• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORITIS"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi menurut Everett M. Rogers dalam Cangara (2013:33) ialah proses pengalihan ide dari komunikator kepada komunikan yang memiliki tujuan mempersuasi . Sama dengan yang dikemukakan oleh Everett M. Rogers, dalam Baran (2012:5) mengemukakan bahwa komunikasi ialah perpindahan pesan dari komunikator kepada komunikan.

Berbeda dengan kedua pendapat di atas, Cangara (2013:33) mengartikan bahwa “Istilah komunikasi berasal dari Bahasa latin communis yang artinya membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih,. Komunikasi juga berasal dari akar kata communico yang artinya membagi”. Begitu pula Soyomukti (2010:55) juga mengatakan bahwa “Komunikasi berasal dari Bahasa latin communis yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis ialah communico yang artinya berbagi”.Dari keempat sumber atau pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi ialah proses pengiriman dan penerimaan pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan baik secara individua atau berkelompok.

2.1.1 Fungsi-fungsi komunikasi

Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson dalam Mulyana (2014:5) mengatakan ada dua fungsi. Pertama, yakni untuk kepentingan kehidupan pribadi individu tersebut dan yang kedua ialah untuk kehidupan bermasyarakat. Hampir sama dengan pendapat sebelumnya, dalam Nurudin (2010:15) juga membagi fungsi komunikasi kedalam tiga bagian. Yang pertama yakni proses penjagaan lingkungan sekitar individu. Kedua, menjembatani individu dengan masyarakat atau lingkungan sekitar, dan ketiga yakni meneruskan peninggalan atau nilai sejarah ke generasi yang akan datang.

Sedangkan hal berbeda disampaikan oleh Effendy (2006:8), fungsi komunikasi ialah “menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate),

(2)

8

menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence)”. Dapat disimpulkan dari ketiga sumber diatas bahwa, komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan setiap individu, baik dalam bersosialisasi atau berkomunikasi antara satu individu dengan individu lain, sebagai tempat bertukar informasi, dan komunikasi juga berguna sebagai tempat belajar atau mendidik, termasuk belajar dan meneruskan nilai-nilai sejarah untuk diteruskan dan dilestarikan oleh generasi yang selanjutnya.

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Komunikasi juga memiliki unsur-unsur yang berperan penting untuk mendukung proses terjadinya komunikasi, unsur-unsur komunikasi menurut Cangara (2018:29) yakni; pengirim (source), pesan (message), saluran atau media (channel), penerima (receiver), dan akibat/pengaruh (effect). Sedangkan unsur- unsur komunikasi menurut Soyomukti (2010:58) ialah; pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan), pesan, saluran komunikasi atau media komunikasi, dan efek komunikasi. Tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Cangara (2018:29) dan Soyomukti (2010:58), unsur-unsur komunikasi menurut Harold Lasswell dalam Effendy (2006:18-19) ialah; sender, encoding, message, media, decoding, receiver, response, feedback, dan noise.

Dari ketiga sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur komunikasi ialah komponen atau bagian yang saling mendukung atau berkesinambungan satu sama lain, dan jika salah satu unsur tersebut dihilangkan maka tidak akan terjadi suatu proses komunikasi yang sempurna. Berikut penjelasan unsur-unsur menurut Harold Lasswell dalam Effendy (2006:18-19) : a. Sender ialah, komunikator yang mengirim pesan kepada individu maupun

kelompok.

b. Encoding atau penyandian, yaitu perubahan pemikiran menjadi tanda.

c. Message yakni pesan berupa tanda yang memiliki dan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

d. Media ialah tempat lewatnya pesan yang yang dibawa oleh komunikator untuk komunikan.

(3)

9

e. Decoding atau pengawasandian, yaitu waktu dimana komunikan memilih arti yang tepat pada tanda yang sudah disampaikan oleh komunikator.

f. Receiver ialah individu yang sedang menerima pesan.

g. Response atau tanggapan, yakni reaksi atau sesuatu yang terjadi setelah komunikan menerima pesan.

h. Feedback ialah umpan balik atau tanggapan yang muncul pada komunikan setelah mengirim atau menerima pesan.

i. Noise atau gangguan yang tidak terduga dikarenakan berbedanya presepsi antara penerimaan pesan oleh komunikan dan pengiriman pesan oleh komunikator.

2.1.3 Bentuk-bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi Menurut Effendy (2007:7) dibagi menjadi empat, yakni; komunikasi persona (Personal communication), komunikasi kelompok (Group communication), komunikasi massa (Mass communication), dan komunikasi medio (Medio communication). Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Effendy, Cangara ( 2018:63-72) bahwa bentuk komunikasi dibagi menjadi empat bagian, yakni; komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), komunikasi antarpribadi (interpersonal communication ), komunikasi publik (public communication), dan komunikasi massa (Mass communication).

Sedikit berbeda dengan pendapat kedua sumber di atas, Mulyana (2008:80- 84) membagi konteks komunikasi menjadi lebih banyak mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat, konteks komunikasi yang dikemukakan ialah; komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication), komunikasi kelompok (group communication), komunikasi publik (public communication), komunikasi organisasi (organizational communication), dan komunikasi massa (mass communication). Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga pendapat di atas, bahwa bentuk-bentuk komunikasi dibagi sesuai dengan klasifikasi yang sudah ditentukan.

a. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), ialah komunikasi antara individu secara bertatap muka, sehingga memungkinkan setiap individu dapat merasakan reaksi individu lain secara langsung saat berkomunikasi baik

(4)

10

verbal maupun nonverbal. Bentuk khusus komunikasi ini ialah, komunkasi diadik (dyadic communication) yakni hanya melibatkan dua orang, seperti hubungan suami-istri, dua sejoli, guru dan murid, dan lainnya.

b. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication), ialah komunikasi dengan diri sendiri ontohnya ialah berfikir. Komunikasi intrapribadi digunakan sebagai landasan komunikasi antarpribadi yang berkomunikasi dengan beberapa individu, dan keberhasilan berkomunikasi dengan individu lainnya diukur oleh komunikasi pada diri sendiri.

c. Komunikasi kelompok (group communication), ialah sekelompok individu yang memiliki tujuan yang sama dan berkomunikasi untuk mencapai tujuan yang sama, dan adanya peran berbeda yang dipegang oleh tiap individu didalam suatu kelompok tersebut, contohnya ialah, keluarga, kelompok belajar, organisasi kemasyarakatan, sekolah, hingga organisasi lainnya.

d. Komunikasi publik (public communication), ialah komunikasi seorang individu dengan khalayak yang tidak dapat dikenali satu-persatu, contohnya ialah berpidato, ceramah, atau kuliah umum. Biasanya komunikasi publik memiliki daya tarik tersendiri yang terletak pada siapakah pembicaranya, seperti latar belakangnya, hingga cara menyampaikannya.

e. komunikasi organisasi (organizational communication), ialah komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi formal maupun informal dan berada dalam jaringan organisasi yang besar daripada jaringan di dalam komunikasi kelompok.

f. Komunikasi massa (mass communication) ialah, komunikasi menggunakan media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Pesan yang disampaikan oleh media juga bersifat umum dan disampaikan secara sekilas, khususnya media elektronik.

