optimal, akan dapat mengindikasikan tingkat keberhasilan pengelolaan suatu pelabuhan perikanan.

(26)

2.1.3 Peranan Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdaya guna tinggi. Peranan pelabuhan perikanan (Sub Direktorat Bina Prasarana Perikanan (1982) vide Atharis (2008) yaitu sebagai pusat :

1) Aktivitas produksi, yaitu :

Tempat mendaratkan hasil tangkapan

Tempat untuk persiapan operasi penangkapan ikan (mempersiapkan alat tangkap, bahan bakar, air, perbaikan kapal, dan istirahat anak buah kapal) 2) Distribusi yaitu :

Tempat transaksi jual beli

Terminal untuk pendistribusian ikan Pusat pengolahan hasil laut

3) Kegiatan masyarakat nelayan, yaitu pusat : Kehidupan masyarakat nelayan

Pembangunan ekonomi masyarakat nelayan

Lalu lintas dan jaringan informasi antar nelayan maupun masyarakat luar. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1991) vide Simanjuntak (2005), peranan pelabuhan perikanan dapat dilihat dari kemampuannya menampung produksi perikanan laut untuk selanjutnya didistribusikan ke pusat-pusat pemasaran atau konsumen. Agar peranan pelabuhan perikanan semakin terlihat nyata, maka pembangunannya haruslah lebih terarah dan terencana untuk menampung produksi perikanan laut yang belum sepenuhnya didaratkan, didistribusikan dan dipasarkan melalui pelabuhan perikanan.

2.2 Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Fasilitas pelabuhan perikanan merupakan sarana dan prasarana yang tersedia di pelabuhan perikanan untuk mendukung operasional pelabuhan. Selain itu fasilitas pelabuhan perikanan terdiri atas fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 Pasal 1).

(27)

2.2.1 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas dasar atau pokok yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan perikanan. Fasilitas tersebut berfungsi untuk menjamin kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas pokok tersebut meliputi (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 Pasal 1) :

(1) Fasilitas pelindung seperti breakwater, revetment, dan groin; (2) Fasilitas tambat seperti tambat dan jetty;

(3) Fasilitas perairan seperti kolam dan alur pelayaran;

(4) Fasilitas penghubung seperti jalan, drainase, gorong-gorong, jembatan; dan (5) Fasilitas lahan pelabuhan perikanan

Keberadaan fasilitas-fasilitas pokok diperlukan oleh suatu pelabuhan guna memberikan kemudahan keamanan bagi kapal dalam pelayaran terutama aktivitas pendaratan.

2.2.2 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitas fungsional tersebut meliputi (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 Pasal 1) :

(1) Fasilitas pemasaran hasil perikanan hasil perikanan seperti tempat pelelangan ikan (TPI);

(2) Fasilitas navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, SSB (single side band), rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas;

(3) Fasilitas suplai air bersih, es, dan listrik;

(4) Fasilitas pemeliharaan kapal dan alat penangkap ikan seperti dock/slipway, bengkel, dan tempat perbaikan jaring;

(5) Fasilitas penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheet dan laboratorium pembinaan mutu;

(6) Fasilitas perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan; dan

(28)

2.2.3 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas penunjang meliputi (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 Pasal 1) : (1) Fasilitas pembinaan nelayan seperti balai pertemuan nelayan;

(2) Fasilitas pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jaga, dan pos pelayanan terpadu;

(3) Fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan MCK; dan

(4) Fasilitas penyelenggaraan fungsi pemerintah seperti keselamatan pelayaran, kebersihan, keamanan, ketertiban, bea dan cukai, pengawas perikanan, kesehatan masyarakat, dan karatina ikan.

Lubis et al. (2005) mengelompokkan fasilitas-fasilitas yang terdapat di suatu pelabuhan perikanan terdiri atas 3 kategori yaitu fasilitas vital, fasilitas penting, dan fasilitas pelengkap.

2.2.4 Fasilitas vital

Fasilitas vital merupakan suatu fasilitas yang mutlak adanya pada awal pembangunan pelabuhan perikanan. Fasilitas mutlak diperlukan atau vital meliputi (Lubis et al., 2005) :

(1) Fasilitas dermaga pendaratan ikan; (2) Fasilitas kolam pelabuhan;

(3) Fasilitas sistem rambu-rambu yang mengatur keluar masuknya kapal; (4) Fasilitas tempat pelelangan ikan;

(5) Fasilitas pabrik es;

(6) Fasilitas tangki dan instalasi air;

(7) Fasilitas tempat penyediaan bahan bakar; (8) Fasilitas bengkel reparasi kapal; dan (9) Fasilitas kantor administrasi.

