• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR

(Tesis)

Oleh

Indri Silvia Fadilla 1723031032

MAGISTER PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2021

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR

Oleh

INDRI SILVIA FADILLA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa tentang perhatian orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Natar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, dengan pendekatan Ex – Post Facto. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VIII SMPN 3 Natar yang berjumlah 128 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan proporsional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Analisis data menggunakan regresi linier sederhada dan regresi linear ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh persepsi siswa tentang perhatian orang tua sebesar 0,051 yang berarti 51% dan minat belajar memiliki koefisien korelasi yaitu sebesar 0,817 yang berarti 81,7% terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMPN 3 Natar dengan nilai alpha kurang dari 0,05 baik secara parsial maupun simultan.

Kata kunci: Perhatian Orang Tua, Minat Belajar, Prestasi Belajar

(3)

THE INFLUENCE OF STUDENTS' PERCEPTIONS ON PARENTS' ATTENTION AND INTEREST IN LEARNING ON IPS LEARNING ACHIEVEMENT

CLASS VIII STUDENTS AT NATAR 3 NEGERI JUNIOR HIGH SCHOOL

By

INDRI SILVIA FADILLA

The purpose of this study was to determine the effect of students' perceptions of parental attention and interest in learning on social studies learning achievement of class VIII students at SMP Negeri 3 Natar. This research is a correlational quantitative research, with an Ex – Post Facto approach. The population in this study were all students of class VIII SMPN 3 Natar, amounting to 128 people. The sampling technique used proportional random sampling. Data collection techniques using a questionnaire. Data analysis used simple linear regression and multiple linear regression. The results showed that there was an influence of students' perceptions of parental attention of 0.051 which means 51% and interest in learning has a correlation coefficient of 0.817 which means 81.7% on social studies learning achievement of class VIII students at SMPN 3 Natar with an alpha value of less than 0. .05 either partially or simultaneously.

Keywords: Parents' Attention, Learning Interest, Learning Achievement

(4)

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII

DI SMP NEGERI 3 NATAR (TESIS)

Oleh.

Indri Silvia Fadilla

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Magister Pendidikan IPS

MAGISTER PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2021

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Tanjung Karang, 13 Januari 1992, sebagai anak keempat dari empat bersaudara. Peneliti dididik dan dibesarkan dengan sangat tulus oleh kedua orangtua, yaitu ayah Nurpatoni Zubir dan bunda Meilena Wahrita. Peneliti memiliki kakak-kakak yang sangat menyayangi dan selalu memberi semangat kepada peneliti yaitu, daing Daeng Putra Indah, abang Nova Dwi Guntur, bayu Hiratul Wahyu.

Pendidikan peneliti dimulai dari SD Negeri 5 Merak Batin dan selesai pada tahun 2005. Kemudian peneliti melanjutkan ke Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Natar dan selesai pada tahun 2008. Peneliti melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Natar dan selesai pada tahun 2011. Pada tahun 2013 peneliti melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Selanjutnya pada tahun 2017 peneliti melanjutkan ke jenjang Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan dengan tesis ini peneliti menamatkan pendidikannya.

(9)

Persembahan

Seiring rasa syukur kepada Allah SWT.

Kupersembahkan karya ini untuk

Semua Harapan, Impian, Cita-cita dan Cinta dari:

Ayah, Bunda, Daing, Abang, dan Bayu.

Serta keluarga, sahabat, dan teman-temanyang telah ikut berpartisipasi, membantu, dan memberi dorongan positif guna

terselesaikannya skripsi ini.

Almamaterku tercinta FKIP

-Universitas Lampung-

(10)

MOTTO

Tidaklah muncul karya-karya orang-orang besar, Melainkan di tengah tumpukan kesulitan dan kerja keras

(Al-Ghazali)

Kebodohan merupakan tanda kematian jiwa, terbunuhnya kehidupan dan membusuknya umur, sebaliknya,

ilmu adalah cahaya bagi hati nurani, kehidupan bagi ruh, dan bahan bakar bagi tabiat. Karena kebahagiaan, kedamaian, dan

ketentraman hati senantiasa berawal dari ilmu pendidikan.

(DR. ‘Aidh al-Qarni)

(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini sebagai syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Tesis ini berjudul “PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR”

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada berbagai pihak yang telah menyumbangkan pemikiran, motivasi, dan waktunya untuk memperlancar penyelesaian tesis ini, diantaranya Ibu Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing I, Ibu Dr. Pujiati, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing II dan sekaligus Ketua Program Studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., sebagai Dosen Pembahas I, Bapak Dr. Pargito, M.Pd. sebagai Pembahas II. Ucapan terimakasih lainnyaa peneliti haturkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si. Selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh jenjang pendidikan di Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Saudi Samosir, S.T., M.T. Direktur Pascasarjana Universitas Lampung

3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

(12)

4. Bapak Prof. Dr. Sunyono, M.Si. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

5. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd. Wakil Dekan Bidang Keuangan, Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

6. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

7. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

8. Bapak dan Ibu dosen dan Staff Program Studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan ilmu dan pengalaman berharga

9. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Natar yang telah memberikan izin peniliti untuk melakukan penelitian.

10. Kepala Sekolah SD Negeri 29 Gedong Tataan Pesawaran yang telah memberikan izin peniliti untuk melakukan penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih.

Bandar Lampung, 20 Oktober 2021 Peneliti,

Indri Silvia Fadilla NPM 1723031032

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Indentifikasi Masalah ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar IPS ... 12

2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar ... 12

2.1.2 Konsep Prestasi Belajar ... 13

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 15

2.1.4 Fungsi Prestasi Belajar ... 19

2.1.5 Indikator Prestasi Belajar ... 19

2.2 Persepsi ... 21

2.2.1 Pengertian Persepsi ... 21

2.2.2 Aspek-Aspek Persepsi ... 22

2.2.3 Proses Terjadinya Persepsi ... 24

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 25

2.2.5 Persepsi Siswa ... 27

(14)

2.3 Perhatian Orang Tua ... 28

2.3.1 Pengertian Perhatian Orang Tua ... 28

2.3.2 Macam-Macam Perhatian Orang Tua ... 29

2.3.3 Bentuk- Bentuk Perhatian Orang Tua 2.4 Minat Belajar Siswa ... 41

2.4.1 Pengertian Minat Belajar Siswa ... 41

2.4.2 Macam – Macam Minat Siswa ... 42

2.4.3 Cara Menumbuhkan Minat Belajar Siswa ... 43

2.4.4 Aspek – Aspek Minat Belajar Siswa ... 43

3.4.5 Indikator minat belajar ... 44

2.5 Ilmu Pengetahuan Sosial ... 47

2.5.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 47

2.5.2 Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 48

2.5.3 Tradisi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 49

1. IPS Sebagai transmisi Kewarganegaraan (Social studies as citizenship transmission) ... 50

2. IPS Sebagai Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (social studies as social sciences) ... 52

3. IPS Sebagai Pendidikan Reflektif (social studies as reflective inquiry) ... 54

4. IPS Sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social criticism) ... 56

5. IPS Sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the individual) ... 56

2.5.4 Belajar dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 57

2.6 Penelitian Relevan ... 59

2.7 Kerangka Pikir ... 64

2.8 Hipotesis Penelitian ... 68

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 69

3.2 Populasi Sampel, dan Sampling ... 70

3.3 Variabel Penelitian ... 71

... 31

2.3.4 Indikator Persepsi Perhatian Orang Tua ... 34

(15)

