• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI WAKTU DAN BIAYA PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN PASAR AMLAPURA BARAT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "OPTIMALISASI WAKTU DAN BIAYA PELAKSANAAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN PASAR AMLAPURA BARAT)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS : PEMBANGUNAN PASAR AMLAPURA BARAT)

Anak Agung Diah Parami Dewi, Anak Agung Gede Agung Yana, dan Kadek Yasasi Dwinanjaya Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

Email: diahparami@civil.unud.ac.id

Abstrak : Proyek kontruksi dapat terselesaikan dengan baik berdasarkan perencanaan yang matang.

Namun dalam pelaksanaan proyek pembangunan Pasar Amlapura Barat memerlukan tambahan waktu sebesar 50 hari kalender untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dimana proyek tersebut mengalami keterlambatan 24,468% pada minggu ke-20 dengan sisa kurang lebih satu bulan batas akhir hari kerja.

Hal ini disebabkan oleh kendala pada tahap awal atau penentuan titik nol level bangunan, mobilasasi alat dan bahan yang menghambat dan sumber daya manusia yang terbatas. Keterlambatan pekerjaan pada proyek pembangunan Pasar Amlapura Barat dapat diantisipasi dengan melakukan percepatan dalam pelaksanaan proyek, dengan harapan biaya yang keluar seminimum mungkin namun tetap memperhatikan standar mutu yang ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu dan biaya optimum dengan melakukan penambahan tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan metode Least Cost Analysis yang bertujuan untuk memperoleh durasi proyek yang optimal dengan biaya total proyek seminimal mungkin dihitung dari kegiatan yang memiliki cost slope terendah. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa rencana anggaran biaya (RAB), time schedule dan daftar analisa harga satuan yang didapat dari pihak kontraktor. Berdasarkan perhitungan Least Cost Analysis dengan penambahan tenaga kerja kompresi optimum didapat pengurangan durasi penyelesaian selama 52 hari dari waktu terlambat 133 hari sehingga menjadi 81 hari dengan biaya total sebesar Rp.11.759.553.889, biaya langsung sebesar Rp.11.481.213.347 dan biaya tak langsung sebesar Rp.278.340.542,-

Kata kunci: optimalisasi biaya dan waktu, penambahan tenaga kerja, Least Cost Analysis

OPTIMIZATION OF TIME AND COSTS OF PROJECT IMPLEMENTATION USING LEAST COST ANALYSIS METHOD

(Case Study: West Amlapura Market Development)

Abstract: Construction projects can be completed successfully based on accurate planning.

However, in the implementation of the West Amlapura Market development project, it requires an additional 50 calendar days to complete the work where the project is delayed by 24.468% in the 20th week with the remaining time approximately one month. This is due to some obstacles at the initial stage or zero point determination of building level, mobility of equipments and materials and limited human resources. Delays in West Amlapura Market development project can be anticipated by accelerating the implementation of the project which is expected to minimize cost while achieving quality standards. This study aims to analyze the optimum time and cost by adding labor. This study uses the Least Cost Analysis method which aims to obtain the optimal project duration with the minimum total project cost calculated from activities that have the lowest cost slope. The data required in this study are secondary data in the form of a Budget Plan (RAB), Time Schedule and a List of Unit Price Analysis obtained from the contractor. Based on the the Least Cost Analysis with the addition of optimum compression labor, it is found that the reduction in the duration of completion is 52 days from a late time of 133 days to 81 days with a total cost of Rp. 11,759,553,889, direct costs of Rp. 11,481,213,347 and indirect costs of Rp. Rp. 278,340,542, -

Keywords: cost and time optimization, addition of labor, Least Cost Analysis

(2)

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali 169 PENDAHULUAN

Suatu proyek kontruksi selalu dituntut agar selesai tepat waktu tanpa adanya keterlambatan pelaksanaan proyek. Tetapi pada kenyataanya, dalam pelaksanaan proyek kontruksi, sering sekali terjadi ketidaksesuaian antara jadwal yang sudah direncanakan dengan kenyataan dilapangan. Hal itu disebabkan oleh beberapa kendala, baik itu kendala yang sudah diperhitungkan maupun kendala di luar perhitungan. Kendala inilah yang menjadi penyebab terlambatnya pelaksanaan proyek.