2.2 Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Baran (2012:7), ialah proses komunikasi antara individu dengan media massa. Hampir sama dengan pendapat sebelumnya, Nurudin (2015:3-4) juga mengatakan bahwa komunikasi massa adalah proses komunikasi yang melibatkan media massa. Sedangkan Soyomukti (2010:192) mengatakan

(5)

11

bahwa komunikasi massa ialah suatu kelompok yang menerima dan mengirimkan pesan kepada masyarakat dengan bantuan media massa. Dari ketiga sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa ialah proses mengirim serta menerima pesan antara individu maupun kelompok dengan media massa, yang mana bisa berupa media cetak, maupun media elektronik.

2.2.1 Fungsi-fungsi Komunikasi Massa

Karena definisi komunikasi massa secara garis besar ialah berkomunikasi lewat media massa, maka ada beberapa fungsi yang dikemukakan para ahli untuk membantu khalayak memahami apa sebenarnya fungsi dari komunikasi massa.

Berikut Fungsi-fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) dalam Ardianto (2017:14); surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (pertalian), transmission of values (penyebaran nilai-nilai), dan entertainment (hiburan).sedangkan menurut Nurudin (2015:65-93), fungsi-fungsi komunikasi massa ialah; informasi, hiburan, persuasi, transmisi budaya, mendorong kohesi sosial, pengawasan, korelasi, pewarisan sosial, melawan kekuasaan dan kekuatan represif, dan menggugat hubungan trikotomi. Tidak jauh berbeda, menurut Macbride dalam Effendy (2007:27) fungsi-fungsi komunikasi ialah; informasi, sosialisasi, motivasi, perdebatan dan diskusi, Pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan, dan integrasi.

Dari ketiga sumber di atas, dapat di simpulkan bahwa fungsi-fungsi komunikasi massa timbul karena adanya kegiatan komunikasi antara individu dengan media massa berupa informasi, hiburan, pendidikan, pewaris sosial dan sebagainya. Pengertian fungsi komunikasi massa yang lebih jelas dan rinci dikemukakan oleh Nurudin (2015:65-93) sebagai berikut :

a. Informasi

Fungsi utama dari komunikasi massa yang terpenting karena semua media massa memberikan informasi kepada khalayak, di televisi ada wartawan yang mencari fakta-fakta dilapangan dan menyajikan fakta-fakta yang ada di lapangan berupa siaran berita, infotaimen dan lain sebagainya. Jika di media cetak seperti majalah, tabloid maupun koran sama halnya dengan televisi karena disitu juga terdapat fakta-fakta yang di bentuk berupa tulisan. Buku juga merupakan sarana

(6)

12

yang juga memberikan informasi karena jika buku tersebut sudah ditulis atau melalui riset pada jaman terdahulu bisa di pertanggung jawabkan nilai keilmiahannya dan bukan merupakan buku fiksi.

b. Hiburan

Fungsi hiburan ini menjadi fungsi yang kedudukannya paling tinggi, karena televisi tidak dianggap sebagai tempat berbagi serta mencari informasi seperti pada hakekatnya, namun televisi masih dianggap hiburan. Contohnya di dalam sebuah keluarga ayah akan bekerja hingga sore hari sedangkan ibu berada dirumah ,dan ada pula anak-anak yang masih bersekolah, mereka akan berkumpul bersama keluarganya pada sore hari ketika semua telah berada dirumah dan akan menggunakan televisi sebagai sarana untuk melepas penat setelah beraktifitas dengan tontonan-tontonan yang menghibur. Namun, berbeda dengan media cetak karena tidak meletakkan hiburan di bagian depan namun tetap ada unsur-unsur hiburan di halaman tertentu dan biasanya dicetak berwarna dengan gambar yang menarik seperti teka-teki hingga cerita bergambar menjadi ciri-ciri bahwa media cetak tetap menyajikan hiburan bagi pembacanya.

c. Persuasi

Banyak fungsi persuasi yang dikemukakan oleh media, baik cetak maupun elektronik, contohnya banyak kata atau pesan-pesan yang muncul dalam media jika sekilas membacanya itu hanyalah tulisan biasa, namu jika kita teliti lebih dalam lagi maka fungsi persuasi akan muncul dalam tulisan tersebut. Fungsi persuasi ini bisa di gambarkan dalam waktu menjelang pemilu yang dimana para calon akan berlomba-lomba mencari dukungan dengan membuat berita-berita yang berasal dari pemerintah dan bermaksud untuk mempengaruhi, jika dengan cara tersebut dapat mengubah mindset seseorang maka calon tersebut sudah berhasil mempengaruhi seseorang untuk merubah pemikiran mereka.

d. Transmisi budaya

Transmisi budaya dibagi dalam dua tingkatan yakni kontemporer dan historis.

Kontemporer ialah transmisi budaya dari siaran-siaran yang ditayangkan oleh televisi pada zaman dahulu yang terus berrevolusi hingga sekarang, jika dahulu televisi menayagkan adegan yang dianggap tabu maka sekarang televisi justru harus melakukan perubahan dan harus bertanggung jawab terhadap hal tersebut,

(7)

13

karena televisi merupakan cermin dan pengikut waktu. Sedangkan historis ialah melewati atau menambah pengalaman baru untuk menuju ke masa depan, namun sudah dapat dibuktikan bahwa mereka bisa menyortir apa yang penting dan tidak penting untuk dibawa ke masa yang akan mendatang, serta membuang yang tidak dibutuhkan.

e. Mendorong kohesi sosial atau penyatuan

Media massa juga berguna untuk menyatukan masyarakat, contohnya jika media massa memberitakan pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama maka media tersebut sudah mendorong fungsi kohesi sosial.

f. Pengawasan

Media juga berfungsi sebagai pengawasan yang merujuk pada kejadian atau informasi yang terjadi pada sekitar kita, contohnya ialah jika media memberitakan adanya bencana alam seperti angin puting beliung, banjir, tanah longsor dan lain sebagainya maka diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya bencana alam tersebut. Contoh lainnya ialah media massa memberitakan bahwa nilai tukara mata uang Rupiah terhadap Dollar mengalami kenaikan sebesar 10%, maka dengan munculnya berita tersebut media sedang melaksanakan fungsi pengawasan dan peringatan akan nilai tukar rupiah yang semakin turun.

g. Korelasi

Fungsi korelasi ialah menghubungkan bagian-bagian atau elemen masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Hal ini bisa di contohkan dengan seorang reporter berita yang menuliskan sebuah berita akan menghubungkan antara narasumber dengan pembaca berita (menghubungkan salah satu unsur bagian masyarakat dengan unsur bagian masyarakat yang lainnya)

h. Pewarisan sosial

Media dapat menjadi pewaris sosial untuk generasi-generasi yang selanjutnya dengan membubuhkan nilai-nilai ilmu pengetahuan , nilai, norma, pranata, dan etika pada generasi ke generasi yang selanjutnya. Contohnya sebuah stasiun televisi yang ikut merayakan hari kemerdekaan dengan menyajikan gambaran- gambaran perjuangan Presiden Soekarno dengan menyajikan ide-ide serta gagasan yang pernah dikemukakan oleh beliau, maka suatu media tersebut sudah

(8)

14

dikatakan mewariskan ide serta gagasan Presiden Soekarno kepada generasi yang selanjutnya.

i. Melawan kekuasaan dan kekuatan represif

Media juga di gunakan untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif, dengan memberitakan informasi yang ternyata memiliki motif tertentu untuk melawan kekuasaan jadi media massa bisa memperkuat kekuasaan maupun sebaliknya.

j. Menggugat hubungan trikotomi

Hubungan trikotomi atau hubungan yang bertolak belakang antar tiga pihak ialah hubungan antara pemerintah, pers, dan masyarakat, hubungan ketiganya selalu tidak pernah mencapai mufakat karena tuntutan yang berbeda pada ketiganya.

