• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skala interval = (Skor tertinggi Skor terendah)/jumlah skala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skala interval = (Skor tertinggi Skor terendah)/jumlah skala"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

4. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Responden

Pada penelitian ini responden merupakan 100 pengelola tempat makan kecil di Surabaya, yang dikelompokkan menurut beberapa karakteristik menurut jenis kelamin, usia, posisi dalam usaha dan tenaga kerja. Untuk melihat secara jelas uraian masing-masing karakteristik dari 100 responden penelitian maka dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Karakteristik Responden

Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase

Jenis Kelamin Pria 55 55%

Wanita 45 45%

Usia < 30 37 37%

30 - 40 42 42%

40 - 50 16 16%

> 50 5 5%

Posisi Pengelola 0 0%

Pemilik & Pengelola 100 100%

Tenaga Kerja 5 - 10 orang 100 100%

10 - 15 orang 0 0%

15 - 19 orang 0 0%

Sumber: Hasil pengisian kuesioner

Menurut jenis kelamin, responden paling banyak adalah responden dengan jenis kelamin pria dengan jumlah 55 orang atau 55%. Berdasarkan usia, responden yang dominan adalah usia 30 – 40 tahun dengan jumlah 42 orang atau 42%. Untuk posisi dalam usaha, responden seluruhnya merupakan pemilik dan pengelola yang berjumlah 100 orang atau 100%. Adapun menurut tenaga kerja, seluruh responden yang berjumlah 100 orang atau 100% memiliki tenaga kerja 5 – 10 orang.

4.2. Statistik Deskriptif

Untuk melakukan penilaian deskriptif atas masing-masing variabel penelitian dilakukan pengkategorian berdasarkan skala interval menurut nilai rata- ratanya. Perhitungan skala interval adalah sebagai berikut:

Skala interval = (Skor tertinggi –Skor terendah)/Jumlah skala Skala interval = (5 – 1)/5 = 0,8

(2)

Kategori pemeringkatan penilaian untuk masing-masing variabel sesuai skala interval dapat dilihat Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Kategori Penilaian Berdasarkan Skala

Variabel

Skala Interval Penilaian 1,00–

1,80

1,81–

2,60

2,61–

3,40

3,41–

4,20

4,21–

5,00 Knowledge Sharing (X) Sangat

buruk

Buruk Cukup Baik

Baik Sangat Baik Management Skill (Z) Sangat

buruk

Buruk Cukup Baik

Baik Sangat Baik Opportunity Recognition

Skill (Y)

Sangat buruk

Buruk Cukup Baik

Baik Sangat Baik

4.2.1. Deskripsi Variabel Knowledge Sharing (X)

Deskripsi variabel knowledge sharing (X) dapat dilihat melalui nilai rata- rata untuk masing-masing indikator knowledge sharing pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Deskripsi Variabel Knowledge Sharing (X)

Indikator Item Pernyataan Rata-

Rata Penilaian Written

Contributions

X1 Pengelola berbagi ide melalui dokumentasi tertulis seperti dengan laporan tertulis

4,03 Baik X2 Pengelola berbagi informasi melalui dokumentasi

tertulis seperti dengan memberikan catatan.

3,99 Baik X3 Pengelola memberikan arahan teknis secara tertulis

pada karyawan.

4,05 Baik

Mean 4,02 Baik

Organizational Communications

X4 Pengelola melakukan berbagi pengetahuan melalui interaksi yang santai di dalam organisasi.

3,96 Baik

Mean 3,96 Baik

Personal Interactions

X5 Pengelola bersedia berkontribusi untuk tujuan bisnis tanpa mementingkan kepentingan sendiri.

4,00 Baik X6 Teman kerja Pengelola saling membantu dalam

melakukan pekerjaan.

3,97 Baik

(3)

Mean 3,99 Baik Communities of

practice

X7 Pengelola dan teman kerja sering melakukan pembahasan topik yang menarik bersama-sama.

3,96 Baik X8 Pengelola dan teman kerja sering menjalin

komunikasi diluar masalah pekerjaan.

4,02 Baik

Mean 3,99 Baik

Rata-Rata 4,00 Baik

Sumber: Lampiran Hasil Tabulasi

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa written contribution memperoleh hasil mean tertinggi, yaitu sebesar 4,02. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa pengelola tempat makan dapat menjelaskan ide mereka secara tertulis dengan baik. Ide yang ditulis oleh pengelola berusaha dijelaskan melalui arahan teknis secara rinci. Pengelola merasa karyawan akan lebih mudah memahami ide yang tertulis apabila diterangkan secara teknis.

Organizational communications memperoleh hasil mean terendah, yaitu sebesar 3,96. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa pengelola belum melakukan komunikasi secara santai. Komunikasi santai membutuhkan waktu luang tersendiri yang sulit terjadi terkait kesibukan. Komunikasi santai dapat mendorong aktivitas berbagi pengetahuan lebih lancar.

