• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORITIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Komunikasi Visual

Komunikasi yang dilakukan secara visual merupakan sebuah proses penyampaian pesan dimana symbol-simbol yang dikirimkan komunikator hanya ditangkap oleh komunikan semata-mata hanya melalui indra penglihatan. Bentuk komunikasi yang seperti ini dapat bersifat secara langsung (sebagaimana dua orang tuna rungu saling bercengkrama menggunakan bahasa isyarat), akan tetapi sebagian besar menggunakan media perantara yang lazim disebut media komunikasi visual(Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, 2017).

Komunikasi secara visual, merupakan salah satu perwujudan komunikasi yang digunakan agar grafik-grafik, gambar-gambar, simbol- simbol, atau lambing-lambang dapat tersampaikan(Komunikasi, 2011).

Menurut Michael kroeger, komunikasi dalam bentuk visual merupakan latihan teori dan konsep yang dilakukan secara visual dengan menggunakan berbagai macam warna, bentuk, garis, dan penjajaran (juxtaposition). Dalam penyampaian komunikasi visual dapat mengkombinasikan antara warna, ilustrasi, desain grafis, gambar, tipografi, simbol, dan seni (Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, 2017).

2.2 Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran merupakan suatu kegiatan dalam bentuk pertukaran informasi secara dua arah, yang dimaksud secara dua arah yaitu antara pihak atau lembaga yang terlibat dalam pemasaran. Kegiatan mendengarkan, bereaksi, dan berbicara hingga tercipatanya hubungan pertukaran yang saling menguntungkan merupakan kegiatan dalam proses komunikasi pemasaran. Dalam proses tersebut pertukaran dapat berupa informasi, penjelasan-penjelasan yang berifat membujuk, dan negosiasi (Prof.

Dr. Sifjan Assauri, 2013).

(2)

7 2.2.1 E-Commerce

Dalam persepektif Hardilawati (2020) e-commerce adalah suatu proses menjual dan membeli suatu produk atau jasa secara elektronik atau digital menggunakan alat digital sebagai perantara dalam kegiatan transaksi bisnis kepada konsumen. Dampak dari e-commerce ini dapat berhubungan langsung kepada perusahaan, pelaku usaha, pemasok, pelanggan, maupun pesaing dalam memasarkan produk. Pada saat ini banyak E-commerce yang dapat digunakan sebagai contoh, antara lain Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Gojek, Lazada dan banyak lainnya.

Suprapto (2016) mengutarakan pendapatnya tentang e-commerce pada saat pandemi Covid-19 dimana masyarakat Indonesia menggunakan e- commerce sebagai salah satu solusi bagi usaha-usaha kecil dalam meningkatkan pendapatan usaha sehingga mampu berkembang karena pemasaran produk yang dilakukan secara online.

Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa e-commerce merupakan sebuah kegiatan dimana penjual dan pembeli melakukan kegiatan jual belinya melalui media digital sehingga kedua belah pihak dapat mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa harus bertemu secara tatap muka.

2.2.2 Pemasaran Media Sosial

Media sosial sudal mulai sering digunakan oleh pemasaran, komunikasi publik, bahkan kantor atau departemen yang berhubungan lansung dengan konsumen dan stakeholder, ini adalah pendapat menurut Drury Veby Zilfania (2014: 17). Media sosial saat ini tidak hanya digunakan hanya untuk sekedar mengunggah foto pribadi saja, akan tetapi sudah mulai digunakan dalam dunia bisnis. Hal ini dikarenakan media sosial merupakan saluran yang mendukung komunikasi agar dapat memasarkan barang maupun jasa yang dijual secara cepat dan menguntungkan bagi penjual dari pada hanya menjual di pasar.

Media sosial juga digunakan dalam dunia pemasaran agar mendukung kinerja pemasaran agar tidak tertinggal perkembangan teknologi dan informasi. Dalam proses mempromosikan website, produk, atau jasa, mereka menggunakan media sosial itu merupakan pemasaran media sosial. Tak hanya itu, pemasaran

(3)

8 media sosial dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan sebuah komunitas yang jauh lebih besar yang tidak mungkin tersedia melalui media periklanan tradisional.