Apabila keterlambatan pelaksanaan proyek terjadi, maka keterlambatan ini harus diantisipasi dengan melakukan percepatan durasi proyek tersebut agar tidak terkena sanksi yang telah disepakati. Dalam hal ini percepatan dilakukan untuk memperoleh waktu yang optimum dengan biaya proyek (biaya langsung dan biaya tidak langsung) yang paling minimum.

Frederika (2010) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang dipakai dalam melakukan percepatan waktu pelaksanaan proyek, antara lain: menambahkan waktu jam kerja (jam lembur), menambahkan tenaga kerja, menggunakan peralatan yang lebih produktif, dan menggunakan metode pelaksanaan yang efektif.

Dalam melakukan percepatan ini pihak kontraktor harus tetap memperhatikan, faktor biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan seminimal mungkin namun tetap memperhatikan standar mutu yang di inginkan.

Dari beberapa cara tersebut digunakan alternatif penambahan tenaga kerja untuk mengoptimalisasi waktu dan biaya pelaksanaan proyek pada Pembangunan Gedung Pasar Amlapura Barat, dimana kontraktor pelaksananya adalah PT.Adi Murti, dengan nilai kontrak sebesar Rp. 14.159.499.623,00 (Empat Belas Miliyar Seratus Lima Puluh Sembilan Juta Empat Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Enam Ratus Dua Puluh Tiga Rupiah). Proyek ini direncanakan selama 150 hari kalender. Akan tetapi proyek tersebut mengalami keterlambatan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu pada tahap awal atau penentuan titik nol level bangunan tidak sesuai dengan rencana, mobilisasi alat dan bahan yang menghambat, kurangnya tenaga kerja akibat banyaknya hari libur pada bulan bulan tersebut, sehingga pihak kontraktor memerlukan tambahan waktu sebesar 50 hari kalender untuk menyelesaikan proyek tersebut.

Proyek tersebut mengalami keterlambatan 24,468% pada minggu ke-20 dengan sisa kurang lebih satu bulan batas akhir hari kerja dan jika

proyek terlambat dalam penyelesaiannya akan diberlakukan denda.

Berdasarkan waktu penyelesaian yang terbatas, maka percepatan durasi proyek dapat dilakukan dengan penambahan tenaga kerja sampai titik optimum dengan biaya yang minimum menggunakan metode Least Cost Analysis yang berfungsi untuk memperoleh durasi proyek yang optimal dengan biaya total proyek yang minimal (Husen, 2009). Tujuan penerapan metode ini agar memperoleh suatu hasil analisis percepatan waktu dan biaya yang lebih efisien. Hasil dari penerapan metode ini juga akan mempercepat waktu pekerjaan pada suatu proyek untuk mendapatkan total biaya percepatan yang minim (Satria, 2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis waktu dan biaya optimum dengan melakukan penambahan tenaga kerja dengan menggunakan metode Least Cost Analysis.

MATERI DAN METODE Optimalisasi

Dalam pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi sering terjadi keterlambatan diakibatkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kerugian. Oleh karena itu dilakukanya optimalisasi biaya dan waktu.

Tujuan mengoptimalkan waktu dan biaya suatu proyek adalah agar memperoleh keuntungan yang lebih baik tanpa mengurangi mutu atau kualitas suatu kontruksi.

Percepatan Waktu Penyelesaian Proyek (Akselerasi / Crashing)

Crashing merupakan pemendekan waktu pelaksanaan sebuah aktivitas. Crash time merupakan waktu paling pendek yang mungkin terjadi dari sebuah aktivitas, yang secara realitas dapat diselesaikan. Sedangkan crash cost adalah,

biaya langsung untuk menyelesaikan sebuah aktivitas dalam crash-time (Ningrum et al., 2017). Percepatan waktu kegiatan suatu proyek dapat dilakukan dalam berbagai (Soeharto, 1999), yaitu:

1. Mengadakan shift pekerjaan.

2. Menambah waktu kerja (lembur).

3. Menggunakan alat bantu yang lebih produktifitas.

4. Menambah jumlah tenaga kerja.

5. Menggunakan material yang dapat lebih mempercepat suatu kegiatan.

6. Menggunakan metode kontruksi lain yang lebih cepat.

(3)

Sedangkan cost slope adalah besaran penambahan biaya per-satuan waktu kegiatan yang dihitung dari kegiatan yang terendah (Mubarok et al., 2017).

Biaya Proyek

Biaya proyek dikelompokan menjadi dua komponen yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) (Soeharto, 1999).