(29)

2.2.5 Fasilitas penting

Fasilitas penting adalah fasilitas yang jelas diperlukan agar PPP dan PPI dapat berfungsi dengan baik, namun realisasinya dapat ditunda. Fasilitas penting meliputi (Lubis et al., 2005) :

(1) Fasilitas generator listrik;

(2) Fasilitas kantor kepala pelabuhan; (3) Fasilitas tempat parkir;

(4) Fasilitas pos penghubung radio (SSB); dan (5) Fasilitas ruang pengepakan

2.2.6 Fasilitas pelengkap

Fasilitas pelengkap merupakan fasilitas yang diperlukan untuk melengkapi fasilitas yang ada agar pelabuhan perikanan dapat berfungsi lebih baik namun pengadaannya baru pada pengembangan pelabuhan tahap ketiga. Fasilitas pelengkap meliputi (Lubis et al., 2005):

(1) Fasilitas dermaga muat terpisah; (2) Fasilitas slipway;

(3) Fasilitas ruang pertemuan; (4) Fasilitas kamar kecil; (5) Fasilitas pos penjagaan;

(6) Fasilitas balai pertemuan nelayan; (7) Fasilitas rumah dinas;

(8) Fasilitas mushola;

(9) Fasilitas mobil dinas; dan (10) Fasilitas motor dinas.

2.3 Aktivitas Pelayanan Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan yang telah dibangun sebaiknya dapat berfungsi secara optimal, dengan kata lain sarana pelabuhan perikanan yang ada dapat digunakan untuk mengelola aktivitas pelayanan pelabuhan perikanan yang meliputi proses pendaratan, penanganan, pengolahan, dan pemasaran ikan

(30)

1) Pendaratan

Pengelolaan aktivitas pendaratan ikan di pelabuhan perikanan meliputi proses antara lain pembongkaran, penyortiran, dan pengangkutan hasil tangkapan ke TPI. Pada umumnya ikan yang didaratkan di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia sebagian besar berasal dari kapal penangkap ikan, hanya sebagian kecil berasal dari tempat pendaratan lain yang dibawa ke pelabuhan itu menggunakan alat transportasi darat (Indrianto, 2006). Aktivitas pendaratan ikan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan sangat bergantung kepada kelengkapan fasilitas yang ada sehingga dapat memperlancar kapal-kapal perikanan untuk bertambat di pelabuhan guna melakukan pembongkaran hasil tangkapan dan menyediakan bahan perbekalan untuk melaut. Hasil tangkapan yang telah dibongkar akan dibawa ke TPI dan selanjutnya dilakukan pelelangan ikan sebagai awal dari proses pemasaran ikan.

2) Penanganan

Penanganan ikan segar di pelabuhan perikanan dapat dilakukan dengan menggunakan es. Hal ini berguna untuk mempertahankan mutu ikan tersebut sehingga waktu pemasaran dapat lebih lama. Terkait dengan hal ini fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas penanganan ikan antara lain yaitu TPI, instalasi air bersih, dan pabrik es (Mulyadi, 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa es merupakan salah satu bahan utama yang harus dibawa, pada saat operasi penangkapan ikan. Es tersebut juga digunakan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan. Kebutuhan es setiap kapal disesuaikan dengan lamanya waktu operasi, sehingga diharapkan es cukup untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan sampai ke dermaga.

Penanganan hasil tangkapan dilakukan pada saat pembongkaran, saat penyortiran dan pencucian, saat pemindahan ke dermaga bongkar menuju TPI, dan saat pelelangan sampai akan diangkut menuju tempat tujuan.

(1) Penanganan pada saat pembongkaran atau pendaratan

Menurut Ilyas (1983) vide Yundari (2005), kapal yang telah sampai di pelabuhan harus segera melakukan kegiatan pembongkaran ikan tanpa menunda-nunda waktu. Pembongkaran ikan dilakukan dengan hati-hati, cermat, teratur,

(31)

higienik, dan tetap mempertahankan suhu ikan serendah mungkin. Pada saat ikan dibongkar, ikan tetap diberi es agar tidak terjadi peningkatan suhu. Perubahan suhu yang terjadi selama pembongkaran ikan ke dermaga sangat berpengaruh terhadap kesegaran ikan. Ikan harus dihindarkan dari pancaran sinar matahari langsung yang dapat membuat ikan mengeluarkan cairan tubuh lebih banyak, hal inilah yang dapat menurunkan kualitasnya.