Indikator knowledge sharing yang memiliki pernyataan dengan nilai rata- rata terendah dalam menentukan knowledge sharing adalah responden melakukan berbagi pengetahuan melalui interaksi yang santai di dalam organisasi dan responden dan teman kerja sering melakukan pembahasan topik yang menarik bersama-sama, yaitu sebesar 3,96.

Adapun indikator knowledge sharing yang memiliki pernyataan dengan nilai rata-rata tertinggi dalam menentukan knowledge sharing adalah responden memberikan arahan teknis secara tertulis pada karyawan dan pengelola yang lain, karena memiliki nilai rata-rata paling tinggi, yaitu sebesar 4,05. Komunikasi secara tertulis digunakan setiap hari dalam bentuk catatan, catatan berisi Cuma menyajikan makanan setiap hari dilakukan laporan tertulis tentang umlah tiap hari penjualan untuk mengantisipasi pesanan konsumen. Rata-rata secara keseluruhan variabel

(4)

knowledge sharing menunjukkan nilai sebesar 4,00, dimana hal ini menunjukkan bahwa knowledge sharing responden masuk dalam kategori baik.

4.2.2. Deskripsi Variabel Management Skill (Z)

Deskripsi variabel management skill (Z) dapat dilihat melalui nilai rata-rata untuk masing-masing indikator management skill pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Deskripsi Variabel Management Skill (Z)

Indikator Item Pernyataan Rata-

Rata Penilaian Kemampuan

pengambilan keputusan

Z1

Z2

Z3

Pengelola dan karyawan mampu melakukan pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah

Pengelola dan karyawan mampu mengambil keputusan dalam mencegah timbulnya masalah Pengelola dan karyawan mampu mengambil keputusan dalam waktu yang tepat

3,91 3,90 3,96

Baik Baik Baik

Mean 3.92 Baik

Kemampuan Konseptualisasi

Z4 Pengelola dan karyawan mampu mencari solusi untuk suatu permasalahan berdasarkan gejala yang terjadi

4,02 Baik

Z5 Pengelola dan karyawan mampu mengamati sejumlah gejala masalah secara individual dengan baik

4,10 Baik

Mean Mean 4,06 Baik

Kemampuan untuk memproses inormasi secara efektif

Z6 Pengelola dan karyawan mampu memahami informasi dengan mudah

4,02 Baik

Mean 4,02 Baik

Keterampilan Kepemimpinan

Z7 Pengelola dan karyawan mampu mengatur pekerjaan dalam organisasi

4,02 Baik

(5)

Mean 4,02 Baik

Keterampilan Presentasi

Z8 Pengelola dan karyawan mampu menjelaskan materi pada pihak yang membutuhkan.

3,96 Baik

Mean 3.96 Baik

Penggunaan Kekuatan

Z9 Pengelola dan karyawan mampu memahami kelemahan yang terjadi dalam usaha

3,92 Baik Z10 Pengelola dan karyawan mampu menggunakan

kekuatan dalam mengelola usaha

3,96 Baik

Mean 3.94 Baik

Rata-Rata 3,98 Baik

Sumber: Lampiran Hasil Tabulasi

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa kemampuan konseptualisasi memperoleh hasil mean tertinggi, yaitu sebesar 4,06. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa pengelola tempat makan dapat mencari solusi ketika terdapat masalah di tempat makan dengan baik. Kemampuan penggambilan keputusan memperoleh hasil mean terendah, yaitu sebesar 3,92. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa pengelola kurang bisa mengambil keputusan untuk memecahkan masalah.

Indikator management skill yang memiliki pernyataan dengan nilai rata-rata terendah dalam menentukan management skill adalah responden mampu mengambil keputusan dalam mencegah timbulnya masalah, karena memiliki nilai rata-rata paling rendah, yaitu sebesar 3,90. Artinya, management skill ditentukan melalui pernyataan dengan nilai rata-rata terendah atas pengambilan keputusan dalam mencegah masalah. Indikator management skill yang memiliki indikasi peran paling utama dalam menentukan management skill adalah responden mampu mengamati sejumlah gejala masalah secara individual dengan baik, karena memiliki nilai rata-rata paling tinggi, yaitu sebesar 4,10.

Rata-rata secara keseluruhan variabel management skill menunjukkan nilai sebesar 3,98, dimana hal ini menunjukkan bahwa keterampilan mengelola usaha responden masuk dalam kategori baik.

