• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI PASIEN REHABILITASI MEDIK DI RUMAH SAKIT USU PADA TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh : NIM. 131000392

DENISHA DWANI AMALIA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

PENGARUH PROGRAM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI PASIEN REHABILITASI MEDIK DI RUMAH SAKIT USU PADA TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : NIM. 131000392

DENISHA DWANI AMALIA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI PASIEN REHABILITASI MEDIK DI RUMAH SAKIT USU TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2018 Yang membuat pernyataan,

Denisha Dwani Amalia

(4)
(5)

ABSTRAK

Menurut Depkes RI (2008), Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya Rumah Sakit meningkatkan kemampuan pasien kelompok masyarakat agar dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan reabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) membantu pasien rehabilitasi medik untuk mendapatkan motivasi selama proses penyembuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) terhadap peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU pada tahun 2018.

Jenis penelitian ini adalah metode penelitian survei, dengan survei analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU, yaitu berjumlah 23 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pasien berjenis kelamin perempuan 52,1%, berumur >41 tahun, berpendidikan tinggi (Tamat SMA dan Sarjana 86,9%, serta rata-rata pasien memiliki pekerjaan formal (Guru, PNS, Pegawai BUMN dan Swasta) 60,9%. Pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dan petugas kesehatan memiliki hubungan terhadap peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik. Namun, yang paling berpengaruh adalah sikap dan dukungan keluarga dan petugas kesehatan.

Disarankan kepada Rumah Sakit USU khususnya bagian Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) agar mengupayakan promosi kesehatan kepada pasien supaya terjadi peningkatan motivasi pada diri pasien selama proses penyembuhan serta peningkatan kualitas hidup optimal dengan indikator 75% dari BPJS dapat lebih cepat tercapai.

Kata Kunci : Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), rehabilitasi medik, peningkatan motivasi.

(6)

ABSTRACT

According to Depkes RI (2008), Hospital Health Promotion (PKRS) is hospital’s effort to improve patient’s ability to be self-reliant in accelerating recovery and reability, aclients and community groups can be independent in improving health, preventing health problems and developing community health efforts according to social their culture and supported by sound public policy.

Hospital Health Promotion (PKRS) helps patients medical rehabilitation to gain motivation during the healing process.The purpose of this study was to determine the effect of the Hospital Health Promotion program (PKRS) on increasing the motivation of medical rehabilitation patients at USU Hospital in 2018.

This type of research is a survey research method, with an analytic survey.

The population in this study is the total number of medical rehabilitation patients at USU Hospital, which amounted to 23 people. Data were collected by using univariate, bivariate, and multivariate analyzed questionnaires.

The results showed that the average patient was female 52.1%, aged> 41 years, highly educated (graduated from high school and bachelor degree 86.9%, and the average patient had a formal job (teacher, civil servant, employee of BUMN and private ) 60.9%. Knowledge, attitude and family support and health workers have a relationship with increasing motivation of medical rehabilitation patients. However, the most influential are the attitudes and support of family and health workers.

It is recommended to Hospital of USU especially the Hospital Health Promotion (PKRS) divison in order to make health promotion to the patient so that there is an increase of self-motivation during the healing process and the optimum quality of life improvement with indicator 75% from BPJS can be more quickly achieved.

Keyword: Hospital Health Promotion (PKRS), medical rehabilitation, increased motivation.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PROGRAM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI PASIEN REHABILITASI MEDIK DI RUMAH SAKIT USU TAHUN 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.

Untuk itu, disampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sedalam- dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H, M.Hum., selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Lita Sri Andayani SKM, M.Kes, selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku pembimbing Iyang telah memberikan bimbingan,

(8)

arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. dr. Linda T Maas, MPH, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Drs. R. Kintoko. R, MKM dan Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. DosenFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu, wawasan dan pembelajaran yang telah diberikan.

7. Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

8. Pihak Rumah Sakit yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penenlitian.

9. Kedua orang tua tersayang ayahanda Renosyah dan Ibunda Rita Triana, serta adik tercinta M Fadel Devinto yang senantiasa memberikan dukungan doa, moral, kasih sayang, dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman dekat penulis, M Wahyu Ravicky yang selalu menemani penulis selama pembuatan skripsi ini dari awal hingga selesai, dan selalu memberikan semangat dan doa.

11. Senior-senior, Azmi Alqawi dan Ismed Siregar yang telah membantu dan memberi semangat sampai skripsi ini selesai.

(9)

12. Sahabat-sahabat penulis di Padang, Ulva, Veby, Inne, Rindi, dan Teguh yang selalu memberikan semangat dan doa meskipun dari jarak jauh.

13. Teman-teman AIESEC USU 2016-2017.

14. Junior-junior di FKM, Izmi Arisa dan Intania, serta teman-teman PBL yaitu Ovin Anggraini, Ratna Siregar, Nanda Febryana, dan Ainul Novriansyah atas segala semangat dan dukungan.

15. Semua pihak yang telah berjasa dan tak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Seluruh rekan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat 2013 dan PKIP 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah memberi dukungan dan warna- warni kehidupan kepada penulis selama perkuliahan sampai penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berdoa semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Medan, Juli 2018 Penulis

(10)

Denisha Dwani Amalia

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI... ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

RIWAYAT HIDUP ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

2.3.1 Tujuan Khusus ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Rumah Sakit ... 10

2.2.1 Pengertian Rumah Sakit ... 10

2.1.2 Fungi Rumah Sakit ... 11

2.2 Promosi Kesehatan ... 12

2.2.1 Pengertian Promosi Kesehatan ... 12

2.2.2 Tujuan Promosi Kesehatan ... ... 13

2.2.3 Media Promosi Kesehatan ... .... 14

2.3 Media Komunikasi ... 15

2.3.1 Fungsi Media Komunikasi ... 15

2.4 Perilaku ... 17

2.5 Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit ... 21

2.5.1 Pengertian Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit ... 21

2.5.2 Tujuan Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit ... 23

2.5.3 Sasaran Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit ... 25

2.5.4 Metode dan Media Promosi Kesehatan Rumah Sakit ... 26

2.5.5 Faktor Perilaku Pasien di Rumah Sakit ... 28

(11)

