• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)IDENTIFIKASI MOLLUSCA JENIS KEONG DI PERSAWAHAN DESA LAMBUR LUAR SKRIPSI Oleh DEDE RANGGA WIJAYA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "(1)IDENTIFIKASI MOLLUSCA JENIS KEONG DI PERSAWAHAN DESA LAMBUR LUAR SKRIPSI Oleh DEDE RANGGA WIJAYA NIM"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI MOLLUSCA JENIS KEONG DI PERSAWAHAN DESA LAMBUR LUAR

SKRIPSI

Oleh

DEDE RANGGA WIJAYA NIM. TB. 131033

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

(2)

IDENTIFIKASI MOLLUSCA JENIS KEONG DI PERSAWAHAN DESA LAMBUR LUAR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

DEDE RANGGA WIJAYA NIM. TB. 131033

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur berkat kehadirat Allah SWT, atas segala kenikmatan dan kesempatan yang selalu diberikan ditengah-tengah perjalanan hidup hamba-Nya. Shalawat

teriring salam tidak lupa pula selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang cinta dan setianya berpendar-pendar sehingga terciptalah

kedamaian sebagaimana yang telah diajarkannya, atas nikmat yang diberikan Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Yang paling utama dari segalanya..Sembah Sujud Serta Syukur Kepada Allah SWT. Taburan Cinta dan Kasih Sayang-Mu telah memberiku kekuatan,

membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta.

Saya persembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat aku sayangi dan aku cintai, sebagai tanda baktiku, hormatku, dan rasa terima kasihku terhadap

orang yang saya cintai. Aku persembahkan karya kecilku kepada AYAHANDA ku (KAHARUDDIN ANDRI) yang telah mengorbankan jiwa raganya hanya

untuk kepentingan anak-anaknya dan IBUNDAKU (MELFA HIDAYATI PASARIBU) meski engkau telah tiada, namun pengorbananmu dan kasih sayangmu takkan lekang oleh waktu. Dan teruntuk saudarku kakak ( eka, fitri, leni dan bayu) serta adindaku ( rezha ) terima kasih atas doa dan bantuan kalian,

hanya karya kecil ini yang dapat kupersembahkan.

Teruntuk dosen-dosenku terima kasih atas segala arahan dan bimbigan yang telah kau berikan kepadaku, dan teman seperjuangku (STC SQUAD) terima kasih atas

dukungan, doa, nasehat, dan semangat yang telah kalian berikan.

Untuk tujuan yang ingin dicapai, dan untuk impian yang dikejar, maka terusla berjuang belajar, berusaha dan berdoa.

‘Amin, Amin Ya Robbal Alamin’

(8)

MOTTO

ۖ ٍءاَم ْنِم ٍةهباَد هلُك َقَلَخ ُ هاللَّ َو ْمُهْنِم َو ِنْيَلْج ِر ٰىَلَع يِشْمَي ْنَم ْمُهْنِم َو ِهِنْطَب ٰىَلَع يِشْمَي ْنَم ْمُهْنِمَف

(٤٥:رونلا) ريِدَق ٍءْيَش ِ لُك ٰىَلَع َ هاللَّ هنِإ ۚ ُءاَشَي اَم ُ هاللَّ ُقُلْخَي ۚ ٍعَب ْرَأ ٰىَلَع يِشْمَي ْنَم

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

( Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta, Depag. RI 1987 hal 552 )

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha ‘Alim yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas iradahnya hingga skripsi ini dapat dirampungkan, salawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW pembawa risalah pencerahan bagi manusia.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat akademik guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

3. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I selaku Wakil Dekan I dan Bapak Dr.

Zawaqi Afdhal Jamil, M.Pd.I selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. H.

Kemas Imron Rosyadi, M.Pd. selaku Wakil Dekan III. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

4. Bapak Drs. Alfian, M.Pd selaku Pembimbing I dan Ibu Reny Safita, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat mahasiswa Tahun Masuk 2013 yang telah menjadi patner diskusi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan motivasi tiada henti hingga menjadi kekuatan pendorong bagi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

Akhirnya semoga Allah. S.W.T berkenan membalas segala kebaikan dan amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu penulis pada khususnya dan pada pembaca umumnya.

Jambi, 16 Oktober 2018 Penulis

Dede Rangga Wijaya

NIM. TB.131 033

(10)

ABSTRAK

Nama : Dede Rangga Wijaya Program studi : Pendidikan Biologi

Judul : Keanekaragaman Mollusca Jenis Keong (Achatina fulica) Di Persawahan Desa Lambur Luar

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data jenis-jenis keong apa saja yang ada dan mengetahui keanekaragaman keong sawah (Achatina fulica) yang terdapat di persawahan Desa Lambur Luar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan penempatan plot dilakukan secara purposive sampling berdasarkan umur tanaman padi menggunakan kuadrat plot yang diletakkan secara acak beraturan (ordinal sampling). Dari hasil penelitian ini didapat bahwa jenis moluska ordo gastropoda yang terkoleksi dari 4 plot di persawahan Desa Lambur Luar terdapattigajenisyaitu, Achatina fulica, helix pomatia, dan pomacea canalicula. Dan keanekaragaman jenis keong sawah (achatinafulica) tertinggi pada pengambilan data ketiga dengan nilai indeks 2,05 H.

Kata kunci : Keanekaragaman Mollusca, Persawahan Desa Lambur Luar

(11)

ABSTRACT

Name : Dede Rangga Wijaya Study Program : Biology Education

Title: The Diversity of Mollusca Snail Type (Achatina fulica) in Rice Field of Lambur Luar Village

This research aims to obtain data on what types of snails are available and find out the diversity of rice field snails (Achatina fulica) in Lambur Luar village. This research used survey method and plot placement is done by purposive sampling based on the age of rice plants using the square of the plot placed randomly ragularly (ordinal sampling). From the result of this research, it was found that the type of mollusca of the order of gastropods collected from 4 plots in the rice fields of Lambur Luar village were 3 types, namely Achatina fulica, helix pomatia, and pomacea canalicuai. And varieties of rice field snail (Achatina fulica) the highest is the third data collection with an index value of 2,05 H.

Keywords: The Diversity of Mollusca, Rice Field of Lambur Luar Village

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

NOTA DINAS ...ii

PENGESAHAN ...iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ...v

PERSEMBAHAN ...vi

MOTTO...vii

KATA PENGANTAR ...viii

ABSTRAK ...ix

ABSTRACT ...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...8

C. Rumusan Masalah ...8

D. Tujuan Penelitian ...9

E. Manfaat Penelitian ...9

F. Ruang Lingkup Penelitian ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ...10

1. Keanekaragaman Hayati ...10

2. Taksonomi Keong ...14

3. Taksonomi Padi ...19

B. Hasil Penelitian Yang Relevan...20

C. Kerangka Pikir ...22

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...24

B. Metode dan Desain Penelitian...24

C. Tehnik Pengumpulan Data...25

1. Alat dan Bahan ...25

2. Pengumpulan Data ...25

(13)

a. Observasi ...26

b. Wawancara ...26

c. Dokumentasi ...26

d. Pengambilan spesimen ...27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...29

B. Pembahasan...36

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...38

B. Saran ...38

DAFTAR PUSTAKA ...39 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Komposisi Penggunaan Lahan Desa Lambur ... 3 Tabel II.1 Diagram Alir Penelitian ...23 Tabel III.1 Lokasi pengambilan sampel ...25

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1Morfologi Achatina fulica... 30

Gambar IV.2 Morfologi dan keterangan ... 31

Gambar IV.3 Morfologi Helix pomatia ... 32

Gambar IV.4 Keong Mas. ... 34

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jambi merupakan salah satu provinsi yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dengan kondisi tanahyang mempunyai kandungan unsur hara yang baik sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman. Salah satu produk hortikultura (tanaman yang dibudidayakan) yang menjadi unggulan dalam sektor pertanian di provinsi jambi adalah padi (Oriza sativa).

Jambi merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di pulau Sumatra. Secara geografis terletak antara 0,45° Lintang Utara, 2,45° Lintang Selatan dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Selat Berhala, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu.

Kondisi geografis yang cukup strategis diantara kota-kota lain di provinsi sekitarnya membuat peran provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah. Kebutuhan industri dan masyarakat di kota-kota sekelilingnya didukung suplai bahan baku dan bahan kebutuhan dari provinsi ini (Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2013).