(6)

4.2.3. Deskripsi Variabel Opportunity Recognition Skill (Y)

Deskripsi variabel opportunity recognition skill (Y) dapat dilihat melalui nilai rata-rata untuk masing-masing indikator opportunity recognition skill pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Deskripsi Variabel Opportunity Recognition Skill (Y)

Indikator Item Pernyataan Rata-

Rata Penilaian Keterampilan

melakukan pasar riset

Y1

Y2

Y3

Pengelola dan karyawan dapat mengidentifikasi ide produk baru

Pengelola dan karyawan dapat mengidentifikasi ide layanan baru

Pengelola dan karyawan memiliki keterampilan melakukan riset

pasar

4,04 4,00 4,06

Baik Baik Baik

Mean 4,03 Baik

Keterampilan menjaga hubungan baik dengan rekan bisnis baru

Y4

Y5

Pengelola dan karyawan dapat mencari hubungan baik dengan rekan bisnis baru

Pengelola dan karyawan dapat menjaga hubungan baik dengan rekan bisnis yang sudah ada

4,08

3,96

Baik

Baik

Mean 4,02 Baik

Melakukan pertemuan dengan pelanggan

Y6 Pengelola dan karyawan sering bertemu dengan pelanggan secara langsung

4,07 Baik

Mean 4,07 Baik

Mengetahui perubahan di bidang

teknologi

Y7 Pengelola dan karyawan menyadari perubahan penggunaan teknologi dalam bisnis

4,01 Baik

Mean 4,01 Baik

Menciptakan struktur organisasi fleksibel

Y8 Pengelola dan karyawan mampu menciptakan struktur organisasi yang fleksibel

4,01 Baik

Mean 4,01 Baik

(7)

Mampu mengatasi perubahan tak terduga

Y9 Pengelola dan karyawan mampu mengatasi perubahan tak terduga

4,01 Baik

Mean 4,01 Baik

Rata-Rata 4,03 Baik

Sumber: Lampiran Hasil Tabulasi

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa indikator melakukan pertemuan dengan pelanggan memperoleh hasil mean tertinggi, yaitu sebesar 4,07.

Artinya, hal ini menunjukkan bahwa pengelola tempat makan melakukan pertemuan dengan pelanggan dengan baik. Hal tersebut memberikan pelanggan merasa diperhatikan dan senang untuk untuk membeli makanan di tempat makan tersebut

Mengetahui perubahan di bidang teknologi, menciptakan struktur organisasi fleksibel, mampu mengatasi perubahan tak terduga memperoleh hasil mean terendah, yaitu sebesar 4,01. Artinya, hal ini menunjukkan bahwa pengelola kurang baik dalam melakukan bisnis makanan online, selain itu pengelola juga kurang baik dalam membentuk struktur organisasi yang fleksibel. Pengelola juga kurang baik dalam mengatasi perubahan tak terduga.

Indikator opportunity recognition skill yang memiliki pernyataan dengan nilai rata-rata terendah dalam menentukan opportunity recognition skill adalah responden dapat menjaga hubungan baik dengan rekan bisnis. Artinya, opportunity recognition skill ditentukan melalui pernyataan dengan nilai rata-rata terendah atas menjaga hubungan baik dengan rekan bisnis. Adapun indikator opportunity recognition skill yang memiliki pernyataan dengan nilai rata-rata tertinggi dalam menentukan opportunity recognition skill adalah responden dapat mencari hubungan baik dengan rekan bisnis baru, karena memiliki nilai rata-rata paling tinggi, yaitu sebesar 4,08.

Rata-rata secara keseluruhan variabel opportunity recognition skill menunjukkan nilai sebesar 4,03, dimana hal ini menunjukkan bahwa opportunity recognition skill responden masuk dalam kategori baik.

(8)

4.3. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis

4.3.1. Analisis Model Pengukuran atau Outer Model

Analisis outer model berkaitan dengan pengujian validitas dan reliabilitas indikator-indikator dari variabel-variabel penelitian. Validitas berkaitan dengan apakah suatu indikator mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Chin (1998), dalam Ghozali (2008:24), oleh karena analisis path dengan Partial Least Square (PLS) tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik tidak diperlukan. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik.

Validitas indikator atau disebut outer model dalam PLS dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity.

Adapun reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai konsistensi tinggi dalam mengukur konstruk variabelnya. Pada PLS reliabilitas dievaluasi melalui Composite Reliability dan Cronbach Alpha untuk block indikator.

4.3.1.1. Validitas

Pada PLS uji validitas diukur melalui convergent validity dan discriminant validity. Convergent validity dinilai berdasarkan korelasi antar item score (component score) dengan construct score. Menurut Chin (1998), dalam Ghozali (2008:24), ukuran validitas dianggap memenuhi kriteria valid apabila indikator memiliki nilai loading minimal sebesar 0,7. Discriminant validity dari indikator dinilai berdasarkan crossloading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran blok lebih baik daripada ukuran blok lainnya. Metode lainnya untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Menurut Fornell dan Larcker (1981), dalam Ghozali (2008:25), jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara

(9)

konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik.

Hasil perhitungan nilai convergent validity untuk masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6. Indikator dianggap valid apabila nilai loading factor minimal sebesar 0,7.

