• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II. LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sistem Pengelolaan Sampah

Sistem pengelolaan sampah yang dijadikan landasan operasional dalam proses pengelolaan sampah meliputi lima aspek atau komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (2011) aspek pengelolaan sampah perkotaan terdiri atas 5 aspek yaituaspek teknis operasional, aspek kelembagaan, aspek hukum, aspek pembiayaan. aspek peranserta masyarakat.

a. Aspek Teknis Operasional

Aspek teknis operasional merupakan komponen yang paling dekat dengan obyek persampahan. Aspek teknik operasional merupakan salah satu upaya dalam mengontrol pertumbuhan sampah, namun pelaksanaannya tetap harus disesuaikan dengan pertimbangan kesehatan, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan pertimbangan lingkungan (Tchobanoglous, Teisen dan Eliase, 1993).

Perencanaan sistem persampahan memerlukan suatu pola standar spesifikasi sebagai landasan yang jelas(Hartoyo, 1998). Spesifikasi yang digunakan adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 3242-2008 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman. Standar ini memuat persyaratan dan pengelolaan sampah permukiman di perkotaan untuk jenis sampah domestik non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan B3 dengan menerapkan prinsip Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) mulai dari kegiatan di sumber sampai dengan Tempat Pemrosesan Sementara (TPS).

Secara garis besar teknis operasional pengelolaan sampah dapat digambarkan sebagai berikut .

1) Pola operasional

Pola operasional dilaksanakan sebagai berikut . a) Pewadahan terdiri dari.

i. Pewadahan individual dan atau;

ii. Pewadahan komunal.

(2)

b) Jumlah wadah sampah minimal 2 buah per rumah untuk memilah jenis sampah mulai di sumber yaitu.

i. Wadah sampah organik untuk mewadahi sampah sisa sayuran, sisa makanan, kulit buah-buahan, dan daun-daunan menggunakan wadah dengan warna gelap.

ii. Wadah sampah anorganik untuk mewadahi sampah jenis kertas, kardus, botol, kaca, plastik, dan lain-lain menggunakan wadah warna terang.

c) Pengumpulan terdiri dari.

i. Pola invidual tidak langsung dari rumah ke rumah.

ii. Pola individual langsung dengan truk untuk jalan dan fasilitas umum.

iii. Pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial.

iv. Pola komunal tidak langsung untuk permukiman padat.

d) Pengolahan dan daur ulang sampah di sumber dan di Tempat Pemrosesan Sementara (TPS) berupa.

i. Pengomposan skala rumah tangga dan daur ulang sampah anorganik , sesuai dengan tipe rumah atau luas halaman yang ada.

ii. Pengomposan skala lingkungan di TPS.

iii. Daur ulang sampah anorganik di TPS.

e) Pemindahan sampah dilakukan di TPS atau TPS Terpadu dan di lokasi wadah sampah komunal

f) Pengangkutan dari TPS atau TPS Terpadu atau wadah komunal ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) frekuensinya dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada.

Faktor penentu dalam memilih teknik operasional yang akan diterapkan adalah kondisi topografi dan lingkungan daerah pelayanan, kondisi sosial, ekonomi, partisipasi masyarakat, jumlah dan jenis timbulan sampah.

2) Pengelolaan di sumber sampah permukiman

Pengelolaan sampah di sumber seperti rumah, restoran, toko, sekolah, perkantoran dan lainnya dilakukan sebagai berikut.

a) Sediakan wadah sampah minimal 2 buah per rumah untuk wadah sampah organik dan Anorganik

b) Tempatkan wadah sampah anorganik di halaman bangunan

(3)

c) Pilah sampah sesuai jenis sampah. Sampah organik dan anorganik masukan langsung ke masing-masing wadahnya

d) Pasang minimal 2 buah alat pengomposan rumah tangga pada setiap bangunan yang Lahannya mencukupi

e) Masukan sampah organik dapur ke dalam alat pengomposan rumah tangga individual atau komunal

f) Tempatkan wadah sampah organik dan anorganik di halaman bangunan bagi sistemPengomposan skala lingkungan.

Gambar 1. Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (Sumber . SNI 3242-2008)

b. Aspek Kelembagaan

Organisasi dan manajemen mempunyai peran pokok dalam menggerakkan, mengaktifkan dan mengarahkan sistem pengelolaan sampah dengan ruang lingkup bentuk institusi, pola organisasi personalia serta manajemen. Institusi dalam sistem pengelolaan sampah memegang peranan yang sangat penting meliputi. struktur

(4)

organisasi, fungsi, tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi baik vertikal maupun horizontal dari badan pengelola (Widyatmoko dan Moerdjoko, 2002).

Kelembagaan dan organisasi berdasarkan acuan SNI 3242-2008 untuk sistem pengelolaan sampah di Permukiman sebagai berikut.