3.4 Definisi Konseptual ... 72

3.5 Definisi Operasional ... 73

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 75

3.7 Instrumen Penelitian ... 77

3.8 Teknik Analisis Data ... 79

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 85

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis ... 89

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 89

2. Uji Normalitas ... 92

3. Uji Homogenitas ... 93

4. Uji Linearitas Data Hasil Penelitian 2. Uji Hipotesis ... 98

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 101

4.5 Keterbatasan Penelitian ... 120

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Implikasi Penelitian ... 122

5.3 Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ... 94

5. Uji Multikolinearitas Data Hasil Penelitian ... 95

6. Uji Regresi Linier Berganda ... 96

4.3 Pengujian Hipotesis ... 97

1. Uji Simultan (Uji F) ... 97

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Nilai Ulangan Raport Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 3 Natar ... 6

3.1 Distribusi Populasi ... 36

3.2 Distribusi Sampel ... 38

3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 46

4.1 Deskriptif Statistik ... 82

4.2 Disrtribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Persepsi Perhatian Orang Tua ... 65

4.3 Disrtribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Minat Belajar Siswa ... 84

4.4 Disrtribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Prestasi Belajar Siswa ... 85

4.3 Hasil Uji Validitas Hasil Kuisoner Persepsi Perhatian Orang Tua (X1) ... 86

4.4 Hasil Uji Validitas Hasil Kuisoner Minat Belajar (X2) ... 87

4.7 Interprestasi Nilai R Alpha Cronbach ...88

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Skema Kerangka Pikir ... 34

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan dan manusia dalam kehidupan adalah sebagai pemeran utamanya, baik sebagai subjek sekaligus objeknya. Keilmuan sebagai medianya. Dunia pendidikan pasti terkait dengan manusia, ilmu pengetahuan dan masa depan.

Pendidikan adalah sesuatu yang sangat mulia, karena seiring perkembangan usia anak maka orangtua pun mempunyai kewajiban untuk menggiring anaknya untuk menimbah ilmu pengetahuan baik dalam bidang non formal maupun formal sebagai bekal hidup dimasa yang akan datang. Ditinjau dari jenjang pendidikan formal, informal, dan non formal. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I disebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

(19)

Pendidikan yang baik akan memberikan pengetahuan yang membuat siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan maksimal, menemukan hal- hal baru dalam ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan. Pendidikan juga sangat berpengaruh dalam menanamkan hal-hal positif sejak dini. Berdasarkan fungsi serta tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan setiap jenjang harus diselenggarakan secara baik, teliti serta sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional berkaitan erat dengan karakter siswa sehingga terciptanya sumber daya manusia yang mampu bersaing, memiliki kepedulian baik, bermoral dan beretika, sopan santun dan mampu berinteraksi dengan baik dalam masyarakat. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

Perlu adanya perubahan-perubahan dalam pendidikan demi tercapainya masyarakat yang sadar akan pentingnya kebersamaan, saling menghargai, toleransi, semangat bekerjasama, kesadaran berempati menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat demi terciptanya warga Negara yang baik (Good Citizen).

Berkurangnya hal-hal tersebut dapat menimbulkan permusuhan, keributan, kekacauan dan yang paling mengancam adalah hilangnya rasa persatuan dan kesatuan di dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.

(20)

Penanaman nilai-nilai perlu dilakukan sejak dini, tujuannya agar pengalaman dan pengetahuan siswa dapat berkembang secara psikomotor/kinestetik semakin terampil, serta mampu mengaplikasikan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, mampu berpartisipasi aktif dalam bermasyarakat dan pada akhirnya dapat menjadi warga negara yang baik (Good Citizen) sesuai dengan yang diamanatkan undang-undang dasar negara Indonesia.

Menurut Tasrif (2008: 4) membagi ruang lingkup IPS menjadi beberapa aspek berikut: Ada 1) Ditinjau dari ruang lingkup hubungan mencakup hubungan sosial, hubungan ekonomi, hubungan psikologi, hubungan budaya, hubungan sejarah, hubungan geografi, dan hubungan politik. 6 2) Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun tetangga, kampong, warga desa, organisasi masyarakat dan bangsa. 3) Ditinjau dari tingkatannya meliputi tingkat lokal, regional dan global.

4) Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik dan ekonomi.

Berdasarkan Permendiknas 2006 tentang Standar Isi, menjelaskan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi: (1) Manusia, tempat, dan lingkungan; (2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (3) Sistem sosial dan budaya; dan (4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan dan adaptasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan

(21)

keterampilan-keterampilan Ekonomi, Geografi, Sosiologi dan Sejarah. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Ciri keabstrakan IPS beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan IPS selalu menjadi bahan hafalan-hafalan untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak peserta didik yang kurang tertarik terhadap mata pelajaran IPS. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendukung pembelajaran IPS sehingga penyampaian konsep lebih bermakna yaitu tersedianya alat peraga yang sesuai sehinggga membantu memudahkan memahami suatu konsep secara langsung.

Ilmu Pendidikan Sosial berfungsi untuk mempersiapkan warga negara agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap sehingga dapat bertumbuh/berkembang kepribadian yang baik bagi dirinya sendiri dan menjadi warga negara yang baik (Good Citizen). Untuk mencapai tujuan IPS yang menjadikan warga negara yang baik (Good Citizen) diperlukan penanaman nilai-nilai yang berkarakter agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti memiliki literasi manusia yang baik dalam proses pembelajaran.

Berkaitan karakteristik dalam pembelajaran IPS, penggunaan model pembelajaran secara tepat dan bervariasi mempunyai nilai praktis antara lain: (1) mengatasi keterbatasan pengalaman belajar siswa, (2) mengkonkritkan pesan yang abstrak, (3) menanamkan konsep dasar yang benar, (4) menimbulkan keseragaman dan akhirnya gilirannya dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Mengembangkan

(22)

model pembelajaran perlu pemaparan mengenai IPS yang mengidentifikasi strategi, metode, teknik, dan pendekatan pembelajaran IPS. Guru juga perlu mengorientasikan pendidikan karakter dan literasi manusia dalam pembelajaran IPS untuk menonjolkan karakter siswa di pembelajaran dan juga untuk memberikan kemampuan sosial, fisik, intelektual, budaya, dan emosional kepada siswa. Sekaligus memberikan pembelajaran IPS menjadi sejahtera dan berkarakter. Pemilihan rancangan pembelajaran seharusnya mengarah pada pengembangan minat belajar siswa untuk belajar, mengunggah rasa ingin tahu, dan memupuk kemauan siswa untuk menemukan sendiri hal-hal baru. Tetapi realita yang terjadi masih jauh dari yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran guru lebih banyak menggunakan pembelajaran konvensional ketimbang menggunakan model pembelajaran.