Dikutip dari jurnal As’ad, H. Abu Rumman (2014) menjadi bagian dari suatu jaringan dengan orang-orang melalui internet atau online merupakan salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh pembisnis. Dan menurut Dan Zarella (2010), situs media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan lainnya yang digunakan sebagai strategi untuk memasarkan suatu produk merupakan pemasaran media sosial. Media sosial merupakan cara yang mudah dan sederhana tetapi memiliki efek yang luar biasa. Salah satu cara yang ampuh yaitu melalui internet marketing, produk berupa barang maupun jasa yang kita miliki dapat di promosikan (Untari & Fajariana, 2018).

Selain itu, suatu produk, jasa atupun produk lainnya yang dipromosikan secara spesifik menggunakan sosial media merupakan taktik marketing dalam pemasaran media sosial. Tak hanya itu, namun untuk membangun dan memanfaatkan media sosial agar dapat menemukan target pasar dari bisnis online, maka pemasaran media sosial ini digunakan. Yang pebisnis harus ingat adalah bahwa saat proses membangun pemasaran media sosial harus membangun juga kelompok atau target pasar dengan sikap saling menghormati dan selalu berkomunikasi dengan target pasar (Untari & Fajariana, 2018).

2.3 Media Digital

Menurut perspektif dari J.A. Bateman, media digital merupakan media yang isinya ‘diwakili’ dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin atau metode produksi dan penyebarannya yang melibatkan berbagai jenis teknologi dan informasi.

Dalam buku Digital Media for Learning Neo and Neo (2001) memberikan pendapatnya tentang digital media sebagai “kombinasi dari berbagai jenis media digital, seperti teks, gambar, suara, dan video menjadi sebuah aplikasi atau mempresentasikan interaktif multi indera yang terintegrasi untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens”.

(4)

9 Dapat dikatakan bahwa media digital ini merupakan alat atau saluran dimana masyarakat dapat menyebarkan dan menerima informasi yang berupa teks, gambar, suara, dan video yang disalurkan melalui saluran perangkat yang dapat terhubung dengan internet.

2.4 Komunikasi Digital

Perubahan konsepsi yang bersangkutan dengan komunikasi pada era media konvensional dan media baru. Bergesernya konsepsi komunikasi mulai dari intrapersonal hingga massa ditandai dengan penggunaan media yang jauh berbeda. Pada saat perkembangan terus melesat hingga era media baru ini, hampir seluruh sistem informasi telah terdigitalisasi yang menyebabkan hampir seluruh komunikasi berlangsung di dalam teknologi media (Straubahaar dan Laruse, 2006).

Dalam situs Pagoesdigital, Fleishman-Hillards mengemukakan pendapatnya tentang komunikasi digital yang berarti berbagai taktik komunikasi yang menggunakan atau memanfaatkan media digital, teknologi atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan seperti email, pesan teks, video, iklan online, pencarian berbayar, dan siaran pers yang dioptimalkan seperti podcast.

Dari dua pernyataan yang telah disebutkan dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi digital merupakan komunikasi yang menggunakan teknologi media digital untuk menyampaikan pesan seperti email, pesan teks, audio, video, iklan online, pencarian berbayar, siaran pers dan lainnya.

2.5 Media Sosial

Kaplan dan Haenlin (2010) berpendapat bahwa media sosial adalah suatu konsep dan teknologi web 2.0 yang berbentuk media aplikasi berbasis internet, dimana pengguna dapat menciptakan dan bertukar informasi di dalam aplikasi tersebut. Sebagian media sosial yang sangat dicintai dan mempunyai jutaan pengguna di Indonesia adalah Facebook, Twitter, Youtube, Blog, dan lainnya. Media sosial mengizinkan pengguna untuk menjalankan komunikasi dengan jutaan pengguna lainnya (Williams dkk. 2012). Bagi pelaku usaha, hal

(5)

10 ini merupakan sebuah peluang dan potensi yang sanat besar agar bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sarana komunikasi pemasaran media sosial.