2.7 Motivasi ... . 31

2.8 Landasan Teori ... ... 32

2.9 Kerangka Konsep ... ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 34

3.2.2 Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1 Populasi ... 34

3.3.2 Sampel ... 35

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.4.1 Data Primer ... 35

3.4.2 Data Sekunder ... 35

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 36

3.5.1 Variabel Penelitian ... 36

3.5.2 Definisi Operasional ... 36

3.6 Metode Pengukuran ... 39

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Independen ... 39

3.6.1.1 Faktor Intrinsik ... 39

3.6.1.2 Faktor Ekstrinsik ... 40

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 41

3.7 Metode Analisis Data ... . 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

4.2 Hasil Uji Univariat ... 45

4.2.1 Karakteristik Responden ... 45

4.2.2 Faktor Intrinsik Pada Pasien Rehabilitasi Medik Dalam Peningkatan Morivasi di Rumah Sakit USU Tahun 2018. 46

4.2.2.1 Pengetahuan ... 46

4.2.2.2 Sikap ... 48

4.2.3 Faktor Ekstrinsik Pada Pasien Rehabilitasi Medik Dalam Peningkatan Motivasi di Rumah Sakit USU Tahun 2018. . 49

4.2.3.1 Dukungan Keluarga dan Petugas Kesehatan... 49

4.3 Hasil Uji Bivariat ... 53

4.3.1 Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 53

4.3.2 Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Peningkatan Motivasi Pasien Rehabalitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 57 4.3.3 Hubungan Sikap Responden Terhadap Peningkatan Motivasi

Pasien Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 58

(12)

4.3.4 Hubungan Dukungan Keluarga dan Petugas Kesehatan Terhadap Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi Medik di

Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 59

4.4 Hasil Uji Multivariat ... 60

BAB V PEMBAHASAN ... 62

5.1 Pembahasan Hasil Univariat ... 62

5.1.1 Karakteristik Pasien ... 62

5.1.1.1 Umur ... 62

5.1.1.2 Jenis kelamin ... 63

5.1.1.3 Pendidikan ... 64

5.1.1.4 Pekerjaan ... 65

5.1.2 Pengetahuan Pasien ... 66

5.1.2.1 Pengetahuan Pasien Tentang Tujuan Pengobatan .. 67

5.1.2.2 Pengetahuan Pasien Tentang Manfaat Pengobatan 68 5.1.2.3 Pengetahuan Pasien Tentang Motivasi ... 69

5.1.3 Sikap Pasien ... 69

5.1.3.1 Sikap Pasien tentang Pengobatan ... 70

5.1.3.2 Sikap Pasien Tentang Promosi Kesehatan ... 71

5.1.3.3 Sikap Pasien Tentang Motivasi ... 72

5.1.4 Dukungan Keluarga dan Petugas Kesehatan... 73

5.1.4.1 Dukungan Keluarga ... 74

5.1.4.2 Dukungan Petugas Kesehatan ... 75

5.2 Pembahasan Hasil Bivariat ... 76

5.2.1 Hubungan Pengetahuan Terhadap Peningkatan Motivasi .. 76

5.2.2 Hubungan Sikap Terhadap Peningkatan Motivasi ... 77

5.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dan Petugas Kesehatan Terhadap Peningkatan Motivasi ... 79

5.3 Pembahasan Hasil Multivariat ... 81

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 83

6.1 Kesimpulan ... 83

6.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Tentang Pengaruh

Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Terhadap Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi

Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 45 Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden Pasien Dalam Pengaruh

Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

Terhadap Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi Medik

di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 46 Tabel 4.3 Distribusi Kategori Pengetahuan Pasien Dalam Pengaruh

Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

Terhadap Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi Medik

di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 47 Tabel 4.4 Distribusi Uraian Jawaban Sikap Responden Pasien Dalam

Pengaruh Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit

(PKRS) Terhadap Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi

Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 48 Tabel 4.5 Distribusi Kategori Sikap Responden Pasien Dalam

Pengaruh Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit

(PKRS) Terhadap Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi

Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 49 Tabel 4.6 Distribusi Uraian Jawaban Responden Tentang Dukungan

Keluarga dan Petugas Kesehatan Mengenai Pengaruh Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

Terhadap Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi Medik di

Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 50 Tabel 4.7 Distribusi Kategori Dukungan Keluarga dan Petugas

Kesehatan Mengenai Pengaruh Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Terhadap Peningkatan Motivasi

Pasien Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 51

(14)

Tabel 4.8 Distribusi Uraian Responden Tentang Pengaruh Program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Terhadap

Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 51 Tabel 4.9 Distribusi Kategori Responden Tentang Pengaruh Program

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Terhadap

Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 52 Tabel 4.10 Hubungan Umur Dengan Peningkatan Motivasi Pasien

Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 54 Tabel 4.11 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Peningkatan Motivasi Pasien

Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 55 Tabel 4.12 Hubungan Pendidikan Dengan Peningkatan Motivasi

Pasien Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 56 Tabel 4.13 Hubungan Pekerjaan Dengan Peningkatan Motivasi

Pasien Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 57 Tabel 4.14 Hubungan Pengetahuan Terhadap Peningkatan Motivasi

Pasien Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 58 Tabel 4.15 Hubungan Sikap Terhadap Peningkatan Motivasi

Pasien Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 58 Tabel 4.16 Hubungan Dukungan Keluarga dan Petugas Kesehatan

Terhadap Peningkatan Motivasi Pasien Rehabilitasi Medik di

Rumah Sakit USU Tahun 2018 ... 59 Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Logistik ... 60

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ... 32 Gambar 2.2Kerangka Konsep ... 33

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Master Data

(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Denisha Dwani Amalia, dilahirkan pada tanggal 13 Oktober 1995 di Padang. Beragama Islam, dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Renosyah dan Ibunda Rita Triana. Alamat penulis berada di Komplek Filano Jaya I Blok C1 No. 1 Parak Karakah Padang Sumatera Barat.