Seperti dilihat dari kondisi pembelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Natar, diperoleh berupa informasi prestasi belajar siswa khususnya kelas VIII di SMP Negeri 3 Natar masih tergolong rendah. Dari data yang diperoleh peneliti, nilai raport semester ganjil pada mata pelajaran IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar bahwa dari 128 siswa tercatat hanya 63 siswa atau 49,21% sisw, sedangkan standar ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPS adalah 60, sehingga masih belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yaitu nilai rata-rata klasikal tingkat keberhasilan ketuntasan belajar siswa menyeluruh harus mencapai atau melebihi 75% dari jumlah siswa seluruhnya. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan Tabel 1.1 berikut ini:

(23)

Tabel 1.1 Nilai Raport Semestar Ganjil Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas SMP Negeri 3 Natar

No. KKM Jumlah Siswa Presentase ( % )

1 < 60 65 50,78

2 > 60 63 49,21

128 100%

Sumber : Raport Semester Ganjil

Untuk mencapainya kriteria ketuntasan minimum prestasi belajar siswa ini dipengaruhi banyak faktor, diantaranya yaitu faktor eksternal berupa perhatian orang tua dan faktor internal berupa minat belajar (Susanto, 2013 : 12-13). Menurut Dwija (2008 : 30) menjelaskan bahwa persepsi perhatian atau attention adalah proses mental terhadap stimuli atau rangkaian stimuli tertentu yang menonjol dalam keadaan stimulin-stimulin yang lainnya melemah. Perhatian terjadi apabila seseorang mengkonsentrasikan alat indranya terhadap stimulin yang mempunyai sifat-sifat menarik dan sesuai dengan kebutuhan subjek.

Pengetahuan yang ada tentang pengaruh persepsi siswa tentang perhatian orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar siswa sangat penting. Tujuan Studi IPS telah menunjukkan bahwa perhatian orang tua di sekolah secara positif mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki persepsi siswa tentang perhatian orang tua dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa di sekolah. Memahami persepsi siswa tentang perhatian orang tua dan minat belajar siswa dapat membantu pendidik memahami kelemahan dan kekuatan pengaruh dirumah, sekolah, dan masyarakat. Sehingga

(24)

administrator sekolah dan guru dapat lebih efektif mempromosikan keterlibatan orang tua di sekolah.

Berkenaan dengan perhatian orang tua, tidaklah cukup jika orang tua sekadar menyediakan dan melengkapi fasilitas serta sarana belajar yang berwujud benda fisik, sebab lengkapnya fasilitas fisik belum menjamin seorang anak belajar dengan baik.

Fasilitas yang disediakan oleh orang tua hanya merupakan salah satu faktor saja yang berpengaruh terhadap kesuksesasn belajar. Bagaimanapun baiknya dan lengkapnya fasilitas yang tersedia, jika digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas belajar, dapat juga membawa prestasi belajar anak tidak akan optimal.

Ditemukan berbagai faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan tidak antusiasnya siswa selama proses pembelajaran. Siswa terlihat pasif dan kurang berpartisipasi dalam berdiskusi. Pada saat diberikan kesempatan untuk bertanya sebagian besar siswa diam. Hal ini membuat guru merasa kesulitan untuk mengetahui sampai dimana kemampuan siswa dalam memahami konsep yang harus mereka kuasai. Selain itu dalam kegiatan belajar mengajar didapati siswa yang kurang memperhatikan Guru. Sejalan dengan pendapat Slameto (2013) yang menyatakan kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.

Permasalahan yang muncul adalah prestasi belajar siswa yang belum mencapai titik optimal menjadi masalah yang banyak ditemui guru dalam mencapai

(25)

keberhasilan proses belajar mengajar. Permasalahan prestasi belajar siswa muncul karena banyak faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun faktor yang berasal dari luar diri siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3).

Bertitik tolak dari hal-hal di atas, terkandung maksud bahwa perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar anak di rumah mempunyai arti dan pengaruh yang lebih penting, jika dibandingkan dengan pengadaan fasilitas belajar yang mewah. Karena itulah, dalam hal ini pengadaan sarana dan fasilitas belajar dimasukkan menjadi salah satu aspek dari wujud perhatian orang tua, artinya jika membicarakan ubahan perhatian orang tua secara implisit di dalamnya sudah termasuk pula pengadaan fasilitas belajar terutama pembelajaran IPS. Tentang urgensi perhatian orang tua, diketengahkan oleh (Dwija, 2008: 48) yang menyatakan bahwa di dalam memberdayakan anak-anak perhatian yang wajar dari pribadi orang-orang dewasa/orang tua lebih utama dari pada ganjaran dan hukuman.

Jika perhatian orang tua optimal maka akan mendorong minat belajar anak. Meskipun persepsi perhatian orang tua menjadi pendorong munculnya minat belajar siswa tetapi minat ini lebih ditekankan pada aspek dalam diri meskipun tidak menutup kemungkinan dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya seperti perhatian orang tua dan kondisi lingkungan. Olehnya itu, dalam penelitian ini, persepsi perhatian orang tua dan minat belajar dilihat berbeda sebagai hal yang berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar IPS siswa di SMP Negeri 3 Natar.

(26)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji tentang

“Pengaruh Persepsi Siswa tentang Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPS siswa di SMP Negeri 3 Natar”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi permasalahan tersebut sebagai berikut:

1. Masih rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pembelajaran IPS.

2. Masih rendahnya minat belajar siswa dalam mata pembelajaran IPS.

3. Kurang optimalnya perhatian orang tua terhadap prestasi siswa.

4. Kurangnya persepsi siswa terhadap minat belajar siswa pada mata pembelajaran IPS

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah persepsi siswa tentang perhatian orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Natar?

2. Apakah minat belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Natar?

3. Apakah persepsi siswa tentang perhatian orang tua dan minat belajar siswa berpengaruh terhadap pretasi belajar IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Natar?

(27)

1.4 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk:

1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang perhatian orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Natar.

2. Untuk mengetahui minat belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Natar.

3. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang perhatian orang tua dan minat belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Natar.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya para orang tua siswa dalam usaha meningkatkan minat belajar terhadap prestasi pelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

a. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas, prestasi, dan hasil belajar siswa terutama memberikan kreativitas dan inovasi di pelajaran IPS di SMP Negeri 3 Natar.