1. Biaya langsung adalah semua biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan

2. Biaya tidak langsung atau indirect cost adalah semua biaya proyek yang tidak langsung berhubungan dengan konstruksi dilapangan.

Pejumlahan biaya langsung dan biaya tidak langsung ini disebut sebagai biaya total yang akan digunakan selama pelaksanaan proyek.

Besarnya biaya total tergantung pada lamanya waktu pelaksanaan proyek. biaya langsung dan biaya tidak langsung akan berubah sesuai dengan kemajuan proyek. Pada umumnya semakin lama proyek berjalan makin tinggi komulatif biaya tidak langsung yang diperlukan (Soeharto, 1997).

Least Cost Analysis

Least Cost Analysis digunakan untuk menganalasis agar memperoleh durasi proyek yang optimal, dimana durasi dengan biaya total proyek seminimal mungkinl. Apabila durasi proyek dipersingkat biasanya biaya langsung akan meningkat dan biaya tidak langsung akan menurun. Sering pula diperhitungkan adanya bonus bila dapat mempersingkat waktu penyelesaian proyek (Husen, 2009).

Dalam metode ini dilakukan kompresi waktu aktivitas proyek. Mencari nilai cost slope terendah dapat dilakukan setelah mengurutkan nilai cost slope masing- masing kegiatan dari yang berada pada lintasan kritis dari yang terendah sampai nilai tertinggi. Dari tahap-tahap pengkomperasian tersebut akan dihentikan apabila semua kegiatan telah kembali pada time schedule (Ervianto, 2002).

Untuk mengihtung Cost Slope (CS) dapat dirumuskan : 𝐶𝑆 =𝐶𝑐−𝐶𝑛𝑇𝑛−𝑇𝑐 (1) Keterangan :

Cc = crash cost (biaya dipercepat) Cn = normal cost (biaya normal) Tn = normal time (waktu normal) Tc = crash time (waktu dipercepat)

Adapun Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1:

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Jenis data yang digunakan adalah data skunder. Data skunder diperoleh dengan menghubungi langsung perorangan/ kelompok yang terlibat dalam perencanaan proyek (Putra and Hartati, 2017):

1. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Dari data rencana anggaran biaya diketahui uraian setiap pekerjaan, upah tenaga kerja, harga satuan bahan, dan harga satuan pekerjaan, serta volume pekerjaan.

2. Time Schedule

Dari data time schedule diketahui durasi setiap pekerjaan, dari waktu dimulai hingga waktu selesai ketergantungan masing-masing pekerjaan dari proyek tersebut.

3. Analisa Harga Satuan

Dari data analisa harga satuan diketahui koefisien dan harga satuan upah tenaga kerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan Data

Dalam menyusun jaringan kerja metode yang digunakan adalah Diagram Balok (Bar Chart) dibantu dengan program Microsoft Project. Adapun tahapan dari pengolahan data ini yaitu :

(4)

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali 171 Perhitungan Biaya langsung dan Biaya tidak

langsung

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui besar real cost pada minggu keterlambatan yang ditinjau yakni pada minggu ke-8, maka besar real cost didapat dari hasil persentase progress sisa pekerjaan yang belum dikerjakan sampai minggu ke-7 dikali dengan real cost total pekerjaan.

Untuk nilai perbandingan total cost ditampilkan pada Tabel 1:

Tabel 1 Perbandingan Total cost

No Uraian Real cost 100 % Real Cost 92,748 %

1 Biaya Langsung 12.356.826.937 11.460.744.268 2 Biaya Tak

Langsung 515.445.448 457.028.297 3 PPN 10% 1.287.227.238 1.191.777.256 4 Total Cost 14.159.499.623 11.917.772.565

Tabel 1 menunjukkan total cost mulai minggu ke- 8 yang terdiri dari biaya langsung, biaya tak langsung, PPN senilai Rp.11. 460. 744. 268,00 Penyusunan Jaringan kerja

Dalam penyusunan kegiatan, untuk sisa pekerjaan yang belum terselesaikan atau terlambat akan dilakukan pada minggu dimulainya pekerjaan yaitu pada minggu ke-8 menggunakan Microsoft Project, kemudian item pekerjaan tersebut dimasukkan pada program Microsoft Project. Dalam penyusunan jaringan kerja, durasi penyelesaian pekerjaan menjadi 133 hari dari minggu ke-8. Dari hasil penyusunan jaringan kerja maka dapat diketahui jalur kritis sebanyak 69 kegiatan kritis.