Tabel 4.6

Hasil Uji Convergent Validity (Nilai Outer Loading)

Variabel Indikator Loading Factor

Knowledge Sharing (X) X1 0,736

X2 0,7166

X3 0,7761

X4 0,7098

X5 0,7115

X6 0,7299

X7 0,7199

X8 0,7093

Management Skill (Z) Z1 0,7236

Z2 0,7524

Z3 0,7105

Z4 0,7708

Z5 0,7335

Z6 0,7372

Z7 0,7137

Z8 0,7088

Z9 0,705

Z10 0,7114

Opportunity Recognition Skill (Y) Y1 0,7016

Y2 0,7413

Y3 0,7208

Y4 0,7139

Y5 0,7072

Y6 0,704

Y7 0,7081

Y8 0,7076

Y9 0,7442

Sumber: Hasil Analisis PLS (Outer Loading)

Hasil analisis convergent validity menunjukkan bahwa semua loading factor masing-masing variabel memiliki nilai lebih besar dari 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa semua indikator variabel penelitian telah memenuhi kriteria convergent validity.

(10)

Uji validitas berikutnya adalah dengan melakukan pengujian discriminant validity, yang dilakukan dengan membandingkan akar kuadrat dari Average Variance Extracted (AVE) untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Model mempunyai discriminant validity yang baik jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar daripada korelasi antara konstruk dan konstruk lainnya dalam model.

Tabel 4.7

Matriks Perbandingan Akar AVE dengan Latent Variable Correlations

Variabel X Y Z

Knowledge Sharing (X) 0,7264 0 0

Opportunity Recognition Skill (Y) 0,4703 0,7167 0

Management Skill (Z) 0,4281 0,4601 0,7270

Sumber: Lampiran analisis PLS yang diolah

Hasil analisis menunjukkan bahwa akar AVE konstruk knowledge sharing (X) sebesar 0,7264 lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk knowledge sharing (X) dengan opportunity recognition skill (Y) dan management skill (Z).

Nilai akar AVE konstruk opportunity recognition skill (Y) sebesar 0,7167 lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk opportunity recognition skill (Y) dengan knowledge sharing (X) dan management skill (Z). Nilai akar AVE konstruk management skill (Z) sebesar 0,7270 lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk management skill (Z) dengan knowledge sharing (X) dan opportunity recognition skill (Y). Hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator masing-masing variabel telah tepat mengukur konstruk variabelnya.

Pengujian discriminant validity juga dapat dilakukan melalui crossloading antara indikator dengan konstruknya seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Cross Loadings

Item

Knowledge Sharing

Opportunity Recognition Skill

Management Skill

(11)

X1 0,736 0,2798 0,3411 X2 0,7166 0,2975 0,2604 X3 0,7761 0,4695 0,4562 X4 0,7098 0,2607 0,2701

X5 0,7115 0,315 0,2644

X6 0,7299 0,401 0,2583

X7 0,7199 0,3362 0,3392 X8 0,7093 0,2935 0,2079

Y1 0,2952 0,7016 0,2274

Y2 0,3848 0,7413 0,4819

Y3 0,3248 0,7208 0,2821

Y4 0,3886 0,7139 0,3538

Y5 0,3042 0,7072 0,2567

Y6 0,2569 0,704 0,2966

Y7 0,3386 0,7081 0,3166

Y8 0,2519 0,7076 0,324

Y9 0,423 0,7442 0,3426

Z1 0,3332 0,3053 0,7236

Z2 0,3465 0,5003 0,7524

Z3 0,2705 0,1494 0,7105

Z4 0,3766 0,4426 0,7708

Z5 0,3217 0,3307 0,7335

Z6 0,3259 0,3622 0,7372

Z7 0,2889 0,2739 0,7137

Z8 0,2722 0,2425 0,7088

Z9 0,2479 0,2166 0,705

Z10 0,2682 0,3267 0,7114

Sumber: Hasil Analisis PLS (Crossloadings)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa korelasi konstruk knowledge sharing (X) dengan indikatornya lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator knowledge sharing (X) dengan konstruk opportunity recognition skill (Y) dan management

(12)

skill (Z). Hal ini juga berlaku untuk kedua variabel lainnya, yaitu opportunity recognition skill (Y) dan management skill (Z). Maka berdasarkan hasil pengujian crossloading menunjukkan bahwa masing-masing konstruk laten memprediksi indikator bloknya lebih baik dibandingkan dengan indikator pada blok variabel lainnya.

4.3.1.2. Reliabilitas

Menurut Ghozali (2008:25), composite reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan ukuran internal consistency.

Internal consistency merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi parameter adalah akurat. Apabila nilai composite realibility di atas 0,70 maka dapat dikatakan bahwa konstruk dinyatakan reliable (Ghozali, 2008:43). Selain itu reliabilitas juga dapat diuji dengan nilai Cronbach Alpha. Apabila nilai Cronbach Alpha diatas 0,70, maka dapat dikatakan bahwa variabel memiliki reliabilitas yang baik. Hasil analisis atas Composite Realiability dan Cronbach Alpha masing- masing variabel dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Hasil Analisis Composite Reliability dan Cronbach Alpha

Variabel Composite Reliability Cronbach Alpha

Knowledge Sharing (X) 0,8993 0,8733

Opportunity Recognition Skill (Y) 0,9048 0,8823

Management Skill (Z) 0,9180 0,9017

Sumber: Hasil Analisis PLS

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Composite Reliability dan Cronbach Alpha untuk masing-masing variabel knowledge sharing (X), opportunity recognition skill (Y) dan management skill (Z) menunjukkan nilai di atas 0,70, sehingga dapat dinyatakan bahwa konstruk masing-masing variabel memiliki reliabilitas yang baik.