Pendidikan formal penulis dimulai di TK Adzkia Padang pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di SD IT Adzkia Padang pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di SMP IT Adzkia Padang pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Adabiah 2 Padang pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan status kesehatan mereka (health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health).

Untuk mencapai status kesehatan paripurna baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial dan personal, sebagaimana halnya kapasitas fisik. Karena itu, promosi kesehatan bukan saja tanggung jawab sektor kesehatan, tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang mempengaruhi gaya hidup sehat dan kesejahteraan sosial.

Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations(2010) telah menetapkan standar pendidikan kesehatan pada pasien. Hal ini penting karena mengingat tidak selamanya pasien dirawat di rumah sakit sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan kesehatan, pasien dan keluarga dapat

(19)

Corporation (2010) diperkirakan bahwa sekitar 80 % dari semua kebutuhan dan masalah kesehatan dapat diatasi di rumah, maka kebutuhan untuk mendidik masyarakat mengenai cara merawat diri mereka sendiri. Selain itu, dari berbagai studi mencatat fakta bahwa pasien yang dibekali informasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mematuhi rencana pengobatan medis dan mendapatkan cara inovatif untuk mengatasi penyakit, menjadi lebih mampu mengatasi gejala penyakit, kemungkinannya mengalami komplikasi lebih kecil. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk membantu meningkatkan derajad kesehatan yang optimal (Bestable, 2002).

Penelitian internasional yang terkait dengan pelaksanaan promosi kesehatan rumah sakit bagi pasien rawat jalan dilakukan oleh Health Service Medical Corporation (2009), yang menyatakan bahwa hanya seperlima dari petugas kesehatan yang melakukan persiapan dalam memberikan pendidikan kesehatan dan dengan hasil yang cukup memuaskan dan secara keseluruhan hasilnya tidak memuaskan.

Beberapa penelitian yang dimuat dalam jurnal internasional yang terkait dengan promosi kesehatan di rumah sakit seperti penelitian Halcomb (2010) menyimpulkan bahwa persepsi petugas kesehatan tentang perannya dalam promosi kesehatan untuk mengubah perilaku kesehatan individu. Peran petugas kesehatan dalam hal promosi kesehatan Rumah Sakit adalah membantu untuk memberikan motivasi kepada pasien dalam mengikuti pengobatan yang dianjurkan.

(20)

Penelitian Kripalani et al (2007) menyimpulkan bahwa pendekatan untuk mempromosikan pelayanan rumah sakit yang lebih efektif adalah melalui perawatan, termasuk perbaikan dalam komunikasi antara perawat di unit rawat inap dan rawat jalan. Demikian juga penelitian Oandasen et al (2006) menyimpulkan bahwa kerjasama tim kerja dan kolaborasi dalam perawatan kesehatan adalah masalah dalam peningkatan strategi pembaharuan kesehatan.

Pengambil kebijakan harus bekerja sama untuk bergerak maju pada proses perubahan yang diperlukan untuk mendukung kerja sama tim yang efektif dalam perawatan kesehatan.

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) bukan hanya diperlukan dalam pelayanan preventif dan promotif saja, melainkan juga diperlukan pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif atau pelayanan rumah sakit. Promosi kesehatan di rumah sakit adalah sama dengan promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan masyarakat. Perbedaannya hanya terletak pada sasarannya saja. Sasaran promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan masyarakat adalah kelompok orang yang sehat, sedangkan sasaran promosi kesehatan di rumah sakit utamanya adalah orang yang sakit (pasien) dan juga orang yang sehat atau keluarga pasien.

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2012).

(21)

Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit telah diatur dalam Permenkes No 4 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Dalam Permenkes tersebut diuraikan secara jelas tentang pentingnya pelaksanaan promosi kesehatan pada seluruh unit pelayanan rumah sakit serta petugas kesehatan berperan sebagai penyuluh atau pemberi edukasi.

Strategi promosi kesehatan di rumah sakit adalah bagaimana cara menerapkan strategi pemberdayaan, bina suasana dan advokasi dalam rangka promosi kesehatan rumah sakit bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. Dalam hal ini ini diuraikan tentang berbagai cara pemberdayaan yang efektif seperti konseling, perawatan psikologis, dan lain-lain, berbagai cara bina suasana yang efektif melalui pendekatan individu, kelompok, dan massal, serta siapa yang harus diadvokasi dan bagaimana melaksanakannya (Depkes RI, 2012).

Salah satu komponen didalam pelayanan kesehatan dasar yaitu dengan penyuluhan kesehatan untuk mewujudkan upaya perubahan perilaku serta lingkungan kesehatan yang lebih baik (Depkes RI, 2005). Program penyuluhan ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

Lingkungan yang berpengaruh bagi pasien rawat jalan adalah keluarga atau orang yang mengantarkannya ke rumah sakit, sedangkan bagi orang yang sehat, lingkungan yang berpengaruh terutama adalah para petugas rumah sakit

(22)

yang melayaninya. Mereka ini diharapkan untuk membantu memberikan penyuluhan kepada pasien dan juga menjadi teladan dalam sikap dan tingkah laku.

Misalnya teladan tidak merokok, tidak meludah atau membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya (Depkes RI, 2012).

Ditinjau dari tempat pelaksanaan atau tatanan promosi kesehatan, rumah sakit adalah termasuk tatanan institusi pelayanan kesehatan. Dengan demikian maka promosi kesehatan ini adalah promosi kesehatan yang dikembangkan di rumah sakit dalam rangka untuk membantu orang sakit atau pasien dan keluarganya agar mereka dapat mengatasi masalah kesehatannya, khususnya mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Dari segi psikososial orang yang sedang sakit atau keluarga dari orang yang sakit adalah kondisi ketidakenakan:

rasa sakit, kekhawatiran, kecemasan, kebingungan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, mereka ini sangat memerlukan bantuan bukan saja pengobatan, tetapi juga bantuan lain seperti informasi, nasehat, dan petunjuk-petunjuk dari petugas rumah sakit berkaitan dengan masalah atau penyakit yang mereka alami.