(2) Penanganan di TPI

Di TPI, ikan tidak boleh diletakkan begitu saja di atas lantai, dilangkahi atau diinjak. Ikan tidak boleh diletakkan pada lantai yang kotor. Selain itu, memindahkan wadah yang berisi ikan sebaiknya diangkat, tidak diseret di atas lantai (Ilyas, 1983 vide Yundari, 2005). Konstruksi bangunan TPI harus memenuhi persyaratan kebersihan, faktor kebersihan sangat berpengaruh terhadap mutu. Lantai TPI harus mempunyai kemiringan yang cukup memungkinkan air pada permukaan segera mengalir ke selokan dan selokan harus cukup kemiringannya sehingga air tidak tergenang. Selama proses penjualan ikan oleh ”toke bangku”, ikan ditempatkan dalam wadah bersih dan tetap dipertahankan pada suhu dingin dan menggunakan air bersih untuk mencuci ikan.

(3) Penanganan ikan dalam distribusi

Menurut Hanifah dan Saefudin (1983), sistem pemasaran rantai dingin (cold chain system) meliputi penggunaan metode pengesan, pendinginan, dan pembekuan pada hasil perikanan selama proses pengangkutan, penyimpanan, dan penjualan sehingga kesegarannya dapat dipertahankan. Pendistribusian ikan dilakukan dengan alat transportasi, suhu ikan dipertahankan dingin dengan cara menambahkan es selama perjalanan. Untuk mempertahankan suhu dingin secara efisien dan efektif, ikan dimasukkan dalam stereofom tertutup. Transportasi jarak jauh sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menjaga kualitas ikan.

Penyortiran dilakukan menurut jenis, ukuran dan kualitas ikan, selama penyortiran dilakukan pencucian dan pengesan ulang. Ikan diangkut dan diberi label khusus untuk diekspor. Ikan yang telah diberi label akan dibungkus dan ditempatkan kedalam bak penampungan khusus yang telah diberi es curah untuk

(32)

dipindahkan ke truk berpendingin yang akan mengangkut ikan ke bandara untuk tujuan ekspor.

3) Pengolahan

Ikan hasil tangkapan yang telah didaratkan di pelabuhan selanjutnya akan dilelang dan dipasarkan dalam bentuk olahan maupun keadaan segar. Pengolahan terhadap ikan hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai tambah. Aktivitas pengolahan ikan hasil tangkapan di pelabuhan biasanya dilakukan pada saat musim ikan untuk menampung produksi perikanan yang tidak habis terjual dalam bentuk segar (Indrianto, 2006).

Menurut Lubis (2006), jenis olahan yang umumnya berada di pelabuhan perikanan Indonesia kecuali Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta, masih bersifat tradisional dan belum memperhatikan kualitas ikan, sanitasi, dan cara pengepakan yang baik seperti pengasinan dan pemindangan. Jenis olahan lainnya sering dijumpai di lingkungan luar pelabuhan seperti krupuk dan terasi. Hasil-hasil olahan tersebut selanjutnya akan dipasarkan ke konsumen.

4) Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu tindakan atau keputusan yang berhubungan dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen sampai konsumen (Hanafiah dan Saefudin, 2002). Kegiatan pemasaran yang dilakukan di suatu pelabuhan perikanan adalah bersifat lokal, nasional, maupun ekspor tergantung dari tipe pelabuhan tersebut. Pada dasarnya pemasaran produksi hasil tangkapan bertujuan untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi para nelayan maupun pedagang. Dengan demikian, maka sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir dengan baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari pemasaran ikan untuk mendapatkan harga yang layak khususnya bagi nelayan. Menurut Misran (1991), sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia yaitu a. TPI pedagang besar pedagang lokal pengecer konsumen b. TPI pedagang besar pedagang lokal konsumen

(33)

5) Penyaluran perbekalan

Penjualan atau pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas pelabuhan perikanan saat ini adalah es, penjualan air bersih, penyaluran BBM, dan suku cadang. Umumnya pelayanan perbekalan di pelabuhan perikanan Indonesia diadakan oleh pihak UPT pelabuhan, KUD, koperasi pegawai pelabuhan, BUMN, dan pihak swasta.

(34)

3 METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, Banda Aceh pada bulan Mei 2009.

3.2 Materi dan Alat Penelitian

Materi dalam penelitian ini adalah PPP Lampulo dengan seluruh keberadaan fasilitas dan aktivitasnya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, kamera, dan komputer.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kasus tentang keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo. Aspek–aspek yang ingin diteliti yaitu fasilitas-fasilitas dan aktivitas di PPP Lampulo. Aktivitas operasional yang diteliti adalah pelayanan pendaratan, penanganan, pengolahan, pemasaran ikan, penyaluran perbekalan serta aktivitas pelayanan lain yaitu pemeliharaan dan perbaikan, juga admnistrasi dan penyuluhan.