1) Penanggung jawab pengelolaan persampahan dilaksanakan oleh.

a) Swasta/developer dan atau;

b) Organisasi kemasyarakatan.

c) Sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) -rumah tangga ditangani khusus oleh lembaga tertentu

2) Tanggung jawab lembaga pengelola sampah permukiman sebagai berikut.

a) Pengelolaan sampah di lingkungan permukiman dari mulai sumber sampah sampai dengan Tempat Pemrosesan Sementara (TPS) dilaksanakan oleh lembaga yang dibentuk/ditunjuk oleh organisasi masyarakat permukiman setempat.

b) Pengelolaan sampah dari Tempat Pemrosesan Sementara (TPS) sampai dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dikelola oleh lembaga pengelola sampah kota yang dibentuk atau dibentuk oleh Pemerintah Kota

c) Mengevaluasi kinerja pengelolaan sampah atau mencari bantuan teknis evaluasi kinerja pengelolaan sampah

d) Mencari bantuan teknik perkuatan struktur organisasi

e) Menyusun mekanisme kerjasama pengelolaan sampah dengan pemerintah daerah atau dengan swasta

f) Menggiatkan forum koordinasi asosiasi pengelola persampahan

g) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) berupa mencari bantuan pelatihan teknis dan manajemen persampahan ke tingkat daerah.

h) Untuk sampah B3-rumah tangga diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Aspek Pembiayaan

Aspek pembiayaan berfungsi untuk membiayai operasional pengelolaan sampah yang dimulai dari sumber sampah atau penyapuan, pengumpulan, transfer dan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan ahkir. Pengelolaan sampah perkotaan saat

(5)

ini memerlukan bank sampahyang cukup besar, kemudian diharapkan sistem pengelolaan sampah ini dapat memenuhi kebutuhan dana sendiri dari retribusi.

Pembiayaan dalam sistem pengelolaan sampah dimaksudkan untuk memperhatikan peningkatan kapasitas pembiayaan untuk menjamin pelayanan dan pemulihan biaya secara bertahap supaya sistem dan institusi, serta masyarakat dan dunia usaha punya kapasitas cukup untuk memastikan keberlanjutan dan kualitas lingkungan untuk warga (SNI-3242-2008).

Aspek-aspek yang meliputi pembiayaan pengelolaan sampah di pemukiman berdasarkan SNI 3242-2008 sebagai berikut.

1) Program dan pengembangan pembiayaan.

a) Peningkatan kapasitas pembiayaan b) Pengelolaan keuangan

c) Tarif iuran sampah

d) Melaksanakan kesepakatan masyarakat dan pengelola serta konsultasi masalah prioritas pendanaan persampahan untuk mendapatkan dukungan komitmen bupati/walikota

2) Sumber biaya berasal dari berikut ini.

a) Pembiayaan pengelolaan sampah dari sumber sampah di permukiman sampai dengan Tempat Pemrosesan Sementara (TPS) bersumber dari iuran warga b) Pembiayaan pengelolaan dari Tempat Pemrosesan Sementara (TPS) ke

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) bersumber dari retribusi/jasa pelayanan c) berdasarkan Peraturan daerah/Keputusan Kepala daerah.

3) Jenis pembiayaan meliputi berikut ini.

a) Biaya investasi dan depresiasi

b) Total biaya operasional dan pemeliharaan sampah berasal dari . depresiasi + biaya operasional dan pemeliharaan

4) Biaya investasi terdiri berikut ini.

a) Alat pengomposan rumah tangga komunal, wadah sampah komunal b) Alat Pengumpulan (gerobak/beca/motor/mobil bak terbuka bersekat) c) Instalasi pengolahan (bangunan, peralatan daur ulang, dan lainnya)

(6)

5) Sumber biaya tergantung dari jenis peralatan yaitu berikut ini.

a) Untuk wadah sampah, alat pengomposan, gerobak/beca/motor/ mobil bak terbuka

b) alat angkut tidak langsung lainnya, dari masyarakat atau swasta

c) untuk pengadaan kendaraan pengumpul secara langsung, Tempat Pemrosesan Sementara (TPS), alat pengangkut

d) sampah berasal dari pemerintah dan atau developer 6) Iuran dapat diperinci sebagai berikut ini.

a) Iuran dihitung dengan prinsip subsidi silang dari daerah komersil ke daerah non komersil dan dari pemukiman golongan berpendapatan tinggi ke pemukiman golongan berpendapatan rendah

b) Besarnya iuran diatur berdasarkan kesepakatan musyawarah warga c) Iuran untuk membiayai reinvestasi, operasi dan pemeliharaan 7) Retribusi diatur berdasarkan peraturan daerah yang berlaku.

8) Biaya satuan pengelolaan sampah sebagai berikut.

a) Biaya perpenduduk /tahun

b) Biaya per m3 atau per ton sampah c) Biaya rata-rata per rumah tangga/bulan

d. Aspek Hukum

Aspek hukum merupakan persyaratan umum yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah. Persyaratan hukum berdasarkan ketentuan perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, anlasis mengenai dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan kota atau lingkungan, pembentukan institusi atau organisasi atau retribusi dan perencanaan tata ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksanaannya (SNI 3242-2008).

Indonesia memiliki Perarturan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri sebagai regulasi di tingkat nasional yang kemudian dirinci lagi dalam rangka implementasi di masing-masing daerah dan diatur dalam peraturan daerah. Berikut adalah beberapa regulasi terkait dengan pengelolaan sampah.

1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Undang- undang ini mengatur tentang tugas dan wewenang pemerintah mulai dari tingkat pusat hingga daerah, hak dan kewajiban masyarakat, perizinan dan penyelenggaraan

(7)

pengelolaan sampah, pembiayaan dan kompensasi, kerjasama dan kemitraan, serta partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan persampahan.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang kebijakan dan strategi pengelolaan sampah, penyelenggaraan pengelolaan sampah, kompensasi, pengembangan dan penerapan teknologi, sistem informasi, peran masyarakat dan pembinaan.