Produktivitas dan Kebutuhan Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja diperlukan untuk menentukan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam penyelesaian suatu aktivitas pekerjaan.

Diambil contoh perhitungan produktivitas dan kebutuhan tenaga kerja untuk item pekerjaan bekisting batako poer pondasib pile 1 :

a) Normal Durasi = 5 hari b) Volume kegiatan = 36,1 c) Produktivitas harian normal = 36,1 𝑚2

5 ℎ𝑎𝑟𝑖

= 7,22m2/hari d) Jumlah tenaga kerja

Pekerja = 0,3 x 7,22 = 2,17 or/hari Tukang kayu = 0,1 x 7,22 = 0,722 or/hari Kepala tukang = 0,01 x 7,22 = 0,0722 or/hari Mandor = 0,015 x 7,22 = 0,11or/hari Jumlah tenaga kerja total = 5 or/hari

Dengan diketahuinya jumlah tenaga kerja normal, maka akan dicari produktivitas harian tenaga kerja. perhitungan produktivitas harian tenaga kerja dapat dihitung dengan persamaan :

= Produktivitas Harian Normal

Jumlah Tenaga Kerja Normal (2)

Untuk perhitungan produktivitas harian tenaga kerja pada kegiatan pekerjaan bekisting batako poer pondasi bore pile 1 didapatkan sebesar :

Pekerja = 7,22

2,17 = 3,333 m2/h Tukang Kayu = 7,22

0,72 = 10 m2/h Kepala Tukang = 7,22

0,072 = 100 m2/h Mandor = 7,22

0,11 = 66,67 m2/h Perhitungan Penambahan Tenaga Kerja

Dalam perhitungan penambahan tenaga kerja diasumsikan penambahan sebanyak 30 % dari jumlah tenaga kerja normal. Penambahan tenaga kerja sampai optimum akan meningkatkan produktivitas kerja, tetapi penambahan yang terlalu banyak akan menurunkan produktivitas pekerja (Fredikson et al., 2019).

Untuk perhitungan penambahan tenaga kerja pada pekerjaan bekisting batako poer pondasib pile 1 didapat penambahan tenaga kerja sebesar:

Pekerja = (30% x 2,17) = 0,65 = 1or/h Tukang batu = (30% x 0,72) = 0,22 or/h Kepala tukang = (30% x 0,072) = 0,022 or/h Mandor = (30% x 0,11) = 0,03 or/h

Total Penambahan tenaga kerja pada kegiatan pekerjaan bekisting batako poer pondasi bore pile 1didapat dengan cara:

= penambahan tenaga kerja +Total tenaga kerja normal

Pekerja = 1 + 2,17 = 3,17 or/h Tukang batu = 0,22 + 0,72 = 0,94 or/h Kepala tukang = 0,022 + 0,07 = 0,094 or/h Mandor = 0,03 + 0,11 = 0,14 or/h

Produktivitas harian percepatan pada kegiatan pekerjaan bekisting batako poer pondasi bore pile 1 didapat sebesar :

Pekerja = 3,17 x 3,33 = 10,55 m2/hari Tukang batu = 0,94 x 10 = 9,385 m2/hari Kepala tukang = 0,094 x 100 = 9,385 m2/hari Mandor = 0,14 x 66,67= 9,385 m2/hari

Perhitungan Crash Duration

Setelah didapatkan produktivitas harian percepatan setelah penambahan tenaga kerja, selanjutnya dihitung crash duration pada semua

(5)

kegiatan yang berada dilintasan kritis. Crash duration dihitung dengan rumus :

= Volume kegiatan

Produktivitas harian percepatan pekerja (3) Sehingga didapat crash duration Pekerjaan Bekisting Batako Poer Pondasi Bore Pile 1 sebesar:

a) Volume kegiatan = 36,1 m2

b) Produktivitas setelah penambahan tenaga kerja

= 10,553 m2/hari

c) Crash duration = 10,553 m36,1 m2/hari2 = 3,421 ≈ 4 ℎ𝑎𝑟𝑖

Perhitungan Crash Cost

Crash cost pekerja adalah besarnya biaya/upah pekerja yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu dipercepat (crash duration). Sebagai contoh perhitungan crash cost dilakukan perhitungan pada kegitan pekerjaan bekisting batako poer pondasi bore pile 1:

a) Biaya ongkos tenaga kerja normal pada Pekerjaan Bekisting Batako Poer Pondasi Bore Pile 1 perhari:

0,3 pekerjaxRp.79.000 =Rp.23.700 0,1 tukang batu x Rp.80.000 = Rp.8.000 0,01kepala tukang xRp.82.000 = Rp.820 0,015 mandor x Rp.84.000 = Rp.1.260 Total upah pekerjaan perhari = Rp.33.780 b) Produktivitas grup pekerja = 7,22 m2/hari c) Normal ongkos pekerja perhari

= 7,22 m2/hari xRp 33.780,00 = Rp. 243.865 d) Biaya penambahan tenaga kerja perhari

= (Rp 79.000,00 x 1) + (Rp 80.000,00 x 0,22 ) + (Rp 82.000,00 x 0,022) + (Rp 84.000,00 x 0,03) = Rp. 100.831,00

e) Crash cost pekerja perhari

= Rp. 243.865,00 + Rp. 100.831,00

= Rp. 344.695,00 Perhitungan Crash Cost Total

Crash cost total yang dimaksud ialah cost total dari sebuah activity duration pada setiap kegiatan. Sebagai contoh dihitung crash cost total pada Pekerjaan Bekisting Batako Poer Pondasi Bore Pile 1:

Crash duration = 4 hari

Crash cost pekerja = Rp. 344.695,00

Jadi crash cost total untuk Pekerjaan Bekisting Batako Poer Pondasi Bore Pile 1 adalah:

Crash cost total = crash duration x crash cost

pekerja (4)

= Rp. 344.695.00 x 4 hari

=Rp. 1.378.781,747

Perhitungan Cost Slope

Cost slope adalah penambahan biaya langsung (direct cost) untuk mempercepat durasi penyelesaian pekerjaan per satuan waktu. Untuk menghitung cost slope dapat digunakan persamaan :

= 𝑐𝑟𝑎𝑠ℎ 𝑐𝑜𝑠𝑡−𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡

𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛−𝑐𝑟𝑎𝑠ℎ 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 (5) Perhitungan cost slope pada Pekerjaan Bekisting Batako Poer Pondasi Bore Pile 1 : Normal duration = 5 hari

Normal cost = 5 hari x Rp. 243.865 = Rp. 1.219.323,00 Crash duration = 4 hari

Crash cost = Rp. 1.378.781,747 Jadi, cost slope Pekerjaan Bekisting Batako Poer Pondasi Bore Pile 1 adalah:

Cost Slope = (Rp.1.378.781,00 − Rp.1.219.323,00) (5−4)

Cost Slope = Rp. 159.458,867

Masing-masing pekerjaan pada proyek ini tidak memiliki float atau waktu tenggang. Jika terjadi keterlambatan pada salah satu aktivitas tersebut dapat dipastikan akan berpengaruh terhadap keseluruhan aktivitas proyek, begitu juga sebaliknya jika salah satu aktivitas mengalami kemajuan maka akan dapat mempercepat penyelesaian proyek secara keseluruhan (Hardianta, 2015).

Percepatan Durasi Proyek dengan Least Cost Analysis

Setelah mendapatkan nilai cost slope yang berada pada lintasan kritis. Selanjutnya melakukan percepatan menggunakan metode Least Cost Analysis dari kegiatan yang memiliki cost slope terendah sampai item kegiatan yang memiliki cost slope tertinggi. Setelah itu akan dilakukan kompresi durasi proyek dimulai dari pekerjaan yang memiliki cost slope terendah bertujuan agar penambahan biaya yang dihasilkan setelah dikompresi dapat diminimalisir.

Tahap Kompresi Normal

a) Waktu penyelesaian = 133 hari

b) Total Cost = Biaya Langsung, + Biaya Tidak Langsung

= Rp.11.460.744.268 + Rp.457.028.29

= Rp.11.917.772.565,- Tahap Kompresi 1

Kegiatan No. 459 Pekerjaan Beton Kolom Struktur K2, 35/35 cm

(6)