Keberadaan fasilitas yang diteliti dalam menunjang aktivitas di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo dilakukan terhadap 24 fasilitas yang didasarkan pada Lubis et. al. (2005) dan terbagi menjadi:

1) Fasilitas vital, antara lain: dermaga pendaratan ikan dan muat, kolam pelabuhan, sistem rambu-rambu yang mengatur keluar masuknya kapal, tempat pelelangan ikan, pabrik es, tangki dan instalasi air, tempat penyediaan bahan bakar, bengkel reparasi kapal, dan kantor administrasi.

2) Fasilitas penting, antara lain: generator listrik, kantor kepala pelabuhan, tempat parkir, pos penghubung radio (SSB), dan ruang pengepakan.

3) Fasilitas pelengkap, antara lain: dermaga muat terpisah, slipway, ruang pertemuan, toilet, pos penjagaan, balai pertemuan nelayan, rumah dinas, mushola, mobil dinas, dan motor dinas.

(35)

3.4 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. 3.4.1 Data primer

1) Data primer diperoleh dengan melakukan:

(1) Pengamatan langsung di lokasi penelitian; dan

(2) Wawancara dengan pengisian kuisoner yang telah dibuat terhadap 1 orang pengelola PPI Lampulo, 6 orang nelayan, 1 pengelola TPI, 1 pengelola KUD, 3 orang pengolah, dan 3 orang pedagang. Pengambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive sampling yang mewakili tujuan penelitian.

2) Data primer yang diperlukan, antara lain:

(1) Tingkat operasional, jenis, jumlah, dan kapasitas fasilitas;

(2) Aktivitas pendaratan ikan, penanganan, pengolahan, pemasaran ikan, pemeliharaan dan perbaikan, administrasi dan penyuluhan, serta penyaluran perbekalan.

(3) Jumlah dan jenis fasilitas yang digunakan dalam aktivitas pendaratan, penanganan, pengolahan, dan pemasaran ikan, pemeliharaan dan perbaikan; administrasi dan penyuluhan, serta penyaluran perbekalan. (4) Jenis sarana transportasi yang digunakan dalam pengangkutan ikan dari

dermaga ke tempat pelelangan ikan (TPI) dan dari TPI ke daerah konsumen; dan

(5) Kondisi fasilitas yang digunakan dalam aktivitas pendaratan ikan, penanganan, pengolahan, pemasaran ikan, pemeliharaan dan perbaikan, administrasi dan penyuluhan, serta penyaluran perbekalan.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder dapat diperoleh dari :

(1) Data sekunder dari instansi terkait, seperti :

a. UPT PPP Lampulo;

b. Perum prasarana Lampulo;

c. Dinas Kelautan dan Perikanan Banda Aceh; dan

(36)

(2) Data sekunder utama yang diperlukan, antara lain :

a. Data jumlah, jenis, dan kapasitas fasilitas di PPP Lampulo;

b. Produksi dan nilai produksi ikan yang didaratkan di PPP Lampulo

pasca tsunami; dan

c. Jumlah nelayan, alat tangkap, dan jumlah kapal penangkap ikan di PPP Lampulo pasca tsunami.

(3) Data sekunder tambahan, antara lain : a. Keadaan umum Banda Aceh, meliputi :

 Letak atau posisi geografis dan topografi; dan  Jumlah penduduk.

b. Keadaan umum perikanan tangkap di Desa Lampulo dan PPI Lampulo, meliputi:

 Jumlah dan perkembangan unit penangkapan pasca tsunami;  Produksi ikan pasca tsunami;

 Daerah dan musim penangkapan secara umum.  Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo.  Peta daerah Desa Lampulo.

3.5 Analisis Data

Penentuan kategori penilaian keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas secara umum serta penentuan rasio antara keberadaan dan kebutuhan fasilitas, analisis yang digunakan dilakukan melalui pendekatan teori statistik. Menurut aturan Sturges vide Sudjana (2002), pembagian kategori penelitian tersebut dapat didekati dengan penentuan kelas interval yang berbentuk:

(N) = 1 + 3,3 log (n)

Keterangan :

N : banyaknya kelas

n : banyaknya data

Banyaknya kelas dalam penelitian ini diasumsikan sebagai banyaknya kategori sedangkan banyaknya data yaitu banyaknya fasilitas yang diamati. Fasilitas sebanyak 24 (9 fasilitas vital, 5 fasilitas penting, 10 fasilitas pelengkap) menghasilkan banyaknya kategori N = 5,55 sehingga untuk banyaknya kategori penilaian yang disarankan 5 atau 6. Selanjutnya dikatakan pula bahwa untuk