(28)

b. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dan informasi guru, orang tua, sekolah dan pihak dalam membimbing siswa untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS.

c. Bagi Sekolah

Untuk memberikan informasi tentang hubungan antara perhatian orang tua terhadap minat siswa dalam prestasi belajar IPS.

d. Bagi Peneliti

Dapat membantu peneliti meningkatkan profesionalisme dalam penelitian untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menghadapi permasalahan proses pembelajaran.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ini adalah, sebagai Pendidikan Reflektif (reflective inquiry).

2. Ruang Lingkup objek penelitian ini adalah persepsi perhatian orang tua, minat siswa, dan prestasi belajar siswa.

3. Ruang Lingkup subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.

4. Ruang Lingkup tempat penelitian adalah SMP Negeri 3 Natar Lampung Selatan.

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Belajar

2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Seorang anak belajar merupakan suatu kewajiban.

Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh anak tersebut. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “Prestasic” yang berarti hasil usaha. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 895), prestasi belajar didefinisikan sebagai hasil penilaian yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.

Menurut Tu’u (2004: 75) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Sukmadinata (2003: 101), “prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.

(30)

Berdasarkan pengertian di atas bahwa prestasi belajar IPS merupakan hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam penguasaan pengetahuan atauketerampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang

2.1.2 Konsep Prestasi Belajar

Sebagian besar proses perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau media elektronika, belajar di sekolah, di rumah, di ligkungan kerja atau di masyarakat.

Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik.

Menurut Syaodih (2005: 155), “belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.

Adapun menurut Syaodih (2005: 155) belajar adalah suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi. Syah (2008: 68) juga mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

(31)

Menurut Slameto (2003: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, sedangkan Sudjana (2006: 57) mengemukakan belajar merupakan suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang berupa proses dari belum tahu menjadi tahu yang terjadi selama jangka waktu tertentu. Suatu perubahan dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar apabila memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Slameto (2003:

31) ciri-ciri proses belajar adalah : 1) Perubahan terjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional 3) Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Defenisi ini bahwa belajar adalah suatu proses perubahan, namun tidak setiap perubahan yang terjadi dalam individu merupakan hasil dari proses belajar. Suatu perubahan dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar apabila memiliki ciri-ciri tertentu. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan- perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik.

(32)

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara umum prestasi belajar siswa sangat beragam, hal ini tentu saja mempunyai faktor – faktor penyebabnya. Menurut Slameto (2003: 18-19) dalam bukunya “psikologi pendidikan” menjelaskan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Berikut penjelasan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Muhibbin (2008: 132-139), antara lain:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor atau penyebab yang berasal dari dalam diri setiap individu tersebut, seperti aspek pisiologis dan aspek psikologis.

a) Aspek pisiologis

Aspek pisiologis ini meliputi konsisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menunjukkan kebugaran organ – oragan tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah akan berdampak secara langsung pada kualitas penyerapan materi pelajaran, untuk itu perlu asupan gizi yang dari makanan dan minuman agar kondisi tetap terjaga. Selain itu juga perlu memperhatikan waktu istirahat yang teratur dan cukup tetapi harus disertai olahraga ringan secara berkesinambungan. Hal ini penting karena perubahan pola hidup akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental.

(33)

Aspek psikologis banyak faktor yang masuk dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran, berikut faktor – faktor dari aspek psikologis seperti intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. Tingkat intelegensi atau kecerdasan (IQ) tak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar. Semakin tinggi kemampuan inteligensi siswa maka semakin besar peluang meraih sukses, akan tetapi sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluang meraih sukses. Sikap merupakan gejala internal yang cenderung merespon atau mereaksi dengan cara yang relatif tetap terhadap orang, barang dan sebagainya, baik secara positif ataupun secara negatif. Sikap (attitude) siswa yang merespon dengan positif merupakan awal yang baik bagi proses pembelajaran yang akan berlangsung sedangkan sikap negatif terhadap guru ataupun pelajaran apalagi disertai dengan sikap benci maka akan berdampak pada pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar yang kurang maksimal. Setiap individu mempunyai bakat dan setiap individu yang memiliki bakat akan berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing – masing. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar pada bidang – bidang tertentu. Minat (interest) dapat diartikan kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

(34)

Minat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sebagai contoh siswa yang mempunyai minat dalam bidang matematika akan lebih fokus dan intensif kedalam bidang tersebut sehingga memungkinkan mencapai hasil yang memuaskan. Motivasi merupakan keadaan internalorganisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi bisa berasal dari dalam diri setiap individu dan datang dari luar individu tersebut.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal dibagi menjadi 2 macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial ini meliputi lingkungan orang tua dan keluarga, sekolah serta masyarakat. Lingkungan sosial yang paling banyak berperan dan mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah lingkungan orang tua dan keluarga. Siswa sebagai anak tentu saja akan banyak meniru dari lingkungan terdekatnya seperti sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga.

Semuanya dapat memberi dampak dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi yang dapat dicapai siswa. Lingkungan sosial sekolah meliputi para guru yang harus menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta menjadi teladan dalam hal belajar, staf – staf administrasi di lingkungan sekolah, dan teman – teman di sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

(35)

Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi karena siswa juga berada dalam suatu kelompok masyarakat dan teman – teman sepermainan serta kegiatan – kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat dan pergaulan sehari – hari yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Selain faktor sosial seperti dijelaskan di atas, ada juga faktor non social. Faktor – faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan bentuknya, rumah tempat tinggal, alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar

Selain faktor internal dan faktor eksternal, faktor pendekatan belajar juga mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Menurut hasil penelitian Biggs (1991) dalam Muhibbin Syah (2008: 139) memaparkan bahwa pendekatan belajar dikelompokkan jadi 3 yaitu pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah dan dipengaruhi oleh faktor luar), pendekatan deep (mendalam dan datang dari dalam diri individu), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi/ambisi pribadi). Berdasarkan kesimpulan diatas tentang faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada 3 faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.

(36)

2.1.4 Fungsi Prestasi Belajar

Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Tujuan diadakannya kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan dan keberhasilan belajar mengajar sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara terus- menerus. Menurut Risnawati (2018:7) prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2. Lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3. Bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4. Indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

5. Dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap anak didik.

Berdasarkan penjelasan fungsi prestasi belajar peserta didik, baik individual maupun kelompok karena prestasi belajar tidak hanya seabagai indikator keberhasilan, dan juga berguna bagi guru yang bersangkutan sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran di kelas apakah akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.