Luas Provinsi Jambi 53.435 km2 dengan jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2010 berjumlah 3.088.618 jiwa (Data BPS hasil sensus 2010). Jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2006 berjumlah 2.683.289 jiwa (Data SUPAS Proyeksi dari BPS Provinsi Jambi). Jumlah Penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2005 sebesar 2.657.536 (data SUSENAS) atau dengan tingkat kepadatan 50,22 jiwa/km2.Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 0,96% dengan PDRB perkapita Rp 9.523.752,00 angka sementara dari BPS Provinsi jambi untuk tahun 2005, PDRB per kapita sebesar Rp 8.462.353. Sedangkan sebanyak 46,88% dari jumlah tenaga kerja Provinsi Jambi bekerja pada sektor pertanian, perkebunan

(17)

dan perikanan 21,58% pada sektor perdagangan dan 12,58% pada sektor jasa.

Dengan kondisi tenaga kerja yang sebagian besar masyarakat di provinsi ini sangat tergantung pada hasil pertanian, perkebunan sehingga menjadikan upaya pemerintah daerah maupun pusat untuk mensejahterakan masyarakat melalui pengembangan sektor pertanian (Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2013).

Desa lambur memiliki luas daratan lebih kurang 6.400 Ha yang sebagian besar masih merupakan semak belukar. Kebun kelapa dan pertanian sawah merupakan ciri pertanian yang utama (RPJMDES 2011 – 2015), Desa Lambur Luar merupakan tempat tinggal asal peneliti yang hampir seluruh masyarakatnya mempunyai persawahan sendiri. Sejauh ini persawahan masyarakat di Desa Lambur Kecamatan Muara Sabak Timur hanya digunakan sebagai sumber mata pencarian untuk menopang ekonomi keluarga tanpa disadari persawahan masyarakat ini bisa bermanfaat di bidang pendidikan misalnya pada mata pelajaran biologi dijadikan sebagai Laboratorium ataupun sebagai media belajar.

Salah satu mata pencaharian utama penduduk desa Lambur adalah petani, pekebun dan nelayan sehingga desa ini menunjukkan ciri khas sebagai desa pertanian padi, persawahan dan perikanan/laut. Lebih dari separuh (52, 30%) penduduk desa Lambur merupakan petani padi, pekebun (kelapa) sekitar (9, 20%) dan sekitar 27, 57% merupakan nelayan. Perkembangan usaha penggilingan padi, kopra dan pengusaha ikan dan udang sehingga (0, 55%) penduduk bekerja sebagai pengusaha/toke sedangkan sisanya sekitar 1,0% bekerja sebagai pegawai negeri (guru dan pegawai kesehatan) dan pedagang, TNI, Polri dan Tukang. Sumber pendapatan lain masyarakat desa di luar sektor pertanian dan perikanan laut adalah usaha rumah walet dan perdagangan (RPMJDES Desa Lambur, 2011 - 2015).

Dapat dilihat pada table 1.1, dimana penggunaan lahan pada desa lambur luar

(18)

Tabel I.1. Komposisi Penggunaan Lahan Desa Lambur

No Penggunaa Luas Persentase

1 Pemukiman 599 9,36

2 Ladang/sawah 413 6,55

3 Kebun kelapa 738 11,53

4 Hutan bakau 27,4 0,43

5 Lahan tidur 310 4,84

6 Kantor/sekolah/mesjid 20,35 0,32

7 Jalan 30,4 0,47

8 Sungai 3848 60,12

9 Pemakaman umum 4,5 0,07

10 Lapangan olahraga 3 0,05

11 Gedung walet 5,9 0,09

12 Penggilingan padi 27,4 0,43

13 Belukar 367,05 5,74

Jumlah 6.400 100

Persawahan merupakan salah satu tempat hidup berbagai macam keong di antara keong-keong tersebut ada yang bersifat mengganggu pertumbuhan tanaman padi sehingga produktivitas pada lahan persawahan berkurang, salah satunya ada ordo Ampullariinae dan mesogastropoda yang bersifat hama pada tanaman padi. Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomi merugikan manusia. Maka dari itu peneliti ingin memanfaatkan lahan perkebunan yang ada di Desa Lambur Luar Kecamatan Muara Sabak Timur sebagai objek penelitian keanekaragaman keongordo gastropoda yang hidup di dalam perkebunan tersebut.

Molusca merupakan golongan hewan yang dominan kedua di bumi setelah Artrophoda. Dalam jumlah, mereka melebihi semua hewan melata daratan lainnya dan mereka terdapat dimana-mana.Jumlah spesiesnya sekitar 50.000-110.000 spesies yang masih hidup dan 35.000 spesies fosil (pecheni 2000). Karena alasan ini membuat keong berhasil dalam mempertahankan

(19)

keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya.

Menurut Dally et all., dalam Ewusie (1990) keong adalah salah satu anggota kerajaan hewan yang mempunyai jumlah anggota hampir lebih dari 60 % anggota hewan masuk kedalam golongan keong. Jadi ekologi keong adalah keseluruhan pola hubungan timbal balik keong dengan lingkungannya yang merupakan faktor biotik dan abiotik. Keong dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (keong jenis ini yang terbanyak anggotanya), sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada tumbuhan), dan sebagai penular (vector) bibit penyakit tertentu (Putra, 1994).

Bila mendengar nama keong, maka selalu diidentikkan dengan hama di bidang pertanian, disebabkan banyak keong yang bersifat merugikan. Mereka menyerang berbagai tumbuh-tumbuhan dan tanaman yang bernilai bagi manusia. Salah satu tanaman yang sering diganggu keong adalah tanaman padi dan tumbuhan lainnya. Saya yakin masyarakat semua tentu sudah mengenal yang namanya keong atau siput. Namun mungkin tidak semua dari masyarakat tahu bahwa binatang ini sering dianggap hama bagi kalangan petani karena ia sering memakan daun tunas dan batang tanaman.Kehadiran keong sering kali dikeluhkan oleh para petani padi karena ia akan memakan tanaman padi yang berumur kurang dari 1 bulan. Selain itu di ladang dan kebun maka bekicot lah yang sering dianggap sebagai hama pemakan daun tanaman palawija. Sebenarnya keong dan bekicot juga memakan rumput dan gulma liar yang tunasnya hijau segar, namun seiring berkurangnya lahan bebas menyebabkan binatang-binatang ini mencari makan hingga masuk ke areal tanam para petani. Jika jumlahnya sedikit mungkin masih bisa diambil dengan tangan lalu dikumpulkan dan dikubur atau dibuang. Masalah timbul jika ternyata jumlah keong dan bekicot menjadi sangat banyak menyerang tanaman.

Keong merupakan binatang bertulang diluar yaitu cangkangnya sebagai tulang pelindung. Ia memiliki lendir dan kemampuan elastisitas tubuh yang

(20)

tinggi sehingga memungkinkan ia bergerak meski lambat. Siput sendiri dikenal masyarakat dengan dua tipe yakni siput air (keong) dan siput darat (bekicot). Kedua binatang ini merupakan herbivora yang memakan daun dan pucuk muda tanaman. Namun kita juga perlu tahu bahwa di darat ada juga siput tak bercangkang yang kadang salah disebut lintah. Untuk siput air atau lebih dikenal dengan keong, maka ia bergerak aktif baik siang maupun malam karena air disekelilingnya bisa menstabilkan suhu tubuhnya yang naik saat terik siang. Berbeda halnya dengan bekicot (siput darat) ia hanya aktif di sore hingga pagi hari dikarenakan ia tak kuat pada panas matahari dan memilih bersembunyi ditempat teduh atau gelap disiang hari.

Namun jika cuaca mendung atau hujan sepanjang siang, maka bekicot akan keluar aktif lagi. Anda mungkin tak tahu bahwa nafsu makan siput sangatlah besar guna mempercepat pertumbuhan tubuhnya. Ia juga tergolong hewan hermaprodit yang mampu berkembang biak tanpa adanya perkawinan.

Kecepatan makannya inilah yang kadang membuatnya menyerang tanaman dimusim kemarau ketika rumput dan gulma banyak yang kering. Keong Mas adalah tergolong hama baru di Indonesia. Keong dewasa meletakkan telor 2-3 x pada tanaman padi dewasa , pada tanaman lain atau pada pohon kayu, rumput atau dimana saja yang tidak tergenang.