3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan. Peraturan ini membahas tentang isu, permasalahan serta tantangan pengelolaan persampahan dan mengatur strategi serta kebijakan dalam mengelola sampah.

4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah. Permen Dalam Negeri ini mengatur tentang implementasi pengelolaan sampah, retribusi, kompensasi, partisipasi masyarakat, pengawasan dan pembinaan, pelaporan, serta pembiayaan pengelolaan sampah.

5) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) Melalui Bank Sampah. Permen Lingkungan Hidup ini bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pelaksana kegiatan 3R melalui bank sampah.

6) SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Standar ini membahas tentang persyaratan teknis pengelolaan sampah kota serta teknik operasional pengelolaan sampah.

7) SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah di Pemukiman. Standar ini mengatur tentang pengelolaan sampah di pemukiman dangan perubahan sebagian pada penerapan 3R mulai dari sumber sampai Tempat Pemrosesan Sementara (TPS).

e. Aspek Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam bidang pengelolaan sampah adalah proses dimana seseorang sebagai konsumen sekaligus produsen pelayanan persampahan dan sebagai warga mempengaruhi kualitas dan kelancaran prasarana yang tersedia untuk mereka.

Partisipasi masyarakat merupakan alat penting yang berperan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, masyarakat

(8)

lebih mempercayai proyek/program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaan (LP3B Buleleng-Clean Up Bali, 2003).

Partisipasi masyarakat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 dapat berupa.

1) Pemberian usul, pertimbangan, dan/atau saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam kegiatan pengelolaan sampah;

2) Pemberian saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga;

3) Pelaksanaan kegiatan penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang dilakukan secara mandiri dan/atau bermitra dengan pemerintah kabupaten/kota; dan/atau

4) Pemberian pendidikan dan pelatihan, kampanye, dan pendampingan oleh kelompok masyarakat kepada anggota masyarakat dalam pengelolaan sampah untuk mengubah perilaku anggota masyarakat.

SNI 3242-2008 turut menyertakan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam sistem pengelolan sampah di pemukiman, programnya dijelaskan sebagai berikut.

1) Program untuk partisipasi masyarakat dan peningkatan kemitraan.

a) Melaksanakan kampanye gerakan reduksi dan daur ulang sampah b) Memfasilitasi forum lingkungan dan organisasi wanita sebagai mitra c) Penerapan pola tarif iuran sampah

d) Menelusuri pedoman investasi dan kemitraan untuk meningkatkan minat swasta.

2) Pemberdayaan masyarakat.

Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan pada saat.

a) Perencanaan, mulai dari survei kampung sendiri sampai dengan merencanakan sistem pengelolaan,kebutuhan peralatan, dan kebutuhan dana b) Pembangunan, bagaimana masyarakat melakukan pembangunan atau

pengawasan pembangunan

c) Pengelolaan, untuk menentukan pembentukan kelembagaan pengelola dan personil.

(9)

2. Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Pengelolaan sampah yang bekelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kehidupan manusia dengan menyediakan kondisi hidup sehat dan memberikan keuntungan ekonomi bagi manusia, sementara itu pada saat yang sama juga menjaga efek dari limbah yang dapat merusak ekosistem (Imran et al., 2007).

Kahn (2000) menyebutkan bahwa keberlanjutan program merupakan kemampuan suatu program dalam hal mempertahankan pelaksanaan, jasa, dan pemanfaatan selama program tersebut berlangsung, kegiatan sedang dilakukaan serta manfaat yang masih didapatkan setelah inisiasi program berakhir. Kelanjutantindakan masyarakat yang didorong oleh program tersebut dan munculnya inisiatif dari peserta meskipun program sudah tidak lagi difasilitasi oleh pihak luar.

World Summit on Sustainable Development dalam Soemarwoto (2008) menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Konsep pembangunan berkelanjutan yang dielaborasi oleh Stren, While dan Whitney dalam Budihardjo dan Sujarto (1999) merupakan suatu interaksi antara tiga sistem yaitu sistem biologis dan sumberdaya, sistem ekonomi, dan sistem sosial.

Khundert dan Anshutz dalam Utami (2008) mengungkapkan bahwa terdapat 3 hal penting dalam konsep pengelolaan sampah terpadu berkelanjutan, yaitupelaku (stakeholder), elemen sistem pengelolaan sampah serta aspek-aspek yang terkait dengan pengelolaan sampah. Jos et al., dalam Utami (2008) menambahkan bahwa pengelolaan sampah, aspek sosial perlu mendapat perhatian karena kegagalan dari program ini biasanya terjadi pada proses sosial terutama untuk transparasi kebijakan, koordinasi antar sektor, informasi pengelolaan dan partisipasi publik melalui inisiasi, monitoring dan evaluasi.

Departemen Pekerjaan Umum (2008) menjelaskan tentang beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam keberlanjutan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, yaitu sebagai berikut.

a. Adanya lembaga kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai organisasi pengelola yang tidak formal namun terlegalisir serta sesuai dengan aspirasi masyarakat.