2.1.5 Indikator Prestasi Belajar

Salah satu tugas pokok dari setiap guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksana kegiatan belajar mengajar. Untuk membimbing sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliable) kita membutuhkan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang indicator-indikator

(37)

perubahan perilaku dan pribadi siswa, yang menjadi persoalan, bagaimana kita dapat mengungkapkan dan mengukur data tentang hasil belajar. Dalam mengungkapkan dan mengukur prestasi siswa dapat dilihat dari tiga aspek, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut akan dikemukakan sebagai berikut:

1) Aspek kognitif, seseorang bisa dilihat dari pemahaman, pengetahuan, pengamatan, penerapan, ingatan, analisa dan sintesis.

2) Aspek afektif, seseorang bisa dilihat dari penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), dan karakterisasi (penghayatan).

3) Aspek psikomotorik, seseorang dapat dilihat dari keterampilan bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal.

Berdasarkan ketiga hasil belajar diatas pada dasarnya memiliki keterpautan yang erat satu dengan yang lainnya, bahkan terdapat beberapa persamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya pada kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Prestasi belajar dapat mengungkapkan dan mengukur prestasi siswa dapat dilihat dari tiga aspek, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(38)

2.2 Persepsi

2.2.1 Pengertian Persepsi

Persepsi memiliki sejumlah pengertian dari berbagai literatur. Persepsi merupakan proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa) sampai rangsang tersebut disadari dan dimengerti. Tidak hanya sebagai penginderaan, namun persepsi juga sebagai the interpretation of experience (penafsiran pengalaman) (Irwanto, 2002: 71).

Rakhmat (2007: 51) mengungkapkan bahwa persepsi adalah suatu pengalaman tentang objek, peristiwa, maupun hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah suatu proses yang timbul saat seseorang menerima rangsangan dari luar melalui alat inderanya. Proses tersebut akan diteruskan melalui proses berpikir hingga terbentulah sebuah pemahaman. Pemahaman itulah yang biasanya disebut sebagai persepsi.

Adapun Walgito (2010: h. 99) menjelaskan bahwa persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan (proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera) atau bisa disebut juga proses sensoris. Alat indera yang dimaksud ialah seperti mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat pembau, lidah sebagai alat pengecap, serta kulit pada telapak tangan sebagai alat peraba.

(39)

Pengertian ini dapat diambil bahwa persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan informasi yang didapatkan melalui kemampuan sensorisnya sehingga membentuk pemahaman berdasarkan keyakinan dan kebenaran yang dimilikinya. Persepsi ialah suatu proses yang timbul saat seseorang menerima rangsangan dari luar melalui alat inderanya. Proses tersebut akan diteruskan melalui proses berpikir hingga terbentulah sebuah pemahaman.

2.2.2 Aspek-Aspek Persepsi

Terdapat tiga macam aspek-aspek persepsi (Mar’at, 1991: 20), yaitu:

1. Aspek kognitif

Suatu komponen yang tersusun atas dasar informasi (pengetahuan) yang dimiliki oleh seseorang tentang objek sikapnya. Suatu komponen yang akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan tentang objek tersebut. Dari pengetahuan tersebut akan terbentuk suatu keyakinan tentang objek sikap itu.

2. Aspek afektif

Suatu komponen yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang. Jadi komponen tersebut akan menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan terhadap objek tersebut.

(40)

3. Aspek konatif

Suatu komponen yang merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku terhadap objeknya. Jadi komponen tersebut akan menjawab pertanyaan bagaimana kesiapan untuk bertindak terhadap objek tersebut.

Sementara itu McDowwell dan Newel (1996: 103) menjelaskan pula aspek-aspek dalam persepsi, yakni sebagai berikut:

1. Kognitif

Aspek yang melibatkan cara berpikir, mengerti serta memaknai suatu stimulus yang diterima oleh alat panca indera.

2. Afeksi

Aspek yang mengarah pada cara individu dalam merasakan, mengekspresikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai yang ada di dalam dirinya yang kemudian akan mempengaruhi persepsi individu tersebut.

Berdasarkan penjelasan aspek-aspek persepsi yang digunakan ialah tiga macam aspek persepsi yang meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. kelengkapan dari aspek-aspek tersebut dapat digunakan ke dalam penelitian secara tepat.

(41)

2.2.3 Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi tidak akan terjadi muncul begitu saja. Tentu saja tiap-tiap individu akan menjalani beberapa proses secara bertahap sebelum terjadi persepsi. Terdapat beberapa proses terjadinya persepsi yaitu proses fisik, proses fisiologi, dan proses psikologis (Walgito, 2010: 102). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa persepsi muncul karena adanya proses stimulus (pusat perhatian) yang diterima oleh alat indera. Proses itulah yang disebut sebagai proses fisik. Kemudian stimulus yang sebelumnya diterima oleh alat indera akan diteruskan oleh saraf sensoris menuju otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Setelah itu akan terjadi proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu dapat menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, apa yang ia cium (membau), maupun apa yang ia raba. Proses yang terjadi di dalam pusat kesadaran itulah yang dinamakan sebagai proses psikologis.

Proses persepsi, individu tidak hanya menerima satu stimulus saja, melainkan ada beberapa macam stimulus yang ditumbulkan oleh keadaan di sekitar individu tersebut. Tidak semua stimulus itu akan mendapatkan respon dari individu tersebut. Stimulus yang diterima hanya akan tergantung pada perhatian individu itu sendiri.

(42)

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Berdasarkan berbagai definisi dari persepsi dapat diketahui bahwa persepsi merupakan suatu kemampuan yang berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang dikenali oleh alat indera dan berproses ke dalam otak (proses berpikir). Oleh sebab itu stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam persepsi. Berkaitan dengan stimulus, terdapat berbagai faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu (Walgito, 2010:

101):

1. Objek yang dipersepsi

Objek akan menimbulkan stimulus ketika diterima oleh alat indera. Stimulus dapat datang dari luar diri individu yang mempersepsi maupun datang dari dalam diri individu. Namun sebagian besar stimulus muncul dari luar diri individu.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera merupakan alat (penglihatan, penciuman, peraba, pengecap, dan pendengar) untuk menerima stimulus. Sementara itu terdapat syaraf sensoris untuk meneruskan stimulus yang diterima oleh alat indera sebelumnya menuju pusat susunan syaraf, yakni otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk merespon dibutuhkan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau menimbulkan persepsi, diperlukan langkah pertama yaitu adanya perhatian. Apa yang dimaksud dengan perhatian ialah suatu pemusatan atau konsentrasi dari semua aktivitas individu yang ditujukan

(43)

pada sesuatu (sekumpulan objek) Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono (2010: h. 103-106) menyatakan berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu sebagai berikut:

1. Perhatian, biasanya perhatian tidak menangkap rangsang di sekitar individu secara keseluruhan, namun memfokuskan perhatian pada satu maupun dua objek saja. Perbedaan fokus perhatian dari masing-masing individu akan menyebabkan perbedaan persepsi.