Keong ini bisa bertahan hidup sampai 3 tahun pada semua kondisi baik musim hujan maupun pada musim kemarau yang tidak ada tanaman dan berkembang biak dengan cepat. Hama ini sangat merugikan, karena keong muda dan tua menyerang/memakan daun, batang dan akar tanaman padi yang masih muda dibawah umur 15 hari setelah tanam sehingga jika serangan berat dalam waktu singkat akan menghancurkan semua tanaman padi yg baru ditanam.

Masyarakat desa lambur banyak yang tidak mengetahui bahwa Ada banyak sekali manfaat keong sawah bagi kesehatan manusia. Namun karena minimnya informasi yang berkembang di masyarakat, ahirnya manfaat keong sawah yang sangat besarpun kurang ter ekspor. Sehingga hal ini juga mempengaruhi minat masyarakat untuk memproduksi atau menjadikan keong

(21)

sawah sebagai salah satu peluang usaha. Sungguh hal ini sangat di sayangkan, padahal manfaat keong sawah bagi kesehatan kita sangatlah banyak.

Walaupun manfaat keong sawah bagi kesehatan diluar dugaan kita, namun kita harus tetap berhati-hati dalam mengkonsumsi keong sawah.

Karena kong sawah terbagi menjadi dua jenis, sayaitu keong sawah beracun dan keong sawah tidak beracun. Jenis keong yang kedua inilah keong sawah yang aman untuk kita konsumsi dagingnya. Keong sawah yang tidak beracun dengan sebutan Keong Tutut. Tutut memiliki nama latin (Pila ampullacea).

Keong tutut ini banyak kita jumpai di area persawahan. Sehingga masyarakat sekitar menyebut keong ini dengan nama keong sawah. Sungguh sangat luar biasa, keong yang selama ini dianggap sepele oleh sebagian besar masyarkat, malah memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi. Kandungan gizi keong tutut sangat baik bagi tubuh manusia apalagi untuk mereka yang sedang mengalami masa pertumbuhan. Kandungan gizi dalam 100 gram daging keong diantaranya adalah: Kalsium 217 mg, protein 12%, air 81 gram, kalori 90 kalori, kolesterol 50 mg, lemak 1 gram, sodium 70 mg, karbohidrat 2 gram, vitamin A 2% dan niacin (asosiasi bekicot Indonesia).

Setelah kita mengetahui kandungan gizi yang sangat tinggi dalam keong sawah, marilah kita pelajari manfaat apa saja yang bisa kita dapatkan dengan mengkonsumi daging keong sawah atau tutut. Jantung merupakan organ yang sangat vital dalam tubuh manusia. Jantung berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Namun ahir-ahir ini penyakit jantung banyak terjadi pada masyarakat. Tentu saja hal tersebut di sebabkan oleh pola makan yang kurang sehat, kurang olahraga dan masih banyak faktor lainnya. Daging keong sawah atau tutut dapat membantu memelihara kesehatan jantung kita.

Kandungan kalsium dalam daging keong sawah tutut sangat berpengaruh bagi kesehatan tubuh manusia. Kalsium ini akan menjaga kerja jantung agar bisa bekerja dengan normal. Sehingga detak jantung teratur dan darah bisa mengalir dengan lancar. Selain itu, kalsium yang terkandung dalam daging keong juga sangat di butuhkan oleh tubuh untuk membantu pertumbuhan tulang dan gigi. Jika tulang dan gigi sehat maka resiko serangan osteoporosi

(22)

dapat di hindari. Osteoporosis ini terjadi karena pelepasan kalsium pada tulang lebih besar dari pada penyerapan kalsium.

Selain dapat menjaga kesehatan jantung dan mencegah penyakit osteoporosis, kalsium yang terdapat dalam daging keong juga berperan sebagai anti oksidan. Anti oksidan ini akan memperkuat daya tahan tubuh untuk melawan radikal bebas yang berasal dari luar tubuh. Dengan ini kita bisa tahu bahwa manfaat keong sawah untuk kesehatan manusia itu sangat banyak. Mengkonsumsi daging keong tutut saat ibu hamil, merupakan salah satu cara untuk memenuhi asupan protein. Karena kandungan protein dalam daging keong sangat di butuhkan oleh sang ibu dan janin. Protein sangat diperlukan oleh ibu hamil untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan janin. Protein berperan dalam pembentukan oragan-oragan penting dalam tubuh janin, seperti paru-paru, jantung, tulang, otot dan otak. Saat ibu hamil, asupan protein yang diperlukan oleh ibu hamil yaitu 75 gram per hari.

Dengan asupan protein yang cukup pada masa kehamilan, akan membantu ibu untuk memiliki bayi yang sehat dan normal. Selain membantu pertumbuhan janin, protein juga membantu mengurangi depresi saat ibu sedang hamil. Saat kondisi sedang hamil, tubuh ibu membutuhkan asupan nutrisi yang lebih banyak dibandingkan saat kondisi normal. Protein semakin di butuhkan sang ibu saat tiga bulan terahir masa kehamilan untuk mencegah depresi akibat kondisi janin yang semakin berat dan merasa kelelahan. Selain asupan protein, ibu hamil juga harus menncukupi nutrisinya dengan mengkonsumsi omega 3 dan 6 agar gizi tetap seimbang.

Selain itu omega 3 dan 6 juga berperan dalam mendukung kecerdasan sang anak. Tidak hanya itu. Protein akan membatu ibu hamil untuk memelihara sel tubuh agar tetap sehat. Protein akan membatu menganti sel- sel tubuh yang rusak atau sudah mati dengan sel tubuh yang baru.Untuk menjaga kesehatan mata agar tetap sehat, maka kita harus rajin mengkonsumsi buah dan sayur yang banyak mengandung vitamin A. Vitamin A memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga kesehatan mata.

Ternyata vitamin A tidak hanya bersumber dari buah dan sayur saja. Namun

(23)

kita juga bisa mendapatkan asupan vitamin A dari daging keong yang memiliki rasa sangat gurih. Kita dapat melihat karena ada pantulan cahaya dari benda-benda di sekitar. Vitamin A membantu kerja retina mata yang berfungsi menyalurkan objek yang diterima menuju ke otak sebagai sebuah gambar. Dalam hal ini, senyawa yang berperan adalah Retinol. Selain menjaga kesehatan mata, vitamin A dari daging keong juga berfunsi sebagai antioksidan. Seperti yang kita ketahui, salah satu bentuk vitamin A yang dikenal adalah Beta Karotin. Beta Kaotin berperan sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, entah itu yang berasal dari oksidasi tubuh dari dalam tubuh atau polusi udara yang berasal dari luar tubuh.

Vitamin A yang berasal dari daging keong sawah atau tutut, juga bermanfaat untuk memperkuat sistem imun atau sistem kekebalan tubuh.

Sistem ini, akan menjaga tubuh dari berbagai serangan virus, bakteri, jamur dan patogen.

Tanaman padi ini dibudidayakan oleh masyarakat pedesaan di Kecamatan Muara Sabak Timur sebagai mata pencaharian dan mampu menopang kehidupan keluarganya. Berdasarkan uraian diatas, karena belum pernah dilakukan, sehingga peneliti ini tertarik meneliti dengan judul penelitian “Keanekaragaman Mollusca Jenis Keong (Achatina Fulica) di Persawahan Desa Lambur Luar

B. Identifikasi Masalah

1. Terdapat banyak keong di kawasan persawahan desa lambur luar yang belum pernah di identifikasikan.

2. Belum adanya pengetahuan petani tentang kegunaan dan kerugian yang di akibatkan keong di kawasan persawahan desa lambur luar.

C. Rumusan Masalah

1. Jenis keong apa saja yang terdapat di persawahan desa lambur luar?

2. Bagaimana keanekaragaman keong sawah yang terdapat di persawahan desa lambur luar ?

(24)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan jenis-jenis keong apa saja yang terdapat di persawahan desa lambur luar ?

2. Untuk mengetahui keanekaragaman keong sawah yang terdapat di persawahan desa lambur luar ?

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini dilakukan baik manfaat dalam hal teoritis maupun praktis adalah:

1. Manfaat dalam hal teoritis adalah: Data hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan penelitian keanekaragaman bekicot (Achatina fulica) di daerah persawahan desa lambur luar.

2. Manfaat dalam hal praktis yaitu: Petani dapat mengetahui keragaman dan manfaat bekicot (Achatina fulica) yang terdapat didaerah persawahan desa lambur luar.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai ketertarikan dengan masalah penelitian yang sama desa lambur luar.