Pemerintah akan mempromosikan dirinya sebagai elemen paling tinggi sedangkan pers dan masyarakat berada di awahnya, itu sangat jelas terlihat pada saat orde baru, yang mana pemerintah memiliki aturan yang ketat bagi pers maupun masyarakat. Namun media massa melalui berita-berita yang berbobot mengungkapkan peristiwa serta mengkritik kebobrokan pemerintah mampu keluar dari lingkaran trikotomi yang tidak demokratis.

2.2.2 Unsur-unsur komunikasi massa

Unsur-unsur komunikasi massa menurut Hibert, Ungurait, dan Bohn (1975) dalam Ardianto (2017:31) ialah; communicators (komunikator), codes, gatekeeper, regulator, media, audience, filter, feedback (umpan balik). Menurut Nurudin (2015:95-133) undur-undur komunikasi massa ialah; komunikator, isi, audience, umpan balik, gangguan, gatekeeper, pengatur dan filter. Sama dengan yang dikemukakan kedua sumber di atas, menurut Winarni (2003:14) ialah;

komunikator, pesan, media, khalayak, filter atau regulator, dan gatekeeper.

Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur komunikasi yang secara umum juga merupakan unsur-unsur komunikasi massa, yang menjadi perbedaanya hanya pada pesan yang diterima.berikut penjelasan unsur-unsur komunikasi massa menurut Nurudin (2015:95-133) :

a. Komunikator

Komunikator di dalam komunikasi massa ialah siapa saja yang berada dalam ruang lingkup media massa contohnya televisi, yakni pemimpin stasiun

(9)

15

televisi, para staff dan semua yang berkaitan dengan acara-acara di televisi.

Namun komunikator dalam media massa juga sebenarnya masih di kontrol oleh sekelompok orang atau lembaga-lembaga yang bernaung di atasnya.

b. Isi

Isi dalam komunikasi massa ialah berupa pesan-pesan yang di bagikan melalui media massa, isi yang di maksud ialah berita, hiburan, Pendidikan, iklan dan sejenisnya maupun bentuk persuasi. Isi yang telah disebutkan bisa berada di dalam media massa apa saja, baik media elektronik maupun media cetak.

c. Audience

Audience ialah individu yang meliputi pendengar radio, penonton televisi, pembaca surat kabar maupun majalah, yang semuanya memiliki perbedaan antara satu sama lain dalam merespon pesan media massa seperti pola berpikir, besar atau kecilnya perhatian, dan hingga komentar.

d. Umpan balik

Umpan balik atau feedback dibagi menjadi dua, yakni umpan balik langsung dan tidak langsung, namun di dalam komunikasi massa umpan balik banyak dikatakan tidak langsung. Misalnya di televisi, individu tidak dapat mengatakan acara tersebut bagus atau tidak, namun bentuk tinggi atau rendahnya rating program acara televisi tersebut akan memberikan pemikiran bahwa programnya bagus dan menjadi favorit para penonton.

e. Gangguan

Gangguan dalam komunikasi massa dibagi menjadi dua gangguan yang pertama yakni, gangguan saluran yang berada dalam media massa dapat berupa gangguan gelombang radio, gangguan pada televisi yang terjadi pada stasiun televisinya berupa gangguan pesawat, pencetakan kata yang tidak jelas atau buram pada surat kabar atau majalah. Gangguan juga bisa datang dari luar komponennya, misalnya di lingkungan kita mendengarkan radio ada suara bising yang membuat suara siaran jadi tidak terdengan dan dapat mengakibatkan terganggunya proses komunikasi. Gangguan yang kedua ialah gangguan sematik yang diartikan sebagai penataan kalimat. Contoh yang menggambarkan gangguan sematik ini ialah, ketika bintang tamu program televisi menggunakan bahasa yang sangat ilmiah atau Bahasa yang tidak umum

(10)

16

sedangkan penonton program tersebut notabennya individu yang masih dibawah umur dan belum mengerti betul apa yang diucapkan oleh bintang tamu tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh narasumber tidak akan diterima oleh penonton dikarenakan kurangnya pemahaman bahasa yang dimiliki oleh penonton.

f. Gatekeeper

Gatekeeper dalam komunikasi massa dapat digambarkan berupa pintu, satu jalan penting yang berfungsi sebagai keluar atau masuknya sebuah berita, gatekeeper di dalam sebuah media dapat berupa reporter berita hingga editor, peranan gatekeeper dapat berupa memodifikasi , menmbahkan atau mengurangi sebuah berita yang akan disebarkan kepada khalayak.

g. Pengatur

Pengatur yang di maksud ialah pemerintah dan masyarakat, karena diantara kelompok-kelompok tersebut memiliki kepentingan masing-masing dan rasa ingin menguasai. Dalam lingkaran trikotomi itulah kelompok yang satu dan yang lain akan selalu mengontrol apa yang di beritakan atau dikeluarkan oleh media, dan begitu pula media massa memiliki kekuatan besar yang tidak jarang di manfaatkan atau mengatur regulasi media massa untuk kepentingan pihak tertentu.

h. Filter

Proses penerimaan pesan yang di alami oleh setiap individu akan berbeda, itu karena adanya filter didalam diri individu yang berupa faktor psikologis, fisik, maupun latar belakang kebudayaan atau hal-hal lain yang di anut oleh setiap individu. jadi meskipun berita yang dilihat atau dibaca oleh dua orang yang berbeda baik pengalaman maupun kepercayaannya akan menimbulkan efek yang berbeda, seperti satu individu setuju dengan apa yang disampaikan oleh media dan yang satu lagi tidak setuju karena menurutnya itu bertentangan dengan ideologi yang ia anut.

(11)

17 2.2.3 Efek Komunikasi Massa

Keith R. Stamm Dan John E. Bowes (1990) dalam Nurudin (2015:206) membagi efek ke dalam dua bagian dasar. Pertama, efek primer yakni berupa perhatian serta pemahaman yang timbul pada diri individu ketika sedang menerima pesan dari media. Kedua, efek sekunder yang dibagi menjadi dua garis besar yaitu,berupa perubahan tingkat kognitif, meliputi tingkah laku dan pengetahuan yang berubah. Dan yang terakhir berupa perubahan perilaku meliputi penerimaan dan menentukan pilihan.

Hampir sama dengan pendapat yang dikemukakan sebelumnya, begitu pula Steven M. Chaffee dalam Wilhoit dan Harold de Bock (1980:78) dalam Rakhmat (2012:216) membagi pendekatan efek media menjadi tiga bagian, pertama efek ialah yang berhubungan dengan pesan atau media tersebut. Kedua, melihat jenis perubahan dalam diri individu, menerima informasi, perubahan aspek psikologis maupun tingkah laku. Ketiga, melihat atau meninjau individu atau kelompok tertentu yang terkena efek komunikasi massa.