(37)

4 1 1 n n Ka

pemilihan kategori dilandasi oleh nilai pengkategorian yang lebih sederhana dan mudah, yakni kategori baik sekali, baik, cukup, buruk, dan buruk sekali. Dalam penganalisaan untuk fasilitas vital, penting, dan pelengkap diasumsikan mempunyai bobot yang sama yaitu 24. Menurut Walpole (1988), pemilihan 5 kategori ini biasanya banyaknya selang kelas diambil antara 5 sampai 20. Semakin sedikit banyaknya data, semakin sedikit pula banyaknya kelas yang diambil.

Dengan pendekatan Sturges dapat dilakukan pembagian jumlah masing-masing kelompok fasilitas (vital, penting, dan pelengkap) untuk keberadaan fasilitas dan kondisi fasilitas dengan pendekatan sebaran merata yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Novianti, 2008):

JFK = 5

JKF

Keterangan :

JFK : Jumlah fasilitas per kategori

JKF : Jumlah perkelompok

5 : Kategori yang ditetapkan

Selanjutnya untuk menentukan kategori penilaian keberadaan, kondisi,dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo dirumuskan melalui pendekatan aljabar sebagai berikut (Novianti, 2008):

Keterangan :

Ka : banyaknya kategori per kelompok fasilitas

n : banyaknya fasilitas yang seharusnya ada

Analisis digunakan karena perbedaan jumlah per kelompok fasilitas (vital, penting, pelengkap) yang digunakan dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo. Hal ini disebabkan jumlah fasilitas yang diteliti di PPP Lampulo yaitu ada 24 fasilitas (9 fasilitas vital, 5 fasilitas penting, 10 fasilitas pelengkap) yang belum terkait dengan aktivitasnya. Selanjutnya fasilitas-fasilitas tersebut akan dikelompokkan lagi berdasarkan aktivitasnya. Hal inilah yang mengakibatkan banyaknya kategori penilaian per kelompok fasilitas untuk keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas berbeda.

(38)

Banyaknya kategori penilaian paling sedikit untuk keberadaan fasilitas yang seharusnya ada, kebutuhan, dan kondisi fasilitas untuk masing-masing kelompok fasilitas (vital, penting, pelengkap) dalam menunjang suatu aktivitas di PPP Lampulo (diperkirakan) adalah 2 kategori yaitu baik sekali dan buruk sekali dengan jumlah fasilitas yang diperoleh hanya 1 fasilitas. Jumlah kategori penilaian terbanyak (diperkirakan) dengan jumlah 4 fasilitas atau lebih untuk masing kelompok fasilitas dalam menunjang suatu aktivitas adalah 5 kategori adalah baik sekali, baik, cukup, buruk, dan buruk sekali. Menurut Novianti (2008), pembagian jumlah untuk masing-masing kelompok fasilitas untuk keberadaan fasilitas, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP dapat dianalisis dengan pendekatan aljabar dilakukan dengan sebaran merata yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ka JKF JFK

dengan JFK = jumlah fasilitas per kategori

JKF = jumlah per kelompok fasilitas

Ka = banyaknya kategori per kelompok fasilitas

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui perolehan kategori di PPI Lampulo secara umum dengan mengacu pada perolehan ketegori per kelompok fasilitas (vital, penting, pelengkap).

3.5.1 Analisis keberadaan dan kondisi fasilitas di PPP Lampulo

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya seluruh fasilitas beserta kondisi fasilitas tersebut, baik fasilitas vital, penting, dan fasilitas pelengkap yang ada di PPP Lampulo (Tabel 1).

1) Keberadaan fasilitas di PPP Lampulo

(39)

Tabel 1 Keberadaan fasilitas

No Kelompok

Fasilitas Fasilitas

Keberadaan Fasilitas

Ada Tidak Ada

1 2 Vital 3 Jumlah Persentase (%) 1 2 Penting 3 Jumlah Persentase (%) 1 2 Pelengkap 3 Jumlah Persentase (%) Sumber : Novianti, 2008