4. Sebagai salah satu bahan untuk memperoleh gelar sarjana bagi peneliti.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di area persawahan Desa Lambur luar Kecamatan Muara Sabak Timur sebagai mata pencaharian dan mampu menopang kehidupan keluarganya dengan bertani. di Provinsi Jambi yang berada pada titik kordinat 1036’31.66”S - 103031’04.55”T dengan ketinggian 50 m di atas permukaan laut .Pengambilan data dilakukan sebanyak lima kali pengulangan pada pagi hari pukul 07.00 hingga 12.00 siang dan 13.00 hingga 17.00.Identifikasi dilakukan berdasarkan karaktermorfologi hingga tingkat genus di Laboratorium Terpadu UIN STS Jambi dengan buku kunci determinasi.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah semua kehidupan di atas bumi ini (tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme) serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi tempat mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya (Bauquni, 2007).

Keanekaragaman hayati adalah variabilitas antara makhluk hidup dari semua sumber daya, sepuluh persen dari ekosistem alam berupa suaka alam, suaka marga satwa, taman nasional, hutan lindung dan sebagian lagi digunakan untuk kepentingan pembudidayaan plasma nutfah (Arief, 2001).

Keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman berbagai organisme yang meliputi keanekaragaman semua sumber daya alam hayati meliputi antara lain daratan, lautan, ekosistem perairan lainnya, dan kompleksitas ekologinya, termasuk keanekaragaman dalam spesies, antar spesies, dan ekosistem KEMENTAN (2011) dalam Febriana (2012).

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah jumlah jenis yang dapat ditinjau dari tiga tingkat sebagai berikut :

a. Pada tingkat gen dan kromosom yang merupakan pembawa sifat keturunan.

b. Pada tingkat jenis yaitu berbagai golongan makhluk yang mempunyai susunan gen tertentu.

c. Pada tingkat ekosistem atau ekologi yaitu tempat jenis itu melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor biotik dan abiotik (Irwan, 1992).

(26)

Makin besar jumlah jenis, makin besar pula keanekaragaman hayati.

Melalui evolusi yang terus-menerus terjadi pula kepunahan. Bila jenis baru terjadi lebih banyak dari kepunahan maka keanekaragaman hayati bertambah. Sebaliknya jika kepunahan terjadi lebih banyak dari terbentuknya jenis baru, maka keanekaragaman hayati akan menurun.

Untuk pelestarian lingkungan keanekaragaman sebagai sumber alam hayati karena :

a. Merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan atau ekosistem.

b. Mampu merangkai satu unsur dengan unsur tatanan lingkungan yang lain.

c. Dapat menunjang tatanan lingkungan itu sehingga menjadikan lingkungan alam ini suatu lingkungan hidup yang mampu memberikan kebutuhan makhluk hidupnya.

Banyak populasi spesies telah berkurang sampai ke jumlah yang sangat rendah akibat perubahan habitat oleh aktifitas manusia. Dampak dari aktifitas manusia dapat memberikan dampak buruk bagi kelangsungan hidup tiap spesies pada kawasan tersebut dan perlu adanya usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Keanekaragaman hayati dapat ditandai dengan adanya makhluk hidup yang beranekaragam pula.

Ada tujuh bidang yang menjadi fokus pelaksanaan upaya pelestarian plasma nutfah, Sukarsa (2006) dalam Febriana (2012) :

a. Mengurangi laju kemerosotan komponen-komponen keanekaragam hayati.

b. Mendorong pemanfaatan secara berkelajutan.

(27)

c. Memberikan perhatian kepada ancaman terhadap keanekaragaman hayati, termasuk gangguan dari spesies asing yang menggeser spesies asli, perubahan iklim, pencemaran dan perubaha habitat.

d. Mempertahankan integrasi ekosistem dan penyedian barang dan jasa dari keanekaragaman hayati dalam ekosistem.

e. Melindungi pengetahuan, inovasi, praktek-praktek tradisional.

f. Menjamin pembagian keuntungan secara adil dan merata yang di hasilkan dari pemanfaatan sumber daya genetik.

g. Sumber-sumber dana dan teknis untuk pelaksanaan konvensi mengenai keanekaragaman hayati.

Indeks keanekaragaman dapat digunakan dalam menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis terdiri dari dua komponen yaitu Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan kekayaan spesies dan Kesamaan spesies, menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies tersebut (yaitu jumlah individu, biomassa, tanaman penutup tanah) tersebar antara banyak spesies tersebut.

Molusa dalam dunia hewan merupaan filum terbesar kedua setelah Arthropoda. Jumlah spesiesnya seitar 50.000-110.000 spesies yang masih hidup dan 35.000 spesies fosil (pecheni 2000).

Jadi ekologi keong adalah keseluruhan pola hubungan timbal balik keong dengan lingkungannya yang merupakan faktor abiotik. Kajian ekologi memungkinkan kita memahami komunitas secara keseluruhan. Supaya dapat memastikan kenyataan ini perlu diadakan penelitian.

Keanekaragaman jenis adalah sifat komunitas yang diperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya. Untuk memperoleh keanekaragaman cukup diperlukan mengenal dan membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi secara mendetail tentang keong tersebut. Dalam ekosistem alami semua makhluk

(28)

hidup berada dalam keadaan seimbang dan saling mengendalikan sehingga tidak terjadi hama, di ekosistem alamiah keanekaragaman jenis sangat tinggi.

Tingkat keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah hama. Sistem peranaman yang beranekaragam akan berpengaruh terhadap populasi hama (Michael, 1995). Beberapa faktor yang saling berkaitan untuk menentukan derajat naik turunnya keanekaragaman jenis, adalah:

a. Waktu, keanekaragaman komunitas bertambah sejalan waktu.

b. Heterogenitas ruang, semakin heterogen keadaan suatu lingkungan fisik maka semakin tinggi keragamannya.

c. Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme membutuhkan sumber yang sama yang ketersediaanya terbatas.

d. Pemasangan, yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda di bawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabla intensitas dari pemasangan terlalu tinggi atau rendah dapat menurunkan keragaman.

e. Kestabilan iklim, makin stabil iklim akan lebih mendukung bagi keberlangsungan evolusi.

f. Produktivitas, merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi (Michael, 1995).

Keenam faktor yang telah dipaparkan di atas saling berinteraksi untuk menetapkan keanekaragaman jenis dalam komunitas yang berbeda.

Keanekaragaman ini sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam akibat turut campur tangannya manusia (Michael, 1995).

Kelimpahan individu dan kekayaan spesies keong diperoleh pada setiap lahan saat melakukan penelitian keanekaragaman akan jelas terlihat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat

(29)

disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman, keadaan cuaca saat pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel dan keadaan habitat di sekitar tanaman (Rizali, Buchori dan Triwidodo, 2002).

Faktor-faktor yang mengatur kepadatan suatu populasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain:persaingan antar individu dalam suatu populasi atau dengan spesies lain, perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan makanan, serangan predator/penyakit, emigrasi, faktor iklim misalnya cuaca, suhu dan kelembaban. Sedangkan faktor internal perubahan genetik dari populasi. Oka (1995)

2. Taksonomi Keong

Keong adalah salah satu jenis hewan yang tergolong kedalam moluska yakni ordo gastropoda. Tubuh gastropoda sangat berfariasi dalam bentuk dan ukurannya. Gastropoda memilii cangang tunggal berulir, kepala yang berkembang baik, dilengkapi dengan tentakel dan mata. Kaki lebar dan berotot untuk merayap dan mendukung massa viseral (pechenik 2000).

Keong dewasa memiliki tinggi sekitar 7 cm (2,5 inci), dan mereka dapat mencapai panjang 20 cm (8 inci) atau lebih. Cangkang bentuknya kerucut, yang luasnya dua kali lipat dari tinggi tubuhnya.Cangkang bentuknya searah jarum jam (sinistral) atau berlawanan arah dari jarum jam.Warna cangkang sangat variabel, dan bergantung pada makanan.Biasanya, coklat adalah warna utama dan cangkang terikat.

Achatina fulica merupakan protandrous wadam.Dewasa laki-laki dan perempuan memiliki organ seksual, dengan laki-laki organ maturing sebelumnya. Kematangan seksual laki-laki terjadi dalam waktu kurang dari satu tahun, kadang-kadang sebagai muda sebagai lima bulan. Setelah persetubuhan mereka dapat menyimpan sperma, membuat telur-turut setelah peletakan mungkin hanya satu perkawinan. Beberapa ratus telur per kopling mungkin diungkapkan.