Hal ini juga memungkinkan dalam penyebaran informasi antar pengguna bisa menjadi lebih mudah (Akrimi dan Khemakem. 2012).

Dengan peluang dan potensi yang besar ini dimanfaatkan oleh perusahan besar akan muncul beberapa pertanyaan pada topik kajian ini, yaitu apa saja konsekuensi dan pendahuluan para pelaku usaha dalam menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi pemasaran. Terdapat beberpa perbedaan antara komunikasi pemasaran media sosial dengan komunikasi pemasaran lainnya, perbedaannya adalah komunikasi pemasaran media sosial ini bersifat selalu aktif dan dapat diakses dimana saja (Powers dkk. 2012).

Para pengguna media sosial dapat terhubung kapan saja dan dimana saja asalkan memiliki jaringan internet pada perangkat mereka masing-masing, tidak hanyak komputer saja, saat ini mereka juga dapat terhubung melalui telepon genggam masing-masing. Hal itulah yang berdampak pada tingginya peluang dan potensi bagi pelaku usaha untuk dapat melakukan kegiatan komunikasi pemasaran kapan saja dan dimana saja (Untari & Fajariana, 2018).

2.5.1 Instagram

Instagram adalah aplikasi media sosial dimana pengguna berbagi foto maupun video yang terdapat sebuah caption dibawah foto yang yang pengguna upload. Menurut Bambang (Atmoko, 2012:10) Instagram merupakan salah satu perwujudan dari media sosial dalam bentuk aplikasi, dimana aplikasi ini dapat dikatakan berbeda dengan twitter yang perbedaannya adalah Instagram lebih kepada aplikasi berbagi informasi melalui foto dan video antar penggunanya. Aplikasi ini juga banyak memberikan ide-ide yang kreatif bagi penggunanya, karena aplikasi ini memiliki fitur yang dapat di kreasikan hingga menjadi lebih indah, artistik, dan lebih bagus (Untari & Fajariana, 2018).

Instagram merupakan aplikasi yang berbeda dengan aplikasi yang lainnya, perbedaanya adalah aplikasi ini selalu memiliki pembaruan fitur dan mengembangkan fitur yang sudah dimilikinya. Hal ini dilakukan agar pengguna tidak bosan selalu melihat dan menggunakan fitu yang sama terus menerus, contohnya saja fitur yang ditambahkan ada berupa IGTV atau bisa

(6)

11 disebut juga dengan Instagram Television dimana pengguna dapat mengunggah video yang memiliki durasi lebih dari 1 menit. Tak hanya itu, pada tahun 2021 ini fitur baru yang dimiliki aplikasi tersebut adalah fitur Instagram Reels, dimana fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengunggah video pendek yang dapat disimpan pada beranda utama penggunanya. Fitur ini dapat dikatan hampir sama dengan aplikasi TikTok.

2.6 Konten Kreatif

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti konten merupakan informasi yang disebarkan melalui beberapa media atau produk elektronik.

Banyak jenis yang dimiliki oleh konten, apabila disimpulkan secara garis besar konten yang disebarkan menggunakan media online memiliki beberapa unsur yaitu terdiri dari teks (caption), gambar (visual), dan suara (audio).

Mumandar (2009:12) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan hasil dari hubungan antar perseorangan dan lingkungannya, keterampilan untuk membuat kombinasi yang baru berdasarkan informasi, data, atau faktor- faktor yang sudah ada sebelumnya. Dari beberapa hal yang telah disebutkan bisa juga dari pengalaman dan pengetahuan yang sudah diperoleh dari seseorang selama hidupnya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kreativitas merupakan perubahan konsep lama yang sudah ada menjadi konsep yang baru, dengan kata lain terdapat dua konsep lama yang sudah ada lalu ditranformasikan menjadi konsep baru (Semiawan, 2009). Sama halnya dengan Barron, yang berpendapat bahwa kreativitas adalah keterampilan seseorang untuk dapat membuat sesuatu yang berbeda dari yang lainnya (Fakhriyani, 2016).