(10)

b. Adanya dukungan peraturan setingkat kelurahan untuk pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

c. Adanya dana untuk operasional pengelolaan maupun biaya pemeliharaan atau investasi penambahan prasarana dan sarana sesuai kebutuhan. Dana tersebut dapat berasal dari iuran masyarakat serta hasil penjualan kompos atau usaha daur ulang yang pengelolaannya secara transparan diketahui bersama.

d. Adanya dukungan teknologi ramah lingkungan dan tersedianya prasarana dan sarana persampahan sesuai kebutuhan masyarakat.

e. Adanya peran aktif masyarakat untuk melaksanakan program Reduce, Reuse, Recycle (3R) terutama yang berkaitan dengan perubahan perilaku dan budaya memilah sampah mulai dari sumbernya.

f. Adanya dukungan dari instansi pengelola sampah tingkat perkotaan untuk pengangkutan residu, penyerapan produk kompos dan material daur ulang serta penanganan lanjut sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) rumah tangga.

g. Adanya pendampingan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dinas terkait, atau konsultan kepada kelompok swadaya masyarakat, minimal selama 2 tahun

h. Adanya monitoring dan evaluasi dari instansi terkait.

3. Bank Sampah

Definisi Bank Sampah menurut Dirjen Cipta Karya (2011) adalah salah satu strategi penerapan Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) dalam pengelolaan sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat. Pada prinsip pelaksanaannya, bank sampah merupakan salah satu rekayasa sosial untuk mengajak masyarakat memilah sampah.

Menurut Yayasan Unilever Indonesia(2013), bank sampah merupakan suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam serangkaian pengelolaan sampah dimulai dari menampung, memilah dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah.

Penerapan Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 13

(11)

Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle(3R) Melalui bank sampah.

Berdasarkan pedoman tersebut, kegiatan Reduce, Reuse dan Recycle(3R) adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah, kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain dan kegiatas mengolah sampah untuk dijadikan produk baru.

Bank Sampah menjadi fasilitas tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.

Pelaksanaan Bank Sampah memiliki 5 konsep dasar yang harus ada, yaitu sebagai berikut.

a. Mengurangi sampah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah, mengurangi sampah merupakan upaya untuk membatasi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.

b. Memilah sampah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, memilah sampah merupakan kegiatan pengelompokkan dan pemisahan sampah berdasarkan jenis, jumlah, dan/atau sifat dari sampah tersebut.

c. Memanfaatkan sampah

Memanfaatkan sampah merupakan kegiatan yang dilakukan menggunakan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi pembuagan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.

d. Mendaur ulang sampah

Mendaur ulang sampah adalah kegiatan mengubah sampah yang mulanya sudah tidak memililki nilai, kemudian diberikan perlakuan khusus untuk kemudian menghasilkan barang yang memiliki guna baru.

e. Menabung sampah

Menabung sampah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penabung, setelah sampah yang dihasilkan dipilah menurut jenisnya dan kemudian disetorkan kepada teller bank sampah.

(12)

Prinsip utama dari mengelola sampah dari sumbernya menggunakan Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) merupakan berbagai langkah yang dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir.Kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah terletak pada pemilahan, tanpa melalui proses pemilahan, pengelolaan sampah menjadi sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan (Environment Service Program, 2011).

Pemilahan adalah memisahkan antara jenis sampah yang satu dengan yang lainnya, minimal berdasarkan dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. Setelah melakukan pemilahan, proses selanjutnya adalah pengelolaan sampah melalui prinsip Reduce, Reuse, danRecycle (3R).

Bank sampah tidak dapat berdiri sendiri tanpa diintegrasikan dengan gerakan Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) dikalangan masyarakat sehingga manfaat langsung yang dirasakan masyarakat tidak hanya ekonomi kerakyatan yang kuat, namun pembangunan lingkungan yang bersih dan hijau guna menciptakan masyarakat yang sehat. Dengan menyatukan bank sampah dengan gerakan 3R, akan tercipta kesatuan yang utuh antara warga, Bank sampah, dan lingkungan yang bersih dan hijau di tingkat lokal. Integrasi bank sampah dengan 3R adalah perwujudan konkret dari pembangunan berkelanjutan.

4. Perilaku Masyarakat dan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga merupakan faktor pondasi awal dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang dapat memberikan dampak cukup signifikan. Perilaku positif dalam mengelola sampah semenjak dari timbulnya sampah akan mempermudah dalam tata kelola pengelolaan sampah permukaan yang akhirnya memberikan dampak kepada kualitas lingkungan permukiman.

Pengelolaan sampah rumah tangga memiliki faktor yang bersifat pendukung dan penghambat. Faktor pendukung antara lain; kebijakan dan strategi, industri daur ulang, teknologi dan program-program pembinaan pengelolaan sampah. Faktor penghambat antara lain implementasi kebijakan yang belum sepenuhnya terimplementasi, keterbatasan sarana prasarana pengelolaan sampah dan perilaku masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan sampah dan

(13)

penanganan sampah. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga mengemukakan bahwa setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan penanganan sampah.

Pengelolaan sampah melalui program pengurangan dan penanganan sampah yang diupayakan pemerintah melalui partisipasi masyarakat membutuhkan perubahan pola pikir atau cara pandang masyarakat terhadap sampah melalui perubahan perilaku dalam mengelola sampah.

a. Aspek Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari aksi reaksi organisme yaitu manusia terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila terdapat sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan suatu reksi, yakni rangsangan yang menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo, 1997).

Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu perilaku alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant behavior). Perilaku alami berupa reflek dan insting merupakan perilaku yang dibawa manusia sejak dilahirkan, sedangkan perilaku operan (perilaku psikologis) merupakan perilaku yang dibentuk melalui proses belajar (Skinner, 1976).

b. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

Teori Perilaku Terencana (Theory of planned behavior)merupakan pengembangan dari teori sebelumnya yaitu Teori Tindakan Beralasan (Theory of ReasonedAction) yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Fokus utama dari teori perilaku terencana sama seperti teori tindakan beralasanyaitu niat individu untuk melakukan perilaku tertentu.

Niat dianggap dapat melihat faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku. Niat merupakan indikasi seberapa keras orang memiliki keinginan berusaha untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan individu untuk melakukan suatu perilaku.Niat perilaku dapat ditemukan pada kondisi di bawah kontrol kehendak, yaitu jika individu dapat memutuskan menurut kehendaknya untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku.

Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) mengemukakan bahwa perilaku seseorang akan muncul karena memiliki niat untuk berperilaku. Teori Perilaku Terencana secara umum niat untuk berperilaku dapat diprediksi oleh tiga faktor dimana secara konseptual berdiri sendiri yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward the

(14)

behavior), norma subjektif (subjective norm) dan persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral control).

Sikap terhadap perilaku merupakan evaluasi keseluruhan seseorang untuk melakukan perilaku yang bersangkutan, norma subjektif merupakan faktor sosial yang mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku, dan persepsi kontrol perilaku merupakan persepsi kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku dan diasumsuikan mencerminkan pengalaman masa lalu serta antisipasi hambatan dan rintangan (Ajzen, 1991).

Sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku yang semakin besar akan menimbulkan semakin kuatnya niat seseorang untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Seluruh faktor prediktor dalam Teori Perilaku Terencana dapat dinilai secara langsung maupun tidak langsung (Ajzen, 2002).

1) Niat

Ajzen (1991) mendefinisikan Niat sebagai probabilitas subjektif yang dimiliki seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Niat akan tetap menjadi kecenderungan berperilaku sampai pada saat yang tepat ada usaha yang dilakukan untuk mengubah niat tersebut menjadi sebuah perilaku. Niat merupakan anteseden dari sebuah perilaku yang nampak.

Niat dapat meramalkan secara akurat berbagai kecenderungan perilaku.

Berdasarkan teori perilaku terencana (Theory of Planned Behavior), intensi adalah fungsi dari tiga penentu utama, pertama adalah faktor personal dari individu tersebut yaitu sikap (attitude), kedua bagaimana pengaruh sosial (subjective norm), dan ketiga berkaitan dengan kontrol yang dimiliki individu (perceived behavioral control) (Ajzen,

Gambar 2. Teori Planned Behavior (Ajzen, 2002)

Sikap

Norma Subjektif

Kontrol Perilaku

Intensi

(Niat) Perilaku

(15)

2002). Pengukuran niat untuk melakukan suatu perilaku perlu memperhatikan empat elemen utama dari niat yaitu target dari perilaku yang dituju (target), tindakan (action), situasi saat perilaku ditampilkan (contex), dan waktu saat perilaku ditampilkan (time) (Ajzen, 2002).

2) Sikap terhadap Perilaku

Sikap terhadap perilaku merupakan suatu fungsi berdasarkan oleh keyakinan perilaku (behavioral beliefs) yaitu keyakinan seseoarang terhadap nilai positif atau negatif yang akan diperoleh apabila melakukan suatu perilaku. Sikap yang dimiliki oleh seseorang terhadap perilaku berdasarkan belief seseorang terhadap konsekuensi yang akan dihasilkan. Keyakinan (Belief) merupakan pernyataan subyektif seseorang yang sesuai dengan pemahaman diri dan lingkungannya.

Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh evaluasi terhadap suatu perilaku tertentu atau obyek sikap. Secara umum, semakin individu memiliki evaluasi bahwa suatu perilaku akan menghasilkan konsekuensi positif maka individu akan cenderung bersikap positif (favorable)terhadap perilaku tersebut; sebaliknya, semakin individu memiliki evaluasi negative maka individu akan cenderung bersikap negatif (unfavorable)terhadap perilaku tersebut (Ajzen, 2002).

3) Norma Subjektif

Norma subjektif (subjective norm) merupakan persepsi seseorang mengenai tekanan dari lingkungan sekitar untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Norma subjektif ditentukan oleh kombinasi antara keyakinan (belief) tentang setuju atau tidak setuju seseorang atau kelompok yang dianggap berpengaruh bagi individu seperti orang tua, pasangan, teman dekat, rekan kerja atau lainnya terhadap suatu perlikau (normative beliefs), dan motivasi individu untuk mematuhi anjuran tersebut (motivation to comply) (Ajzen, 2002).

Secara umum, semakin individu mempersepsikan bahwa lingkungan sosial (social referent)yang mereka miliki mendukung mereka untuk melakukan suatu perilaku, maka individu tersebut akan cenderung merasakan tekanan sosial untuk memunculkan perilaku tersebut. Dan sebaliknya semakin individu mempersepsikan bahwa lingkungan sosial (social referent)yang mereka miliki tidak menyetujui suatu perilaku maka individu cenderung merasakan tekanan sosial untuk tidak melakukan perilaku tersebut.