Sedangkan Donald K Robert dalam Ardianto (2017:49) menyatakan bahwa

“efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”.

Dari ketiga sumber tersebut, dapat ditarik garis merahnya bahwa efek media akan masuk pada individu melewati pengetahuan, sikap maupun perilaku. maka dari itu setiap pesan yang disampaikan oleh media hendaknya tidak serta-merta diterima oleh setiap individu, namun harus dicermati terlebih dahulu.

a. Terpaan media atau media exposure

Menurut Ardianto (2017:168) terpaan media ialah proses pengumpulan data individu dari penggunaan media meliputi televisi, majalah, serta radio, seberapa sering individu tersebut melihat media, dan butuh berapa lama individu menggunakannya. Rakhmat dalam Sari (1993) dalam Marta dan William (2016:71), mengatakan bahwa terpaan media ialah seberapa sering individu menggunakan media massa, meliputi televisi, majalah, surat kabar, dan radio.

(12)

18

Dan menurut ilhamil (2014:3) terpaan media ialah serangkaian kegiatan yang menimbulkan pengetahuan hingga ketertarikan antara individua tau kelompok yang melibatkan media massa di dalamnya. Dari ketiga sumber yang pendapatnya memiliki beberapa persamaan, dapat di simpulkan bahwa terpaan media ialah timbulnya pengetahuan hingga ketertarikan akibat satu rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan media massa yakni menonton televisi, membaca surat kabar atau majalah, dan mendengarkan radio. Terpaan dapat di ukur dengan durasi, frekuensi dan atensi seseorang yang sedang menggunakan media massa.

b. Pengaruh media

Pengertian pengaruh secara umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah, “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”. Sedangkan menurut Cangara (2018:34), pengaruh ialah perubahan sikap, pengetahuan, dan perilaku yang terjadi pada diri individu sebelum dan sesudah menerima pesan.

Media ialah sebuah perantara yang menghubungkan komunikator dengan komunikan (Arsyad 2014:3). Menurut Cangara (2018:34), “media ialah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak”.

Dari ketiga definisi yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa pengaruh media ialah timbulnya perubahan dalam diri individu, baik berbentuk pengetahuan (knowledge), sikap maupun perilaku, karena adanya aktifitas penerimaan pesan yang di dapat dari berbagai media, dapat berupa media massa, media public, media kelompok dan media antarpribadi .

2.2.4 Bentuk-bentuk Komunikasi Massa

Bentuk komunikasi massa menurut Romli (2016:71) surat kabar, radio, televisi dan film. Winarni (2003:23-38) juga mengemukakan bentuk media cetak ialah; buku, majalah, dan surat kabar. Sedangkan media elektronik yaitu; radio siaran, televisi, dan film. Menurut Ardianto (2017:103) Media massa dibagi ke dalam dua kategori yakni, media massa cetak yang meliputi majalah serta surat kabar, lalu media elektronik meliputi televisi, film,internet dan radio siaran.

(13)

19

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa dibagi menjadi dua bentuk yakni media cetak dan media elektronik, berikut penjelasan lengkapnya menurut Winarni (2003:23-38) :

a. Buku

Buku adalah jenis media massa yang baru dikenal di dataran Eropa pada abad pertengahan dan hanya di peruntukkan bagi kaum elit saja. Seiring berjalannya waktu, hadirnya percetakan memberikan dorongan demokratisasi di bidang informasi yang semua dikuasai dan diperuntukkan bagi kaum elit saja, maka sekarang informasi harus disebar luaskan secara merata pada seluruh lapisan masyarakat.

b. Surat kabar

Surat kabar adalah termasuk media massa tertua di dunia, selain untuk menyebarkan informasi, surat kabar juga digunakan untuk memuat berita pembangunan serta informasi-informasi untuk rakyat Indonesia disaat masa orde baru. Namun surat kabar juga menyajikan sisi hiburan yang berupa rubrik cerita, feature, serta komik.

c. Majalah

Majalah memiliki sasaran pembaca yang beragam dan tentunya tema majalahnya juga akan mengikuti sasaran pasar yang akan dituju, misalnya sasaran pasarnya seperti pebisnis, maka majalah itu akan menyajikan tema bisnis yang dapat memberikan informasi kepada pembacanya. Ada pula sasaran yang berupa pembaca dengan selera fashion dan hobi yang tinggi maka majalah akan memberikan tema yang sesuai untuk dibaja oleh setiap pembacanya. Majalah berbeda dengan surat kabar, jika surat kabar memiliki aktualitas waktu yang pendek yaitu hanya satu hari saja, namun majalah bisa memiliki aktualitas waktu hingga satu minggu. Waktu terbit majalah juga tidak setiap hari layaknya surat kabar, biasanya majalah terbit seminggu sekali atau bahkan sebulan sekali.

(14)

20 d. Radio siaran

Radio siaran juga memiliki fungsi kontrol sosial, menghibur, mendidik serta persuasi, sama dengan yang dilakukan oleh surat kabar. Namun, radio siaran merupakan alat komunikasi yang melewati jaringan-jaringan yang disusun sedemikian rupa serta dirancang oleh beberapa stasiun radio. Radio dapat dikatakan sebagai alat komunikasi yang fleksibel karena dapat dibawa dimanapun dan kapanpun, serta radio dapat menyiarkan secara langsung peristiwa-peristiwa apa yang tengah terjadi melalui siaran reportase, hal itu berbeda dengan surat kabar yang harus membutuhkan proses penyusunan hingga percetakan.

e. Televisi

Televisi ialah alat komunikasi yang menyajikan audio serta visual yang mana fungsinya sama dengan media massa yang lainnya yakni, memberi informasi, hiburan, serta persuasi.

f. Film

Film merupakan gambar bergerak yang merupakan produk dari komunikasi audio visual, film pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat. Pada awalnya film hanyalah gambar bergerak yang bisu dan hanya berwarna hitam putih. Namun seiring berkembangnya industri film di dunia, kini film telah semakin berkembang dan memliki macam-macam genre.

2.3 Definisi Film

Film menurut Arsyad (2014:50) ialah gambar yang ada di banyak bingkai yang berurutan lalu di tempatkan pada proyektor sehingga ketika di putar akan kelihatan bergerak. Berbeda dengan Arsyad, menurut Cangara (2018:154) film adalah proses menampilkan gambar melalui proyektor, namun film juga ditampilkan dalam media elektronik seperti televisi. Berbeda lagi dengan Ardianto (2017:143) yang menyatakan bahwa film ialah hasil dari komunikasi massa berlatarkan audio visual. Dapat disimpulkan dari ketiga sumber yang berbeda bahwa, film ialah sekumpulan gambar bergerak yang di tampilkan melalui

(15)

21

proyektor serta televisi dan film juga merupakan produk audio visual karena menghasilkan gambar serta suara.