Pentingnya promosi kesehatan di rumah sakit salah satunya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas suatu pengobatan. Keberhasilan atau pengobatan selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada termasuk sikap dan keterampilan para pelaksananya, juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan termasuk sikap, pola hidup pasien, dan keluarganya.Selain itu, tergantung juga pada kerja sama yang positif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarga pasien. Kalau pasien dan keluarga pasien memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan dan pencegahan penyakit, serta keluarga pasien mampu dan mau

(23)

berpartisipasi secara positif, maka hal ini akan membantu proses penyembuhan penyakit pasien tersebut.

Demikian juga penelitian Mudiasari (2010) tentang analisis kegiatan promosi kesehatan rumah sakit di RSU Dr. Saiful Anwar Malang menyimpulkan bahwa terpenuhinya standar promosi kesehatan rumah sakit pada indikator input dan proses, sedangkan pada indikator output dan dampak belum terpenuhi secara maksimal. Namun sudah diupayakan beberapa kegiatan untuk menindaklanjuti beberapa masalah yang menyebabkan kurang maksimalnya pencapaian kegiatan promosi kesehatan rumah sakit tersebut.

Di negara Kanada, hampir semua Rumah Sakit memiliki program untuk PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit), salah satunya Group Teraphy. Group Teraphy adalah suatu perkumpulan pasien-pasien yang memiliki penyakit yang sama, misal pasien penyakit stroke. Mereka dikumpulkan sekali seminggu untuk bertukar cerita. Jadi pasien akan menceritakan keluh kesahnya, pengalaman selama menderita penyakit tersebut, dan apa saja yang ingin mereka ceritakan mengenai stroke. Dengan adanya program ini diharapkan pasien dapat bertukar pengalaman dan memberikan motivasi antar pasien. Tujuan dari program ini supaya pasien pasien tidak hanya diobati secara fisik saja, namun juga secara mental.

Rumah Sakit USU adalah entitas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Dikti yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Universitas Sumatera Utara. Merupakan salah satu dari 20 RS Perguruan Tinggi Negeri dengan status

(24)

yang sama dan akan dikembangkan di Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Dikti. Berlokasi di Jalan Dr Mansyur, kawasan Kampus USU Medan, Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berdiri tahun 2011 yang dimulai dari peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Rektor USU saat itu Prof dr Chairuddin P Lubis dan Gubernur Sumatera Utara saat itu H Syamsul Arifin, SE, pada tahun 2009.

Rumah Sakit USU sudah memiliki bagian Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).Salah satu promosi kesehatan yang telah dilakukan adalah pemberian informasi atau pesan kesehatan berupa penyuluhan di bagian poli rawat jalan pasien yang dilakukan oleh mahasiswa dari fakultas kedokteran, terdapat informasi berupa Xbanner, poster, dan spanduk agar dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan sehingga memudahkan terjadinya perilaku sehat. Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit USU masih terus berupaya mengembangkan kegiatan promosi kesehatan.

Walaupun sudah banyak upaya yang dilakukan dalam program promosi kesehatan di Rumah Sakit USU, namun kegiatan PKRS di Rumah Sakit USU masih sangat kurang, karena masih ditemukan beberapa media promosi kesehatan rumah sakit yang kurang dimanfaatkan.

Pada saat survei awal, peneliti menemukan pasien yang paham dengan penyakit yang dideritanya, pengetahuan dan sikap pasien tersebut terhadap pengobatan sangat bagus. Namun, semangat yang dimiliki pasien sangat rendah, pasien mengatakan ingin menyerah saja terhadap pengobatannya. Jadi, yang

(25)

dibutuhkan pasien bukan hanya sekedar pengobatan fisik saja, melainkan pengobatan secara mental juga.

Dalam pelaksaan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) harus diperkuat dengan adanya program yang sesuai seperti pemberian informasi yang tepat melalui media, konseling, atau grup terapi akan memberikan motivasi kepada pasien. Dengan adanya program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) yang komrehensif ini akan berdampak pada peningkatan pemahaman pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Jadi ketika pasien melakukan pengobatan ke rehabilitasi medik, tidak hanya dilakukan pengobatan secara fiisik saja, melainkan disertai dengan pengobatan secara mental.

Berdasarkan gambaran di atas menyebabkan peneliti ingin meneliti tentang pengaruh program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) yang dapat memengaruhi dan meningkatkan motivasi pasien dalam menjalani pengobatan yang dianjurkan oleh dokter rehabilatasi medik di Rumah Sakit USU pada tahun 2018.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian adalah bagaimana pengaruh program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) terhadap peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU pada tahun 2018.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

(26)

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) terhadap peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU pada tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan karakteristik pasien terhadap peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU.

2. Untuk mendeskripsikan pengetahuan pasien, sikap pasien dan dukungan keluarga dan petugas kesehatan terhadap peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU.

3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pasien, sikap pasien, dan dukungan keluarga dan petugas kesehatan tentang program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) terhadap peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU.

4. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan pasien, sikap pasien, dan dukungan keluarga dan petugas kesehatan tentang program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) terhadap peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU.

1.4 Manfaat Penelitian

(27)

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan kepada Rumah Sakit USU terutama pada bagian Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dalam rangka peningkatan program promosi kesehatan terhadap pasien dan menambah ilmu pengetahuan pasien mengenai Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit USU.

2. Bagi Universitas Sumatera Utara, sebagai literatur kepustakaan di bidang penelitian mengenai pengaruh program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)terhadap peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU pada tahun 2018.

3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat digunakan sebagai perbandingan atau bahan referensi bagi penelitian dengan objek yang sama di masa mendatang.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang- undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

(29)

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

2.1.2 Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan peroraangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memerhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2 Promosi Kesehatan

2.2.1 Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan menurut Glosari WHO (2004) merupakan tindakan yang dilakukan bukan hanya untuk mencegah terjadinya penyakit seperti

(30)

pengurangan faktor resiko, tetapi juga mencegah perkembangan dan mengurangi konsekuensi ketika terkena penyakit.