Pada Gambar 1 menunjukkan penetapan jumlah fasilitas dalam bentuk sistematis. Jumlah seluruh fasilitas adalah 24 yang terbagi atas fasilitas vital yang berjumlah 9, fasilitas penting berjumlah 5 dan fasilitas pelengkap berjumlah 10. Masing-masing jumlah per kelompok fasilitas ini akan terbagi menjadi lima kelompok kategori yang telah ditetapkan. Perolehan kategori didasarkan pada banyaknya jumlah fasilitas yang ada atau tidak ada dalam masing-masing kelompok tersebut. Penentuan kategori ini untuk menganalisis keberadaan (ada atau tidak ada) fasilitas di PPP Lampulo berdasarkan dari kelompok fasilitas tersebut. Buruk Sekali 1 3 5 7 1 2 3 4 5 2 4 6 8 10 FASILITAS VITAL FASILITAS PENTING FASILITAS PELENGKAP 9 Baik Sekali Baik Sekali Baik Sekali Buruk Baik Baik Baik Buruk Cukup Cukup Cukup Buruk Sekali Buruk Buruk Sekali

Gambar 1 Skema jumlah per kelompok fasilitas per kategori yang telah ditetapkan (Novianti, 2008)

(40)

Selain bentuk skema, dalam mendukung analisis pembagian jumlah fasilitas per kategori diperlihatkan juga bentuk deskripsi visual (Gambar 2). Hal ini agar dapat membandingkan secara langsung jumlah fasilitas yang telah ditetapkan per kategori dan jumlah fasilitas yang diperoleh per kelompok fasilitas yang diamati di PPP Lampulo.

2) Kondisi fasilitas di PPP Lampulo Tabel 2 Kondisi fasilitas

No Kelompok Fasilitas Fasilitas Kondisi Fasilitas Layak Pakai Melampaui Kapasitas Tidak dapat Digunakan 1 2 Vital 3 Jumlah Persentase (%) 1 2 Penting 3 Jumlah Persentase (%) 1 2 Pelengkap 3 Jumlah Persentase (%) Sumber : Novianti, 2008 2 4 6 8 10 1 2 3 4 5 1 3 5 7 9 0 2 4 6 8 10 12 Buruk Sekali Buruk Cukup Baik Baik Sekali Ka teg o ri Jumlah Fasilitas Fasilitas Pelengkap Fasilitas Penting Fasilitas Vital

Gambar 2 Grafik jumlah kelompok fasilitas per kategori yang ditetapkan

(41)

Tabel 2 digunakan untuk menganalisis kondisi dari ke-24 fasilitas dengan indikasi penentuan dari kondisi layak pakai, melampaui kapasitas, dan tidak

dapat digunakan adalah luas bangunan fasilitas yang disesuaikan dengan

penggunaannya dan kondisi fisik bangunan secara nyata yang diamati langsung di PPP Lampulo.

Pada Gambar 3 menunjukkan penetapan interval persentase kondisi fasilitas berlaku untuk semua kelompok fasilitas. Persentase yang diperoleh per kelompok (vital, penting, pelengkap) fasilitas akan menentukan kategori penilaian. Kategori dan interval persentase kondisi fasilitas adalah sama untuk semua kelompok fasilitas (vital, penting, pelengkap).

PENTING VITAL PELENGKAP K O N D I S I F A S I L I T A S Layak Pakai 0 - 20 % 21 - 40 % 41 - 60 % 61 - 80 % 81 - 100 %

Melampaui Kapasitas dan Tidak dapat Digunakan

80 - 100 % 60 - 79 % 40 - 59 % 20 - 39 % 0 - 19 % KELOMPOK FASILITAS KATEGORI Buruk Sekali Baik Sekali Buruk Baik Cukup

Kondisi layak pakai menjadi acuan utama daripada dua kondisi lainnya dalam menentukan kategori penilaian secara umum yang akan diberikan. Hal ini disebabkan persentase yang diperoleh pada kondisi layak pakai sudah dapat memperlihatkan atau menggambarkan kategori penilaian yang akan diberikan. (Novianti, 2008).

Gambar 4 menampilkan grafik yang dapat memperjelas pembagian interval persentase kondisi fasilitas per kategori untuk masing-masing kelompok fasilitas yang telah ditetapkan serta dapat membandingkan langsung dengan persentase kondisi fasilitas yang diperoleh per kelompok fasilitas yang diamati di PPP Lampulo.

Gambar 3 Skema pembagian interval persentase kondisi fasilitas per kategori untuk masing-masing kelompok fasilitas yang telah ditetapkan (Novianti, 2008)

(42)

3.5.2 Analisis keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas PPP Lampulo

Analisis ini dilakukan secara deskriptif setelah dilakukan penghitungan persentase terhadap :

1) Keberadaan dan kebutuhan fasilitas untuk menunjang aktivitas PPP Lampulo Analisis keberadaan dilakukan dengan mentabulasi fasilitas-fasilitas yang

seharusnya ada dan ada , sedangkan analisis kebutuhan yaitu dengan mentabulasi

fasilitas yang ada dan diperlukan (ADP), ada namun belum diperlukan (ANBP),

belum ada namun diperlukan (BANP), dan belum ada namun belum diperlukan

(BANBP) dalam menunjang aktivitas (pendaratan, penanganan, pengolahan ikan, pemasaran, pemeliharaan dan perbaikan, administrasi dan penyuluhan, serta penyaluran perbekalan) di PPP Lampulo (Tabel 3).