2.3.1 Fungsi Film

Fungsi utama film ialah hiburan, namun film juga berfungsi secara informatif, edukatif dan persuasive (Ardianto 2017:145). Menurut Mudjiono (2011:136) Film berfungsi sebagai sarana sosialisasi yang dapat menyatukan kebersamaan antar masyarakat. Sama dengan apa yang dikemukakan Ardianto (2017:145) dan Mudjianto (2011:136), Munir (2017) juga mengatakan bahwa film memiliki fungsi menghibur, informasi, edukatif, persuasif dan film juga dapat menjadi tempat penyampaian pesan oleh pembuatnya seperti mereprentasikan symbol serta budaya. Dapat disimpulkan bahwa fungsi film ialah, untuk menghibur, memberi informasi, mengedukatif dan mempersuasi para penontonnya.

2.3.2 Genre-genre Film

Seiring berkembangnya waktu, film telah memiliki berbagai macam genre, genre film menurut IDS (2015) yaitu; action, petualangan, komedi, kejahatan dan gangster, drama, epos atau historical, horror, musical atau tarian, science fiction, perang, dan western. Suyitno (2018) juga menjabarkan genre film sebagai berikut;

drama, action, horror, thriller, war, komedi, science fiction, adventure, musical, dan western. Hampir sama dengan yang dikemukakan oleh kedua sumber di atas, menurut Jogja film (2014) genre film dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut; action, thriller, komedi, adventure, animation, biography, comedy, crime, documentary, drama, family, fantasy, history, horror, musical, mystery, romance sci-fi, sport, war, dan western.

Dari pendapat ketiga sumber di atas, terdapat pernyataan atau genre yang sama, sedangkan perbedaan genre yang di kemukakan hanya ada beberapa saja.

Berikut jenis-jenis genre film menurut IDS (2015) beserta penjelasannya :

a. action

(16)

22

Genre action biasanya menampilkan aksi heroik ditengah-tengah cerita yang menegangkan atau mencekam, gerakan atau peran yang dimainkan oleh para tokoh juga terkadang menuntut untuk menggunakan stuntman.

b. adventure

Genre ini menyajikan cerita perjalanan yang cenderung asyik dan terkadang dapat menguji nyali pula, biasanya ceritanya akan berlatarkan perjalanan ke suatu tempat yang memiliki sejarah dan penonton juga dibuat kagun oleh efek visualnya.

c. comedy

Comedy ialah genre yang menyajikan adegan-adegan konyol atau parodi yang akan membuat penontonnya terhibur hingga tertawa.

d. crime dan Gangster

Biasanya genre ini menceritakan tentang sekelompok penjahat yang bertahan hidup dengan cara membunuh atau merampok. Genre ini

e. drama

Genre drama menceritakan kisah perjalanan hidup atau siklus kehidupan rumit maupun yang bahagia.

f. horror

Film bergenre horror bertujuan untuk menakut-nakuti penontonnya dengan menyajikan perjalanan spiritual, atau menyajikan cerita legenda mistis yang masih berupa misteri dan biasanya akan dipecahkan dalam film horror tersebut.

g. epic / historical

Menyajikan cerita-cerita kerajaan terdahulu atau zaman-zaman kekaisaran yang emakai pernak Pernik mendetail seperti baju, alat perang hingga kerajaan yang dibangun sedemikian rupa hingga mirip dengan kerajaan aslinya.

h. musical / dance

(17)

23

Dalam genre ini, akan ada banyak koreografi, lagu, maupun tarian yang akan di tunjukkan baik perseorangan maupun berkelompok.

i. science fiction

Genre ini menyajikan banyak pahlawan, ilmuan, monster, planet-planet hingga tempat yang imajinatif.

j. perang

Menyajikan kisah tentang peperangan, namun biasanya diselipkan adegan memilukan hingga horror.

k. westerns

Genre westerns ini menggambarkan bangsa amerika dengan kuda, koboi serta senjata-senjata yang memang menjadi ciri khasnya.

2.3.3 Jenis-Jenis Film

Film terbagi ke dalam beberapa jenis berikut jenis-jenis film menurut Ardianto (2017:148-149); film cerita, film berita, film dokumenter, dan film animasi. Menurut Widharma (2017) jenis film dibagi menjadi tiga yakni; film dokumenter, film fiksi, dan film eksperimental. Sama dengan yang dikemukakan oleh Ardianto(2017:148-149), Munir (2017) juga menjabarkan jenis film sebagai berikut; film cerita, film berita, film documenter, dan film animasi.

Dari ketiga pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa jenis film di bagi menjadi empat, berikut penjelasan jenis-jenis film yang dikemukakan oleh Ardianto (2017:148-149) :

a. film cerita

film cerita atau story film ialah, film yang mengangkat kisah-kisah atau tragedi nyata yang telah dimodifikasi sedemikian rupa dan biasanya film tersebut akan menyajikan unsue-unsur informatif maupun menghibur.

b. film berita

(18)

24

film berita juga biasa disebut newsreel yaitu film yang menyajikan fakta-fakta lapangan atau peristiwa yang benar-benar terjadi seperti perang, atau kerusuhan yang tengah terjadi. Namun film tersebut harus benar-benar mengandung unsur berita, dan biasanya aka nada seorang narrator yang akan membacakan narasinya.

c. film dokumenter

film dokumenter ialah film yang memperlihatkan keadaan atau kenyataan sesungguhnya tanpa adanya rekayasa. Biasanya film dokumenter menceritakan kegiatan-kegiatan masyarakat maupun upacara adat isdtiadat.

d. film animasi

Menurut kurniawan (2006: 3) dalam Santi (2014:45) animasi Merupakan lukisan yang Digambar satu persatu dan di kumpulkan sesuai urutan sehingga gambar tersebut menghasilkan gerakan. Hampir sama dengan apa yang dikemukakan kurniawan, bahwa Darmawan (2008:1) dalam Putri (2013:2) juga mengemukakan film animasi ialah proses pembuatan gambar satuan menjadi gambar yang bergerak dan ditambahkan unsur dialog agar lebih menarik.

Pengertian animasi yang tidak berbeda jauh juga dikemukakan oleh Ibiz Fernandes dalam bukunya Macromedia Flash Animation & Cartooning, dalam Bukhari (2015:2) bahwa animasi ialah serangkaian gambar yang dipindahkan guna membentuk seuah pergerakan, animasi memiliki arti menjadikan, yang hanya gambar mati menjadi bergerak. Dari ketiga sumber tersebut, dapat ditarik inti atau kesimpulannya bahwa, film animasi ialah gambar-gambar yang telah disusun sedemikian rupa dan akan menimbulkan gerakan sehingga terlihat lebih hidup. Gambar yang di buat sedemikian rupa oleh creatornya akan diberi warna- warna yang cerah serta ditambahkan audio effect agar semakin menarik.

(19)

25

2.4 Film Animasi Sebagai Media Komunikasi Massa

Media massa mempunyai peran masing-masing di setiap perkembangannya, dalam pembahasan ini Film Animasi menjadi bentuk komunikasi massa dari Televisi yang berupa Audio (suara) dan Visual (gambar). Setiap Program atau tayangan yang disiarkan oleh Televisi memiliki maksud dan tujuan tertentu sesuai sasaran penikmatnya, begitu pula Film Animasi yang banyak menampilkan pesan sosial maupun pesan pendidikan.