Hasil analisis atas Outer Model dapat digambarkan dengan jelas seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1

(13)

Hasil Analisis Outer Model

4.3.2. Analisis Model Struktural (Inner Model) 4.3.2.1. Model Struktural

Pengujian signifikansi koefisien jalur (path) dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t statistics dengan nilai t tabel pada tingkat signifikansi 5%, yaitu sebesar 1,96. Apabila nilai t statistics lebih besar daripada nilai t tabel 1,96, maka koefisien jalur (path) dianggap signifikan pengaruhnya. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10

Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Jalur (Path) Model Struktural

Hubungan Koefisien Jalur (Path) t statistics Keterangan

X  Y 0,3347 3,5961 Signifikan

Z  Y 0,3168 3,3664 Signifikan

X  Z 0,4281 3,7151 Signifikan

X  Z  Y 0,1360 2,4230 Signifikan

Sumber: Hasil Analisis PLS

(14)

Pengujian atas signifikansi koefisien jalur (path) melalui uji t statistics memperlihatkan hasil sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa nilai koefisien jalur (path) pengaruh knowledge sharing (X) terhadap opportunity recognition skill (Y) adalah positif sebesar 0,3347, dengan nilai t statistics sebesar 3,5961 > nilai t tabel sebesar 1,96. Menunjukkan bahwa knowledge sharing (X) berpengaruh signifikan positif terhadap opportunity recognition skill (Y).

2. Nilai koefisien jalur (path) pengaruh management skill (Z) terhadap opportunity recognition skill (Y) adalah positif sebesar 0,3168, dengan nilai t statistics sebesar 3,3664 > nilai t tabel sebesar 1,96. Menunjukkan bahwa management skill (Z) berpengaruh signifikan positif terhadap opportunity recognition skill (Y).

3. Nilai koefisien jalur (path) pengaruh knowledge sharing (X) terhadap management skill (Z) adalah positif sebesar 0,4281, dengan nilai t statistics sebesar 3,7151 > nilai t tabel sebesar 1,96. Menunjukkan bahwa knowledge sharing (X) berpengaruh signifikan positif terhadap management skill (Z).

4. Nilai koefisien jalur (path) pengaruh knowledge sharing (X) terhadap opportunity recognition skill (Y) melalui management skill (Z) adalah positif sebesar 0,1360, dengan nilai t statistics sebesar 2,4230 > nilai t tabel sebesar 1,96. Menunjukkan bahwa knowledge sharing (X) berpengaruh signifikan positif terhadap opportunity recognition skill (Y) melalui management skill (Z).

Hasil analisis model struktural atau inner model dengan metode PLS dapat dilihat pada Gambar 4.2

.

(15)

Gambar 4.2

Hasil Analisis Inner Model

Untuk mengevaluasi model struktural digunakan nilai koefisien determinasi (R2). Koefisien ini merupakan ukuran akurasi prediktif model (Hair et al., 2014).

Koefisien determinasi merepresentasikan pengaruh kombinasi variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen. Koefisien ini juga merepresentasikan besarnya varians dalam konstruk endogen yang dapat dijelaskan melalui seluruh konstruk eksogen yang mempengaruhinya. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, dimana nilai yang semakin tinggi mengindikasikan tingkatan yang lebih tinggi atas akurasi prediktif. Nilai R Square untuk masing-masing konstruk endogen dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Nilai Koefisien Determinasi atau R Square (R2) dan Stone-Geisser (Q2)

Variabel Endogen Nilai R2 Nilai Q2

Management Skill (Z) 0,1833 0,0937

Opportunity Recognition Skill (Y) 0,3031 0,1492 Sumber: Hasil Analisis PLS

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dijelaskan bahwa:

1. Pengaruh knowledge sharing (X) terhadap management skill (Z) memperlihatkan nilai R-Square sebesar 0,1833, dimana dapat diinterpretasikan

(16)

knowledge sharing (X) adalah sebesar 18,33%, sedangkan sisanya sebesar 81,67% masih dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti.

2. Pengaruh knowledge sharing (X) dan management skill (Z) terhadap opportunity recognition skill (Y) memperlihatkan nilai R-Square sebesar 0,3031, dimana dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk opportunity recognition skill (Y) yang dapat dijelaskan oleh knowledge sharing (X) dan management skill (Z) adalah sebesar 30,31%, sedangkan sisanya sebesar 69,69% masih dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti.