Sedangkan Torrance (1984) memiliki pendapat yang berbeda tentang kreativitas dimana kreativitas merupakan suatu jalan agar dapat peka dalam suatu persoalan, dan dapat mengenali maupun menganalisis empat komponen kreativitas yaitu :

1. Kelancaran (Fluency), yang berarti keterampilan agar dapat menghasilkan banyak gagasan (large number of ideas).

(7)

12 2. Fleksibilitas (Flexibility), yang dapat diartikan sebagai kemampuan

gagasan yang beragam (variety of ideas).

3. Elaborasi (Elaboration), yang bermakna keterampilan untuk mengembangkan gagasan.

4. Orisinalitas (Originality), yang memiliki makna kemampuan agar dapat menghasilkan gagasan yang tidak biasa (Suratno, 2012).

Dari pengertian konten dan pengertian kreatif yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian konten kreatif adalah kemampuan untuk menyebarkan informasi dengan gagasan yang tidak biasa atau dengan kombinasi baru yang diciptakan berdasarkan oleh data.

2.7 Perilaku Konsumen Generasi Millenial

Generasi millennial atau yang diebut juga dengan generasi Y ini merupakan generasi yang hidup di pergantian millennium dan lahir sekitar tahun 1980-2000, dimana pendapat ini merupakan pendapat menurut Yuswohandy dalam artikel Millenial Trends (2016). Berdasarkan literatur yang ada pada Hitss.com terdapat berbagai macam karakteristik yang melekat pada generasi Y atau generasi millennial ini yaitu :

1. User Generated Content atau yang biasa disebut dengan “UGC” dapat membuat generasi ini lebih percaya apabila UGC menyampaikan informasi dari pada informasi yang searah

2. Menurut millennial TV itu membosankan dan mereka lebih tertarik kepada ponsel mereka.

3. Millennial cenderung memiliki sifat FOMO (Fear Of Missing Out) sehingga mereka merasa wajib untuk memiliki media sosial.

4. Membaca secara konvensional atau secara umumnya tidak disukai oleh generasi ini.

5. Tidak loyal, akan tetapi generasi ini memiliki kerja yang efektif.

6. Millennial lebih pintar dalam hal menggunakan teknologi digital.

7. Generasi ini terkenal dengan keefektifannya dimana pada saat mereka melakukan transaksi, mereka lebih menyukai cashless

(8)

13 8. Generasi yang hidup pada era saat ini sangat suka untuk mengetahui

suatu informasi melalui teknologi digital

9. Gaya hidup pada generasi millenia inisangat erat dengan konsumtif, malas, dan lain sebagainya.

Perilaku generasi millennial selalu tak jauh dari perkembangan teknologi yang ada, hal ini menyebabkan generasi millennial mengandalkan media sosial sebagai tempat untuk mencari informasi dan aktivitas jual beli online. The Nielsen Global Survey of E-Commerce juga melakukan penelitian terhadap pergeseran perilaku belanja para generasi internet atau generasi millennial. Penelitian dilakukan berdasarkan oleh penetrasi yang ada di beberapa negara (Republika, 2016). Studi tersebut memberikan penjelasan dimana perilaku generasi millennial ini sangatlah akrab dengan jalur atau media internet demi memenuhi kebutuhan mereka.

2.8 Konsep Minat Beli

Konsep minat beli adalah sebagian karakter dalam perilaku mengkonsumsi. Tahap dimana pelanggan membentuk pilihan dari beberapa merek, kemudian melakukan suatu pembelian pada suatu opsi yang palig disukainya, atau reaksi yang dilewati pelanggan untuk membeli suatu barang maupun jasa yang telah dipilih berdasarkan berbagai macam pertimbangan (Sukmawati dan Suyono dalam Pramono, 2012:143).