Mengigat film Animasi dinikmati oleh berbagai kalangan dan terutama Anak-Anak, maka Film Animasi menjadi sarana komunikasi yang dirasa efektif karena menampilkan audio serta visual yang akan mudah untuk diterima oleh semua kalangan secara langsung.

2.5 Pengertian anak-anak

Sobur (1988) dalam Elsera (2017:13) mengartikan bahwa anak ialah individu yang memiliki ketertarikan di lingkungan sekitarnya namun, baik psikologis hingga pengertian tingkah lakunya masih memiliki keterbatasan. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh sobur, menurut singgih D. (2008:16) anak ialah individu polos yang mudah terrangsang oleh lingkungan disekitarnya. Dari kedua pendapat yang sejalan, anak ialah seorang individu yang masih mudah terpengaruh untuk mengikuti apa yang ada disekitarnya.

Sedangkan definisi anak menurut Haditono dalam Damayanti (1992) dalam Idah (2017:25), anak ialah seorang individu yang masih memerlukan perhatian serta perawatan penuh dari orang tuanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak ialah mahluk sosial yang membutuhkan perhatian serta bimbingan dari kedua orang tuanya, karena anak masih mudah mengikuti arus lingkungannya baik itu arus yang positif maupun negativ.

(20)

26 2.6Perkembangan anak-anak

Perkembangan anak menurut Lois Hoffman cs dalam Sumanto (2014:3) “ perkembangan adalah proses yang terjadi dalam diri individu sepanjang rentang kehidupan”. Namun menurut Yusuf Syamsu (2001:15) dalam Susanto (2011:3) perubahan ialah proses yang dijalani oleh tiap individu untuk melalui umur yang lebih dewasa, pertumbuhan terjadi secara teratur dan saling berkaitan baik pertumbuhan fisik maupun psikologis individu. namun berbeda dengan kedua sumber di atas, Poerwanti (2000:22) menekankan bahwa perkembangan ialahh proses berkembangnya psikologis individu yang terstruktur dan nyata selama hidupnya.

Dapat disimpulkan dari ketiga pendapat di atas, bahwa perkembangan ialah perubahan-perubahan yang akan dialami sepanjang rentan kehidupan, namun perkembangan lebih di tekankan pada perubahan serta pertumbuhan di dalam aspek psikologis seorang anak dan bukan dalam aspek fisik. Perubahan yang dialami dalam aspek psikologis ini mencakup individu menuju proses kedewasaan yang mana perkembangan akan bertahap seiring berjalannya waktu serta adanya dorongan dari lingkungan di sekitarnya.

2.6.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

Tidak dapat di pungkiri bahwa ada pula faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalanya suatu proses perkembangan pada anak, menurut Piaget dalam Sumanto (2014:55-58), proses perkembangan di pengaruhi oleh empat faktor yaitu; bakat atau pembawaan, sifat-sifat keturunan, pengalaman, transmisi sosial, dan ekuilibrasi. Sedangkan menurut Poerwanti (2000:23-24) factor yang mempengaruhi perkembangan ialah; penampilan diri, perilaku, setereotip budaya, nilai-nilai budaya, dan perubahan peranan. Sedikit berbeda dengan kedua pendapat di atas, menurut Suryana (1996:40-42) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ialah; faktor keturunan (genetik), faktor hormonal, faktor gizi, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya.

Dari ketiga pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulannya bahwa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan ialah apa yang ada di sekitar seorang individua tau di dalam ruang lingkup individu tersebut seperti lingkungan, pengalaman

(21)

27

hingga faktor keturunan. Berikut penjelasan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan menurut Piaget dalam Sumanto (2014:55-58) :

a. Bakat atau pembawaan

Ketika anak dilahirkan, ia akan memiliki bakat yang tidak bisa diperkirakan.

Bakat yang dibawa oleh anak juga bermacam-macam seperti bakat di dunia musik, seni, maupun kecerdasan. Dan yang di maksud dengan pembawaan ialah dorongan dan insting yang akan menjalankan sesuatu atau bertindak pada saatnya, sedangkan insting ialah sifat yang muncul dari individu untuk melaksanakan dorongan batin.

b. Sifat-sifat keturunan

Sifat keturunan tiap individu di dapat dari orang tua maupun nenek moyangnya, baik berupa fisik maupun psikologis. Contohnya keturunan berupa fisik ialah hidung yang mancung, tinggi badan hingga warna rambut tertentu. Sedangkan untuk keturunan secara psikologis atau sifat, contohnya ialah sifat pendiam, pemarah dan lain sebagainya. Karena adanya sifat-sifat keturunan yang ada pada anak, maka pengawasan serta pengarahan orang tua akan menjadi sangat penting agar anak tidak menumbuhkan kepribadianya kearah yang salah.

c. Pengalaman

Pengalman dibagi menjadi dua yakni pengalaman fisis dan logika matematis, pengalaman fisis melibatkan hal-hal tertentu dari suatu objek Sedangkan pengalaman logika matematis ialah pengalaman yang digambarkan bukan dari objek namun, dari perilaku.

d. Transmisi sosial

Dalam hal ini transmisi sosial digambarkan sebagai penjelasan pengaruh budaya terhadap pola berpikir anak karena keadaan sosial maupun budaya sangat berpengaruh kepada proses pertumbuhan anak.

e. Ekuilibrasi

Proses ekuilibrasi atau keseimbangan diakibatkan oleh tiga proses yakni heriditas, pengalaman dan transmisi sosial. Faktor yang menunjukkan adanya

(22)

28

keseimbangan dalam faktor ini ialah ketika anak berkomunikasi dengan khalayak, anak tersebut akan mengalami gangguan, yang mana gangguan tersebut muncul ketika anak tidak dapat merespon. Maka gangguan tersebuta akan mengakibatkan psikologis anak tidak stabil.

2.7 Perilaku meniru pada anak

Menurut Susanto (2011:3) anak ialah jiplakan dari orang tuanya, sifat meniru anak tidak hanya datang dari orang tua, namun dari lingkungan disekitarnya pula, termasuk media massa , teman-temannya serta individu lain yang berada disekitarnya yang sudah melebihi umur anak tersebut. Sejalan dengan apa yang dikemukakan Susanto, Madyawati (2017:50) mengatakan bahwa anak akan begiu saja meniru apapun yang ia peroleh sebagai pengetahuan, entah itu hal yang baik maupun hal yang buruk.

Namun menurut Gabriel Tarde dalam Gerungan (1988:58) beliau mengatakan bahwa “seluruh kehidupan sosial itu berdasarkan faktor imitasi saja”.

Pendapat kedua sumber diatas memiliki keselarasan yang dapat disimpulkan bahwa anak akan meniru apa yang ada di lingkungan sekitarnya, kebanyakan anak akan meniru perilaku yang ada di lingkungan sekitarnya baik dari individu lain, maupun dari media tertentu misalnya televisi, serta permainan. Namun pendapat Gerungan, bahwa seluruh kehidupan merupakan faktor imitasi dari lingkungan sekitarnya saja yang banyak mengandung arti yang berlainan, namun seperti yang sudah di jabarkan oleh Susanto dan Madyawati akan menggambarkan seperti apa faktor imitasi yang ada pada pendapat tersebut.