Menurut Lawrence Green (1984) promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemaampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawa, 1986).

Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes, 2005).

2.2.2 Tujuan Promosi Kesehatan

Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :

1. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat 2. Peningkatan perilaku masyarakat

(31)

3. Peningkatan status kesehatan masyarakat.

Menurut Lawrence Green (1990) dalam buku Promosi Kesehatan tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan, yaitu :

1. Tujuan Program

Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.

2. Tujuan Pendidikan

Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada.

3. Tujuan Perilaku

Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.

2.2.3 Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah alat-alat yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahwa materi atau pesan kesehatan. (Notoatmojo, 2005).

Media promosi kesehatan disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra. Dalam rangka promosi kesehatan, masyarakat sebagai sasaran juga dapat dilibatkan dalam pembuatan alat peraga atau media.

Menurut Notoatmojo (2012), pada garis besarnya ada tiga macam alat bantu (alat peraga), atau media :

(32)

1. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses penerimaan pesan.

Alat ini ada dua bentuk :

a. Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, flim stip, dan sebagainya,

b. Alat-alat yang tidak diproyeksikan: misalnya dua dimensi ( gambar peta, bagan, sebagainya) dan tiga dimesi (bola dunia, boneka, dan sebagainya).

2. Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara kepingan CD, dan sebagainya,

3. Alat bantu lihat-dengar, seperti televisi, video casset, dan DVD. Alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA).

Di samping pembagian alat tersebut, alat peraga atau media juga dapat dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatannya dan penggunaannya.

1. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor,

2. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas karton, dan sebagainya.

2.3 Media Komunikasi

(33)

2.3.1 Fungsi Media Komunikasi

Media komunikasi pembelajaran bukan hanya sekadar menginformasikan gagasan, atau menyampaikan sesuatu. Terdapat empat fungsi komunikasi dalam proses pembelajaran, yaitu :

1. Fungsi menjelaskan

Fungsi untuk menjelaskan merupakan fungsi utama dari media komunikasi. Informasi yang disampaikan merupakan materi pembelajaran yang sudah sesuai dengan materi yang berlaku. Dengan demikian, dalam fungsi menjelaskan ini, menempatkan media sebagai alat bantu menjelaskan atau memaparkan materi pembelajaran.

2. Fungsi menjual gagasan

Fungsinya hampir sama dengan fungsi menjelaskan namun berbeda dari isi dan sumber informasi yang disampaikan. Apabila fungsi menjelaskan, seluruh informasi berasal dari kurikulum maka dalam fungsi menjual gagasan isi dan sumber informasinya berasal dari diri penyaji itu sendiri.

Berkaitan dengan penyuguhan gagasan atau ide-ide baru utnuk dikritisi oleh penerima pesan. Fungsi ini sering tidak terkait dengan isi atau materi kurikulum tertulis, melainkan membantu komunikan untuk menyamoaikan gagasan baru yang bersifat inovatif yang gagasan utnuk memecahkan suatu masalah pembelajaran.

3. Fungsi pembelajaran

Fungsi pembelajaran yang dimaksud adalah fungsi media untuk membelajarkan penerima pesan yang bukan anya sekedar penerima

(34)

informasi yang diberikan akan tetapi bagaimana media dapat merangsang penerima pesan untuk beraktivitas mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, pada fungsi pembelajaran, posisi media bukan hanya ditempatkan pada posisi penyaji akan tetapi juga memperhatikan posisi penerima pesan. Artinya, media pempebalajran dikembangkan bukan hanya memperhatikan kepentingan dari sudut penyaji saja, akan tetapi memperhatikan sudut penerima informasi atau pengguna media itu sendiri, baik yang berkaitan dengan kebutuhan, minat dan bakat, serta kemampuan dasar penerima pesan termasuk gaya pembelajaran.

4. Fungsi administratif

Merupakan pemanfaatan media sebagai alat bantu bagi lembaga pendidikan dalam menyebarkan informasi tentang kegiatan administrasi akademik. Misalnya, informasi deskripsi mata kuliah, waktu dan tempat perkuliahatn, waktu ujian, kontrak kredit dan sebagainya.

2.4 Perilaku

Perilaku manusia bersifat kompleks, dan juga terarah pada bagian tertentu.

Perilaku manusia tidak terlepas dari keberadaan dirinya sebagai makhluk biologis, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk religious dan sebagainya.Menurut Skinner, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) dan kemudian organisme tersebut memberikan respon.

Teori ini disebut dengan teori “SOR” atau Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi, yaitu :

(35)

1. Respondent respon atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Biasanya respon-respon yang ditimbulkan relative tetap.

2. Operant respon atau instrumental, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan tertentu.

Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena dapat memperkuat respon.

Maka dari hal tersebut perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada penerima stimulus tersebut.

2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang mudah diamati.

Menurut Bloom seorang ahli psikologi pendidikan dalam Notoatmodjo (2005), perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan.

1. Pengetahuan (knowledge)

(36)

Pengetahuan adalah hasil “tahu” yang terjadi pada seseorang setelah melakukan pengindraan yang terjadi melalui pancaindra manusia seperti pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan dalam hal ini mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mampu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami dapat diartikan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.

c. Aplikasi (aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintetis (synthesis)

(37)

Sintesis dapat diartikan kepada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tingkatannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

(38)

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai tanggung jawab atas segala resiko terhadap sesuatu yang sudah dipilihnya.

3. Tindakan (Practice)

Tindakan merupakan kelanjutan dari sikap namun sebelum menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor dukungan.

2.5 Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit

2.5.1 Pengertian Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit

Jika promosi kesehatan Rumah Sakit di tetapkan diRumah Sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut : Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya Rumah Sakit meningkatkan kemampuan pasien kelompok masyarakat agar dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan reabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan Kesehatan (Depkes RI 2008).