2. Kesiapan mental seseorang terhadap ransangan yang akan timbul.

3. Kebutuhan yang merupakan kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri individu akan mempengaruhi persepsi individu tersebut. Kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan persepsi bagi tiap individu.

4. Sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat berpengaruh terhadap persepsi.

5. Tipe kepribadian, yakni dimana pola kepribadian masing-masing individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda maupun satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain adanya perhatian pada salah satu maupun dua objek di sekitar individu; adanya kesiapan mental individu dalam menangkap stimulus yang muncul (berproses pada alat indera yang menerima stimulus yang kemudian syaraf sensoris meneruskan stimulus ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan berakhir menuju syaraf motoris sebagai alat untuk merespon stimulus tersebut); serta terdapat sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat serta berbagai tipe kepribadian individu yang juga dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.

(44)

2.2.5 Persepsi Siswa

Noeng Muhadjir dalam Arif Rohman (2009: 105) mengemukakan pada hakikatnya aktivitas pendidikan selalu berlangsung dengan melibatkan pihak- 12 pihak sebagai aktor penting yang ada di dalam altivitas pendidikan, aktor penting tersebut adalah subjek yang memberi disebut pendidik, sedangkan subjek yang menerima disebut peserta didik. Istilah peserta didik pada pendidikan formal di sekolah jenjang dasar dan menengah dikenal dengan nama anak didik atau siswa. Siswa merupakan subjek yang menerima apa yang disampaikan oleh guru. Sosok siswa umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan.

Dengan demikian siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui pendidikan. Persepsi siswa merupakan proses perlakuan siswa terhadap informasi tentang suatu objek dalam hal ini baik kegiatan ekstrakurikuler marching band yang ada di sekolah melalui pengamatan dengan indra yang dimiliki, sehingga siswa dapat memberi arti serta mengintepretasikan objek yang diamati.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa persepsi siswa adalah sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan dan proses perlakuan siswa terhadap informasi tentang suatu objek dalam hal ini baik kegiatan ekstrakurikuler marching band yang ada di sekolah.

(45)

2.3 Perhatian Orang Tua

2.3.1 Pengertian Perhatian Orang Tua

Mengenai pengertian perhatian adalah hal memperhatikan, apa yang diperhatikan, minat (Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 857). Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Perhatian yaitu mengarahkan indera atau sistem persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu. Perhatian adalah minat (Slameto, 2010: 105-106).

Menurut Slameto (2010: 56) menyatakan perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada sesuatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya. Karena sebelum orang lain mendidik anak ini, kedua orang tuanyalah yang mendidik terlebih dahulu (Ihsan, 2008: 63).

Orang tua adalah guru dan orang terdekat bagi anak yang harus menjadi panutan. Orang tua adalah pendidik yang penuh cinta dan kasih sayang pada anak-anaknya. Anak-anak adalah aset besar orang tua. Islam menetapkan hak- hak yang harus ditunaikan orang tua kepada anak-anaknya. Hal yang terpenting yang menjadi kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nafkah yang halal, memperlakukan mereka dengan adil, dan memberikan mereka pendidikan dan pengajaran.

(46)

Pengertian ini dapat diambil bahwa persepsi orang tua merupakan suatu proses dimana orang tua menginterpretasikan informasi yang didapatkan melalui kemampuan sensorisnya sehingga membentuk pemahaman berdasarkan keyakinan dan kebenaran yang dimilikinya dan perhatian orang tua adalah pendidik yang penuh cinta dan kasih sayang pada anak-anaknya serta aset besar orang tua.

2.3.2 Macam-Macam Perhatian Orang Tua

Persepsi perhatian orang tua dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam diantaranya yaitu:

a) Spontan dan disengaja

Spontan maksudnya adalah perhatian yang timbul dengan sendirinya, karena menarik sesuatu dan tidak didorong oleh kemauan (Romlah, 2010: 80-81).

Sedangkan disengaja adalah perhatian timbul karena usaha (Mustaqim, 2008:73).

b) Statis dan disengaja

Statis maksudnya adalah perhatian yang tetap pada sesuatu dengan tidak mengalami perubahan. Sebaliknya perhatian dinamis adalah selalu berubah- ubah dari satu objek ke objek lain (Romlah, 2010: 81).

c) Konserfatif (perhatian memusat) dan distributive (perhatian terbagi-bagi) Konserfatif maksudnya adalahperhatian seseorang yang hanya ditujukan pada satu objek (masalah), dengan sifat agak tetap, kukuh, kuat dan tidak

(47)

mudah memindahkan perhatiannya pada objek lain. Sebaliknya distributif, seseorang dapat melakukan perhatian kepada beberapa arah dalam waktu bersamaan (Romlah, 2010: 81).

d) Sempit dan luas

Maksudnya, seseorang yang mempunyai perhatian sempit dengan mudah dapat memusatkan perhatiannya pada objek terbatas, sekalipun dalam lingkungan yang ramai. Disamping itu, perhatian orang semacam ini tidak mudah beralih pda objek lain, termasuk juga jiwanya tidakmudah tergoda pada keadaan sekelilingnya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki perhatian luas dengan mudah sekali tertarik pada kejadian-kejadian disekelilingnya, sehingga perhatiannya tidak mengarah pada ojek tertentu (Romlah, 2010:

81).

Berdasarkan penjelasan persepsi perhatian orang tua dapat dikelompokkan menjadi berbagai 4 macam, yaitu spontan dan disengaja, statis dan disengaja, konserfatif (perhatian memusat) dan distributive (perhatian terbagi-bagi), dan Sempit dan luas. Sedangkan, perhatian orang semacam ini tidak mudah beralih pada objek lain, termasuk juga jiwanya tidak mudah tergoda pada keadaan sekelilingnya.

(48)

2.3.3 Bentuk- Bentuk Perhatian Orang Tua a) Hadiah dan hukuman

Menurut uraian H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi, salah satu faktor serta kondisi yang mendorong perbuatan belajar adalah efek penghargaan (reward) dan hukuman (Mustaqim, 2008: 69). Situasi yang mengandung hukuman dapat diilustrasikan dengan individu dimasukkan dalam lingkaran kanan ditutup dengan tugas, kiri ditutup dengan ancaman hukuman, atas bawah ditutup dengan barier (pengewasan).