2.7.1 Faktor-faktor yang menimbulkan perilaku meniru

Perilaku meniru pada anak tidak serta merta timbul begitu saja, namun ada beberapa hal yang menjadi sebab timbulnya perilaku tersebut, menurut Gerungan (1998:59) faktor yang menimbulkan seorang anak untuk meniru ialah; minat dan perhatian yang tinggi, sikap mengagumi, dan presepsi nilai yang tinggi. Sedikit berbeda dengan apa yang dikemukakan Gerungan (1998:59), menurut PAUD Jateng (2019) perilaku meniru timbul karena; pengaruh ketidakpastian, untuk

(23)

29

memajukan interaksi sosial, mempertinggi kemiripan terhadap yang lain, timbulnya emosi, dan untuk mencapai tujuan.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku meniru tidak serta merta terjadi, namun terdapat faktor pendukung yang mana akan mendorong timbulnya perilaku meniru pada, berikut penjelasan Gerungan (1998:59) ada tiga faktor yang mendorong seseorang melakukan hal meniru, yakni :

a. Minat serta perhatian yang tinggi pada sesuatu, contohnya seorang anak yang memiliki minat menjadi model akan terus menggali informasi maupun cara atau langkah-langkah bagaimana cara berjalan di catwalk secara baik dan benar seperti para model yang professional.

b. Sikap mengagumi, sama halnya dengan contoh di atas bahwa individu yang mengagumi seorang idola yang dianggap baik dan memberikannya inspirasi, maka individu tersebut akan menirukan apa saja yang idolanya lakukan bahkan meniru gaya berbusana, berbicara, maupun hal-hal digemari oleh idolanya.

c. Karena presepsi nilai yang tinggi, presepsi nilai yang dimaksud ialah pengakuan dari lingkungan sekitar ketika individu tersebut dianggap keren, kece, atau

“wah” dengan pernyataan-pernyataan yang menunjukkan kekagumannya karena meniru semua yang ada pada idolanya.

2.8 Penggunaan Bahasa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Penggunaan di katakan juga sebagai pemakaian, proses, cara atau perbuatan menggunakan sesuatu”. Sedangkan definisi Bahasa menurut Dardjowidjojo (2005:16) ialah sebuah perangkat kata yang sudah disetujui dan dipakai untuk berinteraksi ke sesama individu, berdasarkan adat atau aturan yang berlaku dilingkungannya. Hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Dardjowidjojo (2015:16), Kridalaksana (1983) dalam Djoko Kentjono (1982) dalam Hakim (2014:2) juga berpendapat bahwa Bahasa ialah kata-kata yang sudah disepakati oleh lingkungannya dan digunakan untuk menjalin hubungan sosial dengan individu serta lingkungan sekitarnya.

Sedangkan dasar penggunaan bahasa yang dikemukakan oleh Kinneavy (1980) dalam Utami (2017:190) bahwa “Dasar penggunaan bahasa adalah

(24)

30

mengungkapkan (encodes) pesan, tanda bahasa yang membawa pesan, realitas yang diacu oleh pesan, dan penerima pesan (decoder)”. Dari keempat sumber yang mengemukakan pendapat berbeda tentang konsep ini, dapat di Tarik kesimpulan bahwa penggunaan Bahasa ialah suatu kegiatan penggunaan kata-kata yang sudah disepakati oleh lingkungan setiap individu, untuk berkomunikasi atau merajut hubungan antar individu dengan lingkungan sekitarnya. Penggunaan Bahasa juga melibatkan individu sebagai komunikator, menghadirkan pesan dan individua atau kelompok sebagai penerima pesan.

2.9 Bahasa Melayu

Menurut Setiawan (2019) bahasa melayu ialah akar dari bahasa Indonesia tepaatnya saat kerajaan Sriwijaya masih berjaya, bahasa Melayu memang digunakan untuk berkomunikasi antar kelompok, selain itu bahasa Melayu juga digunakan berkomunikasi oleh para gujarat. Sama dengan apa yang dikemukakan oleh Setiawan, menurut Romadecade (2018) bahwa bahasa Indonesia masih memiliki hubungan dengan bahasa Melayu sejak masa kejayaan Sriwijaya, karena pada masa itulah bahasa Melayu digunakan untuk berkomunikasi, dan ada pula prasasti yang menjadi bukti bahwa bahasa Melayu sudah digunakan sejak tahun 683 M yang lalu.

Begitu pula menurut Linguistik (2017) bahasa Melayu memang sejak dahulu sudah di gunakan sebagai bahasa untuk berkomunikasi, bahasa Indonesia yang sekarang kita gunakan juga tidak jauh berbeda dengan bahasa Melayu. Jika menilik sejarahnya, bahasa Melayu sudah digunakan pada saat zaman kerajaan Sriwijaya dan digunakan untuk berkomunikasi. Dari ketiga pendapat diatas yang sejalan, bisa ditarik kesimpulannya bahwa bahasa Melayu ialah akar bahasa Indonesia yang digunakan oleh khalayak hingga sekarang, bahasa Melayu juga sudah digunakan sejak zaman kerajaan Sriwijawa untuk berkomunikasi dengan lingkungan, maupun kerajaan-kerajaan yang lainnya serta bahasa Melayu juga digunakan oleh para pedagang di dalam maupun luar negara Indonesia untuk berkomunikasi.

(25)

31 2.9.1 Pembagian Bahasa Melayu

Perkembangan Bahasa melayu Menurut Prasetyo (2017) dibagi menjadi tiga tahap yakni; Bahasa Melayu kuno, Bahasa melayu klasik, dan Bahasa Melayu Modern. sedangkan menurut Ilahi (2018) Bahasa melayu juga di bagi menjadi tiga tahap utama yaitu; Bahasa Melayu kuno, Bahasa Melayu klasik, dan Bahasa Melayu modern. sama pula dengan apa yang dikemukakan oleh kedua sumber di atas, Aslim (2015) juga menyatakan bahwa Bahasa Melayu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu; Bahasa Melayu kuno, Bahasa Melayu klasik dan bahasa Melayu modern.

Dari ketiga pendapat yang sama dapat di simpulkan bahwa Bahasa melayu dibagi menjadi tiga tahapan utama dengan seiring berkembangnya zaman pada saat itu. Karena bahasa Melayu telah digunakan beribu-ribu tahun yang lalu, maka berikut penjelasan bahasa Melayu yang terbagi menjadi tiga periode besar, menurut Aslim (2015) :

a. Bahasa Melayu kuno (0-1400 M)

Bahasa melayu kuno ini dugunakan untuk berkomunikasi oleh penduduk daerah pesisir Timur Sumatra, Semenanjung Malaya, dan pesisir Barat Kalimantan.