Sedangkan Howard mengemukakan arti dari minat beli yang dikutip dalam Durianto dan Liana (2004:44) yang berarti suatu hubungan yang berkaitan dengan rencana konsumen agar membeli produk tertentu dan berapa banyak poduk yang dibutuhkan dalam periode yang telah ditentukan. Dapat berarti juga bahwa minat beli adalah pernyataan suatu mental dari pelanggan yang mencerminkan agenda pembelian beberapa produk dengan merek tertentu (Suharto et al., 2016).

Dalam menciptakan suatu niat pembelian, pelanggan tersebut dapat membuat lima keputusan pembelian dari keputusan merk, pemasok, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran. Sedangkan menurut Ferdinand (2006) definisi

(9)

14 dari minat beli dapat dinilai dari beberapa indikator yaitu dari minat transaksional, referensial, preferensial dan eksploratif (Arista & Astuti, 2011).

2.9 Faktor Pengaruh Minat Beli Konsumen

Keller (1998) mengemukakan pendapatnya tentang faktor yang mempengaruhi minat beli dari konsumen, yaitu seberapa besar probabilitas konsumen membelanjakan suatu brand atau seberapa besar probailitas konsumen agar berganti dari satu merek ke merek lainnya. Beberapa faktor yang menciptakan minat beli konsumen adalah (Kotler,2005) :

1. Perilaku orang lain, bagaimana perilaku orang lain untuk menseleksi sesuatu yang disukai akan bergantung pada dua hal, yaitu seberapa dalam sifat negatif orang lain terhadap pilihan yang dicintai konsumen dan dorongan konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.

2. Faktor keadaan yang tidak direncanakan, faktor ini akan dapat merubah keteguhan konsumen dalam melakukan transaksi pembelian. Dalam memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak, semua tergantung dari pemikiran konsumen itu sendiri (Arista & Astuti, 2011).

Menurut peneliti, teori atau model yang cukup similar agar dapat mengukur minat beli adalah teori atau model AIDA yang dikemukakan oleh Effendi, dimana teori ini akronim dari Awareness, Interest, Desire, dan Action.

Berikut merupakan penjelasan dari teori atau model AIDA, yaitu : 1. Awareness

Tahapan pertama yaitu awareness dimana target audiens bisa sadar atau mengetahui keberadaan produk kita. Banyak media yang dapat digunakan untuk mengenalkan produk kepada target audience seperti TV, radio, majalah, atau media sosial. Pada saat ini banyak pengusaha yang menggunakan promosi pada media sosial sehingga target yang ingin disasar dapat melihat dan mengetahui keberadaan produk kita. Agar target audiens yang kita sasar mau melihat produk kita tidaklah mudah, sehingga haruslah kreatif dalam membuat konten agar target dapat tertarik untuk melihat produk atau brand yang kita promosikan. Contohnya saja banyak yang menggunakan

(10)

15 Instagram ads untuk meningkatkan kesadaran target akan keberadaan produk kita, akan tetapi tidak semua target mau melihat konten yang dipromosikan apabila konten yang digunakan tidaklah kreatif.

Bahkan saat ini terdapat platform baru dalam aplikasi tiktok yaitu tiktok business dimana platform ini ditujukan untuk menghubungkan brand dengan pengguna tiktok dengan cara yang kreatif sehingga target audience tertarik untuk mengetahui produk atau brand kita.

2. Interest

Tahap selanjutnya adalah Interest, setelah audiens melihat pesan yang telah disebarkan adalah audiens tertarik dengan cara pesan tersebut disampaikan karena disampaikan dengan cara yang kreatif, sehingga audiens mau membaca tentang informasi produk yang kita tawarkan.

Jadi dalam menyampaikan informasi produk haruslah kreatif, dikarenakan apabila konten yang dibuat tidak kreatif, akan sulit untuk menarik audiens agar mau membaca atau melihat konten seputar informasi produk kita.