(16)

4) Persepsi Kontrol Perilaku

Persepsi kontrol perilaku(perceived behavioral control)sebagai fungsi yang didasarkan oleh keyakinan (belief)yang disebut sebagai kontrol keyakinan (control beliefs), yaitu keyakinanindividu mengenai ada atau tidak adanya faktor yang mendukung atau menghalangi individu untuk memunculkan sebuah perilaku.

Keyakinanini didasarkan pada pengalaman terdahulu individu tentang suatu perilaku, informasi yang dimiliki individu tentang suatu perilaku yang diperoleh dengan melakukan observasi pada pengetahuan yang dimiliki diri maupun orang lain yang dikenal individu, dan juga oleh berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan perasaan individu mengenai tingkat kesulitan dalam melakukan suatu perilaku.Semakin individu merasakan banyak faktor pendukung dan sedikit faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka lebih besar kontrol individu atas perilaku tersebut dan begitu juga sebaliknya, semakin sedikit individu merasakan faktor pendukung dan banyak faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individuakan cenderung mempersepsikan diri sulit untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2002).

c. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-3242-2008 didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan.

Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik.

Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Sampah spesifik meliputi.Sampah yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), sampah yang timbul akibat bencana puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.

(17)

Berdasarkan beberapa pengertian tentang sampah seperti di atas maka dapat diketahui sampah yang dapat dikelola berbasis partisipasi masyarakat adalah jenis sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 yang menjelaskan definisi sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

Sudrajat (2006) menjelaskan bahwa kuantitas dan kualitas sampah dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi sampah antara lain berikut.

1) Jumlah penduduk

Dapat diketahui bahwa pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

2) Keadaan sosial ekonomi

Perubahan keadaan sosial ekonomi masyarakat akan mempengaruhi jumlah per kapita sampah yang dihasilkan. Kualitas sampah yang tidak dapat membusuk akan semakin meningkat. Perubahan kualitas sampah ini bergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan pengelolaan sampah. Peningkatan kesejahteraan masyarakat akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembangunan, transportasi semakin bertambah, produk pertanian, produk industri akan turut bertambah. Dari keseluruhan sektor tersebut akan meninmbulkan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.

3) Kemajuan teknologi

Kualitas dan jumlah sampah meningkat seiring dengan kemajuan teknologi. Hal ini disebabkan oleh pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengemasan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

Pengelolaan sampah di kota besar secara sistematis dapat dilakukan melalui dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Pengelolaan sistem sentralisasi adalah pengolahan sampah yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas. Pengolahan sampah terpusat dilakukan di tingkat Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Pada setiap sub-

(18)

area tidak dilakukan pengolahan sampah, hanya aktivitas pengumpulan sampah.

Kelebihan dari sistem ini terlihat dari kemampun pengolahan sampah dengan sistem anaerob dan aerob, namun memiliki kelemahan biaya pengangkutan sampah cukup besar dan membutuhkan lahan yang besar untuk pengumpulan dan pengolahan.

Berbeda dengan sistem sentralisasi, sistem desentralisasi melakukan pengolahan pada daerah hulu atau penghasil sampah pertama. Pada sistem ini, setiap sub-area tidak hanya melakukan aktivitas pengumpulan sampah, namun melakukan pengolahan sampah menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali. Sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas untuk pengumpulan dan pengolahan, serta mengurangi biaya pengangkutan sampah sebesar 75%. Sistem ini dapat dilakukan pada cakupan daerah yang lebih kecil, seperti tingkat kelurahan maupun kecamatan.

Sudrajat (2006) menjelaskan bahwa sistem pengelolaan sampah yang sesuai diterapkan di Indonesia adalah sistem desentralisasi. Sistem desentralisasi dapat mengurangi beban jumlah sampah yang terangkut ke Tempat Pemrosesan Sementara(TPS) melalui pengolahan sampah di beberapa tingkat yaitu pengolahan langsung dari sumber sampah, pengolahan di Tempat Pemrosesan Sementara(TPS) dan Pengolahan di Tempat Pemrosesan AkhirTPA.

d. Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah di berbagai daerah Indonesia mengandalkan pola paradigma kumpul angkut buang (end of pipe) yang berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir. Pola pengelolaan dimulai dari timbulan, pewadahan, pengangkutan dan pembuangan akhir atau pemusnahan di Tempat Pemrosesan Sementara (TPS), atau pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Timbulan Sampah Pewadahan

Pengumpulan

Pengangkutan Pengolahan

Pembuangan Akhir

Gambar 3. Pengelolaan Sampah Pola Kumpul Angkut Buang

(19)

Pola pengelolaan sampah dengan kumpul angkut buat menerapkan sistem penumpukan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir, dimana dalam perkembangannya seiring dengan pertambahan penduduk menyebabkan munculnya permasalahan yaitu terjadinya pencemaran lingkungan, akibat keterbatasan lahan sampah tertimbun di Tempat Pemrosesan Akhir. Hal ini menyebabkan pemerintah mengatur kembali pengelolaan sampah dengan menerapkan pengelolaan secara komprehensif sejak hulu sampai hilir melalui kegiatan Reduce, Reuse, danRecycle (3R).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah.

Kegiatan pengurangan sampah meliputi berikut.

a. Pembatasan timbulan sampah b. Pendauran ulang sampah c. Pemanfaatan kembali sampah.