Program Studi Teknik Sipil  Fakultas Teknik  Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran - Bali 173 a) Cost Slope = Rp. 9.888,512

b) Sisa durasi proyek = 133 hari – 1 hari

= 132 hari

c) Tambahan biaya = Total Crash x Cost Slope

= Rp.9.888,512 x 1 = Rp.9.888,512 d) Komulatif tambahan biaya = Rp.9.888,512 e) Biaya langsung= biaya normal langsung +

komulatif biaya tambahan

= Rp. 11.460.744.268 + Rp.9.888,512

= Rp. 11.460.754.157,00,-

f) Biaya tak langsung = sisa durasi x biaya tak langsung

= 132 x Rp. 3.436.303

= Rp. 453.591.994 ,-

g) Total cost = biaya langsung + biaya tak lansung

= Rp.11.460.754.157 + Rp. 453.591.994

= Rp. 11.914.346.150 ,-

Tahap Kompresi Optimum

Kegiatan No. 260 Pembesian D 19 Pekerjaan Beton Kolom Struktur K2, 35/35 cm a) Cost Slope = Rp.1.961.479,131

b) Sisa durasi proyek = 82 hari – 1 hari = 81 hari

c) Tambahan biaya = Total crash x cost slope = Rp.1.961.479,131 x 1

= Rp.1.961.479,131 d) Komulatif tambahan biaya

= Rp.18.507.600 + Rp.1.961.479,131

= Rp.20.469.079,-

e) Biaya langsung = biaya normal langsung + komultif biaya tambahan

= Rp. 11.460.744.268 + Rp.20.469.079 = Rp. 11.481.213.347,-

f) Biaya tak langsung = sisa durasi x biaya tak langsung

= 81 x Rp. 3.436.303

= Rp.278.340.542 ,-

g) Total cost = biaya langsung + biaya tak lansung

= Rp.11.481.213.347+ Rp.278.340.542 = Rp.11.759.553.889,-

Total biaya akibat kompresi pada semua kegiatan kritis ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Total Biaya Akibat Kompresi Total

Durasi

Total Cost (hari) (Rp) 133

1 132 11.914.346.150 2 131 11.910.922.647 3 130 11.907.502.598 4 129 11.904.096.096 5 127 11.897.283.846 6 126 11.893.890.717 7 124 11.887.118.074 8 123 11.883.735.289 9 122 11.880.360.151 10 121 11.876.985.991 11 119 11.870.244.131 12 118 11.866.881.324 13 117 11.863.541.352 14 116 11.860.202.101 15 115 11.856.880.104 16 114 11.853.561.184 17 113 11.850.243.533 18 112 11.846.932.747 19 111 11.843.625.833 20 110 11.840.324.232 21 109 11.837.025.671 22 108 11.833.746.181 23 107 11.830.469.336 24 106 11.827.206.523 25 105 11.823.945.024

Total Durasi

Total Cost (hari) (Rp)

26 104 11.820.712.781 27 103 11.817.487.892 28 102 11.814.272.869 29 101 11.811.086.891 30 100 11.807.908.027 31 98 11.801.613.850 32 96 11.795.426.430 33 95 11.792.497.024 34 94 11.789.581.135 35 93 11.786.712.580 36 92 11.783.877.643 37 91 11.781.097.287 38 90 11.778.346.220 39 89 11.775.618.787 40 88 11.773.027.185 41 87 11.770.513.490 42 86 11.768.073.110 43 85 11.765.685.869 44 84 11.764.100.391 45 83 11.762.535.775 46 82 11.761.028.712 47 81 11.759.553.889 48 80 11.759.656.187 49 79 11.760.501.461 50 78 11.763.009.113 51 77 11.769.497.760

(7)

Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan Least Cost Analysis dengan penambahan tenaga kerja, kompresi optimum didapat pengurangan durasi penyelesaian selama 52 hari dari waktu terlambat 133 hari menjadi 81 hari dengan total biaya sebesar Rp.

11.759.553.889,00, biaya langsung sebesar Rp. 11.481.213.347,00 dan biaya tak langsung sebesar Rp. 278.340.542,00,-

Dimana efisiensi waktu dan biaya sebesar : a) Efisiensi Waktu Proyek

= 133 hari kerja – 81 hari kerja = 52 hari Atau : 133−81

133 𝑥 100% = 36,84 % b) Efisiensi Biaya Proyek

= Rp. 11.917.772.565 – Rp. 11.759.553.889 = Rp. 158.218.676,00

Atau:

Rp. 11.917.772.565 – Rp. 11.759.553.889

Rp 111.917.772.565 𝑥 100%

= 0,705 %

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Least Cost Analysis pada Proyek Pembangunan Pasar Amlapura Barat, maka dapat disimpulkan dari waktu penyelesaian proyek rencana selama 133 hari didapatkan waktu optimum penyelesaian proyek selama 52 hari sehingga menjadi 81 hari dan diperoleh efisiensi waktu percepatan sebesar 36,84 %. Biaya minimum yang didapat setelah percepatan dengan penambahan tenaga kerja sebesar Rp.11.817.857.119, dimana efisiensi biaya sebesar Rp.99.915.446 atau (0,705%) dari biaya normal sebesar Rp. 11.917.772.565 dengan melakukan kompresi pada 29 item pekerjaan dari Cost Slope terendah.