Menurut Hair et al. (2014), secara umum nilai batas-batas R2 sebesar 0,75;

0,50; atau 0,25 untuk konstruk endogen dapat dideskripsikan secara respektif sebagai pengaruh yang substansial, moderat, dan lemah. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R2 untuk management skill (Z) adalah sebesar 0,1833 yang masuk kategori sangat lemah. Adapun nilai R2 untuk opportunity recognition skill (Y) adalah sebesar 0,3031 yang masuk kategori lemah.

Sebagai tambahan dalam mengevaluasi pentingnya nilai koefisien determinasi (R2) untuk kriteria akurasi prediktif, juga perlu ditelaah tentang besarnya nilai Stone-Geisser (Q2). Ukuran ini merupakan indikator untuk suatu relevansi prediktif suatu model. Dalam model struktural, nilai Q2 yang lebih besar dari 0 (nol) bagi variabel endogen mengindikasikan relevansi prediktif model path untuk konstruk tersebut. Nilai Stone-Geisser (Q2) dapat dilihat pada tabel 4.11.

Nilai Stone-Geisser (Q2) untuk management skill (Z) adalah sebesar 0,0937 dan untuk opportunity recognition skill (Y) adalah sebesar 0,1492. Karena kedua nilai Stone-Geisser (Q2) tersebut lebih besar dari 0 (nol) maka model dapat dikatakan memiliki relevansi prediktif bagi masing-masing konstruk tersebut.

Untuk melengkapi evaluasi nilai koefisien determinasi (R2) dari seluruh konstruk endogen, perubahan dalam nilai R2 ketika konstruk eksogen tertentu dikeluarkan dari model dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah konstruk yang dikeluarkan tersebut memiliki pengaruh yang substansial pada konstruk endogen.

Ukuran ini dinamakan sebagai f2 effect size. Effect size dapat dikalkulasi sebagai berikut:

(17)

f2= 𝑅𝑖𝑛𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒𝑑

2 −𝑅𝑒𝑥𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒𝑑2

1−𝑅𝑖𝑛𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒𝑑2 (4.1)

Keterangan:

f2 = effect size

R2included = nilai R2 variabel endogen ketika variabel eksogen tertentu dimasukkan dalam model

R2excluded = nilai R2 variabel endogen ketika variabel eksogen tertentu dikeluarkan dari model

Hasil analisis koefisien determinasi (R2) untuk variabel eksogen yang dimasukkan dalam model dan dikeluarkan dari model diperinci pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12

Analisis Nilai R2 dan Q2 Atas Variabel Eksogen yang Dimasukkan dalam Model dan Dikeluarkan dari Model

Variabel

Variabel Endogen Opportunity Recognition Skill (Z)

R2

Included R2

Excluded Q2

Included Q2 Excluded Knowledge Sharing (X) 0,3031 0,2273 0,1492 0,0953 Management Skill (Z) 0,3031 0,2244 0,1492 0,1146 Sumber: Hasil Analisis PLS yang diolah

Hasil perhitungan nilai f2 effect size untuk masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13

Hasil Perhitungan f2 Effect Size dan q2 Effect Size

Variabel

Opportunity Recognition Skill (Y)

f2 Effect Size q2 Effect Size

Knowledge Sharing (X) 0,1088 0,0634

Management Skill (Z) 0,1129 0,0407

Sumber: Tabel 4.12 yang diolah

(18)

Berdasarkan Tabel 4.13 dijelaskan bahwa untuk variabel endogen opportunity recognition skill (Y), masing-masing variabel knowledge sharing (X) dan management skill (Z) dapat menjelaskan dengan f2 effect size secara berturut- turut sebesar 0,1088 dan 0,1129. Menurut Cohen (1988), dalam Hair et al. (2014), nilai f2 berturut-turut sebesar 0,02; 0,15; dan 0,35 merepresentasikan pengaruh yang kecil, sedang dan besar dari suatu variabel. Merujuk pada pendapat Cohen (1988), maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh knowledge sharing (X) terhadap opportunity recognition skill (Y) memiliki effect size kecil, karena memiliki nilai sebesar 0,1088 yang berada diantara 0,02 sampai dengan 0,15. Adapun pengaruh management skill (Z) terhadap opportunity recognition skill (Y) juga memiliki effect size kecil, karena memiliki nilai sebesar 0,1129 yang berada diantara 0,02 sampai dengan 0,15. Variabel yang memiliki effect size paling tinggi adalah management skill dan yang lebih rendah adalah knowledge sharing.