Dalam situasi seperti ini individu harus memilih alternatif yang sama-sama tidak disenangi. Sedangkan situasi yang mengandung hadiah, individu lebih masuk ke medan terbuka satu sisi, sebelah kanan ada tugas sebagai pra sarat untuk mencapai hadiah sehingga tidak ada tegangan (Mustaqim, 2008: 69).

b) Pemeliharaan jasmani dan psikis

Menurut uraian H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi, salah satu faktor serta kondisi yang mendorong perbuatan belajar adalah kesehatan jasmani dan keadaan psikis (Mustaqim, 2008: 69). Kekurangan gizi biasanya mempunyai pengaruh terhadap keadaan jasmani, mudah mengantuk, lekas lelah, lesu dan sejenisnya terutama bagi anak-anak yang usianya masih muda, pengaruh ini sangat menonjol. Selain kadar makanan juga pengaturan waktu istirahat yang tidak baik dan kurang, biasanya tidak menguntungkan.

(49)

Akibat lebih jauh adalah daya tahan badan menurun, yang bararti memberi daerah kemungkinan lebih luas lagi berbagai jenis macam penyakit seperti influensa, batuk dan lainnya secara keseluruhan, badan kurang sehat sudah cukup mengganggu aktivitas belajar, apabila sampai jatuh sakit, boleh dikatakan aktivitas ini berhenti. Sedangkan keadaan psikis memiliki peran yang sangat menentukan di dalam belajar. Karena nampak dengan jelas bahwa belajar lebih banyak berhubungan dengan jiwa (Mustaqim, 2008: 70- 72).

c) Mengarahkan dan membimbing

Salah satu faktor aspek mengajar adalah “direct or guide learning”

(mengarahkan dan membimbing belajar). Pendidik senantiasa harus senantiasa menunjukkan kepada anak manusia yang masih muda ini, tentang kepentingan masyarakat lingkungannya dengan segala variasi dan perubahan-perubahan yang progresif, tujuan mereka belajar harus digaris bawahi dengan tebal dan jelas, mereka diperlihatkan jalan dan arah serta perlengkapan menuju tujuan yang sedang dikejar. Semua aktivitas belajar harus tunduk terhadap tujuan dan mereka harus terus-menerus diberi semangat yang kuat dan benar (Mustaqim, 2008: 98-99).

(50)

d) Menciptakan lingkungan yang aman

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah faktor lingkungan. Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1) Lingkungn alami

Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembapan udara.

Belajar dalam keadaan udara yang sejukdan segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.

2) Lingkungan social

Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia atau representasinya (wakilnya) maupun yang berwujud hal-hal yang lain, langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang belajar akan terganggu bila ada orang lain yang mondar-mandir didekatnya atau keluar masuk atau bercakap-cakap didekat tempat belajar itu. Representasi manusia atau potret, tulisan, rekaman suara dan lainnya juga berpengaruh. Lingkungan sosial lain yang juga berpengaruh, seperti mesin, pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, keramaian pasar atau tempat kerja dan lain sebagainya.

e) Pemenuhan fasilitas

Pemenuhan fasilitas berfungsi sebagai salah satu sarana tercapainya tujuan-tujuan belajar yang sudah direncanakan. Pemenuhan ini dapat berwujud perangkat keras seperti gedung sekolah, ruang belajar dan perlengkapannya, alat-alat praktikum, program belajar mengajar, pedoman-

(51)

pedoman belajar dan sebagainya. Semua ini besar pengaruhnya terhadap bagaimana belajar itu terjadi dan bagaimana hasilnya.

f) Pengawasan

Pengawasan yaitu usaha mengawasi yang dilakukan terhadap lingkungan yang turut menentukan sejauh mana lingkungan menjadi lingkungan belajar yang baik, yakni lingkungan belajar yang menantang dan merangsang anak-anak untuk belajar, memberi rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga akan berhasil mencapai tujuan pembelajaran anaknya dengan memberikan hadiah dan hukuman, mengarahkan dan membimbing, memenuhi fasilitas, pemeliharaan jasmani dan psikis, menciptakan lingkungan yang aman, dan pengawasan.

2.3.4 Indikator Persepsi Perhatian Orang Tua

Orang tua yang baik adalah orang tua yang memberi perhatian pada anaknya, salah satunya yaitu memperhatikan anaknya dalam belajar, baik ketika anak sedang belajar maupun ketika anak mendapatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, bentuk perhatian dari orang tua yang diberikan kepada anaknya dalam belajar dapat berupa:

(52)

1) Membimbing anak belajar

Setiap orang tua berkewajiban memberikan bimbingan dan pengajaran yang baik pada anaknya mulai dari cara bersikap, bertindak, dan berinteraksi dengan orang lain. Bimbingan dan pengarahan orang tua terhadap anaknya sangat berharga dan baik bagi anak. Hal tersebut disebabkan karena pada dasarnya anak dilahirkan dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Artinya seorang anak terlahir dalam kondisi bersih, sehingga bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh orang tua merupakan torehan tinta yang menjadi dasar kehidupan anak di masa yang akan datang, terutama membantu dalam menghadapi keterasingan pada hal-hal yang baru.

Dalam memberikan bimbingan pada anak, akan menjadi sangat baik apabila diberikan sejak kecil, bukan pada saat anak telah tumbuh menjadi dewasa.

Orang tua hendaknya memberikan bimbingan sesuai dengan ajaran agama Islam sehingga anak terbiasa hidup sesuai dengan norma akhlak yang diajarkan oleh agama.

Demikian juga belajar, memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada anak. Orang tua yang sibuk bekerja, terlalu banyak anak yang diawasi, sibuk organisasi, berarti anak tidak mendapatkan bimbingan dari orang tua, hingga kemungkinan banyak mengalami kesulitan belajar.

(53)

Membantu proses pembentukan kepribadian anak, orang tua mempunyai tanggung jawab untuk melatih perkembangan sikap, nilai, kreatifitas dan keterampilan yang menjadi motivasi keberhasilan anak.

Tanggung jawab orang tua perlu diarahkan pada pencapaian prestasi di sekolah dan mampu mengarahkan arah dan masa depannya kelak.

Penanaman sikap disiplin dalam melaksanakan kegiatan sekolah juga sangat menentukan keberhasilan anak.

Orang tua tidak perlu secara rutin membantu/ mengarahkan anak dalam belajar setiap harinya, cukup dengan memusatkan perhatian pada apa yang tidak bisa dilakukan oleh anaknya sampai sang anak bisa mengembangkan apa yang telah dipelajarinya. Adakalanya anak akan malas untuk mengerjakan tugas sekolahnya, jika terjadi hal demikian, maka orang tua perlu memberi nasihat dan saran yang halus pada sang anak agar anak mau menyelesaikan tugasnya. Sehingga penting bagi orang tua untuk membimbing anak dalam kegiatan belajar.

2) Mengawasi proses belajar anak

Pengawasan merupakan salah satu metode pendidikan yang tidak bisa diabaikan oleh orang tua. Anak tidak akan selamanya berada ditengah- tengah keluarganya dan berhubungan dengan orang-orang didalamnya.