SARAN

Yang dapat disarankan dari penelitian ini adalah segera dilaksanakannya tindakan percepatan waktu pelaksanaan proyek dengan penambahan tenaga kerja pada minggu mulai terjadinya keterlambatan karena penambahan tenaga kerja dapat mempersingkat durasi proyek sebesar 36,84 % dari waktu rencana proyek dan menghemat biaya sebesar 0,705 % dari biaya proyek, sehingga tidak berdampak pada keterlambatan yang lebih lama dan biaya semakin besar akibat sanksi yang diterima kontraktor. Pada penelitian selanjutnya perlu adanya perbandingan percepatan pelaksanaan proyek dengan beberapa alternatif lainya seperti penambahan jam kerja (lembur) dan atau metode

shift agar dapat mengetahui perbandingan waktu dan biaya percepatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, W.I. 2002. Manajemen Proyek Kontruksi. Andi, Yogyakarta.

Frederika, A. 2010. Analisis Percepatan Pelaksanaan Dengan Menambahkan Jam Kerja Optimum Pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Super Villa, Peti Tenget-Badung).

Fredikson S, Mardewi, J., Fachriza, N.A. 2019.

Otimalisasi Biaya dan Waktu Pelaksanaan Pada Proyek Dengan Metode Least Cost Analysis.

Hardianta, Y. 2015. Optimalisasi Waktu dan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan Metode Least Cost Analysis ( Studi Kasus : Proyek Pembangunan dan Perluasan Kantor Bupati Klungkung ). Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Udayana.

Husen, A. 2009. Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan dan Pengendalian Proyek. Andi, yogyakarta.

Mubarok, F., Rizal, M.C., Arumsari, N. 2017.

Optimasi Metode Precedance Diagram Method-Least Cost Analysis Dengan Penambahan Tenaga Kerja. 2nd Conference on Piping Engineering and Its Application. . Ningrum, F.G.A., Hartono, W., Sugiyarto. 2017.

Penerapan Metode Crashing Dalam Percepatan Durasi Proyek Dengan Alternatif Penambahan Jam Lembur Dan Shift Kerja (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Hotel Grand Keisha, Yogyakarta). E-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL, .

Putra, Y., Hartati, S. 2017. Optimalisasi Waktu Dan Biaya Menggunakan Metode Least Cost Analysis Pada Proyek Peningkatan Jalan Lingkar Kota Dumai. Jurnal Saintis, 17(April): 100–112.

Satria, Y. 2015. Percepatan Durasi Proyek Dengan Penambahan Tenaga Kerja Menggunakan Metode Least Cost Analysis ( Studi Kasus : Pembangunan Ruang Kelas Baru SDN 6 Tuban). Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana.

Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional. Erlangga, Jakarta.

Soeharto, I. 1999. Manejemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Erlangga, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada pemberian mulsa serbuk gergaji dosis 350 g/ polybag dengan urin sapi yang telah difermentasi konsentrasi 30% cenderung menunjukkan berat kering bibit yang lebih

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kasus penderita campak dengan menggunakan metode Regresi Nonparametrik

Hidden Markov Model merupakan perkembangan dari rantai markov dengan keadaan pada masa yang akan datang dari suatu urutan tidak hanya ditentukan oleh keadaan saat

atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seorang, lembaga masyarakat dan lain lain.7 Agar peneltian ini menjadi terarah, peneliti mengelola data yang sudah ada,

Implementasi Metode UMMI Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist ( Studi Multi Situs Di MI Al-Azhar Bandung dan MI Darussalam Tulungagung. 1)

Salah satu alasan dilakukannya penelitian ini adalah fungsi-fungsi yang ditemukan dalam teks Syair Orang Berbuat Amal memiliki kesesuaian dengan lingkaran fungsi

Sementara neraca perdagangan Italia dengan Indonesia untuk komoditi migas pada bulan Juni 2017 mencatat surplus sebesar US$ 0,01 juta atau turun 62,38% dibandingkan