(39)

Sebagaimana tercantum dalam keputusan menteri Nomor 1114/MENKES/SK/ VII/2005 tentang pedoman pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah- masalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya, dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadinya dengan cara menanganinya secara efektif serta efisian. Dengan kata lain, masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (problem Solving), baik masalah-masalah kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial (mengancam), secara mandiri (dalam batas-batas Tertentu). (Depkes RI, 2008).

Jika definisi itu diterapkan di Rumah Sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut ”promosi kesahatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya RS untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui

(40)

pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” (Depkes RI, 2008).

Menurut Doherty (1997) dalam Agustin (2003), menyatakan bahwa beberapa alasan mengapa Rumah Sakit dianggap perlu melaksanakan penyuluhan atau promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Karyawan Rumah Sakit berada pada posisi yang paling tepat untuk memberikan penyuluhan kesehatan karena pasien dan keluarganya saling berada pada keadaan dimana mereka akan paling memperhatikan pesan-pesan dari penyuluhan.

b. Bila dimanfaatkan dengan tepat maka sistem informasi di Rumah Sakit akan dapat mendeteksi perubahan angka morbiditas yang berkaitan dengan perubahan pola hidup, perilaku masyarakat setempat atau karena pencemaran lingkungan.

c. Sebagai suatu organisasi yang memiliki banyak karyawan dan sebagai pusat sumberdaya untuk wilayahnya, maka Rumah Sakit mempunyai tanggung jawab moral untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan karyawannya agar dapat menjadi teladan masyarakat di wilayah cakupannya.

d. Karena relatif banyaknya karyawan Rumah Sakit dengan keluarganya, maka mereka paling cocok untuk dijadikan panutan bagi masyarakat luas dalam segi perilaku hidup sehat, keselamatan dan keamanan kerja, serta kesehatan lingkungan.

(41)

e. Sebagai suatu instansi yang relatif besar dan dihormati dilingkungan sekitarnya, maka pesan-pesan dari Rumah Sakit dalam penyuluhan kesehatan akan memiliki bobot yang jauh lebih besar daripada instansi lain.

f. Sebagai pusat sumberdaya untuk jaringan rujukannya, kerjasama Rumah Sakit dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain diwilayahnya, dalam hal penyuluhan atau promosi kesehatan, akan memberi dampak dan cakupan yang lebih luas.

2.5.2 Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

Menurut (Notoatmodjo, 2005) tujuan promosi kesehatan sesuai dengan sasaran-sasarannya yaitu:

1. Bagi Pasien

a. Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior): promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan sikap dan perilaku tentang kesehatan khususnya masalah penyakit yang diderita pasien. Apabila pengetahuan, sikap, dan perilaku ini dipunyai oleh pasien, maka pengaruhnya antara lain:

1. Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien.

2. Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah kekambuhan penyakit.

3. Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain atau keluarga.

(42)

4. Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyembuhan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.

b. Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.

2. Bagi Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien. Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya sematamata karena faktor Rumah Sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu promosi kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat:

a. Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien b. Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit

c. Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.

3. Bagi Rumah Sakit

Pengalaman-pengalaman bagi rumah sakit yang telah melaksanakan promosi kesehatan membuktikan bahwa mempunyai keuntungan bagi rumah sakit antara lain:

a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit b. Meningkatkan citra rumah sakit

c. Meningkatkan angka hunian rumah sakit 2.5.3 Sasaran Promosi Kesehatan Rumah Sakit

(43)

Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu/keluarga, masyarakat, pemerintah/lintas sektor/politis/swasta dan petugas atau pelaksana program.

1. Individu/keluarga diharapkan memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik langsung maupun melalui media massa), mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya, mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang berkaitan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) kesehatan.

2. Masyarakat diharapkan menggalangkan potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya kesehatan dan bergotong royong mewujudkan lingkungan sehat.

3. Pemerintah/Lintas-sektor/Politis/swasta diharapkan peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat dan membuat kebijakan sosial yang memerhatikan dampak dibidang kesehatan.

4. Petugas atau Pelaksana Program diharapkan memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap program kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberi kepuasan kepada masyarakat.

2.5.4 Metode dan Media Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Dalam pelaksanaan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) harus diperkuat dengan metode dan media yang tepat, serta tersedianya sumber daya yang memadai.

(44)

1. Metode dan Media

Metode yang dimaksud adalah metode komunikasi. Perlu ditentukan metode yang tepat dalam proses tersebut. Pemilihan metode harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk social budayanya), dan ha-hal lain seperti ruang dan waktu.

Media atau saran informasi juga perlu dipilih dengan cermat mengikuti metode yang telah ditetapkan. Selain itu juga harus memperhatikan sasaran atau penerima infromasi. Bila penerima informasi tidak bisa membaca misalnya, maka komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media yang penuh tulisan. Atau apabila penerima informasi hanya memiliki aktu yang sangat singkat, maka tidak akan efekif jika dipasang poster yang berisi kalimat terlalu panjang.

2. Sumber Daya

Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan PKRS adalah tenaga (Sumber Daya Manusia atau SDM), sarana atau peralatan ttermasuk media komunikasi, dan dana atau anggaran.

SDM utama untuk PKRS meliputi:

(45)

a. Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien (dokter, perawat, bidan, dan lain-lain).

b. Tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu para pejabat fungsional penyuluh kesehatan masyarakat).

Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam konseling. Jika keterampilan ini ternyata belum dimiliki oleh para peugas rumah sakit, maka harus diselenggarakan program pelatihan khusus.

Beberapa sarana atau peralatan yang dipakai dalam kegiatan promosi kesehatan rumah sakit diantaranya:

• TV, LCD

• VCD/DVD player

• Amplifier dan Wireless Microphone

• Computer dan laptop

• Pointer

• Public Address System (PSA)/Megaphone

• Flypchart Besar/kecil

• Cassette recorder/player

• Kamera foto

Untuk dana atau anggaran PKRS memang sulit ditentukan standarnya, namun demikian diharapkan rumah sakit dapat

(46)

menyediakan dana atau anggaran yang cukup melaksanakan kegiatan- kegiatan PKRS.