100% 79% 59% 39% 19% 20% 40% 60% 80% 100% 0 20 40 60 80 100 120 Buruk Sekali Buruk Cukup Baik Baik Sekali K at eg o ri

Persentase Kondisi Fasilitas (%)

Gambar 4 Grafik pembagian interval persentase kondisi fasilitas per kategori yang telah ditetapkan untuk seluruh kelompok fasilitas (Novianti, 2008)

(43)

Tabel 3 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas

No Kelompok

Fasilitas Fasilitas

Keberadaan Fasilitas Kebutuhan Fasilitas Seharusnya

Ada Ada ADP ANBP BANP BANBP

1 2 Vital 3 Jumlah Persentase (%) 1 2 Penting 3 Jumlah Persentase (%) 1 2 Pelengkap 3 Jumlah Persentase (%)

Ket : ADP = ada dan diperlukan; ANBP = ada namum belum diperlukan; dan BANP = belum ada namun diperlukan; BANBP = belum ada namun belum diperlukan (Novianti, 2008)

Gambar 5 menunjukkan kategori penilaian pada jumlah per kelompok fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo. Banyaknya kategori penilaian disesuaikan dengan jumlah fasilitas yang seharusnya ada dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo.

4/> K A T E G O R I 0 1 Baik Sekali Buruk Sekali 2 0 1 Baik Sekali Buruk Sekali Cukup 0 3 1 2 Baik Buruk Buruk Sekali Baik Buruk Cukup Buruk Sekali Baik Sekali 0 1 2 3 Jumlah Fasilitas Baik Sekali 4 Fasilitas atau Lebih 3 Fasilitas 2 Fasilitas 1 Fasilitas Rincian Fasilitas

Gambar 5 Pembagian kategori keberadaan fasilitas yang telah ditetapkan dengan jumlah fasilitas (perkiraan) seharusnya ada yang akan diperoleh di PPP Lampulo

(44)

Cara penganalisaan kebutuhan fasilitas hampir sama seperti analisis keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas. Hal ini disebabkan kebutuhan fasilitas masih terkait langsung dengan keberadaannya (Tabel 3). Persentase yang diperoleh per kelompok fasilitas (vital, penting, pelengkap) pada hasil tabulasi akan menentukan kategori penilaian. Penggunaan persentase yang akan menentukan pembagian kategori pada analisis kebutuhan fasilitas inilah yang membedakan dengan analisis keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas (Novianti, 2008). K a te g o ri 1 1 3 2 1 2 2 3 0 0 0 0 0 Baik Sekali Baik Cukup Baik Sekali Baik Baik Sekali Buruk Sekali Buruk Sekali Buruk Buruk Buruk Sekali Buruk Sekali Baik Sekali Cukup Jumlah Fasillitas 2 1 1 1 1 3 4 0 2 3 0 2 0

4 atau lebih fasilitas 3 Fasilitas 2 Fasilitas 1 Fasilitas

43 2 1 3 2 1 2 1 1

Secara umum dalam menentukan kategori penilaian yang akan diberikan maka yang menjadi acuan utama yaitu kebutuhan fasilitas ada dan diperlukan (ADP) dan belum ada namun belum diperlukan (BANBP). Hal ini disebabkan persentase yang diperoleh pada kebutuhan ada dan diperlukan (ADP) dan belum

ada namun belum diperlukan (BANBP) sudah dapat menggambarkan kategori

penilaian yang akan diberikan. Jika persentase yang diperoleh ADP dan BANBP besar maka dapat diindikasikan bahwa aktivitas sudah berjalan dengan baik.