Timbulan Sampah

Pengurangan

Residu Sampah

Penanganan

Prinsip Reduce, Reuse, Recycle (3R) Pembatasan

timbulan sampah

Daur ulang sampah

Pemanfaatan kembali

Pemilahan sampah

Pengumpulan sampah

Pengangkutan

TPS/ Bank Sampah

Tempat Pemrosesan Akhir

Gambar 4. Pola Pengelolaan Sampah melalui Prinsip 3R

(20)

Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi berikut.

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dikatakan bahwa setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah melalui program pengurangan dan penanganan sampah yang dilakukan pemerintah melalui partisipasi masyarakat membutuhkan perubahan pola pikir atau cara pandang terhadap sampah.

Program bank sampah merupakan salah satu rekayasa sosial untuk menarik partisipasi masyarakat menangani sampah yang dihasilkan. Sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam serangkaian pengelolaan sampah mampu mengubah cara pandang masyarakat menganai sampah dari tidak memiliki manfaat menjadi bernilai ekonomi. Perubahan cara pandang masyarakat terhadap sampah membentuk perilaku masyarakat dalam menangani dan mengurangi sampah melalui prinsip Reduce, Recycle, dan Reuse (3R).

5. Asas Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang ada di sekitar manusia (benda hidup dan tak hidup) yang mempengaruhi (timbal balik) perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam melakukan pengelolaan lingkungan terdapat sebuah landasan keteraturan dan menganut asas lingkungan tertentu.Sampah merupakan bagian dari lingkungan, dimana dalam pengelolaan sampah

(21)

bukanlah suatu hal yang tidak mengandung komponen penting. Sampah memiliki suatu nilai, seperti sampah organik yang dapat dikelola kembali menjadi pupuk kompos, sampah anorganik yang dapat digunakan kembali sebagai kerajinan tangan. Namun, jika pengelolaan sampah tidak ditangani dengan cara yang tepat akan memberikan dampak sebagai pencemar terhadap lingkungan.

Pengelolaan sampah termasuk ke dalam 2 asas lingkungan yaitu berikut.

a. Asas kedua yang diambil dari hukum termodinamika yang mana energi tidak pernah hilang, hanya berubah satu bentuk ke bentuk yang lain

b. Asas keempat yaitu asas penjenuhan yang menyatakan bahwa kemampuan lingkungan dalam menyokong suatu materi ada batasnya atau kemampuan lingkungan untuk menyokong pencemar ada batasnya.

B. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti lain sebelumnya, penelitiannya tersebut terdapat kesamaan variabel penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini. Adapun beberapa penlitian yang relevan antara lain sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Stoeva dan Alriksson (2017). Masalah dalam penilitian ini adalah perbedaan sistem pengelolaan sampah yaitu program daur ulang (recycling) pada suatu wilayah akan menghasilkan suatu perubahan perilaku masyarakat yang berbeda dalam mengelola sampah. Penelitian ini menganalisis program recycling pada dua wilayah yang berbeda dengan sistem pengelolaan yang berbeda. Analisis pengaruh terhadap perilaku menggunakan Teori Perilaku Terencana (Theory ofPlanned behavior). Hasilnya menunjukkan bahwa kurangnya fasilitas pada program daur ulangmempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi pada programdaur ulangwalaupun sikap mereka menunjukkan positif terhadap isu program daur ulang. Perilaku masyarakat dalam memilah sampah bergantung pada kemudahan masyarakat dalam menjangkau fasilitas program daur ulang.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Khaliesah, N., Malik, A., Ho, S. dan Abd, L. (2015).

Penelitian ini mengidentifikasi hubungan korelasi antara partisipasi, sikap , dan pengetahuan masyarakat dalam program recycling pada pemilahan sampah padat.

Teknik sampling yang digunakan random sampling dengan instrumen kuisioner

(22)

yang disebar kepada 384 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan positif antara partisipasi masyarakat dalam program recycling dengan sikap masyarakat dalam memilah sampah padat dengan nilai r = 0,343 dan pengetahuan masyarakat pada memilah sampah padat dengan nilai r = 0,251.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Bendak S dan Attili AB (2016). Masalah dalam penelitian ini adalah dimulainya gerakan program daur ulangsampah domestik di berbagai negara berkembang namun rendahnya penelitian untuk mengetahui tingkah laku dan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah. Penelitian ini dilakukan di United Arab Emirates menggunakan kuisioner yang disebar dengan teknik random sampling pada 1000 masyarakat di UAE. Kuisioner yang disebar meliputi tingkah laku, perilaku dan aksi terhadap program daur ulangsampah rumah tangga. Hasilnya menunjukkan hanya sebagian kecil masyarakat yang berpartisipasi dalam program recycle walaupun mereka menyadari adanya program daur ulang akan memperbaiki kualitas lingkungan dan melindungi lingkungan. Keberadaan sarana dan prasarana yang mendukung program daur ulangditemukan sulit terjangkau yang menyebabkan rendahnya tingkah laku dan aksi daur ulang di UAE

4. Penelitian Lee, S. dan Sun, H. (2011). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi perilaku daur ulang sampah rumah tangga dan pengelolaan sampah, serta mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mengelola sampah melalui program daur ulang sampah rumah tangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku daur ulangdan pengelolaan sampah meliputi Paradigma Lingkungan Baru (NEP), tingkah laku recylce dan mengelola sampah, dan variabel demografi respoden dianlisis menggunakan analisis korelasi dan regresi berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkah laku terhadap lingkungan mempengaruhi perilaku daur ulang dan pengelolaan sampah secara signifikan terhadap beberapa variabel demografi.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Yusa Eko Saputro (2014). Penelitian ini menganaslisi pengelolaan sampah melalui Bank Sampah berdasarkan 5 aspek yaitu aspek Teknis Operasional, kelembagaan, biaya, hukum dan partisipasi masyarakat.

Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis

(23)

pengelolaan sampah berdasarkan 5 aspek, serta analisis kuantitatif untuk mengetahui dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari adanya program Bank Sampah.

C. Kerangka Berpikir

Permasalahan persampahan terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam menangani sampah sejak dari sumber yang mengakibatkan pengangkutan sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.

Rendahnya kesadaran masyarakat yang memegang paradigma kumpul angkut buang (end of pipe) memberikan dampak buruk terhadap lingkungan seperti kualitas pemukiman yang tidak sehat dan terjadinya penumpukan sampah maupun tercecernya sampah di pemukiman yang akan merugikan lingkungan maupun masyarakat.

Keberadaan Bank Sampah merupakan salah satu upaya mengubah paradigma masyarakat dalam menangani sampah yaitu memilah sampah sejak dari sumber dan membuang sampah pada tempatnya. Selain aspek pengelolaan sampah, Bank Sampah juga mengintegrasikan pengelolaan sampah dengan aspek ekonomi. Hal ini bertujuan agar masyarakat menilai sampah memiliki nilai ekonomi sehingga masyarakat memiliki keinginan untuk mengelola sampah secara mandiri.

Kelurahan Mojosongo memiliki program bank sampah yang menerapkan pengelolaan sampah melalui prinsip Reduce, Reuse, danRecycle (3R). Rendahnya partisipasi masyarakat pada kegiatan bank sampah menunjukkan bahwa keberadaan bank sampah belum mampu memberikan keberlanjutan pengelolaan sampah terpadu.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikaji mengenai pengelolaan sampah melalui Bank Sampah di Kelurahan Mojosongo. Untuk mengkaji pengelolaan sampah melalui Bank Sampah ditinjau berdasarkan 5 aspek yaitu aspek teknis operasional, aspek kelembagaan, aspek biaya, aspek hukum dan aspek peranserta masyarakat. Untuk mengetahui perubahan paradigma oleh keberadaan bank sampah melalui pemetaan pengaruh program bank sampah terhadap perilaku masyarakat dalam mengelola sampah.Dari seluruh kajian tersebut akan diperoleh strategi pengelolaan Bank Sampah di Kelurahan Mojosongo. Berikut kerangka pemikiran dalam penyusunan tesis ini.

(24)

D. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu berikut ini.

1. Adanya program Bank Sampah di Kelurahan Mojosongo mengubahperilaku masyarakat dalam mengelola sampah.

2. Perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah menentukan terlaksananya program Bank Sampah

3. Terdapat pengaruh secara signifikan pada program bank sampah terhadap perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga melalui prinsip 3R di Kelurahan Mojosongo.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan Penduduk

Peningkatan Volume Timbulan Sampah

Paradigma end-of-pipe masyarakat

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat

1. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif

2. Analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif

1. Analisis program Bank Sampah berdasarkan 5 aspek pengelolaan sampah yaitu aspek teknis operasional, aspek kelembagaan, aspek biaya, aspek hukum, dan aspek peranserta masyarakat

2. Analisis pengaruh program bank sampah terhadap perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga dengan prinsip 3R

Model strategi program bank sampah untuk mengubah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga dengan prinsip 3R

Pengelolaan berdasarkan 5 aspek : Teknis Operasional, Kelembagaan, Biaya, Hukum, Partisipasi

masyarakat

Perubahan paradigma melalui budaya peilaku masyarakat dalam mengelola

sampah di sumbernya

Pengelolaan sampah terpadu berkelanjutan melalui Sistem Bank Sampah Bank Sampah

Pendekatan kualitatif

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa kuesioner dan skala Likert yang dipilih sesuai dengan permasalahan yang hendak penulis teliti, yaitu

10) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit intern kepada Direktur Utama dan

tentunya hal ini merupakan suatu pencapain yang baik bagi pengelola wisata rembangan akan tetapi dengan meningkatnya pelanggan harus di imbangi dengan kualitas

Fotokopi SITU Fotokopi SITU atau su atau surat keterang rat keterangan lain an lainnya dari nya dari instansi y instansi yang ang berwenang (Surat ket Domisili dari.. berwenang

Berdasarkan analisa peneliti, senam yoga sangat dibutuhkan oleh responden yang mengalami nyeri low back pain dan responden mulai mengikuti saran dari peneliti untuk

Beberapa konsep ulul albab di atas merupakan hal yang sangat penting yang akan diwujudkan oleh Pendidikan Islam sebagai sebuah tujuan, karena menurut hemat penulis bahwa

Pengambilan asap cair dilakukan dengan cara pirolisis, pertama-tama sampah plastik (sampah plastik pembungkus makanan dan kemasan botol plastik pada perlakuan awal dan

Istilah Posmodernisme dapat memiliki beberapa pengertian yang berbeda, antara lain bisa berarti aliran pemikiran filsafat yang merupakan sebuah intensifikasi