(30)

Mereka adalah telur warna kekuning-kuningan-putih ke kuning, agak oval dengan bentuk dan ukuran 4 hingga 5,5 mm (kurang lebih ¼ inci) dan panjang sekitar 4 mm lebar. Shell mungkin ukuran hingga 20 cm (8 inci) dan panjang 12 cm (hampir 5 inci) di diameter maksimum. Umumnya terdapat tujuh dengan sembilan whorls dan jarang sebanyak sepuluh whorls. Achatina fulica lebih lingkungan yang kaya akan kalsium carbonate, seperti batu gamping, marl, dan dibangun atas tempat terdapat banyak semen atau beton..Kapur di daerah-daerah yang kaya kerang orang dewasa cenderung kental dan kabur.Remaja umumnya memiliki tipis, shell lebih jelas dan lebih rapuh.Perlu dicatat bahwa bahkan di posting ini berhubung dgn lembaga-ciri remaja yang dipotong columella sudah jelas. Setelah muncul dari kulit telur panjang pos-berhubung dgn lembaga remaja shell tindakan sekitar 4 mm (sekitar 1 / 6 inci). Walaupun shell pewarnaan variabel mungkin karena kondisi lingkungan dan gizi, umumnya adalah cokelat kemerahan dengan cahaya kekuning-kuningan, vertikal (aksial) streaks. Shell dua warna tidak berbeda dari satu sama lain dan agak buram atau bimbang dalam tampilan.

Lain shell variasi warna menyerupai cahaya warna kopi.

Warna secara perlahan dengan usia di awal whorls muncul terang atau kurang kuat, menjadi gelap dan lebih bersemangat terdekat badan ulir. Tubuh hewan yang hidup ini memiliki dua pasang tentacles, satu rendah singkat pasangan yang berkenaan dgn peraba dan chemotactic, dan satu lagi atas pasangan dengan bintik-bintik pada mata tips. Tubuh itu sendiri lembab, berlumpur dan elastis.Tubuh pewarnaan dapat berupa burik coklat atau lebih jarang yang pucat warna cream.Footsole adalah yang rata, dengan kasar tubercles paling nyata laterally di atas permukaan tubuh diperpanjang.

Dengan garis-besar, shell Mei agak berbeda, bahkan di dalam satu koloni, dari lanjai ke cukupan obese. Spesimen yang lebih luas dengan jumlah yang sama whorls cenderung singkat di shell panjang. Shell biasanya conically khas narrowed runcing dan ditarik keluar tapi hampir di puncak. Yang akan dibulatkan whorls terkesan dengan cukupan sutures antara whorls.

(31)

Kecepatan rana yang relatif singkat dan memiliki ovate-bentuk semi bulan.Adalah bibir yang tajam, cembung, tipis dan merata ke laur biasa semi elips. Shell permukaan relatif halus, dengan pertumbuhan kusam aksial baris.

Salah satu yang paling penting identifikasi fitur Achatina fulica merupakan columella yang truncates atau tiba-tiba berakhir, fitur jelas sepanjang sisa jangka hidup dari siput. Columella yang umumnya kelung; kurang concaved columella cenderung agak sinting. Kerang yang lebih luas cenderung memiliki lebih cekung columella. The columella dan parietal belulang yang kebiru-biruan atau putih-putih tanpa jejak dari pink.

Morfologi Gastropoda terwujud dalam cangkangnya yang digunakan untuk melindungi diri dari ancaman bahaya. Umumnya cangkang yang melingkar-lingkar itu memilin ke kanan searah putaran jarum jam bila dilihat dari ujungnya yang runcing, namun ada pula yang memilin ke kiri.

Pertumbuhan cangkang yang melilin bagai spiral disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam (Nontji, 1987, h. 161). Cangkang Gastropoda terdiri atas tiga lapisan, yaitu periostrakum, prismatik, dan nakreus. Periostrakum merupakan lapisan terluar dan tipis, prismatik merupakan lapisan tengah, tebal, dan mengandung zat kapur, sedangkan nakreus merupakan lapisan terdalam dan tipis dan warna cangkang Gastropoda berasal dari lapisan periostrakum (Barnes, 1994 dalam Andrianna, 2016, h.14). Struktur umum cangkang Gastropoda terdiri atas: Apex (puncak atau ujung cangkang), Aperture: (lubang tempat keluar masuknya kepala dan kaki),Operculum (penutup cangkang), sebelum (body whorl), Suture (garis yang terbentuk oleh perlekatan antar spire), Umbilicus (lubang yang terdapat di ujung kolumela (pusat putaran cangkang).

Ukuran dewasa yang mencapai sekitar enam bulan, yang kemudian akan memperlambat pertumbuhan tetapi tidak pernah berhenti. Harapan Hidup umumnya lima atau enam tahun dalam tahanan, tetapi untuk hidup snails Mei hingga sepuluh tahun. Mereka aktif di malam hari dan menghabiskan hari terkubur di bawah tanah. East African Land Snail mampu

(32)

aestivating untuk sampai tiga tahun pada saat kemarau ekstrim, sealing sendiri ke dalam tempurung oleh keluarnya dari calcerous kompleks yang dries pada kontak dengan udara. Ini adalah kedap; siput yang tidak akan kehilangan apapun air selama periode ini.

Keong terkenal sebagai organisme yang memiliki kemampuan hidup tingkat tinggi dan mampu bertahan dari segala kondisi lingkungan yang ekstrem seperti kekeringan, musim dingin, hujan, panas, dan hal-hal lain.

Secara formal siklus hidup merupakan rantai atau rangkaian biologi yang terjadi selama hidup individu keong. Siklus hidup biasanya dimulai dari deposisi telur dan diakhiri dengan peletakan telur oleh dewasa betina.

Cakupan siklus hidup dibatasi dengan satu generasi. Seiring berevolusinya keong, terdapat kecenderungan umum ke arah makin kompleknya siklus hidup. Dalam bentuk yang lebih maju, kekomplekan ini merupakan hasil dari makin besarnya perbedaan struktur tubuh dan perilaku antara keong muda dan telah menjadi terspesialisasi pada aktivitas makan dan proses tumbuh, sementara itu keong dewasa terspesialisasi pada proses reproduksi dan penyebaran. Berdasarkan derajat kekomplekan dan pola metamorfosis, kita dapat membedakan empat model siklus hidup keong yaitu tidak bermetamorfosis, metamorfosis gradual, metamorfosis tidak sempurna, dan metamorfosis sempurna. Kategori ini dibuat untuk mempermudah pembahasan siklus hidup (Hadi, Tarwojo dan Rahardian, 2009).

Tingkah laku sosial pada keong dijumpai pada beberapa kelompok yaitu keong, cumi, beberapa siput. Keong sosial mempunyai atribut yang umum sebagai pemeliharaan anak bersifat kooperatif, sehingga individu sering memberikan makan anak-anak yang bukan anaknya sendiri, dan terdapat generasi yang tumpang tindih, beberapa anak membantu generasi yang lebih tua dalam memelihara anak lebih lanjut.

Tingkah laku kawin menggunakan komunikasi efektif antar anggota dari jenis kelamin yang berbeda dapat berguna dalam beberapa fungsi:

(33)

1. Sinyal dapat digunakan untuk menarik anggota dari jenis kelamin yang berbeda dari jarak jauh.

2. Pasangan harus mengenal satu sama lain sebagai anggota dari spesies yang sama, yaitu menghindari penghamburan gamet, sebagaimana juga waktu energi, oleh perkawinan yang tidak semestinya.

3. Sinyal dapat digunakan untuk membawa pasangan pada tahap kesediaan atau menyebabkan ia tetap diam selama kopulasi.

4. Keong betina dapat memilih keong jantan yang menghasilkan stimuli yang paling efektif, jadi menjamin bahwa keturunannya menerima gen yang paling unggul (Hadi, Tarwojo dan Rahardian 2009).

Keong adalah anggota dari filum Mollusca. Mollusca terbagi menjadi beberapa subfilum. Subfilum ini adalah gastropoda pelecypoda dan chepalopoda, salah satu di antaranya adalah kelas Molusca ( gastropoda).