Gambar 6 Pembagian kategori keberadaan fasilitas yang telah ditetapkan dengan jumlah fasilitas (perkiraan) seharusnya ada yang akan diperoleh di PPP Lampulo

(45)

KEBUTUHAN FASLITAS KATEGORI ADP & BANBP Baik Sekali 81-100% ANBP & BANP 75-100% 50-74% 25-49% 0-24% 80-100% 0-19% 26-50% 51-75% 76-100% 0-20% Baik Buruk Sekali Buruk Sekali Buruk 0-25% 60-79% 40-59% 20-39% 21-40% 41-60% 61-80% Baik Buruk Cukup Baik Sekali

Ket: ADP = Ada dan diperlukan ANBP = Ada namun belum diperlukan BANP = Belum ada namun diperlukan BANBP = Belum ada namun belum diperlukan

100% 0% 0% 100% Baik Sekali Buruk Sekali 67-100% 0-33% Buruk Sekali 34-66% 0-33% 34-66% 67-100% Baik Sekali Cukup 4 Fasilitas atau Lebih 3 Fasilitas 2 Fasilitas 1 Fasilitas

Pada kebutuhan fasilitas yang ada namun belum diperlukan (ANBP) tidak dimasukkan kedalam acuan utama dengan kebutuhan fasilitas belum ada namun

diperlukan (BANP). Sementara jika kebutuhan fasilitas BANP dan ANBP

memiliki persentase yang besar, hal ini mengindikasikan bahwa banyak aktivitas di PPP Lampulo yang berjalan kurang baik. Hal-hal inilah yang menjadi dasar pengelompokan kebutuhan fasilitas, yakni ADP dan BANBP; serta ANBP dan BANP. Penetapan (perkiraan) interval persentase kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPP Lampulo berlaku untuk semua kelompok fasilitas (vital, penting, pelengkap) seperti Gambar 7.

81-100% 0-19% 20 40 60 80 100 61-80% 20-39% 21-40% 60-79 % 80-100 % Baik Sekali Baik Buruk Buruk Sekali 40 60 80 20 0 0 100 26-50% 25-69% Baik Buruk 40 60 80 20 100 76-100% 0% 51-75% 0% 0-24%

Persentase Kebutuhan Fasilitas (%)

ADP & BANBP ANBP & BANP

Baik Sekali Cukup 41-60% 40-59% Buruk Sekali 50-74% 0-25% 75-100% 40 60 80 20 100 0 0 Baik Sekali Cukup Buruk Sekali 67-100% 0-33% 34-66% 34-66% 0-33% 67-100% 100% 100% Baik Sekali Buruk Sekali

4 atau lebih fasilitas 3 Fasilitas 2 Fasilitas 1 Fasilitas

0-20 %

Gambar 7 Pembagian kategori kebutuhan fasilitas yang telah ditetapkan dengan interval persentase (perkiraan) yang akan diperoleh di PPP Lampulo

Gambar 8 Pembagian kategori kebutuhan fasilitas yang telah ditetapkan dengan interval persentase (perkiraan) yang akan diperoleh di PPP Lampulo

Gambar

Gambar 1  Skema jumlah per kelompok fasilitas per kategori yang telah  ditetapkan (Novianti, 2008)
Gambar 4     Grafik pembagian interval persentase kondisi fasilitas  per  kategori  yang  telah  ditetapkan  untuk  seluruh  kelompok fasilitas (Novianti, 2008)
Gambar 8    Pembagian  kategori  kebutuhan  fasilitas  yang  telah  ditetapkan  dengan  interval  persentase  (perkiraan)  yang  akan  diperoleh  di  PPP  Lampulo
Tabel 4    Komponen-komponen  yang dibandingkan untuk  menentukan  rasio  keberadaan  dan  kebutuhan  fasilitas  dalam  menunjang  aktivitas di PPP Lampulo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengendalian intern pada USP.Swamitra Rambah ini belum berjalan dengan baik, ini terlihat dari adanya rangkap jabatan yang dilakukan oleh karyawan dan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat 6 karakteristik fisik alami pesisir yaitu gelombang, perubahan garis pantai, pasang surut dan kenaikan muka

Inteligensi tinggi yang ditandai dengan adanya standar umur mental yang lebih tinggi dari umur kronologis ini kemudian diasumsikan dapat menyebabkan perfeksionisme

Dari hasil pemetaan geologi da pemboran inti, batubara Blok Perangat yang terdapat pada formasi ini setidaknya ada 6 lapisan batubara, yaitu 2 lapisan disayap kanan antiklin

Budi pekerti yang mencakup penanaman nilai religius dan nilai sosial pada siswa Tunagrahita Ringan di SDLB Negeri Bendo Kota Blitar dibagi menjadi tiga yakni penanaman

Dalam menerapkan pola komunikasi yang efektif tersebut tersebut terdapat aktivitas komunikasi yang dilakukan meliputi mengidentifikasi masalah belajar melalui bahasa

Hasil pengujian dari sistem alat presensi sistem untuk pegawai dengan RFID menggunakan NodeMCU ESP8266 adalah : Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kartu

Yang istimewa adalah pada Android semua aplikasi baik aplikasi inti maupun aplikasi pihak ketiga berjalan pada layer aplikasi dengan menggunakan library API yang