Dibuktikan dengan adanya penemuan prasasti dan kitab yang ditemukan dari peninggalan zaman dahulu, namun tulisan yang ada pada prasasti tersebut berbahasa Sangsekerta.

b. Bahasa Melayu klasik (1400-1800M)

Pada era melayu klasik, bahasa yang digunakan berkiblat pada para ahli sastra Melayu pada zaman kerajaan di Sumatra serta Semenanjung Malaya dan, sejak saat itulah banyak ditemukan prasasti hingga hikayat-hikayat yang ditulis oleh ahli sastra pada zaman itu. Dimulai pada zaman inilah bahasa-bahasa yang dahulu digunakan banyak memiliki kemiripan dengan bahasa yang digunakan spada zaman sekarang.

c. Bahasa Melayu modern (1800-sekarang)

(26)

32

Pada zaman inilah bahasa Melayu banyak digunakan oleh pedagang di dalam negri maupun dari luar negri, dari Sabang hingga Marauke banyak pelaku perdagangan menggunakan bahasa Melayu untuk tawar-menawar atau negosiasi agar mendapatkan harga yang murah. Setelah adanya prasasti yang ditemukan pada zaman bahasa Melayu kuno berupa bahasa Sangsekerta, kali ini prasasti yang ditemukan pada era Melayu klasik banyak ditemukan menggunakan berbahasa Arab atau Aksara Jawi. Karena kedatangan bangsa Eropa, bahasa Melayu Modern mulai mengalami perubahan besar dengan ditulis menggunakan bahasa Latin.

2.10 Teori Jarum Hipodermik

Teori Jarum Hipodermik atau Hypodermic Needle Theory menurut Nurudin (165:2015) ialah pesan yang jelas dan mudah untuk direspon atau diterima . Sedangkan menurut Oktarina (95:2017) dalam Teori Jarum Hipodermik dikatakan bahwa, komunikan merupakan individu yang rentan terhadap pesan-pesan yang disebarkan oleh media massa. Hampir sama dengan yang dikemukakan oleh kedua sumber di atas, bahwa menurut Ardianto (61:2017) Teori Jarum Hipodermik digambarkan sebagai media yang memiliki kekuatan besar, dan yang menerima pesan atau komunikan dianggap menerima pesan begitu saja (pasif) dan tidak tahu apa-apa.

Dapat disimpulkan bahwa, pesan media massa digambarkan sebagai jarum suntik yang menyuntikkan kepada suatu benda tanpa ada penghalang dan langsung terkena benda itu yang diibaratkan sebagai audience. Maka, audience tersebut akan terkena dampak pesan dan akan menunjukkan reaksi atau tujuan yang diharapkan oleh penyuntik. Teori Jarum Hipodermik ini juga di sebut Teori Peluru (Bullet Theory), karena pesan media diibaratkan sebagai peluru yang jika ditembakkan akan melesat dan langsung mengenai sasaran atau audience tanpa adanya penghalang atau perantara.

(27)

33 2.11 Hipotesis

Hipotesis ialah pendapat atau pernyataan yang belum tetntu kebenarannya dan masih harus di uji terlebih dahulu, hipotesis masih bersifat sementara atau dugaan awal (Kriyantono 2009:28). Untuk mencapai tujuan penelitian maka penulis menyusun model hipotesis sebagai berikut :

Ha : Ada pengaruh terpaan film animasi Upin dan Ipin terhadap penggunaan Bahasa Melayu pada anak-anak

Ho : Tidak ada pengaruh terpaan film animasi Upin dan Ipin terhadap penggunaan Bahasa Melayu pada anak-anak

2.12 Definisi konseptual

a. Terpaan ialah suatu keadaan dimana individu sedang beraktifitas dengan media massa seperti, menonton televisi, membaca surat kabar atau majalah maupun mendengarkan radio, yang mana ada proses penerimaan pesan yang diterima oleh setiap individu dan akan menimbulkan suatu ketertarikan hingga pengetahuan yang berkaitan dengan media massa tersebut. Terpaan dapat di ukur dengan durasi maupun frekuensi penggunaan media tersebut pada tiap individu.

b. Film animasi ialah, sebuah produk audio visual yang berupa kumpulan gambar atau lukisan yang terstruktur sehingga membentuk sebuah cerita dan di susun menjadi satu agar menghasilkan gerakan demi gerakan gambarnya dan terlihat hidup. Karakter film animasi juga dibuat seunik mungkin dengan sentuhan warna-warna yang menarik, serta diberikan sound effect. Film animasi juga dapat di nikmati oleh semua golongan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, karena cerita pada film animasi cenderung bergenere fantasi, namun tak jarang menyajikan kisah inspiratif serta mendidik namun tetap dengan penyajian alur cerita yang ringan hingga mudah di pahami oleh semua kalangan.

c. Penggunaan bahasa ialah, pemakaian suatu kata yang sudah disepakati oleh lingkungan sekitar, suatu organisasi atau khalayak umum yang digunakan untuk berinteraksi anrat individu maupun khalayak.

(28)

34

d. Bahasa Melayu ialah, bahasa pokok yang digunakan oleh bangsa Indonesia jauh sebelum kemerdekaan tepatnya pada saat masa kerajaan hingga masa penjajahan. Bahasa Melayu juga digunakan oleh para pedagang dari dalam maupun luar negri untuk berkomunikasi, selain itu bahasa Melayu juga merupakan fondasi awal bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang, maka dari itu kata-kata yang di gunakan dalam bahasa Melayu tidak jauh berbeda dengan kata-kata pada bahasa Indonesia.

2.13 Definisi operasional

Variabel Definisi variabel Indikator

Terpaan tayangan film animasi Upin dan Ipin (X)

Terpaan ialah dimana keadaan seseorang yang terkena pesan yang dibawa oleh media massa, Dalam hal ini peneliti akan mengukur adanya terpaan film animasi Upin dan Ipin yang terjadi pada kalangan anak-anak.

1. Frekuensi

Tingkat seringnya anak- anak dalam menonton film animasi Upin dan Ipin

2. Durasi

Lamanya anak-anak menonton film animasi Upin dan Ipin

3. Atensi

Perhatian anak-anak dalam menonton animasi kartun Upin dan Ipin

Penggunaan bahasa melayu

Penggunaan kosakata atau kalimat bahasa melayu yang

1. mampu melafalkan sebagian kalimat atau

(29)

35 pada anak-anak

(Y)

di terapkan dalam kehidupan sehari-hari dimana anak-anak menggunakan kosakata bahasa melayu sebagai alat berkomunikasi dengan teman sebayanya maupun dengan lingkungan sekitarnya.

bahasa melayu beserta logatnya ketika

berkomunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menunjukkan pelabelan prime cordial pada graf buku dan graf matahari yang diperumum, maka langkah-langkah yang akan dilakukan yaitu menotasikan titik dan sisi

SLALOM, yang secara otomatis menyesuaikan dengan daya komputasi (computing power) yang ada dan memperbaiki kekurangan berbagai benchmark sebelumnya, memiliki

3.1 semen portland semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling

Kategori peralatan hidup dan teknologi mencakup semua benda dan peralatan yang menjadi ciri khas yang digunakan masyarakat Bsu. Pada penelitian ini ditemukan 7 data yang

Gunakan pisau okulasi yang tajam dan bersih. Jangan bekerja saling berdekatan antara teman satu dengan teman yang lain. Pilih batang bawah yang siap diokulasi. Pilih mata tunas

Pada diatas, dapat dilihat bahwa hasil fermentasi cincalok udang rebon yang dibuat dengan metode Backslopping berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, abu,

Sa bisperas pa naman ng araw ng kanyang pag-alis sa bahay niyang iyon isa lamang pinakamaliit sa mga brilyanteng iyon ay sapat nang pantubos kay Huli at makapagbigay ng kapanatagan

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama “Peranan Lembaga Sosial Islam terhadap Pernikahan Sejenis” dengan tepat