Dari beberapa ordo di atas, akan dibahas lebih dalam. Ordo gastropoda termasuk ke dalam golongan Animalia, phylum mollusca. Ordo gastropoda di Indonesia ada yang dinamakan keong. Keong adalah salah satu binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan spesies keong. Ordo gastropoda, diambil dari kata gastro yang berarti perut dan podos yang berarti kaki, maka dapat disimpulkan gastropoda adalah hewan yang memiliki kaki pada perut.

40% dari seluruh spesies keong adalah siput (sekitar 2500 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak diuraikan. Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi keong lain., ( Pracaya, 2007).

Gastropoda berasal dari bahasa Latin gastro (perut) dan podos (kaki), keong ini berkaki diperut. sayap belakangnya seperti selaput. Pada waktu berjalan perut berfungsi untuk menggerkkan tubuh. Perkembangan hidupnya holometabola (telur-imago-dewasa). Tipe mulut imagoyaitu menggigit- mengunyah. imago biasa disebut anakkan, sebagian merupakan perusak akar, penggerek batang, atau hanya makan bahan-bahan organik saja. Imago yang

(34)

dinamakan keong merusak pertanaman padi, padi, jagung, pisang dan sebagainya.(Tjahjadi, 1989).

Berikut ini adalah klasifikasi yang dikenal dengan nama keong mas Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca Kelas : Gastropoda Ordo : Mesogastropoda Famili : Achatinidae Genus : Achatina Spesies : Achatina fulica

3. Taksonomi padi

Sejak dahulu padi dikenal di kepulauan Indonesiadan kepulauan di lautan pasifik. Wajarlah bila para ahli yang menyatakan asal mula tanaman padi dari daerah lautan pasifik (New zeland), china, thailand, india Amerika selatan, atau Indonesia, karena tanaman padi terutama tumbuh baik di daerah Khatulistiwa dengan suhu sekitar 27 derajat celcius. Sebelum Indonesia merdeka (pada tahun 1940), maka produksi padi di luar pulau Jawa mencapai 750.000 ton, yang umumnya diolah menjadi beras dan tepung. Sedangkan produksi dari pulau jawa, sekitar 450.000 ton jadi beras.

Sedangkan produksi dari pulau Jawa, sekitar 450.000 ton kebanyakan dipergunakan untuk keperluan dapur (Suhardiman, 1985).

Hampir semua bagian dari tanaman ini bisa dimanfaatkan manusia.

Batangnya bisa digunakan untuk bahan makanan ternak, akarnya untuk obat, daunnya untuk berbagai anyaman, untuk masakan dan makanan (Soekardi, 2012).

Adapun ciri morfologi padi batangnya mengarah lurus ke atas dan tidak bercabang, tinggi batangnya bisa mencapai 1 m dengan garis tengah 2-3 cm, tergantung iklim, buah padi yang masih berwarna hijau dan yang sudah

(35)

tua warnanya kuning kecoklatan. Seperti tumbuhan monokotil lainnya akar pada padi merupakan akat serabut, akar serabut pertama pada pangkal batang, mendahului tumbuhnya daun yang pertama. Setelah berkecambah selama 3 hari, maka benih akan tumbuh akar pertama dengan panjang 3- 5,cm. Akar-akar serabut bercabang-cabang dan rambut akar berfungsi sebagai pengisap air dan unsur hara tanaman. Pertumbuhan dan pembentukan daun, dimulai sejak biji berkecambah dan pada tingkat pertama di bentuk 4 - 6 helai daun meyirip sedangkan pada tanaman dewasa cukup bnyak daun dengan panjang kurang lebih 1/2 meter . Bunga padi merupakan bunga bulir-bulir yang terletak pada cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang.Malai dapat mencapai 100-200 bunga (Aak,1992).

Padi merupakan keluarga graminae umumya tidak bercabang dan mempunyai berkas yang berbentuk cincin. Daunnya menyirip atau berbentuk rerumputan, mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau juga bagiannya. bunga umumnya keluar dari buku paling atas dinamakan malai. seperti tanaman padi ( Oriza sativadan lain-lain.

Dalam dunia tumbuhan padi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom: Plantae

Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledonae Ordo : poales

Familia : graminae Genus : Oriza linn Spesies : Oriza sativa L

Tanaman padi merupakan jenis tanaman yang paling dikenal, banyak tersebar di daerah tropis. padi dapat tumbuh di pinggir sungai dan dataran tinggi. Tanaman padi membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksinya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan produksi padi antara lain, faktor yang berasal dari udara,

(36)

terutama sinar matahari, temperatur, curah hujan dan kelembapan. Disamping itu faktor yang berasal dari dalam tanah, terutama partikel tanah, jenis tanah dan tersedianya unsur hara di dalam tanah (Suhardiyono, 1988).

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian-penelitian mengenai keanekaragaman jenis keong telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalangan dalam maupun luar negeri. Salah satu studi relevan yang peneliti jadikan acuan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Gevit R. Tambunan, Mena UlyTarigan, dan Lisnawita ( 2012) dalam jurnal dengan judul: “Indeks Keanekaragaman Jenis Keong Pada Peersawahan (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Helvetia Pt. Perkebunan Nusantara II”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keong yang tertangkap pada areal tanaman sawit menghasilkan sebanyak 298 ekor yang terdiri dari 9 ordo dan 29 famili. Sedangkan areal tanaman padi sawit belum menghasilkan sebanyak 367 ekor yang terdiri dari 10 ordo dan 34 famili. Nilai indeks keanekaragaman keong berdasarkan Shanon-Weiner (H`) tertinggi pada areal tanaman menghasilkan sebesar 2,9276 (sedang) dan tanaman sawit belum menghasilkan sebesar 2,9848 (sedang).

Sedangkan nilai Sorensen’s Quotien of Similarity jenis keong pada kedua areal sebesar 79,365%.

2. Almanah Rambe (2009) dalam jurnal dengan judul: “Studi Keanekaragaman Jenis Keong di Areal Pertanaman Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.). Pada Berbagai Umur Tanaman Di Ptpn Iii Kebun Huta Padang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keong yang tertangkap pada areal Tanaman Umur Satu Tahun sebanyak 547 ekor yang terdiri dari 11 ordo dan 37 famili, areal Tanaman Umur Dua Tahun sebanyak 392 ekor yang terdiri dari 10 ordo dan 32 famili, areal Tanaman Umur Tiga Tahun sebanyak 302 ekor yang terdiri dari 10 ordo dan 30 famili, areal tanaman Umur Lima Tahun sebanyak 269 ekor yang terdiri dari 9 ordo dan

(37)

31 famili, areal Tanaman Umur Enam Tahun sebanyak 301 ekor yang terdiri dari 10 ordo dan 29 famili dan areal Tanaman Umur Sembilan Tahun sebanyak 330 ekor yang terdiri dari 9 ordo dan 33 famili. Nilai indeks keragaman keong Shanon-Weiner (H’) tertinggi pada areal tanaman Umur Lima Tahun sebesar 3,3691 (tinggi), pada areal tanaman umur Sembilan Tahun adalah sebesar 3,1368 (Tinggi), areal tanaman umur Dua Tahun sebesar 3,1346 (Tinggi), pada areal tanaman umur Satu Tahun sebesar 3,1057 (Tinggi), sedangkan pada areal tanaman umur Enam Tahun sebesar 3,0060 (Sedang) dan areal tanaman umur Tiga Tahun sebesar 2,8358 (Sedang).

3. Isabella Panjaitan (2010) dalam jurnal dengan judul: “Studi Keanekaragaman Keong Pada Areal Perkebunan Sayur Berdasarkan Topografi Lahan Di Ptpn III Unit Perkebunan Huta Padang”. Hasil peneliitian menunjukkan bahwa keong yang tertangkap pada topografi tanah rata sebanyak 433 imago, yang terdiri dari 13 ordo dan 38 famili, pada topografi rendahan keong yang tertangkap sebanyak 551 imago, yang terdiri dari 13 ordo dan 45 famili, dan pada topografi berbukit keong yang tertangkap sebanyak 554 imago yang terdiri dari 11 ordo dan 43 famili.

Perbedaan hasil penelitian terdahulu ditinjau dari aspek judul, judul penelitian ini ialah studi keanekaragaman jenis keong di areal tanaman padi (Oriza sativa) di Desa Lambur Kecamatan Muara Sabak Timur. Dari segi judul terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terlebih dahulu, letak perbedaannya yaitu pada lokasi tempat penelitian dan tanaman yang dikaji.