Makin besar anak, makin luas dunianya. Diantara kesempurnaan tanggung jawab orang tua, terkait pendidikan anak-anaknya adalah adanya sikap

(54)

mawas diri atas sikap lalai keduanya dalam menunaikan kewajibannya.

Disinilah pentingnya pengawasan orang tua terhadap anaknya, karena semakin anak dewasa semakin banyak anak mengenal dunia luar selain keluarga.

Orang tua berperan penting terhadap perkembangan kepribadian dan pertumbuhan jati diri seorang anak. Hal paling melekat di dalam suatu perkembangan anak adalah bimbingan dari keluarga terutama orang tua.

Faktor lingkungan juga penting namun setiap anak memiliki suatu gen atau sifat yang berasal dari orang tua mereka, karena faktor tersebut sangat melekat pada sifat dan perilaku sang anak tersebut. Tugas dari orang tua sendiri adalah mengawasi buah hati mereka agar kelak menjadi seseorang yang berperilaku baik sesuai norma-norma yang ada. Peran orang tua dalam prestasi akademis anak sangat menentukan.

Negara maju seperti Amerika, menganalisis bahwa keterlibatan orang tua menempati posisi teratas yang memengaruhi tingginya prestasi akademis anak di Sekolah. Keberhasilan akademis juga mempunyai korelasi dengan seberapa sering orang tua mengamati kemajuan anak kepada guru- guru mereka. Tingkat keberhasilan seorang anak di Sekolah cenderung sejajar dengan tingkat harapan orang tua dan guru.

(55)

Oleh karena itu, pengawasan dari orang tua sangat penting untuk perkembangan seorang anak. Pengawasan dan bimbingan orang tua adalah hal terpenting untuk membuat anak menjadi seperti apa nantinya ia di kemudian hari, pola bimbingan orang tua akan membentuk jati dirinya, dengan menjadi orang tua yang dapat memahami dan mengerti bagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap anak, akan membuat anakpun menjadi nyaman.

3) Memotivasi anak belajar

Motivasi merupakan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karna ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan dan menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Semakin jelas tujuan yang akan dicapai, maka makin jelas pula tindakan motivasi yang dilakukan. Dalam hal ini, orang tua berperan sebagai pendorong atau memotivasi anaknya dalam kegiatan belajarnya. Karena, dengan adanya motivasi dari orang tua, maka anak tersebut akan berusaha untuk mendapat apa yang diinginkannya.

Seorang anak akan termotivasi belajar jika dia diberi hadiah. Hadiah yang diberikan tidak harus berupa barang berharga, seperti uang, mainan dan

(56)

bentuk material lainnya. Senyuman yang manis, kata-kata yang lembut, dan mainan yang sederhana bisa menjadi berharga.

Salah satu cara terbaik untuk memotivasi anak agar mau mengerjakan tugas sekolahnya yaitu dengan memberinya hadiah atas prestasi yang telah dicapainya. Hadiah yang diberikan orang tuanya akan membuat anak terdorong untuk menjadi yang terbaik dalam meraih prestasi di sekolah, karena hadiah tersebut secara tidak langsung memberi semangat baru bagi sang anak. Namun orang tua yang selalu memberi anak dengan hadiah akan berpengaruh pada kepribadian buruk karena ia akan tumbuh menjadi seorang yang materialistik, dia akan selalu meminta imbalan atas apa yang dilakukannya. Seperti penjelasan diatas, hadiah tidak hanya materi, tapi juga dapat berupa immaterial, seperti kata-kata manis / pujian pada anak apabila anak tersebut mendapat prestasi / hasil belajar yang baik. Namun tidak hanya memuji pada hasil belajarnya yang baik saja. Apabila anak mendapat hasil belajar yang buruk, maka orang tua juga tetap memberi kata- kata yang manis yang dapat membuatnya senang dan tidak bersedih.

4) Memenuhi kebutuhan belajar anak

Pemenuhan kebutuhan belajar anak seperti pensil, buku tulis, penggaris, penghapus, buku pelajaran dan lain-lain akan membentuk kelancaran dalam belajar. Kurangnya kebutuhan belajar anak akan menghambat kemajuan belajar anak. Namun, tidak semuanya dipenuhi atau

(57)

orang tua memberikannya secara berlebihan. Hal itu akan menyebabkan anak merasa dimanjakan dan tidak mau berusaha. Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya tak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan anaknya tidak belajar. Jika hal itu dibiarkan maka anak akan berbuat seenaknya ,malas untuk belajar sehingga belajarnya tidak akan benar.

Tipe orang tua yang selalu memanjakan anaknya adalah tipe orang tua permisif, yaitu orang tua yang terlalu memanjakan anak, apapun yang diinginkan anak, orang tua akan selalu memenuhinya. Jika orang tua memenuhi apapun permintaan anaknya sejak kecil terlepas orang tua itu adalah orang kaya atau tidak, maka itu akan membentuk pribadi anak yang kurang baik. Orang tua boleh memenuhi kebutuhan belajar anak secukupnya atau yang bersifat dasar. Contohnya, buku pelajaran, seragam sekolah, sepatu, tas, buku tulis, pensil dan sebagainya.

Hal-hal yang sifatnya penting untuk kemajuan belajar anaknya, orang tua perlu memenuhinya. Dengan adanya ruang lingkup belajar yang menarik, menyenangkan dan lengkap akan menumbuhkan semangat belajar dan mengurangi ketegangan yang dirasakan oleh anak ketika belajar karena anak merasa nyaman dengan suasana disekitarnya.

Referensi

Dokumen terkait

Daya antibakteri senyawa N’ - (2-Hidroksibenziliden)-4- Hidroksibenzohidrazida terhadap Staphylococcus aureus lebih besar dibandingkan dengan daya antibakteri senyawa

j. Pohon-pohon yang mempunyai evapotranspirasi rendah untuk daerah yang bermasalah dengan menipisnya air tanah dan intrusi air laut. Pohon-pohon yang dapat berfungsi

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah 7 faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dalam pertimbangan membeli Mitsubishi Xpander yaitu faktor produk,

Medan benar adanya dilakukan oleh guru BK disekolah tersebut dan sudah terlaksana secara maksimal meskipun ada beberapa hambatan yang terjadi, akan tetapi sudah berhasil

Penurunan tebal korteks yang terjadi pada Wilis dan PG 57-1 karena perlakuan cekaman kekeringan merupakan mekanisme toleransi kedua genotipe tersebut untuk

Menggunakan variabel Y kinerja karyawan, menggunakan Uji Asumsi Klasik, Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu

Judul Skripsi : Akhlak Siswa Dalam Proses Pembelejaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri Binjai. Menyatakan dengan ini bahwa sebenarnya Skripsi yang saya serahkan ini

Kegiatan usahatani sawi biaya yang nyata dikeluarkan responden di Kelurahan Landasan Ulin Utara adalah meliputi penggunaan biaya penyusutan alat, biaya tenaga