2.5.5 Faktor Perilaku Pasien di Rumah Sakit

Dalam memahami perilaku pasien perlu dipahami siapa pasien, karena dalam suatu lingkungan yang berbeda akan memiliki penelitian, kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda. Menurut Kotler factor-faktor yang memperngaruhi perilaku pasien adalah kebudayaan, faktof social, pribadi, dan psikologis.

1. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku. Faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku pasien.

2. Faktor Sosial a. Kelompok

Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama. Beberapa merupakan kelompok primer yang mempunyai interaksi regular tapi in-formal seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja. Beberapa merupakan kelompok sekunder, yang mempunyai interaksi lebih formal dan kurang regular. Ini mencakup organisasi seperti kelompok kegamaan, asosiasi professional,

(47)

b. Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta social individu-individu yang ada di dalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan. Dalam lingkungan keluarga ini ada peran dan pengaruh suami, istri, dan anak-anak pada pembelian atau pemilihan berbagai produk dan jasa pelayanan kesehatan.

3. Faktor Pribadi

Faktor pribadi didefiniskan sebagai karakteristik psikologis sesorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhaadap lingkungan.

a. Umur dan tahap daur hidup b. Pekerjaan

c. Situasi ekonomi d. Gaya hidup

e. Kepribadian dan konsep diri 4. Faktor Psikologis

Faktor psiokologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana pasien tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh di masa lampai atau antisipasinya pada waktu yang akan datang.

(48)

2.6 Rehabilitasi Medik

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 378/Menkes/SK/IV/2008 tentang Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit disebutkan bahwa pelayanan rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik atau rehabilitasi untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal.

Falsafah pelayanan rehabilitasi medik adalah pelayanan holistik untuk mengembalikan kemampuan fungsi yang optimal atau kemandirian mencapai kualitas hidup yang optimal (Depkes RI, 2008). Pelayanan rehabilitasi medik di rumah sakit bertujuan :

a. Mengatasi keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisian medik, dan tenaga lain yang terkait.

b. Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan penyakitnya yang mungkin membawa dampak pada kecacatan.

c. Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan partisipasi pada kelompok difabel (seseorang yang mempunyai keterbatasan fungsional tubuh).

d. Mempertahankan kualitas hidup atau mengupayakan kehidupan yang berkualitas.

2.7 Motivasi

(49)

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2008).

Motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut untuk memuaskan kebutuhan sejumlah individu. Meskipun secara umum motivasi merujuk ke upaya yang dilakukan guna mencapai setiap sasaran, disini kita merujuk ke sasaran organisasi karena fokus kita adalah perilaku yang berkaitan dengan kerja (Robbins & Coulter, 2007).

Menurut Suarli dan Bahtiar (2010), menurut bentuknya motivasi terdiri atas:

a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu.

b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari luar diri individu

c. Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali.

2.8 Landasan Teori

Dalam penelitian ini yang dijadikan landasan teori adalah teori motivasi.

Disebutkan bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh faktor intrinsik berupa karakteristik individu, pengetahuan, dan sikap, dan faktor ekstrinsik berupa dukungan dari lingkungan sekitar.

(50)

Untuk lebih jelas dibawah ini digambarkan bagan skema landasan teori sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

2.9 Kerangka Konsep

Berdasarkan beberapa kajian teori yang telah dibahas, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

Faktor intrinsik

Faktor ekstrinsik

Program yang mendukung

Perubahan perilaku

Faktor intrinsik : 1. Karakteristik

(51)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Penelitian ini bermaksud untuk melihat pengaruhfaktor intrinsik berupa karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan), pengetahuan dan sikap pasien tentang rehabilitasi medik, dengan faktor ekstrinsik berupa dukungan keluarga dan petugas kesehatan, dengan adanya program Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) diharapkan adanya peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik terhadap proses pengobatan.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Faktor ekstrinsik : 1. Dukungan

keluarga 2. Petugas

kesehatan

Program PKRS

Peningkatan motivasi pasien Rehabilitasi

Medik

(52)

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif bersifat analitik melalui pendekatan cross-sectional untuk mengetahui gambaran pengaruh program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) terhadap peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit USU. Alasan pemilihan lokasi ini karena Rumah Sakit USU merupakan rumah sakit yang baru dioperasikan dan belum pernah sebelumnya dilakukan penelitian mengenai pengaruh program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) terhadap pengetahuan dan sikap dalam peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari September 2017 sampai dengan selesai.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Sujarweni dan Endrayanto (2012) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dari pengertian diatas, yang menjadi populasi penelitian yaitu pasien di poli rehabilitasi medik Rumah Sakit USU yang berjumlah 23 orang.

(53)

3.3.2 Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total sampling yaitu jumlah sampel diambil dari jumlah populasi keseluruhankarena populasi kurang dari 100 orang (Sugiyono, 2008). Maka jumlah sampel adalah 23 orang.

3.4 Metode Pengambilan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dan dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan serta jawaban yang telah dipersiapkan serta observasi. Observasi adalah salah satu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan pencacatan secara sistematis mengenai pengaruh program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) terhadap pengetahuan dan sikap dalam peningkatan motivasi pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Profil Rumah Sakit USU bagian rekam medik, data yang diperoleh dari jurnal, serta literatur yang mendukung sebagai bahan kepustakaan.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

(54)

1. Variabel pengaruh (Independent variabel), yaitu program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) yang dapat memberikan motivasi kepada pasien rehabilitasi medik yang ada di Rumah Sakit USU.

2.Variabel terpengaruh (dependent variabel ), yaitu pengetahuan pasien, sikap pasien dan dukungan keluarga dan petugas kesehatan rehabilitasi medik di Rumah Sakit USU.

3.5.2 Definisi Operasional

A. Faktor Intrinsik (dalam individu) Karakteristik Responden

1. Umur, yaitu jumlah tahun yang dihitung mulai lahir sampai ulang tahun terakhir responden yang dinyatakan dalam satuan tahun sesuai dengan pengakuan responden.