C. Kerangka Pikir

Desa lambur luar kecamatan muara sabak timur kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan desa yang perekonomian masyarakatnya Bertani, nelayan, pedagang, dan sebagai pegawai, namun bertani merupakan mayoritas oekerjaan masyarakat desa lambur luar. Petani di desa lambur luar memilii lahan pertanian seperti sawah, kebun kelapa, ladang cabai.

(38)

Desa lambur luar memliki persawahan yang dimana persawahan disana terdapat molussca yang diantaranya berjenis Achatina fulica. Peneliti mengambil sampel dan melakukan pengawetan basah menggunakan alcohol,setelah diawetkan peneliti melakukan analisis data dan mengidentifikasi karakteristik morfologi menggunakan Buku dan Jurnal, Sehingga mendapatkan hasil Indeks Keanekaragamannya yang dominasi dan mengetahui tingkat spesiesnya.

Dapat dilihat pada Diagram Alir Penelitian berikut ini.

Gambar . Diagram Alir Penelitian DESA LAMBUR LUAR

PERSAWAHAN

PENGAWETAN BASAH MOLUSCA

Identifikasi Karakter Morfologi menggunakan : 1. BUKU

2. JURNAL

Tingkat Spesies

Achatina fulica ANALISIS DATA

SHANNON-WEINER SIMPSON

INDEKS KEANEKARAGAMAN INDEKS DOMINASI

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di areal persawahan di Desa Lambur Luar yang terletak di Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai tanggal 16 okt sampai 16 nov 2017 pada musim mulai penghujan.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan penempatan plot dilakukan secara purposive sampling berdasarkan umur tanaman padi menggunakan kuadrat plot yang diletakkan secara acak beraturan (ordinal sampling) yaitu mengambil sampel dari nomor-nomor subjek dengan jarak yang sama, misalnya nomor dengan kelipatan 3, 5, 10, dan sebagainya (Fachrul, 2008).

Penentuan umur berdasarkan produktivitas dari padi yang dibudidayakan yaitu jenis padi dalam yang mulai berbuah pada umur 4 bulan. Pengambilan sampel masing-masing luas areal diambil 10% dari seluruh jumlah luas areal, secara keseluruhan maka diperoleh 5.000 m2 ataupun 1/2 hektar persawahan tersebut yang akan dijadikan tempat untuk mengumpulkan sampel spesimen keong. Pembuatan plot dengan menggunakan tali rapiah yaitu menarik tali dengan ukuran 50m x 50m. untuk mempermudah pengambilan sampel dibuat sub plot pengamatan berukuran 10 x 10 m diletakkan secara acak.

Lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar III.1.

(40)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai berikut : 1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples spesimen, perangkap, kayu atau bambu sebagai tonggak penyangga perangkap jaring, tali rafiah, wadah tempat keong, kertas label, jarum pentul, jarum keong, strofom, oven, pinset, gunting, lem keong, Kapur barus, wadah, kamera, mikroskop, alat tulis ,serta buku pedoman identifikasi keong. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah imago keong yang tertangkap dan alkohol 70%.

2. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang konkrit dan memiliki relevansi dengan permasalahan yang ada, teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah.

(41)

a. Observasi

Observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Jadi observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu dan menadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal yang diamati (Sugiyono 2009).

Observasi dalam penelitian ini berguna untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran umum tentang lokasi penelitian dan jenis- jenis keong. Observasi ini peneliti gunakan untuk memperoleh data- data sehingga peneliti dapat mengetahui dengan baik bagaimana letak, situasi dan kondisi areal persawahan di Desa Lambur Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) (Arikunto, 2010).

Wawancara yang dilakukan adalah sebagai data tambahan untuk melengkapi informasi sesuai dengan permasalahan yang penulis angkat.

Data yang diperoleh dengan bertanya langsung kepada masyarakat desa lambur luar yang berprofesi sebagai pekebun kelapa yang berkenaan dengan umur tanaman padi, luas perkebunan, umur produktif kelapa, kerusakan yang terjadi pada tanaman padi dan jenis keong yang ada di areal persawahan tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

(42)

catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya gambar dan foto atau video (Sugiyono, 2009).

Pada metode dokumentasi ini peneliti mencari data mengenai keanekaragaman jenis keong (molusca) ordo gastropodadi areal persawahan desa Lambur Luar kecamatan Muara Sabak Timur kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan menggunakan kamera digital dan hasil observasi dari berbagai jenis keong (molusca) ordo gastropoda serta semua kegiatan proses identifikasi keong yang dilakukan peneliti di laboratorium FMIPA UNIVERSITAS ANDALAS.

d. Pengambilan Spesimen

1) Pengambilan Sampel di Lapangan

Dalam mengumpulkan keong, keong diketahui bersifat aktif malam hari (nocturnal) namun ada juga yang aktif disiang hari.

Oleh karena itu koleksi ordo gastropoda dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap jaring dan rumpun. (Noerditjo, 2011).

2) Penanganan Spesimen di Laboratorium a) Identifikasi Keong

Keong yang ditemukan di lapangan kemudian diidentifikasi di laboratorium dikelompokkan sesuai dengan lokasi pengambilan kemudian diawetkan dengan alkohol 70%.

Selanjutnya dideterminasi dan diidentifikasi dengan memperhatikan bentuk luar morfologi dengan bantuan mikroskop. Identifikasi dilakukan sampai kepada tingkat spesies dan sampel yang tidak teridentifikasi di lapangan diambil untuk diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium FMIPA UNIVERSITAS ANDALAS dengan menggunakan buku pedoman identifikasi seperti K.W. Harde (1999), Makihara dan Noerdjito (2004), zoology, Suthoni dan Subiyanto (1991) dan

(43)

mencocokkan sampel dengan koleksi spesies Achatina yang ada di laboratorium FMIPA UNIVERSITAS ANDALAS.

b) Koleksi Keong

Keong-keong yang ditemukan di lapangan segera diawetkan dengan menggunakan formalin yang dimasukkan ke dalam botol atau toples spesimen. Kemudian seluruh keong hasil tangkapan tersebut dibawa ke laboratorium untuk dilakukan identifikasi dengan menggunakan buku-buku identifikasi keong yang telah disediakan. Dari semua koleksi keong ini ditentukan statusnya termasuk sebagai hama atau musuh alami (natural enemy) pada areal pertanaman padi (Oriza sativa) tersebut.

Sesuatu yang penting dan harus ada pada koleksi adalah label atau etiket, yang berisi tentang keterangan yang penting bagi kolektor atau peneliti. Etiket dibuat dari kertas segi empat panjang dengan ukuran 7 x 18 cm. Pada etiket tersebut ditulis keterangan yaitu nama tempat, tanggal, kolektor, nomor dan nama alat yang digunakan dalam mengumpulkan keong (Jumar, 2000).

3. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode kualitatif, yaitu cara menganasis data yang berupa data kualitatif kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan pola pikir induktif yaitu cara berfikir berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa konkrit dari hasil riset, kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum.

Proses pemikiran ini digunakan untuk memecahkan permasalahan di persawahan desa lambur luar yaitu tentang banyaknya keong yang ada di persawahan desa lambur luar.

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Ciri-ciri utama Gastropoda adalah mempunyai cangkang tunggal, sehingga dulu kelas ini disebut sebagai univalve. Akan tetapi, tidak semua anggota kelas ini mempunyai cangkang. Siput yang tidak bercangkang disebut juga siput telanjang; hewan ini telah kehilangan cangkangnya karena proses evolusi. [3]Hewan pada kelas Gastropoda biasanya memiliki kepala dengan dua sampai empat tentakel yang berfungsi sebagai reseptor kimiawi atau mekanis, dengan mata pada ujungnya. Hewan lunak ini juga memiliki kaki pada bagian ventralnya. Kaki bagian paling depan disebut dengan propodium yang berfungsi untuk mendorong sedimen saat siput merayap.Karakteristik hewan ini dalam hal memperoleh makanan adalah dengan struktur seperti tali atau lidah kasar yang disebut radula. Radula ini sering disebut juga lidah parut, yang terdari dari ratusan gigi mikroskopis yang digunakan untuk mengikis (memarut) makanan seperti ganggang dan zat makanan lain.