Memiliki kesamaan dengan pendekatan f2 effect size untuk melakukan penilaian R2, pengaruh relatif relevansi prediktif dapat diukur dengan ukuran q2 effect size, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut

q2= 𝑄𝑖𝑛𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒𝑑

2 −𝑄𝑒𝑥𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒𝑑2

1−𝑄𝑖𝑛𝑐𝑙𝑢𝑑𝑒𝑑2 (4.2)

Keterangan:

q2 = effect size relevansi prediktif

Q2included = nilai Q2 variabel endogen ketika variabel eksogen tertentu dimasukkan dalam model

Q2excluded = nilai Q2 variabel endogen ketika variabel eksogen tertentu dikeluarkan dari model

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dijelaskan bahwa untuk variabel endogen opportunity recognition skill (Y), masing-masing variabel knowledge sharing (X) dan management skill (Z) memiliki q2 effect size relevansi prediktif secara berturut- turut sebesar 0,0634 dan 0,0407. Sama dengan f2 effect size, nilai q2 effect size berturut-turut sebesar 0,02; 0,15; dan 0,35 merepresentasikan relevansi prediktif yang kecil, sedang dan besar dari suatu variabel terhadap variabel endogen.

(19)

Variabel knowledge sharing memiliki effect size relevansi prediktif yang kecil terhadap opportunity recognition skill karena memiliki nilai sebesar 0,0634 yang berada diantara 0,02 sampai dengan 0,15. Adapun management skill juga memiliki effect size relevansi prediktif yang kecil terhadap opportunity recognition skill karena memiliki nilai sebesar 0,0407 yang berada diantara 0,02 sampai dengan 0,15. Variabel yang memiliki relevansi prediktif paling tinggi adalah knowledge sharing dan yang lebih rendah adalah management skill.

4.3.3. Pengujian Hipotesis

4.3.3.1. Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama menyatakan bahwa knowledge sharing berpengaruh positif terhadap opportunity recognition skill. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa koefisien jalur (path) bernilai positif dengan nilai t statistik sebesar 3,5961

> nilai t tabel sebesar 1,96, hal ini menunjukkan bahwa knowledge sharing (X) berpengaruh signifikan positif terhadap opportunity recognition skill (Y). Oleh karena itu, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa knowledge sharing berpengaruh signifikan positif terhadap opportunity recognition skill, diterima.

4.3.3.2. Pengujian Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua menyatakan bahwa management skill berpengaruh positif pada opportunity recognition skill. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa koefisien jalur (path) bernilai positif dengan nilai t statistik sebesar 3,3664 > nilai t tabel sebesar 1,96, hal ini menunjukkan bahwa management skill (Z) berpengaruh signifikan positif terhadap opportunity recognition skill (Y). Oleh karena itu, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa management skill berpengaruh signifikan positif pada opportunity recognition skill, diterima.

4.3.3.3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa knowledge sharing berpengaruh positif terhadap management skill. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa koefisien jalur (path) bernilai positif dengan nilai t statistik sebesar 3,7151 > nilai t tabel sebesar 1,96, hal ini menunjukkan bahwa knowledge sharing (X) berpengaruh signifikan

(20)

menyatakan bahwa knowledge sharing berpengaruh signifikan positif terhadap management skill, diterima.

4.4. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa knowledge sharing berpengaruh signifikan positif terhadap opportunity recognition skill. Hal ini menunjukkan bahwa apabila knowledge sharing semakin tinggi maka opportunity recognition skill juga akan semakin baik. Berbagi pengetahuan merupakan tindakan untuk memberikan peluang bagi orang lain, terutama rekan kerja untuk mendapatkan pengetahuan, teknik, pengalaman dan gagasan dari pengelola atau pemilik perusahaan. Berbagi pengetahuan merupakan proses yang sangat penting bagi kemajuan atau kelangsungan suatu usaha, karena rekan kerja memperoleh pengetahuan yang lebih banyak dari pemilik usaha yang sudah berpengalaman dalam mengelola usahanya. Melalui tindakan berbagi pengetahuan, pemilik usaha dapat mengatur karyawan atau rekan kerja supaya dapat menjalankan usaha dengan baik. Melalui arahan dari pemilik usaha maka karyawan atau rekan kerja dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat untuk mempertahankan kelangsungan usaha, bahkan memberikan peluang yang lebih besar untuk mengembangkan kemampuan mengelola usaha. Melalui interaksi antar individu yang terlibat dalam menjalankan usaha maka pengetahuan akan dapat saling dibagi, terutama dari pemilik atau pengelola kepada karyawan atau rekan kerja. Melalui komunikasi yang intens maka kesempatan untuk berbagi pengetahuan akan menjadi semakin tinggi. Melalui interaksi personal maka pengelola dapat membantu karyawan atau rekan kerja bekerja lebih baik dan efisien. Hal ini menyebabkan pengetahuan karyawan atau rekan kerja semakin berkembang dan memiliki kemampuan menangkap peluang yang lebih mumpuni. Melalui saling berbagi pengetahuan maka keahlian dan kompetensi kemampuan mengelola usaha akan semakin meningkat lebih baik.

Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Ardichvili et al. (2003) bahwa berbagi pengetahuan merupakan hal yang menyumbang kepada kewaspadaan wirausaha untuk menangkap peluang bisnis. Shane (2000) juga berpendapat sama bahwa pengusaha menemukan peluang yang berkaitan dengan informasi yang sudah dimiliki. Mereka dapat menemukan peluang karena knowledge sharing

(21)

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa management skill berpengaruh signifikan positif terhadap opportunity recognition skill. Maka dapat dikatakan bahwa keahlian manajemen yang semakin baik akan dapat meningkatkan keahlian menangkap peluang yang juga semakin baik. Keahlian manajemen merupakan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan pengelola untuk mengelola usahanya lebih baik. Keahlian manajemen terkait dengan kemampuan mengambil keputusan, menelaah informasi secara efektif dan keahlian memimpin. Melalui kemampuan mengambil keputusan yang baik maka pengelola dapat menentukan langkah-langkah untuk menghadapi atau mencegah masalah yang terjadi ketika mengelola usahanya. Pengelola yang memiliki keahlian manajemen yang baik cenderung akan teliti dalam melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala yang dialami ketika mengelola usahanya, dan dapat menentukan langkah yang tepat untuk menanganinya. Pengelola yang memiliki keahlian manajemen yang baik juga lebih mudah untuk memproses informasi yang diperoleh. Mereka sangat memahami dengan mudah atas informasi yang diperoleh sehingga dapat menentukan langkah yang tepat untuk menindaklanjutinya. Pengelola juga memiliki kemampuan memimpin yang baik jika mereka memiliki keahlian manajemen yang baik. Lebih mudah mengatur pekerjaan atas personil-personil yang terlibat di dalamnya. Mereka juga memahami kelemahan dan kekurangan mereka sehingga dapat mengantisipasinya dengan melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk menanggulanginya. Mereka juga pandai mengatur dan mengorganisasikan arahan sehingga karyawan dapat melakukan langkah-langkah yang tepat. Oleh karena itu, keahlian manajemen yang semakin baik akan dapat meningkatkan kemampuan pengelola dalam meningkatkan keahlian untuk menangkap peluang usaha yang ada, sehingga usahanya akan berkembang lebih baik. Hasil penelitian konsisten dengan pendapat Kickul dan Walters (2002) bahwa ketrampilan manajemen dapat mempengaruhi kualitas strategi perusahaan dalam mengidentifikasi peluang usaha baru yang sifatnya positif.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa knowledge sharing berpengaruh signifikan positif terhadap management skill. Hal ini menunjukkan bahwa melalui proses berbagi pengetahuan yang semakin meningkat maka keahlian manajemen juga akan menjadi semakin baik. Pengelola yang telah memiliki pengetahuan yang

(22)

cukup mumpuni dalam mengelola usaha akan dapat membagikan pengetahuan dan pengalamannya kepada karyawan dan rekan kerjanya, sehingga keahlian mereka juga akan dapat berkembang dalam mengelola usaha, terutama yang terkait dengan manajemen usaha. Melalui komunikasi yang intens dan sifatnya personal maka kemampuan manajemen karyawan atau rekan kerja juga akan semakin berkembang lebih baik, sehingga mampu mengelola usaha. Melalui praktek-praktek dalam pengelolaan usaha yang dibagikan pengelola kepada karyawan atau rekan kerja maka kemampuan manajemen karyawan atau rekan kerja akan semakin meningkat, sehingga mereka lebih berpengalaman dalam mengelola usaha seperti layaknya pemilik usaha. Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Renz (2006) bahwa berbagi pengetahuan merupakan bagian penting dari manajemen pengetahuan yang memfasilitasi dan mentransfer ilmu kepada orang lain. Jika berbagi pengetahuan tersampaikan dengan baik terhadap pihak tertentu, maka dapat memberikan kemampuan bagi individu lain bekerja lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel Motivasi Kerja (X1) memiliki nilai tertinggi pada pernyataan “Karyawan mampu bekerja sesuai yang diharapkan pimpinan ” dengan nilai rata -rata sebesar

Indikator yang tertinggi nilainya pada variabel Kualitas produk adalah indikator Kinerja Produk pada pertanyaan ke tiga dengan nilai rata-rata 4,19 dan tingkat capaian

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pernyataan “Penampilan karyawan rapi dan sesuai dengan harapan kami” mendapatkan nilai rata - rata tertinggi yaitu sebesar 3.70, yang berarti

Distribusi jawaban responden terhadap prestasi kerja nilai rata-rata tertinggi sebesar 3,71 pada pernyataan karyawan yang disukai oleh rekan kerja merupakan alasan

Dilihat dari nilai rata-rata (mean) tertinggi kepuasan pelanggan dalam indikator “Konsumen bersedia memberikan masukan kepada restoran” dengan pernyataan “Anda

Dalam hasil penelitian telah diperoleh, terdapat butir pernyataan pada variabel citra merek dengan nilai rata- rata tertinggi yang berisi responden mudah mengenali game

Deskripsi responden mengenai variabel kepercayaan merek didapatkan hasil bahwa pernyataan “suka dengan merek smartphone ASUS”, dengan nilai rata-rata tertinggi dan

Nilai rata-rata tanggapan responden pada variabel budaya organisasi yang mempunyai nilai tertinggi pada indikator percaya pada rekan kerja (orientasi terhadap tim)