3. Desire

Tahapan ketiga adalah Desire atau keinginan adalah tahapan dimana setelah tertarik, timbul rasa keinginan untuk membeli produk yang ditawarkan. Banyak media yang dapat digunakan untuk memunculkan rasa ingin membeli konsumen, akan tetapi saat ini yang banyak digunakan adalah melalui media sosial. Hampir seluruh bisnis saat ini memiliki media sosialnya masing-masing, sehingga diharuskan untuk kreatif dalam membuat konten sehingga muncul rasa keinginan untuk membeli pada target audiens.

Selanjutnya untuk memunculkan rasa keinginan terkadang beberapa orang menggunakan visual yang kreatif sehingga memunculkan keinginan calon konsumer. Ada juga beberapa yang menggunakan testimoni dari orang-orang yang telah mengkonsumsi produk kita, agar calon konsumen lainnya selain semakin

(11)

16 memunculkan keinginan juga meningkatkan kepercayaan bahwa kualitas produk yang dijual lebih unggul dari produk lainnya.

4. Action

Tahapan terakhir ini adalah tahapan Action atau disebut juga dengan tindakan. Tahapan inilah konsumen mengambil tindakan untuk mulai membeli produk yang di tawarkan. Setelah target audiens membeli produk proses pemasaran sudah dapat dikatakan sukses.

Akan tetapi sebenarnya masih ada kelanjutannya setelah konsumen membeli produk, yaitu adalah evaluasi pasca pembelian.

Apabila konsumen menyukai produk yang ditawarkan makan akan ada kemungkinan untuk konsumen melakukan pembelian lagi atau konsumen merekomendasikan produk yang telah dibeli kepada teman- temannya. (Johar, 2015).

Ajzen (1985) menyatakan bahwa minat beli adalah hasil dari beberapa pengaruh atau beberapa faktor, norma subjektif yang didominasi oleh (kepercayaan tentang orang lain) berpikir, mengenai apa yang benar atau salah dalam masyarakat, perilaku pola (keyakinan individu tentang hasil yang bertaut dengan perilaku), kontrol perilaku yang dirasakan (keyakunan individu tentang control mereka), dan lebih mengaopsi perilaku tertentu. Dengan demikian niat pembelian bergantung terhadaa keyakinan konsumen, yang mempengaruhi persepsi mereka dan dapat mengarahkan mereka menuju pihlihan tertentu (Hensen et al, 2004)

2.10 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen memiliki kemungkinan yang dapat berefek terhadap keputusan pembelian yang juga berpengaruh terhadap tahapan- tahapan keputusan pembelian dan respon konsumen terhadap iklan. Tahap- tahap dari perilaku konsumen yaitu :

1. Konsumen merasakan adanya keinginan dan juga kebutuhan.

2. Adanya usaha untuk mendapatkan informasi tentang produk, harga, dan saluran distribusi.

(12)

17 3. Bagaimana reaksi konsumen setelah menggunakan, mengonsumsi, dan

mengevaluasi produk.

4. Tindakan apa yang dilakukan konsumen pasca pembelian yang berupa perasaan puas atau tidak puas.

Dari konsep AIDA yang telah disebutkan, dapat diasumsikan bahwa faktor penentu keberhasilan suatu iklan online akan meningkatkan minat dan perhatian target audience yang dapat dilalui dari promosi (Johar, 2015).

Kotler dan Keller (20011) berpendapat bahwa perilaku konsumen adalah sebuah kegiatan yang mempelajari tentang bagaimanakah seseorang memuaskan akan kebutuhan dan keinginan mereka entah itu individu, kelompok, organisasi, dan juga bagaiamana mereka memilih, membeli, dan menggunakan barang, jasa, ide, maupun pengalaman. Perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen ini dapat dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial, dan budaya (Tjiptodjojo, 2012).