2. Jenis kelamin, yaitu perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peran responden dalam menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan.

3. Pendidikan, yaitu jenis pendidikan formal yang terakhir diselesaikan oleh responden sampai menerima tanda tamat (ijazah) yang dibedakan dalam kategori Tidak Tamat SD, SD/Sederajat, SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, D3, dan S1.

4. Pekerjaan, yaitukegiatan atau kesibukan yang sedang dijalankan oleh responden sebagai mata pencaharian atau sumber pendapatan responden sehari-hari.

(55)

5. Pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang diketahui oleh pasien di Rumah Sakit USU tentang program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit).

6. Sikap adalah dorongan pasien melakukan segala hal yang terkait dengan program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit).

B. Faktor Ekstrinsik (luar individu)

1. Dukungan keluarga, ialah dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga baik itu orang tua, suami, istri, maupun saudara dalam hal menjalankan program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit), baik itu dalam hal menginformasikan, memberikan motivasi, mendukung, menyuruh, menemani berkonsultasi dengan petugas kesehatan, dan mengantar ke fasilitas kesehatan, yang dibedakan dalam kategori baik dan kurang.

2. Petugas kesehatan, yaitu ketersediaan tenaga kesehatan yang mencukupi dan berkompeten yang dibutuhkan untuk menjalankan program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) yang baik dan benar serta dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan, baik itu dalam hal menginformasikan, memberikan motivasi, memiliki kemampuan yang profesional, merahasiakan privasi pasien, memiliki sikap, sopan santun, dan empati yang baik, serta menyediakan layanan kesehatan di rehabilitasi medik Rumah Sakit USU.

C. PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit)

PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) adalah upaya Rumah Sakit meningkatkan kemampuan pasien kelompok masyarakat agar dapat mandiri

(56)

dalam mempercepat kesembuhan dan reabilitasinya, klien dan kelompok- kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

D. Motivasi

Motivasi adalah proses kesediaan pasien melakukan usaha untuk mencapai kesembuhan yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut untuk memuaskan kebutuhan sejumlah individu dalam hal peningkatan semangat pasien untuk sembuh.

E. Rehabilitasi Medik

Pelayanan rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik atau rehabilitasi untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal yang dilakukan di Rumah Sakit USU.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Independen

(57)

Metode pengukuran variabel faktor predisposisi dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Pengetahuan Pasien

Pengukuranvariabel pengetahuan responden mengenai program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) yang ada di rehabilitasi medik Rumah Sakit USU dinilai berdasarkan 10 (sepuluh) pertanyaan menggunakan skala Guttman denganalternativejawabanpilihanberganda dengan penilaian jawaban benar (bobot nilai 1) dan salah (bobot nilai 0). Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan responden. Nilai maksimal dari keseluruhanskoryaitusebanyak 10 (sepuluh) poin.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

1) Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≥ 60%

2) Kurang : Jika skor yang diperoleh responden < 60%

2. Sikap Pasien terhadap Program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) Sikap responden dinilai berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari jawaban kuisioner mengenai sikap responden dengan jumlah 10 (sepuluh) pertanyaan menggunakan skala Guttman yang dinilai dengan pilihan jawaban pernyataan sikap positif setuju (bobot nilai 1) dan tidak setuju (bobot nilai 0) dan jawaban pernyataan sikap negatif setuju (bobot nilai 0) dan tidak setuju (bobot nilai 1) . Instrumen penelitian untuk sikap dibuat hanya dengan dua pilihan yaitu setuju dan tidak setuju dikarenakan peneliti ingin jawaban yang lebih umum dan lebih memudahkan responden dalam memberikan jawaban. Semakin tinggi skor

(58)

maka semakin baik sikap responden. Nilai maksimal dari keseluruhanskor ialah sebanyak 10 (sepuluh) poin.

Berdasarkan jawaban tersebut, sikap responden kemudian dikategorikan dalam 2 (dua) kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

1) Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≥ 60%

2) Kurang : Jika skor yang diperoleh responden <60%

3.6.1.2 Metode Pengukuran Faktor Ekstrinsik 1. Dukungan Keluarga

Pengukuranvariable dukungan keluarga dalam pemanfaatan program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) di rehbilitasi medik Rumah Sakit USUdinilai berdasarkan 5 (lima) pertanyaan menggunakan skala Guttman denganalternativejawaban Ya (bobot nilai 1) dan Tidak (Bobot nilai 0). Semakin tinggi skor maka semakin baik dukungan keluarga yang ada. Nilai maksimal dari keseluruhanskoryaitusebanyak 5 (lima)poin.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai dukungan keluarga dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

1) Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≥ 60%

2) Kurang : Jika skor yang diperoleh responden <60%

2. Petugas Kesehatan

Pengukuranvariable petugas kesehatan dalam pemanfaatan program PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) di rehbilitasi medik Rumah Sakit USUdinilai

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga simulasi yang dilakukan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diperoleh pola perilaku manusia yang rentan, Transmisi virus HAV, Penderita penyakit hepatitis

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2013 4.. SIMAK UI Matematika Dasar

Implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dipandang cukup penting, karena memfokus-kan pada masalah-masalah sosial dan budaya di dalam masyarakat. Nilai-nilai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui argumentasi pengajuan Kasasi oleh Penuntut Umum dengan alasan Judex Factie salah dalam menerapkan hukum dan pertimbangan Judex

34 Qasim Amin sangat terpesona dengan masyarakat Barat (Eropa) yang pada waktu itu sudah sangat maju dan tidak membeda- bedakan perempuan dengan laki-laki dalam

perpindahan panas yang paling besar seiring dengan pressure drop nya.Dari perhitungan koefisien konveksi maka didapatkan perhitungan nilai Overall Heat Transfer Coefficient zona

pembatalan Perda Kabupaten Tanah Datar Nomor 24 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 5 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Pengambilan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan berpikir logika mahasiswa yang diajar menggunakan pendekatan SEA dibandingkan