Morfologi Gastropoda terwujud dalam cangkangnya yang digunakan untuk melindungi diri dari ancaman bahaya. Umumnya cangkang yang melingkar-lingkar itu memilin ke kanan searah putaran jarum jam bila dilihat dari ujungnya yang runcing, namun ada pula yang memilin ke kiri. Pertumbuhan cangkang yang melilin bagai spiral disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam (Nontji, 1987, h. 161).

Cangkang Gastropoda terdiri atas tiga lapisan, yaitu periostrakum, prismatik, dan nakreus. Periostrakum merupakan lapisan terluar dan tipis, prismatik merupakan lapisan tengah, tebal, dan mengandung zat kapur, sedangkan nakreus merupakan lapisan terdalam dan tipis dan warna cangkang Gastropoda berasal dari lapisan periostrakum (Barnes, 1994 dalam Andrianna, 2016, h.14). Struktur umum cangkang Gastropoda

(45)

terdiri atas: Apex (puncak atau ujung cangkang), Aperture: (lubang tempat keluar masuknya kepala dan kaki),Operculum (penutup cangkang), sebelum (body whorl), Suture (garis yang terbentuk oleh perlekatan antar spire), Umbilicus (lubang yang terdapat di ujung kolumela (pusat putaran cangkang)

1. Achatina fulica

Gambar 4.1 morfologi achatina fulica

Achatina merupakan hewan bertubuh lunak (Moluska) yang tidak memiliki tulang belakang. tubuhnya dilindungi oleh cangkang dari bahan kapur yang kuat dan didalmnya mengandung lapisan mutiara . Cangkang bekicot terpilin Spiral (Body whorl) dengan jumlah putaran tujuh ,bentuk cangkang Fusiform , tidak memiliki tutup cangkang (Operculu). warna cangkang coklat dengan pola- pola garis gelap di permukaan nya.

Morfologi Bekicot (Achatina fulica)

a. Bagian Kepala (Caput) ,terdapat :Photoreseptor (Sepasang Tentakel yang panjang ,tegak ke atas), sebagai alat penerima rangsang cahaya karena memiliki Stigma ( mata di ujung tetakel,berbentuk bulat) dan Stylus (Tungkai tentakel) yang dapat dijulurkan dan ditarik, Khemoreseptor (Tentakel pendek ,sepasang ,mengarah ke bawah) sebagai alat penerima sensor kimiawi sekaligus sebagai alat peraba, Rima Oris (Celah

(46)

mulut), tepinya bergigi halus (Radula) .untuk membuktikannya, perlu mulutnya diraba dengan ujung jari.

b. Kaki perut (Gastropodos), lebar dan pipih, sebagai alat gerak, memiliki banyak kelenjar penghasil mucus (Lendir). bagian Muskuler ini dapat di Konsumsi.

c. Anus (Muara saluran cerna ) nampak jelas.

d. Porus Genitalis (Muara organ genitalia), terletak di bagian Photoreseptor , berfungsi untuk lewatnya penis pada saat Kopulasi.

Klasifikasi bekicot :

Kingdom : Animalia Subphylum : Invertebrata Phylum : Moluska Kelas : Gastropoda Sub kelas : Pulmonata Ordo : Stylomatophora Family : Achatinidae Genus : Achatina Spesies : Achatina fulica

Gambar 4.2 morfologi dan keterangan Keterangan:

(47)

1.Apex(Posterior) 2.Anteriior

3.Body Whorl 4.Sutura

5.Tentakel 1 (Apertura) 6.Stigma

7.Kemoreseptor 8.Podium (Kaki) 9.Porus genitalis

10.Rima oris (Celah mulut)

2. Helix pomatia (keong air tawar)

Gambar 4.3 morfologi helix pomatia Klasifikasi

Kingdom : Animalia Subphylum : invertebrata Phylum : Moluska Kelas : Gastropoda Sub kelas : Pulmonata Ordo : Stylomatophora Family : Helicidae

(48)

Genus : Helix

Spesies : Helix pomatia

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa, Helix pomatamerupakan salah satu spesies dari Mollusca yang habitatnya di air tawar. Bentuk cangkangnya bulat spiral dengan ukuran yang cukup besar. Tekstur cangkangnya agak kasar. Bagian tubuhnya terdiri dari kepala, leher, dan kaki.Sama halnya dengan Achatina fulica, pada bagian kepala Helix pomatia ini juga terdapat sepasang tentekel yang panjang dan yang pendek namun lebih panjang dari tentakelnya Achatina fulica. Tentakel yang panjang berfungsi sebagai alat penglihat dan yang pendek sepagai alat pembau. Bila ditempatkan di daerah yang kurang menguntungkan kepala dan tubuhnya akan disimpannya di dalam cangkangnya.

Tubuhnya terdiri atas kepala, leher, kaki, dan punuk, viceral (jerohan). Pada kepala terdapat sepasang tentakel yaitu : sepasang yang pendek sebagai alat pembau. Sepasang yang panjang sebagai alat pelihat. Dibawah kepala terdapat kelenjar mucosa yang membasahi kaki.Kakinya lebar dan pipih menyerupai alat untuk berjalan dan selalu basah. Kaki dan kepala dapat disimpan dalam cangkok jika keadaan tidak mengizinkan. Cangkok yang spiral melindungi alat veceral yang terdiri atas : alat pencernaan, alat sirkulasi, alat respirasi, alat reproduksi. Mantel pembungkus seluruh tubuh dalam cangkok. Mantel tebal kecuali di daerah yang berbatasan dengan kaki. Mantel didaerah tersebut tipis dan membentuk leher yang tebal yang akan menghasilkan ekskresi untuk membuat cangkok dalam rangka untuk membesarkan diri. Di daerah tertentu krah tersebut mempunyai muara yang menuju ke ruang mantel dimana terdapat saluran respirasi. Anus terbuka di daerah seberang muara mantel.Sedang lubang genital terdapat di dekat kepala.

Darah siput tidak berwarna, terdiri dari : plasma darah, butir-butir darah,. Fungsi darah : mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh dan mengambil atau mengangkut sisa-sisa pembakaran. Jantung terletak

(49)

jantung terletak di sebelah muka kloaka terdiri dari rongga perikardium, auriclum (serambi), ventriculum (bilik). Ventriculum memompa darah secara ritmis melalui saluran darah. Sebuah aorta tumbuh pada sebuah apex pada ventriculum. Selanjutnya kedua cabang posterior yang memberi darah ke daerah alat pencernaan makanan dan cabang anterior memberi darah kepala dan kaki. Darah dari arteri kapiler ke vena kapiler melalui sinus, dari sinus pergi ke mantel, dinding tubuh dan dinding rongga mantel dimana darah mengambil oksigen dan melepaskan karbondioksida. Kemudian darah ke vena paru-paru, selanjutnya membawa darah ke auriculum dan akhirnya ke antriculum.

3. Pamacea canalicula L.

Gambar 4.4 keong mas

Klasifikasi dan Morfologi Keong Mas – Keong mas adalah salah satu siput yang hidup di perairan air tawar, keong mas ini berasal dari Amerika Selatan. Keong mas ini dikenal di Indonesia tahun 1986. Oleh

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam kaji banding Program KIA-KB hendaknya melihat semua aspek positif yang ada pada tempat tujuan kaji banding, mulai dari jenis kegiatan untuk penurunan Angka Kematian

Untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan dipilih kuda AI, maka algoritma minimax pada masing-masing bidak akan dipanggil, dengan urutan pemanggilan dari kuda, menteri

a. Memberikan payung hukum bagi pihak yang terkait dalam skema KPS. Membuat peraturan yang mengatur pembagian risiko antara pemerintah pusat dan daerah. Meminimalkan risiko

%eperawatan merupakan SD, kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak untuk melakukan praktek pr#(esi#nalnya pada pasien di berbagai tatanan khususnya pada pasien

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat wajib mempertimbangkan standar mutu, menjamin keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan, serta keamanan pelaksana, masyarakat,

Di atas kesedaran ini, maka penyelidik berminat untuk melihat persepsi pelajar terhadap jadual waktu kuliah yang diadakan di luar waktu rasmi pelajar Ijazah Sarjana Muda

Dari hal-hal di atas, peneliti melihat proses komunikasi publik antara guru dan murid dalam kelas TK B Sekolah Pelita Permai Surabaya ini menarik untuk

Kegiatan eksperimen awal aliran sirkulasi alamiah melalui simulasi sistem keselamatan pasif ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan aliran pada untai uji NC-QUEEN