2.11 Definisi Konseptual

Definisi konseptual menurut Bulaeng (2004:67) merupakan sebuah penarikan batasan dari konsep yang hendak ukur dan teliti, dimana pendefinisian suatu konstruk dengan cara menghubungkan satu konstruk dengan konstruk lainnya (Bulaeng, 2004 : 67). Selain itu, definisi konseptual juga dapat berfungsi sebagai pemberian kerangka rujukan pada peneliti terkait kata kunci yang akan dipakai dalam pembuatan instrument penelitian.

Sehingga, definisi konseptual dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada berikut :

1. Konten Kreatif : kemampuan untuk menyebarkan informasi dengan gagasan yang tidak biasa atau dengan kombinasi baru yang diciptakan berdasarkan oleh data.

2. Instagram : Instagram adalah aplikasi media sosial dimana pengguna berbagi foto maupun video yang terdapat sebuah caption dibawah foto yang yang pengguna unggah.

(13)

18 3. Minat Beli : Sebuah fase dimana audience telah menentukan suatu pilihan yang akan dipilih setelah menyukai barang / jasa yang sudah melewati beberapa pertimbangan.

2.12 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan beberapa petunjuk bagaimana suatu variabel diukur. Dengan adanya definisi operasional variabel suatu penelitian, maka peneliti dapat mengetahui variabel yang akan diteliti (Singarimbun, 2001: 23).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) yaitu konten kreatif Instagram @dialoogi.today dan variabel terikat (Y) yaitu minat beli produk Dialoogi Space and Coffee.

No. Variabel Definisi Operasional Indikator 1. Konten kreatif

Instagram

@dialoogi.today (X)

Pesan yang disebarkan oleh akun Instagram

@dialoogi.today yang meliputi dari konten foto, video, desain, dan caption dalam berbagai macam bentuk konten.

1) Foto dan Video

• Kualitas dan kejernihan gambar

• Angle pengambilan gambar

• Backsound yang dipakai 2) Desain

• Warna yang dipakai

• Font

• Tata letak 3) Caption

• Copywriting

• Tagar yang dipakai 4) Macam konten

• Feed

• Story

• IGTV

• Reels 5) Fitur pada

Instagram

• Bio pada profile

• Suka

• Komentar

• Berbagi

• Simpan

(14)

19 2. Minat Beli Produk

Dialoogi Space and Coffee

Sebuah fase dimana audience telah tertarik terhadap produk dari Dialoogi Space and Coffee setelah melalui beberapa pertimbangan.

1) Akan memilih produk dari

@dialoogi.today setelah melalui pertimbangan dan perbandingan dengan produk lain.

2) Tertarik dengan produk yang sudah di unggah di konten Instagram

@dialoogi.today 3) Berminat untuk

membeli produk setelah melihat promo yang diunggah pada konten Instgram

@dialoogi.today

Referensi

Dokumen terkait

TINJAUAN HUKUM TENTANG SIARAN DIGITAL, bab ini terdiri dari: perkembangan teknologi komunikasi, perubahan teknologi analog menjadi teknologi digital, tinjauan umum tentang

– Koordinasi pelaksanaan PPSP tingkat provinsi : harmonisasi perencanaan, pendanaan hingga implementasi pembangunan sanitasi di SKPD, monev provinsi : PPSP & pembangunan

(4) Dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Pemerintah Desa difasilitasi oleh Camat dengan berkoordinasi dengan

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Selain dari staff, kami juga meminta bantuan dari para pengajar LTC untuk menjadi pembawa acara sekaligus juga ada yang menjadi pembuka dalam berdoa dan juga ada

Gunakan Re-active Pure Shine Shampoo untuk mengaktifkan kembali lapisan dan membersihkan pada saat yang bersamaan tanpa membiarkan film polimer atau bahan kimia pewarna lain

Hal tersebut dapat terjadi karena, anemon sebagai inang mengalami stress akibat kondisi lingkungan yang tidak mendukung (pada penelitian ini berupa kenaikan suhu) sehingga

Menurut warga, belum ada kajian dan sosialisasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terkait pembangunan ITF/TPST ini. Warga meminta agar pembangunan ITF/TPST ini